12
BAB II LANDASAN TEORI
Pada Bab II yang berisi landasan teori membahas empat bagian utama yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan
penelitian.
A. Kajian Pustaka
Topik yang akan dibahas pada kajian pustaka ini antara lain teori belajar, media pembelajaran, media kartu domino modifikasi, Ilmu
Pengetahuan Alam IPA, dan materi akar dan batang tumbuhan.
1. Teori Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap,
dan mengokohkan kepribadian. Menurut Hamalik 2007: 27, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi mengalami. Menurut Dimyati dan Mudjiono 2006: 7, belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa
yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses
belajar. Burton dalam Aunurrahman, 2011: 35
, dalam sebuah buku “The Guidance of Learning Avtivities
”, merumuskan pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara
13
individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Witherington dalam
Aunurrahman, 2011: 35, mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola
baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.
Dalam berbagai definisi di atas, disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku akibat pengalaman yang telah
diperoleh menuju perubahan positif yang lebih baik. Belajar menurut pandangan Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono,
2006: 13, bahwa pengetahuan dibangun dalam pemikiran individu, karena individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan untuk
membangun pengetahuannya. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelektual atau pengetahuan semakin berkembang.
Perkembangan intelektual melalui tahap-tahap berikut; a tahap sensori motor 0,0 -2,0 tahun, b tahap pra-operasional 2,0
– 7,0 tahun, c tahap operasional konkret 7,0
– 11,0 tahun, dan d tahap operasional 11,0
– ke atas. Pada tahap sensori motor, anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan
dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran,
perabaan, dan
penggerakannya. Pada tahap pra-operasional, anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas. Anak mampu menggunakan simbol, bahasa,
konsep sederhana, berpartisipasi, membuat gambar, dan menggolong- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
golongkan. Pada tahap operasional konkret anak dapat mengembangkan pemikiran secara logis. Pada tahap operasi formal anak dapat berpikir
abstrak seperti orang dewasa Dimyati dan Mudjiono 2006: 14. Menurut Dahar 1989: 158-159, bahwa pengetahuan yang
dibangun terdiri dari tiga bentuk, yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logika-matematika, dan pengetahuan sosial. Dalam proses membangun
pengetahuan melalui proses belajar tersebut meliputi tiga fase. Fase-fase itu adalah fase eksplorasi, di mana siswa mempelajari gejala dengan
bimbingan. Selanjutnya, fase pengenalan konsep di mana siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala tersebut. Kemudian, fase
aplikasi konsep di mana siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih lanjut. Pandangan Piaget terhadap belajar ini termasuk ke dalam
teori kognitivisme, karena dalam teori kognitivisme bahwa belajar diartikan sebagai perubahan persepsi dan pemahaman dan bagian-bagian
suatu situasi saling berhubungan dengan konteks seluruh situasi tersebut yang artinya belajar dipandang sebagai proses internal yang mencakup
ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain Suyono dan Hariyanto, 2011:75.
Teori belajar menurut Piaget ini sangat penting bagi pendidikan IPA di Sekolah Dasar karena teori ini mengembangkan aspek kognitif. Di
mana perilaku seseorang didasarkan oleh aspek kognitif. Pada pendidikan IPA berhubungan dengan lingkungan melalui aktivitas konkret sehingga
menurut Piaget, tidak ada belajar tanpa perbuatan dan belajar akan menjadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
efektif apabila kegiatan belajar sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Hadisubroto dalam Samatowa, 2011: 5, Piaget
mengatakan bahwa pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak.
Pengalaman langsung anak yang terjadi secara spontan dari kecil sejak lahir sampai berumur 12 tahun. Efesiensi pengalaman langsung pada anak
tergantung pada kosistensi antara hubungan metode dan objek dengan tingkat
perkembangan kognitif
anak. Anak
akan siap
untuk mengembangkan konsep apabila memiliki struktur kognitif yang menjadi
prasyaratnya yakni perkembangan kognitif yang bersifat hirarkhis dan integratif.
2. Media Pembelajaran