Berdasarkan uraian sebagaimana di atas maka akhirnya mampu melatarbelakangi penulis untuk menyusun sebuah skripsi yang berjudul “Pembagian dan Profesionalisme Kerja
dalam Struktur Organisasi pada Kelurahan Sitirejo I, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan.
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang sebagaimana diuraikan di atas maka dirumuskan yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yakni :
1. Bagaimana pembagian dan profesionalisme kerja dalam struktur organisasi pada
Kelurahan Sitirejo I, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan? 2.
Bagaimana struktur organisasi berperan untuk mengarahkan pembagian kerja dalam rangka menumbuhkembangkan profesionalisme kerja pada Kelurahan Sitirejo I,
Kecamatan Medan Kota, Kota Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk dapat mengetahui bagaimana pembagian kerja dalam struktur organisasi di Kelurahan Sitirejo I, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan.
2. Untuk dapat mengetahui bagaimana profesionalisme kerja di Kelurahan Sitirejo I,
Kecamatan Medan Kota, Kota Medan . 3.
Untuk dapat mengetahui gambaran secara menyeluruh mengenai struktur organisasi yang ada di Kelurahan Sitirejo I, Kecamatan Medan Kota, kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat ilmiah
Untuk menambah khasanah ilmiah dan sumbangan bagi pengembangan dan penyempurnaan teori-teori dalam Ilmu Administrasi Negara khususnya dalam
kaitannya dengan pembagian kerja dan profesionalisme dalam struktur organisasi.
2. Manfaat praktis
Bagi pihak yang terkait diharapkan dapat memberikan masukan dan keterangan yang diperlukan. Dapat menjadi input bagi kelurahan tempat dimana penelitian ini
dilakukan
3. Manfaat akademis
Sebagai suatu tahapan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir dan analisis, melalui penulisan karya ilmiah dalam menerapkan teori – teori yang
diperoleh dengan membandingkan kenyataan di lapangan sekaligus sebagai syarat untuk menyelesaikan studi Strata-1 di Departemen Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
1.5. Kerangka Teori
Kerlinger mengatakan bahwa teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan
cara merumuskan hubungan antara konsep Singarimbun, 1989:37. Sementara itu dalam bidang administrasi Hoy dan Miskel dalam Sugiyono, 2008 : 43 mengemukakan :
“Theory is a set of interrelated concepts, assumptions, and generalizations that systematically describes and explains regularities in behavior in organizations”.
Teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi
Universitas Sumatera Utara
Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah
yang ada dalam penelitian Arikunto, 1999:92. Sebagai dasar untuk menganalisis masalah maka diperlukan adanya landasan teoritis
yang dapat membantu dalam memecahkan persoalan. Untuk memperoleh gambaran mengenai hal yang akan dibahas dan untuk memahami semua persoalan serta
mengungkapkan secara sistematis dan rasional, maka perlu dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut.
1.5.1 Birokrasi 1. Birokrasi Indonesia
Birokrasi dapat dilihat dari berbagai perspektif diantaranya perspektif administratif publik, perspektif politik, dan perspektif pemerintahan. Namun di sini penulis melihat
pengertian birokrasi secara perspektif administratif yakni badan atau organisasi pemerintahan yang melaksanakan layanan publik yang profesional, efektif, efisien dan produktif
http:www.docstoc.comdocs22840536konsepsi - dasar - birokrasi - pengertian -birokrasi. Diakses pada 17 Maret 2011, pukul 01.36 WIB.
Tujuan dari birokrasi itu sendiri adalah sejalan dengan tujuan pemerintah untuk melaksanakan kegiatan dan program demi tercapainya visi dan misi pemerintah dan negara,
melayani masyarakat dan melaksanakan pembangunan dengan netral dan professional dan menjalankan manajemen pemerintahan.
Untuk diketahui bersama bahwa di dalam birokrasi seperti di Indonesia terdapat penyakit birokrasi atau yang disebut patologi birokrasi yang menghambat berjalannya
birokrasi yang profesional. Patologi birokrasi dikenal sejak hadirnya rutinitas kegiatan yang menyibukkan para birokrat itu sendiri dan menciptakan aktivitas yang berbelit-belit yang
Universitas Sumatera Utara
dikenal dengan kondisi red-tape pita merah. Pada kenyataanya negara berkembang seperti Indonesia telah menjadi tempat tumbuh berkembangnya patologi birokrasi mulai dari
birokrasi pusat hingga birokrasi daerah. Patologi birokrasi antara lain dapat diketahui seperti administrasi publik yang masih bersifat tidak menyatu dengan masyarakat, kekurangan dari
segi sumber daya berkualitas namun berlebih dari segi kuantitas, birokrasi masih lebih berorientasi pada kemanfaatan pribadi ketimbang kemanfaatan masyarakat, birokrasi kita
sering mengutamakan formalitas daripada substansi, birokrasi kita masih asyik dengan jalannya
sendiri tanpa memperhitungkan atau mengakomodir aspirasi rakyat http:waspadamedan.comindex.php?option=com_contentview=articleid=6379:patolog
i-birokrasi-palas-catid=59:opiniItemid=215. Diakses pada 17 maret 201, pukul 02.08 WIB.
Adanya aturan formal bukan malah menjadi alasan untuk tidak melakukan perbaikan tentang cara kerja yang responsif serta bermain di atas aturan guna mensahkan setiap
tindakan. Terkadang peraturan bukan menjadi tujuan tapi alat untuk mencapai tujuan. Walaupun upaya untuk mewujudkan birokrasi pemerintahan yang responsif dan inovatif
bukan pekerjaan yang mudah, namun upaya untuk mewujudkan cita-cita tersebut tetap harus diupayakan demi memperbaiki citra birokrasi Indonesia yang selama ini banyak
menimbulkan citra negatif dan telah kehilangan legitimasi di mata masyarakat. Dosen Fakultas Hukum UGM, Zaenal Arifin Mochtar dalam sebuah artikel surat kabar berkata :
”Kebiasaan pemerintah tidak menempatkan orang – orang yang sesuai, jabatan kosong, lewat waktu atau tidak menurut aturan undang – undang adalah kebiasaan
buruk yang harus diakhiri. Kebiasaan itu dapat menggangu jalannya fungsi pemerintahan dan menimbulkan ketidakpastian. Kebiasaan itu timbul karena
buruknya sistem administrasi negara”. KOMPAS edisi Senin, 29 November 2010 hal. 15 kol. 4
Menanggapi pernyataan tersebut, organisasi publik yang dipahami sebagai penyelenggara pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat mempunyai tempat strategis
pada sistem pemerintahan. Tanggung jawab organisasi publik terhadap pencapaian tujuan
Universitas Sumatera Utara
nasional sangat besar, bahkan di beberapa hal organisasi publik sebagai pemeran utama serta memonopoli penyelenggaraan berbagai urusan untuk masyarakat. Mengingat begitu besarnya
tanggung jawab organisasi publik, maka sangat perlu membangun kualitas dari organisasi itu sendiri, hal tersebut tidaklah mudah terbentuk dengan sendirinya. Simbol profesionalisme
aparatur tersebut tidak mudah terbentuk tanpa dukungan kemampuan, kompetensi dan kualitas pelayanan yang sesuai dengan bidang tugasnya. Ketiga hal tersebut merupakan
komponen-komponen yang saling terkait dan berhubungan dalam membentuk sosok profesionalisme aparatur yang mampu secara cepat menanggapi aspirasi dan tuntutan publik
serta perubahan lingkungan lainnya dengan cara kerja yang lebih sederhana dan bersahaja serta berorientasi kepada masyarakat ketimbang berorientasi kepada atasan seperti yang
terjadi selama ini dalam lingkungan birokrasi publik.
2. Birokrasi kelurahan
Birokrasi kelurahan adalah organisasi lembaga pada Perangkat Daerah Kabupaten Kota yang dipimpin oleh lurah dan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Bupati Walikota melalui Camat. Sesuai dengan lokus penelitian ini maka birokrasi pemerintahan kelurahan adalah Kelurahan Sitirejo I, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan.
Birokrasi pemerintahan kelurahan adalah lembaga atau pun organisasi karier nonpolitik karena merupakan satuan perangkat daerah yang bertanggung jawab kepada kepala daerah
yang berasal dari institusi politik nonkarier. Pemerintahan kelurahan yang dalam hal ini adalah Kelurahan Sitirejo I, Kecamatan Medan kota, Kota Medan adalah perangkat
pemerintahan dari jenjang atas sampai bawah. Pimpinan puncak adalah Kepala Kelurahan yang bertanggung jawab kepada Walikota Medan melalui Camat Medan Kota.
Universitas Sumatera Utara
Struktur Organisasi 1.5.2 Struktur organisasi
Sebelum memulai pembicaraan seputar struktur organisasi ada baiknya dipahami terlebih dahulu pengertian organisasi. Secara sederhana organisasi merupakan bentuk dari
kerjasama guna mencapai tujuan bersama secara efisien dan efektif dalam segi waktu dan biaya melalui kegiatan ataupun aktivitas yang telah ditentukan dan tersistematis dimana di
dalamnya terdapat pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas dalam mencapai tujuan organisai tersebut. Agar organisasi menjadi konkret maka harus mempunyai
nama jenis tertentu tetapi walaupun sudah diberi nama jenis tertentu kadang – kadang nama jenis yang tertunjuk itu hanya gedung tempat kerja organisasi yang bersangkutan maka agar
tidak terjadi hal demikian, setiap organisasi harus membentuk struktur organisasi sehingga jelas organisasi yang dimaksud.
Berikut adalah gambar mengenai proses terbentuknya organisasi :
Gambar 1.1 Proses terbentuknya struktur organisasi Sumber : Hasil analisis Paramita, 1985 : 17
Dari gambar di atas dapat dijelaskan beberapa pembagian kerja lah yang nantinya akan mengisi atau menjadi amanah tugas yang akan dikerjakan oleh orang – orang yang
mengisi kedudukan dalam struktur organisasi dimana dalam pelaksanaannya koordinasi Proses Terbentuknya Struktur Organisasi
Pembagian Kerja I
Pembagian Kerja II
Koordinasi dan Integrasi
Universitas Sumatera Utara
haruslah tetap terjaga agar tidak terjadi miss understanding atau pun miss management dan tetap terintegrasi guna menghindari tumpang tindih tugas. Mengacu pula dari gambar di atas
Kantor Kelurahan Sitirejo I Kecamatan Medan Kota secara fisik de facto jelas ada keberadaannya, personil sebagai pelaksana tugas dan masyarakat yang dilayani pun juga ada
dan diakui keberadaannya de jur, pegawai – pegawai kelurahan tadi dibagi ke dalam sebuah struktur dengan bidang tugas masing – masing dimana dalam menjalankan roda organisasi
harus tetap terkoordinasi dan terintegrasi. Menurut John D. Millet dalam Sutarto, 1995 : 25 pengertian organisasi yakni :
“Organization is the structural framework within which the work of many individuals is carried on for realization of a common purpose. As such, it is a system of work
assignment among groups of person specializing in particular phases of a general task.”
Organisasi adalah kerangka struktur dalam mana pekerjaan dari banyak orang dilakukan untuk pencapaian maksud bersama. Sebagai demikian itu adalah suatu
sistem mengenai penugasan pekerjaan di antara kelompok – kelompok orang yang mengkhususkan diri dalam tahap – tahap khusus dari suatu tugas bersama.
George R. Terry dalam Sutarto, 1995 : 214 mengatakan :
“An organization chart is a diagrametical from which shows important aspect of an organization including the major functions and their respective relationships, the
channel of supervision, and the relative authority of each employee who is in charge of each respective function.“
Suatu bagan organisasi adalah suatu bentuk diagram yang menunjukkan segi – segi penting dari suatu organisasi yang meliputi fungsi – fungsi pokok dan hubungan –
hubungan mereka masing – masing, saluran – saluran pengawasan, dan wewenang yang berhubungan dengan tiap – tiap pegawai yang dibebani dengan masing – masing
fungsi.
Ada sebuah teori modern mengenai organisasi yang disampaikan oleh Ludwig von Bertalanffy yang dikenal dengan teori sistem. Teori ini memandang organisasi sebagai
masalah yang utama bagi seluruh kehidupan. Ia memperhatikan suatu kedinamikan, sistem, interaksional pada organisasi, multi level pandangan yang memungkinkan pada organisasi.
Pada kenyataannya, teori modern dan analisa sistem dalam hubungannya dengan teori sistem yang umum pada dasarnya adalah mempunyai persamaan. Suatu sistem dilihat
Universitas Sumatera Utara
sebagai suatu kumpulan dari bagian – bagian yang saling berhubungan, yang juga menggambarkan suatu organisasi dalam pandangan yang modern. Suatu organisasi
karenanya merupakan suatu sistem dalam Hicks Gullet, 1987 : 348-349. Aliran sistem memandang suatu organisasi sebagai tatanan yang kompleks dan
dinamis dari unsur – unsur yang saling terikat, yakni unsur – unsur input, proses, output, saluran feedback, dan lingkungan tempat unsur – unsur tersebut beroperasi Thoha, 1991 :
26. Berikut ini merupakan kerangka model organisasi sebagai sesuatu sistem yang adaptif
dari Nobert Wiener yang mengemukakan bahwa organisasi merupakan sistem yang adaptive dan jika berkemauan untuk hidup maka harus mau menyesuaikan dengan perubahan yang
ada dalam lingkungan. lingkungan
Input Output
umpan balik Gambar 1.2 Kerangka Model Nobert Wiener
Sumber : Thoha, 1991 : 27-28
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa input yang berupa kemampuan prosedural dalam hal pelayanan publik harus melewati proses sebelum menjadi produk layanan publik
yang diinginkan masyarakat. Kegiatan ini sangat dipengaruhi lingkungan masyarakatnya, semakin maju lingkungan masyarakatnya maka pemenuhan akan kebutuhan layanan publik
akan semakin dinamis secara efektif dan efisien dalam segi waktu dan biaya. Umpan baliknya adalah kepercayaan masyarakat yang akan tumbuh hingga menjadi suatu kedekatan
Proses
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara masyarakat dan pelayan publik. Mengacu pada gambar di atas sudah selayaknya pegawai – pegawai yang bekerja di Kelurahan Sitirejo I Kecamatan Medan Kota
minimal telah mengetahui dan memiliki kemampuan dasar pendukung administrasi seperti mengetik, melipat surat, membuat surat, memimpin rapat, dan hal lain berkaitan lainnya.
Masyarakat atau warga yang datang untuk mengurus sesuatu harus melewati beberapa tahapan dan sistem prosedur administrasi dengan catatan harus jelas, tidak berbelit-belit,
hemat waktu dan biaya. Bila lingkungan masyarakat tempat kelurahan berada didominasi oleh masyarakat golongan menengah ke atas maka pegawai kelurahan dituntut harus mampu
minimal menyeimbangi kebutuhan mereka yang diindikasikan sarat akan pemenuhan kebutuhan yang cepat dan hemat dengan berbasis teknologi serta menciptakan keadilan di
antara seluruh lapisan warga. Dengan demikian maka kepercayaan warga akan kredibilitas kelurahan tersebut akan tumbuh dan begitu pula keadaan sebaliknya.
Setiap organisasi formal baik organisasi pemerintah maupun organisasi nonpemerintah pasti memiliki struktur organisasi. Struktur organisasi dimaksudkan untuk
memilah dan mengklasifikasikan berbagai kegiatan yang ada di dalam organisasi. Dengan demikian akan diketahui tentang siapa melaksanakan apa dan bertanggungjawab kepada
siapa. Menurut Ralph Currier Davis Alan C. Filley dalam Sutarto, 1995 : 42 struktur
organisasi juga merupakan : “An organization structure, on the other hand, is the set of formal, planned
relationships between grouping of similar functions, and between the phisycal factors and personal required for the performance of these functions.”
Suatu struktur organisasi, di lain pihak, adalah seperangkat formal, hubungan – hubungan yang direncanakan antara pengelompokkan fungsi – fungsi yang semacam,
dan antara faktor – faktor fisik dan orang – orang yang diperlukan untuk melakukan fungsi – fungsi ini.
Sehingga penulis menyimpulkan bahwa struktur organisasi merupakan skema yang mengatur hubungan – hubungan antara para komponen organisasi pimpinan dan anggota –
Universitas Sumatera Utara
anggotanya yang memuat kedudukan, tugas dan wewenang, peran dan fungsi serta aturan – aturan yang berlaku dalam menggerakkan roda organisasi. Struktur organisasi juga akan
lebih kelihatan tegas apabila dimuat dalam suatu bagan organisasi. Karena itu untuk menciptakan struktur organisasi yang mendukung aktivitas –
aktivitas organisasi secara optimal, keempat hal di atas harus benar – benar diperhatikan. Struktur organisasi menggambarkan pula pola hubungan antar pihak internal eksekutif,
manajer dan pekerja dan pola hubungan antara pihak internal dengan pihak eksternal para konstituen organisasi http:re-searchengines.comburhanudin10708.html seminar 1.
Diakses pada 2 Desember 2010, 12.41 WIB.
1.5.3 Peran struktur organisasi pada kelurahan
Pada Kelurahan Sitirejo I, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan struktur organisasi menjadi hal yang wajib ada karena memiliki peran yang begitu besar. Kegunaan struktur
organisasi yang utama adalah dalam rangka mendayagunakan keseluruhan sumber daya organisasi yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan organisasi. Di dalam pola
hubungan intra organisasi selalu disertai dengan munculnya hierarki organisasi. Oleh karena itu hierarki organisasi seperti halnya pembagian kerja, merupakan bagian dari struktur
organisasi yang tidak bisa dihindarkan. Yang barangkali harus disadari adalah hierarki harus dibedakan dengan birokrasi karena keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Tidak
selamanya yang hierarkis selalu birokratis.
1.5.4 Pembagian kerja
Dalam penggerakan roda organisasi sering terjadi kesimpangsiuran antara seorang pejabat dengan pejabat lain di dalam melaksanakan setiap tugas mereka. Hal ini dikarenakan
tidak adanya pembagian kerja yang jelas dari setiap bidang yang ada dalam organisasi
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Setiap personil serta fungsi – fungsi yang perlu dijalankan tidak dibuat secara terinci dan tidak ada dalam bagan. Hal ini kerap menimbulkan kerumitan di dalam organisasi
sehingga apa yang menjadi tujuan organisasi tidak akan pernah tercapai. Pembagian kerja dapat diartikan dua macam Sutarto, 1995 : 104 :
1. Pembagian kerja adalah rincian serta pengelompokkan aktivitas – aktivitas yang
semacam atau erat hubungannya satu sama lain untuk dilakukan oleh satuan organisasi tertentu.
Misalnya Sekretariat Jendral, Biro Perencanaan, Biro Kepegawaian, Biro Keuangan, Biro Perencanaan, Biro Kepegawaian hingga Inspektorat Jendral, Inspektorat Daerah,
Fakultas, Lembaga , Badan, Balai yang semua ini mempunyai rincian aktivitas. 2.
Pembagian kerja adalah rincian serta pengelompokkan tugas – tugas yang semacam atau erat hubungannya satu sama lain untuk dilakukan oleh seorang pejabat tertentu.
Misalnya Sekretaris, Bendahara, Kepala Seksi, Ketua Panitia, Juru Bayar, direktur, Menteri, Presiden yang semua ini memiliki rincian tugas.
Dan mengenai pentingnya pembagian kerja Luther Gullick dalam Sutarto, 1995 : 104 mengemukakan alasan – alasan sebagai berikut :
“1. Because men differ in nature, capacity and skill, and gain gratly in dexterity by specialization
2. Because the same man cannot be at two places at the same time 3. Because one man cannot do two things at the same time
4. Because the range of knowledge and skill is so great that a man cannot within his life span know more than a small fraction of it.”
1. Karena orang berbeda dalam pembawaan, kemampuan serta kecakapan dan
mencapaiketangkasan yang besar dengan spesialisasi 2. Karena orang yang sama tidak dapat berada di dua tempat pada saat yang sama
3. Karena seorang tidak dapat mengerjakan dua hal pada saat yang sama 4. Karena bidang pengetahuan dan keahlian begitu luas sehingga seseorang dalam
rentangan hidupnya tidak mungkin dapat mengetahui lebih banyak daripada sebagian kecil daripadanya
Struktur organisasi biasanya direfleksikan ke dalam peta organisasi organization chart yang secara visual digambarkan dalam bentuk kotak dan garis. Peta organisasi tersebut
Universitas Sumatera Utara
menggambarkan 3 hal pokok yakni tingkat spesialisasi atau kompleksitas organisasi, tingkat formalisasi organisasi, dan tingkat sentralisasi desentralisasi organisasi.
Spesialisasi atau kompleksitas organisasi dibedakan lebih lanjut menjadi tiga bagian yakni : horizontal differentiation, vertical differentiation dan spatial differentiation.
Horizontal differentiation menjelaskan seberapa banyak pekerjaan harus dilakukan oleh pegawai, tingkat kebutuhan akan profesi dan spesialisasi pegawai, kebutuhan akan training
dan pendidikan pegawai dalam kaitannya dengan tugas dan pekerjaan yang harus dilaksanakannya dan tingkat departementalisasi organisasi. Semakin banyak pekerjaan,
profesi dan spesialisasi, semakin banyak kebutuhan akan training khusus dan semakin banyak departementalisasi maka akan semakin kompleks organisasi tersebut. Vertical
differentiation berkaitan dengan banyaknya level tingkatan di dalam organisasi. Semakin sedikit level organisasi maka semakin lebar rentang kendali yang harus dijalankan seorang
pimpinan. Sebaliknya semakin banyak level organisasi semakin sempit rentang kendalinya. Sedangkan spatial differentiation berkaitan dengan lokasi organisasi. Semakin jauh jarak
antar unit organisasi, departemen dan orang-orang yang bekerja di dalamnya, organisasi tersebut menjadi semakin kompleks http:re-searchengines.comburhanudin10708.html
seminar 1. Diakses pada 2 Desember 2010, 12.41 WIB. Formalisasi organisasi berkaitan dengan tingkat standardisasi pekerjaan yakni sejauh
mana aktivitas organisasi dikerjakan berdasarkan regulasi, aturan dan prosedur kerja. Demikian juga formalisasi menjelaskan sejauhmana rutinitas sebuah pekerjaan. Sehingga, ide
dasar formalisasi organisasi adalah sejauh mana sebuah pekerjaan bisa dikelola dan dikendalikan. Sentralisasi desentralisasi menjelaskan kepada kita pada level mana
keputusan organisasi akan diambil, siapa yang memiliki otorisasi pengambilan keputusan, siapa yang memiliki kekuasaan dan pada posisi mana keputusan akan dibuat.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam melakukan pembagian kerja pada organisasi perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
a. Tiap – tiap satuan organisasi hendaknya memiliki rincian aktivitas yang jelas tertulis pada
daftar rincian aktivitas. b.
Tiap – tiap pejabat dari pucuk pimpinan sampai dengan pejabat yang berkedudukan paling rendah harus memiliki rincian tugas deskripsi tugas jobdesc yang jelas dalam
suatu daftar rincian tugas jobs list.
1.5.5 Peran pembagian kerja pada kelurahan
Dalam buku Organizations Gibson friends, 2003 : 380 – 381 penulis menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pengertian dari division of labor atau pembagian
kerja sebagai perhatian pada tingkat pekerjaan yang diperuntukkan. Pembagian kerja dapat menjadi 3 cara :
1. Kerja dapat dibagi kedalam kemampuan personal yang berbeda.
2. Kerja dapat dibagi ke dalam aktivitas – aktivitas yang dibutuhkan oleh rangkaian
alami pekerjaan yang dilakukan organisasi. 3.
Dan akhirnya kerja dapat dibagi sepanjang bidang taraf vertikal organisasi. Dari hal di atas kita bisa merumuskan organisasi sebagai proses menetapkan dan
mengelompokkan pekerjaan yang akan dilakukan, merumuskan dan melimpahkan tanggung jawab dan wewenang serta menyusun hubungan – hubungan dengan maksud untuk
memungkinkan orang – orang bekerjasama secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan.
Bagi Kelurahan Sitirejo I Kecamatan Medan kota, Kota Medan sendiri dengan telah dimilikinya daftar rincian tugas bagi para pegawai maka dapat dihindarkan terjadinya
pegawai yang bekerja hanya sekadar menunggu perintah saja dan dapat dihindarkan pula
Universitas Sumatera Utara
adanya pejabat yang hanya memenuhi syarat formal datang ke kantor tetapi tidak mengerjakan apa – apa. Sebaliknya di sini dapat dikemukakan bahwa tiap – tiap pejabat
merasa yakin benar apa yang harus dipertanggungjawabkan tiap harinya walaupun mungkin tidak ada perintah dari atasan. Seseorang masuk kerja didasari oleh keyakinan bahwa ada
pekerjaan yang memang benar – benar harus dikerjakan, sedangkan perintah – perintah dari atasan datangnya secara insidentil. Seseorang masuk kerja bukan didasarkan karena adanya
inspeksi mendadak sidak ataupun karena iming – iming reward sebagai kategori pegawai teladan melainkan karena sumpah dan janji ataupun komitmen yang pernah diucapkan pada
saat masuk ke dalam untuk berproses atau pun bekerja pada organisasi tersebut.
1.5.6 Profesionalisme kerja
Istilah profesionalisme berasal dari kata professio yang dalam bahasa Inggris menurut Webster Dictionary dalam Tangkilisan, 2005 : 225 penulis menerjemahkannya ke dalam
bahasa Indonesia yakni suatu pekerjaan atau jabatan yang membutuhkan pelatihan keterampilan dalam beberapa pengetahuan budaya dan ilmu dan biasanya mencakup mental
daripada kerja manual seperti mengajar, teknis, menulis dan lainnya. Menurut Korten Alfonso dalam Tjokrowinoto 1996:178 dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan profesionalisme adalah kecocokan fitness antara kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi bureaucratic-competence dengan kebutuhan tugas task-
requirement. Terpenuhinya kecocokan antara kemampuan dengan kebutuhan tugas merupakan syarat terbentuknya aparatur yang profesional. Artinya keahlian dan kemampuan
aparat merefleksikan arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi. Dalam pandangan Tjokrowinoto, 1996:191 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
profesionalisme adalah kemampuan untuk merencanakan, mengkoordinasikan, dan melaksanakan fungsinya secara efisien, inovatif, lentur, dan mempunyai etos kerja tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Ada pula pendapat dari Atmosoeprapto 2000:51 yang menyebutkan bahwa profesionalisme merupakan cermin dari kemampuan competency, yaitu memiliki
pengetahuan knowledge, keterampilam skill, bisa melakukan ability ditunjang dengan pengalaman experience yang tidak mungkin muncul tiba-tiba tanpa melalui perjalanan
waktu. Menurut pendapat tersebut, kemampuan aparatur lebih diartikan sebagai kemampuan
melihat peluang-peluang yang ada bagi pertumbuhan ekonomi, kemampuan untuk mengambil langkah-langkah yang perlu dengan mengacu kepada misi yang ingin dicapai dan
kemampuan dalam meningkatkan kemampuan masyarakat untuk tumbuh kembang dengan kekuatan sendiri secara efisien, melakukan inovasi yang tidak terikat kepada prosedur
administrasi, bersifat fleksibel, dan memiliki etos kerja tinggi. Sedangkan profesionalisme menurut Siagian, 2000:163 adalah keandalan dalam
pelaksanakan tugas sehingga terlaksana dengan mutu yang baik, waktu yang tepat, cermat dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh “klientele” pelanggan atau
masyarakat. Menurut Legge dan Exley dalam Sedarmayanti, 2004:77 profesionalisme adalah:
1. Keterampilan yang didasarkan atas pengetahuan teoritis
2. Diperoleh dengan pendidikan tinggi dan latihan kemampuannya diakui oleh rekan
sejawatnya 3.
Punya organisasi profesi yang menjamin berlangsungnya budaya profesi melalui persyaratan untuk memasuki organisasi tersebut, yaitu ketaatan pada kode etik
profesi. 4.
Ada nilai khusus yang harus diabadikan pada kemanusiaan. Lebih lanjut Semana dalam Sedarmayanti, 2004:77 menjelaskan bahwa
profesionalisme adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Seorang pekerja yang terampil atau cakap dalam bekerja
2. Seseorang yang dituntut menguasai visi yang mendasari keterampilannya yang
menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan nasional dan memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan serta mengembangkan mutu karyanya
3. Mempunyai ciri:
a. Memerlukan persiapan atau pendidikan khusus
b. Memenuhi persyaratan yang telah dibebankan oleh pihak yang berwenang
c. Mendapat pengakuan masyarakat atau negara
d. Berkecakapan kerja berkeahlian sesuai dengan tugas khusus serta tuntutan dari
jenis jabatannya e.
Menurut pendidikan yang terprogram secara relevan, sehingga terselenggara secara efektif dan efisien dan tolok ukur yang berstandar
f. Berwawasan sosial, bersikap positif terhadap jabatannya dan perannya serta
bermotivasi untuk bekerja dengan sebaik-baiknya g.
Memiliki kode etik yang harus dipenuhi h.
Mencintai profesinya dan memiliki etos kerja yang tinggi serta selalu meningkatkan diri serta karyanya.
Lebih lanjut Tjokrowinoto, 1996:190 menjelaskan bahwa birokrasi dapat dikatakan profesional atau tidak, diukur melalui kompetensi sebagai berikut:
a. Profesionalisme yang Wirausaha Entrepreneurial-Profesionalism.
Kemampuan untuk melihat peluang-peluang yang ada bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional, keberanian mengambil risiko dalam memanfaatkan
peluang, dan kemampuan untuk menggeser alokasi sumber dari kegiatan yang berproduktivitas rendah ke produktivitas tinggi yang terbuka dan memberikan
peluang bagi terciptanya lapangan kerja dan peningkatan pendapatan nasional.
Universitas Sumatera Utara
b. Profesionalisme yang Mengacu Kepada Misi Organisasi Mission-driven
Profesionalism. Kemampuan untuk mengambil keputusan dan langkah langkah yang perlu dan
mengacu kepada misi yang ingin dicapai mission-driven professionalism, dan tidak semata mata mengacu kepada peraturan yang berlaku rule-driven professionalism
c. Profesionalisme Pemberdayaan Empowering-Profesionalism.
Kemampuan ini diperlukan untuk aparatur pelaksana atau jajaran bawah grassroots yang berfungsi untuk memberikan pelayanan publik service provider.
Profesionalisme yang dibutuhkan dalam hal ini adalah profesionalisme- pemberdayaan empowering-prefesionalism yang sangat berkaitan dengan gaya
pembangunan. Dalam konsep ini birokrasi berperan sebagai fasilitator atau meningkatkan kemampuan masyarakat untuk tumbuh berkembang dengan kekuatan
sendiri enabler, pada Osborne Gaebler,1992.
1.5.7 Peran profesionalisme kerja bagi kelurahan
Profesionalisme diukur dari segi kecepatannya dalam menjalankan fungsi dan mengacu kepada prosedur yang telah disederhanakan. Peningkatan kreativitas kerja hanya
mungkin terjadi apabila; pertama, terdapat iklim yang mendorong aparatur untuk mencari ide baru dan konsep baru serta menerapkannya secara inovatif; kedua, terdapat kesediaan
pimpinan untuk memberdayakan bawahannya, antara lain melalui partisipasi bawahan untuk mengambil keputusan yang menyangkut pekerjaannya, mutu hasil pelaksanaan tugasnya,
kariernya dan cara-cara yang dianggapnya paling efektif dalam menyelesaikan permasalahan di tempat pekerjaan Siagian, 2000:164.
Pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang menuntut keprofesionalismean dalam bekerja dimana secara terus menerus mau mengubah diri agar
Universitas Sumatera Utara
tetap eksis mengikuti perkembangan yang terjadi. Membangun pelayanan yang prima harus dimulai dari mewujudkan atau meningkatkan profesionalisme kerja untuk dapat memberikan
pelayanan terbaik, mendekati sesuai atau melebihi standard. Upaya untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan secara benar good-
governance dan bersih clean-government termasuk di dalamnya penyelenggaraan urusan publik memerlukan unsur-unsur mendasar antara lain adalah unsur profesionalisme dari
pelaku dan penyelenggara pemerintahan dan pelayan publik. Terabaikannya unsur profesionalisme dalam menjalankan tugas dan fungsi organisasi pemerintahan akan
berdampak kepada menurunnya kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
Profesionalisme sebagai refleksi dari cerminan kemampuan, keahlian akan dapat berjalan efektif apabila didukung oleh adanya kesesuaian antara tingkat pengetahuan atas
dasar latar belakang pendidikan dengan beban kerja pegawai yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam rangka mengembangkan suatu etika pemerintahan tidaklah semata-mata
mendoktrinasikan apa yang boleh dan tidak boleh dikerjakan oleh aparat pemerintahan, tetapi lebih dari itu adalah upaya yang terus menerus dilakukan untuk meningkatkan professional
integrity integritas profesional yang bermanfaat bagi organisasi tersebut. Peningkatan kreativitas kerja hanya mungkin terjadi apabila :
1. Terdapat iklim yang mendorong untuk mencari ide baru dan konsep baru serta
menerapkannya secara inovatif. 2.
Terdapat kesediaan pimpinan untuk memberdayakan bawahannya, antara lain melalui partisipasi bawahan untuk mengambil keputusan yang menyangkut
pekerjaannya, mutu hasil pelaksanaan tugasnya, kariernya dan cara-cara yang dianggapnya paling efektif dalam menyelesaikan permasalahan di tempat
pekerjaan Siagian, 2000:164.
Universitas Sumatera Utara
Bagi Kelurahan Sitirejo I, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan profesionalisme di sini lebih ditujukan kepada kemampuan aparatur dalam melaksanakan tugas secara baik,
cermat, dan bertanggungjawab karena tidak hanya sekedar kecocokan keahlian dengan tempat penugasan. Sehingga aparatur dituntut untuk memiliki kemampuan dan keahlian
untuk memahami dan menerjemahkan apa yang seharusnya menjadi tugas pokok dan fungsi dari bidang yang ditugasinya.
Dengan dapat dipahaminya arti profesionalisme beserta kriterianya, maka diharapkan setiap aparatur dapat berupaya untuk menerapkan ciri atau kriteria profesionalisme tersebut
dalam melaksanakan pekerjaannya, dan berupaya mengadakan peningkatan secara berkesinambungan.
1.5.8 Kualitas pelayanan
Menurut Wasistiono 2001:51 pelayanan umum didefinisikan sebagai pemberian jasa baik oleh pemerintah, swasta atas nama pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat
dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat. Lebih lanjut Wasistiono 2001:52 mengatakan :
”Pelayanan yang diberikan oleh organisasi pemerintah kepada masyarakat merupakan kompensasi dari pajak yang telah dibayar oleh masyarakat itu sendiri. Pelayanan
umum kepada masyarakat dapat diberikan secara Cuma-cuma dan atau penarikan bayaran, yang penentuan tarifnya didasarkan pada harga pasar ataupun didasarkan
pada harga yang paling terjangkau”. Pelayanan umum menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan adalah segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan
Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
Pelayanan yang baiksulit dapat diketahui ketika pelanggan merasakan atau melihatnya. Pada banyak organisasi, kualitas pelayanan dipengaruhi secara signifikan oleh
sumber daya manusia yang berinteraksi dengan pelanggan Sedarmayanti, 2004:79. Pada dasarnya, kualitas pelayanan publik bisa dilihat dengan cara membandingkan
persepsi para pelanggan masyarakat atas pelayanan yang sebenarnya mereka dambakan. Apabila pelayanan yang diperoleh masyarakat sama dengan harapan atau dambaan mereka
maka pelanggan tersebut bisa dibilang telah terpuaskan. Dengan demikian baik tidaknya kualitas pelayanan tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan
pelanggannya secara konsisten. Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Hal ini berarti bahwa simbol kualitas yang baik bukanlah
berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang pelanggan.
Produk pelayanan yang dihasilkan oleh Kelurahan Sitirejo I, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan seperti pembuatan Kartu Tanda Penduduk KTP, Kartu Keluarga KK, Surat
Pengantar Surat Keterangan Berkelakuan Baik SKBB, dan berbagai macam surat izin, surat pengantar, surat keterangan, dan rekomendasi lainnya. Produk – produk layanan publik tadi
tentunya harus ditangani oleh pegawai – pegawai yang memang membidanginya dan juga mengerti akan kebutuhan dan kepuasan masyarakat terutama dalam segi biaya yang murah
dengan waktu yang relatif cepat. Selain itu pegawai juga harus mampu mengakomodir kegiatan – kegiatan di luar tugas utamanya seperti gotong royong, siskamling, serikat tolong
menolong dan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
1.5.9 Keterkaitan antara pembagian dan profesionalisme kerja dalam struktur organisasi
Di dalam suatu organisasi yang disebut mapan terdapat berbagai tingakatan yang cocok untuk penganalisisan. Kita mulai dari pembagian kerja dengan menganologikan aspek
makro dan mikro. Contohnya pada suatu kelurahan bisa mencakup kedua aspek tersebut. Ia disebut makro dalam hubungannya dengan unit – unit di bawahnya kepala lingkungan. Ia
disebut mikro dari keseluruhan Kecamatan, Kabupaten Kota, Provinsi hingga Pemerintah Pusat.
Ada sebuah model yang bisa dijadikan acuan dalam keterkaitan antara pembagian dan profesionalisme kerja dalam struktur organisasi yang disebut The Seven Ss Model. Kali ini
penulis mengambil hasil pengembangan dari perusahaan McKinsey Company yang membuka sebuah program pelatihan kepemimpinan muda di Jakarta yang pernah penulis
ikuti kurun waktu 2009 – 2010. Penulis menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pemaparan model yang dimaksud yang diperoleh dari sebuah situs internet.
Model 7Ss adalah kerangka kerja untuk menganalisis organisasi dan kefektivannya. Terdapat tujuh elemen kunci yang membuat organisasi sukses atau tidak yakni : strategi,
struktur, sistem, gaya, keterampilan, staf, dan nilai – nilai bersama. Model 7Ss adalah alat bagi tindakan dan analisis managerial yang menyediakan struktur yang dengan
mempertimbangkan perusahaan sebagai suatu keseluruhan sehingga masalah organisasi dapat didiagnosa dan solusi bisa dikembangkan dan diimplementasikan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.3 The Seven Ss Model Sumber : Mckinsey
1. Shared Values nilai – nilai bersama, biasanya berupa kepercayaan, pola pikir dan
asumsi yang membentuk bagaimana suatu organisasi berperilaku – budaya korporasi. Nilai – nilai bersama adalah apa yang menimbulkan kepercayaan. Mereka adalah
pusat interkoneksi dari model 7Ss. Nilai adalah identitas dimana suatu organisasi dapat dikenal banyak orang. Nilai – nilai harus secara eksplisit dinyatakan baik
sebagai tujuan perusahaan dan nilai – nilai individu. 2.
Structure struktur adalah bagan organisasi dan informasi terkait yang menunjukkan siapa melapor kepada siapa dan bagaimana tugas-tugas keduanya dibagi dan terpadu.
Dengan kata lain, struktur menggambarkan hierarki otoritas dan akuntabilitas dalam sebuah organisasi, cara unit organisasi berhubungan satu sama lain: terpusat, divisi
fungsional top-down, desentralisasi kecenderungan dalam organisasi yang lebih besar, matriks, jaringan, memegang , dan lainnya. Hubungan ini sering digambarkan
di bagan organisasi. Kebanyakan organisasi menggunakan beberapa campuran struktur yang piramida, matriks atau jaringan untuk mencapai tujuan mereka.
Universitas Sumatera Utara
3. Strategy strategi adalah perencanaan organisasi yang diformulasikan untuk
mencapai tujuan yang diidentifikasikan dan seperangkat keputusan dan aksi yang bertujuan mendapatkan keuntungan yang berkelanjutan melalui kompetisi.
4. System sistem mendefinisikan aliran kegiatan yang melibatkan operasi harian usaha,
termasuk proses inti dan sistem pendukung. Mereka mengacu pada prosedur, proses, dan rutinitas yang digunakan untuk mengelola organisasi dan mencirikan betapa
pentingnya pekerjaan dilakukan. 5.
Style gaya mengacu pada gaya budaya organisasi, bagaimana manajer kunci berperilaku untuk mencapai tujuan organisasi dan bagaimana mereka menggunakan
perilaku simbolik. Bagaimana mangemen bertindak lebih penting daripada apa yang dikatakan managemen.
6. Staff staf mengacu pada jumlah dan tipe personil di bawah organisasi dan
bagaimana perusahaan mengembangkan pegawai dan membentuk nilai dasar. 7.
Skill keterampilan mengacu pada kemampuan dan kompetensi khas yang dominan dari personil atau organisasi secara keseluruhan. http:www.valuebasedmanagement.
netmethods75.html. Diakses pada 13 Februari 2011, 23.59 WIB Memang model 7Ss banyak digunakan oleh organisasi swasta yang profit oriented
sementara kelurahan merupakan contoh organisasi publik yang tidak berorientasi pada hasil tetapi tanpa harus mempermasalahkan apakah organisasi swasta atau organisasi publik yang
lebih cocok menggunakan model ini kita bisa melihat bahwa 7 kunci elemen yang dipaparkan memang sudah mewakili semua aspek yang diperlukan organisasi untuk berhasil.
Selanjutnya akan dibahas pada analisis data. Prof. Dr. Mr Pradjudi Armosudiro mengatakan bahwa organisasi adalah struktur
pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi
Universitas Sumatera Utara
yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu http:id.shvoong.comsocial-scienceseducation1931281-pengertian-organisasi. Diakses
pada 2 Desember 2010, 12.18 WIB. Dari pengertian di atas penulis kembali pada pendapat awal penulis dimana struktur
organisasi yang jelas dengan pemahaman yang baik dari setiap pegawai yang ada di dalamnya akan mampu mendorong terciptanya profesionalisme kerja pada organisasi yang
menjadi salah satu unsur dalam aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa struktur suatu organisasi menspesifikasi
aktivitas-aktivitas kerja. Ditunjukkan pula olehnya bagaimana berbagai fungsi atau aktivitas- aktivitas yang berbeda berkaitan satu sama lain. Hingga tingkat tertentu, ia juga
menunjukkan tingkat spesialisasi aktivitas-aktivitas pekerjaan. Juga ditunjukkan olehnya, hierarki organisasi yang bersangkutan, struktur otoritas, dan hubungan-hubungan atasan-
bawahan. Pembagian kerja dibuat agar gerak roda dari sebuah organisasi berjalan sebagaimana
mestinya dan tidak tumpang tindih. Artinya tidak ada suatu bagian yang melaksanakan lebih dari satu tugas bagian yang sebenarnya bukan menjadi tugas bagiannya dan tidak ada pula
bagian yang tidak melakukan tugas bagiannya alias datang bekerja sebagai formalitas menandatangani absensi kehadiran kerja. Kemudian seiring telah dipahaminya dan
diberlakukannya pembagian kerja tadi terhadap para pegawai maka akan membawa efek yang menuntut agar mereka bisa mahir, terampil, berpengalaman, adaptif, dan kompeten
untuk melaksanakan apa yang menjadi deskripsi kerjanya jobdesc. Dalam perkembangannya perlu diingat, bahwa profesionalisme mengandung dua
unsur, yaitu unsur keahlian dan unsur panggilan, unsur kecakapan teknik dan kematangan etik, unsur akal dan unsur moral. Dan kedua - duanya itulah yang merupakan kebulatan unsur
kepemimpinan. Dengan demikian, jika berbicara tentang profesionalisme tidak dapat kita
Universitas Sumatera Utara
lepaskan dari masalah kepemimpinan dalam arti yang luas. Sehingga pada akhirnya terdapat pengaruh influence pembagian kerja dalam struktur organisasi terhadap profesionalisme
kerja. Dari sini maka bisa dilihat konsep organisasi yang menerapkan the right man on the right place doing the right job orang yang tepat pada posisi yang tepat melakukan pekerjaan
yang tepat pula. Dengan begitu kita bisa melihat bahwa struktur organisasi mempunyai peran dalam mengarahkan pembagian kerja dalam rangka menumbuhkembangkan
profesionalisme kerja.
1.6. Definisi Konsep
Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial
Singarimbun, 1989:33. Konsep sebagai suatu istilah untuk mendeskripsikan secara abstrak tentang suatu kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi perhatian dalam ilmu sosial.
Adapun definisi konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Organisasi adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang membentuk suatu wadah guna mencapai suatu tujuan bersama yang telah ditetapkan pada jangka waktu tertentu
yang tidak mungkin dicapai oleh perseorangan 2.
Struktur organisasi adalah suatu kerangka antar hubungan satuan – satuan pada organisasi yang di dalamnya memuat kedudukan, tugas dan wewenang, garis koordinasi, tingkatan
hierarki dalam satu kesatuan yang solid. Dari definisi yang dikemukakan di atas, ada beberapa hal yang tercakup dalam struktur
organisasi, yaitu : 1.
Pembagian kerja 2.
Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab 3.
Departementalisasi
Universitas Sumatera Utara
4. Rentang kendali
5. Koordinasi
Adapun faktor – faktor yang menentukan perancangan struktur organisasi adalah sebagai berikut :
1. Strategi untuk mencapai tujuannya
2. Teknologi yang digunakan
3. Anggota karyawan dan orang – orang yang terlibat dalam organisasi
4. Ukuran organisasi Handoko, 1995 : 169
3. Pembagian kerja adalah rincian serta pengelompokkan aktivitas – aktivitas, tugas – tugas
yang semacam atau erat hubungannya satu sama lain untuk dilakukan oleh satuan organisasi tertentu atau seorang pejabat tertentu, yang mana dengan sangat jelas
terperinci dan terbagankan dalam struktur organisasi yang ada. Adapun indikator dalam pembagian kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Perincian tugas – tugas
b. Sumber tugas yang diberikan kepada pegawai
c. Variasi tugas
d. Beban tugas
e. Penempatan pegawai pada jabatan yang sesuai dengan pendidikan atau keahliannya
diolah sari berbagai sumber. 4.
Profesionalisme adalah suatu bentuk kecakapan dan keandalan performansi aparatur dalam menjalankan pekerjan sesuai bidang tugas masing-masing secara responsif dan
bertanggungjawab akuntabel dengan tingkat loyalitas yang tinggi sehingga dapat terlaksana dengan mutu baik, cermat dan tepat sesuai tingkat kemampuan dan
kompetensi yang dimilikinya.
Universitas Sumatera Utara
Adapun indikator profesionalisme kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a.
Disiplin waktu b.
Pelatihan yang pernah diikuti c.
Pengawasan dan pelaksanaan tugas d.
Tinggi rendahnya pendidikan yang dicapai pegawai e.
Keterampilan dan pengalaman kerja f.
Kehandalan g.
Sikap dan perhatian terhadap pekerjaan h.
Dorongan melaksanakan tugas diolah dari berbagai sumber 5.
Konsep Pelayanan, adalah cara melayani, membantu menyiapkan atau mengurus keperluan seseorang atau kelompok orang. Kualitas pelayanan mencakup kejelasan,
produk yang dirasakan, sarana dan prasarana dan kompetensi pegawai. Sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur
Negara Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan, bahwa penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Kesederhanaan, prosedur atau tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah,
lancar, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan. 2.
Kejelasan, mencakup kejelasan dalam hal pelayanan, persyaratan pelayanan baik persyaratan teknis maupun administratif, unit kerja atau pejabat yang berwenang
bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan, rincian biaya atau tarif pelayanan dan tata cara pembayaran.
3. Kepastian waktu, pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan sesuai dengan aturan yang berlaku. 4.
Akurasi, produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.
Universitas Sumatera Utara
5. Keamanan, proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian
hukum. 6.
Tanggungjawab, pimpinan penyelenggaraan pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian
keluhanpersoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik. 7.
Kelengkapan sarana dan prasarana, tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja pendukung lainnya yang memadai termasuk penyedia sarana teknologi
telekomunikasi dan informatika. 8.
Kemudahan akses, tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan
informatika. 9.
Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan, pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.
10. Kenyamanan, lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu
yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.
Penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu nantinya dipertanggungjawabkan baik kepada publik maupun kepada atasanpimpinan unit pelayanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-perundangan yang berlaku. Setiap penyelengaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan
dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Dalam keputusan MENPAN Nomor 63 tahun 2003 standar pelayanan sekurang-kurangnya
meliputi : 1.
Prosedur pelayanan, yaitu prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.
Universitas Sumatera Utara
2. Waktu penyelesaian, yaitu waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan
permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan. 3.
Biaya pelayanan, yaitu biaya pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.
4. Produk pelayanan, hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. 5.
Sarana dan prasarana, penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik
6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan, kompetensi petugas pemberi pelayanan
harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan keahlian, keterampilan, sikap, dan prilaku yang dibutuhkan.
1.7. Sistematika Penulisan