24
yang dijalankan
peminjam untung atau rugi.
usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama.
5. Jumlah pembayaran bunga
tidak meningkat
sekalipun keuntungan
naik berlipat
ganda. 5.
Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan
peningkatan keuntungan.
6. Eksistensi bunga diragukan
kalau tidak dikecam oleh semua agama.
6. Tidak
ada yang
meragukan keabsahan
bagi hasil. Sumber : Ascarya, Akad Produk Bank Syariah, 2011.
3. Akad Pola Bagi Hasil
Menurut terminologi asing bagi hasil dikenal dengan profit and loss sharing PLS. Prinsip dasar dari profit and loss sharing pembagian
keuntungan dan kerugian adalah para bankir membentuk sebuah hubungan partnership dengan debitur, membagi keuntungan dan
kerugian usaha daripada meminjamkan uang dengan tarif return yang tetap. Hubungan itu bisa 1 satu atau 2 dua tipe yaitu: mudharabah
commenda partnership atau hubungan pengelolaan keuangan dan musyarakah aransemen-aransemen yang mirip ekuitas jangka panjang
Warde, 2009:288. Lebih jauh prinsip mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar baik untuk produk pendanaan tabungan dan deposito
maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan Muhammad, 2009:8.
a. Musyarakah
Musyarakah merupakan istilah yang sering dipakai dalam konteks skim pembiayaan syariah. Istilah ini berkonotasi lebih teratas dari
istilah syirkah yang lebih umum digunakan dalam fikih Islam
25
Usmani, 1999. Syirkah yang berarti sharing ‘berbagi’, dan di
dalam termonilogi Fikih Islam di bagi dalam dua jenis.
1 Syirkah al-milk atau syirkah amlak atau syirkah kepemilikan,
yaitu kepemilikan bersama dua pihak atau lebih dari suatu properti; dan
2 Syirkah al-‘aqd atau syirkah ‘ukud atau syirkah akad yang
berarti kemitraan yang terjadi karena adanya kontrak bersama, atau usaha komersial bersama Ascaraya, 2011:49 .
Dalam pembagian proporsi keuntungan harus memenuhi hal berikut.
1 Proporsi keuntungan yang dibagikan kepada para mitra usaha
harus disepakati di awal kontrakakad. Jika proporsi belum ditetapkan, akad tidak sah menurut syariah.
2 Rasionisbah keuntungan untuk masing-masing mitra usaha
harus ditetapkan sesuai dengan keuntungan nyata yang diperoleh dari usaha, dan tidak ditetapkan berdasarkan modal
yang disertakan Ascaraya, 2011:53.
b. Mudharabah
Secara singkat mudharabah atau penanaman modal adalah penyerahan modal uang kepada orang yang berniaga sehingga ia
mendapatkan persentasi keuntungan Al-Mushlih dan Ash-Shawi, 2004. Ascarya, 2011:60. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Abdurrahman
Al-Jaziri yang memberikan arti mudharabah sebagai ungkapan pemberian
26
harta dari seseorang kepada orang lain sebagai modal usaha. Namun, keuntungan yang diperoleh akan dibagi di antara mereka berdua, dan jika
rugi ditanggung oleh pemilik modal Ali, 2008:25. Mudharabah dalam fiqih juga dikenal dengan sebutan Al-Qiraadh, Al-Muqaaradhah, dan Al-
Mu’amalah Arifin , 2009:131. Mudharabah pada dasarnya dapat dikategorikan ke dalam salah satu
bentuk musyarakah perkongsian. Namun para cendikiawan fikih Islam meletakkan mudharabah dalam posisi khusus dan memberikan landasan
hukum tersendiri Wirdyaningsih, 2005 :115. Sebagai suatu bentuk kontrak, mudharabah merupakan akad bagi hasil ketika memiliki
danamodal pemodal, biasa disebut shohibul malrabbul mal, menyediakan modal 100 persen kepada pengusaha sebagai pengelola,
biasa disebut mu ḍarib, untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat
bahwa keuntungan yang dihasilkan akan dibagi di antara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad yang besarnya juga
dipengaruhi oleh kekuatan pasar Ascarya, 2011 :60. Pembagian keuntungan untuk validitas mudharabah diperlukan
bahwa para pihak sepakat, pada awal kontrak, pada proporsi tertentu dari keuntungan nyata yang menjadi bagian masing-masing. Tidak ada proporsi
tertentu yang ditetapkan oleh syariah, melainkan diberi kebebasan bagi mereka dengan kesepakatan bersama. Mereka dapat membagi keuntungan
dengan proporsi yang sama. Mereka juga dapat membagi keuntungan
27
dengan proporsi berbeda untuk mu ḍarib dan shohibul mal Ascarya, 2011
:64. Secara garis besar, mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1 Mudharabah Muthlaqah General Investment
Dalam prinsip ini hal utama yang menjadi cirinya adalah shohibul mal tidak memberikan batasan-batasan atas dana yang
diinvestasikannya atau dengan kata lain, mu ḍarib diberi wewenang
penuh mengelola tanpa terikat waktu, tempat, jenis usaha, dan jenis pelayanannya. Aplikasi perbankan yang sesuai dengan akad ini
adalah tabungan dan deposito berjangka Dewi, 2007 : 83-84. Gambar 4 Skema Mudharabah Mutlaqah
1. Investasi Dana
2. Pembiayaan
4.Bagi Hasil 3. Bagi Hasil
Sumber : Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan
Perasuransian Syariah di Indonesia, 2007.
2 Mudharabah Muqayyadah Special Investment
Pada jenis akad ini, shohibul mal memberikan batasan atas dana yang diinvestasikannya. Mu
ḍarib hanya bisa mengelola dana tersebut sesuai dengan batasan jenis usaha, tempat dan waktu
tertentu saja. Aplikasinya dalam perbankan adalah special
USER OF FUND BANK
DEPOSAN
Penabung
28
investment based on restricted mudharabah. Model ini dirasa sangat cocok pada saat krisis di mana sektor perbankan mengalami kerugian
menyeluruh. Dengan special investment, investor tertentu tidak perlu menanggung overhead bank yang terlalu besar karena seluruh
dananya masuk ke proyek khusus dengan return dan cost yang dihitung khusus pula Dewi, 2007:84.
Prinsip Bagi Hasil Bank Syariah Ketentuan prinsip bagi hasil menurut Pasal 1 butir 13 UU No. 10 tahun 1998 terdiri atas :
a. Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu
akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi. b.
Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.
c. Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan
peningkatan jumlah pendapatan. d.
Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil. e.
Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan
ditanggung bersama oleh kedua belah pihak . Berdasarkan poin diatas Daulay 2012 dalam jurnalnya merumuskan
empat dimensi bagi hasil yaitu menguntungkan poin 2, poin 3, memberikan kemudahan poin 2,bermanfaat poin 3 dan adil poin 1-5
29
B. Teori tentang Pemasaran Bank