Enzim Transaminase dan Alkalin Fosfatase ALP

rendah dibandingkan dengan UMR Kabupaten Bogor yaitu sebesar Rp 800.000,-. Berdasarkan indikator BPS garis kemiskinan yang diterapkan adalah keluarga yang memilki pendapatan per kapita per bulan dibawah Rp. 150.000. Dengan mengacu standar tersebut maka hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden termasuk ke dalam keluarga prasejahtera. Pendapatan keluarga berhubungan secara nyata dan positif dengan perilaku konsumsi pangan anggota keluarga Soedikarijati 2001. Nilai pendapatan tersebut juga memperlihatkan daya beli yang relatif rendah terhadap suatu produk termasuk produk pangan sebagai pilihan pangan untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan terhadap akses kesehatan. Berdasarkan penelitian Ria 2011 terdapat korelasi yang sangat lemah antara pendapatan perkapita dengan variabel sikap ibu dan anak terhadap konsumsi MSMn. Rendahnya pendapatan keluarga prasejahtera ini membuat mereka tidak mampu membeli sumber vitamin A yang beranekaragam selain buah-buahan atau sayuran yang harganya relatif murah seperti wortel, pepaya, dan tomat. Riwayat kesehatan responden ditampilkan pada Tabel 12. Tabel 12 Riwayat Kesehatan Responden Sebulan Terakhir Riwayat Kesehatan Jumlah orang ISPA 9 13 Gangguan penglihatan 1 1 Rematik 1 1 Darah tinggi 1 1 Kondisi kesehatan responden dianalisis berdasarkan wawancara menggunakan kuesioner 1 lampiran 4. Status kesehatan responden di awal program menunjukkan status kesehatan cukup baik yang ditandai dengan tidak adanya penderita penyakit menahun ataupun penyakit berat lainnya. Sebagian besar responden mengalami ISPA infeksi saluran pernafasan atas yaitu sebesar 13 yang menandakan rendahnya daya tahan tubuh. Responden merupakan warga desa Dramaga dan Babakan kecamatan Dramaga kabupaten Bogor, dimana 19 keluarga berasal dari desa Dramaga dan 11 keluarga berasal dari desa Babakan. Responden yang digunakan adalah dari keluarga prasejahtera sebanyak 70 orang yang berasal dari 30 keluarga, 50 orang dari 70 responden tersebut merupakan warga RT 03 RW 01 Desa Dramaga dan 20 orang responden lainnya merupakan warga Desa Dramaga RW 01 dan RW 02 serta warga Desa Babakan RW 01, 02 dan 06. Responden pada penelitian ini berbeda dengan responden pada penelitian Ria 2011 tentang sikap ibu dan anak terhadap konsumsi minyak sawit merah yang berlokasi di RW 2 desa Cikarawang kecamatan Dramaga kabupaten Bogor. Dari 30 keluarga tersebut, terdapat 70 orang responden yang bersedia berpartisipasi pada penelitian ini dan 22 orang bersedia untuk dianalisa darahnya. Data alamat responden disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Data alamat keluarga responden Nama Kepala Rumah Tangga Alamat Desa Anggota keluarga yang menjadi responden Dwi Basuki Jl. Haji Abbas RT 03 RW 01 Dramaga 4 Endang Jl. Haji Abbas RT 03 RW 01 Dramaga 7 Herman Jl. Haji Abbas RT 03 RW 01 Dramaga 6 Ismail Junaedi Jl. Haji Abbas RT 03 RW 01 Dramaga 4 Jupri Jl. Haji Abbas RT 03 RW 01 Dramaga 5 Tati Jl. Haji Abbas RT 03 RW 01 Dramaga 7 Toni Demon Jl. Haji Abbas RT 03 RW 01 Dramaga 3 Wahyu Pramana Jl. Haji Abbas RT 03 RW 01 Dramaga 4 Wasirin Jl. Haji Abbas RT 01 RW 01 Dramaga 5 Lilis RT 01 RW 03 Dramaga 1 Udiyana RT 02 RW 03 Dramaga 1 Sam Budiono RT 01 RW 03 Dramaga 1 Karyadi RT 02 RW 03 Dramaga 1 Asep RT 02 RW 03 Dramaga 1 Suhata RT 01 RW 01 Dramaga 1 Budi Rahman RT 01 RW 01 Dramaga 1 Nurjanah RT 02 RW 02 Dramaga 1 Nur Hasan RT 03 RW 01 Dramaga 1 Edy RT 01 RW 02 Babakan 1 Adam RT 03 RW 02 Babakan 1 Ajuh RT 01 RW 02 Babakan 1 Jajang RT 02 RW 06 Babakan 1 Yasin RT 01 RW 02 Babakan 1 Sulaeman RT 01 RW 02 Babakan 1 Iwan RT 02 RW 06 Babakan 1 Ahmad G. RT 01 RW 02 Babakan 1 Cep Nundang RT 01 RW 02 Babakan 1 Asnah RT 01 RW 02 Babakan 1 Teddy RT 02 RW 06 Babakan 1

4.2 Minyak Sawit Mentah MSMn

Sebelum intervensi dengan minyak sawit mentah, terlebih dahulu dilakukan pertemuan masal dengan seluruh responden yang dilakukan di Balai Desa atau Majlis Taklim desa setempat. Pada pertemuan masal pertama dilakukan sosialisasi program SawitA dan pengetahuan umum mengenai minyak sawit merah dan vitamin A, juga memperkenalkan MSMn yang merupakan produk baru. Dalam penjelasan di terangkan juga bahwa MSMn Tumis dapat juga digunakan sebagai minyak untuk menggoreng, tetapi dianjurkan untuk digunakan untuk menumis. Hal ini sesuai dengan penelitian Rao 2000 yang menyatakan bahwa memasak menggunakan minyak sawit mentah pada 4 macam menu masakan india dapat mempertahankan 70-88 kadar β-karoten, sedangkan ketika digunakan untuk menggoreng satu kali yang dapat bertahan 83, pada penggorengan kedua turun menjadi 28 dan pada penggorengan ketiga menjadi 6. Pada pertemuan masal kedua dilakukan penguatan dan perbaikan informasi sebelumnya. Pada pertemuan masal ketiga dilakukan penguatan informasi kembali dan mengajak responden untuk mau mengonsumsi MSMn secara terus menerus dan dilakukan wawancara untuk mengetahui seberapa besar penambahan pengetahuan responden terhadap produk. Di akhir acara, setiap keluarga responden mendapatkan 1 botol MSMn dengan volume 140 ml dan paket yang berisi bahan pangan sehat. Produk SawitA diberikan kembali kepada responden, jika produk sebelumnya telah habis dipakai. Responden dapat menukarkan botol kosong MSMn dengan MSMn baru yang dititipkan pada kader desa setempat. Selama 2 bulan intervensi 60 hari dibagikan MSMn sebanyak 210 botol pada 30 keluarga dengan jumlah anggota keluarga 170 orang dimana 70 orang diantaranya merupakan responden. Satu botol MSMn berisikan 140 ml diberikan perkeluarga setiap minggu sehingga didapatkan informasi setiap orang mengkonsumsi MSMn sebanyak 3,27 ml MSMn per hari selama 60 hari intervensi. Jumlah MSMn yang dikonsumsi responden melebihi target awal, dimana setiap responden diwajibkan mengkonsumsi minimal 2 ml MSMn per hari. Menurut Anggraeni 2012 kandungan β-karoten pada minyak sawit mentah yang digunakan dalam penelitian ini telah dianalisa menggunakan HPLC dengan tiga kali ulangan dengan hasil kandungan β-karoten yang diperoleh adalah sebesar rata-rata 664,165 ppm. Dengan informasi tersebut dapat kita ketahui jumlah β-karoten yang