Uji Multikolinearitas Uji Asumsi

peternakan sapi perah sekarang adalah US, UM, UK dan UR masing-masing 1, 5, 7, 90 persen. Selanjutnya kelompok US, UM, UK disebut sebagai pihak swasta atau US. Perkembangan usaha sapi perah di Indonesia ditunjukkan dari perkembangan populasi sapi yang terus meningkat. Gambar 6 menunjukkan bahwa sejak tahun 1969 sampai dengan tahun 2010, populasi sapi perah meningkat dari sekitar 52,000 ekor menjadi 488,448 ekor. Gambar 6 juga menunjukkan bahwa peningkatan populasi yang terjadi pada tahun 1997 diikuti dengan penurunan pada tahun 1998. Hal ini tidak terlepas dari sifat komoditi ternak yang sangat liquid. Pada saat peternak membutuhkan uang, maka dengan mudahnya ternak dijual. Apalagi pada saat krisis ekonomi, harga daging sapi sangat menggairahkan. Namun sejak tahun 1999 usaha ternak sapi perah ini sudah kembali meningkat mendekati jumlah pada tahun 1997 Pradana, 2010 Peningkatan jumlah populasi sapi perah ini tidak terlepas dari campur tangan pemerintah dengan disediakannya paket kredit sapi perah yang disalurkan lewat koperasi sapi perah maupun KUD yang mempunyai unit usaha sapi perah. Namun program kredit sapi perah cenderung mengutamakan aspek pemerataan dan kurang sekali mempertimbangkan efisiensi dan kesesuaian wilayah. Akibatnya usaha sapi perah yang dirintis menghadapi banyak masalah dan pada ahirnya terjadi kemacetan dalam pelunasan kredit Erwidodo, 1993 dan Taryoto et al. , 1993. Sumber: Statistik Peternakan, Ditjenak 1998 - 2011 Gambar 6. Perkembangan Populasi Sapi Tahun 1998 - 2010 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 1969 1971 1973 1975 1977 1979 1981 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 populasi ekorhead Dalam usaha meningkatkan populasi sapi perah, pemerintah telah mengimpor bibit unggul sapi perah dari New Zeland, Australia dan USA. Tahun 1979 sapi perah yang diimpor berjumlah 3,467 ekor, tahun 1982 meningkat 30,725 ekor. Tahun 1987 dan 1989 kembali dilakukan impor masing-masing 5,000 ekor dan 14,065 ekor. CIC dalam Suhartini, 2001. Kemudian untuk meningkatkan produktifitas peternak sapi, pemerintah memprogramkan bantuan pengadaan satu juta ekor bibit sapi dalam lima tahun. Program bantuan pengadaan satu juta ekor bibit sapi tersebut dilakukan melalui mekanisme kredit usaha pembibitan sapi terpadu. Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Permenkeu Nomor 131PMK.052009 Tentang Kredit Usaha Pembibitan Sapi yang berlaku mulai 18 Agustus 2009. Dalam Permenkeu tersebut dijelaskan bahwa Kredit Usaha Pembibitan Sapi KUPS, adalah kredit yang diberikan bank pelaksana kepada Pelaku Usaha pembibitan sapi yang memperoleh subsidi bunga dari Pemerintah. Pelaku Usaha pembibitan sapi yang dimaksudkan adalah perusahaan pembibitan, koperasi, kelompokgabungan kelompok peternak yang melakukan usaha pembibitan sapi. KUPS untuk pelaku usaha yang berbentuk Perusahaan Pembibitan diberikan selama 2 dua tahun sejak ditetapkannya Permenkeu Nomor 131PMK.052009, dengan subsidi bunga sesuai dengan jangka waktu kredit paling lama 6 enam tahun. KUPS untuk pelaku usaha yang berbentuk Koperasi dan KelompokGabungan Kelompok Peternak diberikan sampai dengan tahun 2014, dengan subsidi bunga berakhir paling lambat tahun 2020. Tingkat bunga KUPS ditetapkan sebesar tingkat bunga pasar yang berlaku untuk kredit sejenis, dengan ketentuan paling tinggi sebesar suku bunga penjaminan simpanan pada Bank Umum yang ditetapkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan ditambah 6 persen. Sedangkan, beban bunga KUPS kepada Pelaku Usaha ditetapkan sebesar 5 persen. Dengan demikian, selisih tingkat bunga KUPS dengan beban bunga pada Pelaku Usaha merupakan subsidi Pemerintah. Sementara itu, ketentuan penetapan tingkat bunga KUPS berlaku selama jangka waktu kredit Kementrian Keuangan, 2009