Shaabab adalah: Shirwa Ahmed Minnesota, Mohamed Abdullahi Hassan Minnesota, Hinda Osman Dhirane Washington, Rahatul Khan Texas, Gufran
Ahmad Kauser Florida, Ahmed Mohamed Isse Minnesota, dan lain-lain.
161
Al- Shaabab dinyatakan sebagai ancaman langsung bagi AS dengan beberapa alasan. Pertama, upaya perekrutan Al- Shaabab dilakukan dengan menargetkan
warga Islam Amerika. Kedua. Afiliasi Al- Shaabab dan Al- Qaeda dengan slogan Jihad Global adalah untuk menargetkan AS, sekutu, dan kepentingannya. Ketiga,
Al- Shaabab telah melakukan penyelundupan untuk memasuki dan beroperasi di wilayah AS.
162
Perjuangan dalam mencegah tindakan terorisme dan menghancurkan jaringan Al- Qaeda, merupakan prioritas utama AS. Yang menjadi permasalahan AS saat ini
adalah munculnya kelompok teroris dari pihak internal AS. Hal ini membuat AS terpukul dan semakin intens dalam mengeluarkan kebijakannya terhadap kelompok
Al- Shaabab. Prajurit Amerika yang telah bergabung dengan Al- Shaabab menerima pelatihan senjata bersama prajurit yang direkrut dari negara lain, termasuk Inggris,
Australia, Swedia dan Kanada dan telah menggunakan pelatihan untuk melawan pasukan Ethiopia, pasukan Uni Afrika, dan Pemerintah Federal Transisi Somalia.
163
http:globalsecuritystudies.comBartell20Hezbollah20and20Al20Shabaab20in20Mexi co.pdf
161
ADL, Al- Shaabab’s American Recruits [dokumen], Anti Demafation League 2015;
Tersedia di www.adl.orgassetspdf...hateal-shabaabs-american-recruits.pdf
162
Ibid
163
ADL, “Al Shaabab’s American Recruits”, Anti-Defamation League [report] 2015; Tersedia di http:www.adl.orgassetspdfcombating-hateal-shabaabs-american-recruits.pdf
BAB IV KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT DALAM MENGATASI AKSI
TERORISME AL- SHAABAB DI SOMALIA TAHUN 2012-2014
Eksistensi Al- Shaabab yang berkelanjutan mengharuskan AS terus menerus mengeluarkan kebijakan yang efektif dalam menghadapi jaringan terorisme
tersebut. Pada bab ini akan dijelaskan tentang kebijakan AS dalam mengurangi dampak terorisme Al- Shaabab di Somalia tahun 2012-2014. Apakah kebijakan
tersebut memiliki pengaruh yang kuat dalam melemahkan gerakan kelompok, serta alasan utama keterlibatan AS dalam intervensinya di Somalia.
Dalam menganalisis kebijakan luar negeri AS, penulis menggunakan teori kebijakan luar negeri dan konsep kepentingan nasional. Analisis kebijakan luar
negeri yang dikemukakan oleh Rosenau penulis paparkan di subbab pertama, dengan mengacu pada sumber-sumber systemic sources dan societal sources
terhadap kebijakan AS berupa Light Footprint; dukungan AS terhadap TFG dan AMISOM; serta pemberian bantuan pembangunan melalui USAID. Sedangkan
pada subbab kedua, penulis mengaplikasikan konsep yang dikemukakan oleh Morgenthau untuk menganalisis kepentingan nasional AS berkaitan dengan
perlindungan warga negara, keamanan dan perdamaian dunia, dan juga sumber daya alam minyak dan gas.
A. Analisis Bentuk dan Implementasi Kebijakan Amerika Serikat
AS sebagai salah satu aktor yang melakukan politik luar negeri selalu mengambil peran aktif dalam upaya pemenuhan kepentingannya dalam memerangi
terorisme, termasuk di wilayah Somalia. Kebijakan AS selalu mempertimbangkan cost
dan benefit,
164
diikuti situasi internal dan eksternal negara yang tidak aman mempengaruhi proses pengambilan kebijakan.
Somalia dikenal sebagai negara yang penuh dengan konflik. Dimulai dari kepemimpinan otoriter Siad Barre 1969 hingga 1991, perang saudara, pembajakan,
hingga munculnya kelompok Al- Shaabab menjadi serangkaian kasus yang telah terjadi di Somalia. Namun, tujuan utama AS dalam intervensinya di Somalia lebih
kepada alasan perang melawan terorisme.
165
Terhitung dari tahun 2012 hingga 2014, tercatat puluhan serangan yang dilancarkan Al- Shaabab di wilayah kekuasaan TFG, bahkan di negara tetangga
yang tergabung dalam AMISOM.
166
Untuk melindungi Somalia dari terorisme, AS mengeluarkan berbagai kebijakan, salah satunya adalah Light Footprint yang juga
disebut sebagai doktrin Barack Obama.
167
1. Strategi Light Footprint atau Jejak Cahaya
Dilihat dari sumber kebijakan luar negeri yang didefenisikan oleh Rosenau, penulis melihat bahwa light footprint ini adalah keputusan yang ditetapkan karena
di dorong oleh kondisi domestik yang tidak kondusif, akibat krisis moneter di masa
164
Anak Agung Banyu Perwita, Yayan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional
, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, hal. 25
165
Juliet Eilperin dan Kevin Sieff, Obama Commits US to intesified fight againts terrorists in east Africa
[database on-line], Internet: Diunduh pada 28 Juli 2015; Tersedia di http:www.washingtonpost.compoliticsus-to-expand-support-in-kenya-somalia-for-
counterterrorism-operations20150725b6f386f0-3210-11e5-97ae-30a30cca95d7_story.html
166
Lihat tabel IV. A. 1
167
David Rohde, The Obama Doctrine: How the President ‘s Drone War is Backfiring
[database on-line],
Internet: Diunduh
pada 28
Juli 2015;
Tersedia di
http:foreignpolicy.com20120227the-obama-doctrine
transisi aspek societal AS. Presiden Obama yang dilantik pada tahun 2009 menerima tanggung jawab untuk pemulihan krisis tersebut.
168
Permasalahan ini mengharuskan Obama lebih memfokuskan arah kebijakannya dalam ruang
lingkup internal. Terlepas dari itu, AS sebagai negara kontraterorisme akhirnya menggunakan strategi light footprint sebagai alternatif dalam memerangi
terorisme guna menghemat anggaran akibat krisis yang terjadi.
169
Light Footprint atau jejak cahaya merupakan strategi militer AS yang telah
diaplikasikan dalam operasi militer pada konflik Irak dan Afghanistan.
170
Hal yang sama juga dilakukan di Somalia, Al- Shaabab sebagai kelompok teroris yang telah
disetarakan dengan Al- Qaeda menjadi target militer AS. Strategi militer jejak cahaya ini ditandai dengan penggunaan pesawat tak berawak drones dan
mengurangi jumlah pasukan yang terjun di daerah lawan.
171
Dengan kata lain, AS membatasi ruang lingkup keterlibatannya dan hanya mengirimkan logistik,
inteligen serta dukungan udara, bukan secara fisik melakukan pertempuran.
172
Dalam implementasinya, terdapat beberapa perdebatan terkait penggunaan drones
sebagai senjata utama AS dalam menghadapi terorisme. Pertama, terkait bahaya penggunaan drones. Kedua, terkait legalitas penggunaan drones dalam
168
International Monetary Fund, World Economic Outlook: Crisis and Recovery Washington, DC: International Monetary Fund, 2009, hal. 3
169
Major Fernando M. Lujan, Light Footprints voices The Future of American Military Intervention,
USA: Voice From the Field, Center for a New American Security,2013, hal. 8
170
Ibid, hal. 5
171
Julia Knight, Thoughts on the Light Footprint Strategy, Foreign Policy Association, 17 Desember 2012
172
Philip Attuquayefio , “Drones, The US And The New Wars In Africa”, Journal Of
Terrorism Research , Vol. 5, Issue 3, 2014