dan Iklim Komunikasi terhadap Motivasi kerja Pegawai di LPP TVRI Sumatera Utara”
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan penelitian sebagai berikut:
“Bagaimana Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Iklim Komunikasi terhadap Motivasi kerja
Pegawai di LPP TVRI Sumatera Utara?”
1.3.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Motivasi kerja pegawai di LPP TVRI Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui pengaruh Ilkim Komunikasi terhadap Motivasi kerja pegawai di LPP TVRI Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan dan iklim komunikasi terhadap motivasi kerja pegawai di LPP TVRI Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Secara Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap khasanah keilmuan di Jurusan Ilmu Komunikasi
khususnya tentang Gaya kepemimpinan, Iklim Komunikasi serta pengaruhnya terhadap Motivasi kerja pegawai.
2. Secara teoritis, penelitian ini dapat diharapkan menjadi khasanah pengetahuan dan penelitian khususnya tentang Pengaruh Gaya
Universitas Sumatera Utara
kepemimpinan dan Iklim Komunikasi terhadap dan Motivasi kerja pegawai
3. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran kepada LPP TVRI Sumatera Utara tentang Pengaruh Gaya kepemimpinan
dan Iklim komunikasi terhadap Motivasi Kerja.
1.5. Kerangka Teori
Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan batasan tentang teori-teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang akan
dilakukan. Nawawi 2003:6-7; Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu
perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. Adapun
landasan teori yang digunakan dalam penulisan ini adalah teori Gaya kepemimpinan, teori Iklim Komunikasi dan Motivasi kerja.
1.5.1. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan terkait dengan cara mempengaruhi bawahan dan menyampaikan serta menerapkan ide idenya kepada kelompoknya dan seberapa
besar pemimpin dapat memberikan atau mendelegasikan kepercayaan, wewenang dan lain-lain dengan prilaku prilaku tertentu. Berdasar pada teori Path-Goal
jalan –tujuan tentang kepemimpinan telah dikembangkan untuk menjelaskan
bagaimana perilaku seorang pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya.
Universitas Sumatera Utara
House dan Mitcell 1974 dalam Yukl 1998:242-243 telah mengkategorikan ada empat gaya kepemimpinan sebagai berikut :
1. Gaya Supportive mendukung: Memberi perhatian kepada kebutuhan para bawahan, memperlihatkan perhatian kepada kesejahteraan mereka
dan menciptakan suasana yang bersahabat dalam unit kerja mereka. 2. Gaya Directive instruktif: Memberitahukan kepada para bawahan apa
yang diharapkan dari mereka, memberi pedoman yang spesifik, meminta para bawahan untuk mengikuti peraturan-peraturan dan
prosedur, mengatur waktu, dan mengkoordinasi pekerjaan mereka.
3. Gaya Partisipative partisipative: Berkonsultasi dengan para bawahan dan memperhitungkan opini dan saran mereka.
4. Gaya Achievment
oriented orientasi
kepada keberhasilan:
Menetapkan tujuan-tujuan yang menantang, mencari perbaikan dalam kinerja, dan memperlihatkan kepercayaan bahwa para bawahan akan
mencapai standar yang tinggi.
1.5.2. Iklim Komunikasi
Komunikasi selalu terjadi di setiap kegiatan hidup manusia baik dalam hidup bermasyarakat, pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya. Dalam hidup
berorganisasi, komunikasi adalah salah satu hal terpenting yang pengaruhnya sangat besar untuk dapat mencapai tujuan perusahaan. Adanya komunikasi dalam
suatu organisasi akan membentuk suatu iklim komunikasi. Iklim komunikasi ada yang bersifat positif dan negatif. Iklim komunikasi yang bersifat positif atau
kondusif dapat mendorong produktivitas kerja karyawan dalam suatu organisasi, sehingga lebih mempermudah tercapainya tujuan organisasi. Sebaliknya iklim
komunikasi yang negatif, dapat menghambat tingkat produktivitas kerja karyawan dalam organisasi yang mengakibatkan tujuan perusahaan juga sulit untuk dicapai.
Untuk menganalisis iklim komunikasi di suatu organisasi, Pace dan Faules 2001:149 mengemukakan enam faktor besar yang bisa digunakan untuk
menganalisis masalah tersebut, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1 Kepercayaan, personel disemua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang didalamnya
kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan.
2 Pembuatan keputusan bersama, para pegawai disemua tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai
semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka. Para pegawai disemua tingkat
harus diberikan kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen diatas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan
keputusan dan penentuan tujuan.
3 Kejujuran, suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para
pegawai mampu mengatakan apa yang ada dalam pikiran mereka tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat,
bawahan, atau atasan.
4 Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus relatif mudah memperoleh
informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan
pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan yang berhubungan luas dengan perusahaan, organisasi, para pemimpin,
dan rencana-rencana
5 Mendengarkan dalam komunikasi keatas, personil disemua tingkat dalam organisasi harus mendengarkan saran-saran atau laporan-
laporan masalah yang dikemukakan personel disemua tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan pikiran
terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan.
6 Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi, personel disemua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap
tujuan-tujuan berkinerja tinggi-produktivitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah, demikian pula menunjukkan perhatian besar pada
anggota organisasi lainnya.
1.5.3. Motivasi kerja 1.5.3.1. Pengertian Motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti dorongan atau menggerakan. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya
dan potensi bawahan agar bekerja secara efektif sehingga berhasil mencapai dan
Universitas Sumatera Utara
mewujudkan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk lebih memahami arti motivasi peneliti mengetengahkan pengertian motivasi menurut beberapa ahli,
antara lain: Hasibuan 2000 :
142 “Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja
efektif dengan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan.
” Sedangkan menurut
Siagian 1997:287: “Motivasi adalah dorongan yang tepat untuk karyawan agar
berbuat semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugasnya karena menyakini bahwa dengan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan berbagai
sasarannya, kepentingan-kepentingan pribadi para anggota organisasi tersebut akan terpelihara pula
”. Dari beberapa definisi yang telah diuraikan dapat dijelaskan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul baik dari dalam maupun
luar diri seseorang, untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan segala upayanya agar berhasil dalam mencapai tujuan dan sasaran dari organisasi.
1.5.3.2. Pengukuran Motivasi Kerja
Dalam melakukan pengukuran tentang motivasi kerja, yang dapat dilakukan ialah mengidentifikasi beberapa indikator motivasi kerja. Dalam
penelitian ini pengukuran motivasi berdasar kepada teori isi content theories dari teori motivasi dua faktor Frederick Herzberg atau two factor motivation theory
Thoha 2007:231. Teori ini menyebutkan bahwa kepuasan pekerja selalu dihubungkan dengan isi pekerjaan job content, dan ketidak puasan bekerja
Universitas Sumatera Utara
disebabkan karena hubungan pekerjaan tersebut dengan aspek-aspek sekitar yang berhubungan dengan pekerjaan.
Kepuasan dalam bekerja disebut motivator, adapun ketidakpuasan dalam bekerja disebut faktor hygiene Thoha, 2007:232. Yang termasuk kedalam faktor
motivator adalah: Prestasi; Pengakuan; Pekerjaan itu sendiri; Pengembangan potensi individu. Yang termasuk faktor Higyene adalah: Gaji atau Upah; Kondisi
kerja; Kebijaksanaan dan Administrasi Perusahaan; Hubungan antar Pribadi; Pengembangan potensi individu. Faktor-faktor tersebutlah yang menjadi
pengukuran dalam menetukan indikator penelitian pada variabel motivasi.
1.5.4. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai Nawawi
2001:40. Kerangka konsep dapat diartikan sebagai gambaran ringkas mengenai keterkaitan suatu konsep dengan konsep lainnya. Dalam penelitian ini ada
beberapa konsep yang akan dioperasionalisasikan sebagai berikut: 1. Variabel bebas X. Variabel bebas pengaruh adalah variabel yang diduga
sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel lainnya. Kriyanto 2006:21. Variabel bebas X1 dalam penulisan ini adalah Gaya Kepemimpinan di
lingkungan LPP TVRI Sumatera Utara. 2. Variabel bebas X2 dalam penelitian ini, adalah Iklim komunikasi di
lingkungan kerja LPPa TVRI Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
3. Variabel terikat Y. Variabel terikat tergantung adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya.
Kriyanto 2006:21 Variabel terikat Y dalam penelitian ini adalah Motivasi kerja pegawai di LPP TVRI Sumatera Utara
Hubungan antara variabel-variabel tersebut dapat digambarkan melalui model teoritis berikut.
Gambar 1.1. Model teoritis
Sumber : Merangkum dari teori Kerangka konsep diatas apabila dibuat secara terpisah akan membentuk
kerangka konsep seperti dibawah ini:
Gambar 1.2. Kerangka Konsep Secara Terpisah
Sumber : merangkum dari teori.
Gaya Kepemimpinan X1 House dan Mitchel
Iklim Komunikasi X2 Pace dan Faules
Motivasi Y Dua faktor Hezerberg
Gaya Kepemimpinan X1 House dan Mitchel
Motivasi Y Dua faktor Hezerberg
Iklim Komunikasi X2 Pace dan Faules
Motivasi Y Dua faktor Hezerberg
Universitas Sumatera Utara
Melalui kerangka konsep yang telah digambarkan tersebut maka dapat diterangakan melalui pemikiran peneliti sebagai berikut:
Bahwa gaya kepemimpinan yang tepat menjadi hal penting dalam suatu organisasi. Seorang pemimpin yang baik tau bagaimana menerapkan prilaku-
prilaku tertentu untuk memotivasi bawahan sehingga lebih termotivasi dalam bekerja dan mendorong mereka untuk lebih giat dan semangat serta dapat
melakukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai target yang telah ditentukan organisasi sehingga tercapai tujuan bersama.
Bahwa pemikiran iklim komunikasi merupakan hal yang menjadi perhatian seluruh anggota organisasi, karna faktor tersebut sedikit banyaknya ikut
mempengaruhi tingkah laku pegawai. Iklim komunikasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi, untuk menunjukan kepada anggota
organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai mereka, dan memberikan kesempatan untuk berkomunikasi dari setiap tingkatan sehingga arus informasi
dapat berjalan lancar dan tidak terjadi kesalah pahaman. Iklim komunikasi juga memainkan peranan yang penting dalam membentuk komitmen untuk berkinerja
tinggi dalam melaksanakan tugas. Pace and Faules dalam penelitian Siahaan 2010 mengatakan bahwa konsep komunikasi yang sejalan dengan gagasan
motivasi dalam organisasi adalah “iklim”. Tingkat kepercayaan yang tinggi, begitu pula dukungan, keterbukaan, mendengarkan dengan penuh perhatian,
keterlibatan dalam pengambilan keputusan, dan perhatian pada standart yang tinggi menciptakan dasar bagi suatu angkatan kerja yang termotivasi. Jadi gaya
Universitas Sumatera Utara
kepemimpian dan iklim komunikasi akan sangat berpengaruh terhadap motivasi kerja.
1.5.5. Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah dijelaskan, maka untuk mempermudah operasionalnya dalam memecahkan masalah dibuatlah
operasionalisasi variabel sebagai berikut:.1. Operasionalisasi Variabel
Variabel Teoritis
Defenisi Operasional
Variabel Indikator Variabel
Skala
Gaya kepemimpinan
X1 Kemampuan
Pemimpin membina dan mengarahkan
bawahannya dengan perilaku-
perilaku tertentu. Diukur menggunakan teori Path
Goal oleh House dan Mitcell dengan indikatornya:
1. Gaya Supportive mendukung 2. Gaya Directive instruktif
3. Gaya Partisipative
partisipatif 4. Gaya Achievment oriented
orientasi kepada keberhasilan Likert
Iklim Komunikasi
X2 Sebuah keadaan
komunikasi yang menekankan pada
persepsi anggota terhadap proses
komunikasi yakni sumber komunikasi
yang bersifat terbuka, dipercaya
dan memberikan kepuasan dalam
penyampaian informasi
Face and Faules 1. Kepercayaan
2. Pembuatan keputusan bersama 3. Kejujuran,
4. Keterbukaan dalam
komunikasi ke bawah 5. Mendengarkan dalam
komunikasi keatas 6. Perhatian pada tujuan kinerja
tinggi Likert
Motivasi kerja Y2
Motivasi merupakan faktor yang
mempengaruhi semangat dan
kegairahan kerja Ada dua faktor yang
mempengaruhi motivasi Hezerberg.
a. Faktor motivator adalah:
Prestasi; Pengakuan; Pekerjaan Likert
Universitas Sumatera Utara
karyawan untuk berperan serta secara
aktif dalam proses kerja Teori dua
faktor Hezerberg. itu sendiri; Pengembangan
potensi individu. Yang termasuk
b. Faktor Higyene adalah: Gaji atau Upah; Kondisi kerja;
kebijaksanaan dan Administrasi Perusahaan; Hubungan antar
Pribadi; Kualitas Supervisi.
1.5.6. Defenisi Operasional
Defenisi operasioanal merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional juga
merupakan suatu informasi alamiah yang sangat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama.
Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :
Variabel bebas X1 Gaya kepemimpinan, yang terdiri dari :
1. Gaya Supportive mendukung: Memberi perhatian kepada kebutuhan para bawahan, memperlihatkan perhatian kepada kesejahteraan mereka dan
menciptakan suasana yang bersahabat dalam unit kerja mereka. 2. Gaya Directive instruktif: Memberitahukan kepada para bawahan apa yang
diharapkan dari mereka, memberi pedoman yang spesifik, meminta para bawahan untuk mengikuti peraturan-peraturan dan prosedur, mengatur waktu,
dan mengkoordinasi pekerjaan mereka. 3. Gaya Partisipative partisipatif: Berkonsultasi dengan para bawahan dan
memperhitungkan opini dan saran mereka. 4. Gaya Achievment oriented orientasi kepada keberhasilan: Menetapkan
tujuan-tujuan yang menantang, mencari perbaikan dalam kinerja, dan
Universitas Sumatera Utara
memperlihatkan kepercayaan bahwa para bawahan akan mencapai standar yang tinggi.
Variabel bebas X2 Iklim Komunikasi terdiri dari:
1. Kepercayaan, personel disemua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan
dan mempertahankan
hubungan yang
didalamnya kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas didukung oleh pernyataan dan
tindakan. 2. Pembuatan keputusan bersama, para pegawai disemua tingkat dalam
organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan
kedudukan mereka. Para pegawai disemua tingkat harus diberikan kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen diatas mereka agar
berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan. 3. Kejujuran, suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus
mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai mampu mengatakan apa yang ada dalam pikiran mereka tanpa mengindahkan apakah
mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan, atau atasan. 4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, kecuali untuk keperluan informasi
rahasia, anggota organisasi harus relatif mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi
kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan yang berhubungan luas dengan
perusahaan, organisasi, para pemimpin, dan rencana-rencana 5. Mendengarkan dalam komunikasi keatas, personil disemua tingkat dalam
organisasi harus mendengarkan saran-saran atau laporan-laporan masalah
Universitas Sumatera Utara
yang dikemukakan personel disemua tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan
harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan.
6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi, personel disemua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan
berkinerja tinggi-produktivitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah- demikian pula menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya.
=
Variabel terikat Y Motivasi kerja, yang terdiri dari:
1. Prestasi. Karyawan meningkatkan prestasi kerjanya dan melakukan pekerjaan lebih baik sesuai target perusahaan.
2. Pengakuan. Yakni besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada tenaga kerja atas kinerjanya, serta memberikan pujian atas prestasi yang dicapai.
3. Pekerjaan itu sendiri. Yaitu minat terhadap pekerjaan itu sendiri seberapa besar atau kecilnya tantangan yang dirasakan pekerja terhadap pekerjaanya.
4. Pengembangan potensi individu. Sejauhmana kemungkinan pegawai dapat maju dan berkembang dalam pekerjaanya.
5. Gaji atau upah. Karyawan atau pegawai merasa gaji atau upah sudah memadai dan apakah tunjangan sudah didapatkan.
6. Kondisi kerja. Pegawai merasa atau mendapatkan suasana kerja yang menyenangkan, tempat kerja yang mendukung, pasilitas dan peralatan kerja
yang memadai.
Universitas Sumatera Utara
7. Kebijaksanaan dan administrasi perusahaan. Pegawai mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan tugas, adanya pengawasan di kantor, dan jabatan yang
sesuai. 8. Hubungan antar pribadi. Mendapatkan perhatian dari atasan terhadap
bawahan, adanya hubungan informal di luar jam kerja, dan adanya hubungan kerja kesesama karyawan.
9. Kualitas supervisi. Karyawan bekerja tidak banyak diarahkan dan diatur
1.5.7. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep penelitian maka dapat diajukan jawaban sementara atas jawaban penelitian yang masih diuji kebenarannya. Maka hipotesis
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. H
: Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai di LPP TVRI
Sumatera Utara. H
a
: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai LPP TVRI
Sumatera Utara. 2. H
: Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Iklim Komunikasi dengan motivasi kerja pegawai LPP TVRI Sumatera
Utara. H
a
: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara iklim komunikasi dengan motivasi kerja pegawai di LPP TVRI Sumatera
Utara.
Universitas Sumatera Utara
3. H : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara gaya
kepemimpinan dan iklim komunikasi dengan motivasi kerja pegawai LPP TVRI Sumatera Utara.
H
a
: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan dan iklim komunikasi dengan motivasi kerja
pegawai di LPP TVRI Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
25
BAB II URAIAN TEORITIS
2.1. Pelitian terdahulu yang relevan
Selain mengacu pada data dan teori dasar penulis juga menggunakan literatur hasil penelitian terdahulu sebagai penembah refrensi dalam penelitian ini.
Beberapa hasil penelitian terdahulu diantaranya : 1. Cecep dani 1999 melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kepemimpinan,
Motivasi dan Komunuikasi terhadap semangat kerja pegawai di kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitiannya
telah terbukti bahwa, Kepemimpinan, Motivasi dan Komunikasi serta Semangat kerja berpengaruh positif dan significan secara parsial dan simultan
di Kantor tersebut. Persamaan dengan peneliti: Memiliki kesamaan variabel penelitian yaitu
kepemimpinan dan motivasi, menggunakan metode penelitian yang sama yaitu metode kuantitatif dengan tipe penelitian korelasional.
Perbedaan dengan peneliti: Dalam penelitian Cecep variabel motivasi menjadi variabel bebas dependent variabel sedangkan dalam penelitian ini motivasi
menjadi variabel terikat. Yang menjadi variabel terikat adalah semangat kerja, sedangkan dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah motivasi
kerja. 2. R.Bety Widhiarti 2007 melakukan penelitian mengenai pengaruh Iklim
Komunikasi terhadap motivasi kerja Karyawan pada sekolah tinggi
Universitas Sumatera Utara
kesejahtraan sosial Bandung, hasil penelitianya menghasilkan pengaruh yang positif dan signifkan kepercayaan, partsipasi, dukungan, keterbukaan, tujuan
kinerja tinggi, secara simultan dan parsial terhadap motivasi kerja. Untuk meningkatkan iklim komunikasi sebaiknya berorientasi kepada peningkatan
dukungan pimpinan terhadap karyawan, sebab variabel ini mempunyai pengaruh positif yang paling dominan terhadap motivasi kerja karyawan.
Persamaan dengan peneliti:memiliki variabel penelitian yang sama yaitu iklim komunikasi dan motivasi kerja, variabel iklim komunikasi bertindak sebagai
variabel bebas dan variabel motivasi sebagai variabel terikat. Perbedaan dengan peneliti: Penelitian Widhiarti menggunakan metode survey
deskriptif analisis sedangkan penelitian ini menggunakan metode korelasional. 3.
Emmi Ribuna sinaga 2010 “Pengaruh Komunikasi Interpersonal pimipinan bawahan terhadap disiplin dan motivasi kerja Pegawai kantor Komunikasi dan
Informasi Propinsi Sumatera Utara”. Hasil penelitiannya terdapat pengaruh yang signifikan antara Komunikasi interpersonal pimpinan bawahan terhadap
disiplin dan motivasi kerja di lingkungan tersebut. Dengan demikian kemampuan komunikasi interpersonal pimpinan perlu ditingkatkan untuk
meningkatkan disiplin dan motivasi kerja di kantor Komunikasi dan Informasi propinsi Sumatera Utara.
Persamaan dengan peneliti: memiliki satu variabel terikat yang sama yaitu variabel motivasi kerja serta menggunakan metode korelasional.
Perbedaan dengan peneliti: Dalam penelitian ini memiliki dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Sedangkan Ribuna memiliki satu variabel bebas dan
dua variabel terikat.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Komunikasi Organisasi 2.2.1. Pengertian Komunikasi Organisasi