7. Adanya ketentuan harus membayar di muka terutama untuk pelanggan majalah asing.
8. Prosedur administratif yang berbelit-belit. Pengadaan buku dari luar negeri harus menghadapi masalah pemeriksaan oleh petugas bea cukai,
kejaksaan serta instansi lain.
2.5.7 Metode Pengadaan
Perpustakaan membeli atau memperoleh buku dengan cara : a Pembelian, b pertukaran. c hadiah, dan d keanggotaan organisasi. Sulistyo Basuki 1993 :
222-223
a. Pembelian
Pemesanan langsung dapat dilakukan pada penerbit ataupun pada toko buku. Penerbit Indonesia umumnya melayani permintaan, perpustakaan
namun tidak dengan penerbit asing. Mereka ini hanya melayani pembelian dari toko buku ataupun penjaja vendor, sehingga perpustakaan Indonesia
harus membeli melalui toko buku. Pialang buku masih belum banyak disini.
b. Pertukaran
Pepustakaan tertentu tidak dapat dibeli di toko buku, hanya dapat diperoleh melaui pertukaran ataupun hadiah. Untuk bahan pertukaran sebaiknya
perpustakaan menerbitkan berbagai terbitan termasuk penerbitan badan induk. Contoh Pusat Perpustakaan Kimia menerbitkan beberapa majalah, dan majalah
ini kemudian dijadikan bahan pertukaran.
c. Hadiah
Karena kondisi sosial ekonomi yang masih belum sepenuhnya berkembang, tradisi pengembangan perpustakaan dengan melalui sumbangan
atau hadiah, masih belum memasyarakat. Hal ini berbeda dengan situasi negara maju, hadiah untuk perpustakaan selalu ada. Hadiah hanya diterima
bila memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh perpustakaan manakala perpustakaan telah meneliti dengan saksama subjek koleksi hadiah tersebut
sesuai dengan kepentingan perpustakaan. Hadiah buku juga ada kaitannya dengan deposit. Penerbit mengirimkan
contoh terbitannya pada perpustakaan karena diwajibkan ataupun sukarela. Pengiriman buku tersebut mengikat perpustakaan untuk mengolahnya dan
Universitas Sumatera Utara
menyimpannya. Semuanya itu dapat dimanfaatkan perpustakaan untuk mengembangkan koleksinya. Bahkan perpustakaan pun dapat minta
perorangan untuk membantu pengadaan buku dan majalah. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengadaan koleksi
adalah proses menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi suatu perpustakaan. Koleksi yang diadakan oleh suatu perpustakaan hendaknya
relevan dengan minat dan kebutuhan, lengkap dan terbitan mutakhir, agar tidak mengecewakan masyarakat yang dilayani. Koleksi perpustakaan berasal
dari berbagai macam sumber seperti hadiah, tukar menukar, titipan dan pembelian. pertama pembelian merupakan pemesanan yang dilakukan kepada
penerbit. Pertukaran yaitu hasil koleksi bahan pustaka yang ditukarkan atupun dalam bentuk hadiah. Sedangkan hadiah merupakan andalan pembinaan
koleksi perpustakaan dengan cara mengajukan permintaan hadiah pustaka dan
hadiah tidak atas permintaan. 2.5.8 Pemilihan penjaja vendor
Penjaja yang bertindak selaku perantara dalam hal pembelian buku dan majalah harus dipilih secara saksama. Penjaja tersebut harus memiliki reputasi
baik serta memberikan jasa memuaskan dan cepat. Di Indonesia, penjaja tersebut biasanya toko buku atau importir buku. Pemilihan penjaja disesuaikan
dengan subjek dan jenis perpustakaan karena banyak penjaja mengkhususkan diri dalam subjek tertentu. Sulistyo Basuki 1993 : 224
2.5.9 Tugas rutin pengadaan
Tugas rutin pengadaan buku merupakan tugas sederhana. Tugas ini menjadi rumit manakala berhubungan dengan pembelian buku dari luar
negeri. Karena jarak yang jauh, sistem berkomunikasi tidak selalu lancar dan administrasi devisa yang tidak sederhana menyebabkan pemesanan buku dari
luar negeri dilakukan sepanjang tahun. Sulistyo Basuki 1993 :225 Slip pemesanan biasanya dijajarkan menurut abjad pengarang. Slip ini
harus dicek dengan berbagai cantuman perpustakaan untuk menghindari duplikasi. Untuk keperluan ini maka periksalah:
1. Laci pemesanan. 2. Laci standing order artinya pemesanan buku dari penerbit.
Universitas Sumatera Utara
3. Tagihan yang belum dibayar. 4. Daftar pertukaran publikasi.
5. Katalog perpustakaan. Slip pemilihan buku dibagi menurut kategori:
1. Dipesan. 2. Diperoleh dengan cara tukar menukar.
3. diperoleh dengan cara hadiah. 4. Diperoleh melalui keanggotaan.
Sebelum memesan buku hendaknya diperiksa apakah benar tersedia anggaran pembelian buku untuk tahun anggaran yang sedang berjalan. Hal ini
perlu dilakukan, lebih-lebih untuk Indonesia, karena dana pengadaan buku sering kali turun terlambat atau dialihkan untuk keperluan lain ataupun jumlahnya
berkurang dibandingkan dengan tahun anggaran sebelumnya. Slip pemilihan buku berubah menjadi slip pemesanan buku, slip
pemesanan buku dijajarkan di laci pemesanan. Buku disusun menurut urutan
penerimaan kemudian slip disisipkan ke halaman judul buku.
Perpustakaan Keliling di Kecamatan Medan Helvetia dalam pengadaan bahan pustakanya dilaksanakan oleh Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi
Provinsi Sumatera Utara yaitu Pengadaan Bahan Pustaka dengan cara tukar menukar atau perpustakaan koleksi dengan perpustakaan lain tidak dilakukan. Di
dalam pemilihan bahan pustaka hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan para pemakai agar perpustakaan tersebut benar-benar dapat bermanfaat bagi
pemakainya. Untuk itu diperlukan alat-alat bantu pemilihan bahan-bahan pustaka dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Hal ini sesuai dengan yang ditentukan di
dalam buku. Adapun alat-alat pemilikan yang biasa dipakai adalah:
1. Bibliografi Nasional Indonesia.
2. Datar Buku IKAPI
3. Berita Idhayu Bibliografi
4. Daftar Buku Beranotasi Dengan Rekomendasi
5. MajalahSurat Kabar
Universitas Sumatera Utara
Dalam garis besarnya pengadaan bahan pustaka untuk segala jenis perpustakaan dapat ditempuh melalui 3 jalan yakni:
- Pembelian - Tukar menukar
- Hadiah atau bantuan Dalam pengembangan koleksi Perpustakaan Keliling Sumatera Utara
Medan saat ini menyediakan lebih kurang 2.712 judul koleksi, yang terdiri dari 10.848 eksamplar dan terbagi dalam 10 Sepuluh disiplin ilmu koleksi-koleksi ini
diprioritaskan penggunaannya terhadap pelajar. Pembinaan dan pengembangan koleksi perpustakaan keliling diarahkan kepada kegiatan penambahan judul
koleksi dan menggantikan koleksi yang telah rusak. Penambahan buku tiap tahun tergantung dana pada dana yang diberikan oleh APBD kepada BPAD Medan.
Oleh karena itu diadakan kegiatan penambahan koleksi setiap tahun, maka petugas Perpustakaan Keliling ini selalu mengadakan evaluasi koleksi secara
berkala, sehingga dapat diketahui koleksi mana yang telah mencapai tahap yang membosankan.
Cara pengadaan koleksi Perpustakaan Keliling Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara antara lain:
a. Pembelian
Untuk mengadakan koleksi melalui pembelian, Perpustakaan perlu mengadakan anggaran. Pembelian bahan pustaka diiprioritaskan pada
koleksi yang paling banyak dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan. Pembelian bahan pustaka pada Perpustakaan Keliling Badan
perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara tidak rutin dilakukan, tetapi bahan pustaka yang akan dibeli jika ada dana
untuk Perpustakaan Keliling dan jika ada permintaan dari pengguna Perpustakaan Keliling.
b. Hadiah Sumbangan
Perpustakaan Keliling BPAD Sumatera Utara pernah menerima hadiah Sumbangan bahan pustaka dalam bentuk buku maupun non buku.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengadaan koleksi adalah proses menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi suatu
perpustakaan. Koleksi yang diadakan oleh suatu perpustakaan hendaknya relevan dengan minat dan kebutuhan, lengkap dan terbitan mutakhir, agar
tidak mengecewakan masyarakat yang dilayani. Koleksi perpustakaan berasal dari berbagai macam sumber seperti hadiah, tukar menukar, titipan dan
pembelian. pertama pembelian merupakan pemesanan yang dilakukan kepada penerbit. Pertukaran yaitu hasil koleksi bahan pustaka yang ditukarkan atupun
dalam bentuk hadiah. Sedangkan hadiah merupakan andalan pembinaan koleksi perpustakaan dengan cara mengajukan permintaan hadiah pustaka dan
hadiah tidak atas permintaan, pengadaan koleksinya melalui pembelian. Perpustakaan BPAD memperoleh sumber dananya berasal dari APBD.
2.5.10 Pengolahan bahan pustaka
Pengolahan bahan pustaka merupakan kegiatan pemilihan hingga pembelian buku setelah itu buku diterima perpustakaan bersama-sama dengan
faktur. Faktur diperiksa dan dicocokkan dengan daftar pemesanan, buku diberi tanda sesuai dengan faktur. Setiap buku yang ditambahkan pada koleksi
perputakaan diberi nomor induk dalam daftar perpustakaan. Pemberian nomor induk mencakup buku yang dibeli serta buku yang diperoleh melalui hadiah
maupun pertukaran. Soetminah 1991 : 81 Nomor induk yang dicatat pada buku yang baru diterima kemudian
dituliskan juga pada slip pemesanan. Setelah diberi nomor induk, slip pemesanan menjadi slip pemilikana accesssion slip. Nomor induk dicatat pada bagian
belakang halaman judul dan tempat lain, bilaman perlu. Nomor induk ditulis pada rekening buku yang dibeli, kemudian diteruskan ke bagian keungan untuk
penyelesaian selanjutnya. Disamping itu perpustakaan mengguanakan sistem buku induk, ada pula
perpustakaan yang menggunakan shelf list. Shelf list merupakan data buku yang dimiliki perpustakaan yang disusun berdasarkan slip pemesanan. Shelf list berisi
data bibliografi buku yang bersangkutan disertai dengan nomor pemesanan masing-masing buku.
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan fisik buku dilakukan dengan cara membuka buku dimeja, membuka bagian tengah. Lalu menekan bagian dalam pinggir dari atas kebawah.
Proses ini diulang dengan membuka beberapa halaman.
2.5.10.1 Klasifikasi
Klasifikasi merupakan pengelompokkan pustaka berdasarkan subjekisinya pustaka dengan subjek isi sama dikumpulkan, yang berbeda dipisahkan, dan yang
hampir sama didekatkan. Klasifikasi pustaka ini sangat penting bagi perpustakaan, terutama yang memberikan layanan terbuka, yang memperbolehkan pengunjung
masuk ke ruang koleksi, untuk melihat, memilih, dan mengambil sendiri pustaka yang ingin dibaca atau dipinjam Soetminah 1992 : 87.
Apabila koleksi yang ada di perpustakaan bertambah banyak, maka semakin penting klasifikasi dilaksanakan di setiap perpustakaan. Sesuai dengan
apa yang telah ditentukan di dalam buku pedoman penyelenggaraan perpustakaan keliling 1985 : 9 Bahwa buku-buku koleksi perpustakaan keliling harus
diklasifikasi secara sederhana dengan menggunakan sistem Dewey Decimal Klsification. Ed. 19 dengan perluasan-perluasannya. Jelas tujuan klasifikasi
tersebut adalah mengelompokkan buku-buku yang sama dalam satu jajaran, memisahkan buku-buku yang tidak sama.
Klasifikasi digunakan sebagai pedoman penyusunan pustaka di rak berdasarkan urutan yang logis. Pada umumnya orang mencari pustaka yang ingin
dibaca atau dipelajari berdasarkan bidang ilmu yang diminati. Jarang pengunjung yang mencari pustaka berdasarkan nama pengarang, kecuali yang mencari buku-
buku fiksi. Judul pustaka secara lengkap juga jarang diingat, maka mereka tidak mencari berdasarkan judul. Untuk mengelompokkan atau mengklasifikasi pustaka,
petugas harus tahu subjekisinya, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh seorang pengklasir, yaitu :
1. Menganalisis subjek buku Dalam menganalisis subjek buku ada beberapa unsur yang dapat
memberi petunjuk, yaitu : 1.1 Judul buku
Kadang-kadang judul buku dapat menunjukkan subjek buku misalnya
Universitas Sumatera Utara
1. Pengantar klasifikasi 2. Pengantar sejarah Indonesia
3. Petunjuk berternak ayam Walaupun demikian tidak selamanya judul buku dapat secara jelas menunjukkan
subjek terdiri dari : 1.2 Kata pengantar
Kata pengantar terdapat pada bagian pendahuluan buku, kadang- kadang dapat menunjukkan subjek isi karena disana pengarang sering
menjelaskan latar belakang penulisnya. 1.3 Daftar isi
Daftar isi yang dibuat sangat rinci, kadang-kadang dapat membantu kita untuk mengetahui subjek buku Karena mencerminkan masalah
yang dibahas oleh pengarang. 1.4 Kata pendahuluan
Pada buku yang baik, kata pendahuluan merupakan uraian ringkas isi buku secara keseluruhan, yang dibuat oleh pengarangnya sendiri.
Kemungkinan besar subjekisi buku dapat diketahui dengan membaca kata pendahuluannya, tetapi hal inipun belum dapat dipastikan.
2. Menentukan sandikode klasifikasi Sandi atau kode adalah tanda yang dapat berwujud gambar, huruf,
angka atau yang lain. Yang telah disepakati sebagai pengganti sesuatu. Setiap sistem klasifikasi mempunyai sandi atau kode, seperti DDC
dan UDC menggunakan sandi atau kode angka, sedangkan LC menggunakan sandikode huruf. Setiap perpustakaan boleh memilih
sistem klasifikasi yang akan digunakan yang sesuai untuk mengklasifikasi koleksi perpustakaan yang bersangkutan.
3. Sistem klasifikasi Sistem klasifikasi adalah suatu bagan pengelompokan pustaka atas
dasar subjek atau bentuk, berfungsi sebagai alat untuk mengelompokkan dan menyusun pustaka di rak secara logis, dan
menentukan lokasinya di rak.
Universitas Sumatera Utara
3.1. Dewey Decimal Classification DDC DDC diciptakan oleh Melvil Dewey pada tahun 1873 dan
diterbitkan tahun 1876. Dari edisi pertama yang hanya terdiri dari 52 halaman sistem DDC dikembangkan sampai sekarang sudah
diterbitkan edisi ke-20 selanjutnya ke -21. DDC ilmu pengetahuan manusia menjadi 10 kelas utama, masing-
masing kelas utama dibagi menjadi 10 divisi, dan masing-masing divisi dibagi lagi menjadi 10 seksi, sehingga DDC mempunyai 10
kelas, 100 divisi, dan 1000 seksi madih ada kemungkinan pembagian lanjutan. Karena pola rincian ilmu pengetahuan berdasarkan lipatan
sepuluh maka disebut decimal Klasifikasi persepuluhan. Sepuluh kelas utama diberi nomor urut tetapi dalam praktik selalu dituliskan
dalam bentuk notasi dengan tiga bilangan, dan tidak boleh kurang. Karena kelas utama menempati posisi pertama.
Berdasarkan penjelasan diatas disimpulkan bahwa DDC merupakan kegiatan mempelajari bagan dan indeks DDC serta latihan
mengerjakan DDC. 3.2 Universal Decimal Classificaation UDC
UDC diperkenalkan pertama kali sebagai hasil Konferensi Bibliografi di Brusser pada tahun 1895.Organisasi yang diserahi dan bertanggung
jawab atas penanganan masalah ini adalah Institute Internasional de la Bibliographique IIB, yang menerbitkan edisi pertamanya dalam
bahasa Perancis pada tahun 1905, dengan judul Manuel du Repertoire Universal Bibliographique.
Bagan yang diciptakan tersebut diharapkan lebih cocok untuk mengklasifikasikan pamplet, artikel, abstrak, terutama bahan-bahan
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. UDC dibuat atas dasar DDC yang diperluas dan dirinci lebih jauh, atas ijin Melvil Dewey
pada waktu itu. UDC banyak digunakan oleh perpustakaan khusus. Edisi pertama dalam bahasa inggris dari UDC adalah karya Dr. S.C.
Bradford, pustakawan pada perpustakaan Museum Ilmu Pengetahuan. Yang diterbitkan adalah bagan ringkasan yang dipergunakan di
Universitas Sumatera Utara
perpustakaannya, Dengan judul classification for work on pure Applied Science in the science Museum Library. Badan editorial resmi
untuk edisi bahasa Inggris adalah British Standard Institution BSI. Dari keterangan diatas dapat simpulkan bahwa UDC adalah bahan-
bahan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibuat berdasarkan DDC yang manfaatnya untuk mempermudah pustakawan
dalam memberikan nomor klasifikasi buku. 3.3 Library of Congress Classification LC
Perpustakaan Library of Congress didirikan pada tahun 1800, tetapi bagan klasifikasi LC secara rinci baru diperkenalkan antara
tahun 1899-1920 oleh Herbert Putnam, Pustakawan pada perpustakaan LC tahun 1899-1939. LC memang khusus dikembangkan untuk
perpustakaan Library of Congress yang mempunyai koleksi sangat besar. LC juga membagi ilmu pengetahuan dalam beberapa kelompok
kelas seperti halnya DDC dan UDC, hanya saja sandi atau kode yang digunakan bukan angka, melainkan huruf abjad
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa LC adalah pembagian ilmu pengetahuan beberapa bidang yang sandinya digunakan
menurut huruf abjad. Adapun kegiatan pengolahan bahan pustaka yang dilakukan
Perpustakaan Keliling Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara Medan melalui:
a. Pengiventarisan Bahan Pustaka Setiap bahan pustaka yang yang baru diterima oleh Badan Perpustakaan
Arsip Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara dengan cara pembelian, terlebih dahulu diperiksa dan disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.
Setelah itu diberi cap perpustakaan Badan Perpustakaan, Arsip darn Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara pada halaman yang telah di
tentukan. Kemudian diberi induk buku yang diletakkan pada halaman judul dan buku tersebut diinventarisasi ke dalam buku induk.
Isi buku induk Perpustakaan Keliling Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara adalah:
Universitas Sumatera Utara
- Nomor - Tanggal
- Asal - Judul
- Jumlah Juduul dan Eksamplar - Nomor Inventaris
- Nomor Klasifikasi - Keterangan
b. Pengklasifikasian Bahan Pustaka Untuk mengklasifikasikan bahan pustaka, Perpustakaan Keliling
Bandan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara melakukan dua tahap kegiaatan yaitu;
1. Menentukan Subjek Dalam menentukan subjek bahan pustaka Perpustakaan Keliling
Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara menggunakan tajuk subjek terbitan pusat pembinaan
perpustakaan 2. Menggunakan Nomor Klasifikasi
Dalam menyediakan bahan pustaka bagi pengguna, Perpustakaan Keliling BPAD Sumatera Utara mengklasifikasi bahan pustakanya.
Sebagai pedoman untuk mengklasifikasi digunakan DDC Edisi ke- 20 dan buku pedoman perpustakaaan.
Setiap bahan pustaka yang diterima dahulu dicocokkan dengan bahan pustaka yang sudah ada. Apabila bahan pustaka sudah ada
sebelumnya dapat langsung dibuat katalognya. Jika bahan pustakan itu belum pernah ada di Perpustakaan Keliling maka dapat dilihat
pada Buku Pedoman Perpustakaan Apabila tidak terdapat maka dilihat nomor kelasnya oada DDC edisi-20.
c. Pengatalogisasian Bahan Pustaka Katalogisasi merupakan suatu proses pembuatan kartu katalog untuk
memudahkan pemakaian bahan pustaka. Untuk pengatalogan bahan pustaka Perpustakaan Keliling BPAD Medan masih menggunakan
Universitas Sumatera Utara
sistem manual. Kartu Katalog 7,5 x 12,5 cm. Pembantu kartu catalog bahan pustaka disesuaikan dengan peraturan katalogisasi Anglo
American Cataloguing Rules Edisi ke-2 AACR II 120
Tay Taylor, Shelley E. P Psikologi Sosial
Prenada Media Group – Jakarta : Kencana, 2009 xii, 595 hlm. 21x25 cm
ISBN : 978-979-1486-56-9 I. Psikologi I. Taylor, Shelley E II. Peplau, Letitia Anne
III. Sears, David O.
d. Persiapan Fisik Bahan Pustaka Dalam mempersiapkan fisik bahan pustaka, kegiatan yang dilakukan
perpustakaan keliling di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara meliputi:
- Pembelian yaitu pembuatan label punggung buku yang terdiri dari nomor klasifikasi, tiga huruf pertama dari pengarang dan satu huruf
pertama dari judul. - Kantong dan Kartu yang ditempelkan dibagian depan dalam buku
- Slip tanggal kembali yang berisi keterangan tanggal kembali peminjaman bahan pustaka yang diletakkan diatas kantong kartu
buku.
2.5.10.2 Katalogisasi
Katalog adalah daftar pustaka buku dan non buku milik suatu perpustakaan yang disusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk mencari dan
menemukan lokasi pustaka dengan mudah dan cepat. Soetminah 1992 : 96. Sejalan dengan fungsi tersebut di atas, maka tujuan pembuatan katalog
perpustakaan sebagaimana dikemukakan oleh pustakawan C.A Cutter pada tahun 1876 yang diangkat kembali oleh Needham, 1971 sebagai betikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Memberikan kemudahan kepada seseorang untuk menemukan bahan pustaka yang telah diketahui pengarang, judul atau subjeknya secara
cepat, tepat dan akurat. b. Menunjukkan bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan
oleh pengarang tertentu berdasarkan subjek tertentu atau sabjek-subjek yang berhubungan dan jenisa atau bentuk literature tertentu.
c. Membuat dalam pemilihan bahan pustaka berdasarkan edisi dan karakternya sastra atau berdasarkan topik.
Selanjutnya dikatakan di dalam buku perdoman penyelenggaraan Perpustakaan Keliling 1985:10 bahwa :
Setiap buku harus mempunyai kartu katalog yang jenis dan jumlahnya diatur satuan perpustakaan kelililng harus
dilengkapi dan dibawa serta untuk pelayanan, sekurang- kurangnya kartu katalog pengarang dan kartu katalog
induk.
Pada hakikatnya katalog yang paling banyak digunakan oleh perpustakaan yang belum mampu menggunakan peralatan dengan teknologi canggih maka
dipergunakan catalog berbentuk kartu, adapun kartu catalog yang berbentuk kartu, adapun kartu tersebut dibuat dari karton tebal yang berukuran 7,5 x 12,5 pada
bahagian bawah dilobangi, dan kartu ini seharusnya disusun di dalam laci-laci dan cabinet katalog.
Keuntungan dari jenis kartu katalog adalah : 1. Tidak mudah hilang karena katalog ini tersusun di dalam laci catalog.
2. Mudah untuk menambah kartu –kartu baru bila menambah entri-entri baru.
3. Mudah untuk membuat kartu penunjuk dalam susunan kartu tersebut. Pengunjung yang ingin memelukan suatu buku di perpustakaan, baik
perpustakaan umum, perpustakaan khusus, perpustakaan keliling dan perpustakaan lainnya tentu akan memerlukan informasi. Informasi yang
dinyatakan harus dilayani oleh petugas-petugas perpustakaan. Di dalam melayani perpustakaan itu, maka katalog memegang peranan penting Karena katalog
menjadi kunci khasanah perpustakaan atau jantung perpustakaan “Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Umum, 1990: 34
Universitas Sumatera Utara
Di mobil perpustakaan keliling Kecamatan Medan Helvetia tidak disediakan katalog, walaupun dalam bentuk sederhana. Pengunjung maupun
pembaca yang ingin mencari buku yang diinginkannya mencari langsung di rak. Pelayanan dilakukan dengan sistem open access pelayanan terbuka. Sebenarnya
buku buku yang ada di mobil Perpustakaan Keliling telah mempunyai kartu katalog, akan tetapi katalog-katalog tersebut tidak dibawa oleh mobil
perpustakaan keliling, melainkan disimpan di ruang basis, disusun di dalam katalog. Untuk lebih jelas di bawah ini penulis gambarkan kartu katalog contoh
kartu katalog yang ada di perpustakaan keliling.
Kartu pengarang 025.313
SUH Suhender, Yaya 2007-
P Pedoman Katalogisasi: Cara Mudah Membuat Katalog
Perpustakaan.- Jakarta: Kencana, 2007.-
Ed. 1. Cet. 2 ; x, 108 hlm; 21cm 1. Katalogisasi
I. Judul ISBN 979-3925-03-5
Kartu Judul 020
Aksentuasi perpustakaan dan pustakawan S
Supriyanto, 2006- A
Aksentuasi perpustakaan dan pustakawan penulis, Supriyanto…. {et al.}.-
Editor, Kosam Rimbarawa, Supriyanto.- Jakarta : Ikatan Pustakawan Indonesia
Pengurus Daerah DKI Jakarta, 2006. 405 hal. : ilus. ; 21cm.
1.5 Perpustakaan. I. Judul.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengolahan bahan pustaka adalah kegiatan pemilihan hingga pembelian buku setelah itu buku
diterima perpustakaan bersama-sama dengan faktur. Faktur diperiksa dan dicocokkan dengan daftar pemesanan, buku diberi tanda sesuai dengan faktur.
Setiap buku yang ditambahkan pada koleksi perputakaan diberi nomor induk dalam daftar perpustakaan. Pemberian nomor induk mencakup buku yang dibeli
serta buku yang diperoleh melalui hadiah maupun pertukaran. Klasifikasi merupakan pengelompokkan pustaka berdasarkan subjekisinya pustaka dengan
subjek isi sama dikumpulkan, yang berbeda dipisahkan, dan yang hampir sama didekatkan. Klasifikasi pustaka ini sangat penting bagi perpustakaan, terutama
yang memberikan layanan terbuka, yang memperbolehkan pengunjung masuk ke ruang koleksi, untuk melihat, memilih, dan mengambil sendiri pustaka yang ingin
dibaca atau dipinjam sedangkan Katalogisasi adalah daftar pustakan buku dan non buku milik suatu perpustakaan yang disusun secara sistematis sehingga dapat
digunakan untuk mencari dan menemukan lokasi pustaka dengan mudah dan cepat.
2.6 Layanan Perpustakaan
Yang dimaksud dengan pelayanan perpustakaan adalah pemberian layanan kepada masyarakat yang mempunyai kepentingan dalam
pemenuhan kebutuhan akan informasi dengan mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan serta prosedur yang ditentukan.
Pada dasarnya perpustakaan yang baik dapat diukur keberhasilannya dalam menyajikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat
pemakainya. Lengkapnya fasilitas yang ada, besarnya dana yang disediakan banyaknya tenaga pustakawan tidak berarti apa-apa, bila perpustakaan
tersebut tidak mampu menyediakan pelayanan yang berkualitas. Layanan perpustakaan bertujuan memberikan layanan bahan pustaka
dan informasi kepada pengguna perpustakaan untuk keperluan pendidikan penerangan, ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan
kebudayaan. Menurut Darmono 2001 : 134 “Layanan perpustakaan adalah menawarkan semua bentuk koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada
Universitas Sumatera Utara
pemakai yang datang kepepustakaan dan meminta informasi yang dibutuhkannya”. Dalam buku perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku
Pedoman 2004: 7 dinyatakan bahwa : Layanan perpustakaan adalah pemberian informasi dan fasilitas
kepada pengguna melalui layanan perpustakaan. Pengguna dapat memperoleh hal-hal berikut:
1. Informasi yang dibutuhkan secara optimal dari berbagai media
2. Manfaat berbagai alat bantu penelusuran yang tersedia Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, kegiatan dari pelayanan
perpustakaan adalah menjelaskan, mengarahkan, dan membantu pengguna perpustakaan dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan secara
optimal. Pada perpustakaan yang baik akan selalu berusaha memberikan
pelayanan yang memuaskan bagi pengguna. Layanan yang baik adalah yang dapat memberikan rasa senang dan puas kepada pengguna untuk itu perlu
pembinaan layanan bagi setiap perpustakaan. Menurut Sutarno 2006 : 90- 91 bentuk nyata perpustakaan ini antara lain :
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembinaan layanan perpustakaan sebagai layanan prima yaitu cepat, tepat, mudah, sederhana
dan murah serta dapat memuaskan pengguna. Ada dua sistem layanan perpustakaan yaitu layanan terbuka Open
Access dan layanan tertutup Close Access. Kedua sistem pelayanan tersebut erat hubugannya dengan bagaimana cara perpustakaan memberikan
kesempatan kepada pengguna untuk menemukan dan memanfaatkan informasi yang dimiliki perpustakaan tersebut.
2.6.1. Sistem Layanan Terbuka
Sistem layanan ini memberikan kebebasan kepada pengguna untuk mencari bahan pustaka yang dibutuhkannya. Pengguna diizinkan masuk ke
ruangan koleksi perpustakaan, memilih, mengambil bahan pustaka yang dibutuhkan. Pengguna perpustakaan bebas membaca ditempat, kalau merasa
tertarik dapat meminjamkannya dibagian layanan perpustakaan. Dengan sistem ini
Universitas Sumatera Utara
pengguna perpustakaan dapat melihat langsung koleksi yang sesuai dengan kebutuhannya.
Menurut Darmono 2001 : 139 bahwa sistem terbuka adalah sistem yang memungkinkan para pengguan secara langsung dapat memilih, menemukan dan
mengambil sendiri bahan pustaka yang dikehendaki dari jajaran koleksi perpustaakan”.
Sedangkan sistem layanan terbuka menurut Lasa 1994 : 5 adalah suatu layanan yang memungkinkan pengguna untuk masuk keruangan koleksi untuk
memilih, mengambil sendiri koleksi yang sesuai”. Berdasarkan pendapat menurut para ahli menyatakan bahwa sistem
layanan terbuka adalah suatu sistem yang memberikan kebebasan kepada pengguna untuk mencari sendiri koleksi yang dibutuhkan.
Ada beberapa keunggulan yang dapat diambil apabila perpustakaan menggunakan sistem layanan terbuka antara lain :
1. Pemakai dapat melakukan pengambilan sendiri bahan pustaka yang dikehendaki dari jajaran koleksi.
2. Pemakai dilatih untuk dapat dapat dipercaya dan diberi tanggung jawab terhadap terpeliharanya koleksi yang dimiliki perpustakaan.
3. Pemakai akan merasa lebih puas karena ada kemudahan dalam menemukan bahan pustaka dan alternatif lain jika yang dicari tidak
ditemukan. 4. Dalam sistem ini tenaga perpustakaan yang bertugas untuk
mengambil bahan pustaka tidak diperlukan sehingg bisa diberikan tanggung jawab di bagian lain.
Selain keunggulan tersebut di atas sistem layanan terbuka ini juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu :
1. Ada kemungkinan pengaturan buku di rak penempatan jajaran menjadi kacau balau balau karena ketika mereka
elakukan browsing. Buku yang sudah dicabut dari jajaran rak dikembalikan lagi oleh pemakai secara tidak tepat.
2. Ada kemungkinan buku yang hilang relatif lebih besar bila dibandingkan dengan sistem yang bersifat tertutup.
Universitas Sumatera Utara
3. Memerlukan ruangan yang lebih luas untuk jajaran koleksi agar lalu lintas atau mobilitas pemakai lebih leluasa.
4. Membutuhkan keamanan yang lebih baik agar kebebasan untuk mengambil sendiri bahan pustaka dari jajaran koleksi
tidak menimbulkan berbagai akses seperti peningkatan kehilangan atau perobekan bahan pustaka Darmono, 2001 :
140 Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa sistem layanan terbuka
merupakan sistem yang memberikan kebebasan kepada pungguna untuk mencari, memilih, dan mengambil sendiri koleksi yang dikehendaki dari jajaran koleksi,
untuk pengguna harus mengenal sistem pengelompokkan buku yang dipakai oleh perpustakaan itu. Tanpa mengerti sistem ini mereka akan sulit menemukan bahan
pustaka yang dicari. Sistem layanan terbuka juga membutuhkan keamanan yang lebih baik karena kemungkinan buku yang hilang relatif lebih besar.
2.6.2 Sistem Layanan Tertutup
Selain sistem layanan terbuka juga terdapat sistem layanan tertutup yang dilaksanakan oleh perpustakaan. Pada sistem ini perpustakaan tertutup bagi
pembaca, dalam arti pengguna tidak boleh langsung mengambil buku ke rak. Petugas akan mengambilkan bahan pustaka untuk pengguna. Koleksi yang ingin
dipinjam dapat dipilih melalui daftar katalog yang tersedia. Menurut Soetminah 1992 : 131 bahwa:
Sistem layanan tertutup adalah sistem layanan yang tidak memperbolehkan pengunjung boleh memilih pustaka yang ingin dipinjam melalui katalog
perpustakaan dan setelah ditemukan sandi bukunya, dapat diminta pada petugas untuk mengambilnya.
Suatu layanan yang tidak memungkinkan pengguna untuk memilih dan mengambil sendiri akan koleksi perpustakaan. Koleksi yang ingin dipinjam
melalui daftar katalog yang tersedia, koleksinya akan diambil oleh petugas. Pendapat di atas dinyatakan bahwa sistem layanan tertutup adalah sistem
layanan tertutup adalah sistem layanan yang tidak memberikan kebebasan kepada pengguna untuk mencari sendiri informasi yang dibutuhkan pada ruangan koleksi.
Koleksi yang dibutuhkan harus dicari melalui katalog, kemudian pengguna
Universitas Sumatera Utara
mencatat data buku yang dibutuhkan dan diberikan kepada petugas layanan untuk diambil dari jajaran koleksi.
Ada beberapa keuntungan sistem layanan tertutup, antara lain : Sedangkan Lasa 1994 : 5 menyatakan bahwa:
1. Daya tampung koleksi lebih banyak, karena jajaran rak satu dengan yang lain lebih dekat.
2. Susunan buku akan lebih teratur dan tidak mudah rusak 3. Kerusakan dan kehilangan koleksi lebih sedikit bila dibandingkan
dengan sistem layanan terbuka 4. Tidak memelukan meja baca Lasa, 1995 : 4
Sistem layanan tertutup ini dilakukan untuk mengatur agar seseorang yang membutuhkan koleksi terlebih dahulu memanfaatkan kartu katalog yang
tersedia. Kartu katalog tersebut disusun di dalam laci-laci katalog, pendekatannya dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
- Kartu pengarang - Kartu Judul
- Kartu Subjek Dalam layanan jenis ini pustakawan mengambil bahan pustaka yang
diperlukan oleh pemakai jasa perpustakaan keliling. Para pengunjung meminta bahan pustaka yang diperlukan kepada pustakawan bagian layanan, pustakawan
tersebut mencarikan di rak dan menyerahkan kepada yang bersangkutan. Dalam sistem tertutup ini, peminjam tidak boleh mengambil sendiri bahan pustaka yang
hendak di baca maupun dipinjam dari tempatnya pengujung tidak di perbolehkan masuk ke mobil perpustakaan keliling sehingga pengambilan bahan pustaka
dilakukan oleh pustakawan. Sebelum mengajukan permintaan kepada pustakawan bagian layanan. Agar judul maupun pengarang yang dimaksudkan tepat,
pengunjung dapat menggunakan kartu katalog, baik kartu pengarang kartu judul maupun kartu subjek. Apabila nama pengarang atau judul buku yang
dimaksudkan sudah ditemukan, pengujung dapat menuliskan permintaan pada formulir yang disediakan oleh Perpustakaan Keliling. Panduan Penyelenggaraan
Perpustakaan Keliling, 1992:21
Universitas Sumatera Utara
Sistem ini mempunyai keuntungan yaitu: bahan pustaka tidak mudah rusak yang dapat disebabkan oleh pengguna namun penyebaran informasinya
tidak dapat bebas diakses oleh pengguna sehingga kemungkinan besar informasi tersebut tidak sampai kepada pengguna.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem layanan tertutup merupakan sistem layanan yang tidak memperbolehkan pengguna mencari dan
mengambil sendiri koleksi yang dibutuhkan dari jajaran koleksi, melainkan harus melalui bantuan petugas perpustakaan, setelah pengguna memilih bahan pustaka
yang diperlukan melalui katalog dahulu.
2.6.3. Jenis Pelayanan Perpustakaan Keliling 2.6.3.1 Layanan Sirkulasi
Layanan sirkulasi adalah layanan peminjaman koleksi yang diberikan untuk pengguna yang berhubungan dengan pemanfaatan koleksi perpustakaan.
Pusat Layanan Pustaka 2008 : 5 menyatakan bahwa, “ Sirkulasi merupakan pelayanan yang menyangkut peredaran bahan-bahan pustaka yang dimiliki oleh
perpustakaan”. Sedangkan Sutarno 2006 : 93 mengemukakan bahwa, “Layanan
sirkulasi adalah kegiatan melayani pemakai jasa perpustakaan dalam pemesanan, peminjaman, dan pengembalian bahan pustaka berserta penyelesaian
administrasinya”. Kedua pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa layanan sirkulasi
merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan pengguna perpustakaan berupa peminjaman, pengembalian, serta penyelesaian administrasi bahan pustaka
yang dimiliki oleh perpustakaan. Penyelenggaraan layanan sirkulasi bertujuan untuk :
1. Supaya mereka mampu memanfaatkan koleksi tersebut semaksimal mungkin.
2. Mudah diketahui siapa meminjam koleksi tertentu, dimana alamatnya serta kapan koleksi itu diperlukan peminat lain akan segera dapat
diketahui alamat peminjamdinantikan pada waktu pengembalian.
Universitas Sumatera Utara
3. Terjaminnya pengembalian pinjaman dalam waktu yang jelas dengan demikian kemana bahan pustaka akan terjaga.
4. Diperoleh data kegiatan perpustakaan terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan koleksi.
5. Apabila terjadi pelanggaran akan segera diketahui Lasa, 1994 : 1-2 Berdasarkan tujuan layanan sirkulasi tersebut dapat disimpulkan bahwa
pekerjaan layanan sirkulasi harus dilakukan dengan cepat dan tepat dan prosedur layanan yang mudah dan sederhana sehingga keamanan bahan pustaka, serta
pelanggaran dapat diatasi dengan segera. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka layanan sirkulasi harus
melaksanakan tugas sebagaiman dinyatakan oleh Sulistyo-Basuki 1993 : 257 - 259 yaitu :
1. Mengawasi pintu masuk dan keluar perpustakaan. 2. Pendaftaran anggota, perpanjangan keanggotaan, dan pengunduran
diri anggota perpustakaan. 3. Meminjamkan serta mengembalikan buku dan memperpanjang waktu
peminjaman. 4. Menarik denda bagi buku yang terlambat dikembalikan.
5. Mengeluarkan surat peringatan bagi peminjam buku, khususnya buku hilang atau rusak.
6. Bertanggung jawab atas segala berkas peminjaman. 7. Membuat statistik peminjaman.
8. Peminjaman antar perpustakaan. 9. Mengawasi urusan penitipan tas, jas mantel, dan sebagainya milik
pengunjung perpustakaan. 10. Tugas lainnya terutama yang berhubungan dengan peminjaman.
Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan sirkulasi memiliki tugas melakukan pendaftaran anggota, peminjaman, perpanjangan waktu pinjam dan
penngembalian buku, menarik denda dari buku yang terlambat dikembalikan, membuat statistik peminjaman serta tugas layanan terutama yang berkaitan
dengan peminjaman.
Universitas Sumatera Utara
2.6.3.2 Layanan Referensi
Layanan referensi merupakan kegiatan pelayanan informasi yang biasa dilakukan di perpustakaan. Pelayanan referensi merupakan suatu kegiatan yang
membantu pengguna untuk menemukan informasi yang dibutuhkannya. P. Sumardji 1992 : 11, menyatakan bahwa pelayanan referensi adalah ;
1. Salah satu kegiatan pokok yang dilakukan di perpustakaan yang khusus menyajikan koleksi referensi kepada para pemakai
perpustakaan. 2. Suatu kegiatan layanan yang membantu para pemakaipengunjung
perpustakaan menemukan informasi dengan cara : a. Menerima pertanyaan-pertanyaan dari para pemakai perpustakaan
dan kemudian menjawab dengan menggunakan koleksi referensi. b. Memberikan bimbingan untuk menemukan koleksi referensi yang
diperlukan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan oleh pemakai.
c. Memberikan bimbingan kepada pemakai perpustakaan bagaimana menggunakan setiap bahan pustaka koleksi referensi.
Sedangkan menurut Darmono 2001 : 141 layanan referensi adalah :
Layanan yang diberikan oleh perpustakaan untuk koleksi-koleksi khusus seperti kamus, alamanak, direktori, buku tahunan yang berisi informasi
teknis dan singkat. Koleksi ini tidak dibawa pulang oleh pengunjung perpustakaan tetapi hanya untuk dibaca di tempat.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa layanan referensi merupakan kegiatan layanan yang diberikan oleh perpustakaan untuk memperoleh
dan membantu pengguna dalam menemukan informasi dengan cara menjawab pertanyaan dengan menggunakan koleksi referensi seperti Ensiklopedi, kamus,
almanac, direktori, buku tahunan, dan sebagainya. Koleksi tersebut tidak boleh dipinjam tetapi hanya boleh baca ditempat. Serta pelayanan referensi memberikan
bimbingan untuk menggunakan dan menemukan koleksi referensi.
Menurut Lasa 1994 : 34 tujuan pelayanan referensi adalah sebagai berikut : 1. Membimbing pengguna jasa perpustakaan agar memanfaatkan semaksimal
mungkin akan koleksi yang dimiliki suatu perpustakaan. Mereka diharapkan mampu mandiri dalam menggunakan sumber-sumber tersebut.
2. Memilihkan sumber rujukan yang lebih tepat untuk menjawab pertanyaan dalam bidang tertentu.
Universitas Sumatera Utara
3. Memberi pengarahan kepada pengguna untuk memperluas wawasan mereka dalam suatu topik, subjek, karena penjelasan suatu masalah diberikan beberapa
sumber dengan gaya yang berbeda. 4. Mendayagunakan sumber rujukan semaksimal mungkin dalam pengembangan
ilmu pengetahuan. 5. Tercapainya efisiensi tenaga, biaya dan waktu.
Sedangkan fungsi layanan referensi menurut Sumardji 1992 : 12 yaitu : 1. Informasi
Memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang informasi yang dibutuhkan oleh para pemakai perpustakaan.
2. Bimbingan kepada para pemakai perpustakaan untuk mencari bahan pustaka dalam kelompok koleksi referensi yang tepat, dan bagaimana pula cara
menggunakannya untuk mencari informasi yang dikehendaki. 3. Pemilihanpenilaian
Memberikan petunjuk pengertian tentang bagaimana cara memilihmenilai bahan pustaka dalam kelompok koleksi referensi yang
bermutu dan berbobot ilmiah agar diperoleh sumber informasi yang berdaya guna maksimal.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas tujuan dan fungsi pelayanan referensi memberikan bimbingan kepada pengguna tentang
bagaimana cara menemukan serta cara menggunakan setiap bahan pustaka koleksi referensi.
Menurut Sumardji 1992 : 69 bentuk bimbingan yang diberikan kepada
layanan referensi adalah sebagai berikut : 1. Bimbingan langsung, yang diberikan secara langsung kepada pemakai
perpustakaan oleh petugaspustakawan unit referensi, baik secara individual – formal maupun klasikal – formal.
2. Bimbingan tidak langsung, yang diberikan kepada siapa pun melalui media tertentu, seperti misalnya dengan menerbitkan buku informasipetunjuk,
buku pegangan, dan terbitan-terbitan lainnya.
Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk bimbingan langsung maupun tidak langsung merupakan kegiatan yang penting dalam pemanfaatan
layanan referensi agar pengguna dapat dengan mudah menemukan informasi yang dibutuhkannya.
2.6.3.3 Layanan Terbitan Berseri
Salah satu jenis layanan yang dapat mendukung terselenggaranya kegiatan yang ada di perpustakaan adalah pelayanan terbitan berseri. Dalam buku Pedoman
Umum Pengelolahan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi 1999: 40,
Universitas Sumatera Utara
“Pelayanan terbitan berseri adalah kegiatan melayankan terbitan berseri kepada pengguna perpustakaan. Misalnya jurnal, surat kabar, majalah dan terbitan lain
yang mempunyai kala terbit tertentu”. Sedangkan menurut Yusuf 1995 : 58, layanan terbitan berseri adalah
bentuk publikasi yang pada umumnya memuat berbagai tulisan atau artikel, baik publikasi umum mupun khusus, dari beberapa pengarang yang dianggap penting,
dengan waktu terbit teratur dalam jangka waktu yang tidak ditentukan”. Pelayanan terbitan berseri selalu memberikan informasi yang mutakhir
dalam setiap kali terbit. Terbitan ini juga merupakan saranan yang efektif dalam pengembangan ilmu pengetahuan Menurut Saleh 1996: 26 terbitan berseri
mempunyai peran sebagai berikut : 1. Memberi ruang untuk menampung ide, gagasan, pengalaman seseorang.
2. Menjadi media untuk menyampaikan hasil-hasil penemuan terbaru dalam bidang tertentu.
3. Sumber untuk memperluas wawasan seseorang. 4. Sumber untuk mengetahui keahlian seseorang.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa terbitan berseri adalah salah satu jenis koleksi yang dibutuhkan di perpustakaan untuk memberikan
kebutuhan informasi kepada pengguna perpustakaan. Jenis layanan yang dapat dilakukan oleh perpustakaan keliling antara lain
1. Layanan sirkulasi Layanan ini berupa pemberian kesempatan bagi anggota
perpustakaan keliling untuk meminjamkan bahan pustaka yang dapat dibawa pulang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Peminjaman
hanya diberikan kepada pengunjung yang sudah terdaftar menjadi anggota perpustakaan.
Perpustakaan Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara memberikan pelayanan sirkulasi pada setiap
pengunjung. Namun Perpustakaan Keliling Baperasda tidak menyediakan layanan referensi, karena Perpustakaan Keliling
Baperasda Medan tidak menyediakan koleksi referensi. Pelayanan
Universitas Sumatera Utara
Sirkulasi merupakan ujung tombak jasa perpustakaan karena paling sering berhubungan dengan pengguna.
Prosedur kegiatan pelayanan sirkulasi pada Perpustakaan Keliling BPAD Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
a. Keanggotaan Anggota Perpustakaan Keliling Kota Medan terdiri dari berbagai
tindakan masyarakat, mulai dari anak-anak hingga dewasa tanpa memandang status sosialnya di dalam masyarakat. Untuk menjadi
anggota Perpustakaan Keliling ini tidak banyak menuntut persyaratan yang memberatkan calon anggota. Asalkan calon
anggota tersebut melek huruf warga daerah layanan Perpustakaan Keliling. Walaupun demikian, setiap calon anggota yang mendaftar
perlu memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: 1. Isi formulir permohonan menjadi anggota
2. Lampiran Pas photo ukuran 2 x 3 sebayak 1 lembar 3. Lampirkan foto copy Identitas yang digunakan masih berlaku
4. Tiap anggota dapat meminjam buku maksimal 2 dua buku 5. Lama peminjaman 14 empat belas hari dan bila mana masih
diperlukan dapat diperpanjang selama 1 satu minggu 6. Pengembalian buku terlambat dikenakan sanksi berupa:
- Surat Peringatan I : Terlambat 1 satu hari Pengembalian buku
- Surat Peringatan II : Terlambat 2 dua hari pengembalian buku
- Surat Peringatan III : Terlambat 3 tiga hari - Surat Pemberitahuan tidak diperkenan meminjam buku
selama 3 tiga bulan bagi yang terlambat 4-10 hari pengembalian buku.
- Surat pemberitahuan pencabutan keanggotaan perpustakaan bagi yang terlambat mengembalikan buku
lebih 10 sepuluh hari selama 1 satu tahun dan harus membuat pernyataan diatas kertas bermeterai bahwa tidak
Universitas Sumatera Utara
akan melakukan pelanggaran terhadap aturan yang ada untuk mengaktifkan keanggotaan kembali
7. Bagi pemustaka yang menggunakan fasilitas internet dan audio Visual maksimal 2 jamhari dan dapat dilanjutkan apabila
pengguna lain tidak ada 8. Setelah dilengkapi dengan pas photo, foto copy
KTPKTMKartu Siswa dan atau tanda pengenal lainnya serta disahkan oleh Kep. SekolaDekanKepala Kantor tempat
bekerja, berkas dimasukan dalam map dan diserahkan kepada Petugas Administrasi layanan
9. Yang berhak untuk mengurus berkas bebas pustaka adalah anggota Perpustakaan
10. Bersedia mengganti buku yang hilangrusak dan ditambah dengan biaya pengolahan buku
11. Penggantian kartu anggotakantong pinjam yang hilang dapat dilayani dengan menunjukkan surat keterangan hilang dari
kantor polisi. Setelah memenuhi persyaratan di atas maka calon anggota diberi kartu
tanda anggota perpustakaan secara cuma-cuma. Kemudian dapat meminjam sebagaimana layaknya anggota yang lain. Menurut pengamatan penulis, pada
umumnya anggota Perpustakaan Keliling Kota Medan adalah pelajar. Hal ini disebabkan oleh karena faktor-faktor sebagai berikut :
- Mobil perpustakaan keliling cenderung berpos disekitar gedung sekolah.
- Tidak berfungsinya Perpustakaan sekolah di daerah tersebut. b. Peminjaman
Peminjaman merupakan layanan yang diberikan kepada angggota Perustakaan Keliling untuk menggunakan koleksi perpustakaan
seperlunya dan dapat dibawa pulang. Layanan pinjaman ini hanya diberikan kepada pengunjung yang telah menjadi anggota
Perpustakaan Keliling BPAD saja. Peminjaman. Jumlah peminjaman
Universitas Sumatera Utara
rata-rata dalam 1 pos sekitar 50-60 orang perhari. Peminjaman koleksi Perpustakaan Keliling
Peminjaman koleksi dibatasi jumlah eksamplarnya yaitu maksimalnya 2 eksamplar dalam sekali pinjam, dengan lama peminjaman 2 minggu dan dapat
diperpanjang selama 1 minggu lagi. Jika pengguna melewati batas waktu pengembalian yang telah ditentukan maka pengguna diberi peringatan apabila
peringatan tersebut tidak diindahkan oleh pengguna tersebut maka sebagai sanksinya pengguna tidak dibenarkan lagi meminjam bahan pustaka untuk
sementara waktu. Hal ini dilakukan mengingat kondisi ekonomi masyarakat kurang memadai. Masalah sanksi keterlambatan ini sengaja diberi kelonggaran
mengingat pada umunya penduduk membutuhkan waktu satu harian penuh untuk bekerja, sehingga kadang-kadang tidak sempat mengembalikan bahan pustaka
tepat pada waktunya. Menurut penulis, tindakan yang diambil oleh petugas perpustakaan
BPAD Medan dalam mengenakan sanksi keterlamabatan kepada anggota sangatlah bijaksana. Karena pada dasarnya mengenai sanksi berupa uang akan
menurunkan minat baca masyarakat atau pengguna. c. Pengembalian
Pengguna yang akan mengembalikan bahan pustaka harus melapor terlebih dahulu kepada petugas perpustakaan, petugas memeriksa
tanggal kembali pada buku yang dipinjam. Apabila sudah sesuai dengan tanggal kembali, maka petugas menerima bahan pustaka dari
peminjam dan buku kembali disusun di rak. Kartu buku kemudian dimasukkan kembali ke kantong buku, sedangkan kartu anggota
dikembalikan lagi kepada peminjam. d. Perpanjangan
Perpanjangan bahan pustaka dapat dilakukan sebanyak satu kali. Jangka waktu perpanjangan untuk satu bahan pustaka dapat
diperpanjang sampai tujuh hari lagi. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa jenis
pelayanan perpustakaan keliling miliki tugas melakukan pendaftaran anggota, peminjaman, perpanjangan waktu dan pengembalian buku,
Universitas Sumatera Utara
membuat statistik peminjaman, bagi pengguna yang membaca ditempat buku hanya bisa baca di lokasi stop tidak boleh dibawa pulang kecuali telah
menjadi anggota perpustakaan keliling.
2.6.4 Operasional Perpustakaan Keliling
Di dalam buku perpustakaan 1985:17 dikatakan bahwa operasionalnya Perpustakaan Keliling terdiri dari:
1. Mekanisme pelayanan. Dalam melaksanakan pengoperasiannya Perpustakaan Wilayah mengadakan kerja sama dengan pemerintah
daerah setempat atau Instansi yang relevan. 2. Pangkalan Perpustakaan Keliling berada di perpustakaan Wilayah
3. Apabila diperlukan dapat membuat sub pangkalan yang baru PU Dati II, Puspenmas atau Instansi yang relevan.
4. Pelayanan kepada masayarakat dilakukan di tempat pelayanan Service Point.
5. Operasional Perpustakaan Keliling sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
6. Di tempat layanan Perpustakaan Keliling diberi papan nama sebagai berikut:
Tempat Perpustakaan Keliling Hari :
Jam : 7. Pada tempat layanan sebaiknya disediakan ruang baca.
Operasional yang dilakukan seperti yang disebutkan diatas dapat digambarkan
Sumber : Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara
P.W
Desa Sekolah
Kelurahan
Universitas Sumatera Utara
Apabila diperlukan operasional dapat dilaksanakan dengan cara lain yaitu dengan membentuk sub pangkalan yang baru. Ini terutama diperlukan bagi
daerah-daerah tingkat dua Dati II, yang jauh dari ibu kota propinsi dimana Perpustakaan Wilayah didirikan, jangkauan Operasional Perpustakaan Keliling
yang digerakkan dari perpustakaan Wilayah tidak mungkin dilaksanakan dalam jarak tempat yang begitu jauh. Sub pangkalan yang baru itu berfungsi sebagai
basis Perpustakaan Keliling dapat ditempatkan di perpustakaan Umum atau di kantor Pemerintah daerah tingkat II ataupun Instansi lain yang lebih relevan.
Bedasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan Pengoperasian Perpustakaan Keliling ini, Perpustakaan Wilayah yang
bertanggungjawab atas Perpustakaan Keliling di Propinsi, dan mengadakan kerja sama dengan Pemerintah daerah setempat. Disini Perpustakaan Keliling
dioperasikan dari perpustakaan Wilayah ke desa-desa dan di Perpustakaan Wilayah ditentukan sebagai daerah pelayanan, dan mobil akan kembali ke
Perpustakaan Wilayah setelah selesai waktu pelayanannya. Koordinator Perpustakaan Keliling yang bertugas mengusai semua kegiatan seperti melakukan
aktivitas administrasi dan pengolahan koleksi di ruang basis Perpustakaan Keliling ini.
2.6.4.1 Masyarakat yang dilayani
Daerah layanan Perpustakaan Keliling terdiri 24 Kecamatan meliputi 8 desa dengan jumlah penduduk 11.115 jiwa di Desa Helvetia. Perpustakaan
Keliling di Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kota Medan hanya melayani masyarakat di 24 Kecamatan dan lokasi penelitian hanya 1 kecamatan
yaitu Kecamatan Medan Helvetia
2.6.4.2 Pos Pelayanan
Pos Pelayanan adalah lokasi yang telah ditetapkan terlebih dahulu dimana perpustakaan keliling berhenti untuk memberikan pelayanan perpustakaan
kepada masyarakat setempat. Penentuan pos pelayanan ini juga ditetapkan oleh tim survey seperti menentukan daerah pelayanan perpustakaan keliling. Dalam
tim survei diikutsertakan juga kepala perpustakaan umum Badan Perpustakaan
Universitas Sumatera Utara
Arsip dan Dokumentasi Kota Medan dan kepala desa setempat karena merekalah yang lebih tahu situasi dan kondisi daerah tersebut. Sedangkan yang memutuskan
pos pelayanan adalah tim survei. Ada beberapa pertimbangan dalam menetapkan pos pelayanan yaitu:
1. Lokasinya mudah dijangkau mobil perpustakaan keliling sendiri dan terletak dipinggir jalan besar sehingga tidak menyulitkan bagi perpustakaan keliling
maupun penduduk menuju tempat tersebut. 2. Daerahnya mudah dijangkau masyarakat dan semua penduduk telah
mengetahui lokasinya; misalnya dekat pasar atau di depan mesjid. 3. Kantor Camat, depan sekolah di halaman kepala desa. Lokasi ini dipilih
Karena untuk menjadi anggota perpustakaan keliling calon anggota diharuskan memperolah persetujuan dan rekomendasi dari kepala sekolah, camat maupun
kepala desa. Alasan lain ialah untuk menyingkat waktu dalam pengurusan kartu anggota, apabila prosedur cepat selesai anggota dan calon pengunjung
perpustakaan segera dapat meminjam buku. 4. Partisipasi dari camat dan masyarakat setempat terhadap kedatangan
perpustakaan keliling di tempat tersebut. Walaupun Bupati atau tim suvei menunjuk lokasi tersebut sebagai pos layanan, apabila masyarakat setempat
kurang menunjukkan partisipasinya maka pos pelayanan dipindahkan ke tempat lain.
5. Selain berdasarkan yang diatas penetapan pospelayanan juga didasarkan pada tersedianya halaman luas terletak ditepi jalan besar, yang dapat menampung
masyarakat serta mobil perpustakaan keliling dan tidak mengganggu arus lalu lintas.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka perpustakaan keliling BPAD Medan menetapkan pos pelayanannya sebagai berikut:
• Kecamatan Medan Helvetia pos layanannya yaitu: - Yayasan Kartika Jaya SD Kartika.
- Yayasan Perguruan Nahdatul Ulama. Pos layanan yang terbanyak mengambil lokasi dekat sekolah maka tidak
mengherankan anggota perpustakaan keliling yang terbanyak adalah dari golongan pelajar yaitu dari 300 Anggota. Sedangkan anggota yang mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
urutan 2 kedua terbanyak adalah pegawai yaitu terdiri dari Guru, pegawai kantor Camat
2.6.4.3. Waktu Pelayanan
Yang dimaksud dengan waktu pelayanan ialah jam pelayanan perpustakaan di lokasi yang jadwalnya telah ditentukan, baik hari maupun jam
pelayanannya. Perpustakaan keliling Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kota Medan melaksanakan pelayanan 2 kali dalam sebulan. Mobil berangkat ke
daerah pelayanan jam 09.00 sd 11.00 kembali ke ruang dasar Lihat kunjungan pelayanan pada tabel. Setelah mobil kembali petugas pelayanan melapor kepada
penanggung jawab perpustakaan keliling dan mereka di perbolehkan pulang ke rumah masing-masing.
Perpustakaan keliling dan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi kota Medan memberikan pelayanan di pos kira-kira pada jam 09.30 di saat lokasi ramai
dikunjungi masyarakat misalnya untuk daerah Yayasan Daerah SD Kartika dimana pos layanannya di depan SD, maka mobil berhenti di depan sekolah,
karena bertepatan dengan jam istirahat murid –murid diperbolehkan membaca atau meminjam koleksi yang ada di perpustakaan keliling khusunya bagi anggota
perpustakaan keliling setelah habis jam kunjungannya maka siswa masuk kelas kembali belajar. Untuk daerah Yayasan Perguruan Nadatul Ulama mempunyai
pos pelayanan di depan yayasan maka jam istirahat mobil berhenti di depan yayasan.
Dalam menetapkan waktu pelayanan, perpustakaan keliling mengadakan kerja sama dengan sekolah-sekolah. Disini guru-guru memberikan dispensasi
terhadap murid-murid yang pergi ke perpustakaan keliling dengan memperpanjang waktu istirahat murid-murid 5 sd 10 menit. Cara seperti ini
disambut baik oleh pelajar, guru maupun perpustakaan keliling sendiri. Akan tetapi sangat disayangkan tidak semua sekolah mau memberikan dispensasi
dengan memperpanjang jam istirahat untuk mengunjungi perpustakaan keliling. Jadwal pelayanan ini ditetapkan sebelum perpustakaan keliling mulai
beroperasi yaitu dengan mengadakan observasi terlebih dahulu. Penyelenggaraan observasi ini juga melibatkan pemuka masyarakat di daerah yang akan dilayani
Universitas Sumatera Utara
Camat, Kepala Desa, Kepala Sekolah. Semua usul-usul dari mereka mengenai jam pelayanan diterima dan dipertimbangkan karena merekalah yang dianggap lebih
mengetahui daerah tersebut dari pihak-pihak yang dari luar. Usul-usul ini sangat besar manfaatnya untuk menghidari jangan sampai perpustakaan keliling datang
ke lokasi pada jam tertentu sehingga hanya sedikit masyarakat yang datang berkunjung.
Meskipun jam pelayanan telah dijadwalkan menurut waktunya, akan tetapi selalu saja ada perubahan baik disengaja maupun tidak disengaja. Misalnya
apabila disatu lokasi masyarakat pengunjung ramai, maka jam pelayanan terpaksa diperpanjang sehingga mengakibatkan terlambat atau berubah jam pelayanan di
lokasi berikutnya. Hal ini menimbulkan kekesalan bagi mereka yang menunggu kedatangan perpustakaan keliling hingga banyak juga diantara mereka yang
pulang ke rumahnya karena tidak sabar menunggu akibatnya diperpanjang jam pelayanan pada lokasi pertama yaitu, jam pelayanan pada lokasi berikutnya
menjadi pendek hingga pengunjung belum puas mencari buku yang mereka inginkan sedangkan perpustakaan keliling sudah harus meninggalkan lokasi untuk
kembali ke ruang dasar.
2.7 Sarana dan Prasarana Perpustakaan Keliling
Pada dasarnya Perpustakaan Keliling memerlukan kendaraan untuk mengangkut bahan pustaka ke lokasi yang telah ditentukan sebelumnya. Pada
umumnya kendaraan yang digunakan biasanya kendaraan yang beroda empat seperti mobil. Namun untuk Perpustakaan Keliling dibutuhkan kendaraan yang
mempunyai ruangan yang cukup luas untuk bisa memuat bahan pustaka yang akan dilayankan kepada pengguna nantinya.
Perlengkapan Perpustakaan Keliling merupakan sarana dan atau alat untuk mencapai tujuan Perpustakaan Keliling perlengkapan Perpustakaan Keliling
merupakan barang-barang untuk kebutuhan kerja, pelayanan dan penyimpanan barang-barang perpustakaan yang harus disesuaikan dengan kebutuhan
Perpustakaan Keliling. Perlengkapan yang ada diperpustakaan keliling BPAD Provinsi Sumatera
Utara terdiri dari :
Universitas Sumatera Utara
1. 1 unit mobil perpustakaan keliling 2. Tape recorder
3. AC 4. Seperangkat alat adminstrasi peminjaman seperti: kertas,
gunting, pensil, ballpoint, katu buku. 5. Pewangi
6. Pita kaset lagu-lagu 7. Lound speker
8. Bulu ayam 9. Alat untuk keperluan kendaraan seperti: Kunci roda ban,
dongkrak, ban serap, Perlengkapan kunci, Segitiga pengaman
10. Rak buku 11. Blower
12. Micropone 13. Aqualizer
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perlengkapan perpustakaan keliling dapat menunjang terlaksananya aktivitas layanan
perpustakaan keliling dan menyimpan koleksi di rak sehingga koleksinya tidak berantakan tertata dengan rapi.
2.8 Pengembangan dan Pembinaan Koleksi Perpustakaan Keliling di Indonesia