Keterangan: n
= besar sampel minimum Z1-
α2 = nilai distribusi normal baku tabel Z pada α tertentu 5, 95 å 1,96 Z1-
β = nilai distribusi normal baku tabel Z pada
β tertentu 10, 90 å 1,28 σ
2
= harga varians di populasi SD 18,9 μ0-μa
= perkiraan selisih nilai mean yang diteliti dengan mean di Populasi 20
N1=N2 = 19 å 20
3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi : 1. Bersedia menjadi peserta penelitian dan menandatangani informed consent.
2. Umur 16 – 59 tahun 3. BBI menurut kriteria Brocca
4. Dilakukan anestesi umum 5. Pasien status fisik ASA I
Kriteria Eksklusi : 1. Riwayat alergi dengan obat yang diteliti
2. Riwayat alergi dengan kacang kedelai 3. Operasi kraniotomi, thorakotomi
3.7. Informed Consent
Setelah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik, penderita mendapatkan penjelasan tentang prosedur yang akan dijalani serta menyatakan secara tertulis kesediaannya
dalam lembar informed consent.
3.8. Cara Kerja
1. Proposal penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etik Penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Setelah diterangkan ke subyek penelitian, dibuatkan informed consent. 3. Pasien PS ASA I dibagi secara random menjadi 2 kelompok.
4. Semua pasien mendapat perlakuan yang sama diberi infus RL 2 cc kg BB jam sejak puasa
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8 + N2O 50 Dengan Propofol 2 MgKg BB IV Sebagai Obat…, 2008
USU e-Repository © 2008
5. Sukarelawan yang melakukan penilaian terhadap hilangnya reflek bulu mata ditetapkan 3 orang. Dilakukan penilaian beberapa contoh subyek yang
menghasilkan nilai kappa test 1 yang berarti tidak ada perbedaan terhadap penilaian hilangnya reflek bulu mata
25
. 6. Kelompok Sevoflurane mendapat Petidin 1 mg kg BB IM dan Midazolam
0,05 mg kg BB IM 1 jam sebelum induksi anestesi dimulai, setelah ½ jam premedikasi pasien dimasukkan ke kamar operasi, lalu dipersiapkan untuk
menjalani anestesi umum dipasang monitor non invasive, dicatat tekanan darah, laju jantung, laju nafas dan saturasi oksigen SpO
2
. Setelah semua persiapan selesai pasien di pre oksigenasi dengan oksigen 100 selama 5
menit. Kemudian sirkuit anestesi dipenuhi terlebih dahulu dengan gas Sevoflurane, lalu di induksi dengan Sevoflurane 8 dan 50 N
2
O, flow disesuaikan dengan volume semenit pasien 10 cc x BB x frekuensi nafas.
Pasien diperintahkan untuk bernafas dalam. Setelah itu dinilai reflek bulu mata sejak pertama menarik nafas dan dicatat waktu menggunakan stop watch oleh
sukarelawan sampai reflek bulu mata hilang dan dinilai kondisi hemodinamiknya. Setelah reflek bulu mata hilang pasien diberi ataupun tidak
pelumpuh otot sesuai dengan kebutuhan. 7. Kelompok Propofol mendapatkan Petidin 1 mg kg BB IM dan Midazolam
0,05 mg kg BB IM 1 jam sebelum induksi anestesi dimulai, setelah ½ jam premedikasi pasien dimasukkan ke kamar operasi, lalu dipersiapkan untuk
menjalani anestesi umum. Dipasang monitor non invasive, dicatat tekanan darah, laju jantung, laju nafas, saturasi oksigen SpO
2
. Setelah semua persiapan selesai pasien di pre oksigenasi dengan oksigen 100 selama 5
menit. Lalu di injeksikan Propofol 2 mg kg BB IV selama 15 detik oleh sukarelawan. Dinilai reflek bulu mata sejak awal penyuntikan dan dicatat
waktu oleh sukarelawan menggunakan stop watch sampai reflek bulu mata hilang dan dinilai kondisi hemodinamiknya. Setelah reflek bulu mata hilang
pasien diberi ataupun tidak pelumpuh otot sesuai dengan kebutuhan. 8. Kedua kelompok di maintenance dengan Halotan atau Isofluran + N
2
O dan O
2
, bila memungkinkan di maintenance dengan Sevoflurane + N
2
O dan O
2
. 9. Kedua hasil waktu dan hemodinamik dibandingkan secara statistik.
10. Penelitian dihentikan bila terjadi kegawat daruratan jalan nafas, jantung, paru dan otak yang mengancam jiwa.
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8 + N2O 50 Dengan Propofol 2 MgKg BB IV Sebagai Obat…, 2008
USU e-Repository © 2008
3.9. Alur penelitian