Pendahuluan Kondisi Seismisitasi Sumatera Utara

73

BAB 3 PEMILIHAN LOKASI STUDI

3.1. Pendahuluan

Dalam menentukan lokasi studi pada penelitian ini, dipilih daerah Sumatera Utara, sebab daerah Sumatera Utara memiliki frekuensi gempa yang cukup tinggi. Berdasarkan data kegempaan yang pernah terjadi pada beberapa daerah, memiliki frekuensi kejadian gempa yang cukup tinggi dengan kekuatan yang cukup besar, sehingga data yang diperoleh cukup memadai untuk dijadikan bahan studi. Sekalipun telah ada studi mikrozonasi percepatan gempa untuk kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara, namun menurut pengamatan yang dilakukan, studi tersebut belum dapat dijadikan pegangan dalam perencanaan suatu konstruksi tahan gempa, sebab studi tersebut belum mempergunakan data kegempaan yang berasal dari gempa Nias 28 Maret 2005 yang besarnya 8.7 skala Richter, dimana pusat gempanya berada dilautan Hindia.

3.2. Kondisi Seismisitasi Sumatera Utara

Seismisitasi Pulau Sumatera dipengaruhi oleh adanya pertemuan antara dua lempeng besar benua, yaitu lempeng Eurasia dan Lempeng Indonesia – Australia Universitas Sumatera Utara 74 seperti terlihat pada Gambar 1.2 pada bab sebelumnya. Untuk wilayah Indonesia, zona pertemuan antara kedua lempeng tersebut berada di bagian barat pulau Sumatera atau lebih tepatnya di Sumatera Indonesia yang kemudian bebelok ke arah Timur di bagian Selatan Pulau Jawa. Dalam beberapa katalog gempa maupun literatur, tercatat berbagai kejadian gempa di Sumatera yang cukup merusak sebagai akibat dari pertemuan antara lempeng Eurasia dan Indonesia – Australia maupun akibat adanya patahan Semangko. Adanya penunjaman lempeng Indonesia – Australia di bawah lempeng Eurasia mengakibatkan terjadinya kejadian gempa yang dapat diidentifikasikan sebagai gempa dengan mekanisme subduksi. Lokasi epicenter yang terdapat di sekitar wilayah Provinsi Sumatera Utara dengan mekanisme subduksi yang dapat dilihat pada Gambar 1.2. Dari gambar tersebut dapat dilihat pula bahwa patahan di daratan Sumatera Utara dengan mekanisme strike slip terdapat pada wilayah sekitar Danau Toba, Siborong-borong dan Tarutung. Sebagian besar gempa yang terjadi di Pulau Sumatera terkonsentrasi di sepanjang pantai barat Pulau Sumatera atau lebih tepatnya di sepanjang pegunungan Bukit Barisan. Pada bagian Timur Pulau Sumatera, seismisitasi gempa mulai berkurang. Gempa yang terjadi di sepanjang jalur pegunungan Bukit Barisan ini akibat adanya zona patahan di sepanjang jalur pegunungan atau lebih dikenal dengan patahan Semangko. Patahan ini bermula dari kepulauan Nicobar di Laut Andaman kemudian menerus sepanjang pantai barat Pulau Sumatera Utara dan berakhir di ujung Pulau Sumatera sekitar selat sunda. Universitas Sumatera Utara 75 Gambar 3.1 Patahan di Wilayah Daratan dan Laut Sumatera Utara Selain Patahan Antara Lempeng Australia dan Lempeng Eurasia, Natawidjaja, 2002 Kab. Tapsel Kdy. Sibolga Kab. Tapteng Kab. Toba Samosir Kab. Taput Kab. Labuhan Batu Kab. Dairi Kab. Simalungun Kdy. P. Siantar Kab. Karo Kab. Nias Kab. Asahan Kdy. Tg. Balai Kab. Mandailing Natal Kab. Deli Serdang Kdy. T. Tinggi Kab. Langkat Kab. Serdang Bedagai Kota Medan 1°N 2°N 3°N 4°N 98°E 100 °E 99°E B a ru m u n T o ru Ang kola Re nun Ala s Patahan dengan Mekanisme Subduksi Patahan dengan Mekanisme strike slip KETERANGAN : Universitas Sumatera Utara 76 Dalam mengidentifikasi zona sumber gempa, hasil studi dari para peneliti sebelumnya dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber gempa yang ada di Sumatera Utara, yang menunjukan bahwasanya patahan-patahan yang terdapat di wilayah daratan dan laut Sumatera Utara menurut Danny Hilman Natawidjaja menggambarkan posisi letak patahan-patahan seperti yang terdapat pada Gambar 3.1 di atas. Peta wilayah gempa di Indonesia berdasarkan peraturan Badan Standarisasi Nasional Indonesia pada Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung SNI 03-1726-2003 pada Gambar 3.2, terlihat bahwa wilayah kegempaan untuk daerah Sumatera Utara terletak pada wilayah kegempaan wilayah 1 sampai wilayah 6. Besarnya percepatan gempa disain di batuan dasar periode ulang 500 tahun mempunyai nilai sebesar 0.03 g – 0.3 g. Hal ini juga sebagai pegangan dan juga sebagai bahan perbandingan dalam perhitungan tesis ini. Universitas Sumatera Utara 77 Gambar 3.2 Wilayah Gempa Indonesia Dengan Percepatan Puncak Batuan Dasar dengan Periode Ulang 500 Tahun, SNI 03-1726-2003 Universitas Sumatera Utara 78

3.3. Kondisi Geologi Sumatera Utara