Hubungan Status Gizi Anak Balita dengan Kejadian ISPaA Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian ISPaA

Dari gambar 6.7. di atas dapat dilihat bahwa prevalens rate ISPaA pada anak balita yang status imunisasinya tidak lengkap yaitu 63,2, sedangkan prevalens rate ISPaA pada anak balita yang status imunisasinya lengkap yaitu 52,8. Ratio Prevalens = 1,195 95 CI : 0,866-1,651. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,273 menunjukkan tidak ada hubungan asosiasi yang signifikan antara status imunisasi pada anak balita dengan kejadian ISPaA. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Agustama 2005 dengan desain cross sectional, menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status imunisasi balita dengan kejadian ISPA di kota Medan dengan nilai p=0,000 dan di kota Deli Serdang dengan nilai p=0,000. 31

6.2.6. Hubungan Status Gizi Anak Balita dengan Kejadian ISPaA

Gambar 6.8. Diagram Bar Prevalens Rate ISPaA Pada Anak Balita Berdasarkan Status Gizi di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010. 64.5 55.7 35.5 44.3 10 20 30 40 50 60 70 Status gizi buruk Status gizi baik Status Gizi P re v a le ns r a te ISPaA Tidak ISPaA Universitas Sumatera Utara Dari gambar 6.8. di atas dapat dilihat bahwa prevalens rate ISPaA pada anak balita yang status gizi kurang yaitu 64,5, sedangkan prevalens rate ISPaA pada anak balita yang status gizi baik yaitu 55,7. Ratio Prevalens = 1,158 95 CI : 0,835-1,606. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,399 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan asosiasi yang signifikan antara status gizi pada anak balita dengan kejadian ISPaA. Kemungkinan hal ini disebabkan karena cara pengukuran status gizi pada penelitian ini diukur dengan menghitung BBU. Pengukuran dengan BBU ini dapat cepat berubah-ubah karena berat badan diukur bisa pada waktu yang berbeda dengan waktu terjadinya ISPaA. Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi anak adalah makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Anak yang mendapat makanan baik tetapi sering diserang penyakit infeksi dapat berpengaruh terhadap status gizinya. Begitu juga sebaliknya anak yang makanannya tidak cukup baik, daya tahan tubuhnya pasti lemah dan akhirnya mempengaruhi status gizinya. Gizi kurang menghambat reaksi imunologis dan berhubungan dengan tingginya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi. 33 Hal ini berbeda dengan penelitian Mustafa di kota Banda Aceh 2006, dengan desain cross sectional, menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian ISPA pada anak balita dengan nilai p=0,038. 8 Universitas Sumatera Utara

6.2.7. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian ISPaA

Gambar 6.9. Diagram Bar Prevalens Rate ISPaA Pada Anak Balita Berdasarkan Pendidikan Ibu di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010. 60.0 57.6 40.0 42.4 10 20 30 40 50 60 70 Pendidikan rendah Pendidikan tinggi Pendidikan Ibu P revalen s ra te IS P a A ISPaA Tidak ISPaA Dari gambar 6.9. di atas dapat dilihat bahwa prevalens rate ISPaA pada anak balita dengan pendidikan ibu rendah yaitu 60,0, sedangkan prevalens rate ISPaA pada anak balita dengan pendidikan ibu tinggi yaitu 57,6.Ratio Prevalens = 1,041 95 CI :0,720-1,504. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,834 menunjukkan tidak ada hubungan asosiasi yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu anak balita dengan kejadian ISPaA. Universitas Sumatera Utara

6.2.8. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian ISPaA

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Anak Balita Di Puskesmas Panyabungan Jae Kabupatenmandailing Natal Tahun 2014

0 53 122

Analisa Tingkat Kecenderungan Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Balita Tahun 2001-2005 Untuk Peramalan Pada Tahun 2006-2010 Di Kota Pekanbaru

0 30 97

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Batita di Kelurahan Glugur Darat I Kecamatan Medan Timur Tahun 2011

0 15 111

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA) Pada Anak Balita Di Kelurahan Mangga Keacamatan Medan Tuntungan Tahun 2010

9 65 141

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) Pada Balita Di Kelurahan Ilir Gunung Sitoli Kabupaten Nias Tahun 2008

1 55 137

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) BAGIAN ATAS PADA BALITA DI DESA NGRUNDUL KECAMATAN KEBONARUM KABUPATEN KLATEN

0 5 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLAL

0 2 16

PENDAHULUAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLALI.

0 1 8

DAFTAR PUSTAKA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLALI.

0 2 4

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009.

0 3 7