113
Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen Pertama dan Kelas Eksperimen Kedua
Data Nilai
Signifikansi Keputusan
Hasil Pre-test
0,426 H
diterima Homogen
Post-test 0,173
H diterima
Homogen Berdasarkan Tabel 23, nilai signifikansi uji homogenitas data pre-test dari
kelas eksperimen pertama dan kelas eksperimen kedua adalah 0,426. Nilai signifikansi uji homogenitas data post-test kelas eksperimen pertama dan kelas
eksperimen kedua adalah 0,173. Data dikatakan homogen jika nilai signifikansi lebih besar dari taraf signifikansi
. Berdasarkan data tersebut, nilai signifikansi pada data pre-test dan post-test lebih besar dari taraf signifikansi
0,05maka dapat disimpulkan bahwa nilai pre-test dan post-test baik pada kelas eksperimen pertama maupun kelas eksperimen kedua berasal dari populasi dengan
variansi yang homogen. Hasil analisis uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran 4.4 halaman 440-441.
b. Hasil Uji Hipotesis
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah, dilakukan pengujian kesamaan kemampuan awal dari kelas eksperimen pertama
dan kelas eksperimen kedua. Hasil uji kesamaan kemampuan awal akan menentukan uji hipotesis yang digunakan. Uji kesamaan kemampuan awal
menggunakan data pre-test dengan Independent Sample t-Test 2-tailed. Independent Sample t-Test digunakan untuk menguji kesamaan kemampuan awal
data pre-test karena data berasal dari dua sampel independen yaitu sampel dengan subjek yang berbeda dan mengalami dua perlakuan yang berbeda.
114 Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan software IBM SPSS
Statistic 21 diperoleh nilai signifikansi yaitu 0,684. Nilai signifikansi tersebut lebih dari 0,05 sehingga H
diterima maka dapat disimpulkan bahwa siswa pada kelas eksperimen pertama dan kelas eksperimen kedua memiliki kemampuan awal
yang sama. Hasil analisis uji kesamaan kemampuan awal dapat dilihat pada lampiran 4.5 halaman 442-443.
Setelah menguji kesamaan kemampuan awal siswa dengan hasil bahwa kemampuan awal siswa dari kedua kelas sama maka dapat dilanjutkan pengujian
hipotesis. Uji hipotesis dilakukan menggunakan data dai nilai post-test kedua kelas. Uji efektivitas masing-masing pendekatan pembelajaran dilakukan dengan
membandingkan nilai post-test dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yaitu dengan uji beda satu sampeluji pihak kananone sample t-test. Untuk
menguji perbandingan keefektifan dari dua pendekatan pembelajaran dilakukan uji kesamaan rata-rata nilai post-test. Berikut uji hipotesis yang dilakukan.
1 Uji Hipotesis Keefektifan Pembelajaran dengan Pendekatan Problem
Based Learning
Uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dengan pendekatan problem based learning ditinjau dari kemampuan pemecahan
masalah. Kriteria keefektifan yang digunakan adalah pembelajaran dikatakan efektif jika rata-rata nilai post-test kemampuan pemecahan masalah di kelas
eksperimen pertama lebih dari atau sama dengan 75 dan minimal 75 siswa di kelas memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan KKM
115 Uji hipotesis ini dilakukan dengan one sample t-test dengan bantuan IBM
SPSS Statistic 21. One sample t-test digunakan untuk menguji hipotesis keefektifan pembelajaran dengan pendekatan problem based learning ditinjau dari
kemampuan pemecahan masalah karena dalam penelitian ini di kelas X1 memperoleh satu perlakuan yaitu problem based learning dengan sampel yang
berukuran n ≤ 30. Hasil uji hipotesis disajikan pada Tabel 24.
Tabel 8. Hasil Uji Keefektifan Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Based Learning Ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah
Variabel Kelas
T df
sig. KPM
Eksperimen Pertama 6,128
25 0,000
Tabel 24 menunjukkan bahwa nilai signifikansi pada kelas eksperimen pertama dengan pendekatan problem based learning untuk variabel kemampuan
pemecahan masalah adalah 0,000. Nilai signifikansi ini kurang dari 0,05 maka H ditolak artinya pembelajaran dengan pendekatan problem based learning efektif
ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah. Pengujian keefektifan yang kedua yaitu pendekatan problem based
learning efektif jika minimal 75 siswa dikelas memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan KKM diperoleh hasil bahwa persentase siswa dikelas eksperimen
pertama yang diberi perlakuan problem based learning yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan KKM sebesar 92,30.
Berdasarkan pengujian keefefektifan tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dengan pendekatan problem based learning efektif ditinjau
dari kemampuan pemecahan masalah. Hasil analisis uji hipotesis pertama dapat dilihat pada lampiran 4.6 halaman 444-445.
116
2 Uji Hipotesis Keefektifan Pembelajaran dengan Pendekatan Problem
Posing
Uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dengan pendekatan problem posing ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah.
Kriteria keefektifan yang digunakan adalah pembelajaran dikatakan efektif jika rata-rata nilai post-test siswa pada kelas eksperimen kedua lebih dari atau sama
dengan nilai KKM yaitu 75. Uji hipotesis ini dilakukan dengan one sample t-test dengan bantuan IBM
SPSS Statistic 21. One sample t-test digunakan untuk menguji hipotesis keefektifan pembelajaran dengan pendekatan problem posing ditinjau dari
kemampuan pemecahan masalah karena dalam penelitian ini di kelas X4 memperoleh satu perlakuan yaitu problem posing dengan sampel yang berukuran
n ≤ 30. Hasil uji hipotesis disajikan pada Tabel 25.
Tabel 9. Hasil Uji Keefektifan Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Posing Ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah
Variabel Kelas
t df
sig. KPM
Eksperimen Kedua 2,707
25 0,012
Tabel 25 menunjukkan bahwa nilai signifikansi pada kelas eksperimen pertama dengan pendekatan problem posing untuk variabel kemampuan
pemecahan masalah adalah 0,012. Nilai signifikansi ini kurang dari 0,05 maka H ditolak artinya pembelajaran dengan pendekatan problem posing efektif ditinjau
dari kemampuan pemecahan masalah. Pengujian keefektifan yang kedua yaitu pendekatan problem posing efektif
jika minimal 75 siswa dikelas memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan
117 KKM diperoleh hasil bahwa persentase siswa dikelas eksperimen pertama yang
diberi perlakuan problem posing yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan KKM sebesar 80,77.
Berdasarkan pengujian keefefektifan tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dengan pendekatan problem posing efektif ditinjau dari
kemampuan pemecahan masalah. Hasil analisis uji hipotesis kedua dapat dilihat pada lampiran 4.6 halaman 446-447.
3 Uji Hipotesis Perbandingan Keefektifan Pembelajaran dengan
Pendekatan Problem Based Learning dan Problem Posing
Uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan pendekatan problem based learning lebih efektif daripada pembelajaran dengan
pendekatan problem posing ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah. Kriteria keefektifan yang digunakan adalah pembelajaran dengan pendekatan
problem based learning dikatakan lebih efektif jika rata-rata nilai post-test siswa di kelas eksperimen pertama lebih tinggi dari rata-rata nilai post-test siswa di
kelas eksperimen kedua. Uji hipotesis menggunakan Independent Sample t-Test dengan bantuan
IBM SPSS Statistic 21. Hasil uji hipotesis disajikan pada Tabel 26.
Tabel 10. Hasil Uji Perbandingan Keefektifan Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Based Learning Ditinjau dari Kemampuan Pemecahan
Masalah
Variabel t
df sig.
KPM 2,024
50 0,048
Tabel 26 menunjukkan bahwa nilai signifikansi hasil Independent Sample t-Test adalah 0,048. Nilai signifikansi ini kurang dari 0,05 maka H
ditolak artinya
118 pembelajaran dengan pendekatan problem based learning lebih efektif daripada
pembelajaran dengan pendekatan problem posing ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah.
Pengujian yang kedua adalahh pendekatan problem based learning lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan problem posing jika persentase siswa di
kelompok problem based learning yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan KKM lebih tinggi daripada di kelompok problem posing. Di kelas
eksperimen pertama yang diberi perlakuan problem based learning, persentase siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan KKM sebesar 92,30
sedangkan di kelas eksperimen kedua yang diberi perlakuan problem posing, persentase siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan KKM
sebesar 80,77. Berdasarkan pengujian keefefektifan tersebu diperoleh kesimpulan bahwa
pendekatan problem based learning lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan problem posing. Hasil analisis uji hipotesis ketiga dapat dilihat pada
lampiran 4.6 halaman 448-449.
B. Pembahasan 1. Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Based Learning Efektif
Ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas eksperimen pertama diberikan perlakuan pembelajaran matematika dengan pendekatan problem based learning. Pembelajaran dengan pendekatan
problem based learning dikatakan efektif jika rata-rata nilai nilai post-test kemampuan pemecahan masalah di kelas eksperimen pertama lebih dari atau
sama dengan 75 dan minimal 75 siswa dikelas memperoleh nilai lebih dari atau