BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Malaria
2.1.1. Etiologi dan Sejarah
Malaria berasal dari kata bahasa Italia yang telah diketahui lebih dari 4.000 tahun yang lalu, terdiri dari “mal” dan “aria” yang berarti udara yang jelek, Demam
dan gejala–gejala klasik malaria diidentifikasi oleh Hippocrates. Parasit malaria dalam darah manusia pertama kali ditemukan oleh Charles Louis Alphonse Laveran
pada tahun 1880. CDC, 2010a.
2.1.2. Epidemiologi
2.1.2.1. PenjamuHost
Manusia merupakan penjamu utama dalam penularan malaria. Selain manusia, hewan golongan primata juga merupakan penjamu penyakit ini, seperti
lutung, simpanse, monyet, gorila Coatney et al, 1971. Pada penyakit malaria memerlukan penjamu perantara intermediatary host yang dikenal sebagai vektor.
Vektor malaria adalah nyamuk Anopheles sp betina CDC, 2010b. Saat ini lebih dari 70 spesies Nyamuk Anopheles betina yang telah
terkonfirmasi sebagai vektor penular malaria pada manusia, Feachem et al, 2009. Di Indonesia, berdasar database Kemenkes RI ada 20 spesies Anopheles yang
terkonfirmasi sebagai vektor utama maupun vektor sekunder. Penyebaran Anopheles tidak merata di wilayah Indonesia Elyazar et al, 2013.
12
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.2. Agen
Agen penyebab penyakit malaria adalah parasit plasmodium. Di dunia lebih dari 100 spesies plasmodium yang dapat menginfeksi hewan seperti burung, reptil
dan mamalia. Ada empat spesies plasmodium yang telah lama diketahui menginfeksi manusia yaitu: Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan
Plasmodium malariae . Saat ini Plasmodium knowlesi telah dikonfirmasi dapat
menginfeksi malaria dan monyet jenis macaca Coatney, 1971; CDC, 2010c.
2.1.2.3. Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi penyakit malaria dibagi menjadi lingkungan fisik, biologi, kimia dan sosial budaya WHO, 1975. Lingkungan fisik
dibagi menjadi suhu, kelembaban, curah hujan, kecepatan angin, ketinggian, topografi, jenis genangan air, tanah, dan penggunaan peptisida. Lingkungan biologi
tergantung pada faktor hewan predator, jenis parasit yang menyerang larva nyamuk, penyakit patogen pada larva, dan perubahan genetik pada nyamuk Anopheles.
Lingkungan kimia termasuk kadar garam Surendran et al, 2011, tingkat keasaman air Rao, 1984, dan penyerapan oksigen dissolved oxygent Dejenie et al 2011.
2.1.3. Endemisitas dan Daerah Fokus Malaria
Tingkat endemisitas malaria menurut WHO dibedakan menjadi empat yaitu: hipoendemik, mesoendemik, hiperendemik, holoendemik berdasar prevalensi
parasitspleen rate anak usia 2-9 tahun, tipe epidemik, rasio inokulasi entomologi EIR, dan stabilitas Mendis et al, 2009.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan keputusan No.
Universitas Sumatera Utara
275MENKESSKIII2007 tentang Pedoman Surveilans Malaria mengklasifikasikan wilayah sampai tingkat desa berdasarkan angka insidensi parasit malaria per tahun
menjadi: 1 daerah insidensi kasus malaria tinggi HCI: High Case Incidence dengan angka insiden parasit malaria per tahun API: Annual Parasite Incidence 5 ‰; 2
daerah insidensi kasus malaria sedang MCI: Moderate Case Incidence dengan API 1-5 ‰; 3 daerah insidensi kasus malaria rendah LCI: Low Case Incidence dengan
API 1‰ Depkes, 2007. Pembagian daerah fokus menurut WHO 2007c didefinisikan sebagai suatu
daerah terbatas yang pernah ataupun masih ada kasus malaria serta memiliki faktor- faktor epidemiologi yang menunjang terjadinya penularan malaria baik secara terus
menerus maupun intermiten. Pembagian daerah fokus menurut Peraturan Gubernur Aceh No.40 tahun 2010
menjadi empat kriteria fokus yang bersifat operasional, dan perubahan klasifikasi desa fokus dilakukan setiap tahun menggunakan data program malaria dalam waktu
tiga tahun terakhir dan berturut-turut. Klasifikasi desa fokus seperti dibawah ini: 1 Fokus A: masih terjadi penularan setempat dengan masih terlaporkannya kasus lokal
dalam 3 tahun berturut-turut; kegiatan kontrol kurang efektif; 2 Fokus B: Masih terjadi penularan setempat dalam 3 tahun berturut-turut; kegiatan kontrol efektif; 3
Fokus C: tidak terjadi penularan setempat yang dibuktikan dengan tidak ada kasus malaria lokalindigenous terlaporkan dalam 3 tahun berturut-turut; masih terdapat
kasus impor terlaporkan dalam 3 tahun berturut-turut; 4 Fokus D: tidak terjadi penularan setempat dan tidak ada kasus impor dalam 3 tahun berturut-turut
Universitas Sumatera Utara
Rahmadyani et al, 2012.
2.1.4. Diagnosis