Pembelajaran fisika tentang persamaan kalor dengan pendekatan proses melalui metode Inquiry dalam meningkatkan prestasi belajar, keaktifan dan minat siswa.
PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PERSAMAAN KALOR DENGAN PENDEKATAN PROSES MELALUI METODE INQUIRY
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN MINAT SISWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh : Frederika Indah Puspita
NIM. 091424013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(2)
i
PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PERSAMAAN KALOR DENGAN PENDEKATAN PROSES MELALUI METODE INQUIRY
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN MINAT SISWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh : Frederika Indah Puspita
NIM. 091424013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(3)
(4)
(5)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Kesempatan anda untuk sukses di setiap
kondisi selalu dapat diukur oleh seberapa
besar kepercayaan anda pada diri sendiri“
(Robert Collier)
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria
ENGKAULAH ANDALANKU
Karya Kecil ini kupersembahkan untuk : Kedua orang tuaku : alm. Yohannes Moerjono Basuki
Maria Goretti Sulatri
Sebagai rasa syukur dan terima kasih atas doa, bimbingan, kasih sayang, cinta dan
dukungan semasa hidupku sampai saat ini…….
(6)
(7)
(8)
vii
ABSTRAK
Frederika Indah Puspita, 2013. Pembelajaran Fisika Tentang Persamaan Kalor Dengan Pendekatan Proses Melalui Metode Inquiry Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar, Keaktifan dan Minat Siswa. Progran Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) kemampuan proses keilmuan melalui metode inkuiri; (2) perbedaan prestasi belajar antara kelas kontrol dengan metode ceramah dan kelas eksperimen dengan metode inkuiri; (3) perbedaan keaktifan belajar antara kelas kontrol dengan metode ceramah dan kelas eksperimen dengan metode inkuiri; dan (4) perbedaan minat belajar antara kelas kontrol dengan metode ceramah dan kelas eksperimen dengan metode inkuiri.
Langkah penelitian dilakukan dengan penyusunan instrumen dan alat ukur, pemberian soal pretest, pelaksanaan pembelajaran sekaligus observasi keaktifan, pemberian soal posttest, pemberian kuisioner minat.
Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah siswa SMA Negeri 2 Magelang kelas XCsebanyak 32 siswa dan kelas XGsebanyak 31 siswa.Instrumen yang digunakan adalah pre-test, post-test, lembar observasi dan kuisioner. Soal pretest dan posttest digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Pengukuran keaktifan belajar siswa menggunakan observasi kegiatan siswa. Pengukuran minat belajar siswa menggunakan kuisioner minat. Pengujian data ketiga aspek menggunakan uji-t statistika.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode inkuiri dapat meningkatkan kemampuan proses, prestasi belajar, keaktifan dan minat belajar siswa.
(9)
viii
ABSTRACT
Frederika Indah Puspita, 2013. Physics Learning about the Heat Aquationwith Process Approach Through Inquiry Method in Enhancing Students Learning Achievements, Activity and Interests. Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta. This research aimed to know: (1) the ability of scholarly process through inquiry method; (2) the differences of the learning achievements between control class using lecturing method and experimental class using inquiry method; (3) the
differences of the students’ liveliness between control class using lecturing
method and experimental class using inquiry method; and (4) the differences of
the students’ interests between control class using lecturing method and experimental class using inquiry method.
The steps of the research were done by making instrument and measuring instrument, giving pre-test tasks, doing learning while observing the liveliness, giving post-test tasks, giving questionnaires of interests.
The sample used in this research was the students of SMA Negeri 2 Magelang grade XC, 32 students and grade XG, 31 students.The instruments employed were test, post-test, observation sheets and questionnaires. The pre-test tasks and post-test tasks were used to measure the students’ learning achievements. The measurement of the students’ learning liveliness was implementing observation on the students’ activities. The measurement of the students’ interests was implementing questionnaires of interests. The data examination of these three aspects were implementing statistical t-test.
The results showed that the inquiry method could enhance the ability of
the process, the learning achievements, the students’ liveliness and the students’
(10)
ix
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan, karena penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PERSAMAAN
KALORDENGAN PENDEKATAN PROSES MELALUI METODE
INQUIRYDALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR, KEAKTIFANDAN MINAT SISWA”.
Perjuangan untuk mencapai suatu keberhasilan memang sulit. Namun, dengan kemauan dan keinginan untuk meraih masa depan telah mendorong penulis untuk tetap berusaha.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya skripsi ini, khususnya kepada :
1. Drs. A. Atmadi, M.Si. selaku dosen pembimbing yang memberikan dorongan, semangat, saran dan kritik serta membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.
2. Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Magelang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
3. Ibu Mei selaku guru bidang studi fisika kelas XCSMA Negeri 2 Magelang yang telah memberikan kesempatan dan dukungan dalam penelitian. 4. Bapak Arief selaku guru bidang studi fisika kelas XG SMA Negeri 2
Magelang yang telah memberikan kesempatan dan dukungan dalam penelitian.
(11)
x
5. Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan semangat dalam penulisan skripsi.
6. Semua Dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang sudah membimbing penulis selama kurang lebih 4 tahun.
7. Ibu tercinta untuk doa, dukungan, nasehat dan kasih sayang.
8. Mas Johan, Mbak Prisca, Mas Wawan, Mbak Anik, Mas Frans, Setyo, Bu Eka, Bu Rona, Dek Yanu dan Nurmalita yang telah memberikan motivasi dan doa.
9. Sahabat-sahabatku Wulan Suka, Yustina, Lita, Kintan, Galuh, Ari dan Wiwik yang telah memberi semangat.
10. Teman-temanku seangkatan P.Fis 2009 yang telah mengisi hari-hariku selama kuliah.
11. Semua Pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan dan doa selama perjalanan studi.
Akhirnya penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan untuk itu saran serta kritik yang membangun senantiasa diharapkan. Semoga tuisan yang sederhana ini bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Yogyakarta, 4 September 2013 Penulis
(12)
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pertanyaan Riset ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 2
D. Manfaat Penelitian ... 3
BAB II STUDI LITERATUR... 4
A. Hakikat IPA... 4
(13)
xii
C. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ... 10
D. Tinjauan Tentang Keaktifan Belajar ... 11
E. Tinjauan Tentang Minat Belajar ... 13
F. Tinjauan Tentang Kalor dan Perubahan Wujud... 14
G. Hasil Penelitian Sebelumnya... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19
A. Jenis Penelitian... 19
B. Waktu dan Tempat ... 20
C. Subyek Penelitian... 20
D. Variabel Penelitian ... 21
E. Instrumen Penelitian... 21
F. Prosedur Pengambilan Data ... 24
G. Analisis Data ... 29
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN ... 36
A. Prestasi Belajar Siswa ... 36
B. Keaktifan Belajar Siswa... 41
C. Minat Belajar Siswa... 45
BAB V PENUTUP... 49
A. Kesimpulan ... 49
B. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
(14)
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hasil Jawaban Pretest dan Postest ... 30 Tabel 3.2 Selisih Nilai Pretest dan Postest Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen... 31 Tabel 3.3 Hasil Penilaian Keaktifan Siswa ... 32 Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Keaktifan Siswa ... 33 Tabel 3.5 Hasil Klasifikasi Kuisioner Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen ... 34 Tabel 3.6 Hasil Klasifikasi Minat Belajar Siswa ... 34 Tabel 3.7 Hasil Klasifikasi Presentase Skor Kuisioner Minat Belajar
Siswa ... 35 Tabel 4.1 Nilai Pretest dan Postest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 37 Tabel 4.2 Skor Rerata Prestasi Kognitif Proses ... 38 Tabel 4.3 Hasil Analisis Tes Prestasi Belajar ... 39 Tabel 4.4Indikator Keaktifan Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen ... 42 Tabel 4.5Hasil Perhitungan Uji untuk Menguji Perbedaan Keaktifan Belajar Siswa... 43 Tabel 4.6 Skor Minat Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 46 Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji untuk Menguji Perbedaan Minat Belajar Siswa ... 47
(15)
xiv
LAMPIRAN
Lampiran A1Silabus KelasEksperimen ... 53
Lampiran A2Silabus Kelas Kontrol ... 62
Lampiran A3Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen... 69
Lampiran A4Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 79
Lampiran A5Lembar Kerja Siswa ... 84
Lampiran A6Soal Pretest ... 89
Lampiran A7Soal Postest ... 94
Lampiran A8Lembar Observasi Keaktifan Siswa... 99
Lampiran A9Lembar Kuisioner Minat Siswa ... 101
Lampiran A10 DaftarLP 1 : Kognitif Produk ... 103
Lampiran B1 Hasil Lembar Kerja Siswa ... 104
Lampiran B2Hasil Pretest Kelas Kontrol... 107
Lampiran B3Hasil Pretest Kelas Eksperimen ... 109
Lampiran B4Hasil Postest Kelas Kontrol ... 111
Lampiran B5Hasil Postest Kelas Eksperimen... 113
Lampiran B6Daftar Nilai Kelas Kontrol... 115
Lampiran B7Daftar Nilai Kelas Eksperimen ... 117
Lampiran B8Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelas Kontrol ... 121
Lampiran B9Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen... 123
Lampiran B10Daftar Skor Keaktifan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 125
(16)
xv
Lampiran B12Hasil Kuisioner Minat Siswa Kelas Eksperimen ... 128
Lampiran B13Daftar Skor Minat Kelas Kontrol... 130
Lampiran B14Daftar Skor Minat Kelas Eksperimen ... 131
Lampiran B15Uji T Pretest-Posttest Kelas Eksperimen ... 132
Lampiran B16Uji T Pretest-Posttest Kelas Kontrol... 133
Lampiran B17Uji T Pretest-Pretest Kelas Kontrol-Kelas Eksperimen... 134
Lampiran B18Uji T Posttest-Posttest Kelas Kontrol-Kelas Eksperimen... 135
Lampiran B19Uji T Delta ... 136
Lampiran B20Uji T Keaktifan ... 137
Lampiran B21Uji T Minat ... 138
Lampiran B22 Uji Validitas ... 139
Lampiran C1Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 142
Lampiran C2 Surat Telah Melaksanakan Penelitian... 143
Lampiran D1Foto-foto Pelaksanaan Penelitian Kelas Ekspeimen... 144
(17)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam perkembangan pendidikan saat ini, sebagian orang memandang belajar sebagai latihan membaca, memahami konsep dan mengerjakan soal. Berdasarkan persepsi semacam ini, orang tua merasa kurang puas bila anak-anak mereka hanya bisa mengembangkan kemampuan kognitifnya saja tanpa memperhitungkan kemampuan yang lainnya. Dengan keadaan tersebut peneliti mencoba mengembangkan metode yang mengukur kemampuan proses siswa.
Berdasarkan persepsi tentang latihan membaca, memahami konsep dan mengerjakan soal juga berpengaruh terhadap proses pembelajaran fisika. Ada banyak teori pembelajaran fisika yang dapat mempengaruhi cara guru mengajar fisika dengan baik sesuai dengan keadaan siswa, materi, kemampuan guru, situasi zaman, dan perkembangan ilmu pengetahuan. Penelitian ini dikemas agar siswa tidak merasa bosan ketika belajar tentang fisika. Penelitian ini dilakukan dengan proses inkuiri agar siswa dapat lebih memahami materi fisika khususnya materi persamaan kalor, sehingga dapat menumbuhkan konsep-konsep baru di dalam pikiran siswa. Inkuiri meliputi pengalaman-pengalaman belajar yang dapat menjamin siswa untuk merumuskan masalah sendiri, merumuskan hipotesa dalam suatu eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data dan menarik kesimpulan (Amien, 1979).
(18)
Dari uraian di atas, peneliti mencoba mengembangkan pembelajaran fisika dengan pendekatan proses metode inkuiri yang akan menilai prestasi belajar, keaktifan dan minat belajar siswa.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah metode inkuiri dapat lebih meningkatkan prestasi belajar siswa daripada metode ceramah?
b. Apakah metode inkuiri dapat lebih meningkatkan keaktifan belajar siswa daripada metode ceramah?
c. Apakah metode inkuiri dapat lebih meningkatkan minat belajar siswa daripada metode ceramah?
C. TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui :
1. Perbedaan prestasi belajar antara kelas kontrol dengan metode ceramah dan kelas eksperimen dengan metode inkuiri.
2. Perbedaan keaktifan belajar antara kelas kontrol dengan metode ceramah dan kelas eksperimen dengan metode inkuiri.
3. Perbedaan minat belajar antara kelas kontrol dengan metode ceramah dan kelas eksperimen dengan metode inkuiri.
(19)
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian skripsi ini diharapkan dapat manfaat diantaranya: 1. Bagi Kepala Sekolah
Penelitian ini bermanfaat bagi kepala sekolah sebagai informasi tentang pendidikan yang bertujuan untuk perkembangan proses belajar mengajar di sekolah.
2. Bagi Guru dan Calon Guru
Penelitian ini bermanfaat bagi guru dan calon guru sebagai inspirasi untuk mengembangkan proses pembelajaran agar tidak monoton.
3. Bagi Penelitian
Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi mengenai metode pembelajaran inkuiri.
(20)
4
BAB II
STUDI LITERATUR
A. HAKIKAT IPA
Fower mengatakan bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi (Abu dan Supatmo, 2008: 1). IPA adalah pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus (Nokes, dalam Abu dan Supatmo, 2008). IPA merupakan suatu ilmu teoritis, tetapi teori tersebut didasarkan atas pengamatan percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam (Abu dan Supatmo, 2008: 1). Jadi, menurut peneliti, IPA adalah suatu teori yang membicarakan proses gejala alam yang dapat diamati berdasarkan percobaan dan sesuai dengan hukum alam.
Awal dari Ilmu Pengetahuan Alam dimulai pada saat manusia memperhatikan gejala-gejala alam, mencatatnya kemudian mempelajarinya. Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang ada. Pengetahuan itu kemudian makin bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikirannya. Selanjutnya, dari peningkatan kemampuan daya pikirnya, manusia mampu melakukan eksperimen untuk membuktikan dan mencari kebenaran dari suatu pengetahuan. Dari hasil eksperimen ini kemudian diperoleh pengetahuan baru. Setelah manusia mampu memadukan kemampuan penalaran dengan eksperimen ini lahirlah IPA sebagai suatu ilmu yang mantab (Abu dan Supatmo, 2008: 1).
(21)
Menurut (Abu dan Supatmo, 2008: 3), hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:
1. Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar;
2. Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
3. Produk: berupa fakta, prinsip, teori dan hukum;
4. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Abu dan Supatmo (2008: 26-27), dalam metode ilmiah terdapat langkah-langkah penerapannya yaitu:
1. Menentukan dan memberikan batasan kepada masalah
Masalah yang dihadapi atau ditemukan ketika mengadakan kontak dengan fakta dan gejala alam harus diketahui dengan pasti. Kemudian disusun suatu rumusan yang tepat akan masalahnya.
2. Menentukan hipotesis atau rumusan pemecahan masalah yang bersifat sementara
(22)
Ada dua pendekatan untuk memperoleh hipotesis atau dugaan yang mungkin benar, yaitu rumusan atau pernyataan untuk memecahkan masalah. Pendekatan pertama adalah pendekatan induksi, diawali dengan pengumpulan data yang didapat dari observasi kemudian menggunakan data itu sebagai dasar perumusan hipotesis. Pendekatan kedua yaitu pendekatan deduktif yang merupakan lawan dari pendekatan induktif dan keduanya saling melengkapi.
3. Menguji dan mengadakan verifikasi kesimpulan
Salah satu unsur keberhasilan Ilmu Alamiah dalam memecahkan masalah ialah bahwa ilmu alamiah tidah menerima kesimpulannya sendiri, tidak memandang dari luasnya data di mana kesimpulan itu didasarkan dan bagaimana baiknya kesimpulan itu cocok dengan gagasan sebelumnya. Dalam ilmu alamiah suatu kesimpulan bersifat sementara, kesimpulan adalah sesuatu yang harus diuji. Pengujian-pengujian itu memerlukan data tambahan. Hal tersebut membuat proses yang terus-menerus dan kemajuan dapat diperoleh.
B. TINJAUAN TENTANG METODE INKUIRI
1. Hakekat Metode Inkuiri
Metode pembelajaran inkuiri merupakan salah satu metode mengajar yang sangat kontruktivistis. Secara umum inkuiri adalah proses di mana para saintis mengajukan pertanyaan tentang alam dunia ini dan bagaimana mereka
(23)
secara sistematis mencari jawabnya (Trowbridge dan Bybee dalam Suparno 2006). Menurut Welch, inkuiri sebagai proses di mana manusia mencari informasi atau pengertian, maka sering disebut a way of thought (dalam Suparno 2006: 65). Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, pendidik bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dipahaminya, tetapi memberi kesempatan siswa untuk menemukan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilannya. Melalui proses inkuiri, siswa harus berkembang secara utuh baik intelektual dan prestasi, mental-spiritual, sosial-emosional, maupun pribadinya (Sutarjo, 2012: 93).
Dalam proses penelitian ini, peneliti menggunakan metode inkuiri karena inkuiri dapat memancing pemikiran dan ide-ide baru yang dapat dikembangkan untuk menunjang proses belajar-mengajar.
2. Langkah dan Proses Aktifitas Pembelajaran
Langkah-langkah metode inkuiri (Kindsvatter, Wilen & Ishler dalam Suparno 2006) adalah
a. Identifikasi dan klarifikasi persoalan
Langkah awal adalah menentukan persoalan yang akan dipecahkan atau diselesaikan dengan metode inkuiri. Persoalan disiapkan oleh guru sebelum memulai proses pembelajaran di kelas. Persoalan yang diberikan kepada siswa harus jelas sehingga dapat dipikirkan, didalami, dan
(24)
dipecahkan oleh siswa. Persoalan perlu diidentifikasi dan diklarifikasi dengan jelas. Dari persoalan yang diberikan guru dapat terlihat bahwa tujuan utama sudah dicapai. Persoalan yang diberikan lebih membuat siswa tertarik apabila persoalan berkaitan dengan kehidupan sekitar yang mudah dipahami.
b. Membuat hipotesis
Siswa diminta untuk mengajukan jawaban yang sudah dipikirkannya tentang persoalan yang sudah diberikan oleh guru. Jawaban dari siswa perlu dikaji ulang dan guru menjelaskan atau memperjelas jawaban dari siswa dan tidak langsung membenarkan atau menyalahkan jawaban siswa. Hipotesis yang salah akan terlihat setelah pengambilan data dan analisis data yang diperoleh.
c. Mengumpulkan Data
Siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk pembuktian hipotesis apakah mereka sudah benar atau belum. Guru perlu membantu siswa untuk mengumpulkan data misalnya dengan merangkai peralatan, mengoperasikan peralatan atau mencari peralatan yang berhubungan dengan hipotesis siswa.
d. Menganalisis Data
Data yang sudah terkumpul harus dianalisis untuk mendapatkan membuktikan hasil hipotesis dari siswa. Guru perlu campur tangan dalam menganalisis data yang telah diperoleh agar siswa tidak bingung untuk menentukan langkah selanjutnya. Dalam menganalisis data
(25)
diperlukan alat hitung seperti rumus yang memudahkan siswa mengambil keputusan.
e. Mengambil Kesimpulan
Dari data yang telah dikelompokkan dan telah dianalisis, lalu diambil kesimpulan dengan keputusan lalu dicocokkan dengan dengan hipotesis yang tadi dikemukakan oleh siswa. Dan guru memberikan catatan untuk menyatukan percobaan yang telah dilakukan. Bila hipotesis mereka tidak dapat diterima maka siswa disuruh mencari penjelasannya dan guru dapat membantu menyelesaikannya.
3. Fungsi Metode Inkuiri
Beberapa fungsi metode inkuiri menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 78) adalah
a. Membangun komitmen di kalangan siswa untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan dan kesungguhan terhadap penemuan dalam proses pembelajaran.
b. Membangun sikap aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
(26)
C. TINJAUAN TENTANG PRESTASI BELAJAR
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm.1101). Berdasarkan pengertian prestasi diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan suatu kegiatan. Selanjutnya merupakan pengertian dari belajar, menurut Eveline dan Hartini (2010: 3), belajar adalah sebuah proses kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Menurut Burton (dalam Eveline dan Hartini, 2010: 4), belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah melakukan suatu kegiatan yang di mana akan menimbulkan suatu perubahan-perubahan pada diri individu.
(27)
2. Prinsip-Prinsip Prestasi Belajar
Prinsip dasar dalam pengukuran prestasi (Gronlund dalam Azwan, 1996: 18-20) adalah
a. Tes Prestasi harus mengukur hasil belajar
Prinsip ini menjadi langkah pertama dalam penyusunan tes prestasi belajar.
b. Tes Prestasi harus mengukur suatu sampel
Sampel hasil belajar adalah perwujudan soal tes dalam bentuk item-item yang mewakili semua pertanyaan mengenai materi pelajaran yang secara teoritik mungkin ditulis.
c. Tes Prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang sesuai
Tujuan pengukuran adalah pengungkapan proses kompetensi untuk pemecahan masalah maka dapat dipilih item esai atau pilihan ganda. d. Tes Prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaan hasilnya
Biasanya diperlukan item yang tidak terlalu tinggi taraf kesukarannya dan cakupannya tidak terlalu luas.
D. TINJAUAN TENTANG KEAKTIFAN BELAJAR
1. Kegiatan Keaktifan Siswa
Dalam interaksi edukatif guru harus berusaha agar anak didik aktif dan kreatif secara optimal (Syaiful Bahri Djamarah, 2005: 62). Guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing dan anak didik yang lebih aktif-kreatif
(28)
dalam belajar. Kegiatan belajar anak didik di kelas harus sesuai dengan prinsip mengaktifkan anak didik dalam belajar. Beberapa prinsip yang diperlukan oleh guru dalam upaya mengaktifkan anak didik dalam belajar, antara lain prinsip stimulus belajar, perhatian dan motivasi, penguatan, dan umpan balik serta pemakaian dan pemindahan.
2. Indikator Keaktifan Siswa
Penilaian proses belajar-mengajar adalah melihat sejauhmana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar. Menurut Nana Sudjana (2009: 61), keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:
a. turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, b. terlibat dalam pemecahan masalah,
c. bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya,
d. berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah,
e. melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, f. menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, g. melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis,
h. kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
(29)
E. TINJAUAN TENTANG MINAT BELAJAR
1. Pengertian Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat (Slameto, 2010). Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin, 2008).
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pertanyaan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisispasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut (Slameto, 2010).
2. Indikator Minat
Menurut Reber, minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor intern dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan (dalam Muhibbin, 2008).
Namun terlepas dari masalah popular atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Guru
(30)
dalam kaitan ini seyogyanya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap positif. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bidang yang digelutinya tidak sesuai dengan minat peserta didik, maka peserta didik tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya.
F. TINJAUAN TENTANG KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD
1. Pengertian Kalor dan Perbedaannya dengan Suhu
Telah diketahui bahwa jika gelas berisi air panas dicampur dengan air ledeng, air ledeng mengalami kenaikan suhu dan air panas mengalami penurunan suhu. Ini menunjukkan terjadinya perpindahan energi dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah. Energi yang berpindah disebut Kalor. Maka dapat didefinisikan bahwa kalor adalah sebagian energi yang berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika kedua benda bersentuhan (Kanginan, 2006: 231). Kadangkala, istilah kandungan kalor sebuah benda digunakan untuk tujuan ini, tapi istilah itu tidak baik karena bisa dikacaukan dengan kalor itu sendiri (Giancoli, 2001: 491)
2. Menyatakan Kuantitas Kalor
Jika kita mengenal satuan Joule untuk energi mekanik, maka dalam energi kalor secara khusus dikenal satuan kalori. 1 kalori didefinisikan sebagai
(31)
jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1℃(atau 1K).
1 kalori = 4,186 J >> 4,2 J (1)
Sebaliknya jika kita ingin mengkonversi dari satuan energi Joule ke satuan
kalori : 1 Joule >> 0,24 Kalori (2)
Kesetaraan ini diperoleh menggunakan alat Joule di mana beban menarik tali sehingga kincir berputar dan menaikkan temperatur air. Kerja mekanis sebesar 4,186 Joule ternyata akan menaikkan temperatur air sebesar 1℃ (Mohamad, 2007: 237).
2. Kalor Jenis (c)
Dari data percobaan didapatkan bahwa tiap zat membutuhkan jumlah kalor yang berbeda untuk menaikkan temperaturnya sebersar 1℃. Untuk itu didefinisikan kalor jenis (c), yaitu:
= (3)
Kalor jenis secara fisis berarti jumlah energi yang dibutuhkan tiap suatu satuan massa zat agar temperaturnya berubah. Kalor jenis dianggap sebagai konstanta, meskipun pada kenyataannya tidak, sebab dari hasil pengukuran, c merupakan fungsi dari temperatur juga dengan kata lain berubah jika temperatur berubah (Mohamad, 2007: 238-239). Sehingga jumlah kalor yang tepat karena perbedaan temperatur lebih tepat dituliskan sebagai:
(32)
Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor :
1. massa zat
2. jenis zat (kalor jenis) 3. perubahan suhu
Karena c merupakan fungsi dari T, tekanan juga mempengaruhi nilai dari c. Namun karena perubahan c sangat kecil, maka seringkali dianggap konstan dan kalor dirumuskan sebagai:
= ∆ (5)
= ( − ) (6)
Di mana :
Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)
m adalah massa benda (kg)
c adalah kalor jenis (J/kg℃)
( − )adalah perubahan suhu (℃).
G. HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA
Penelitian ini dilakukan oleh Maria Goretti Molla pada 29 April sampai 11 Mei 2011 di SMA Swasta Karanu Waikabubak Sumba Barat, Nusa Tenggara
(33)
Timur. Judul skripsi yang diambil adalah Pelaksanaan Pembelajaran Fisika dengan Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing pada Pokok Bahasan Hukum Ohm dan Rangkaian Seri-Paralel, Efektivitas dalam Hal Hasil Belajarnya, Keterlibatan dan Kendala-kendala.
Dari hasil penelitian dijelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran fisika pada pokok bahasan hukum ohm, rangkaian seri dan paralel dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dapat efektif karena terlihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa kelas XD SMA tersebut. Berdasarkan proses analisis data dapat diperoleh bahwa keterlibatan seluruh kegiatan masih cukup melibatkan siswa dalam kelompok di mana presentase yang diperoleh secara keseluruhan adalah 65%. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dengan penerapan metode inkuiri terbimbing ini sehingga sebagian siswa masih sulit terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam jenis kegiatan hanya bisa melibatkan siswa dalam membaca LKS, merancang percobaan, memasang dan merangkai alat serta mengamati percobaan dengaan presentase masing-masing 94%, memasang dan merangkai alat 94% dan mengamati percobaan 100% di kualifikasikan sangan tinggi pada kegiatan sedangkan mengukur peralatan, melakukan percobaan, merancang percobaan masing-masing dengan presentase 73%,79% dan 73% dikualifikasikan tinggi. Sedangkan jenis kegiatan siswa yang lain masih dikualifikasikan cukup terlibat yaitu menjawab pertanyaan dan menarik kesimpulan 64% dan 63%, kurang terlibat yaitu merumuskan hipotesis dengan presentase 45%. Untuk keseluruhan presentase yang diperoleh siswa untuk jenis kegitannya 77%. Dalam proses penelitian, alat-alat praktikum masih terbatas
(34)
sehingga dapat menjadi kendala. Pelaksanaan pembelajaran ini sangat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan penulis adalah menambah variasi aspek penelitian inkuiri, yaitu dengan meninjau aspek prestasi belajar, keaktifan dan minat siswa. Selain itu subyek dan materi yang diajarkan peneliti berbeda dengan penelitian yang sudah dilakukan.
(35)
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimen kuantitatif. Penelitian eksperimen menurut Arikunto (dalam Tukiran dan Hidayati, 2011: 53), peneliti sengaja membangkitkan timbulnya sesuatu kejadian atau keadaan, kemudian diteliti bagaimana akibatnya. Menurut Tukiran dan Hidayati (2011: 53), prosedur eksperimen bertujuan untuk melihat pengaruh salah satu variasi variabel bebas terhadap variabel terikat dengan membuat sama variabel bebas lainnya. Sedangkan maksud dari penelitian kuantitatif adalah data dinyatakan dalam bentuk angka (Tukiran dan Hidayati, 2011: 53). Jadi, penelitian eksperimen kuantitatif dapat diartikan sebagai sebuah penelitian yang mengandung hubungan sebab akibat dengan penggunaan data berupa angka.
Data diperoleh dengan pembagian 2 kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perlakuan pada kelas eksperimen dengan cara peserta didik diberi metode inkuiri untuk dapat menemukan konsep persamaan kalor secara mandiri. Sedangkan perlakuan pada kelas kontrol dengan cara peneliti memberikan metode mengajar dengan model ceramah. Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama dilihat pretest dan postest untuk mengetahui prestasi belajar, minat dan keaktifan peserta didik.
Penelitian dilakukan dengan mengujikan beberapa soal yang berhubungan dengan konsep-konsep fisika pada materi persamaan kalor. Tes yang diberikan
(36)
untuk pretest dan postest sesuai dengan materi yang sudah diberikan peneliti. Pretest diberikan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa yang akan diajarkan oleh peneliti sebelum siswa mengerti materinya. Posttest dilakukan sebagai alat evaluasi untuk meneliti sejauhmana siswa memahami konsep yang sudah diajarkan oleh peneliti. Peneliti juga melakukan observasi untuk mengetahui keaktifan peserta didik. Selain itu peneliti juga meyebarkan angket untuk mengetahui seberapa besar minat peserta didik dalam belajar fisika. Pada penelitian ini, hasil pretest, posttest, minat dan keaktifan lebih menonjol pada kelas eksperimen dibanding hasil pretest, posttest, minat dan keaktifan pada kelas kontrol.
B. WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 8 Februari sampai tanggal 28 Maret 2013. Penelitian dilakukan di SMAN 2 Magelang.
C. SUBYEK PENELITIAN
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XCdan kelas XGSMA Negeri 2 Magelang tahun pelajaran 2012/2013 yang terbagi dalam 2 kelas. Dalam pemilihan subyek ini, peneliti menggunakan teknik tidak random. Siswa yang tergabung dalam penelitian sejumlah 63 orang yang dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas yang digunakan sebagai kelas kontrol adalah kelas XG dengan jumlah siswa 32, dan sebagai kelas ekperimen adalah kelas XC dengan jumlah siswa 31. Pemilihan kelas eksperimen dan kelas
(37)
kontrol diambil secara sembarang tanpa meneliti kelas mana yang lebih menonjol nilai kognitifnya.
D. VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel Terikat
Dalam penelitian ini variabel terikat adalah hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen yang mencakup aspek kognitif produk. Aspek kognitif proses, aspek psikomotorik dan aspek afektif tidak termasuk yang diteliti. Dalam variabel terikat ini peneliti menggunakan kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk diambil hasil belajar, keaktifan dan minat.
2. Variabel Bebas
Dalam penelitian ini, variabel bebas adalah metode pembelajaran dengan pendekatan proses metode inkuiri dan metode pembelajaran ceramah.
E. INSTRUMEN PENELITIAN
1. Instrumen Perlakuan a. Silabus
1) Silabus Kelas Kontrol 2) Silabus Kelas Eksperimen
b. Rancangan Proses Pembelajaran (RPP)
1) Rancangan Proses Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol 2) Rancangan Proses Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen
(38)
2. Alat Ukur 1) Kognitif Produk
Untuk mengukur prestasi belajar kognitif produk, peneliti menggunakan pretest dan postest.
2) Keaktifan
Keaktifan siswa selama diajar menggunakan metode inkuiri dan ceramah diamati dengan menggunakan observasi. Keaktifan dapat diukur berdasarkan beberapa unsur keaktifan yaitu turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila ada sesuatu yang kurang dipahami, berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya dan melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis (Nana, 2009: 61). 3) Minat
Melalui pengukuran minat, peneliti dapat melihat perbandingan minat siswa selama diajar menggunakan metode inkuiri dan ceramah. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur minat adalah kuisioner. Minat ini dapat diukur berdasarkan unsur-unsur minat terhadap metode penyampaian materi yang disampaikan oleh peneliti. Unsur-unsur minat yang digunakan dalam penelitian yaitu pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi, rasa ingin tahu dalam menguasai materi, adanya motivasi untuk membangkitkan minat dan adanya kebutuhan untuk belajar (Muhibbin, 1999: 151).
(39)
3. Validasi Alat Ukur
Validasi masing-masing alat ukur, yaitu soal pretest dan postest, lembar observasi dan kuisioner minat diperiksakan kepada 3 orang ahli.
(40)
F. PROSEDUR PENGAMBILAN DATA
Pengambilan data dilaksanakan di kelas XC dan kelas XGdengan jumlah 63 siswa. Pada kelas penelitian atau kelas eksperimen diajarkan dengan metode inkuiri. Pada kelas kontrol diajarkan dengan ceramah aktif. Prosedur pengambilan data dilakukan untuk mengetahui kognitif siswa dan keaktifan siswa dalam prestasi belajar untuk siswa kelas X SMAN 2 Magelang. Prosedur penelitian mencakup tiga tahap, yaitu:
Prosedur Pengambilan
Data
Pretest
Pembelajaran
Kelas Penelitian
Kegiatan awal
keaktifan siswa
minat siswa
kegiatan Inti
keaktifan siswa
Minat siswa
Kegiatan akhir
keaktifan siswa
minat siswa
Kelas Kontrol
Kegiatan awal
Kegiatan Awal
minat siswa
Kegiatan Inti
Keaktifan Siswa
Minat Siswa
Kegiatan akhir
Keeaktifan siswa
Minat siswa Postest
(41)
1. Pretest pada Setiap kelas
Pretest dilakukan pada awal pertemuan sebelum proses belajar mengajar berlangsung. Sebelum memberikan pretest, peneliti memberi keterangan singkat mengenai pokok bahasan yang akan diajarkan. Pengarahan berupa deskripsi mengenai bidang ajar persamaan kalor. Setelah itu dilaksanakan tes kemampuan awal. Pretest diberikan dengan soal sama pada setiap kelas.
2. Pembelajaran pada setiap Kelas a. Kelas Eksperimen
Langkah-langkah yang dilakukan pada pembelajaran di kelas adalah 1) Kegiatan pendahuluan
a) Menentukan pokok bahasan. Untuk mendukung tercapainya tujuan dari penelitian yang diberikan berkaitan dengan konsep dan kemampuan proses siswa, penulis menentukan sebuah materi pokok yaitu persamaan kalor. b) Menyusun silabus. Adapun standar kompetensi dalam penelitian adalah
dengan pendekatan penemuan pada pokok bahasan persamaan kalor adalah menerapkan konsep persamaan kalor.
2) Inti
Kegiatan inti pada pendekatan penemuan ini adalah dengan menggunakan acuan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan penemuan atau inkuiri menurut Gilstrap dalam Suryobroto (2002: 197), yaitu:
(42)
Pemusatan perhatian siswa dapat dilakukan dengan memberikan contoh kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang pernah ditemui atau dialami siswa yang berkaitan dengan materi. Ini penting untuk memotivasi siswa, melatih berpikir kritis, mengembangkan ketrampilan proses dan ketrampilan sosial (Sidharta, 2008).
2. Memunculkan pertanyaan untuk memacing rasa ingin tahu siswa agar siswa dapat mengadakan penelitian lebih lanjut. Rangsangan dapat berupa konflik kognitif. Rangsangan ini akan membantu proses asimilasi menjadi efektif dan bermakna dalam penguatan intelektualitas siswa. 3. Memberikan motivasi
Dengan motivasi, sebisa mungkin siswa dapat terlibat aktif dan kreatif untuk mengembangkan kognitifnya.
4. Pengelolaan kelas Meliputi :
Pembagian kelompok dan pengaturan kelas. Kelas dibagi dalam kelompok untuk melakukan eksperimen.
5. Pendahuluan pembelajaran
Pendahuluan pembelajaran diselenggarakan dengan memberikan penjelasan skenario pembelajaran, penjelasan tujuan pembelajaran, pelaksanaan pretest untuk mencari gambaran tentang pemahaman siswa tentang materi yang akan diajarkan dan pembuatan alat peraga.
(43)
1) Kegiatan penelitian oleh siswa dengan masing-masing kelompoknya sesuai dengan pokok bahasan yang telah ditentukan. Aktivitas ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan dan bekerja dengan data serta merumuskan hasil penelitian kelompok mereka.
2) Mengadakan sesi presentasi 3) Membuka sesi diskusi
4) Pemberian konflik oleh guru kepada siswa. Dari presentasi dan diskusi dapat diketahui perbedaan konsep tiap kelompok. Lalu guru menjadikan sebagai modal untuk memberikan rangsangan konflik kognitif untuk mengkondisikan kegiatan pembelajaran yang terbuka dan mengakomodasi perbedaan individu.
5) Guru mengelola konflik kognitif tersebut dengan menyajikan data pembanding lain berupa informasi, pendapat maupun teori-teori pendukung. Bersama guru, siswa dapat menarik hipotesis dari hasil diskusi.
7. Observasi keaktifan siswa
Observer mencatat keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapat, bertanya pada guru, bertanya pada kelompok lain dengan memberikan skor.
3) Penutup
Kegiatan penutup dilakukan untuk merangkum seluruh rangkaian kegiatan dan memberikan evaluasi berupa tanya jawab maupun pekerjaan rumah (PR).
(44)
b. Kelas Kontrol
Langkah-langkah yang dilakukan pada kelas kontrol adalah 1) Kegiatan pendahuluan
a) Guru menyusun dan mempersiapkan materi yang akan diajarkan.
b) Guru memberikan pengantar serta menyampaikan kembali materi yang telah disampaikannya pada pertemuan sebelumnya.
c) Memberi kesempatan kepada siswa jika ingin bertanya.
2) Kegiatan Inti
Guru menyampaikan pelajaran dengan memberikan penjelasan mengenai materi tentang persamaan kalor dengan memberikan contoh soal.
3) Kegiatan penutup
Kegiatan penutup dilakukan untuk merangkum seluruh kegiatan serta untuk memberikan evaluasi berupa tanya jawab dan pekerjaan rumah (PR).
3. Postest pada setiap Kelas
Pada akhir kegiatan pembelajaran, peneliti merangkum dan menguji seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan selama 1 bulan. Selain melakukan pembelajaran di kelas, peneliti juga telah memberikan evaluasi pada siswa. Sebagai akhir dari pembelajaran, peneliti memberikan angket kepada siswa untuk menanggapi metode pembelajaran yang telah dilakukan.
(45)
4. Observasi pada Setiap Kelas
Observasi dilakukan oleh peneliti selama mengajar kelas kontrol dan kelas eksperimen. Observasi digunakan untuk mengukur keaktifan siswa. Peneliti melakukan pengukuran setiap satu satuan indikator keaktifan. Setiap satu satuan keaktifan diukur dengan 1 tally.
5. Kuisioner pada setiap Kelas
Kuisioner diberikan peneliti kepada siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kuisioner digunakan untuk mengukur minat siswa. Siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen mengisi kuisioner sesuai dengan pengalaman pribadi masing-masing.
G. ANALISIS DATA
1. Metode Analisis Data a. Pretest dan Postest
Pretest diberikan sebelum siswa mempelajari secara lengkap tentang subbab Persamaan Kalor. Sedangkan postest digunakan setelah siswa mempelajari persamaan kalor. Soal pretest dan postest berupa soal-soal yang berhubungan dengan materi yang dipelajari yaitu tentang persamaan kalor. Dalam pengolahan data yang telah didapat dari hasil penelitian, pretest dan postest diuji dengan pengolahan statistik menggunakan uji .
(46)
1) Hipotesis
Dengan parameter selisih nilai postest dan pretest (Δ X) pada kelas kontrol
dan kelas kelas eksperimen, untuk mengetahui apakah ada perbedaan prestasi belajar di antara kedua kelas tersebut, maka menggunakan hipotesis pengujian:
Ho : Tidak terdapat perbedaan selisih nilai pretest dan postest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Hi : Terdapat perbedaan selisih nilai pretest dan postest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
2) Data
Hasil jawaban Pretest dan Postest terdapat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1: Hasil Jawaban Pretest dan Postest
Siswa Nilai Selisih Nilai
Postest dan Pretest (Δ X) Pretest (X1) Postest (X2)
1 2 3
Dari tabel 3.1 maka, hasil belajar digunakan untuk membandingkan prestasi belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen
(47)
Tabel 3.2: Selisih nilai Pretes dan Postest kelas kontrol dan kelas eksperimen
Siswa Selisih Nilai Pretest dan Posttest (Δ X) pada kelas:
Kontrol (Δ Xk) Eksperimen(Δ Xe)
1 2 3
3) Pengujian Data
Untuk mengetahui perbedaan hasil pretest dan postest siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan pengujian dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for windows.
b. Keaktifan Siswa 1) Hipotesis
Dengan parameter selisih nilai keaktifan siswa pada kelas kontrol dan kelas kelas eksperimen, untuk mengetahui apakah ada perbedaan prestasi belajar di antara kedua kelas tersebut, maka menggunakan hipotesis pengujian:
Ho : Tidak terdapat perbedaan selisih nilai keaktifan siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Hi : Terdapat perbedaan selisih nilai keaktifan siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
(48)
2) Data Keaktifan Siswa
Keaktifan belajar siswa dilakukan oleh peneliti terhadap 2 kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Penilaian keaktifan siswa dengan menggunakan tally setiap satu satuan aktivitas yang dilakukan siswa.
Tabel 3.3 Hasil penilaian keaktifan siswa No Indikator Keaktifan Siswa yang
Diobservasi
Tally
1 Siswa berkomentar apabila guru salah menjelaskan materi pelajaran
2 Siswa mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan guru kepada seluruh siswa
3 Siswa mampu menyelesaikan soal yang diberikan
4 Siswa bertanya kepada siswa lain 5 Siswa bertanya kepada guru ketika
mengalami kesulitan 6 Membaca sumber tertentu
7 Siswa mampu memeriksa hasil pekerjaannya
8 Siswa mampu membuat kesimpulan dari pekerjaan yang telah diselesaikan
(49)
Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Keaktifan Siswa
Skor Kriteria Interval
1 Sangat Kurang Aktif 1–8
2 Kurang Aktif 9–16
3 Aktif 17–24
4 Sangat Aktif 25–32
3) Pengujian Data
Untuk mengetahui perbedaan hasil keaktifan siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for windows.
c. Minat Siswa 1) Hipotesis
Untuk menguji apakah terdapat perbedaan minat belajar diantara kelas penelitian dan kelas kontrol, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: Ho : tidak terdapat perbedaan minat belajar siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Hi : terdapat perbedaan minat belajar siswa antara kelas kontrol dan kelas penelitian.
(50)
2) Data
Data yang digunakan untuk mengetahui tingkat minat belajar siswa antara kelas penelitian dan kelas kontrol adalah menggunakan angket minat siswa. Untuk jawaban kedua kelas,setiap alternatif jawaban diberi skor, yaitu sangat tidak sangat setuju (skor 1), tidak setuju (skor 2), setuju (skor 3), sangat setuju (skor 4).
Tabel kriteria tingkat minat belajar siswa
Tabel 3.5 : Hasil klasifikasi kuisioner minat belajar siswa
Siswa Item Pernyataan Jumlah
skor jawaban
1 2 3 …….
Tabel 3.6 Hasil Klasifikasi Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Siswa Jumlah Skor Minat Belajar
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
A B C
(51)
Klasifikasi prentase skor kuisioner minat belajar siswa dapar dilihat pada tabel 3.7.
Tabel 3.7 : Hasil Klasifikasi Prentase Skor Kuisioner Minat Belajar Siswa
Range % skor Klasifikasi
1% - 32% Sangat Tidak Berminat 33% - 64% Kurang Berminat 65% - 96% Berminat
97% - 128% Sangat Berminat
3) Pengujian Data
Untuk mengetahui perbedaan hasil minat siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan pengujian dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for windows.
(52)
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PRESTASI BELAJAR Hasil
Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah melakukan suatu kegiatan di mana akan menimbulkan suatu perubahan-perubahan pada diri individu. Prestasi belajar merupakan salah satu indikator untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran. Penelitian eksperimen dilakukan dengan pembagian 2 kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Peneliti mengambil 2 kelas sebagai sample penelitian. Kelas XC dengan jumlah peserta didik 32 sebagai kelas eksperimen dan kelas XG dengan jumlah peserta didik 31 sebagai kelas kontrol. Pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol dipilih secara sembarang tanpa meneliti kelas mana yang menonjol nilai kognitifnya. Dari hasil penelitian pada siswa kelas XC dan XG SMA Negeri 2 Magelang, dapat diperoleh nilai tes yang menunjukkan prestasi belajar siswa dan hasil pembelajaran. Nilai pretest dan postest yang telah diolah dari hasil tes prestasi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen secara umum dapat dilihat pada tabel 4.1.
(53)
Tabel 4.1. Nilai Pretest dan Postest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Siswa Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pretest Postest Pretest Postest
1 1,48 5,2 7,28 8,4
2 2,28 3,56 3,56 7,6
3 4,88 7 4,28 8,2
4 3,68 4,88 1,68 8,8
5 2,28 5,4 1,28 6,8
6 2,76 5 2 7,6
7 3,68 5,8 5,08 6,6
8 3,48 5,8 3,36 9,4
9 2,08 5,6 3,48 9,2
10 2,08 6,6 1,28 7,48
11 2,08 5,36 7,16 9,2
12 4,36 5,68 4,88 9
13 3 5,4 7,04 9,08
14 4,68 4,76 5,08 9
15 2,88 5,6 6,6 8,2
16 2,64 4,76 7,16 9
17 6,48 6,88 4,48 8,88
18 2,08 3,28 2,88 9
19 2,28 7,2 1,68 6,48
20 4,48 4,76 5,08 6,92
21 3,48 5,6 4,16 8,4
22 2,48 5,04 6,88 9
23 4,28 6,4 2,88 8,2
24 2,28 4,96 4,88 6,48
25 2,28 5,4 4,88 8,2
26 4,48 4,96 4,68 8,4
27 4,36 5,68 4,88 8,8
28 1,88 5,36 5,68 9
29 4,8 7,2 3,88 6,68
30 4,48 5,6 7,28 9
31 4,48 4,56 5,08 6,32
(54)
-Skor rerata kognitif produk dan hasil uji dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Skor Rerata Prestasi Kognitif Produk
Keterangan Kelas Skor Rerata
Sig.(2-tailed)
Hasil Analisis Pretest Postest
Prestasi kognitif Proses
Kontrol 3,28 5,44 0,000 Berbeda
Eksperimen 4,53 8,17 0,000 Berbeda
Hipotesis uji adalah
Ho: Tidak terdapat perbedaan kognitif produk secara signifikan antara sebelum dan sesudah pembelajaran.
Hi: Terdapat perbedaan kognitif produk secara signifikan antara sebelum dan sesudah pembelajaran.
Analisis:
Karena harga Sig. (2-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima dengan maksud dalam hasil uji terdapat perbedaan kognitif produk secara signifikan antara sebelum dan sesudah pembelajaran.
Hasil uji kognitif produk antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.3.
(55)
Tabel 4.3. Hasil Analisis Tes Prestasi Belajar.
Postest Skor Rerata Sig.
(2-tailed)
Hasil Kelas
Kontrol
Kelas Eksperimen
Prestasi
Kognitif Proses
5,44 8,17 0,000 Berbeda
Hipotesis uji adalah
Ho: Tidak terdapat perbedaan kognitif produk secara signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Hi: Terdapat perbedaan kognitif produk secara signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Analisis:
Karena harga Sig. (2-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima dengan maksud dalam hasil uji terdapat perbedaan kognitif produk secara signifikan antara sebelum dan sesudah pembelajaran.
Pembahasan
Skor rerata kognitif produk postest untuk kedua kelas lebih tinggi daripada pretest, hasil uji menunjukkan bahwa perbedaan keduanya signifikan untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen. Namun, nilai postest dari kelas ekperimen lebih signifikan dibanding dengan kelas kontrol. Dengan demikian, pembelajaran penemuan meningkatkan prestasi belajar aspek kognitif produk siswa, sementara pembelajaran ceramah tidak. Hal ini
(56)
kiranya sangat jelas karena pembelajaran inkuiri (penemuan) telah mengintegritasikan di dalamnya sekaligus pengembangan aspek produk, sementara pembelajaran ceramah sangat sedikit mencakup pengembangan aspek produk, untuk tidak mengatakan tidak mencakup pengembangan aspek produk.
Pada Penelitian ini, pendekatan proses dapat dilihat dari hasil eksperimen siswa dan pada saat siswa mengerjakan lembar kerja siswa. Berdasarkan analisis prestasi belajar yang telah dilakukan peneliti sesuai dengan fungsi metode inkuiri.
Menurut Sutarjo (2012: 93), melalui proses inkuiri, siswa harus berkembang secara utuh baik intelektual dan prestasi, mental-spiritual, sosial-emosional, maupun pribadinya. Dengan kata lain, berdasarkan teori tersebut metode inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa karena dengan melakukan proses secara sistematis berarti siswa lebih bisa mendapat prestasi yang baik.
Dengan demikian, hasil penelitian di atas sesuai dengan teori bahwa metode inkuiri dapat lebih meningkatkan prestasi belajar siswa.
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa metode inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Tetapi pada penelitian ini prosesnya berbeda dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya menggunakan metode inkuiri terbimbing, sedangkan pada penelitian ini siswa melakukan penemuan sendiri. Pada eksperimen, siswa diberikan suatu hubungan
(57)
untuk menentukan suatu persamaan. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, siswa diberikan suatu persamaan untuk mencari suatu hubungan.
B. KEAKTIFAN BELAJAR SISWA Hasil
Pada penelitian ini, juga diukur tingkat keaktifan siswa terhadap mata pelajaran Fisika khususnya dalam subbab persamaan kalor. Dalam hal ini pengukuran dilakukan berdasarkan hasil observasi mengenai keaktifan peserta didik dalam proses belajar mengajar baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Hasil pengukuran keaktifan peserta didik dalam kelas kontrol dapat dikategorikan dalam kriteria keaktifan seperti pada tabel 4.4.
(58)
Tabel 4.4. Indikator Keaktifan Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen No Indikator Keaktifan Siswa yang Diobservasi
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Pencapaian Kategori Pencapaian Kategori
1 Siswa
berkomentar apabila guru salah menjelaskan materi pelajaran 0 Sangat Tidak Aktif 0 Sangat Tidak Aktif
2 Siswa mampu menjawab pertanyaan yang diajukan guru kepada seluruh siswa
6 Sangat
Tidak Aktif
23 Aktif
3 Siswa mampu menyelesaikan soal yang diberikan 9 Kurang Aktif 21 Aktif 4 Siswa bertanya kepada siswa lain 3 Sangat Tidak Aktif 5 Sangat Tidak Aktif 5 Siswa bertanya kepada guru ketika mengalami kesulitan 8 Sangat Kurang Aktif 19 Aktif 6 Membaca sumber tertentu 12 Kurang Aktif 5 Kurang Aktif
(59)
7 Siswa mampu memeriksa hasil pekerjaannya 10 Kurang Aktif 26 Sangat Aktif
8 Siswa mampu membuat kesimpulan dari pekerjaan yang telah diselesaikan 7 Sangat Tidak Aktif 31 Sangat Aktif
Skor rata-rata keaktifan di kelas kontrol dan kelas eksperimen serta hasil di antaranya adalah sebagai berikut.
Tabel 4.5. Hasil Perhitungan Uji untuk Menguji Perbedaan Keaktifan Belajar Siswa
Keterangan Skor Rerata
Keaktifan
Sig. (2-tailed) Hasil Analisis Kelas
Kontrol
Kelas Eksperimen
Keaktifan 6,87 16,25 0,045 Berbeda
Hipotesis uji adalah
Ho: Tidak terdapat perbedaan keaktifan secara signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Hi: Terdapat perbedaan keaktifan secara signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
(60)
Karena harga Sig. (2-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima dengan maksud dalam hasil uji terdapat perbedaan keaktifan secara signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Pembahasan
Dari hasil analisis di atas terlihat bahwa skor rerata keaktifan kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol dan perbedaan antara keduanya signifikan. Dengan demikian, keaktifan siswa pada pembelajaran inkuiri (penemuan) lebih tinggi daripada pembelajaran ceramah. Hal ini kiranya dapat dijelaskan dari sifat pembelajaran inkuiri yang berpusat pada siswa sehingga siswa aktif sedangkan pada pembelajaran ceramah berpusat pada guru sehingga siswa lebih pasif.
Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 78), fungsi dari metode inkuiri adalah membangun sikap aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, berdasarkan teori tersebut metode inkuiri dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa (Sudjana, 2009).
Dengan demikian, hasil penelitian di atas sesuai dengan teori bahwa metode inkuiri dapat lebih meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa metode inkuiri dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Tetapi pada penelitian ini subyeknya berbeda dengan penelitian sebelumnya. Selain itu, materi yang diberikan oleh peneliti juga berbeda dengan materi penelitian sebelumnya.
(61)
C. MINAT BELAJAR SISWA Hasil
Pada penelitian ini, juga diukur tingkat minat siswa terhadap mata pelajaran Fisika khususnya dalam subbab persamaan kalor. Dalam hal ini pengukuran dilakukan berdasarkan hasil kuisioner mengenai minat peserta didik dalam proses belajar mengajar baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan jumlah skor hasil jawaban tiap masing-masing peserta didik pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Skor jawaban peserta didik pada tiap nomor dijumlahkan karena point-point pertanyaan pada kuisioner memiliki latar belakang unsur-unsur yang berbeda. Skor tiap peserta didik dapat dilihat pada tabel 4.6.
(62)
Tabel 4.6 : Skor Minat Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Siswa
Skor Tiap Peserta Didik Kelas
Kontrol
Kelas Eksperimen
1 37 30
2 25 34
3 28 29
4 28 23
5 34 32
6 28 32
7 20 28
8 31 30
9 31 32
10 26 30
11 24 30
12 28 32
13 24 27
14 31 31
15 26 31
16 28 30
17 25 31
18 31 26
19 23 30
20 30 30
21 20 38
22 29 31
23 27 29
24 31 28
25 29 30
26 25 36
27 26 31
28 26 33
29 29 34
30 27 33
31 33 22
(63)
-Skor rata-rata minat di kelas kontrol dan kelas eksperimen serta hasil di antaranya adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji untuk Menguji Perbedaan Minat Belajar Siswa
Keterangan Skor Rerata Minat Sig.
(2-tailed)
Hasil Analisis Kelas
Kontrol
Kelas Eksperimen
Minat 28,03 30,42 0,012 Berbeda
Hipotesis uji adalah
Ho: Tidak terdapat perbedaan minat secara signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Hi: Terdapat perbedaan minat secara signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Analisis:
Karena harga Sig. (2-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima dengan maksud dalam hasil uji terdapat perbedaan minat siswa secara signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Pembahasan
Dari hasil analisis di atas terlihat bahwa skor rerata minat kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol dan perbedaan antara keduanya signifikan.
(64)
Dengan demikian, minat siswa pada pembelajaran inkuiri (penemuan) lebih tinggi daripada pembelajaran ceramah. Hal ini kiranya dapat dijelaskan dari sifat pembelajaran inkuiri yang berpusat pada siswa sehingga siswa aktif sedangkan pada pembelajaran ceramah berpusat pada guru sehingga siswa lebih pasif. Pada pembelajaran inkuiri, siswa lebih bebas belajar dan mencari pemahaman konsep sesuai kemampuan masing-masing.
Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 78), fungsi dari metode inkuiri dapat membangun komitmen di kalangan siswa untuk belajar, yang terwujud dalam keterlibatan dan kesungguhan terhadap penemuan dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, berdasarkanteori tersebut metode inkuiri dapat meningkatkan minat belajar siswa (muhibbin, 2008).
Dengan demikian, hasil penelitian di atas sesuai dengan teori bahwa metode inkuiri dapat lebih meningkatkan minat belajar siswa.
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa metode inkuiri dapat meningkatkan minat belajar siswa. Tetapi pada penelitian ini subyeknya berbeda dengan penelitian sebelumnya. Selain itu, materi yang diberikan oleh peneliti juga berbeda dengan materi penelitian sebelumnya.
(65)
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan Analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar, minat dan keaktifan, lebih tepatnya:
1. Adanya perbedaan prestasi belajar siswa pada pembelajaran kelas inkuiri dan kelas ceramah, di mana rata-rata nilai kelas inkuiri lebih tinggi daripada kelas ceramah.
2. Adanya perbedaan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran kelas inkuiri dan kelas ceramah, di mana rata-rata nilai kelas inkuiri lebih tinggi daripada kelas ceramah.
3. Adanya perbedaan minat belajar siswa pada pembelajaran kelas inkuiri dan kelas ceramah, di mana rata-rata nilai kelas inkuiri lebih tinggi daripada kelas ceramah.
(66)
A. SARAN
Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan penelitian eksperimen pada kelas XC dan kelas XG semester genap SMA Negeri 2, penulis menyarankan :
1. Pembelajaran fisika dengan pendekatan inkuiri perlu dilaksanakan oleh guru fisika SMA sebagai salah satu variasi pembelajaran agar prestasi belajar menjadi optimal.
2. Jumlah sampel dapat ditambah atau mencoba melakukan penelitian terhadap berbagai sekolah.
3. Ada baiknya melakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap instrumen penelitian agar kualitas tes lebih baik.
4. Walaupun pretest dan postest sama soalnya dan sama indikatornya sebaiknya soal postest nomornya dibedakan dengan pretest agar siswa tidak terpengaruh oleh pretest sebelumnya.
(67)
51
DAFTAR PUSTAKA
Abu dan Supatmo. 2008.Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai-Karakter. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Amien, Moh. 1979.Apakah Metoda Discovery-Inkuiri Itu?. Jakarta: Depdikbud. Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Giancoli, Douglas. 2001.Fisika.Jakarta: Erlangga.
Hanafiah dan Suhana. 2012.Konsep Strategi Pembelajaran.Bandung: PT. Refika Aditama.
Ishaq, Mohamad. 2007.Fisika Dasar.Bandung: Graha Ilmu.
Kanginan, Marthen. 2006.Fisika SMA Kelas X.Jakarta: PT. Erlangga.
Purwanto, Ngalim. 1990.Psikologi Pendidikan.Bandung: Remaja Rosdakarya. Roestiyah. 2001.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugono, Dendy. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia. Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Syah, Muhibbin. 2003.Psikologi Belajar.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Taniredja, Tukiran dan Hidayati. 2011. Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar
(68)
Puspitasari, Rika Nanda. Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas III Melalui Penerapan Metode Guided Inkuiri-Discovery (skripsi) Dalam
http://eprints.uns.ac.id/138/1/168990709201009391.pdf . (Rabu, 12,12,12 19.34)
Molla, Maria Goretti. 2011. Pelaksanaan Pembelajaran Fisika dengan Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing pada Pokok Bahasan Hukum Ohm dan Rangkaian Seri-Paralel, Efektivitas dalam Hal Hasil Belajarnya, Keterlibatan dan Kendala-kendala (Skripsi).
(69)
53 Lampiran A1
SILABUS
Nama sekolah : SMA NEGERI 2 MAGELANG Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X Eksperimen /2
Standar Kompetensi : 4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi.
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu
S u mb e r / Bahan/Alat Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen 4.1 Menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat
o Kalor dan Perubahan Wujud: - Pengertian Kalor dan Perbedaan kalor dengan suhu - Contoh kalor dalam kehidupan sehari- hari. oMerancang/m elakukan eksperimen:
-tanya jawab mengenai pengertian kalor dan suhu.
-eksperimen dengan alat sederhana untuk menentukan
Kognitif:
1. Produk:
a) Siswa dapat menuliskan pengertian kalor dan suhu. (C1)
b) Siswa dapat memberikan contoh
kejadian alam dan penerapan kalor dalam
1. Uraian 1. Apa definisi dari kalor ?
2. Apa yang dimaksud dengan suhu ? 3. Berilah contoh
pemanfaatan kalor dalam kehidupan sehari-hari !
4 jp Sumber: Buku Fisika yang relevan. Bahan: bahan presentasi, lembar kerja, data hasil percobaan
Alat: media presentasi, statif, air,termometer, pemanas. S u mb e r : . LKS menemukan
(70)
54 Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu
S u mb e r / Bahan/Alat Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen - Menganalis is pengaruh kalor terhadap suhu. - Persamaan Kalor. persamaan kalor. -menentukan persamaan kalor dengan menurunkan rumus. -melakukan eksperimen untuk menyelidiki hubungan kenaikan suhu dan massa air. -melakukan eksperimen untuk menyelidiki hubungan kenaikan suhu dan kalor.
kehidupan sehari- hari . (C2)
c) Siswa dapat menyebutkan perbedaan kalor dengan suhu.(C3)
d) Siswa dapat menentukan persamaan
4. Berapa kalor yang diperlukan untuk untuk menaikkan suhu 250 gr air dari 20⁰C sampai 100⁰C ? 5. Sebuah kompor digunakan untuk memanaskan berturut-turut wadah berisi 500 ml air dan berisi 1000 ml air, yang suhu awalnya sama. Dalam selang waktu yang sama, manakah yang akan mengalami kenaikan suhu lebih besar ? mengapa ? 6. Jelaskan perbedaan
kalor dengan suhu !
persamaan kalor . Kunci LKS
menemukan persamaan kalor, menyelidiki hubungan suhu dan massa air,
menyelidiki hubungan kenaikan suhu dan kalor. . Tabel Spesifikasi
Lembar Penilaian . LP 1: Produk
dilengkapi Kunci LP 1
. LP 2: Proses . LP 3: Psikomotor . LP 4: Pengamatan
Karakter
. LP 5: Pengamatan Ketrampilan Sosial
(71)
55 Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu
S u mb e r / Bahan/Alat Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen kalor pada materi kalor dan perubahan wujud dengan alat
eksperimen .(C4)
e) Siswa dapat menerapkan konsep kalor dan perubahan wujud dalam pemecahan masalah soal.(C5)
f) Siswa dapat menentukan besaran-besaran dalam
7. Dalam suatu percobaan diperoleh hasil sebagai berikut ! Mass
a Air (kg)
T0 (⁰C)
T (⁰C)
Δ T
70 26 52 26 144 26 48 21 194 26 45 19 265 26 43 17 280 26 39 13 Simpulkan hasil eksperimen diatas !
8. Seorang peneliti memanaskan 2 jenis
(72)
56 Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu
S u mb e r / Bahan/Alat
Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
konsep kalor dan perubahan wujud.(C6)
2. Proses:
a) Siswa dapat merumuskan hipotesis tentang konsep kalor dan perubahan wujud. b) Siswa dapat
melaksanakan eksperimen sederhana
zat dengan glass bekker. Gelas A berisi air dan gelas B berisi alcohol. Kedua gelas zat tersebut memiliki massa yang sama. Zat dipanaskan dengan kompor listrik, setelah 3 menit keduanya diukur suhu akhirnya. Menurut anda apakah akan dihasilkan kenaikan suhu yang sama? Jika tidak mengapa?
(73)
57 Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu
S u mb e r / Bahan/Alat Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen tentang konsep kalor dan perubahan wujud. c) Siswa dapat
membuat tabel pengamatan pada eksperimen sederhana konsep kalor dan perubahan wujud. d) Siswa dapat
melakukan analisis data dari percobaan konsep kalor dan perubahan wujud. e) Siswa dapat
merumuskan kesimpulan dari percobaan konsep kalor
(74)
58 Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu
S u mb e r / Bahan/Alat
Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
dan perubahan wujud.
Psikomotor:
a) Siswa dapat merakit alat-alat eksperimen untuk menentukan persamaan kalor b) Siswa dapat
membaca pengukuran suhu awal dan suhu akhir dalam melakukan eksperimen untuk menentukan persamaan kalor.
c) Siswa dapat membaca
(75)
59 Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu
S u mb e r / Bahan/Alat
Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
dengan cermat dan menganalisis masalah dalam eksperimen menentukan persamaan kalor. Afektif Karakter:
a) Siswa cermat dalam
menyelesaika n masalah soal cerita tentang kalor dan perubahan wujud. b) Siswa cermat
dalam menyelesaika n masalah soal cerita tentang konsep kalor
(76)
60 Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu
S u mb e r / Bahan/Alat Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen dan perubahan wujud. c) Siswa dapat
berlaku jujur dan bertanggung jawab dalam melakukan percobaan menentukan persamaan kalor. Afektif Sosial: a) Siswa dapat
bekerjasama menyelesaika n masalah soal cerita tentang kalor dan perubahan wujud.
) b) Siswa dapat
) berkomunikasi
) dengan guru
(77)
61
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran Indikator
Penilaian Alokasi
Waktu
S u mb e r / Bahan/Alat
Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
percobaan
) menentukan
) persamaan kalor.
Yogyakarta, Juli 2012 Peneliti,
Frederika Indah Puspita NIM. 091424013 Mengetahui,
Dosen Pembimbing Penelitian
(78)
62 Lampiran A2
SILABUS
Nama sekolah : SMA NEGERI 2 MAGELANG Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X Kontrol /2
Standar Kompetensi : 4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi.
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu
S u mb e r / Bahan/alat Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen 4.1 Menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat
o Kalor dan Perubahan Wujud: - Pengertian Kalor dan Perbedaan kalor dengan suhu - Contoh kalor o Guru memberikan ceramah tentang:
- Pengertian Kalor dan Perbedaan kalor dengan suhu
- Contoh kalor dalam kehidupan sehari- hari. Kognitif: 1. Produk: a) Siswa dapat menulisk an pengertia n kalor dan suhu. (C1) b) Siswa dapat memberi 1. Tes Tertulis 1. Tes Tertulis
1. Apa definisi dari kalor ? 2. Apa yang dimaksud dengan
suhu ?
3. Berilah contoh pemanfaatan kalor dalam kehidupan sehari-hari !
4 jp Sumber: Buku Fisika yang relevan.
(79)
63 Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu
S u mb e r / Bahan/alat Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen dalam kehidupan sehari-hari. - Menganali sis pengaruh kalor terhadap suhu. - Persamaan Kalor. - Menganalisis pengaruh kalor terhadap suhu. - Persamaan Kalor. kan contoh kejadian alam dan penerapa n kalor dalam kehidupa n sehari-hari . (C2) c) Siswa dapat menyebut kan perbedaa n kalor dengan suhu.(C3 )
4. Berapa kalor yang diperlukan untuk untuk menaikkan suhu 250 gr air dari 20⁰C sampai 100⁰C ?
5. Sebuah kompor digunakan untuk memanaskan berturut-turut wadah berisi 500 ml air dan berisi 1000 ml air, yang suhu awalnya sama. Dalam selang waktu yang sama, manakah yang akan mengalami kenaikan suhu lebih besar ? mengapa ?
(80)
64
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran Indikator
Penilaian Alokasi
Waktu
S u mb e r / Bahan/alat
Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
d) Siswa dapat menentuk an persamaa n kalor pada materi kalor dan perubaha n wujud dengan alat eksperim en .(C4) e) Siswa
dapat menerapk
6. Jelaskan perbedaan kalor dengan suhu !
7. Dalam suatu percobaan diperoleh hasil sebagai
(81)
65 Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu
S u mb e r / Bahan/alat Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen an konsep kalor dan perubaha n wujud dalam pemecah an masalah soal.(C5)
f) Siswa dapat menentukan besaran-besaran dalam konsep kalor dan perubahan wujud.(C6) berikut ! Mass a Air (kg)
T0 (⁰C)
T (⁰C)
Δ T (K)
70 26 52 26 144 26 48 21 194 26 45 19 265 26 43 17 280 26 39 13
Simpulkan hasil eksperimen diatas !
8. Seorang peneliti memanaskan 2 jenis zat dengan glass bekker. Gelas A berisi air dan gelas B berisi alcohol. Kedua gelas zat tersebut memiliki massa yang sama. Zat dipanaskan dengan kompor listrik, setelah 3 menit keduanya
(82)
66 Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu
S u mb e r / Bahan/alat Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen Afektif Karakter: a) Siswa cermat dalam menyele saikan masalah soal cerita tentang kalor dan perubaha n wujud. b) Siswa cermat dalam menyele saikan masalah soal cerita tentang
diukur suhu akhirnya. Menurut anda apakah akan dihasilkan kenaikan suhu yang sama? Jika tidak mengapa?
(83)
67
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran Indikator
Penilaian Alokasi
Waktu
S u mb e r / Bahan/alat
Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
konsep kalor dan perubaha n wujud. c) Siswa
dapat berlaku jujur dan bertangg ung jawab dalam melakuk an percobaa n menentu kan persama an kalor.
(84)
68 Yogyakarta, Juli 2012 Peneliti,
Frederika Indah Puspita NIM. 091424013 Mengetahui,
Dosen Pembimbing Penelitian
(85)
(RPP)
Sekolah : SMA
Kelas / Semester : X (Kelas Eksperimen) / 2 Alokasi Waktu : 4 Jam pelajaran ( 1 x 45 menit )
Mata Pelajaran : IPA Fisika
Standar Kompetensi : 4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada
berbagai perubahan energi
Kompetensi Dasar : 4.1 Menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat
Indikator :
Kognitif Produk:
1. Siswa dapat menuliskan pengertian kalor dan suhu. (C1)
2. Siswa dapat memberikan contoh kejadian alam dan penerapan kalor dalam kehidupan sehari-hari. (C2)
3. Siswa dapat menerapkan konsep kalor dan perubahan wujud dalam pemecahan masalah soal. pada materi kalor dan perubahan wujud dengan alat eksperimen.(C3)
4. Siswa dapat menjelaskan perbedaan kalor dengan suhu.(C4)
5. Siswa dapat menyimpulkan suatu eksperimen persamaan kalor dan perubahan wujud.(C5)
6. Siswa dapat berargumentasi pada suatu masalah dalam konsep kalor da perubahan wujud. (C6)
Kognitif Proses :
Melaksanakan eksperimen untuk mengetahui pengaruh kenaikan suhu dengan massa air dan kalor . Untuk mengetahui pengaruhnya, meliputi:
(86)
c. mengidentifikasi variabel respon, d. mengidentifikasi variabel kontrol, e. melaksanakan eksperimen, f. membuat tabel data, g. melakukan analisis data, h. merumuskan kesimpulan.
Afektif:
1. Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi: a. jujur,
b. cermat, c. hati-hati.
2. Mengembangkan keterampilan sosial, meliputi: a. bertanya,
b. berpendapat,
c. menjadi pendengar yang baik, d. berkomunikasi.
Psikomotorik :
1. Siswa dapat merakit alat- alat eksperimen untuk menentukan persamaan kalor
2. Siswa dapat membaca pengukuran suhu awal dan suhu akhir dalam melakukan eksperimen untuk menentukan persamaan kalor.
3. Siswa dapat membaca pengukuran massa air dengan cermat, menganalisis masalah dan menarik kesimpulan dari data hasil eksperimen tentang persamaan kalor.
(1)
(2)
(3)
Lampiran D1
Pada saat mengerjakan pretest dan postest dalam kelas eksperimen
(4)
Lampiran D2
Pada saat siswa mendengarkan ceramah dan mengerjakan pretest posttest dari guru di kelas
(5)
vii ABSTRAK
Frederika Indah Puspita, 2013. Pembelajaran Fisika Tentang Persamaan Kalor Dengan Pendekatan Proses Melalui Metode Inquiry Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar, Keaktifan dan Minat Siswa. Progran Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) kemampuan proses keilmuan melalui metode inkuiri; (2) perbedaan prestasi belajar antara kelas kontrol dengan metode ceramah dan kelas eksperimen dengan metode inkuiri; (3) perbedaan keaktifan belajar antara kelas kontrol dengan metode ceramah dan kelas eksperimen dengan metode inkuiri; dan (4) perbedaan minat belajar antara kelas kontrol dengan metode ceramah dan kelas eksperimen dengan metode inkuiri.
Langkah penelitian dilakukan dengan penyusunan instrumen dan alat ukur, pemberian soal pretest, pelaksanaan pembelajaran sekaligus observasi keaktifan, pemberian soal posttest, pemberian kuisioner minat.
Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah siswa SMA Negeri 2 Magelang kelas XCsebanyak 32 siswa dan kelas XGsebanyak 31 siswa.Instrumen yang digunakan adalah pre-test, post-test, lembar observasi dan kuisioner. Soal pretest dan posttest digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Pengukuran keaktifan belajar siswa menggunakan observasi kegiatan siswa. Pengukuran minat belajar siswa menggunakan kuisioner minat. Pengujian data ketiga aspek menggunakan uji-t statistika.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode inkuiri dapat meningkatkan kemampuan proses, prestasi belajar, keaktifan dan minat belajar siswa.
(6)
viii ABSTRACT
Frederika Indah Puspita, 2013. Physics Learning about the Heat Aquationwith Process Approach Through Inquiry Method in Enhancing Students Learning Achievements, Activity and Interests. Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta. This research aimed to know: (1) the ability of scholarly process through inquiry method; (2) the differences of the learning achievements between control class using lecturing method and experimental class using inquiry method; (3) the differences of the students’ liveliness between control class using lecturing
method and experimental class using inquiry method; and (4) the differences of
the students’ interests between control class using lecturing method and experimental class using inquiry method.
The steps of the research were done by making instrument and measuring instrument, giving pre-test tasks, doing learning while observing the liveliness, giving post-test tasks, giving questionnaires of interests.
The sample used in this research was the students of SMA Negeri 2 Magelang grade XC, 32 students and grade XG, 31 students.The instruments employed were test, post-test, observation sheets and questionnaires. The pre-test tasks and post-test tasks were used to measure the students’ learning achievements. The measurement of the students’ learning liveliness was implementing observation on the students’ activities. The measurement of the students’ interests was implementing questionnaires of interests. The data examination of these three aspects were implementing statistical t-test.
The results showed that the inquiry method could enhance the ability of
the process, the learning achievements, the students’ liveliness and the students’