PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA MANDARIN MELALUI METODE TOTAL PHYSICAL RESPONSE DI SD NEGERI 03 JATEN KARANGANYAR

(1)

commit to user

i

PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA

BAHASA MANDARIN MELALUI

METODE TOTAL PHYSICAL RESPONSE

DI SD NEGERI 03 JATEN KARANGANYAR

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Ahli Madya pada Diploma III Bahasa China FSSR

Universitas Sebelas Maret

Oleh:

FITRIA LIANAWATI C 9608044

PROGRAM DIPLOMA III BAHASA CHINA FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

PERSEMBAHAN

Penulis mempersembahkan karya ini untuk:

Orangtua yang selalu memberi doa dan dukungan moral maupun materiil, Kedua kakakku yang juga selalu memberikan semangat,


(5)

commit to user

v

MOTTO

天下无难事,只怕 心人

tiān xià wú nán shì, zhǐ pà yǒu xīn rén

Di bawah langit ini tidak ada hal yang sulit bagi orang yang bersungguh-sungguh.

(anonim)


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Mandarin melalui Metode Total Physical Response di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar” ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Bahasa China pada Program Studi DIII Bahasa China Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret..

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati akan menerima setiap masukan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang yang telah membantu selesainya tugas akhir ini:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah memberi kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.

2. Dra. Endang Tri Winarni, M.Hum., selaku Ketua Program D3 Bahasa China, yang telah memberikan nasehat dan bimbingan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.

3. M. Bagus Sekar Alam, S.S., M.Si., selaku Pembimbing Akademik, yang telah memberikan nasehat dan bimbingan pada penulis.


(7)

commit to user

vii

4. Drs. Yohanes Suwanto, M.Hum., selaku Pembimbing I, yang telah memberikan nasehat, bimbingan dan arahan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir dengan baik.

5. Feng Huai Zhong selaku Pembimbing II, yang telah memberikan nasehat, bimbingan dan arahan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir dengan baik.

6. Hj. Endang Widowati, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri 03 Jaten Karanganyar, yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk magang di SD Negeri 03 Jaten.

7. Reni ANS, S.E. ,S.Pd., selaku Ketua Program RSBI, yang telah membantu penulis sehingga bisa mengajar dan mengambil data sekolah yang diperlukan.

8. Istianah, S.Pd. dan Sih Armiati, S.Pd., selaku Guru Kelas 1 B, yang telah banyak membantu penulis dalam pengajaran.

9. Orangtua yang selalu memberi doa dan dukungan moral maupun materiil pada penulis

10.Semua teman dari D3 Bahasa China angkatan 2008, terutama Fenti, Anggun, Andri dan Anna yang selalu membantu dalam semua hal.

Akhirnya penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan informasi tentang pembelajaran bahasa Mandarin.

Surakarta, Juli 2011 Penulis


(8)

commit to user

viii ABSTRAK

Fitria Lianawati, 2011. Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Mandarin Melalui Metode Total Physical Response di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar. Program Diploma III Bahasa China Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pengajaran bahasa Mandarin yang baik sangat dipengaruhi oleh pemilihan

metode yang tepat. Penelitian ini lebih ditekankan pada masalah: a) Bagaimanakah penerapan metode Total Physical Response dalam membantu

pengenalan kosakata di kelas 1 B SDN 03 Jaten? b) Apa sajakah hambatan yang dihadapi siswa dalam mengenalkan kosakata Bahasa Mandarin di kelas 1 B SDN 03 Jaten? c) Bagaimanakah penanganan hambatan pengenalan kosakata dengan menggunakan metode Total Physical Response di kelas 1 B SDN 03 Jaten?

Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk: a) menjelaskan penerapan metode Total Physical Response dalam membantu pengenalan kosakata di kelas 1 B SDN 03 Jaten. b) mengetahui hambatan yang dihadapi siswa dalam mempelajari kosakata Bahasa Mandarin di kelas 1 B SDN 03 Jaten. c) mengetahui penanganan hambatan pengenalan kosakata dengan menggunakan metode Total Physical Response di kelas 1 B SDN 03 Jaten. Laporan tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil penelitian dengan pengumpulan data melalui kegiatan belajar mengajar dengan siswa, observasi dan studi pustaka.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode Total Physical Response dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Mandarin di kelas. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai yang dicapai sebelum dan sesudah penggunaan metode Total Physical Response. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat hambatan-hambatan seperti, kesulitan siswa dalam memahami makna kosakata dan pelafalan nada yang kurang tepat, tidak adanya buku bahasa Mandarin sebagai acuan, serta alokasi waktu yang terbatas. Adapun solusi dari hambatan-hambatan tersebut antara lain, guru praktikan akan melafalkan kosakata berulang-ulang dengan nada yang tepat, memberikan materi ajar yang menarik, serta mengarahkan siswa untuk lebih fokus dalam kegiatan belajar mengajar.

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah metode Total Physical Response dapat memenuhi kebutuhan peserta didik dalam proses pembelajaran kosakata. Pelaksanaan metode tersebut dalam kelas bahasa Mandarin dapat membangun motivasi siswa dalam belajar kosakata. Selain itu, dengan memberikan dan melakukan perintah dapat membantu siswa dalam menghafal kosakata. Oleh karena itu, metode Total Physical Response dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Mandarin.


(9)

commit to user

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

摘要 ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metode Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Pembelajaran Bahasa Mandarin pada Anak ... 9

1. Bahasa Mandarin ... 9

2. Pembelajaran Bahasa Mandarin pada Anak ... 12


(10)

commit to user

xi

1. Pengertian Kosakata ... 15

2. Proses Penguasaan Kosakata ... 17

3. Pengajaran Kosakata ... 19

C. Metode TPR (Total Physical Response) ... 21

1. Pengertian Metode TPR ... 21

2. Karakteristik Metode TPR ... 24

3. Bentuk Aktivitas dengan Metode dalam PBM ... 25

4. Teori Pembelajaran Metode TPR ... 26

5. Kelebihan dan Kekurangan Metode TPR ... 28

BAB III PEMBAHASAN ... 31

A. Gambaran Umum Sekolah ... 31

B. Kegiatan Praktik Kerja ... 34

1. Kegiatan Observasi ... 34

2. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 35

3. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar ... 62

C. Hasil Evaluasi Pembelajaran ... 69

D. Hambatan dalam Proses Belajar Mengajar ... 71

E. Upaya Penanganan ... 72

BAB IV PENUTUP ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran... ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(11)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 Daftar Siswa 1 B SD Negeri 03 Jaten………... 34 TABEL 3.2 Jadwal Kegiatan Belajar Mengajar………... 62 TABEL 3.3 Daftar Nilai Ujian……….. 70


(12)

PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA

MANDARIN MELALUI METODE TOTAL PHYSICAL

RESPONSE DI SD NEGERI 03 JATEN KARANGANYAR

Fitria Lianawati1

Drs. Yohanes Suwanto, M.Hum2 Feng Huai Zhong3

ABSTRAK

2011. Program Diploma III Bahasa China Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pengajaran bahasa Mandarin yang baik sangat dipengaruhi oleh pemilihan metode yang tepat. Penelitian ini lebih ditekankan pada masalah: a) Bagaimanakah penerapan metode Total Physical Response dalam membantu pengenalan kosakata di kelas 1 B SDN 03 Jaten? b) Apa sajakah hambatan yang dihadapi siswa dalam mengenalkan kosakata Bahasa Mandarin di kelas 1 B SDN 03 Jaten? c) Bagaimanakah penanganan hambatan pengenalan kosakata dengan menggunakan metode Total Physical Response di kelas 1 B SDN 03 Jaten?

Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk: a) menjelaskan penerapan metode Total Physical Response dalam membantu pengenalan kosakata di kelas 1 B SDN 03 Jaten. b) mengetahui hambatan yang dihadapi siswa dalam mempelajari kosakata Bahasa Mandarin di kelas 1 B SDN 03 Jaten. c) mengetahui penanganan hambatan pengenalan kosakata dengan menggunakan metode Total Physical Response di kelas 1 B SDN 03 Jaten. Laporan tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil penelitian dengan pengumpulan data melalui kegiatan belajar mengajar dengan siswa, observasi dan studi pustaka.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode Total Physical

Response dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa

1

Mahasiswa Jurusan D III Bahasa China dengan NIM C9608044

2

Dosen Pembimbing I

3

Dosen Pembimbing II

Mandarin di kelas. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai

yang dicapai sebelum dan sesudah penggunaan metode Total

Physical Response. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat hambatan-hambatan seperti, kesulitan siswa dalam memahami makna kosakata dan pelafalan nada yang kurang tepat, tidak adanya buku bahasa Mandarin sebagai acuan, serta alokasi waktu yang terbatas. Adapun solusi dari hambatan-hambatan tersebut antara lain, guru praktikan akan melafalkan kosakata berulang-ulang dengan nada yang tepat, memberikan materi ajar yang menarik, serta mengarahkan siswa untuk lebih fokus dalam kegiatan belajar mengajar.

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah metode

Total Physical Response dapat memenuhi kebutuhan peserta didik dalam proses pembelajaran kosakata. Pelaksanaan metode tersebut dalam kelas bahasa Mandarin dapat membangun motivasi siswa dalam belajar kosakata. Selain itu, dengan memberikan dan melakukan perintah dapat membantu siswa dalam menghafal

kosakata. Oleh karena itu, metode Total Physical Response dapat

digunakan sebagai pertimbangan dalam meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Mandarin.


(13)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini bahasa Mandarin menjadi mata pelajaran yang sudah diajarkan sejak usia anak-anak. Banyak sekolah-sekolah di Indonesia mengajarkan bahasa Asing seperti bahasa Inggris, bahasa Jerman, bahasa Perancis dan bahasa Mandarin. Sekolah- sekolah SD di Indonesia sudah mulai memperkenalkan bahasa Mandarin sebagai salah satu mata pelajaran intrakulikuler maupun ekstrakulikuler. Hal itu disebabkan karena pengenalan bahasa Asing pada usia anak-anak lebih mudah. Perlu diketahui bahwa bahasa merupakan kebiasaan, begitulah teori bahasa yang sering dikenal karena usia anak-anak merupakan usia pembentukan kepribadian, pengembangan bakat, termasuk keterampilan bahasa.

Dalam pembelajaran bahasa Asing (khususnya bahasa Mandarin), penguasaaan kosakata memainkan peran yang sangat penting. Kosakata merupakan komponen bahasa yang menghubungkan empat keterampilan bahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Penguasaan kosakata pada anak-anak dapat dilakukan dengan cara mendengar, membaca, menulis, melatih pengucapan, terus menerus dan berulang-ulang. Tiga tahapan dalam belajar bahasa harus dikuasai, yaitu pengenalan, pemahaman, dan pengembangan. Usia anak-anak adalah usia yang paling mudah untuk mempelajari bahasa, dan penyampaian materi pada anak-anak tentulah berbeda dengan cara penyampaian untuk orang dewasa. Pengenalan bahasa merupakan tahap yang bagus untuk


(14)

commit to user

mempelajari bahasa pada anak-anak selanjutnya merupakan tahap pemahaman dan pengembangan. Beberapa pakar bahasa mendukung pandangan “semakin dini anak belajar bahasa asing, semakin mudah anak menguasai bahasa itu”.

SDN 03 Jaten adalah sekolah tingkat Sekolah Dasar RSBI (Rintisan Sekolah Berbasis Internasional). Di sekolah tersebut bahasa Indonesia dan bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Bahasa Mandarin adalah mata pelajaran baru yang diajarkan dan menjadi mata pelajaran tambahan ekstra sekolah di SDN 03 Jaten. Waktu yang dialokasikan untuk mata pelajaran adalah 35 menit setiap pertemuan. Penulis menyadari bahwa waktu yang diberikan untuk memberikan materi sangatlah sedikit yaitu 35 menit setiap pertemuan dan satu pertemuan setiap minggu. Dengan alokasi waktu yang sangat sedikit, penulis berusaha menggunakan waktu itu sebaik-baiknya untuk bisa mengajar dengan baik dan bisa membuat siswa tertarik pada pelajaran bahasa Mandarin. Untunglah di setiap kelas terdapat media pembelajaran yang lengkap sehingga sangat menunjang dalam proses belajar mengajar, sehingga penulis dapat memaksimalkan pengajaran bahasa Mandarin di sekolah tersebut.

Dalam kegiatan pembelajaran bahasa Asing, banyak siswa yang merasa bosan dengan teknik mengajar bahasa Asing secara tradisional, dan mereka menginginkan cara baru yang lebih menyenangkan. Begitu pula yang terjadi pada siswa kelas 1 B di SDN 03 Jaten. Guru biasanya akan mengajar dengan metode konvensional yaitu metode ceramah yang mengharapkan siswa duduk tenang, mendengarkan, mencatat dan menghafal materi yang diajarkan. Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) menjadi monoton dan kurang menarik perhatian siswa.


(15)

commit to user

Kondisi seperti itu tidak akan menyulitkan penulis untuk mengajarkan bahasa Mandarin. Para siswa cenderung pasif dalam menerima materi pelajaran. Banyak siswa yang lebih senang main bersama teman yang lain daripada memperhatikan materi pelajaran. Pada usia anak-anak sebenarnya lebih mudah untuk menyampaikan materi pelajaran berupa pengenalan kosakata karena anak-anak akan cenderung lebih mudah mengingat daripada orang dewasa. Namun, mereka lebih suka bermain daripada belajar. Penulis memilih metode pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.

Pemilihan metode yang tepat untuk mengajarkan bahasa Mandarin pada para siswa sangat penting. Penggunaan metode yang konvensional akan membuat para siswa tidak mau memperhatikan pelajaran dan bermain sendiri dengan teman yang lain. Sering ditemukan di lapangan bahwa guru menguasai materi suatu subjek dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada model pembelajaran tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. Timbul pertanyaan apakah mungkin dikembangkan suatu model pembelajaran yang sederhana, sistematik, bermakna dan dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar. Berkenaan dengan hal itu, maka dengan memperhatikan berbagai konsep dan teori belajar dikembangkanlah suatu metode pembelajaran yang disebut dengan metode pembelajaran Total Physical Response (TPR). Penulis memilih metode Total


(16)

commit to user

Physical Response (TPR) untuk mengajarkan bahasa Mandarin di kelas 1 B SDN 03 Jaten.

Metode Total Physical Response (TPR) adalah metode pengajaran bahasa asing yang didasarkan pada koordinasi ucapan dan gerakan. Pendengaran anak-anak akan lebih berkembang daripada pengucapan. Guru akan memberikan instruksi secara jelas dan pelan sehingga para siswa dapat mengerti maksud guru. Menurut penulis metode tersebut dirasakan dapat meningkatkan minat siswa dalam mempelajari bahasa Mandarin. Para siswa akan lebih menyukai metode pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Metode tersebut juga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga dapat lebih memudahkan pengenalan kosakata bahasa Mandarin pada siswa.

Metode TPR (Total Physical Response Method) yang dikembangkan oleh James Asher, seorang profesor psikologi Universitas Negeri San Jose California, dipandang sebagai metode yang sesuai untuk mengajarkan bahasa Mandarin pada usia anak-anak yang pembelajarannya lebih mengutamakan kegiatan langsung berhubungan dengan kegiatan fisik dan gerakan. Dalam metode TPR ini, Asher mengatakan bahwa semakin sering atau semakin intensif memori seseorang diberikan stimulasi maka semakin kuat asosiasi memori berhubungan dan semakin mudah untuk mengingat. Kegiatan mengingat ini dilakukan secara verbal dengan aktivitas gerak. Dari sisi perkembangan, Asher melihat keberhasilan belajar bahasa kedua pada orang dewasa adalah sebagai proses yang paralel dengan pencapaian bahasa pertama anak. Dia mengklaim bahwa berbicara langsung kepada anak adalah suatu proses memberi perintah dimana anak


(17)

commit to user

merespon secara fisik lebih dulu sebelum dia mampu menghasilkan respon secara verbal. Lebih lanjut, Asher yang juga menyimpulkan bahwa peran faktor emosi sangat efektif dalam pembelajaran bahasa anak, artinya belajar bahasa dengan melibatkan permainan dengan bergerak yang bisa dikombinasikan dengan bernyanyi atau bercerita akan dapat mengurangi tekanan belajar bahasa seseorang. Dia percaya bahwa dengan keceriaan dalam diri anak akan memberikan dampak yang baik bagi belajar bahasa anak.

Metode TPR ini sangat mudah dan ringan dalam segi penggunaan bahasa dan juga mengandung unsur gerakan permainan sehingga dapat menghilangkan stres pada peserta didik karena masalah-masalah yang dihadapi dalam pelajarannya terutama pada saat mempelajari bahasa asing, dan juga dapat menciptakan suasana hati yang positif pada peserta didik yang dapat memfasilitasi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa dalam pelajaran tersebut. Makna atau arti dari bahasa sasaran dipelajari selama melakukan aksi.

Kegiatan pengenalan bahasa Mandarin dengan metode ini diharapkan dapat berlangsung secara terus menerus dan bertahap apalagi dengan pembelajaran dengan cara menarik sehingga anak bisa senang dan ceria akan bisa memaksimalkan kemampuan belajar bahasa Asing pada anak. Penulis memilih judul “Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Mandarin melalui Metode Total Physical Response di SD Negeri 03 Jaten Karanganyar”.


(18)

commit to user

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penerapan metode Total Physical Response (TPR) dalam membantu pengenalan kosakata di kelas 1 B SDN 03 Jaten?

2. Apa sajakah hambatan yang dihadapi siswa dalam mengenalkan kosakata Bahasa Mandarin di kelas 1 B SDN 03 Jaten?

3. Bagaimanakah penanganan hambatan pengenalan kosakata dengan menggunakan metode Total Physical Response (TPR) di kelas 1 B SDN 03 Jaten?

C. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk :

1. menjelaskan penerapan metode Total Physical Response (TPR) dalam membantu pengenalan kosakata di kelas 1 B SDN 03 Jaten.

2. mengetahui hambatan yang dihadapi siswa dalam mempelajari kosakata Bahasa Mandarin di kelas 1 B SDN 03 Jaten.

3. mengetahui penanganan hambatan pengenalan kosakata dengan menggunakan metode Total Physical Response (TPR) di kelas 1 B SDN 03 Jaten.


(19)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang didapatkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoretis :

Menambah wawasan tentang penerapan metode yang inovatif selain metode lain yang sudah sering digunakan di sekolah-sekolah, diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian tentang penggunaan metode TPR dalam pembelajaran bahasa Asing pada umumnya dan bahasa Mandarin pada khususnya.

2. Manfaat praktis : a. Bagi siswa :

Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pengenalan kosakata bahasa Asing setelah mengikuti proses belajar mengajar yang kreatif, inovatif dan menyenangkan melalui metode Total Physical Response (TPR).

b. Bagi guru :

Diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru, khususnya guru bahasa Asing untuk menerapkan metode pembelajaran yang inovatif dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Permasalahan pengajaran kosakata dapat terpecahkan dengan menggunakan metode Total Physical Response (TPR).

c. Bagi SDN III Jaten :

Diharapkan dapat menambahkan metode pembelajaran Total Physical Response (TPR) dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah.


(20)

commit to user

d. Bagi Mahasiswa :

Diharapkan dapat dijadikan panduan mengerjakan penelitian tentang metode Total Physical Response dalam pembelajaran bahasa.

E. Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara mengamati dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku siswa pada waktu kegiatan belajar mengajar maupun di luar kelas. Penulis melakukan pengamatan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran serta data yang akurat.

2. Studi pustaka

Metode ini dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan berbagai literatur dan buku yang sesuai dengan tema yang diteliti maupun yang berkaitan dengan materi penelitian. Penulis mengumpulkan literatur dan buku dari perpustakaan pusat Universitas Sebelas Maret dan perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret


(21)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Bahasa Mandarin pada Anak 1. Bahasa Mandarin

Dalam pengertian yang sempit, Mandarin berarti Putonghua (普通话) dan

Guoyu (國語) yang merupakan dua bahasa standar yang hampir sama yang

didasarkan pada bahasa lisan Beifanghua. Putonghua adalah bahasa resmi Cina

dan Guoyu adalah bahasa resmi Taiwan. Putonghua - yang biasanya malah dipanggil Huayu juga adalah salah satu dari empat bahasa resmi Singapura.

Dalam pengertian yang luas, Mandarin berarti Beifanghua (secara harafiah

berarti bahasa percakapan Utara), yang merupakan sebuah kategori yang luas yang mencakup beragam jenis dialek percakapan yang digunakan sebagai bahasa lokal di sebagian besar bagian utara dan barat daya Cina, dan menjadi dasar bagi Putonghua dan Guoyu. Beifanghua mempunyai lebih banyak penutur daripada bahasa apapun yang lainnya dan terdiri dari banyak jenis termasuk versi-versi yang sama sekali tidak dapat dimengerti.

Dalam bahasa Mandarin, ada 3 hal yang harus diperhatikan sebagai berikut :

a. Pelafalan Bahasa Mandarin

1. Suku kata dalam bahasa Mandarin dibedakan menjadi 3 bagian; initial, final dan nada. Lafal awal adalah initial, bagian yang lain adalah final, nada adalah


(22)

commit to user

seluruh tinggi rendahnya suara. Nada juga dianggap sebagai bagian yang membentuk suku kata, karena nada berfungsi untuk membedakan makna dalam bahasa Mandarin.. contoh “tāng, táng, tăng, tàng” 4 huruf ini initial semuanya [tang], finalnya semuanya [ang] (dalam tanda kurung adalah tanda internasional, tanda internasional dalam daftar dihilangkan), hanya karena nada berbeda, makna tentu tidak sama, masing-masing mewakili 4 sifat yang berbeda dalam bahasa Mandarin (minimal ada satuan bahasa yang bermakna), dalam penulisannya menjadi 4 huruf yang berbeda.

Sejak tahun 1918 ketika itu ponetik alfabet nasional bahasa Mandarin yang dikeluarkan departemen pendidikan menggunakan 1 set alfabet cara baca yang dirumuskan berbentuk huruf Han. 1 set alfabet ini vokal yang utama dan suara akhir digabung menggunakan sebuah indikasi tanda (contoh :ㄠ=[au],ㄢ=[an]), mencerminkan tradisi dua jiwa, yaitu initial dan final. Ponetik alfabet tersebar luas dan merata, dampaknya sangat besar. Propinsi Taiwan terus menggunakannya sampai sekarang. Tahun 1958 rancangan Hanyu Pinyin yang menggunakan huruf latin (daftar 2 initial Beijing , daftar 3 final Beijing ). Mulai sejak tahun 1978, nama orang nama tempat di Tiongkok secara bersama-sama ditulis menggunakan alfabet hanyu pinyin, telah menggantikan semua macam cara baca lama “wei tuo ma shi deng”.

2. Bahasa Mandarin adalah bahasa yang bernada. Pembelajaran nada baca (


(23)

commit to user

percakapan atau kosakata sehari-hari. Nada baca mempunyai peranan penting dalam menentukan arti dari kata yang

dilafalkan. Nada baca bahasa Mandarin memiliki 4 nada, yaitu :

a. Nada 1, dengan simbol ( — ) : nada datar, dilafalkan dengan nada dibaca datar

dan panjang.

b. Nada 2, dengan simbol ( / ) : nada naik, dilafalkan seperti orang bertanya.

c. Nada 3, dengan simbol ( V ) : nada manja, dilafalkan dengan nada turun

kemudian naik.

d. Nada 4, dengan simbol ( \ ) : nada marah, dilafalkan dengan nada tinggi.

b. Hanyu Pinyin

Hanyu Pinyin adalah huruf latin yang mewakili huruf han (汉字) yang

digunakan untuk mempermudah membaca huruf han (汉字). Dahulu kala dalam

pengucapan lafal huruf Han kebanyakan menggunakan cara baca “dua huruf yang sesuai”. Contoh : “东” (semua setuju). Cara ini jelas terlalu sepele, susah

membaca yang standar. Tahun 1610 Masehi, seorang Misionaris Perancis datang ke Tiongkok, dia adalah penghubung Tiongkok. Tahun 1626 dia menulis sebuah Buku [biaya pengetahuan Confusianism Barat tengah], pertama-tama mencatat pengucapan huruf Han menggunakan alfabet kombinasi dalam huruf Latin. Selama di Tiongkok dia berkenalan dengan Hanyun, seorang raja petualang yang berkelas, menggabungkan pertolongan mereka dengan dasar buku barat ponetik


(24)

commit to user

bahasa Mandarin Misionaris Limadoudeng [keajaiban huruf barat], menyusun buku Tiongkok bagian pertama yang diubah dalam glosarium kombinasi huruf Latin.

c. Huruf Han

Perkembangan huruf Han bisa kita bedakan menjadi dua tahap besar. Sejak tulisan dalam

batok kura-kura dinasti Shang sampai bentuk kaligrafi zaman dinasti Qing adalah satu tahap, sejak masa pemerintahan dinasti Qin dan Han kebawah adalah satu tahap yang lain. Tulisan kuno termasuk kategori yang terlebih dahulu, tulisan modern termasuk kategori yang selanjutnya. Intinya, struktur huruf dari zaman dinasti sampai sekarang ini tidak mengalami perubahan yang terlalu besar. Bahasa Mandarin memiliki tulisan yang menggunakan karakter tertentu sejak lebih dari 6.500 tahun. Pembentukan tulisan yang disebut Hanzi ini didasarkan pada bentuk-bentuk gambaran rupa suatu benda yang mewakilinya. Tercatat lebih dari 25.000 karakter yang telah diciptakan bangsa China, namun untuk sekarang ini yang sering digunakan dalam pembelajaran Bahasa Mandarin hanya 5.000 hingga 12.000 karakter saja.

2. Pembelajaran Bahasa Mandarin pada Anak

Dalam pembelajaran bahasa Mandarin ada empat aspek keterampilan bahasa, yaitu :


(25)

commit to user

2. Menulis 3. Mendengar 4. Berbicara

Menyimak merupakan salah satu aspek dalam pembelajaran bahasa Mandarin yang dapat mempermudah mengenal nada dan huruf-huruf Mandarin. Keterampilan menyimak merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang sangat esensial, sebab keterampilan menyimak merupakan dasar untuk menguasai suatu bahasa. Seseorang mulai belajar berbahasa, dimulai dengan menyimak beberapa bunyi yang didengar, belajar menirukan, kemudian mencoba untuk menerapkan dalam percakapan. Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan menyimak tak pernah terlewati. Menyimak dilakukan untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, dan memahami komunikasi. Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan atau memahami suatu bahan.

Menulis merupakan salah satu aspek dalam pembelajaran bahasa Mandarin yang penting dan sulit. Menulis berpengaruh terhadap bisa tidaknya dalam penulisan huruf-huruf Mandarin. Setiap penulisan huruf-huruf Mandarin, terdapat urutan-urutan goresan yang sudah ditentukan. Dalam pembelajaran bahasa Mandarin diharuskan sering menulis huruf-huruf Mandarin, agar dapat menghafal dan menulis dengan benar setiap kata atau kosakata dalam bahasa Mandarin.

Dalam aspek keterampilan mendengar, pendengar harus mendengarkan setiap kosakata atau kalimat yang menggunakan nada. Karena setiap nada bunyinya berbeda-beda. Jika pendengar mendengar salah satu kosakata salah,


(26)

commit to user

maka artinya pun juga berbeda dan salah. Dalam aspek mendengar ini harus benar-benar membutuhkan konsentrasi tinggi.

Berbicara merupakan salah satu aspek yang dimiliki setiap manusia. Berbicara selalu tidak jauh-jauh dengan bahasa, karena bahasa merupakan unsur penting dalam berkomunikasi dengan orang lain. Di dalam pembelajaran bahasa Mandarin berbicara sangat dibutuhkan untuk melatih agar dalam mengucapkan setiap kalimat menggunakan nada dapat benar dan tepat. Berbicara dalam bahasa Mandarin juga dapat dilakukan dengan sering menirukan setiap kata-kata yang diucapkan guru.

Metode pembelajaran bahasa Mandarin untuk anak-anak hendaklah memperhatikan unsur-unsur berikut ini :

1. Kata-kata saja tidaklah cukup. Aktivitas untuk anak-anak harusnya meliputi gerakan dan melibatkan rasa dari bahasa tersebut.

2. Bermain dalam belajar bahasa dengan menyanyi lagu bahasa Mandarin atau menceritakan cerita.

3. Variasi dalam kelas. Ketika konsentrasi atau perhatian siswa mulai berkurang, variasi dalam mengajar adalah hal yang baik.

4. Anak-anak akan lebih mudah akrab dengan situasi kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan jika dilakukan secara rutin.

5. Anak-anak suka bekerja-sama dengan teman-teman lainnya dalam kegiatan belajar-mengajar. Mereka akan lebih merasa senang jika dapat bermain sekaligus belajar.


(27)

commit to user

Dalam belajar bahasa Mandarin anak-anak cukup mendengar dan berbicara apa yang diajarkan guru. Dalam aspek tersebut, anak-anak akan mendengarkan kosakata yang diajarkan oleh guru, kemudian anak-anak akan berbicara dengan pelafalan yang benar.

Anak-anak cukup dikenalkan dengan huruf Hanzi, tidak perlu mampu menulis dengan benar. Hanyu-pinyin dapat membantu dalam mempelajari bahasa Mandarin, anak-anak akan lebih mudah mengerti. Anak-anak akan cenderung lebih mudah dalam melafalkan bahasa Mandarin dengan benar. Guru hanya cukup melafalkan kosakata berulang-ulang dengan nada yang benar, kemudian anak-anak akan menirukan yang dilafalkan oleh guru.

B. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian Kosakata

Kosakata menurut Coady dan Huckin (1997:210) adalah perbendaharaan kata yang dimiliki oleh seseorang. Kekayaan kata yang berada dalam ingatannya, yang akan menimbulkan reaksi bila didengar atau dibaca.

Menurut Teuku Iskandar (1985:1), kosakata atau perbendaharaan kata adalah keseluruhan kata dalam suatu bahasa. Begitu pula pendapat Tarigan (1985:959), kosakata merupakan sejumlah kata yang membuat atau membentuk suatu bahasa.

Menurut Soedjito (1992:1) kosakata (perbendaharaan kata) dapat diartikan sebagai berikut :


(28)

commit to user

2. Kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis. 3. Kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan.

4. Daftar kata yang disusun seperti kamus disertai penjelasan secara singkat dan praktis.

Kosakata atau perbendaharaan kata adalah satuan bahasa yang kita pakai untuk mengacu pada barang, perbuatan, sifat atau gagasan apa saja yang bertalian dengan kehidupan kita (Depdikbud, 1998:16).

Menurut Hari Mukti Kridalaksana (1984;89) kosakata sama dengan leksikon. Adapun yang dimaksud leksikon itu sendiri adalah :

1. Komponen bahasa yang memuat secara informatif tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa.

2. Kekayaan kosakata yang dimiliki seseorang pembicara atau penulis.

3. Daftar kata yang disusun seperti kamus, tetapi dengan penjelasan singkat dan praktis.

Dari berbagai batasan atau definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kosakata itu merupakan sejumlah kata yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang atau merupakan kata-kata yang terdapat dalam suatu bahasa yang mengandung informasi makna dan pemakaiannya. Jadi seseorang dikatakan menguasai kosakata apabila ia mengetahui maknanya serta dapat menggunakannya dalam kegiatan berbahasa sehari-hari dimanapun ia berada. Dan secara fungsional, anak mampu menguasai dan menggunakan sejumlah kosakata yang dipelajarinya dalam komunikasi kehidupan sehari-hari.


(29)

commit to user

2. Proses Penguasaan Kosakata

Proses penguasaan kosakata telah dimulai seseorang sejak masih bayi. Anak dapat merespon dengan baik kosakata yang diucapkan orang lain. Oleh karena itu, kosakata yang pertama kali dikuasai adalah kosakata dengar. Kemudian baru dapat menguasai kosakata bicara.

Ketika anak mulai dapat membaca, maka anak mulai menguasai kosakata baca. Kosakata tulis dikuasai seseorang paling akhir setelah seseorang menguasai dengar, kosakata bicara, dan kosakata baca.

Siswa SD kelas 1 termasuk pada masa kanak-kanak, dalam tahap penguasaan kosakata akan senantiasa tertarik untuk mengenal dan mempelajari kata-kata baru seperti kosakata bahasa Mandarin.

Dalam artikel lepas yang ditulis oleh E. Kosasih, masa emas belajar bahasa, beberapa pakar bahasa mendukung pandangan”semakin dini anak belajar bahasa asing, semakin mudah anak menguasai bahasa itu” Mc Laughlin dan Ganesee menyatakan bahwa anak-anak lebih mudah memperoleh bahasa tanpa banyak kesukaran dibandingkan dengan orang dewasa.

Menurut Tarigan (1985:2), kualitas keterampilan bahasa seseorang jelas bergantung kepada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata yang dimiliki maka semakin besar pula kemungkinan untuk terampil berbahasa. Pendapatnya adalah :


(30)

commit to user

1. Kuantitas dan kualitas, tingkatan dan kedalaman kosakata sesorang merupakan indeks pribadi yang terbaik bagi perkembangan mentalnya.

2. Perkembangan kosakata adalah merupakan perkembangan konseptual: merupakan suatu tujuan pendidikan dasar bagi setiap sekolah atau perguruan. 3. Semua pendidikan pada prinsipnya adalah pengembangan kosakata yang juga

merupakan pengembangan konseptual.

4. Suatu program yang sistematis bagi pengembangan kosakata akan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendapatan kemampuan bawaan dan status sosial. 5. Faktor-faktor geografis juga turut mempengaruhi perkembangan kosakata. 6. Seperti juga halnya dalam proses membaca yang membimbing seseorang dari

yang telah diketahui ke arah yang belum atau tidak diketahui; maka telaah kosakata yang efektif pun beranjak dengan arah yang sama; dari kata-kata yang sudah diketahui menuju kata-kata yang belum diketahui.

Siswa SD yang termasuk pada masa anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap segala sesuatu yang terindera oleh dirinya. Rasa ingin tahu ini memotivasi siswa untuk mencari sesuatu yang baru saja dikenalnya. Pada usia SD, siswa akan mempelajari kata-kata baru untuk memperluas pengetahuan kosakatanya baik secara individual atau dengan bantuan orang lain, dalam hal ini dapat dibantu oleh guru atau teman sekelas, baik menggunakan atau tanpa media, serta dengan cara atau teknik-teknik tertentu.

Ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam proses pembelajaran bahasa yaitu :


(31)

commit to user

2. Adanya keinginan untuk berhasil.

3. Tujuan yang realistis dan mudah dicapai. 4. Adanya silabus yang sesuai.

5. Adanya situasi pembelajaran yang sesuai. 6. Adanya materi pengajaran yang memadai.

7. Tersedianya tenaga pengajar yang cukup terlatih dan memiliki pengabdian tinggi.

Penelitian ini akan mengujicobakan cara mempermudah siswa kelas 1 SD dalam belajar bahasa Mandarin, terutama dalam hal penguasaan terhadap kosakata bahasa Mandarin. Penggunaan metode Total Physical Response (TPR) dalam merangsang tumbuhnya motivasi belajar siswa terhadap materi kosakata yang diberikan.

3. Pengajaran Kosakata

Pengajaran bahasa dapat diartikan sebagai kegiatan belajar mengajar yang bertujuan membimbing siswa agar dapat menerima dan mempergunakan bahasa sesuai dengan fungsinya. Pengajaran kosakata merupakan bagian dari pengajaran bahasa. Dengan demikian, pengajaran kosakata itu merupakan kegiatan belajar mengajar yang berusaha membimbing siswa agar dapat menerima dan mempergunakan kosakata sesuai dengan fungsinya. Pada prinsipnya tujuan pengajaran adalah agar para siswa terampil berbahasa yaitu terampil menyimak, terampil berbicara, terampil membaca, dan terampil menulis.


(32)

commit to user

Tujuan pengajaran kosakata adalah agar siswa mampu memahami kata atau istilah dan mampu mempergunakannya dalam tindak berbahasa baik itu berbicara., membaca, ataupun menulis. Berbagai metode, serta strategi maupun teknik pengajaran kosakata dapat dipilih dan diterapkan oleh seorang guru untuk mencapai hasil yang optimal. Keoptimalan ini berarti siswa dapat menguasai kosakata sebanyak-banyaknya dan dapat mempergunakannya dalam tindak berbahasa secara tepat.

Dalam keterampilan berbahasa Mandarin, penguasaan kosakata memegang peranan penting. Kualitas keterampilan berbahasa Mandarin seseorang jelas bergantung kepada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya. Tarigan (1985:2) menyatakan bahwa semakin kaya kosakata yang dimiliki maka semakin besar pula kemungkinan terampil dalam berbahasa.

Penerapan dalam pengajaran bahasa Mandarin di Sekolah Dasar menyiratkan bahwa :

1. Pokok bahasan dikembangkan menjadi bahan pembelajaran yang mencakup unsur-unsur bahasa dan penggunaan bahasa melalui empat ketrampilan bahasa.

2. Unsur-unsur bahasa Mandarin yaitu tata bahasa, kosakata, ejaan dan lafal hendaknya disajikan dalam lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang juga mencakup lingkup budaya sasaran dan budaya siswa.

3. Pembelajaran unsur bahasa ditujukan untuk mendukung penguasaan dan pengembangan empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara,


(33)

commit to user

membaca, dan menulis, bukan untuk kepentingan penguasaan unsur-unsur bahasa itu sendiri.

4. Dalam proses belajar mengajar, keempat keterampilan bahasa pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu, ketrampilan berbahasa harus dikembangkan secara terpadu.

Teknik yang dilakukan guru untuk meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Mandarin SD biasanya dilakukan dengan cara langsung. Artinya kosakata tersebut dihubungkan secara langsung dengan benda-benda, situasi atau gerak yang terkandung di dalamnya.

Siswa dalam belajar bahasa Mandarin sangat bergntung pada guru, sehingga pengajaran bahasa Mandarin di SD masih bersifat tradisional. Padahal jika guru menggunakan metode pembelajaran yang tepat dapat menunjang keberhasilan pengajaran kosakata.

Penelitian ini akan mengujicobakan metode Total Physical Response (TPR) sebagai upaya untuk mempermudah proses penguasaan kosakata bahasa Mandarin pada siswa kelas 1 SD.

C. Metode TPR (Total Physical Response) 1. Pengertian Metode TPR (Total Physical Response)

Menurut Richards J dalam bukunya Approaches and Methods in Language Teaching, TPR didefinisikan:

“a language teaching method built around the coordination of speech and action; it attempts to teach language through physical (motor) activity”.


(34)

commit to user

Jadi metode TPR (Total Physical Response) merupakan suatu metode pembelajaran bahasa yang disusun pada koordinasi perintah (command), ucapan (speech) dan gerak (action); dan berusaha untuk mengajarkan bahasa melalui aktivitas fisik (motor).

Sedangkan menurut Larsen dan Diane dalam Technique and Principles in Language Teaching, TPR atau disebut juga ”the comprehension approach” atau pendekatan pemahaman yaitu suatu metode pendekatan bahasa asing dengan instruksi atau perintah.

Metode ini dikembangkan oleh seorang professor psikologi di Universitas San Jose California yang bernama James J. Asher yang telah sukses dalam pengembangan metode ini pada pembelajaran bahasa asing pada anak-anak. Ia berpendapat bahwa pengucapan langsung pada anak atau siswa mengandung suatu perintah, dan selanjutnya anak atau siswa akan merespon kepada fisiknya sebelum mereka memulai untuk menghasilkan respon verbal atau ucapan.

Metode TPR ini sangat mudah dan ringan dalam segi penggunaan bahasa dan juga mengandung unsur gerakan permainan sehingga dapat menghilangkan stress pada peserta didik karena masalah-masalah yang dihadapi dalam pelajarannya terutama pada saat mempelajari bahasa asing, dan juga dapat menciptakan suasana hati yang positif pada peserta didik yang dapat memfasilitasi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa dalam pelajaran tersebut. Makna atau arti dari bahasa sasaran dipelajari selama melakukan aksi.


(35)

commit to user

Guru atau instruktur memiliki peran aktif dan langsung dalam menerapkan metode TPR ini. Menurut Asher ”The instructor is the director of a stage play in which the students are the actors”, yang berarti bahwa guru (instruktur) adalah sutradara dalam pertunjukan cerita dan di dalamnya siswa sebagai pelaku atau pemerannya. Guru yang memutuskan tentang apa yang akan dipelajari, siapa yang memerankan dan menampilkan materi pelajaran.

Siswa dalam TPR mempunyai peran utama sebagai pendengar dan pelaku. Siswa mendengarkan dengan penuh perhatian dan merespon secara fisik pada perintah yang diberikan guru baik secara individu maupun kelompok.

Pengertian lain dari TPR adalah sebuah model pembelajaran yang mengoptimalkan kinerja anggota tubuh kita. model ini didasari dari teori pemerolehan bahasa pada anak dan model TPR sangatlah cocok dalam pembelajaran bahasa lain selain bahasa asli. Mengapa TPR sangat cocok dalam pembelajaran bahasa Mandarin, menurut pendapat ahli bahwa:

1. Model ini mudah dimengerti karena siswa di buat untuk mengalaminya,

2. Model ini memberikan pemahaman kepada siswa tentang fungsi dari kata tertentu,

3. Model ini sangat menyenangkan dan siswa tidak sadar sedang belajar 4. Model ini cocok untuk siswa pemula dan siswa remaja.

Asher percaya baahwa sangat penting untuk belajar dasar bahasa asing dilihat dari bagaimana anak-anak belajar bahasa ibu mereka. Dalam hal ini , TPR menganggap bahwa seorang siswa yang baik ketika dia belajar dengan aktif dan dapat menangkap arti yang dia dengar.


(36)

commit to user

2. Karakteristik Metode TPR (Total Physical Response)

Latihan dengan menggunakan perintah adalah merupakan aktivitas utama yang dilakukan guru di dalam kelas dari metode TPR. Latihan berguna untuk memperoleh gerakan fisik dan aktivitas dari siswa. Dalam hal ini, para siswa dapat memainkan peran sebagai pendengar dan penampil.

Mereka akan mendengarkan dengan seksama dan akan merespon secara fisik apa yang diperintahkan oleh guru.

Para siswa perlu merespon dengan baik secara individu maupun berkelompok. Mereka hanya memberikan pengaruh yang kecil dalam isi pembelajaran karena pembahasannya ditentukan oleh guru. Pada awal pembelajaran, para siswa juga diharapkan dapat mengenali dan merespon kombinasi yang sebelumnya telah diajarkan. Misalnya, guru mengarahkan para siswa dengan "Jalanlah ke meja!" dan "Duduklah di kursi". Itu adalah ucapan yang sering didengar uuntuk melatih respon. Selain itu, para siswa mengaevaluasi kemajuan mereka sendiri. Mereka didorong siap untuk berbicara setiap waktu.

Dalam metode TPR, seorang guru memainkan peran secara aktif dan langsung: sebagai sutradara panggung yang bermain dimana para siswa sebagai pemainnya.Guru memutuskan apa yang akan diajarkan, bagaimana model pembelajarannya, menyajikan bahan pengajarandan memilih sarana pendukung yang bisa digunakan di dalam kelas. Oleh karena itu, guru harus menyiapkan


(37)

commit to user

dengan baik pelajaran yang akan diajarkan. Guru sangat disarankan untuk menulis apa saja yang diucapkan, terutama ucapan perintah. Biasanya tidak ada waktu untuk membuat secara spontan.

Dalam memberikan umpan balik pada para siswa, guru diwajibkan untuk mengikuti contok pemberian umpan balik dari orang tua ke anak-anak mereka. Demikian dengan guru yang seharusnya menolerir sedikit kesalahan dalam berbicara, dia harus menghindari banyak koreksi. Dalam hal ini sangat tidak disarankan untuk mengoreksi kesalahan karena akan menghambat para siswa dalam melakukan gerakan fisik atau berbicara.

Singkatnya, dalam TPR, para guru bertanggungjawab untuk memberikan perintah dan memantau gerakan fisik yang dibuat siswa. Sebaliknya, para siswa menirukan guru secara lisan maupun tertulis.

Dalam proses belajar-mengajar, guru memerintahkan pada para siswa kemudian mereka melakukan gerakan fisik. Para siswa menunjukkan bahwa mereka memahami perintah dan melakukan gerakan sendiri, sedangkan guru hanya memantau gerakan siswa. Interaksi antara guru dan siswa dpat dilakukan secara lisan ataupun tertulis. Selanjutnya, para siswa akan menanggapi dengan lisan dan guru akan menanggapi secara tertulis.

3. Bentuk Aktivitas dengan Metode TPR (Total Physical Response) dalam PBM (Proses Belajar Mengajar)

Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode TPR ini banyak sekali aktivitas yang dapat dilakukan oleh guru dan siswa antara lain:


(38)

commit to user

a. Latihan dengan menggunakan perintah (Imperative Drill), merupakan aktivitas utama yang dilakukan guru di dalam kelas dari metode TPR. Latihan berguna untuk memperoleh gerakan fisik dan aktivitas dari siswa. b. Dialog atau percakapan (conversational dialogue).

c. Bermain peran (Role Play), dapat dipusatkan pada aktivitas sehari-hari seperti di sekolah, restoran, pasar, dll.

d. Presentasi dengan OHP atau LCD

e. Aktivitas membaca (Reading) dan menulis (Writing) untuk menambah perbendaharaan kata dan juga melatih pada susunan kalimat berdasarkan tenses dan sebagainya.

4. Teori pembelajaran Metode TPR (Total Physical Response)

Teori pembelajaran bahasa TPR yang diterapkan pertama kali oleh Asher ini mengingatkan pada beberapa pandangan para psikolog, misalnya Arthur Jensen yang pernah mengusulkan sebuah model 7 langkah unutk mendeskripsikan perkembangan pembelajaran verbal anak. Model ini sangat mirip dengan pandangan Asher tentang penguasaan bahasa anak. Asher menyajikan 3 hipotesa pembelajaran yang berpengaruh yaitu:

a. Terdapat bio-program bawaan yang spesifik untuk pembelajaran bahasa yang menggambarkan sebuah alur yang optimal untuk pengembangan bahasa pertama dan kedua.

b. Lateralisasi otak menggambarkan fungsi pembelajaran yang berbeda pada otak kiri dan kanan.


(39)

commit to user

c. Stres mempengaruhi aktivitas pembelajaran dan apa yang akan dipelajari oleh peserta didik, stress yang lebih rendah kapasitasnya maka pembelajaran menjadi lebih baik.

Asher juga menjelaskan lebih lanjut tentang 3 hipotesa yang berpengaruh diatas yaitu:

1. Bio-Program

TPR merupakan metode yang sangat cocok untuk pembelajaran bahasa asing. Asher menyatakan bahwa proses pengajaran dan pembelajaran bahasa kedua harus mencerminkan proses yang natural. Untuk alasan tersebut. ada 3 proses yang penting yaitu:

a. Sebelum anak-anak mengembangkan kemampuan berbicara, mereka lebih mengembangkan kemampuan mendengar.

Pada fase pembelajaran bahasa yang pertama mereka pelajari, mereka mampu memahami pengucapan yang rumit, yang sangat susah untuk ditiru secara spontan. Asher menyatakan bahwa sangat memungkinkan untuk menghasilkan bahasa lisan selama periode mendengarkan.

b. Kemampuan anak-anak dalam pemahaman mendengarkan dapat diperoleh karena anak-anak menaggapi secara fisik untuk bahasa lisan dalam bentuk perintah.

c. Ketika dasar kemampuan mendengarkan diperkuat, maka kemampuan berbicara akan berkembang secara alami. Metode yang lain juga memgang prinsip-prinsip ini.


(40)

commit to user

Asher menyatakan bahwa Total Physical Response menekankan untuk belajar melalui belahan otak kanan, sedangkan metode pengajaran bahasa kedua melalui belahan otak kiri. Asher menyatakan bahwa otak dibedakan sesuai dengan fungsinya. Dia mengklaim bahwa pembelajaran bahasa pada anak melalui gerakan motorik melalui belahan otak kanan. Aktivitas otak kanan terjadi sebelum otak kiri dapat memproduksi proses bahasa.

3. Mengurangi Stres

Dalam pembelajaran bahasa yang terpenting adalah tidak adanya tekanan. Kesuksesan dari pembelajaran bahasa pertama terjadi dalam lingkungan yang bebas tekanan. Menurut Asher, lingkungan pembelajaran bahasa orang dewasa sering menyebabkan kestresan dan kecemasan. Dengan berfokus pada gerakan dapat menghindarkan dari tekanan dan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan. Para siswa juga akan dapat mencurahkan semua energi untuk belajar.

Demikian tentang metode pembelajaran TPR yang mungkin terdengar asing di telinga Anda. Metode TPR ini bukanlah metode baru yang sekiranya lebih baik di antara metode-metode pembelajaran yang lain. Namun, ada baiknya menurut saya jika seorang instruktur atau guru mempergunakan metode ini karena metode ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan motivasi belajar anak terutama dalam bahasa.


(41)

commit to user

Setiap metode, seperti metode TPR (Total Physical Response) pasti mempunyai kelebihan maupun kekurangan dalam penerapannya. Dalam kegiatan belajar-mengajar diharapkan pengajar dapat menerapkan metode tersebut semaksimal mungkin.

Kelebihan dari metode TPR adalah sebagai berikut:

1. Metode TPR jika digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dapat menciptakan suasana yang menyenangkan. Para siswa akan menikmatinya, dan metode ini dapat menggantikan suasana yang biasanya membosankan menjadi sangat menyenangkan.

2. Metode TPR sangat mengesankan. Dalam penerapannya dapat membantu siswa mengenali frase atau kata-kata.

3. Membantu para siswa yang sangat aktif dikelas karena pembeajaran ini banyak dilakukan dengan gerakan fisik.

4. Metode ini dapat digunakan dalam kelas besar dan kelas kecil. Dalam hal ini, tidak masalah berapa banyak siswa yang akan diberi materi pelajaran, para siswa akan mengikuti.

5. Metode ini dapat digunakan dalam kelas campuran. Gerakan fisik bisa dipahami secara efektif jadi para siswa mampu memahami dan menerapkan target yang akan dipelajari.

6. Dalam metode ini tidak perlu banyak persiapan atau bahan pengajaran. Dalam hal ini, guru yang paling berhak dalam menentukan materi dan apa yang akan dilatih (latihan sebelumnya akan sangat membantu), serta tidak banyak menghabiskan waktu untuk mempersiapkan materi pelajaran.


(42)

commit to user

7. Metode ini sangat efektif diterapkan untuk anak-anak atau remaja.

8. Metode ini memanfaatkan kerja otak kiri dan otak kanan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan bahasa siswa.

Selain kelebihan tersebut, TPR memiliki beberapa kekurangan sebagai berikut:

1. Siswa yang tidak terbiasa melakukan gerakan atau cenderung pasif mungkin akan merasa malu jika melakukan gerakan fisik. Hal itu akan menyebabkan guru yang menunjukkan gerakannya bukan para siswa. Para siswa akan lebih senang untuk menulis daripada melakukan gerakan. 2. Siswa yang berada dalam kelompok tidak dapat menampilkan gerakan

yang dia pahami pada seluruh siwa, kemungkinan hanya guru yang dapat menampilkan pada seluruh siswa.

3. Metode ini hanya cocok untuk siswa pemula atau anak-anak, meskipun mungkin cocok juga untuk orang dewasa.


(43)

commit to user

BAB III PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Sekolah 1. Sejarah Sekolah SD Negeri 03 Jaten

SD Negeri 03 Jaten berdiri tahun 1974 dengan nama SD Inpres. Dulu sebelum SD Negeri 03 Jaten terbentuk, awalnya adalah tanah milik penduduk yang luasnya 4375 m2. Pertama-tama perkembangannya, SD Negeri 03 Jaten memiliki jumlah murid hanya sedikit yang dibagi atas bagian A dan bagian B dengan tenaga pengajar yang terbatas pula. Sebagai kepala sekolah yang pertama adalah, H Soepadmi Umar. Pada permulaanya SD Negeri 03 Jaten masih berstatus swasta penuh. Kemudian dengan seiring waktu disahkan oleh pemerintah menetapkan sekolah yang berstatus negeri.

Dengan berjalannya waktu SD Negeri 03 Jaten berkembang menjadi salah satu Sekolah Dasar Negeri favorit di Karanganyar. Pada tahun 2009 SD Negeri 03 Jaten melakukan sebuah Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Dengan adanya RSBI SD Negeri 03 Jaten menjadi Sekolah Dasar yang paling dituju oleh masayarakat. Sejak awal berdirinya SD Negeri 03 Jaten telah beberapa kali mengalami pergantian kepemimpinan, yakni antara lain:

1. H. Soepadmi Umar S 2. Dra. Hj. Sri Hartinah 3. Hj. Purwanti, B.A. 4. Drs. Agus Saptomo


(44)

commit to user

5. Hj. Endang Widowati, S.Pd.

2. Visi dan Misi SDN 03 Jaten Visi

“Terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas, berwawasan perspektif global dan menjadi insan yang cerdas, berprestasi, dan bermartabat”.

Misi

1) Menjadi sarana pengembangan bakat dan minat bagi siswa.

2) Membentuk siswa menjadi manusia cerdas yang dapat berkompetensi di dunia pendidikan.

3) Memberikan bekal untuk dapat survive dan menghadapi tantangan hidup. 4) Mewujudkan pendidikan yang mampu menghasilkan insan yang bermoral.

Tujuan

1) Memberi fasilitas bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan khusus.

2) Mengembangkan potensi bakat dan minat siswa untuk lebih maksimal. 3) Untuk mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dimasyarakat dan mampu

menjawab tantangan perubahan zaman yang sangat cepat di era globalisasi.


(45)

commit to user

3. Kegiatan Ekstrakurikuler SD Negeri 03 Jaten

a. Drumband

b. Tari

c. Taewondo

d. Rebana

e. Seni Rupa

f. Pramuka

g. Musik dan Vokal

h. Mading

i. Kelompok Ilmiah

4. Keadaan Sekolah dan Lingkungan Belajar Mengajar SD Negeri 03 Jaten beralamat di :

Jalan : Jl. Raya Solo-Tawangmangu km 09 Telepon : (0271) 821234

Desa : Jaten Kecamatan: Jaten

Kabupaten : Karanganyar Kode Pos : 57771 Provinsi : Jawa Tengah

Berdasarkan letaknya yang berada di tepi jalan raya, maka lokasi SD Negeri 03 Jaten mudah dijangkau oleh kendaraan umum dan mempunyai letak


(46)

commit to user

yang strategis. Dengan demikian akan mendukung kelancaran proses belajar mengajar.

B. Kegiatan Praktik Kerja

1. Kegiatan Observasi

Kelas yang di observasi adalah kelas I B. Kelas I B mempunyai ruangan yang cukup luas, ditempati oleh siswa-siswi sebanyak 30 orang dengan perincian 13 putra dan 17 putri. Kelas I B yang digunakan untuk praktik mengajar oleh praktikan menggunakan metode Total Physical Response (TPR) dalam mengajar bahasa Mandarin di kelas I B SD Negeri 03 Jaten.

Daftar Nama Siswa Kelas 1 B SDN 3 Jaten Tahun Pelajaran 2010/2011

TABEL 3.1 Daftar Siswa 1 B SDN 03 Jaten No No

Induk

Nama Siswa Jenis

Kelamin

1 4018 ADIMAS PUTRA PAMUNGKAS Laki-laki

2 4019 ADINDA RISKY DEWI Perempuan

3 4020 AHNAF TSAQIF FADHILAH Laki-laki

4 4021 ALIFA'AN PUTRA KISTRI FIRDAUSA RAMADANI

Laki-laki

5 4022 ALYA YOFINTA Perempuan

6 4023 ANNORA ORLEN INDA NATHANIELA Perempuan

7 4024 APRISIAN SETYO AJI Laki-laki

8 4025 ATHA RILIES ADINE ARIFSANO Laki-laki

9 4026 BERLIANA AYU SANCANA Perempuan

10 4027 BINTANG ARDI NUR NUGRAHA Laki-laki

11 4028 DAIVA BILLIE SUSANTO Laki-laki

12 4029 DEDRA LANJAR RIFATH DWIWANDA Laki-laki

13 4030 FAHREZA MUHAMMAD DESNATA Laki-laki


(47)

commit to user

15 4032 GHALUH LINTANG KEDHATON ARDHOLESTA Perempuan

16 4033 GARDASUARA MISTORTOIFY Laki-laki

17 4034 GILANG PERMATASARI Perempuan

18 4035 IRBAH RAKHA CITRATSANI Perempuan

19 4036 KARTIKA SEPTIA ASMARA Perempuan

20 4037 KHAERUNIAH HIKMAH TAULANI Perempuan

21 4038 MAHAZANNI NAJWA AL-SYIFA ODE Perempuan

22 4039 NABILLA PUTRI SARI FATIKHAH Perempuan

23 4040 NADYA NURHALIZA Perempuan

24 4041 NAOMI CAHAYA DEWI Perempuan

25 4042 RELODYA SINARGALIH GHIFARI Perempuan

26 4043 RIZKY AKNAN DWI NANDA Laki-laki

27 4044 RIZKY VERA OKTARINA Perempuan

28 4045 WHENA SEPTYA MULYA Laki-laki

29 4046 ZARENA ISDIHAR NURTARISA Perempuan

30 4076 ADITYA PRASETYO Laki-laki

2. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan, pengurutan, dan penyajian materi kurikulum yang telah dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan setempat.

Dalam kegiatan belajar mengajar bahasa Mandarin di SDN 03 Jaten, guru praktikan mempersiapkan materi ajar sendiri. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat 4 kali sesuai dengan materi ajar, dengan perinciannya sebagai berikut:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP

Sekolah : SDN 03 Jaten


(48)

commit to user

Judul : Pekerjaan / 工作

(

gōngzuò)

Kelas/ semester : 1 B/ 2 Alokasi waktu : 1x 35 menit Pertemuan ke : 1 dan 2

1. Standar kompetensi:

Siswa mampu mengucapkan kosakata dalam Bahasa Mandarin dengan benar. 2. Kompetensi dasar :

Siswa mampu mengucapkan kata-kata dalam kalimat Bahasa Mandarin dengan pelafalan dan nada yang benar dengan materi pelajaran yang diajarkan oleh guru praktikan.

3. Indikator:

a) Mampu menulis huruf pinyin mengenai profesi. b) Mengenal kosakata bahasa Mandarin tentang profesi.

c) Mampu mengucapkan kosakata dengan pelafalan dan nada yang benar.

4. materi pelajaran: 1. Nada (shēng diào)

Nada baca bahasa Mandarin memiliki 4 nada, yaitu :

a. Nada 1, dengan simbol ( — ) :nada datar, dilafalkan dengan nada dibaca datar


(49)

commit to user

b. Nada 2, dengan simbol ( / ) :nada naik, dilafalkan seperti orang bertanya.

c. Nada 3, dengan simbol ( V ) :nada manja, dilafalkan dengan nada turun

kemudian naik.

d. Nada 4, dengan simbol ( \ ) :nada marah, dilafalkan dengan nada tinggi.

2. Kosakata 生词 (shengci)

PEKERJAAN gōng zuò 工作


(50)

commit to user

1. KEPALA SEKOLAH

Xiào Zhǎng 校长

(Siao Cang)

2. GURU

Lǎo Shī 老师

(Lao Se)

3. SATPAM

Bǎoān Rén Yuán 保安人员

(Pao an Ren Yuen)

4. TUKANG KEBUN

Yuán Dīng 园丁

(Yuen Ting)

5. PETANI

Nóng Mín 农民 (Nong Min)


(51)

commit to user

6. POLISI

Jǐng Chá 警察 (Cing Ca)

7. DOKTER

Dài Fu 大夫 (Tai Fu)

Yī Shēng 医生

(I Seng)

8. PERAWAT

Hù Shi 护士 (Hu Se)

9. PILOT

Fēi Xíng Yuán 飞行员 (Fei Sing Yuen)

10. SOPIR

Sī Jī 司机 (Se Ci)


(52)

commit to user

3. Pertanyaan:

1. a. zhè shì shén me tú huà?(ini gambar apa?)

zhè shì ... (ini adalah ...)

b. nà shì shén me tú huà?(itu gambar apa?)

nà shì ... (itu adalah ...) 5. Metode pembelajaran : Model Pembelajaran Ceramah

6. Media pembelajaran: a) Kertas kerja b) Power point

c) Papan Tulis (white board) 7. Sumber belajar:

Dari Pengajar

8. Pola pembelajaran :

No Kegiatan Belajar Waktu

1. 2.

1. 2.

PENDAHULUAN

Guru mengucapkan salam pada para siswa Guru mengabsen setiap siswa

KEGIATAN INTI

Guru melafalkan setiap kosakata

Guru menjelaskan arti setiap kata dalam bahasa Indonesia

5’


(53)

commit to user 3. 4. 5. 6. 1. 2.

Siswa menirukan setiap kosakata yang dilafalkan oleh guru Guru menunjukkan gambar berbagai macam profesi

Guru memerintahkan setiap siswa menyebutkan setiap kata sesuai gambar Setiap siswa menebak setiap gambar dalam bahasa Mandarin

KEGIATAN AKHIR

Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran Guru mengucapkan salam

5’

9. Penilaian

1) Indikator, Teknik, dan Bentuk Penilaian

Indikator teknik bentuk Contoh instruksi

Mampu menulis huruf pinyin mengenai profesi.

Tes tulis Menulis huruf pinyin

Terjemahkan kata-kata di bawah ini ke dalam bahasa China!

Mengenal kosakata bahasa Mandarin tentang profesi.

Tes tulis Menempelkan gambar

Tempelkanlah gambar pada kata yang tepat! Mampu mengucapkan

kata-kata dengan

pelafalan dan nada yang benar.

Tes lisan Mengucapkan setiap kosakata sesuai dengan gambar yang Sebutkanlah setiap kosakata dalam bahasa Mandarin!


(54)

commit to user

ditentukan guru.

2) Instrumen Penilaian

A. Terjemahkan kata-kata di bawah ini ke dalam bahasa China! 1. Perawat =

2. Kepala Sekolah= 3. Dokter = 4. Sopir = 5. Guru =

B. Tempelkanlah gambar pada kata yang tepat! 1. Bao An Ren Yuan (Pao An Ren Yuen) 2. Jing Cha (Cing Ca)

3. Yuan Ding (Yuen Ting)

4. Fei Xing Yuan (Fei Sing Yuen) 5. Nong Min (Nong Min)

No uraian Skor jumlah

I Pinyin benar

Pinyin kurang tepat Pinyin salah

II Gambar benar


(55)

commit to user

III Pelafalan benar Pelafalan kurang tepat Pelafalan salah


(56)

commit to user

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP

Sekolah : SDN 03 Jaten

Mata pelajaran : Bahasa Mandarin

Judul : Tempat Umum /公共场所(gōng gòng chǎng suǒ)

Kelas/ semester : 1 B/ 2 Alokasi waktu : 1x 35 menit Pertemuan ke : 3 dan 4

1. Standar kompetensi:

Siswa mampu mengucapkan kosakata dalam Bahasa Mandarin dengan benar. 2. Kompetensi dasar :

Siswa mampu mengucapkan kata-kata dalam kalimat Bahasa Mandarin dengan pelafalan dan nada yang benar dengan materi pelajaran yang diajarkan oleh guru praktikan.

3. Indikator:

a) Mengenal kosakata bahasa Mandarin tentang tempat umum. b) Mampu menulis huruf pinyin mengenai tempat umum.

c) Mampu mengucapkan kata-kata dengan pelafalan dan nada yang benar. 4. materi pelajaran:


(57)

commit to user

Tempat Umum Public Places

gōng gòng chǎng suǒ 公共场所 (Kong Kong Cang Suo)


(58)

commit to user

1. Sekolah

School

Xué Xiào (学校) (Sue Siao)

2. Bank

Bank

Yín Háng 银行 (Yin Hang) 3. Kantor Pos

Post Office Yóu Jú 邮局

(You Ji)

4. Pasar

Market

Shì Chǎng 市场

(Se Cang)

5. Mal

Mall / Department Store

Bǎi Huò Gōng Sī 货公司


(59)

commit to user

6. Rumah

House Jiā (Cia)

7. Rumah Sakit

Hospital

Yī Yuàn 医院

(i yuen) 8. Terminal

Bus Stasion

Chē Zhàn 车站

(Ce Can)

9. Bandara

Airport

Fēi Jī Chǎng 飞机场 (Fei Ci Cang)

10.Stasiun

Railway Station

Huǒ Chē Zhàn 火车站 (Huo Ce Can)


(60)

commit to user

Model Pembelajaran Ceramah 6. Media pembelajaran:

a) Kertas kerja b) Power point

c) Papan Tulis ( white board ) 7. Sumber belajar:

Dari Pengajar menyesuaikan dengan materi pelajaran bahasa Inggris. 8. Pola pembelajaran :

No Kegiatan Belajar Waktu

1. 2. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. PENDAHULUAN

Guru mengucapkan salam pada para siswa Guru mengabsen setiap siswa

KEGIATAN INTI

Guru melafalkan setiap kosakata

Guru menjelaskan arti setiap kata dalam bahasa Indonesia Siswa menirukan setiap kosakata yang dilafalkan oleh guru Guru menunjukkan gambar berbagai macam tempat umum

Guru memerintahkan setiap siswa menyebutkan setiap kata sesuai gambar

Setiap siswa menebak setiap gambar dalam bahasa Mandarin KEGIATAN AKHIR

Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran Guru mengucapkan salam

5’

25’


(61)

commit to user

1) Indikator, Teknik, dan Bentuk Penilaian

Indikator teknik bentuk Contoh instruksi

Mampu menulis huruf pinyin mengenai profesi.

Tes tulis Menghubungkan kata

Artikanlah kata-kata di sebelah kiri kemudian hubungkanlah ke kata-kata yang ada di sebelah kanan dengan tepat!

Mengenal kosakata bahasa Mandarin tentang profesi.

Tes tulis Menulis huruf pinyin dan bahasa Indonesia

Gambar apakah ini? Tulislah dalam bahasa Indonesia dan bahasa China!

Mampu mengucapkan kosakata dengan

pelafalan dan nada yang benar.

Tes lisan Mengucapkan setiap kosakata sesuai dengan gambar yang ditentukan guru.

Sebutkanlah setiap kosakata dalam bahasa Mandarin!

2) Instrumen Penilaian

A. Artikanlah kata-kata di sebelah kiri kemudian hubungkanlah ke kata-kata yang ada di sebelah kanan dengan tepat!

a. Huǒ Chē Zhàn b. Yín Háng c. Jiā

d. Xué Xiào

e. Bǎi Huò Gōng Sī

1. Sekolah 2. Stasiun 3. Mal 4. Bank 5. Rumah


(62)

commit to user

1.

zhè shì shén me tú huà? =

= 2.

zhè shì shén me tú huà? =

= 3.

zhè shì shén me tú huà? =

=

4.

zhè shì shén me tú huà? =

=

5.

zhè shì shén me tú huà? =


(63)

commit to user

No uraian Skor jumlah

I Arti benar

Arti salah

II Arti dan pinyin benar Arti dan pinyin kurang tepat Arti dan pinyin salah

III Pelafalan benar Pelafalan kurang tepat Pelafalan salah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP

Sekolah : SDN 03 Jaten

Mata pelajaran : Bahasa Mandarin

Judul : Pekerjaan /

教学设备

(jiào xué shè bèi)

Kelas/ semester : 1 B/ 2

Alokasi waktu : 1x 35 menit Pertemuan ke : 5 dan 6

1. Standar kompetensi:


(64)

commit to user

2. Kompetensi dasar :

Siswa mampu mengucapkan kata-kata dalam kalimat Bahasa Mandarin dengan pelafalan dan nada yang benar dengan materi pelajaran yang diajarkan oleh guru praktikan.

3. Indikator:

a) Mampu menulis huruf pinyin mengenai alat-alat sekolah. b) Mengenal kosakata bahasa Mandarin tentang alat-alat sekolah.

c) Mampu mengucapkan kosakata dengan pelafalan dan nada yang benar. 4. materi pelajaran:

1. Kosakata 生词 (shengci)

ALAT – ALAT SEKOLAH

jiào xué shè bèi

教学设备

(ciao sue se pei)

1. Buku

shū (shu)

2. Buku pelajaran

课本

kè běn (ke pen)

3. Pensil

铅笔

qiān bǐ (cien pi) 4. Bolpoin


(65)

commit to user

yuán zhū (yuen cu pi)

5. Penggaris

尺子

chĕ zi (ce ce)

6. Penghapus

橡皮

xiàng pí (xiang pi)

7. Tas Sekolah

书包

shū bāo (shu pao) 8. Meja

桌子

zhuō zi (chuo ce)

9. Kursi

椅子 yī zi (yi ce) 10.Papan Tulis

bǎi bān (pai pan)


(66)

commit to user

电脑 diàn nǎo (tien nao) 5. Metode pembelajaran :

Model Pembelajaran TPR (Total Physical Response) 6. Media pembelajaran:

a) Kertas kerja b) Power point

c) Papan Tulis ( white board ) 7. Sumber belajar:

Dari Pengajar

8. Pola pembelajaran :

No Kegiatan Belajar Waktu

1. 2.

1. 2. 3. 4. 5. 6.

PENDAHULUAN

Guru mengucapkan salam pada para siswa Guru mengabsen setiap siswa

KEGIATAN INTI

Guru melafalkan setiap kosakata

Guru menjelaskan arti setiap kata dalam bahasa Indonesia Siswa menirukan setiap kosakata yang dilafalkan oleh guru Guru menunjukkan gambar berbagai macam profesi

Guru memerintahkan setiap siswa menyebutkan setiap kata sesuai gambar Setiap siswa menebak setiap gambar dalam bahasa Mandarin

KEGIATAN AKHIR

5’


(67)

commit to user

1. 2.

Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran Guru mengucapkan salam

5’

9. Penilaian

1) Indikator, Teknik, dan Bentuk Penilaian

Indikator teknik bentuk Contoh instruksi

Mampu menulis huruf pinyin mengenai alat-alat sekolah.

Tes tulis Menulis huruf pinyin

Terjemahkan kata-kata di bawah ini ke dalam bahasa China!

Mengenal kosakata bahasa Mandarin

tentang alat-alat sekolah.

Tes tulis Menulis huruf pinyin dan bahasa Indonesia

Gambar apakah ini? Tulislah dalam bahasa Indonesia dan bahasa China!

Mampu mengucapkan kosakata dengan

pelafalan dan nada yang benar.

Tes lisan Menyebutkan benda yang dimaksud guru dalam bahasa Mandarin

Sebutkan benda-benda tersebut dalam bahasa Mandarin!

2) Instrumen Penilaian

A. Terjemahkan kata-kata di bawah ini ke dalam bahasa China! 1. Papan Tulis =

2. Buku = 3. Bolpoin =


(68)

commit to user

4. Tas Sekolah = 5. Komputer =

B. Gambar apakah ini? Tulislah dalam bahasa Indonesia dan bahasa China! 1.

= =

2.

= =

3.

= =

4.

= =

5.

= =


(69)

commit to user

No uraian Skor jumlah

I Pinyin benar

Pinyin kurang tepat Pinyin salah

II Arti dan pinyin benar Arti dan pinyin kurang tepat Arti dan pinyin salah

III Pelafalan benar Pelafalan kurang tepat Pelafalan salah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP

Sekolah : SDN 03 Jaten

Mata pelajaran : Warna-warna/

(yánsè)

Kelas/ semester : 1 B/ 2

Alokasi waktu : 1x 35 menit Pertemuan ke : 7 dan 8

1. Standar kompetensi:

Siswa mampu mengucapkan kosakata dalam Bahasa Mandarin dengan benar. 2. Kompetensi dasar :


(70)

commit to user

Siswa mampu mengucapkan kata-kata dalam kalimat Bahasa Mandarin dengan pelafalan dan nada yang benar dengan materi pelajaran yang diajarkan oleh guru praktikan.

3. Indikator:

a) Mampu menulis huruf pinyin mengenai berbagai macam warna. b) Mengenal kosakata bahasa Mandarin tentang berbagai macam warna. c) Mampu mengucapkan kosakata dengan pelafalan dan nada yang benar. 4. materi pelajaran:

1. Kosakata 生词 (shengci)

WARNA-WARNA 颜色

yánsè (yen se) 1. merah

red 红色 hóng sè (hong se) 2. hijau

green 绿色 lǜ sè (lu se)

3. kuning

yellow 黄色 huáng sè (huang se) 4. biru

blue 蓝色


(71)

commit to user

lán sè (lan se)


(72)

commit to user

5. putih

white bái sè (pai se) 6. hitam

black 黑色 hēi sè (hei se) 7. jingga

orange 橙色 chéng sè (ceng se)

8. ungu

purple 紫色 zǐ sè (ce se)


(73)

commit to user

Model Pembelajaran TPR (Total Physical Response) 6. Media pembelajaran:

a) Kertas kerja b) Power point

c) Papan Tulis ( white board ) 7. Sumber belajar:

Dari Pengajar

8. Pola pembelajaran :

No Kegiatan Belajar Waktu

1. 2. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. PENDAHULUAN

Guru mengucapkan salam pada para siswa Guru mengabsen setiap siswa

KEGIATAN INTI

Guru melafalkan setiap kosakata

Guru menjelaskan arti setiap kata dalam bahasa Indonesia Siswa menirukan setiap kosakata yang dilafalkan oleh guru Guru menunjukkan gambar berbagai macam warna

Guru memerintahkan setiap siswa menyebutkan setiap kata sesuai gambar

Setiap siswa menebak setiap gambar dalam bahasa Mandarin. Guru menyanyikan lagu tentang warna dalam bahasa Mandarin. Siswa menirukan menyanyikan lagu tersebut.

KEGIATAN AKHIR

5’


(74)

commit to user

2. Guru mengucapkan salam

9. Penilaian

1) Indikator, Teknik, dan Bentuk Penilaian

Indikator teknik bentuk Contoh instruksi

Mampu menulis huruf pinyin mengenai berbagai macam warna.

Tes tulis Menghubungkan kata

Artikanlah kata-kata di sebelah kiri kemudian

hubungkanlah ke kata-kata yang ada di sebelah kanan dengan tepat! Mengenal kosakata

bahasa Mandarin

tentang berbagai macam warna.

Tes tulis Menempelkan gambar

Tempelkanlah gambar pada kata yang tepat!

Mampu mengucapkan kosakata dengan

pelafalan dan nada yang benar.

Tes lisan Mengucapkan setiap kosakata sesuai dengan gambar yang ditentukan guru. Sebutkanlah setiap kosakata dalam bahasa Mandarin!


(75)

commit to user

2) Instrumen Penilaian

A. Artikanlah kata-kata di sebelah kiri kemudian hubungkanlah ke kata-kata yang ada di sebelah kanan dengan tepat!

a. Hitam b. Ungu c. Merah d. Putih e. Jingga

6. chéng sè (ceng se) 7. hēi sè (hei se) 8. bái sè (pai se) 9. hóng sè (hong se) 10. zǐ sè (ce se)

B. Tempelkanlah gambar pada kata yang tepat! 1. 绿色

lǜ sè (lu se) 2. 蓝色

lán sè (lan se) 3. 黄色

huáng sè (huang se) 4. 红色

hóng sè (hong se) 5. 黑色


(76)

commit to user

No uraian Skor jumlah

I Arti benar

Arti salah

II Gambar benar

Gambar salah III Pelafalan benar

Pelafalan kurang tepat Pelafalan salah


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

TABEL 3.3 Daftar Nilai Ujian

No Nama Tes 1 Tes 2 Tes 3 Tes 4

1 ADIMAS PUTRA 50 50 75 80

2 ADINDA RISKY 40 50 70 80

3 AHNAF TSAQIF 55 55 80 80

4 ALIFA'AN PUTRA 50 55 80 85

5 ALYA YOFINTA 50 40 70 80

6 ANNORA ORLEN 55 45 85 85

7 APRISIAN SETYO 50 55 70 85

8 ATHA RILIES 50 50 70 80

9 BERLIANA AYU 40 55 75 85

10 BINTANG ARDI 50 40 70 70

11 DAIVA BILLIE 40 50 70 80

12 DEDRA LANJAR 50 60 80 80

13 FAHREZA 50 40 80 70

14 FARAH NUR 55 55 75 85

15 GHALUH 45 55 85 80

16 GARDASUARA 50 50 80 80

17 GILANG 55 45 85 85

18 IRBAH RAKHA 70 70 70 80

19 KARTIKA SEPTIA 55 55 85 85

20 KHAERUNIAH 55 55 85 85

21 MAHAZANNI 50 50 70 80


(2)

commit to user

22 NABILLA PUTRI 45 50 75 85

23 NADYA 45 55 70 80

24 NAOMI CAHAYA 55 60 85 85

25 RELODYA 55 55 85 85

26 RIZKY AKNAN 50 60 70 80

27 RIZKY VERA 55 50 70 85

28 WHENA SEPTYA 45 50 85 80

29 ZARENA ISDIHAR 50 50 80 85

30 ADITYA 55 45 85 85

D. Hambatan-hambatan dalam Proses Belajar Mengajar

Penerapan Kegiatan Belajar Mengajar menggunakan metode Total

Physical Response (TPR) sebenarnya sudah baik dalam meningkatkan penguasaan

kosakata bahasa Mandarin. Namun ada beberapa hambatan-hambatan yang dihadapi siswa yaitu sebagai berikut:

a. Bahasa Mandarin yang terdiri dari hanyu pinyin dan 4 nada yang berbeda membuat para siswa kesulitan untuk melafalkan setiap kata dengan nada yang benar. Para siswa juga kesulitan untuk memahami makna dari setiap kata bahasa Mandarin. Guru praktikan lebih menekankan aspek mendengar dan berbicara. Ada beberapa siswa yang belum bisa berbicara kosakata bahasa Mandarin dengan nada yang benar.


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

b. Tidak adanya buku bahasa Mandarin sebagai acuan mengajar bahasa

Mandarin, sehingga guru praktikan mencari materi ajar sendiri.

c. Alokasi waktu yang terbatas yaitu 35 menit dalam setiap pertemuan. Guru praktikan menjadi kurang maksimal dalam mengajarkan kosakata bahasa Mandarin. Guru mengajarkan materi ajar harus sesuai dengan waktu yang di berikan, sehingga guru kurang bisa mengawasi perkembangan penguasaan kosakata setiap siswa.

d. Dalam penerapan metode TPR, siswa belajar sambil bermain, tetapi hal itu membuat siswa tidak fokus dalam pemahaman materi kosakata. Mereka akan lebih cenderung bermain-main dengan temannya dan tidak memperhatikan yang diajarkan oleh guru praktikan.

e. Siswa selalu ramai dan sulit untuk mengendalikan siswa agar bisa tenang dan memperhatikan yang diajarkan guru.

E. Upaya Penanganan dalam Proses Belajar Mengajar

Ada beberapa upaya penanganan yang dilakukan penulis untuk mengatasi hambatan dalam proses belajar mengajar yaitu:

a. Bahasa Mandarin yang terdiri dari hanyu pinyin dan nada mempersulit siswa dalam pelafalan dan pemahaman makna, maka guru praktikan akan melafalkan kosakata yang sudah diajarkan berulang-ulang dengan nada yang benar. Para siswa akan terbiasa untuk mendengarkan dan dapat melafalkan kosakata tersebut dengan benar.


(4)

commit to user

b. Guru praktikan harus mempersiapkan materi ajar dengan baik, sehingga dapat menarik perhatian siswa untuk belajar bahasa Mandarin. Penyampaian materi ajar dapat melalui microsoft power point, gambar atau realia.

c. Alokasi waktu yang terbatas dapat menghambat pembelajaran kosakata. Hal

itu dapat diatasi dengan cara pengulangan materi setiap pertemuan dan secara terus-menerus, sehingga para siswa dapat cepat memahami dan menghafal materi yang diajarkan.

d. Guru praktikan mengarahkan siswa untuk lebih fokus dalam pemahaman materi kosakata. Guru akan membuat suasana yang menyenangkan dan tidak monoton, sehingga mereka dapat belajar sambil bermain.

e. Jika ada siswa yang ramai dan sulit dikendalikan maka guru praktikan akan


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari penelitian, penulis menyimpulkan bahwa metode Total Physical Response (TPR) dapat digunakan sebagai teknik dalam meningkatkan penguasaan kosakata dan meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran. Hasil akhir menunjukkan adanya kemajuan yang signifikan pada prestasi siswa dalam tes penguasaan kosakata setelah penelitian dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan yang dilakukan penulis dalam mengajar bahasa Mandarin. Kesimpulan-kesimpulan yang dapat di ambil adalah sebagai berikut.

1. Kemampuan pelafalan dalam bahasa Mandarin dapat ditingkatkan. Hal ini bisa dilihat dari evaluasi keterlibatan siswa saat kegiatan belajar mengajar dan proses pengamatan saat melakukan gerakan. Dengan melakukan tahapan pelafalan hanyu pinyin yang berulang -ulang dengan nada yang benar, siswa bisa melatih kemampuan dalam pelafalan yang benar setiap pertemuan.

2. Siswa akan lebih akrab dengan kata-kata bahasa Mandarin. Mereka bisa merespon perintah penulis dengan benar. Dengan belajar kosakata menggunakan TPR, para siswa bisa mengingat kata-kata bahasa Mandarin tanpa ketegangan.

3. Motivasi siswa dalam belajar kosakata dapat ditingkatkan. Dengan belajar kosakata menggunakan TPR, para siswa dapat bermain saat mereka belajar kosakata.


(6)

commit to user

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TPR dapat memenuhi kebutuhan peserta didik muda dalam proses pembelajaran kosakata. Pelaksanaan metode TPR dalam kelas bahasa Mandarin dapat membangun motivasi siswa dalam belajar kosakata. Selain itu, dengan memberikan dan melakukan perintah dapat membantu siswa dalam menghafal kosakata. Oleh karena itu, TPR dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam meningkatkan penguasaan kosakata.

B. Saran

1. Guru bahasa Mandarin

Guru Mandarin harus mempelajari karakteristik setiap siswa agar mengetahui apa yang siswa butuhkan dan masalah tentang perkembangan mereka. Guru harus memilih cara yang paling cocok untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bahasa Mandarin.

2. Praktikan lain

Penelitian ini hanyalah salah satu upaya dalam peningkatan penguasaan kosakata siswa. Ada banyak teknik yang dapat digunakan sebagai objek penelitian. Oleh karena itu, penulis berharap bahwa penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan tambahan untuk penelitian lebih lanjut tentang masalah efektivitas pengajaran kosakata untuk para siswa.