Penerapan pembelajaran matematika realistik untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar geometri siswa kelas IV SD Negeri Kapuhan 2 tahun ajaran 2012/2013.
viii
PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR GEOMETRI
SISWA KELAS IV SD NEGERI KAPUHAN 2 TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh: Sutaryati, A.Ma.Pd
101132049
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan geometri. Sebagai akibat dari adanya peningkatan keaktifan siswa tersebut diharapkan terjadi peningkatan pada prestasi belajar matematika siswa. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Kapuhan 2 yang berjumlah 21 orang, yang terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelititan tindakan kelas ini dilakukan dengan dua siklus yaitu siklus I dan II yang masing –masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Metode pengumpulan data meliputi: observasi, wawancara, dokumentasi, tes, dan angket respon siswa. Adapun indikator keberhasilan penelititan ini adalah siswa telah belajar tuntas minimal mencapai skor 6,5 dan kelas telah belajar tuntas jika terdapat 85% siswa telah belajar tuntas.
Hasil penelititan menunjukkan suatu peningkatan dari satu siklus ke siklus selanjutnya baik dari segi keterlibatan siswa atau keaktifan maupun prestasi belajar siswa. Setelah dianalisis data mengenai penerapan pembelajaran menggunakan pendekatan realistik yang dilakukan guru melalui proses pengamatan terhadap proses pembelajaran ternyata mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus II sehingga keterlibatan aktif dan prestasi belajar siswa meningkat pula. Data keterlibatan aktif siswa pada siklus I menunjukkan persentasi sebesar 73,46%, dan pada silkus II menunjukkan peningkatan menjadi sebesar 86,15%. Data tentang prestasi belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh 7,7 dengan ketuntasan belajar mencapai 100%, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 8,4 dengan ketuntasan belajar mencapai 95%. Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pendekatan realistik dapat meningkatkan keterlibatan aktif siswa yang disertai peningkatan prestasi belajar siswa.
(2)
ix
(3)
PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR GEOMETRI SISWA KELAS IV SD NEGERI KAPUHAN 2 TAHUN AJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Sutaryati, A.Ma.Pd NIM. 101132049
PROGRAM SKGJ PROGRAM STUDI PGSD FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
UNT PENE UK MENIN SISWA KE F ERAPAN PE NGKATKA
ELAS IV SD
Diaju M Progra PROGR FAKULTA UN EMBELAJ AN KEAKTI D NEGERI
ukan untuk M Memperoleh G am Studi Pen
Sutar NIM RAM SKGJ S KEGURU NIVERSITA YO i JARAN MA IFAN DAN KAPUHAN SKRIPSI Memenuhi Sa Gelar Sarjan ndidikan Gur Oleh: ryati, A.Ma M. 10113204 J PROGRA UAN DAN I AS SANATA
GYAKART 2012
ATEMATIK
N PRESTAS
N 2 TAHUN
alah Satu Sy a Pendidikan ru Sekolah D
a.Pd 49
AM STUDI P ILMU PEN A DHARMA TA
KA REALIS
I BELAJAR
N AJARAN 2
yarat n Dasar PGSD DIDIKAN A STIK R GEOMET 2012/2013 TRI
(5)
ii
(6)
iii
(7)
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya : Nama : Sutaryati, A.Ma.Pd NIM : 101132049
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Judul Skripsi :
PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR GEOMETRI SISWA KELAS IV SD NEGERI KAPUHAN 2 TAHUN AJARAN 2012/2013
Menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah digunakan sebagai persyaratan penyelesaian studi di perguruan tinggi lain kecuali pada bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan.
Apabila terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Yogyakarta, 24 November 2012 Yang menyatakan,
Sutaryati, A.Ma.Pd NIM. 101132049
(8)
v
MOTTO
“Alloh tiada membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya…….”
(Al-Baqarah : 286)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)yang lain dan
hanya kepada TuhanMulah hendaknya kamu berharap”
(Q.S. Al-insyiroh: 6-8)
“Apapun yang terjadi kemarin dan yang akan engkau hadapi hari ini,
tersenyumlah dan ucapkan Alhamdulillah, karena hidup bukan perkara sukses atau tidak, tetapi belajar dan bermakna atau tidak”
(Orang Bijak)
(9)
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk:
Suamiku tercinta , terima kasih atas segala doa, kasih sayang, cinta, dorongan, kepercayaan, jerih payah, serta pengorbanan tanpa pamrih
Kubingkiskan karya ini untuk:
Anakku Novika Kurniasari, Winda Dewi Puspasari, dan Sakti Agung Nugroho yang selalu memberikan bantuan, pengertian dan dorongan semangatnya serta tempatku berkeluh kesah.
Almamaterku tercinta mahasiswa program SKGJ PGSD Universitas
Sanata Dharma Tahun 2012 yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu. Sabar adalah kunci keberhasilan dan jangan pernah putus asa!
(10)
vii
(11)
viii
PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR GEOMETRI
SISWA KELAS IV SD NEGERI KAPUHAN 2 TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh: Sutaryati, A.Ma.Pd
101132049
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan geometri. Sebagai akibat dari adanya peningkatan keaktifan siswa tersebut diharapkan terjadi peningkatan pada prestasi belajar matematika siswa. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Kapuhan 2 yang berjumlah 21 orang, yang terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelititan tindakan kelas ini dilakukan dengan dua siklus yaitu siklus I dan II yang masing –masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Metode pengumpulan data meliputi: observasi, wawancara, dokumentasi, tes, dan angket respon siswa. Adapun indikator keberhasilan penelititan ini adalah siswa telah belajar tuntas minimal mencapai skor 6,5 dan kelas telah belajar tuntas jika terdapat 85% siswa telah belajar tuntas.
Hasil penelititan menunjukkan suatu peningkatan dari satu siklus ke siklus selanjutnya baik dari segi keterlibatan siswa atau keaktifan maupun prestasi belajar siswa. Setelah dianalisis data mengenai penerapan pembelajaran menggunakan pendekatan realistik yang dilakukan guru melalui proses pengamatan terhadap proses pembelajaran ternyata mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus II sehingga keterlibatan aktif dan prestasi belajar siswa meningkat pula. Data keterlibatan aktif siswa pada siklus I menunjukkan persentasi sebesar 73,46%, dan pada silkus II menunjukkan peningkatan menjadi sebesar 86,15%. Data tentang prestasi belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh 7,7 dengan ketuntasan belajar mencapai 100%, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 8,4 dengan ketuntasan belajar mencapai 95%. Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pendekatan realistik dapat meningkatkan keterlibatan aktif siswa yang disertai peningkatan prestasi belajar siswa.
(12)
ix
(13)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Penerapan Pendekatan Realistik untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Geometri Siswa Kelas IV SD Negeri Kapuhan 2 Tahun Ajaran 2012/ 2013”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah mengesahkan skripsi ini.
2. RM. G. Ari Nugrahanta, S.J.BST, M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Bapak Drs. Y.B. Adimassana, M.A. selaku menejer Program SKGJ Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu memperlancar penyusunan skripsi.
4. Bapak Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan serta sarannya mulai dari awal sampai selesainya skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah banyak membantu selama kuliah serta dalam penyusunan skripsi.
(14)
xi
6. Ibu Tri Astuti selaku Kepala SD N Kapuhan 2 yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di sekolah.
7. Bapak/ Ibu Guru SD N Kapuhan 2 yang telah membantu kelancaran selama proses penelitian di sekolah.
8. Siswa kelas IV SD N Kapuhan 2 atas kerja samanya yang sangat menyenangkan selama penelitian.
9. Semua pihak yang telah membantu dari awal penyusunan sampai terselesainya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, 24 November 2012
(15)
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 2
C. Rumusan Masalah ... 3
D. Batasan Pengertian ... 3
E. Pemecahan Masalah ... 4
F. Tujuan Penelitian ... 4
G. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II KAJIAN TEORI ... 6
A. Deskripsi Teori ... 6
1. Pembelajaran Matematika Realistik ... 6
1.1.Pengertian Pembelajaran Matematika Realistik ... 6
1.2.Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik ... 7
1.3.Prinsip-prinsip Pembelajaran Matematika Realistik ... 7
1.4. Metode Pembelajaran Matematika Realistik ... 9 1.5. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Matematika Realistik . 9
(16)
xiii
2. Keaktifan Belajar ... 11
3. Prestasi Belajar ... 14
4. Tinjauan Matematika Geometri ... 15
4.1.Pengertian Matematika ... 15
4.2.Geometri dalam Pembelajaran Matematika ... 19
B. Kerangka Berpikir ... 21
C. Hipotesis Tindakan ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
A. Jenis Penelitian ... 22
B. Metode Penelitian.. ... 23
C. Setting Penelitian ... 23
D. Desain Penelitian ... 24
E. Rencana Tindakan ... 25
F. Pengumpulan Data dan Instrumen ... 30
G. Kriteria Keberhasilan ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32
A. Prosedur dan Hasil Penelitian ... 32
1. Prosedur Penelitian ... 32
2. Hasil Penelitian ... 35
a. Siklus I ... 36
1) Pertemuan Pertama ... 36
a) Rencana Tindakan ... 36
b) Pelaksanaan Tindakan ... 37
c) Observasi ... 41
d) Refleksi ... 43
2) Pertemuan Kedua ... 44
a) Rencana Tindakan ... 44
b) Pelaksanaan Tindakan ... 45
c) Observasi ... 48
d) Refleksi ... 49
(17)
xiv
1) Pertemuan Pertama ... 50
a) Rencana Tindakan ... 50
b) Pelaksanaan Tindakan ... 52
c) Observasi ... 54
d) Refleksi ... 55
2) Pertemuan Kedua ... 56
a) Rencana Tindakan ... 56
b) Pelaksanaan Tindakan ... 56
c) Observasi ... 57
d) Refleksi ... 59
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 60
1. Siklus I ... 60
1) Hasil Tes Akhir ... 60
2) Hasil Wawancara ... 61
3) Hasil Angket ... 62
4) Refleksi ... 63
2. Siklus II ... 65
1) Hasil Tes Akhir ... 65
2) Hasil Wawancara ... 66
3) Hasil Angket ... 66
4) Refleksi ... 68
C. Pembahasan ... 69
1. Keterlibatan Aktif Siswa Dalam Pembelajaran Melalui Pendekatan Realistik ... 69
a. Siklus I ... 69
b. Siklus II ... 71
2. Prestasi Belajar Siswa ... 72
a. Siklus I ... 73
b. Siklus II ... 73
D. Keterbatasan Penelitian ... 74
(18)
xv
A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN
(19)
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 BAB IV Hasil Obserasi Keaktifan Siswa 42 dalam Pembelajaran Menggunaka Pembelajaran Realistik pada Pertemuan Pertama Siklus I
Tabel 4.2 BAB IV Hasil Obserasi Keaktifan Siswa 49 dalam Pembelajaran Menggunaka Pembelajaran
Realistik pada Pertemuan Kedua Siklus I
Tabel 4.3 BAB IV Hasil Obserasi Keaktifan Siswa 54 dalam Pembelajaran Menggunaka Pembelajaran
Realistik pada Pertemuan Pertama Siklus II
Tabel 4.4 BAB IV Hasil Obserasi Keaktifan Siswa 58 dalam Pembelajaran Menggunaka Pembelajaran
Realistik pada Pertemuan Kedua Siklus II
Tabel 4.5 BAB IV Analisis Hasil Observasi Keaktifan Siswa 59 dalam Pembelajaran pada Siklus I
Tabel 4.6 BAB IV Skor Tes dalam Pembelajaran Siklus I 61 Tabel 4.7 BAB IV Analisis Data Hasil Respon Siswa 63
Terhadap Pelaksanaan Tindaka Siklus I
Tabel 4.8 BAB IV Perolehan Nilai Siklus II 65 Tabel 4.9 BAB IV Analisis Data Hasil Respon Siswa 67
Terhadap Pelaksanaan Tindaka Siklus II
(20)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengajaran matematika di Sekolah Dasar sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, menurut kurikulum 2006, bertujuan antara lain agar siswa memiliki kemampuan menggunakan penalaran pada pola sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
Mempelajari matematika tidak terlepas dari sejauhmana pendekatan pembelajaran itu digunakan seefektif mungkin. Banyak siswa gagal mempelajari matematika hanya karena adanya kesalahan konsep awal dalam menyampaikan isi materi pembelajaran, maka hal tersebut erat kaitannya dengan upaya seorang guru matematika menggunakan pendekatan atau metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar.
Membelajarkan suatu pelajaran akan bermakna bagi siswa apabila guru akan mengetahui tentang objek yang akan diajarkannya sehingga dapat mengajarkan materi tersebut penuh dinamika dan inovasi dalam proses pembelajarannya (Sri Subarinah, 2006: 1). Demikian halnya dengan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, guru SD perlu memahami bagaimana karakteristik matematika dan perkembangan anak SD.
Pembelajaaran matematika di kelas IV SDN Kapuhan 2 khususnya dalam materi geometri, siswa mengalami kesulitan dalam pemahaman konsep dan sebagai akibatnya siswa menjadi kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
(21)
matematika tersebut. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang diterapkan masih bersifat tradisional dimana guru masih berperan sebagai aktor pembelajaran sementara siswa pasif mendengarkan dan memperhatikan. Kemudian siswa masih beranggapan bahwa pelajaran matematika masih sangat abstrak sehingga mereka sangat sulit memahami konsep khususnya yang berkaitan dengan konsep geometri dan pengukuran. Sehingga cenderung terjadi proses penghafalan konsep atau prosedur, pemahaman konsep matematika rendah dan hasil belajar serta keaktifan siswa juga sangat rendah. Siswa hanya berperan sebagai robot yang harus mengikuti prosedur yang berlaku dan jadilah pembelajaran mekanistik. Akibatnya siswa kurang berminat terhadap pelajaran matematika serta kurang antusias dalam mengiktui pembelajaran matematika karena menganggap bahwa matematika itu sangat jauh dari kehidupan nyata dan sebagai akibatnya keaktifan dan hasil belajar siswa juga menjadi rendah.
Untuk itu diperlukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menerapkan kembali konsep matematika yang telah dimiliki anak pada kehidupan sehari-hari. Salah satu pembelajaran matematikayang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran Matematika Realisik (MR). Pembelajaran MR pertama kali dikembangkan dan dilaksanakan di Belanda dan dipandang sangat berhasil untuk mengembangkan pengertian siswa.
B. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada peningkatan keaktifan dan prestasi belajar geometri siswa kelas IV SD Negeri Kapuhan 2 melalui pembelajaran matematika realistik.
(22)
C. Rumusan masalah
Permasalahan yang diteliti dirumuskan sebagai berikut: “apakah dengan pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar geometri siswa kelas IV SD Negeri Kapuhan 2?”
D. Batasan Pengertian
1. Meningkatkan keaktifan belajar
Keaktifan belajar ditunjukkan dengan partisipasinya. Keaktifan itu dapat ditunjukkan dalam hal seperti mendengarkan, mendiskusikan, membuat sesuatu, menulis laporan dan sebagainya.
2. Meningkatkan prestasi belajar
Prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan suatu kecakapan atau hasil yang telah diperoleh dari proses pembelajaran dan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukkan dengan nlai
3. Pembelajaran matematika realistik
Pendekatan realistik adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran
4. Geometri
Geometri didefinisikan sebagai cabang ilmu matematika yang mempelajari titik, garis, bidang dan benda-benda ruang serta sifat-sifatnya.
(23)
E. Pemecahan Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang masalah dan rumusan masalah, masalah masih rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran geometri akan diatasi dengan pembelajaran melalui pendekatan realistik.
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran geometri siswa kelas IV SD Negeri Kapuhan 2.
G. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis
Penelitian ini ingin meningkatkan kualitas siswa Sekolah Dasar melelui pendekatan realistik pembelajaran matematika melalui penelitian tindakan berbasis kelas, untuk meningkatkan keterlibatan aktif siswa yang kemungkinan berdampak pada meningkatnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
2. Secara Praktis a. Bagi Siswa
1) Memberi pengalaman belajar yang menyenangkan, menarik dan meningkatkan minat serta keaktifan belajar terutama dalam belajar matematika.
2) Merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas siswa sekolah dasar kelas IV dalam memahami konsep matematika.
(24)
b. Bagi Guru
1) Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperbaiki pembelajar matematika, sehingga diharapkan dapat mengembangkan bentuk-bentuk pembelajaran inovatif lainya.
2) Proses belajar mengajar matematika di kelas tidak lagi monoton (konvensional).
3) Kualitas pembelajaran matematika meningkat.
4) Alternatif metode pembelajaran konsep matematika SD.
5) Mengembangkan sistem pembelajaran matemastika dengan pendekatan baru.
(25)
6 BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pembelajaran Matematika Realistik
1.1. Pengertian Pembelajaran Matematika Realistik
Menurut Treffers dalam Sabina Ndiung (2009), pendekatan realistik adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Melalui aktivitas matematisasi horisontal dan vertikal diharapkan siswa dapat menemukan dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika.
Pendekatan realistik menggunakan masalah dunia nyata (real world) sebagai pangkal tolak pembelajaran maka situasi masalah perlu diusahakan benar-benar kontekstual atau sesuai dengan pengalaman siswa, sehingga siswa dapat memecahkan masalah dengan cara-cara informal melalui matematisasi horisontal. Cara-cara informal yang ditunjukkan oleh siswa digunakan sebagai inspirasi pembentukan konsep atau aspek matematikanya ditingkatkan melalui matematisasi vertikal. Melalui proses matematisasi horisontal-vertikal diharapkan siswa dapat memahami atau menemukan konsep-konsep matematika (pengetahuan matematika formal) (Gravemeijer, 1994: 93).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan realistik merupakan titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap proses
(26)
pembelajaran matematika yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran.
1.2.Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik
Pembelajaran matematika memiliki 5 karakteristik menurut Gravemeijer (1994) diantaranya:
1. Penggunaan konteks: proses pembelajaran diawali dengan keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah kontekstual.
2. Instrumen vertikal: konsep atau ide matematika direkonstruksi oleh siswa melalui model-model instrumen vertikal,yang bergerak dari prosedur informal ke bentuk formal.
3. Kontribusi siswa: siswa aktif merekonstruksi sendiri bahan-bahan matematika berdasarkan fasilitas dengan lingkungan belajar yang disediakan guru, secara aktif menyelesaikan soal dengan cara masing-masing.
4. Kegiatan interaktif: kegiatan belajar bersifat interaktif, yang memungkinkan terjadi komunikasi dan negosiasi antar siswa.
5. Keterkaitan topik: pembelajaran suatu bahan matematika terkait dengan berbagai topik matematika secara terintegrasi.
1.3.Prinsip-prinsip Pembelajaran Matematika Realistik
Tiga prinsip utama yang dikemukakan Gravemeijer(1994) dalam pembelajaran matematika realistik yaitu:
(1) Penemuan terbimbing dan matematisasi progresif (gudied reinvention and
progressive mathematizing). Maksudnya adalah dengan bimbingan guru
(27)
membangun dan menemukan kembali tentang konsep-konsep matematika. Prinsip penemuan didapat dari proses penyelesaian informal, yang selanjutnya digunakan terhadap prosedur formal.
(2) Fenomologi didaktis (didactical Phenomology). Siswa dalam mempelajari matematika harus dimulai dari masalah kontekstual yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini siswa mendapatkan gambaran tentang pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik matematika yang dipelajari dengan mempertimbangkan kecocokan konteks dalam pembelajaran. Model dan prosedur diusahakan siswa yang menemukannya bukan diajarkan guru.
(3) Self developed or emergent models. Prinsip yang ketiga ini merupakan
jembatan antara pengetahuan matematika formal dari siswa. Setelah itu siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan model-modelnya sendiri. Aktivitas pemodelan dapat berupa gambar, diagram, tabel, atau meliputi pengembangan simbol-simbol informal. Guru bertindak sebagai fasilitator, sehingga guru dituntut untuk memahami bagaimana cara memberikan bantuan agar proses konstruksi siswa dalam pikirannya dapat terbentuk.guru bertanggung jawab terhadap tugas utnuk membantu siswa, bukan memberi penjelasan kepada siswa. Dalam pembelajaran matematika, guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, sehingga merasa terlibat langsung dalam pelaksanaan pembelajaran.
(28)
1.4.Metode Pembelajaran Matematika Realistik
Menurut Herman Hudojo (1988:122) pembelajaran matematika merupakan suatu kegiatan pembelajaran agar siswa belajar untuk mendapatkan matematika yaitu kemampuan, keterampilan, dan sikap matematika itu. Kemampuan, kterampilan, dan sikap yang dipilih guru harus relevan dengan tujuan belajar dan disesuaikan dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik. Ini dimaksud agar terjadi interaksi guru dan siswa. Yang dimaksud dengan metode pembelajaran matematika yang disusun secara sistematik dan logik dari segi hakekat matematika. Dalam pembelajaran Matematika Realistik metode yang terutama digunakan adalah pemecahan masalah (Problem
Solving), yang diikuti dengan kerja kelompok, diskusi, dan presentase.
1.5.Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Matematika Realistik
Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan realistik mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Gravemeijer (1994: 92), menyatakan bahwa dalam pengajaran dalam pendekatan realistik disamping menawarkan cara untuk mencegah kesalahan siswa juga dapat mempelajari proses solusi menurut pola pikir siswa dalam pembentukan konsep dan relasi matematika dengan mata pelajaran lain.
Menurut Sutarsih (2001: 3) kelebihan pembelajaran matematika realistik antara lain: (1) pembelajaran cukup menyenangkan bagi siswa, siswa lebih aktif dan kreatif dalam mengungkap ide dan pendapatnya, bertanggung jawab dalam menjawab soal dengan memberi alasan-alasan, (2) secara umum siswa dapat memahami materi dengan baik, sebab konsep-konsep yang dipelajari
(29)
dikontruksi oleh siswa sendiri, (3) guru lebih kreatif membuat alat peraga/media yang mudah didapatkan, (4) memberikan pengertian kepada siswa, bahwa penyelesaian soal tidak harus tunggal dan tidak harus semata antara yang satu dengan yang lain, (5) memberi pengertian yang jelas bahwa dalam mempelajari matematika seseorang harus melalui proses untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika dengan bantuan orang lain, (6) memberikan pengertian yang jelas kepada siswa tentang keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari dan manfaatnya bagi manusia, (7) lebih menekankan pada kebermaknaan karena materi yang disajikan dibuat sedemikian rupa sehingga pengetahuan siswa terbentuk berdasarkan skematikanya.
Sedangkan kekurangan pembelajaran matematika realistik menurut Sutarsih (2001: 3) adalah: (1) sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar (40-45 siswa) karena guru kesulitan mengamati dan memberi bantuan kepada siswa yang menemui kesulitan belajar, (2) membutuhkan waktu yang cukup banyak sebab tidak semua siswa dapat menyelesaikan masalah, (3) tidak semua siswa aktif dalam kerja kelompok, (4) kurikulum yang tidak sejalan dengan realistik, (5) sulit dalam pembuatan soal-soal yang kontekstual, dan (6) penilaian lebih rumit (Sutarsih, 2001: 6).
Menurut Suwarsono (2001: 24) mengatakan bahwa: kelebihan pembelajaran matematika realistik antara lain; (1) memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari, (2) matematika merupakan suatu kajian yang dapat dikonstruk dan dikembangkan sendiri oleh siswa, (3) cara penyelesaian
(30)
soal yang tidak harus tunggal, (4) proses pembelajaran merupakan hal yang utama dalam mempelajari matematika, dan menemukan sendiri konsep-konsep siswa dengan bantuan guru, dan (5) dapat memadukan berbagai pendekatan pemecahan masalah, pendekatan konstruktivisual, dan pendekatan pembelajaran yang berdasarkan lingkungan.
Selanjutnya Suwarsono juga mengemukakan beberapa kekurangan dari pembelajaran matematika realistik tidak begitu berbeda dengan yang ditemui Sutarsih yaitu (1) sukar membuat soal yang kontekstual untuk setiap topik, (2) penilaian bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional lebih sulit, dan (3) harus cermat dalam memilih alat peraga yang dapat membantu proses berpikir siswa.
Berdasarkan temuan tentang kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam pembelajaran matematika realistik, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistik akan lebih efektif jika kelasnya kecil yang jumlah siswanya kurang dari 25 orang. Hal tersebut dikatakan efektif karena dengan jumlah yang kecil seorang guru akan mampu secara maksimal membimbing dan memotivasi siswa sehingga penguasaan konsep, prestasi belajar dan keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran matematika meningkat pula.
2. Keaktifan Belajar
Pembelajaran aktif adalah apabila siswa ikut terlibat dalam proses pembelajaran yang lebih dari sekedar mendengarkan; siswa terlibat dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran seperti, membaca, diskusi atau menulis; tidak terlalu
(31)
menekankan pada pemindahan informasi tetapi lebih pada hal pengembangan keterampilan siswa; siswa terlibat dalam pemikiran tingkat tinggi seperti analisis, sintesis, dan evaluasi; siswa menerapkan isi dan hasil belajar dengan melakukan dan penekanan ditujukan pada eksplorasi siswa terhadap sikap dan nilai-nilai mereka sendiri dalam proses pembelajaran. Makin aktif siswa dalam belajar akan membuat makin aktif proses pembelajaran yang berlangsung karena siswa menjadi aktif terlibat di dalamnya. Ciri-ciri belajar aktif ini seperti yang disebutkan oleh Christopher (http://www.uky.edu/UGS/ tle/topic/teaching3.html) pada kutipan yang tersebut di halaman 32.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk dapat mengaktifkan siswa/peserta belajar (Budiningsih, 2003: 46), yaitu dengan :
1. Memberikan pertanyaan-pertanyaan ketika proses pembelajaran berlangsung. 2. Mengerjakan latihan pada setiap akhir suatiu bahasan.
3. Membuat percobaan dan memikirkan jawaban atas hipotesis yang diajukan. 4. Membuat kelompok belajar.
5. Menerapkan pembelajaran kontekstual, kooperatif, dan kolaboratif.
Adapun menurut Mugirah (2002: 18) ada berbagai cara yang dapat digukanan untuk mengaktifkan siswa, yaitu :
1. Menggunakan multi metode, multi media. 2. Memberi tugas secara individu dan kelompok. 3. Memberi kesempatan melaksanakan eksperimen. 4. Mengadakan tanya jawab dan diskusi.
(32)
Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran tidak lepas dari istilah belajar. Belajar adalah sesuatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman kecuali perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses menjadi matangnya seseorang atau perubahan yang intrinsik atau yang bersifat temporer (Mugirah, 2002: 14).
Keaktifan siswa ditunjukkan dengan parisipasinya. Keaktifan itu dapat mengambil bentuk yang beraneka ragam seperti mendengarkan, mendiskusikan, membuat sesuatu, menulis laporan dan sebagainya. Keaktifan-keaktifan yang lebih penting bahkan lebih sulit diamati, ialah menggunakan isi khazanah pengetahuan dan memecahkan masalah baru, menyatakan gagasan dalam bahasa sendiri, dan sebagainya. Partisipasi siswa dibutuhkan dalam menetapkan tujuan dan dalam kegiatan belajar dan mengajar (Hasibuan & Mudjiono, 2006: 7).
Menurut Nana Sudjana (2006: 61), keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: 1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
2. Terlibat dalam pemecahan masalah.
3. Bertanya kepada siswa lain atau guru mengenai hal yang tidak dimengerti. 4. Mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5. Melakukan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru. 6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya. 7. Melatih diri dalam hal memecahkan soal.
8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas.
(33)
Selain itu, guru dapat meningkatkan partisipasi siswa dengan menimbulkan keaktifan belajar pada siswa. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru diantaranya adalah:
1. Menggunakan multimetode atau multimedia.
2. Memberikan tugas secara individual atau kelompok.
3. Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil.
4. Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang jelas.
5. Mengadakan tanya jawab dan diskusi (Dimyati & Mudjiono, 2002: 63).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar ditunjukkan dengan partisipasinya. Keaktifan itu dapat ditunjukkan dalam hal seperti mendengarkan, mendiskusikan, membuat sesuatu, menulis laporan dan sebagainya. Dan dapat dikatakan pula bahwa makin aktif siswa dalam belajar akan membuat makin aktif proses pembelajaran yang berlangsung karena siswa menjadi aktif terlibat di dalamnya.
3. Prestasi Belajar
Tulus Tu’u (2004::75) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yan dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran disekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran atau penilaian.
(34)
Sementara prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dkembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan hal itu, prestasi belajar siswa dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
b. Prestasi belajar tersebut terutama dinilai oleh aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.
c. Prestasi belajar siswa ditunjukkan dan dibuktikan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang telah dilakukan guru terhadap tugas siswa dan ulangan atau ujian yang ditempuhnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa adalah suatu kecakapan atau hasil yang telah diperoleh dari proses pembelajaran dan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukkan dengan nlai. Prestasi adalah segala keberhasilan yang telah diperoleh dalam mengerjakan segala pekerjaan untuk dipertanggungjawabkan. Prestasi ini ditandai adanya nilai tambah dari hasil yang sebelumnya.
4. Tinjauan Matematika Geometri 4.1.Pengertian Matematika
Menurut Hans Freudenthal (Marsigit, 2008: 11) matematika merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas. Dengan
(35)
demikian ketika siswa melakukan kegiatan belajar matematika maka dalam dirinya terjadi proses matematisasi. Terdapat dua macam matematisasi, yaitu: (1) matematisasi horisontal dan (2) matematisasi vertikal. Matematisasi horisontal berproses dari dunia nyata ke dalam simbol-simbol matematika. Proses terjadi pada siswa ketika ia dihadapkan pada problematika yang kehidupan atau situasi nyata. Sedangkan matematisasi vertikal merupakan proses yang terjadi di dalam sistem matematika itu sendiri; misalnya : penemuan strategi menyelesaikan soal, mengkaitkan hubungan antar konsep-konsep matematis atau menerapkan rumus/temuan rumus.
Lebih lanjut (Marsigit, 2008: 10-11) memberikan penjelasan tentang matematika yaitu: makna matematika merentang dari apa yang dipahami oleh Socrates, Plato, Immanuel Kant sampai filsafat kontemporer. Secara prakmatis matematika dapat dipandang sebagai ilmu tentang dunia nyata dimana banyak konsep matematika muncul dari usaha manusia memecahkan persoalan dunia nyata misalnya pengukuran pada geometri, gerak benda pada kalkulus, perkiraan teori kemungkinan dan lain-lain.
Selanjutnya Ernest (Hamzah, 2006: 12) melihat matematika sebagai susatu konstruksivisme sosial yang memenuhi tiga premis sebagai berikut: 1) Dasar dari pengetahuan matematika adalah ilmu bahasa, konvensi dan
aturan, serta bahasa sebagai konstruksi masyarakat (The basic of mathematical knowledge is linbguistic language, conventions and rules, and
(36)
2) Proses hubungan sosial antar personal sangat dibutuhkan dalam perubahan pengetahuan subyek matematika seseorang ke pengetahuan obyek matematika (Interpersonal social processes are required to turn an
individual’s subjective mathematical knowledge, after publication, into
accepted objective mathematical knowledge).
3) Obyektivitas matematika akan dipahami menjadi sosial (objectivity itself wil be understood to be social).
Dengan demikian untuk menjawab pertanyaan “apakah matematika itu?” tidak dapat dengan mudah dijawab dengan satu atau dua kalimat begitu saja, oleh karena itu kita harus berhati-hati. Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika tersebut, dipandang dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing berbeda. Ada yang mengatakan bahwa matematika itu adalah simbol, matematika adalah numerik, matematika adalah bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosional, matematika adalah metode berpikir logis, matematika adalah sarana berpikir, matematika adalah logika pada masa dewasa, matematika adalah ratunya ilmu pengetahuan dan sekaligus menjadi pelayan, matematika adalah sains yang bekerja menarik kesimpulan-kesimpulan yang perlu, matematik adalah sains formal yang murni, matematika sain yang memanipulasi simbol, matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang. Matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk, dan struktur, metematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, matematika adalah aktifitas manusia (Erman Suherman, dkk; 2005: 15)
(37)
Pendidikan matematika adalah usaha sadar untuk menanamkan konsep-konsep dan struktur yang abstrak, hingga diperoleh kemampuan berpikir logis dan sistematis berdasarkan rasio dan pendekatan deduktif, yaitu menggunakan silogisme yang terdiri dari premis mayor, premis minor, dan generalisasi. Pada dasarnya matematika adalah pelayan dan mahkota ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah. Jadi hakikatnya matematika, adalah ilmu yang abstrak, menggunakan konsep, terstruktur, berurutan, logis dan analitis.
Disamping itu matematika pada dasarnya menggunakan pendekatan formal, yaitu pendekatan yang menggunakan pernyataan pangkal yang disebut aksioma. Pernyataan panmgkan atau aksioma adalah suatu pernyataan yang secara intuitif sudah diterima oleh akal manusia, sehingga kebenarannya tidak perlu diragukan atau dibuktikan lagi.
Dari definisi-definisi di atas, kita sedikit punya gambaran tentang matematika itu, dengan menggabungkan pengertian dari definisi-definisi tersebut. Semua definisi itu dapat kita terima, karena memang matematika dapat ditinjau dari segala sudut, dan matematika itu sendiri bisa memasuki seluruh segi kehidupan manusia, dari yang paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks. Dengan kata lain bahwa definisi atau pengertian dari matematika adalah sebanyak orang yang mendefinisikan sesuai dengan latar belakang dan pemahaman tentang matematika itu sendiri.
(38)
4.2.Geometri dalam Pembelajaran Matematika
Geometri berasal dari kata Latin “Geometria” yang berarti pengukuran. Pada jaman dahulu orang Mesir Kuno menggunakan geometri untuk keperluan pengukuran lahan setiap kali setelah sungai Nil mengalami banjir.
Pendefinisian tentang geometri dapat merujuk pada kutipan Moeharti (1986: 12) dalam sistem-sistem geometri, bahwa geometri didefinisikan juga sebagai cabang ilmu matematika yang mempelajari titik, garis, bidang dan benda-benda ruang serta sifat-sifatnya.
Menurut Ruseffendi (1985: 24-25) tujuan diajarkannya geometri adalah sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan cara berpikir logis dan kemampuan membuat generalisasi secara benar.
b. Agar dapat memahami aritmatika, aljabar, kalkulus dan lain-lain dengan baik, geometri digunakan sebagai alat.
c. Untuk belajar lebih lanjut.
d. Untuk mengekalkan (mengawetkan) geometri itu sendiri.
e. Untuk menyeimbangkan pertumbuhan otak sebelah kiri dan otak sebelah kanan. Otak sebelah kiri berkenaan dengan peranan berpikir logis dan analitik, sedangkan otak bagian kanan berperan dalam ruang dan holistik (global).
f. Untuk meningkatkan perkembangan mental siswa
Beberapa pandangan dan pendapat tentang geometri yang disampaikan oleh Djoko Iswadji (2000: 3-4) adalah sebagai berikut:
(39)
a. Karena hakekat geometri yang tidak dapat dilepaskan dari wadahnya yaitu matematika, maka kita harus menerima kenyataan bahwa system kita masih cenderung mengajarkan geometri untuk dipahami, dikuasai, mungkin dihayati, tetapi belum untuk diterapkan pada dunia sekitar kita.
b. Geometri adalah cabang matematika yang mempelajari titik, garis, bidang dan benda-benda ruang serta sifat-sifatnya, ukurannya dan hubungannya satu sama lain.
c. Geometri adalah ilmu pengetahuan yang tidak hanya mementingkan apa jawabannya, tetapi juga bagaimana dan mengapa kita dapat sampai pada jawaban itu.
d. Geometri mengembangkan kemampuan berpikir aksiomatis melalui penyusunan definisi dan pembuktian teorema/dalil dengan kalimat-kalimat yang tepat dan cermat sehingga mudah dipahami dan tidak mendua arti. e. Geometri memberikan kemampuan menguasai kemampuan penguasaan
sifat-sifat ruang, dalam bentuk pemahaman dalil-dalil serta penerapannya dalam pemecahan masalah-masalah nyata (nilai praktis).
f. Geometri mengembangkan sikap dan kemampuan berpikir kritis dan rasional serta keterampilan memecahkan masalah.
g. Geometri jangan dipisahkan dari alam dan lingkungan serta dari cabang pengetahuan lainnya.
h. Geometri dapat menciptakan keindahan, kenyamanan dan suasana rekreatif, serta kemanfaatan yang lain.
(40)
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa geometri diajarkan di Sekolah Dasar agar siswa mempunyai kemampuan kenangan dan dapat menerapkan dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kerangka Berfikir
Untuk meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran matematika dapat dicapai dengan menggunakan pendekatan realistik karena sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa
Pendekatan realistik dapat meningkatkan keaktifan siswa karena dengan pendekatan realistik dapat membuat siswa aktif melalui bantuan alat peraga. Pembelajaran menggunakan pendekatan realistik akan efektif apabila diterapkan pada kelompok atau kelas kecil karena guru dengan mudah membimbing dan memotivasi siswa serta akan lebih mudah dikontrol tingkat perkembangannya.
Dengan memperhatikan skema kegiatan matematika realistik dan langkah-langkah pembelajaran matematika yang juga mengacu pada hal-hal yang kontekstual atau realistik maka dapat diduga pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan realistik dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Kapuhan 2.
C. Hipotesis Tindakan
Maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah penerapan pembelajaran realistik pada mata pelajaran matematika dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran.
(41)
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang akan dicapai maka jenis penelitian yang dianggap tepat adalah jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif, artinya peneliti tidak melakukan penelitian sendiri namun berkolaborasi atau bekerja sama dengan guru kelas IV SDN Kapuhan 2. Penelitian tindakan dapat diartikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Penelitian ini disusun untuk memecahkan suatu masalah, diujicobakan dalam situasi sebenarnya dengan melihat kekurangan dan kelebihan serta melakukan perubahan yang berfungsi untuk peningkatan. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untu mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan sehari-hari di kelas.
Menurut Kurt Lewin (dalam Kunandar, 2008:42) penelitian tindakan kelas adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refeksi.
Dari berbagai penelitian tindakan kelas, dapat disimpulkan menurut Kunandar (2008:44) ada tiga prinsip, yakni: (1) adanya partisipasi dari peneliti dalam suatu program atau kegiatan; (2) adanya tujuan untuk meningkatkan kualitas suatu progam atau kegiatan melalui penelitian tindakan tersebut; dan (3) adanya tindakan untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan.
(42)
Berdasarkan hasil pengamatan di kelas IV SDN Kapuhan 2 menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa khususnya mata pelajaran matematika masih rendah. Oleh karena itu cara yang tepat untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran matematika adalah dengan melakukan penelitian pada kelas tersebut
B. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah dengan metode penelitian kualitatif yang dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat rinduktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. (Sugiyono, 2008: 15).
C. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri Kapuhan 2 yang terletak di Dusun Bulu, Desa Kapuhan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah semua siswa kelas IV SD Negeri Kapuhan 2 yang berjumlah 21 orang.
3. Obyek Penelitian
Obyek Penelitian ini adalah peningkatan keaktifan belajar geometri siswa kelas IV SD Negeri Kapuhan 2 TA 2012/2013 dengan menggunakan pembelajaran realistik.
(43)
4. Waktu Penelitian
Pengambilan data dilakukan antara bulan Februari - Juli tahun pelajaran 2012/2013.
D. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian berdasarkan pada
prinsip Kunandar, (2008:44) yang mencakup kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus.
Penelitian ini menggunakan siklus model spiral yaitu model tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (dalam Suharsimi Arikunto, 2002:84), seperti pada gambar berikut:
Keterangan:
Siklus I: 1. Perencanaan I
2. Tindakan dan Observasi I 3. Refleksi I
Siklus II: 4. Perencanaan II
5. Tindakan dan Observasi II 6. Refleksi II
Gambar 1. Desain Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart
4 5 2
1 0
▼ ◄
▼ ◄
▲ 3
▲ 6
(44)
E. Rencana Tindakan
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan beberapa langkah persiapan. Langkah ini dilakukan agar penelitian dapat berjalan sesuai dengan harapan. Langkah tersebut diantaranya:
1. Persiapan
a. Permintaan ijin kepada Kepala SD Negeri Kapuhan 2
Permintaan ijin disini dimaksudkan agar kegiatan penelitian dapat berjalan dengan lancar oleh persetujuan pihak sekolah dan mendapatkan data yang sesuai. b. Pedoman Wawancara
Merupakan petunjuk yang dilakukan peneliti untuk melakukan wawancara dengan siswa. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa yang akan mengungkap bagaimana pembelajaran geometri dengan menggunakan pendekatan realistik dan hambatan-hambatan yang ditemukan selama pembelajaran berlangsung serta keaktifan siswa terhadap pembelajaran tersebut.
c. Identifikasi masalah
Setelah didapat data dari hasil wawancara maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi dan menentukan tindak lanjutnya.
d. Mengkaji kompetensi dasar dan materi pokoknya
Hal tersebut dilakukan dengan merumuskan isi dan materi dari KD yang bermasalah sehingga diperoleh indikator yang bermasalah.
(45)
Rencana selanjutnya adalah dengan menentukan rencana tindakan penelitian yang akan dilakukan dalam PTK.
f. Menyiapkan sumber bahan pengajaran g. Menyusun Silabus, RPP dan LKS
h. Membuat kisi-kisi dan soal utuk tes atau evaluasi pada siklus I dan siklus II 2. Rencana Tindakan Setiap Siklus
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus yaitu 2 kali pertemuan pada siklus pertama dan 2 kali pertemuan pada siklus kedua. Konsep pokok penelitian tindakan menurut Suharsimi Arikunto dkk (2007:16) terdapat empat tahap rencana tindakan, meliputi: perencanaan
(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Adapun langkah-langkah setiap siklus dijabarkan sebagai berikut: a.Siklus I
1)Perencanaan Tindakan
Sesuai karakteristik pembelajaran dengan pendekatan realistik, maka rencana tindakan yang dilakukan adalah:
a.Guru menyediakan alat peraga yang sesuai dengan konteks dunia nyata, yang sekiranya dapat dibuat oleh siswa dan kemudian siswa mempresentasikannya.
b.Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang dari setiap kelompok
c.Guru membagikan LKS kepada setiap siswa, dan setiap kelompok diberi alat peraga yang telah dipersiapkan guru.
(46)
d.Guru memberi petunjuk secara jelas kepada siswa tentang cara menyelesaikan tugas dalam LKS tersebut.
e.Meminta siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas atau belum dipahami dalam petunjuk LKS.
f. Meminta siswa untuk menemukan sendiri kegiatan yang telah dicontohkan guru sesuai petunjuk dalam LKS, misalnya bagaimana cara menentukan luas jajar genjang yang kemudian dituliskan hasilnya ke dalam LKS.
g.Guru memandu kelompok mengerjakan LKS.
h.Menanyakan kepada siswa mengenai hasil pengamatan sementara dari percobaan atau peragaan yang telah mereka lakukan.
i. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan atau menunjukkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.
j. Guru bersama siswa melakukan diskusi untuk merangkum materi yang telah dipelajari.
k.Melakukan refleksi di akhir pelajaran. l. Melakukan penilaian
m.Memberi post test
n.Menganalisa hasil post test
o.Merefleksi perbaikan proses pembelajaran untuk siklus berikutnya. 2)Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan di kelas didasarkan rencana tindakan yang dituangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
(47)
disusun. Oleh karena itu pelaksanaan tindakan diupayakan dari rencana tindakan.
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir atau penutup serta pelaksanaannya mengikuti alur satuan acara pembelajaran kurikulum KTSP yang sedang berlaku di sekolah dasar sekarang.
3)Observasi
Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung untuk mengamati proses pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun peneliti. Proses tindakan, hasil tindakan, situasi tempat tindakan dan kendala-kendala tindakan semua dicatat dalam kegiatan observasi yang terencana dan fleksibel.
4)Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan mengevaluasi proses dan hasil tindakan yang dilakukan peneliti. Refleksi dalam penelitian tindakan adalah mengkaji apa yang telah dihasilkan atau yang belum tuntas dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi, maka tindakan berikutnya dapat ditemukan.
Adapun yang dijadikan ukuran “berhasil” terhadap tindakan yang dilaksanakan dalam satu siklus penelitian berpedoman kepada beberapa kriteria antara lain (a) proses pembelajaran, dan (b) hasil pembelajaran. Berikut akan diberikan penjelasan dari kedua kriteria tersebut.
(48)
a) Proses pembelajaran, maksudnya dengan melihat dari segi berhasilnya guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, dan berhasilnya siswa mengikuti pembelajaran. Guru dikatakan berhasil melaksanakan pembelajaran dapat dilihat dari kemudahan guru dalam melaksanakan rencana tindakan. Rencana tindakan dianggap mudah dilaksanakan, jika guru selama kegiatan pembelajaran tidak mengalami masalah yang serius yang berhubungan dengan materi, fasilitas, dan prosedur. Disamping itu juga rasa senang dan antusias guru dalam mengajar.
Sedangkan untuk melihat berhasilnya siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat dilihat dari mudah atau tidaknya mereka untuk memahami materi pembelajaran melalui strategi mengajar yang digunakan guru, serta melihat senang atau tidaknya mereka selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
b) Untuk menunjukkan berhasilnya pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar 21 orang siswa kelas IV sebagai subyek. Rencana tindakan dianggap berhasil unutk meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik apabila rata-rata tes akhir siswa tersebut memenuhi kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan Ditjen Dikdasmen, 1994, serta respon yang ditunjukkan siswa setelah kegiatan berlangsung adalah respon positif.
b.Siklus II
Pada siklus II ini, tindakan yang diberikan bertujuan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus pertama. Pada siklus II ini juga melalui tahap: (1)
(49)
perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri Kapuhan 2. Siklus 2, 3, 4, 5 dst dimungkinkan untuk dilaksanakan jika hasil siklus II belum menunjukkan peningkatan keaktifan siswa terhadap pembelajaran geometri melalui Pendekatan Realistik. Siklus dihentikan jika dalam penelitian ini telah diperoleh adanya peningkatan keaktifan siswa terhadap pembelajaran matematika.
F. Pengumpulan Data dan Instrumen 1.Peubah
Dalam penelitian ini, peubahnya adalah keaktifan siswa dalam pembelajaran geometri khususnya tentang menemukan luas bangun datar jajar genjang dan segitiga.
2.Indikator
Menemukan luas bangun datar jajar genjang dan segitiga. 3. Cara pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah tes dan wawancara.
4.Instrumen
Tujuan utama penelitian ini adalah peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika sekolah dasar melalui pendekatan matematika realistik. Berdasarkan keterangan di atas, maka instrumen yang digunakan adalah:
(50)
a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati proses pembelajaran. Pada penelitian ini, digunakan dua macam lembar observasi yaitu lembar observasi sikap siswa yang ditampakkan pada saat pembelajaran berlangsung dan lembar observasi pelaksanaan Pembelajaran Matematika Realistik.
b. Tes
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa baik kemampuan awal, perkembangan atau peningkatan kemampuan selama dikenai tindakan dan kemampuan pada akhir siklus tindakan. Tes diberikan kepada setiap siswa yang berupa soal-soal secara tertulis pada setiap akhir siklus
G. Kriteria Keberhasilan
Berikut ini adalah kriteria keberhasilan yang dicapai.
No Peubah Indikator Kondisi
Awal
Kondisi Akhir
I II
1 Prestasi Belajar Rata-rata nilai siswa dalam mengerjakan sal-soal ulangan tentang luas segitiga dan jajar genjang
62 70 80
Persentase jumlah sisa yang mencapai KKM
(51)
32 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Prosedur dan Hasil Penelitian 1. Prosedur Penelitian
Sebelum melaksanakan tindakan, tepatnya pada hari Sabtu tanggal 16 Juni 2012, peneliti meminta ijin kepada Kepala Sekolah untuk melakukan penelitian dan mewawancarai beberapa siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa diperoleh informasi bahwa pembelajaran matematika yang berlangsung terkesan monoton dan membosankan. Mereka merasa jenuh dan terkadang bahkan sampai tidak paham sama sekali dengan materi yang disampaikan guru karena proses pembelajaran yang kurang menarik, kurangnya variasi guru dalam penggunaan alat peraga dan ditambah lagi dengan materi yang sulit. Oleh karena itu mereka menyatakan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran matematika yang berlangsung di kelas saat itu.
Peneliti mengadakan penelitian materi geometri pada pertengahan bulan Juli 2012. Berikut adalah Indikator/Aspek Pengamatan keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung:
Kegiatan Awal
1. Bersemangat dalam belajar
2. Antusias dalam mengikuti pelajaran
3. Menjawab pertanyaan yang diajukan guru dengan berani dan baik
4. Merespon masalah yang diberikan
5. Menggunakan sarana dan prasaran yang diperlukan
Kegiatan Inti
6. Bekerja dalam kelompok, dan aktif mendiskusikan masalah yang diberikan
(52)
7. Diskusi antar kelompok secara klasikal 8. Mendemonstrasikan alat peraga dengan benar 9. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok 10. Menanggapi hasil diskusi kelompok lain
11. Menanyakan hal (materi) yang masih kurang paham
KegiatanAkhir
12. Mencatat rangkuman pembelajaran 13. Mengerjakan tugas akhir
Adapun beberapa hal yang disesuaikan berkaitan dengan pelaksanaan penelitian ini jadwal belajar matematika yang harusnya pada jam ketiga setelah istirahat menjadi jam pertama. Peneliti meminta untuk pelaksanaan jam pertama agar kondisi siswa benar-benar masih dalam keadaan fresh. Hal ini tidak menjadi masalah bagi kepala sekolah dan siswa karena sebelum menentukan jadwal matematika dan tindakan penelitian sudah diinformasikan kepada siswa bahwa jam matematika diajukan dan untuk pelajaran yang lain dilaksanakan setelah pelajaran matematika selesai.
Kemudian melalui hasil diskusi dengan guru kelas IV, guru sangat antusias mengatakan akan siap melaksanakan tindakan dengan menggunakan pendekatan realistik pada materi geometri. Guru tersebut sangat menanggapi karena selama pembelajaran matematika yang ia terapkan cenderung mengabaikan keaktifan siswa dalam pembelajaran dan kurang memperhatikan dalam optimalisasi pemanfaatan media yang sudah tersedia di sekolah. Dengan hal ini, atas ijin kepala sekolah dan persetujuan guru kelas IV, peneliti menjelaskan tentang prinsip pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik kepada guru matematika dan sekaligus menjelaskan tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan.
(53)
Berdasarkan program yang telah dibuat guru, peneliti diberi kesempatan untuk mengadakan penelitian materi geometri pada pertengahan bulan Juli 2012. Adapun beberapa hal yang disesuaikan berkaitan dengan pelaksanaan penelitian ini jadwal belajar matematika yang harusnya pada jam ketiga setelah istirahat menjadi jam pertama. Peneliti meminta untuk pelaksanaan jam pertama agar kondisi siswa benar-benar masih dalam keadaan fresh. Hal ini tidak menjadi masalah bagi guru dan siswa karena sebelum menentukan jadwal matematika dan tindakan penelitian sudah diinformasikan kepada siswa bahwa jam matematika diajukan dan untuk pelajaran yang lain dilaksanakan setelah pelajaran matematika selesai.
Selanjutnya peneliti bersama guru menyepakati pelaksanaan tindakan dilakukan agar dapat berjalan secara sistematis sehingga guru kelas dapat mempersiapkan segala kelengkapan pembelajaran berdasarkan kriteria pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan realistik yang telah disepakati bersama dengan peneliti. Selain itu peneliti bersama guru juga menyepakati bahwa tindakan pembelajaran dilaksanakan pada hari senin dan hari selasa sesuai dengan jadwal pelajaran matematika yang telah disusun pada program semester oleh pihak sekolah. Pada hari kamis yang merupakan jadwal pelajaran matematika, digunakan oleh guru kelas IV untuk menyelesaikan soal-soal latihan yang lebih banyak lagi sebagi tindak lanjut dalam pembelajaran matematika tersebut. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru yang mengajar kelas IV, yang sebelumnya telah mendapatkan penjelasan terhadap skenario pembelajaran tentang “Penerapan Pendekatan Realistik untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Geometri Siswa Kelas IV SD Negeri Kapuhan 2”.
(54)
Pelaksana tindakan adalah guru kelas IV, karena peneliti sebagai pengamat ingin mengamati siswa sebagai subjek penelitian secara lebih mendalam sejak proses pemberian tindakan sampai tindakan berakhir. Dalam melaksanakan tindakan, peneliti dibantu oleh rekan guru di SDN Kapuhan 2 yang bernama Sukarni, yang bertindak sebagai observer II. Adapun waktu yang disediakan untuk pemberian tindakan dalam satu siklus adalah disesuaikan dengan kompetensi dasar materi yang akan dibahas untuk siklus I dilaksanakan dua kali tindakan atau 4 x 35 menit (2 x pertemuan), dan untuk siklus II dilaksanakn dua kali pertemuan juga atau 4 x 35 menit (2 x pertemuan). Dalam penelitian ini, prosedur penelitian berdasarkan atas prosedur penelitian tindakan kelas, yang meliputi empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
2. Hasil Penelitian
Pada bagian ini dikemukakan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Tahap pelaksanaan tindakan merupakan penerapan rancangan tindakan yang telah disusun berupa desain pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik.
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan dengan tujuan memantau peningkatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika. Pelaksanaan tindakan ini akan dilakukan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dalam penelitian tindakan kelas. Prosedur pelaksanaan tindakan ini dilakukan dalam dua siklus.
(55)
a. Siklus I
Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Selama pembelajaran berlangsung, peneliti dengan dibantu oleh rekan guru mengadakan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Pada tindakan siklus I rencana pembelajaran geometri bangun datar difokuskan pada tujuan pembelajaran agar siswa dapat melakukan peragaan untuk dapat menemukan sifat-sifat dan ciri-ciri bangun datar jajar genjang.
Pembelajaran pada tindakan siklus I direncanakan dilaksanakan 4 x 35 menit (2xpertemuan). Rencana tindakan dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran. Dengan persetujuan guru kelas IV rencana tindakan akan dilakukan melalui pembelajaran realistik. Pembelajaran realistik mengharapakan siswa dapat mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata yang dialami sehari-hari dan dapat meningkatkan keterlibatan siswa secara penuh sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar matematika siswa.
1. Pertemuan Pertama a) Rencana Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah peneliti membuat persiapan untuk melaksanakan pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama. Persiapan yang dibuat adalah berupa pembuatan rencana pembelajaran, dan mempersiapkan instrumen penelitian yang diperlukan antara lain; mempersiapkan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran realistik, wawancara dengan siswa dan guru, RPP matematika melalui pendekatan realistik, LKS, tes hasil belajar siswa yang nantinya akan selalu dipersiapkan guru setiap pelaksanaan
(56)
proses pembelajaran, sesuai dengan materi pelajaran pada tiap pertemuan dalam tiap siklus. Rencana pembelajaran yang disusun mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006.
Sesuai dengan perubahan yang diharapkan, maka indikator keberhasilan tindakan pada siklus ini dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dan peningkatan keefektifan kegiatan guru dan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Kegiatan guru dikatakan efektif jika dalam menyajikan materi pembelajaran memenuhi langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun dalam RPP dan sesuai dengan kriteria dari lembar pengamatan bahwa guru sudah baik dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistik. Sementara untuk kategori keterlibatan siswa dalam pembelajaran yaitu siswa secara aktif dan penuh antusias dalam mengikuti peelajaran yang ditandai oleh siswa dapat melaksakanan kegiatan yang diminta oleh guru serta mampu mempertanggungjawabkannya di depan kelas. Selain itu, diharapkan pula terjadi perubahan pada pemahaman konsep siswa, khususnya konsep tentang geometri.
b) Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 16 Juni 2012 mulai pukul 07.30 – 08.45 WIB. Materi pokok pembelajaran pada pertemuan pertama ini adalah menentukan luas jajar genjang, dengan Indikatornya adalah: (1) menggambar bangun datar jajar genjang (2) menentukan rumus luas jajar genjang (3) menentukan luas daerah jajar genjang.
(57)
Pada pertemuan pertama ini, pada tahap awal kegiatan berlangsung selama 10 menit. Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam yang kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa sebelum belajar, serta guru mengajukan pertanyaan kepada siswa secara klasikal. Dapatkah kamu menyebutkan benda-benda bangun datar yang pernah kamu amati di lingkungan sekitarmu? Dapatkah kamu membedakannya dan menyebutkan satu persatu? Coba siapa yang bisa menjelaskan!. Berdasarkan jawaban dari siswa, guru memberitahukan materi yang akan dipelajari. Selanjutnya guru memotivasi siswa untuk mengetahui pentingnya geometri dalam kehidupan sehari-hari dan hubungannya dengan materi lain. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh guru adalah bersama siswa menyiapkan berbagai bentuk bangun datar dengan media (KIT Matematika dan Media Kontekstual) dan bahan pembelajaran, seperti: karton atau kertas manila, penggaris, spidol, gunting atau cutter dan lain-lain serta menyiapkan lembar kerja siswa untuk dibagikan ke siswa.
Pada kegiatan ini, proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan realistik. Siswa diminta membentuk kelompok, dari 21 siswa dibagikan ke dalam 5 kelompok, yang berarti masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 anak. Guru kemudian menjelaskan dengan menunjukkan serta membagikan berbagai alat/media pembelajaran berbentuk bangun datar jajar genjang. Setiap kelompok mencermati dengan teliti sifat-sifat bangun datar jajar genjang
Selanjutnya, guru meminta siswa untuk bergabung ke kelompoknya dan kemudian guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan diberi tugas seperti yang terdapat pada LKS, yaitu melakukan peragaan, mendiskusikan, dan
(58)
mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar jajar genjang. Berdasarkan LKS, maka siswa melakukan peragaan, lalu siswa diminta untuk mendiskusikan yang kemudian hasilnya ditulis pada lembar yang telah tersedia. Dalam pembagian kelompok ini, ada beberapa masalah yang dihadapi yaitu, pada saat mengangkat kursi dan meja menghabiskan banyak waktu. Untuk itu strategi yang digunakan guru adalah menyuruh siswa mengatur dua meja berdekatan dan mengingatkan siswa untuk hari berikutnya kelas sudah diatur terlebih dahulu dalam 4 kelompok. Hal ini dilakukan agar pembelajaran pada siklus berikutnya berlangsung sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Melalui kegiatan diskusi yang diterapkan oleh guru, siswa dibawa untuk menemukan dan memecahkan masalah yang dihadapi secara bersama-sama. Mereka juga diajarkan untuk saling bertanya jawab antar anggota dalam kelompok untuk saling bernegosiasi untuk menemukan gagasan yang tepat. Tugas yang diberikan oleh guru kepada mereka dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari atau masalah nyata siswa, demi terciptanya proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistik.
Guru mengamati kelompok siswa dan mengarahkan kelompok yang mengalami kesulitan dalam memahami isi/materi pelajaran. Pengamatan pada pertemuan ini terlihat bahwa sudah lumayan yang ikut berpartisipasi dalam kelompoknya namun untuk tugas bertanya masih siswa yang itu-itu saja. Partisipasi yang dilakukan oleh seluruh siswa hanya mengisi LKS untuk menentukan bangun datar jajar genjang yang ada di sekitar. Siswa terlihat sedikit kesulitan untuk mengidentifikasi sifat-sifat pada bangun datar jajar genjang. Dalam kerja kelompok
(59)
ini, sebagian siswa masih terlihat bekerja sendiri. Hal tersebut disebabkan siswa belum terbiasa untuk ikut terlibat dalam pembelajaran berkelompok. Siswa telah terbiasa untuk diam dan menerima pembelajaran sepenuhnya dari guru melalui metode tradisional yang diterapkan.
Kegiatan selanjutnya, siswa secara perwakilan kelompok diminta untuk maju ke depan kelas mempresentasikan hasil pekerjaan LKS. Pada kegiatan ini, terlihat siswa masih ragu-ragu untuk maju ke depan kelas untuk melakukan presentasi. Akhirnya guru menunjuk wakil dari salah satu kelompok untuk maju mempresentasikan hasil kerjanya. Setelah selesai presentasi, kelompok yang lainpun masih terlihat ragu untuk maju mempresentasikan hasil kerjanya. Guru kemudian membuat urutan maju untuk wakil kelompok yang akan mempresentasikan hasil kerja berikutnya. Di sini terlihat bahwa peran guru masih dominan dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa yang mengajukan pertanyaan atau memberikan ide maupun pendapat juga baru sebagian kecil saja yang terlibat. Pada kegiatan pembelajaran ini, walaupun guru telah melakukan pemodelan (memperagakan) penemuan sifat-sifat bangun itu di depan kelas, namun siswa belum berani tampil secara maksimal.
Pada kegiatan penutup, siswa mengumpulkan hasil pekerjaan LKS, guru juga memberikan tugas lanjutan untuk menggambar bangun datar jajar genjang pada buku berpetak untuk kemudian dihitung banyak petak pada gambar jajar genjang tersebut. Mereka harus mampu menemukan sendiri solusi dari permasalahan/tugas tersebut, kemudian guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pelajaran dan menyamakan persepsi terhadap materi yang telah
(60)
dipelajari. Tetapi pada kenyataannya guru dan siswa tidak sempat menyimpulkan secara penuh karena waktunya selesai. Guru kemudian menutup pembelajaran pertemuan pertama pada siklus I.
c) Observasi
Pada bagian observasi ini dibahas mengenai pengumpulan data dan analisis data hasil observasi pada pertemuan pertama dalam siklus I. Observasi dilakukan terhadap guru dan siswa selama proses pembelajaran. Hasil observasi yang dilakukan dapat dilaporkan sebagai berikut:
(1) Penampilan guru dengan menerapkan pendekatan realistik 1. Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal dilaksanakan pada kategori sudah cukup baik, karena guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagian memenuhi prinsip pembelajaran matematika realistik dimana melalui bimbingan guru, siswa diberi kesempatan untuk membangun dan menemukan kembali tentang konsep-konsep matematika melalui pemberian informasi bangun datar apa saja yang mereka temukan dan bentuknya seperti apa. Guru telah melakukan kegiatan apersepsi untuk mengecek kemampuan prasyarat walaupun kurang maksimal, dan siap membentuk siswa belajar dalam kelompok.
2. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada tahap ini juga masih dalam kategori cukup, karena selama proses pembelajaran guru masih lebih sering meminta atau menyuruh siswa melakukan sesuatu dan guru lebih banyak berbicara
(61)
sementara siswa diam saja. Contohnya, pada saat pelaksanaan kegiatan diskusi kelompok guru banyak meberikan ceramah sehingga siswa merasa terganggu untuk menyelesaikan LKS yang telah dibagikan. Selama proses juga guru masih terlihat kurang memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang mencerminkan kegiatan pembelajaran yang interaktif. Kemudian, dalam pengelolaan waktu pembelajaran kurang karena waktu tersita oleh penjelasan tambahan dari guru. Padahal, menurut prinsip matematika realistik fungsi guru hanyalah sebagai fasilitator, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan model-modelnya sendiri sehingga guru dituntut untuk dapat memberikan bantuan proses konstruksi siswa dalam pikirannya.
3. Penutup
Pada bagian penutup belum sempat merangkum materi yang dipelajari secara keseluruhan karena terbatasnya waktu. Sehingga pada akhir kegiatan pembelajaran guru hanya memberikan tugas lanjutan dan sedikit kesimpulan dan meminta mengumpulkan hasil pekerjaan siswa .
Berikut ini dipaparkan hasil observasi yang dilakukan oleh dua observer terhadap keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
Tabel 4.1
Hasil Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Menggunakan Pendekatan Realistik Pada Pertemuan Pertama Siklus I
No Skor
Observer I Observer II
1. 3 3
3 3
3 4
3 4
3 3
2. 4 3
4 4
4 3
(62)
3 3
4 3
3. 4 4
4 4
Jumlah 46 45
Persentasi (%) 70,77 69,23
Berdasarkan data observasi yang dilakukan oleh observer I terhadap keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran pada tabel Diperoleh jumlah skor 46. Dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah 70,77. Observasi yang dilakukan observer II jumlah skor yang diperoleh 45 dengan persentase 69,23. Persentase nilai rata-rata adalah 70. berarti taraf keberhasilan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran berdasarkan observasi oleh observer I dan II termasuk kategori cukup.
d) Refleksi
Ada beberapa permasalahan yang dirasa menghambat pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistik, yaitu: (1) guru belum mampu secara maksimal untuk mengatur waktu, dan dalam pembagian kelompok mengangkat kursi dan meja membutuhkan waktu lebih, (2) guru masih terlihat dominan dalam menyampaikan informasi, (3) guru kurang merata dalam melakukan bimbingan terhadap siswa, (4) guru kurang memberikan motivasi terhadap siswa untuk aktif bertanya dan menyampaikan pendapat, (5) guru masih kesulitan dalam melakukan penilaian.
Hambatan yang dialamui siswa, antara lain: (1) siswa belum terbiasa dengan penerapan pendekatan realistik dalam pembelajaran, (2) siswa kurang terbiasa bekerja secara berkelompok, (3) siswa masih belum termotivasi untuk
(63)
melakukan presentasi, (4) siswa masih canggung dalam memperagakan alat peraga, (5) siswa kurang efektif dalam memaksimalkan waktu.
Untuk mengatasi masalah ini, guru harus aktif dalam mendorong dan memotivasi siswa untuk bertanya maupun mengemukakan gagasannya dengan cara memberikan pujian atau pemberian nilai tersendiri bagi yang mampu bertanya. Guru juga harus cepat tanggap terhadap permasalahan yang dialami siswa. Bila ada siswa yang bertanya terhadap materi yang masih kurang dipahami maka guru berkewajiban menerangkannya secara mendetail sampai siswa tersebut benar-benar paham.
2. Pertemuan Kedua a) Rencana Tindakan
Rencana tindakan dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan pada pertemuan pertama. Sesuai dengan perubahan yang diharapkan, maka indikator keberhasilan tindakan pada pertemuan pertama dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dan peningkatan atas hambatan yang ditemukan pada pertemuan pertama, guru juga diharapkan sudah mampu secara maksimal untuk mengatur waktu. Selain itu guru diminta agar mampu membimbing siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan dan membiarkan siswa menemukan sendiri konsep-konsep matematika. Guru sudah dapat memotivasi siswa agar aktif bertanya maupun mengemukakan pendapat.
Pelaksanaan pertemuan kedua bertujuan untuk menentuan sifat-sifat bangun datar segitiga dan menemukan luasnya. Pelaksanaan pertemuan kedua pada hari Selasa tanggal 17 Juli 2012, pukul 07.05-08.15 WIB. Pelajaran diawali guru
(64)
dengan memeriksa hasil pekerjaan/tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan memberitahukan bahwa topik yang akan dikaji merupakan lanjutan dari pertemuan pertama yang mana siswa akan mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang kubus, balok, limas, dan silinder melalui peragaan.
Kegiatan ini seperti yang telah dilakukan sebelumnya yaitu dengan melakukan peragaan untuk dapat dengan mudah memahami dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menentukan sifat-sifat bangun datar segitiga, menemukan luas segitiga dan kaitannya dengan masalah nyata yang dihadapi siswa sehari-hari. Siswa juga diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan penerapan pendekatan realistik dalam proses pembelajaran. Dalam melakukan kerja kelompok, sebagian besar siswa diharapakn dapat saling bekerja sama dan dapat mengemukakan pendapat atau juga pertanyaan dengan berani serta mampu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas tanpa paksaan atau perintah dari guru.
Persiapan yang dilakukan pada pertemuan 2 siklus I ini antara lain: mempersiapkan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran realistik, lembar observasi terhadap partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, kriteria masing-masing lembar observasi, rencana program pembelajaran matematika melalui pendekatan realistik, LKS, dan tes hasil belajar siswa.
b) Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 17 Juli 2012. Materi pokok pembelajaran pada pertemuan pertama ini adalah menentukan
(65)
sifat-sifat dan luas segitiga, dengan Indikatornya adalah: (1) menggambar bangun datar segitiga (2) menentukan rumus luas segitiga (3) menentukan luas daerah segitiga.
Pada pertemuan kedua, kegiatan awal yang dilakukan oleh guru adalah bersama-sama membahas tugas yang telah diberikan sebelumnya. Selanjutnya siswa bersama guru menyiapkan media atau bahan pembelajaran untuk melaksanakan kegiatan menemukan atau mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang melalui peragaan sederhana. Media yang dibutuhkan antara lain; kertas karton atau kertas manila, bangun segitiga. Disamping itu guru juga memeriksa kesiapan siswa dalam memulai pembelajaran.
Pada kegiatan awal pembelajaran guru menanyakan beberapa bentuk bangun ruang yang mereka ketahui. Setelah siswa dapat mengklasifikasikannya kemudian guru menyampaikan bahwa yang dibahas pada pertemuan kali ini hanyalah bangun datar segitiga.
Pada kegiatan inti, proses pembelajaran dilaksanakan masih menggunakan pendekatan realistik. Guru menugaskan siswa duduk dalam kelompoknya dan membagikan LKS kepada masing-masing kelompok. LKS tersebut dibagikan bertujuan bahwa untuk mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar segitiga.. Selanjutnya guru membagikan media pembelajaran yang telah disiapkan ke masing-masing kelompok. Dibawah bimbingan guru siswa melakukan peragaan sesuai dengan panduan pada LKS.
Berdasarkan LKS yang telah dibagikan siswa diminta untuk melakukan kegiatan dan menemukan sifat-sifat segitiga. Siswa melaksanakan kegiatan dalam
(1)
(untuk Siswa setelah tindakan Siklus II)
1. Apakah kamu senang mengikuti pelajaran matematika dengan penerapan pendekatan realistik?alasannya?
2. Apakah metode pembelajaran realistik dapat membantu dalam memahami pelajaran Matematika?
3. Menurutmu manfaat apa yang diperoleh dengan memanfaatkan pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika?
4. Dengan PMR sebagai tindakan pada siklus II itu, apakah kamu merasa lebih aktif dalam pembelajaran?
5. Menurutmu apakah kamu selalu paham dengan apa yang diminta oleh guru kalau diberi soal atau pertanyaan dari guru?
6. Apakah kamu tadi mengikuti keseluruhan proses pembelajaran aiklus II dengan baik?
7. Apakah kamu merasa kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik atau malah sebaliknya? alasannya?
8. Apakah dalam pembelajaran tadi kamu mencatat materi yang disampaikan guru? 9. Apakah kamu mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru dengan baik?
10.Apakah kamu ikut berperan aktif di dalam kelompok belajar dalam menyelesaikan tugas dari guru? Sebutkan apa saja yang kamu lakukan!
11.Kalau diminta menjelaskan atau presentasi apakah kamu selalu bersedia?
12.Menurutmu apa yang menjadi kendala dalam pembelajaran matematika realistik?
(2)
Hasil Wawancara Terhadap Siswa Tentang Pembelajaran Matematika Setelah Dilakukan Tindakan Siklus II
Wawancara dengan salah seorang siswa kelas IV yang bernama Binti Hidayatus Solikhah.
Peneliti : Untuk kali ini saya mewancarai siswi yang bernama Binti, sebagai kesimpulan sementara tentang bagaimana pendapat siswa terhadap pembelajaran matematika yang telah dilakukan. Nanti tolong dijawab pertanyaannya ya Binti ya!
Siswa : Iya Bu
Peneliti : Untuk pertanyaan pertama apakah kamu senang mengikuti pelajaran Matematika dengan penerapan pendekatan realistik?alasannya?
Siswa : Sangat senang, karena belajarnya sangat menyenangkan sekali. Peneliti : Apakah metode pembelajaran realistik dapat membantu dalam
memahami pelajaran Matematika?
Siswa : Iya, cukup membantu memahami materi, apalagi kalau disertai praktik dan menggunakan alat peraga.
Peneliti : Menurutmu manfaat apa yang diperoleh dengan memanfaatkan pendekatan realistik dalam pembelajaran Matematika?
Siswa : Dapat mengerti manfaat matematika, bisa membantu dalam memahami materi, belajar mandiri, dan membuat hasil karya yang menarik dan indah.
(3)
Peneliti : Dengan PMR sebagai tindakan pada siklus II itu, apakah kamu merasa lebih aktif dalam pembelajaran?
Siswa : Iya, saya merasa sangat aktif
Peneliti : Menurutmu apakah kamu selalu paham dengan apa yang diminta oleh guru kalau diberi soal atau pertanyaan dari guru? Siswa : Kadang-kadang paham, kalau materinya mudah dan
penjelasannya baik.
Peneliti : Apakah kamu tadi mengikuti keseluruhan proses pembelajaran aiklus II dengan baik?
Siswa : Iya tentunya.
Peneliti : Apakah kamu merasa kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik atau malah sebaliknya? alasannya?
Siswa : Malah sangat mudah karena pembelajarannya menarik dan sangat menyenangkan.
Peneliti : Apakah dalam pembelajaran tadi kamu mencatat materi yang disampaikan guru?
Siswa : Iya, saya catat semuanya.
Peneliti : Apakah kamu mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru dengan baik?
(4)
Peneliti : Apakah kamu ikut berperan aktif di dalam kelompok belajar dalam menyelesaikan tugas dari guru? Sebutkan apa saja yang kamu lakukan!
Siswa : Iya, saya mengambil alat dan bahan serta LKS, mencatat materi pelajaran, mencatat hasil pekerjaan dan melaporkan ke depan kelas.
Peneliti : Kalau diminta menjelaskan atau presentasi apakah kamu selalu bersedia?
Siswa : Tentu saja saya sangat ingin maju terus.
Peneliti : Menurutmu apa yang menjadi kendala dalam pembelajaran matematika realistik?
Siswa : Kadang-kadang saya kesulitan melakukan percobaan kalau waktunya dibatasi.
Peneliti : Terima kasih ya atas jawabannya. Siswa : Sama-sama.
(5)
(6)