Efekivitas penerapan model pembelajaran multi level learning ditinjau dari keterlaksanaan model pembelajaran, motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Ngaglik pada pokok bahasan persamaan lingkaran

(1)

i

LEARNING DITINJAU DARI KETERLAKSANAAN MODEL

PEMBELAJARAN, MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 NGAGLIK PADA POKOK BAHASAN

PERSAMAAN LINGKARAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : Nella Rusliman NIM : 121414086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv

Don't bother just to be better than your contemporaries or

predecessors. Try to be better than yourself

(

William Faulkner)

Sometimes there are no words. No clever quotes to

neatly sum up what's happened that day... sometimes the

day... just... END

(Aaron Hotchner

Criminal Minds)

Tulisan ini ku persembahkan untuk: Allah SWT

Orang Tuaku dan Adikku tersayang Sahabat Lima Dara dan Maria Gracia Deivi

Teman-teman satu prodi dan prodi lain Dan almamaterku Universitas Sanata Dharma


(5)

v

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari tulisan orang lain dan tidak melakuakan plagiat, kecuali yang telah dicantumkan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 6 Juni 2017 Penulis,


(6)

vi

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Nella Rusliman

NIM : 121414086

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada pihak Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MULTI LEVEL LEARNING DITINJAU DARI KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN, MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 NGAGLIK PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINGKARAN

Dengan demikian saya memberikan kepada pihak Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal 6 Juni 2017 Yang menyatakan


(7)

vii

Nella Rusliman. 2017. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Multi Level Learning Ditinjau dari Keterlaksanaan Model Pembelajaran, Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Ngaglik Pada Pokok Bahasan Persamaan Lingkaran. Skripsi. Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembalajaran Multi Level Learning yang ditinjau dari keterlaksanaan model pembelajaran, motivasi, dan hasil belajar peserta didik di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Ngaglik pada pokok bahasan persamaan lingkaran.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Ngaglik yang berjumlah 26 orang. Penelitian dilakukan pada bulan September-November 2016 dengan observasi, penerapan model pembelajaran, dan pengambilan data berupa motivasi serta hasil belajar peserta didik. Data motivasi diperoleh dari lembar kuesioner, sedangkan data hasil belajar peserta didik diperoleh dari lembar tes hasil belajar.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan model pembelajaran Multi Level Learning (MLL) sebesar 83,15% yang berada pada kategori sangat tinggi, motivasi belajar keseluruhan peserta didik berada pada kategori tinggi, sedangkan persentase banyaknya peserta didik yang mencapai KKM hanya sebesar 9%, sehingga penerapan model pembelajaran Multi Level Learning (MLL) dikatakan cukup efektif.

Kata kunci: efektivitas, model pembelajaran Multi Level Learning, persamaan lingkaran, motivasi belajar, hasil belajar.


(8)

viii ABSTRACT

Nella Rusliman. 2017. The Effectiveness of Multi Level Learning Based on Implementation of Multi Level Learning, Motivation and Evaluation of XI IPA 1 SMA Negeri 1 Ngaglik students on Circle Equation. Mini Thesis. Study Program of Math Education. Department of Math Education and Science Education Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University. Yogyakarta.

The purpose of this research is to determine the effectiveness of Multi Level Learning based on students’ implementation of learning models, motivation, and evaluation of XI IPA 1 SMA Negeri 1 Ngaglik students on circle equation.

The type of this research is quantitative descriptive research. The subjects of this research are the students of XI IPA 1 SMA Negeri 1 Ngaglik which are 26 respondents. This research was done on September-November 2016 which started by observation, learning model application, and data retrieval of motivation and evaluation from students. Data of motivation was taken from questionnaire while data of evaluation was taken from test result sheet.

The result of this research shows that the implementation of Multi Level Learning (MLL) is 83.15% meaning that Multi Level Learning (MLL) has been done well, the students’ motivation belongs to the high category, while percentage of students who get score 75 only 9%, it means Multi Level Learning model is fairly effective.

Keyword: effectiveness, Multi Level Learning, circle equation, motivation, evaluation


(9)

ix

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaiakn skripsi dengan judul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Multi Level Learning Ditinjau dari Keterlaksanaan Model Pembelajaran, Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Ngaglik pada Pokok Bahasan Persamaan Lingkaran” ini dengan baik.

Skripsi ini tersusun berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

2. Bapak Dr. Marcelinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Kepala Program Studi Pendidikan Matematika.

4. Ibu Maria Suci Apriani, S.Pd., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberi bimbingan kepada penulis.

5. Segenap dosen dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

6. Bapak Drs. Subagyo selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Ngaglik yang telah memberikan ijin penelitian.

7. Ibu Partini, S.Pd., M.Pd. selaku guru pengampu pelajaran matematika di SMA Negeri 1 Ngaglik yang telah membimbing dan membantu penulis selama penelitian.

8. Peserta didik kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017 yang telah mambantu penulis dalam pengambilan data penelitian.


(10)

x

adik tersayang yang selalu memberikan semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi ini.

10.Sahabat Lima Dara: Kak Yunika, Kak Iga, Kak Natry dan Cik Elyn yang selalu memberikan motivasi, saran, bantuan dan canda tawa kepada penulis.

11.Sahabat Laskar Intan: Mbak Wahyu, Deivi, Ester, dan lainnya yang telah memberikan semangat dan saran kepada penulis.

12.Teman-teman program studi Pendidikan Matematika yang telah membantu dan berjuang bersama di Universitas Sanata Dharma.

13.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan untuk generasi selanjutnya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan mengharapkan agar skripsi ini dapat berguna bagi banyak pihak.

Penulis


(11)

xi

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………....ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………...……….….iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………..v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN……….……….vi

ABSTRAK………...…...………....vii

ABSTRACT………...…...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL………..…………...xiii

DAFTAR GAMBAR………xiv

DAFTAR LAMPIRAN………..xv

BAB I PENDAHULUAN………1

A. Latar Belakang………..………...1

B. Identifikasi Masalah…………...4

C. Batasan Masalah ...5

D. Rumusan Masalah ...5

E. Batasan Istilah...5

F. Tujuan Penelitian………...6

G. Manfaat Penelitian………...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA………..8

A. Landasan Teori…...8

1. Belajar dan Pembelajaran...8

2. Motivasi Belajar…...13

3. Hasil Belajar………..17

4. Model Pembelajaran Multi Level Learning…………...………...21

5. Efektivitas Pembelajaran……….………..25

6. Pokok Bahasan Persamaan Lingkaran………...26


(12)

xii

B. Kerangka Berpikir Penelitian…...36

BAB III METODE PENELITIAN………...38

A. Jenis Penelitian ...38

B. Setting Penelitian...38

C. Instrumen Penelitian...39

1. Instrumen Pembelajaran………...39

2. Instrumen Pengumpulan Data………...39

3. Validitas Instrumen Penelitian………..41

D. Teknik Analisis Data...43

1. Analisis Data Motivasi Belajar………...43

2. Analisis Data Hasil Belajar………...45

3. Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran………..46

E. Efektivitas Model Pembelajaran Multi Level Learning….………47

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN….………..49

A. Persiapan Penelitian...49

B. Validitas Instrumen Penelitian……...50

C. Pelaksanaan Penelitian ...51

D. Analisis Data Hasil Penelitian...61

1. Analisis Data Motivasi Belajar………...…………...62

2. Analisis Data Hasil Belajar………...68

3. Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran………..71

E. Efektivitas Model Pembelajaran Multi Level Learning ………...72

F. Keterbatasan Penelitian………...……..………...73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….75

A. Kesimpulan Penelitian...75

B. Saran...76


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Kedudukan Garis Terhadap Lingkaran……….31

Tabel 3.1 Alternatif Jawaban Angket dengan Menggunakan Skala Likert...40

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar………..40

Tabel 3.3 Interpretasi Indeks Validitas Butir Aiken………43

Tabel 3.4 Interpretasi Motivasi Belajar Setiap Peserta Didik……….43

Tabel 3.5 Interpretasi Motivasi Belajar Seluruh Peserta Didik………...44

Tabel 3.6 Kriteria Nilai Peserta Didik……….46

Tabel 3.7 Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Multi Level Learning……47

Tabel 3.8 Kriteria Keefektifan Model Pembelajaran Multi Level Learning………...48

Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan………...49

Tabel 4.2 Indeks Validitas Butir Aiken Motivasi Belajar………….………..50

Tabel 4.3 Indeks Validitas Butir Aiken Tes Hasil Belajar……….……….51

Tabel 4.4 Pelaksanaan Pertemuan Kedua...………...53

Tabel 4.5 Pelaksanaan Pertemuan Ketiga...…………....…...55

Tabel 4.6 Pelaksanaan Pertemuan Keempat.…………..……….58

Tabel 4.7 Kriteria Motivasi Belajar Peserta Didik………..62

Tabel 4.8 Persentase Banyaknya Peserta Didik Setiap Kriteria Motivasi…………..….63

Tabel 4.9 Persentase Banyaknya Peserta Didik dari Motivasi Keseluruhan Kriteria Motivasi………..64

Tabel 4.10 Hasil Wawancara dengan Peserta Didik Mengenai Motivasi Belajar……...65

Tabel 4.11 Nilai Tes Hasil Belajar Peserta Didik………...68

Tabel 4.12 Persentase Banyaknya Peserta Didik dari Keseluruhan Kriteria Hasil Belajar…...69

Tabel 4.13 Hasil Wawancara dengan Peserta Didik Mengenai Hasil Belajar………….69


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Model Pembelajaran Multi Level Learning……….….22

Gambar 2.2 Lingkaran……….…27

Gambar 2.3 Lingkaran dengan pusat � 0,0 ……….….27

Gambar 2.4 Lingkaran dengan pusat � , ……….…28

Gambar 2.5 Garis Singgung Lingkaran yang Diketahui Nilai Gradiennya �…………32


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

1. Silabus……….81

2. Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran...85

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran………...91

Lampiran B 1. Lembar Validasi Kuesioner Motivasi Belajar...116

2. Perhitungan Indeks Validasi Butir Aiken Motivasi Belajar………..127

3. Lembar Kuesioner Motivasi Belajar………...………..131

4. Lembar Validasi Tes Hasil Belajar………...143

5. Perhitungan Indeks Validitas Aiken Tes Hasil Belajar……….153

6. Lembar Tes Hasil Belajar dan Kunci Jawaban………..161

7. Lembar Validasi Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran………...167

8. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran………..169

Lampiran C 1. Perhitungan Motivasi Belajar Peserta Didik……….189

2. Perhitungan Tes Hasil belajar Peserta Didik……….190 3. Contoh Hasil Pekerjaan Peserta Didik……….………..191

4. Contoh Hasil Kuesioner Motivasi Peserta Didik………...197

5. Foto-foto Penelitian………...218


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana yang penting bagi kemajuan sebuah bangsa, karena sebuah bangsa dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan. Membahas tentang pendidikan tentunya tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan pendidikan itu sendiri, mulai dari permasalahan sarana dan prasarana pendidikan yang belum memadai, belum meratanya penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, hingga permasalahan proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah. Salah satu permasalahan yang sering muncul dalam pendidikan adalah proses pembelajaran satu arah atau ceramah yang masih diterapkan oleh guru. Hal ini bertolak belakang dengan pengertian pembelajaran menurut Subiyanto (1998) yaitu pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana diantara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Permasalahan pembelajaran satu arah atau ceramah juga terjadi di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Ngaglik. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Ngaglik menunjukkan bahwa pembelajaran satu arah atau ceramah masih menjadi pilihan utama guru dalam mengajar. Penerapan pembelajaran satu arah


(17)

2

atau ceramah mengakibatkan peserta didik mudah bosan dan kurang termotivasi karena peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut diperkuat dari wawancara dengan peserta didik kelas XI IPA 1 bahwa peserta didik mudah merasa bosan saat pembelajaran matematika karena guru hanya menjelaskan, mencatat materi dan memberi soal latihan, tanpa menggunakan model atau metode pembelajaran lain yang lebih menyenangkan sehingga peserta didik memilih bermain gadget atau mengobrol dengan teman dari pada fokus pada pembelajaran. Selain permasalahan pembelajaran yang masih satu arah atau ceramah, peserta didik lebih nyaman jika bertanya kepada teman saat menemui kesulitan karena penjelasan yang diberikan teman lebih mudah dipahami dari pada penjelasan guru. Kemudian peserta didik juga lebih senang jika belajar secara berkelompok atau diskusi, tetapi hal ini kurang difasilitasi oleh guru.

Berdasarkan permasalahan di atas, salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru ialah model pembelajaran Multi Level Learning (MLL). Karena model pembelajaran ini menekankan pada proses pembelajaran secara berkelompok. Pembelajaran kelompok merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa belajar secara bersama-sama. Tujuannya untuk mencapai tujuan pembelajaran secara lebih efektif. Dengan menerapkan model pembelajaran ini guru memfasilitasi peserta didik untuk berdiskusi dengan temannya yang telah menguasai suatu materi pembelajaran dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk


(18)

3

berinteraksi dan belajar dengan peserta didik lain yang memiliki kemampuan berbeda.

Joyce (dalam Trianto, 2009) mengungkapkan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah termotivasinya peserta didik untuk belajar matematika terutama pada materi persamaan lingkaran sehingga diharapkan akan berdampak baik pula terhadap hasil belajar peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran Multi Level Learning (MLL).

Penelitian yang dilakukan Hidayah (2013) menyimpulkan bahwa motivasi belajar memberikan kontribusi sebesar 34,81% terhadap hasil belajar matematika. Nurmuiza, dkk (2015) menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36,7% terhadap hasil belajar matematika. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rosyadi (2016) mengungkapkan bahwa motivasi memberikan kontribusi sebesar 86,69% terhadap hasil belajar matematika siswa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa motivasi dan hasil belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Dengan adanya motivasi, peserta didik diharapkan akan lebih bersemangat untuk belajar dan mendapatkan hasil yang memuaskan.

Model pembelajaran Multi Level Learning (MLL) merupakan sebuah model pembelajaran dengan pendekatan kelompok yang


(19)

4

dikembangkan dari model tutor sebaya dan mengadaptasi sistem Multi Level Marketing (MLM) pada ekonomi. Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Multi Level Learning (MLL) ditinjau dari keterlaksanaan model pembelajaran, motivasi dan hasil belajar peserta didik, peneliti mengadakan penelitian yang akan dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Ngaglik, Sleman dengan materi persamaan lingkaran. Penelitian ini berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Multi Level Learning Ditinjau dari Keterlaksanaan Model Pembelajaran, Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA 1

SMA Negeri 1 Ngaglik Pada Pokok Bahasan Persamaan Lingkaran”.

A. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dari latar belakang di atas adalah :

1. Pembelajaran yang digunakan guru masih satu arah atau ceramah membuat peserta didik kurang termotivasi.

2. Kurang termotivasinya peserta didik mengakibatkan hasil belajar peserta didik kurang baik pula.

3. Peserta didik lebih nyaman bertanya pada teman, karena penjelasan yang diberikan teman lebih mudah dipahami.

4. Pembelajaran dengan berkelompok atau diskusi masih belum terfasilitasi oleh guru.


(20)

5 B. Batasan Masalah

Agar cakupan penelitian tidak terlalu luas maka peneliti menetapkan batasan masalah yang akan diteliti ialah:

1. Subjek penelitian adalah kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017.

2. Penelitian ini akan di tinjau dari keterlaksanaan model pembelajaran Multi Level Learning (MLL), motivasi dan hasil belajar peserta didik. 3. Materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah persamaan lingkaran. C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah “Bagaimanakah efektivitas penerapan model pembelajaran Multi Level Learning (MLL) ditinjau dari keterlaksanaan model pembelajaran Multi Level Learning (MLL), motivasi dan hasil belajar peserta didik?”

D. Batasan Istilah

1. Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah proses perubahan kemampuan seseorang baik dari segi intelektual maupun non-intelektual setelah mengalami interaksi dengan lingkungan belajarnya.

Pembelajaran adalah usaha seorang pendidik untuk menciptakan situasi belajar yang dapat mendukung kemampuan, potensi, minat,


(21)

6

bakat dan kebutuhan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan

2. Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah dorongan pada individu yang memberikan semangat untuk melakukan kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah adalah hasil yang diperoleh peserta didik setelah mengalami proses belajar berupa angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar yang merupakan cerminan dari apa yang sudah dicapai oleh peserta didik.

4. Model Pembelajaran Multi Level Learning

Model pembelajaran Multi Level Learning (MLL) adalah suatu model pembelajaran dengan metode diskusi yang dikembangkan dari model pembelajaran tutor sebaya dan mengadaptasi sistem dari Multi Level Marketing (MLL) pada ekonomi.

5. Efektivitas

Efektivitas adalah ukuran tingkat keberhasilan dari tujuan dalam suatu kegiatan dimana tujuan tersebut sudah direncanakan terlebih dahulu. E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran menggunakan model Multi Level Learning


(22)

7

(MLL) ditinjau dari keterlaksanaan model pembelajaran, motivasi dan hasil belajar peserta didik.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi peserta didik

Penelitian ini diharapkan mampu memperkenalkan model pembelajaran selain ceramah kepada peserta didik sehingga peserta didik lebih termotivasi untuk belajar.

2. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan variasi model pembelajaran sehingga dapat tercipta suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran yang akan memotivasi peserta didik untuk lebih giat belajar.

3. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi sekolah untuk menerapkan berbagai macam model pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan sekolah.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan keterampilan peneliti sebagai calon guru dalam memahami, mengkaji dan mencari solusi terbaik dari permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran, serta dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi dan mengasah profesionalisme sebagai guru.


(23)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan perubahan tingkah laku, yakni ditandai oleh adanya sesuatu yang baru pada diri seseorang, entah itu berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan atau kecapakan. Belajar juga merupakan hasil dari suatu pengalaman, yakni berupa interaksi dengan sumber belajar: lingkungan, buku (bacaan), ataupun orang (Kosasih, 2014). Winkel (2004) menyatakan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan dari belum mampu ke arah sudah mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu. Adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadi belajar. Perubahan akibat belajar itu akan bertahan lama, bahkan, sampai taraf tertentu tidak akan dihapus begitu saja. Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses perubahan kemampuan seseorang baik dari segi intelektual maupun non-intelektual dimana perubahan tersebut merupakan hasil interaksi dengan lingkungan belajar.

Menurut Suprijono (2009), terdapat tiga prinsip belajar yaitu: a. Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku


(24)

9

1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari.

2. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. 3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

4. Positif atau berakumulasi.

5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. 6. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig

(dalam Suprijono, 2009), belajar sebagai any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience. Pernyataan Wittig (dalam Suprijono, 2009) menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada perilaku organisme relatif permanen yang merupakan hasil dari pengalaman.

7. Bertujuan dan terarah.

8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

a. Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen.

b. Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dan lingkungannya. William Burton mengemukakan bahwa A good learning situation consist of a rich and varied series of learning


(25)

10

experiences unified around a vigorous purpose and carried on in interaction with a rich varied and propocative environment. Pernyataan William Burton menjelaskan bahwa situasi belajar yang baik terdiri dari beragam rangkaian pengalaman belajar yang berinteraksi dengan lingkungan yang beragam pula untuk mencapai tujuan tertentu.

Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini terlihat jelas bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana diantara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah pada suatu terget yang telah ditetapkan sebelumnya (Subiyanto, 1998). Dikemukakan pula oleh Suyitno (dalam Ismiyati, 2011) pembelajaran merupakan upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan peserta, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi yang optimal antara guru dengan peserta serta antara peserta didik dengan peserta didik. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha seorang guru untuk menciptakan situasi belajar yang dapat mendukung


(26)

11

kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

Menurut Piaget (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009), pembelajaran terdiri dari empat langkah-langkah berikut:

a. Langkah satu: Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri. Penentuan topik tersebut dibimbing dengan beberapa pertanyaan, seperti berikut:

1. Pokok bahasan manakah yang cocok untuk ekperimentasi? 2. Topik manakah yang cocok untuk pemecahan masalah dalam

situasi kelompok?

3. Topik manakah yang dapat disajikan pada tingkat manipulasi secara fisik sebelum secara verbal?

b.Langkah dua: memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut. Hal ini dibimbing dengan pertanyaan seperti:

1. Apakah aktivitas itu memberi kesempatan untuk melaksanakan metode ekperimen?

2. Dapatkah kegiatan itu menimbulkan pertanyaan di kelas?

3. Dapatkah siswa membandingkan berbagai cara bernalar dalam mengikuti kegiatan di kelas?

4. Apakah masalah tersebut merupakan masalah yang tidak dapat dipecahkan atas dasar pengisyaratan perseptual?

5. Apakah aktivitas itu dapat menghasilkan aktivitas fisik dan kognitif?


(27)

12

6. Dapatkah kegiatan siswa memperkaya konstruk yang sudah dipelajari?

c.Langkah tiga: Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah. Bimbingan pertanyaan berupa:

1. Pertanyaan lanjut yang memancing berpikir seperti “bagaimana

jika”?

2. Memperbandingkan materi apakah yang cocok untuk menimbulkan pertanyaan spontan?

d.Langkah empat: Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan revisi. Bimbingan pertanyaan seperti: 1. Segi kegiatan apakah yang menghasilkan minat dan keterlibatan

siswa yang besar?

2. Segi kegiatan manakah yang tak menarik, dan apakah alternatifnya?

3. Apakah aktivitas itu memberi peluang untuk mengembangkan siasat baru untuk penelitian atau meningkatkan siasat yang dipelajari?

4. Apakah kegiatan itu dapat dijadikan modal untuk pembelajaran lebih lanjut?

Dari pernyataan tersebut didapat kesimpulan bahwa dalam proses pembelajaran diperlukan beberapa langkah agar pembelajaran tersebut menjadi lebih terarah dan dapat mencapai tujuan yang


(28)

13

diharapkan. Langkah-langkah tersebut meliputi menentukan topik pembelajaran yang dapat dipelajari sendiri oleh peserta didik, memilih atau mengembangkan aktivitas kelas yang sesuai dengan topik pembelajaran, mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah, mengevaluasi setiap proses pembelajaran yang berlangsung.

1. Motivasi Belajar

Menurut Suprijono (2009) motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah dan kegigihan perilaku. Winkel (2008) mengemukakan pula bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin keberlangsungan belajar demi mencapai satu tujuan.

Sardiman (2011) mengemukakan ada 2 macam motivasi yaitu: a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan energi yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Bila seorang siswa memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Motivasi instrinsik sangat diperlukan dalam aktivitas belajar, terutama jika yang dilakukan adalah belajar sendiri. Seorang yang tidak memiliki motivasi instrinsik sulit sekali untuk melakukan aktivitas belajar secara


(29)

14

terus menerus, sebaliknya seorang yang memiliki motivasi instrinsik akan selalu ingin melakukan aktivitas belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh keinginan positif, bahwa pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan kini dan masa yang akan datang.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah energi yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar untuk melakukan sesuatu. Motivasi belajar dikatakan motivasi ekstrinsik bila siswa menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar. Siswa belajar karena hendak mencapai tujuan tertentu yang terletak diluar hal yang dipelajarinya, contohnya siswa termotivasi untuk belajar karena ingin mendapat nilai yang baik di sekolah.

Jadi motivasi belajar adalah dorongan pada individu yang memberikan semangat untuk melakukan kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan. Motivasi dapat berasal dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Motivasi intrinsik maupun ekstrinsik penting bagi peserta didik karena dengan adanya motivasi yang timbul baik dari dalam diri maupun motivasi dari luar diri peserta didik membuat peserta didik lebih bersemangat dalam melakukan aktivitas belajar.


(30)

15

Oemar Hamalik (2011) menyatakan fungsi motivasi belajar meliputi:

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar. b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan

perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan diselesaikan.

Sejalan dengan Oemar Hamalik, Suprijono (2009) juga mengemukan fungsi motivasi, yaitu:

a. Mendorong peserta didik berbuat. Motivasi sebagai pendorong atau motor dari setiap kegiatan belajar.

b. Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.

c. Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi memiliki fungsi sebagai pendorong bagi peserta didik untuk belajar,


(31)

16

motivasi sebagai pengarah peserta didik untuk mencapai tujuan belajar, motivasi sebagai pengerak dan penyeleksi kegiatan-kegiatan yang menunjang dalam pencapaian tujuan peserta didik.

Peserta didik yang termotivasi tentunya memiliki ciri-ciri dan indikator yang memperlihatkan motivasi tersebut menurut Hamzah B. Uno (dalam Suprijono, 2009) indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebegai berikut:

a.Adanya hasrat dan keinganan berhasil.

b.Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. c.Adanya harapan dan cita-cita masa depan. d.Adanya penghargaan dalam belajar.

e.Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik.

Sardiman (2011) berpendapat motivasi yang ada di dalam diri seseorang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a.Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah terhenti sebelum selesai)

b.Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

c.Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. d.Lebih senang bekerja mandiri


(32)

17

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)

g.Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. h.Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Jadi seseorang yang termotivasi akan memiliki minat dan keinginan untuk berhasil sehingga tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan, selalu terdorong untuk belajar baik dalam mengerjakan tugas atau dengan mencari permasalahan yang lebih sulit untuk dipecahkan, memliki keyakinan yang teguh karena memiliki cita-cita besar yang harus dicapai, senang mencari kegiatan yang menarik dalam belajar karena mudah bosan pada kegiatan-kegiatan yang rutin. 2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka – angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 2006). Sutratinah Tirtonegoro (2001) mengemukakan hasil belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu. Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh peserta didik setelah mengalami proses belajar berupa angka atau skor setelah


(33)

18

diberikan tes hasil belajar yang merupakan cerminan dari apa yang sudah dicapai oleh peserta didik.

Menurut Dalyono (1997) berhasil tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh dua faktor yaitu:

a. Faktor Internal 1. Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang yang tidak selalu sehat, contohnya sakit kepala, demam, flu dan sebagainya dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik.

2. Intelegensi dan Bakat

Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnyapun cenderung baik. Bakat juga besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar. Jika seseorang mempunyai intelegensi yang tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajar akan lebih mudah dibandingkan orang yang hanya memiliki intelegansi tinggi saja atau bakat saja.

3. Minat dan Motivasi

Minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan juga datang dari sanubari. Timbulnya minat belajar disebabkan


(34)

19

beberapa hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang atau bahagia. Begitu pula seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat, akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah dan semangat. Motivasi berbeda dengan minat. Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong.

4. Cara belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang.

b. Faktor Eksternal 1. Keluarga

Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Misalnya perhatian yang diberikan orang tua terhadap pendidikan anaknya, maka anak tersebut lebih memiliki rasa tanggung jawab untuk giat belajar.

2. Sekolah

Keadaan sekolah yang merupakan tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan anak. Sekolah yang memiliki fasilitas lengkap, kualitas guru yang baik, metode mengajar yang bervariasi, dan kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak


(35)

20

akan menunjang aktivitas belajar anak, sehingga anak termotivasi dan mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.

3. Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar. Bila sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak giat belajar.

4. Lingkungan sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan sebagainya semua ini akan mempengaruhi kegairahan belajar. Misalnya lingkungan tempat tinggal yang nyaman dan ruangan belajar yang nyaman dapat menumbuhkan motivasi peserta didik untuk belajar sehingga peserta didik mampu mendapatkan hasil belajar yang baik.

Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik dipengaruhi dua faktor. Pertama faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik) yang meliputi intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, cara belajar, dan kesehatan. Kedua faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri peserta didik) yang meliputi keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan disekitar kehidupan peserta didik.


(36)

21

3. Model Pembelajaran Multi Level Learning (MLL)

Menurut Joyce dan Weil (dalam Rusman 2013) model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosialis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung.

Multi Level Learning (MLL) merupakan pengembangan dari metode tutor sebaya yang mengadaptasi sistem Multi Level Marketing (MLM) dalam dunia ekonomi. Multi Level Learning (MLL) mengandung maksud adanya interaksi tutorial yang berasal dari guru kepada peserta didik sebagai tahapan awal. Selanjutnya terjadi tutorial dari peserta didik ke peserta didik lainnya. Dikemukakan oleh Silberman (2009) bahwa beberapa ahli percaya satu mata pelajaran benar-benar akan dapat dikuasai hanya apabila peserta didik mampu mengajarkan pada peserta didik yang lain, karena mengajar teman sebaya dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari suatu materi pada waktu yang sama disaat ia menjadi tutor bagi yang lain.


(37)

22

Mengacu pada Multi Level Marketing (MLM) di mana terdapat upline dan downline, pada model pembelajaran Multi Level Learning (MLL) juga terdapat upline dan downline. Upline adalah tutor dan downline adalah peserta didik selain tutor. Model pembelajaran Multi Level Learning (MLL) dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan: G = Guru T = Tutor

A, B, C, D = peserta didik dalam kelompok

Gambar 2.1. Bagan Model Pembelajaran Multi Level Learning Berikut adalah proses pada model pembelajaran Multi Level Learning (MLL):

a. Menentukan tutor (upline) dan downline untuk setiap pertemuan dengan cara memberikan tes pada peserta didik pada setiap akhir pembelajaran, peserta didik yang mendapat nilai ≥ KKM akan menjadi tutor (upline).


(38)

23

b. Guru memberikan bimbingan pada tutor (upline) mengenai materi yang akan dibahas.

c. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok heterogen sesuai dengan jumlah tutor yang terpilih. Pemilihan anggota kelompok dipilih secara acak.

d. Tutor menjadi pemimpin jalannya diskusi mengenai materi yang sedang dibahas, guru memantau dan mengevaluasi jalannya kegiatan pembelajaran.

e. Evaluasi diberlakukan untuk peserta didik selain tutor (upline). f. Mengacu pada sistem MLM, setiap tutor (upline) mendapatkan

tambahan nilai 3% dari nilai setiap downline jika downlinennya berhasil mendapatkan nilai ≥ KKM pada evaluasi. Akumulasi tambahan nilai yang didapat tutor (upline) memilik batas maksimal 100.

Anita Lie (2002) mengungkapkan untuk mencapai hasil yang maksimal, model pembelajaran harus memenuhi lima unsur model pembelajaran gotong rotong yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar kelompok, dan (5) evaluasi proses kelompok. Oleh karena itu, model pembelajaran Multi Level Learning (MLL) juga harus memenuhi lima unsur model pembelajaran gotong royong untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan, yaitu:


(39)

24 a. Saling ketergantungan positif

Pada proses pembelajaran Multi Level Learning (MLL) ketergantungan positif terjadi karena upline dan downline saling membutuhkan. Upline membutuhkan downline agar dapat mengajarkan materi pada downline, dan membantu downline ketika mengalami kesulitan baik dalam materi maupun dalam mengerjakan soal-soal latihan. Begitu juga downline membutuhkan peran seorang upline untuk mengajarkan materi dan membantunya ketika mengalami kesulitan baik dalam materi maupun dalam mengerjakan soal-soal latihan.

b. Tanggung jawab perseorangan

Tanggung jawab perseorangan dalam pembelajaran Multi Level Learning (MLL) terjadi ketika upline mempunyai tanggung jawab untuk mengajarkan materi dan memberikan bantuan ketika downline mengalami kesulitan baik dalam materi maupun dalam mengerjakan soal-soal latihan.

c. Tatap muka

Pada proses pembelajaran Multi Level Learning (MLL) antara upline dan downline harus melakukan kegiatan pembelajaran dengan bertatap muka secara langsung agar tidak terjadi salah konsep terhadap suatu materi, dan upline lebih mudah membantu downline.


(40)

25 d. Komunikasi antar kelompok

Pembelajaran Multi Level Learning (MLL) berlangsung dalam sebuah kelompok yang dipimpin oleh upline yang beranggotakan downline. Downline dalam suatu kelompok dapat menjadi upline di kelompok lain pada pertemuan berikutnya. Pada proses inilah terjadi komunikasi antar kelompok, karena pada setiap pertemuan kelompok akan berbeda-beda anggotanya.

e. Evaluasi proses kelompok

Evaluasi kelompok terjadi pada akhir kegiatan pembelajaran Multi Level Learning (MLL), setelah terjadi transfer ilmu dari upline ke downline, upline akan memberikan evaluasi pada dowline. Hasil dari evaluasi ini lah yang menentukan upline berhak mendapat nilai tambahan atau tidak.

4. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas dalam KBBI berasal dari kata efektif yang berarti adanya pengaruh yang dapat membawa hasil. Menurut Slamet PH (2000) efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran (kualitas, kuantitas, waktu) telah tercapai. Jadi, dapat dikatakan efektivitas adalah ukuran tingkat keberhasilan dari tujuan dalam suatu kegiatan dimana tujuan tersebut sudah direncanakan terlebih dahulu.

Nana Sudjana (2009) mengungkapkan bahwa efektivitas dapat mengacu pada proses pembelajaran maupun hasil pembelajaran. Nana


(41)

26

Sudjana (2004) mengungkapkan pula keefektifan proses pembelajaran dapat dilihat dari beberapa faktor, yaitu (1) perencanaan pengajaran; (2) adanya motivasi; (3) penggunaan media dan metode yang beragam; (4) adanya koreksi terhadap siswa secara mandiri; (5) tidak mengesampingkan perbedaan individual; dan (6) suasana pembelajaran yang menyenangkan dan merangsang siswa untuk belajar. Mulyasa (2014) mengemukan bahwa pembelajaran dikatakan berhasil jika siswa telah tuntas KKM setidak-tidaknya 75% dari seluruh siswa dalam kelas.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan berhasil dicapai dengan menggunakan model atau metode pembelajaran yang dilaksanakan. Tujuan pembelajaran dalam penelitian ini adalah memotivasi peserta didik untuk belajar matematika khususnya pada materi persamaan lingkaran, sehingga diharapkan hasil belajar peserta didik juga ikut baik sesuai waktu yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini efektivitas pembelajaran ditinjau dari keterlaksanaan model pembelajaran yang diterapkan, motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik.

5. Pokok Bahasan Lingkaran

a. Definisi Lingkaran

Lingkaran adalah tempat kedudukan semua titik-titik pada bidang yang berjarak sama terhadap suatu titik tertentu (Ariawan, 2014). Titik tertentu itu disebut pusat lingkaran, dan ruas garis yang


(42)

27

menghubungkan pusat lingkaran dengan sembarang titik pada lingkaran adalah jari-jari. Gambar 2.2 menunjukkan lingkaran dengan pusat � dengan panjang jari-jari �.

Gambar 2.2. Lingkaran b. Persamaan Lingkaran

1. Persamaan Lingkaran yang Berpusat di � ,

Gambar 2.3. Lingkaran dengan pusat � ,

Dari gambar diperoleh � = �, berdasarkan rumus jarak dua titik maka didapat

� = � = − + −

Sehingga diperoleh persamaan lingkaran dengan pusat di � , dengan panjang jari-jari �, yaitu: + = � .

Gambar 2.3 adalah sebuah lingkaran yang berpusat di titik � , dengan panjang jari-jari �. Titik , adalah sebuah sembarang titik pada lingkaran.


(43)

28

2. Persamaan Lingkaran yang Berpusat di � ,

Gambar 2.4 adalah sebuah lingkaran yang berpusat di � , dengan panjang jari-jari �. Titik , adalah sebuah titik pada lingkaran. Dari gambar diperoleh: � = �

� = � = − + −

Sehingga didapat persamaan lingkaran dengan pusat � , dengan panjang jari-jari � ialah: − + − = � . 3. Persamaan Umum Lingkaran

Persamaan lingkaran dibedakan menjadi 2 macam, yaitu persamaan lingkaran bentuk baku dan persamaan lingkaran bentuk umum. Persamaan − + − = � merupakan persamaan lingkaran bentuk baku dari suatu lingkaran yang diketahui titik pusatnya , dan panjang jari-jarinya �. Jika persamaan lingkaran bentuk baku tersebut dijabarkan, maka didapat persamaan:

− + + − + = �

+ − − + + − � =

dengan memisalkan � = − , = − , = + − � , maka diperoleh persamaan + + � + + = yang

Gambar 2.4 Lingkaran dengan pusat � ,


(44)

29

merupakan persamaan lingkaran bentuk umum dengan pusat lingkaran − �, − , dan panjang jari-jarinya

� = √4� +4 − .

c. Jarak Antara Dua Titik dan Jarak Titik ke Garis

1. Jarak antara dua titik merupakan jarak terdekat antara kedua titik tersebut. Misalkan titik tersebut adalah titik � , dan titik

, , maka jarak antara titik � , dan titik , ditentukan oleh:

= √ − + − atau = √ − + −

2. Jarak titik ke garis merupakan jarak terdekat antara titik dengan suatu garis dengan menarik garis tegak lurus dari titik ke garis yang dimaksud. Misalkan titik tersebut adalah titik � , , dan garis yang dimaksud adalah garis + + = , maka jarak titik � , ke garis + + = dapat ditentukan oleh:

= | + +

√ + |

d. Kedudukan Titik Terhadap Lingkaran

Kedudukan titik terhadap lingkaran adalah letak suatu titik terhadap lingkaran.

1. Kedudukan Titik Terhadap Lingkaran � ≡ + = � 1.1Titik , terletak di dalam lingkaran � jika + < �


(45)

30

1.3Titik , terletak pada lingkaran � jika + = � 2. Kedudukan Titik Terhadap Lingkaran � ≡ − + − = �

2.1Titik , terletak di dalam lingkaran � jika dan hanya

jika − + − < �

2.2Titik , terletak di luar lingkaran � jika dan hanya jika − + − > �

2.3Titik , terletak pada lingkaran � jika dan hanya jika − + − = �

3. Kedudukan Titik Terhadap Lingkaran � ≡ + + � + + 3.1Misalkan � , = + + � + + , titik ,

terletak di dalam lingkaran � jika � , <

3.2Misalkan � , = + + � + + , titik , terletak di luar lingkaran � jika � , >

3.3Misalkan � , = + + � + + , titik , terletak pada lingkaran � jika � , =

e. Kedudukan Garis Terhadap Lingkaran

Kedudukan garis = + terhadap lingkaran � ≡ + + � + + = dapat diketahui dengan mensubstitusikan garis = + ke lingkaran � sehingga diperoleh:

+ + + � + + + =

+ + + + � + + + =


(46)

31

Persamaan terakhir adalah persamaan kuadrat dengan tiga kemungkinan diskriminan yaitu:

Tabel 2.1. Tabel Kedudukan Garis Terhadap Lingkaran

> = <

Garis memotong

lingkaran tepat di dua titik.

Garis menyinggung lingkaran.

Garis tidak

menyinggung lingkaran.

f. Persamaan Garis Singgung Lingkaran

Persamaan garis singgung lingkaran merupakan suatu persamaan garis dimana garis tersebut memotong lingkaran tepat di satu titik. 1. Persamaan Garis Singgung Lingkaran Melalui Titik , Pada

Lingkaran

1.1. Untuk lingkaran dengan persamaan + = � maka persamaan garis singgungnya . + . = �

1.2. Untuk lingkaran dengan persamaan − + − = � maka persamaan garis singgungnya

− − +( − ) − = �

1.3. Untuk lingkaran dengan persamaan + + � + + = maka persamaan garis singgungnya


(47)

32

. + . + � + + + + =

2. Persamaan Garis Singgung Lingkaran yang Diketahui Nilai Gradiennya

Gambar 2.5

Gambar 2.5 menunjukkan lingkaran yang berpusat di � , dengan panjang jari-jari � dan garis � menyinggung lingkaran. Diketahui persamaan garis � yang memiliki nilai gradien adalah = +

… dan persamaan lingkaran − + − = � … . Jika persamaan disubstitusikan ke persamaan maka diperoleh

− + + − = �

− + + + + − + − � =

+ + [ − − ] + − + − � =

= + , = [ − − ], = − + − �

Syarat garis menyinggung lingkaran ialah = , sehingga: = − 4 =

[ − − ] − 4. + . − + − � =


(48)

33

− − = ±√� + − − = ±�√ + = − ± �√ + …

Jika persamaan disubstitusikan ke persamaan maka: = + − ± �√ +

− = − ± �√ + − = − ± �√ +

Didapat persamaan − = − ± �√ + yang

merupakan persamaan garis singgung pada lingkaran yang berpusat di , dengan jari-jari � yang diketahui nilai gradiennya .

Untuk persamaan garis singgung pada lingkaran yang berpusat di � , dengan jari-jari � yang diketahui nilai gradiennya adalah = ± �√ +

3. Persamaan Garis Singgung Melalui Titik di Luar Lingkaran

Gambar 2.6 Garis Singgung Lingkaran Melalui Titik di Luar Lingkaran


(49)

34

Melalui titik di luar lingkaran, dapat ditentukan tepat dua garis singgung pada lingkaran tersebut. Garis singgung menyinggung lingkaran di titik � dan titik . Untuk menentukan persamaan garis singgungnya menggunakan cara yaitu dengan menentukan gradien garis singgung terlebih dulu kemudian menentukan persamaan garis yang diketahui gradiennya dan melalui titik .

6. Hasil Penelitian yang Relevan

a. Toha (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran Matematika Strategi Multi Level Learning yang Kompetitif Berbantuan CD Interaktif Terhadap Hasil Belajar Siswa

pada Materi Logika Matematika di SMA Negeri 3 Brebes” dengan

mengambil sampel kelas ekperimen dengan strategi MLL kelas X-1 sebanyak 39 siswa, kelas kontrol dengan strategi konvensional kelas X-7 sebanyak 42 siswa, sedangkan kelas uji coba kelas X-3 sebanyak 43 siswa diperolah bahwa hasil penelitian dari strategi MLL yang kompetitif berbantuan CD interaktif dapat meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan kelas yang menggunakan strategi konvensional.

b. Ismiyati (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas Multi Level Tutorial Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Himpunan Kelas VII MTs Nurul Huda Dempet

Tahun Pelajaran 2010/2011” mengemukakan bahwa pembelajaran Multi Level Tutorial efektif dalam meningkatkan hasil belajar


(50)

35

peserta didik pada materi himpunan kelas VII MTs Nurul Huda Dempet tahun pelajaran 2010/2011.

c. Saputro (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas Penerapan Metode Multi Level Learning (MLL) Terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik Kelas XI Semester 1 SMA N 1 Depok Tahun Ajaran 2014/2015” mengemukakan bahwa (1) terdapat perbedaan yang signifikan dalam motivasi belajar kimia peserta didik antara sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode MLL, (2) tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam motivasi belajar kimia peserta didik antara sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan metode MLL, (3) terdapat perbedaan yang signifikan dalam motivasi belajar kimia antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode MLL dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan metode MLL, (4) terdapat perbedaan yang signifikan dalam prestasi belajar kimia antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode MLL dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan metode MLL apabila pengetahuan awal peserta didik dikendalikan secara statistik.


(51)

36 B. Kerangka Berpikir Penelitian

Suatu proses pembelajaran tidak hanya sekedar interaksi satu arah dari pendidik ke peserta didik tetapi lebih dari itu ada hubungan timbal balik antara pendidik dan peserta didik maupun antara peserta didik yang satu dengan peserta didik lain. Hasil observasi dan wawancara dengan peserta didik kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Ngaglik menunjukkan bahwa pembelajaran satu arah di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Ngaglik mengakibatkan peserta didik mudah bosan dan kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran matematika. Kurang termotivasinya peserta didik juga mengakibatkan hasil belajar yang didapat peserta didik kurang baik. Selain itu peserta didik lebih nyaman jika bertanya kepada teman saat menemui kesulitan dan peserta didik juga lebih senang jika belajar secara berkelompok atau diskusi, tetapi hal ini belum terfasilitasi oleh guru.

Penerapan model pembelajaran Multi Level Learning (MLL) diharapkan akan merangsang motivasi peserta didik untuk mengikuti pembelajaran matematika, khususnya pada materi persamaan lingkaran. Motivasi yang timbul berperan sebagai faktor pendorong agar peserta didik dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Motivasi belajar dan hasil belajar merupakan hal yang saling berkaitan, jika motivasi belajar tinggi diharapkan hasil belajar juga akan tinggi. Model pembelajaran ini juga memfasilitasi peserta didik untuk berdiskusi dengan temannya yang telah menguasai materi persamaan lingkaran. Terjadinya diskusi antar peserta


(52)

37

didik, dan adanya proses pembimbingan tutor oleh guru menandakan bahwa pembelajaran tidak lagi satu arah.


(53)

38 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata (Setyosari, 2010). Data yang diperoleh merupakan data kuantitatif dari kuesioner motivasi belajar dan tes hasil belajar peserta didik.

B. Setting Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Ngaglik di Jln. Palagan Tentara Pelajar, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.

2. Subyek Penelitian

Subyek pada penelitian ini adalah kelas XI IPA 1 yang terdiri dari 26 peserta didik.

3. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah keterlaksanaan model pembelajaran, nilai afektif berupa motivasi belajar peserta didik dan nilai kognitif berupa hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan persamaan lingkaran.


(54)

39 4. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai pada bulan September hingga bulan November yang meliputi dengan observasi, penerapan model pembelajaran, pengambilan data berupa motivasi dan hasil belajar peserta didik.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2014). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua macam instrumen yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran adalah suatu alat yang digunakan untuk menunjang proses pembelajaran. Adapun instrumen pembelajaran tersebut ialah :

a. Silabus kelas XI K.D 3.1 dan K.D 3.2 b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2. Instrumen Pengumpulan Data

a. Lembar Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang motivasi belajar peserta didik adalah kuesioner tertutup dengan menggunakan skala


(55)

40

Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2014). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), dan tidak pernah (TP).

Tabel 3.1 Alternatif Jawaban Angket dengan Menggunakan Skala Likert Alternatif jawaban Skor

Pernyataan Positif

Pernyataan Negatif

Selalu 5 1

Sering 4 2

Kadang-kadang 2 4

Tidak pernah 1 5

Berikut indikator kuesioner motivasi yang dibuat berdasarkan teori Hamzah B. Uno (dalam Suprijono, 2009) dan Sardiman (2011):

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar

Indikator Nomor Pernyataan Jumlah

Positif Negatif

Dorongan untuk belajar 2, 4, 8 13, 15, 18 6

Tekun menghadapi tugas 3, 20 6, 16 4

Kemauan untuk mendapatkan hasil yang baik


(56)

41 Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

11 19 2

Keyakinan diri 5, 12 9, 21 4

Adanya kegiatan menarik dalam belajar

1, 10 14, 22 4

Jumlah 22

b. Lembar Tes Hasil Belajar

Tes adalah suatu alat prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat. Tes hasil belajar merupakan sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan mengukur kemajuan belajar (Ratumanan, 2006).

c. Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran Multi Level Learning Lembar keterlaksanaan dalam penelitian ini diisi oleh 2 orang observer yang dilakukan selama proses pembelajaran menggunakan model Multi Level Learning (MLL) berlangsung.

3. Validitas Instrumen Penelitian

Validitas pada penelitian ini menggunakan validasi isi yang ditentukan berdasarkan kesepakatan ahli. Validitas isi suatu instrumen adalah sejauhmana butir-butir dalam instrumen itu mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur


(57)

42

dan sejauh mana butir-butir itu mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur (Retnawati, 2016). Untuk mengetahui validitas dari instrumen penelitian dapat digunakan indeks validitas yang diusulkan oleh Aiken. Indeks Aiken V merupakan indeks kesepakatan validator terhadap kesesuaian butir (atau sesuai tidaknya butir) dengan indikator yang ingin diukur menggunakan butir tersebut (Retnawati, 2016). Dalam penilaian oleh pakar akan diberikan beberapa aspek untuk dinilai. Kemudian akan dicari indeks validitas butir Aiken setiap item dari setiap aspek dengan rumus:

� =

� �−∑ �

(Retnawati, 2016) � = indeks validitas butir Aiken

� = � − (� = skor yang ditetapkan, � =skor kategori pilihan, = skor terendah dalam kategori)

= banyaknya rater/validator

= banyaknya kategori yang yang dapat dipilih

Kemudian dihitung indeks validitas butir Aiken keseluruhan item dari setiap aspek dengan menggunakan rumus di bawah ini:

� � � ℎ = ∑� � � ℎ

ℎ × −

Kemudian dihitung rata-rata indeks validitas butir Aiken keseluruhan aspek dengan menggunakan rumus di bawah ini:


(58)

43

Validitas isi instrumen penelitian dengan indeks validitas butir Aiken tersebut akan dianalisis menggunakan tabel di bawah ini:

Tabel 3.3 Interpretasi Indeks Validitas Butir Aiken

Indeks Aiken Keterangan

� � ,4 Validitas rendah

,4 < � � , Validitas sedang � � ≥ , Validitas tinggi

(Retnawati, 2016)

Item-item pada instrumen penelitian dikatakan valid jika indeks validitas butir Aiken memiliki kriteria minimal validitas sedang.

D. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Motivasi Belajar

a. Motivasi Belajar Setiap Peserta Didik

Motivasi belajar setiap peserta didik akan dihitung dan dicari persentasenya dengan menggunakan rumus di bawah ini:

�� � =� � � � � � ℎ× %

Kemudian persentase yang diperoleh dari setiap peserta didik dibagi berdasarkan kriteria di bawah ini:

Tabel 3.4 Interpretasi Motivasi Belajar Setiap Peserta Didik Interval (%) Kriteria Motivasi

< Sangat Tinggi


(59)

44

4 < Cukup

< 4 Rendah

Sangat Rendah

(Kartika Budi, 2001)

Setelah itu dihitung persentase banyaknya peserta didik dari setiap kriteria dengan menggunakan rumus:

�� � � � � � � = ∑ � � ∑ � � � − � �� ℎ � � × % b. Motivasi Belajar Peserta Didik Secara Keseluruhan

Kriteria motivasi belajar peserta didik secara keseluruhan dapat dilihat dari tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5 Interpretasi Motivasi Belajar Seluruh Peserta Didik ST ST+T ST+T+C ST+T

+C+R

ST+T+C+ R+SR

Kriteria

≥ % Sangat Tinggi

< % ≥ % Tinggi

< % ≥ % Cukup

< % ≥ % Rendah

< % Sangat Rendah (Kartika Budi, 2001)


(60)

45

1. Kriteria motivasi peserta didik secara keseluruhan sangat tinggi jika jumlah peserta didik yang memiliki kriteria motivasi ST adalah ≥ %.

2. Kriteria motivasi peserta didik secara keseluruhan tinggi jika peserta didik kategori motivasi ST < % dan peserta didik kategori motivasi ST + T ≥ %.

3. Kriteri motivasi belajar peserta didik secara keseluruhan cukup jika peserta didik kategori motivasi ST + T < % dan peserta didik kategori motivasi ST + T + C ≥ %.

4. Kriteria motivasi secara keseluruhan rendah jika peserta didik kategori motivasi ST + T + C < % dan peserta didik kategori motivasi ST + T + C + R ≥ %.

5. Kriteria motivasi belajar peserta didik secara keseluruhan sangat rendah jika peserta didik kategori motivasi ST + T + C +R + SR < %.

2. Analsis Data Hasil Belajar

Soal tes terdiri dari 20 soal pilihan ganda dengan waktu pengerjaan 120 menit. Untuk menentukan nilai akhir hasil belajar peserta didik digunakan rumusan sebagai berikut:

� = �×

Kemudian nilai dari tes hasil belajar peserta didik akan dikategorikan sebagai berikut:


(61)

46

Tabel 3.6 Kriteria Hasil Belajar Peserta Didik

Nilai Kriteria

< Tidak tuntas

≥ Tuntas

Selanjutnya akan ditentukan persentase banyaknya peserta didik dari setiap kriteria, untuk menentukan persentase banyaknya peserta didik setiap kriteria maka digunakan rumusan sebagai berikut:

�� � � � � � � = ∑ � � ∑ � � � − � �� ℎ � � × %

3. Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran Multi Level Learning

a. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Multi Level Learning pada Setiap Pertemuan

Pada analisis keterlaksanaan model pembelajaran Multi Level Learning (MLL) pada setiap pertemuan, pada lembar observasi

keterlaksanaan kolom “ya” diberi nilai 1, dan kolom “tidak” diberi nilai 0. Kemudian dihitung jumlah skor keterlaksanaannya, dan dihitung persentasenya. Rumusan memperoleh persentase keterlaksanaan model pembelajaran Multi Level Learning (MLL) dari 2 orang observer ialah sebagai berikut:


(62)

47

b. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Multi Level Learning Secara Keseluruhan

Persentase keterlaksanaan model pembelajaran Multi Level Learning (MLL) secara keseluruhan diperoleh dari rata-rata persentase keterlaksanaan model pembelajaran Multi Level Learning (MLL) pada setiap pertemuan dengan rumusan sebagai berikut:

% � � = ∑ �� � � �

Setelah didapat persentase keterlaksanaan keseluruhan pertemuan, maka data tersebut akan dibandingkan dengan kriteria keterlaksanaan model pembelajaran seperti tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7 Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Multi Level Learning

Interval (%) Kriteria Motivasi

< Sangat Tinggi

< Tinggi

4 < Cukup

< 4 Rendah

Sangat Rendah (diadaptasi dari teori Kartika Budi, 2001) E. Efektivitas Model Pembelajaran Multi Level Learning

Pada penelitian ini keefektifan penerapan model pembelajaran Multi Level Learning (MLL) dilihat dari tiga indikator di berikut ini:


(63)

48

1. Keterlaksanaan model pembelajaran Multi Level Leraning (MLL) tergolong dalam kategori minimal tinggi.

2. Sekurang-kurangnya 75% dari jumlah peserta didik telah memperoleh hasil belajar ≥ .

3. Motivasi belajar keseluruhan peserta didik tergolong dalam kriteria minimal tinggi.

Dari indikator tersebut akan dilihat sejauh mana keefektifan penerapan model pembelajaran Multi Level Learning (MLL) dengan menggunakan tabel di bawah ini:

Tabel 3.8 Kriteria Keefektifan Model Pembelajaran Multi Level Learning

Ketercapaian Indikator Kriteria

Tiga indikator tercapai Efektif

Dua indikator tercapai Cukup Efektif Satu indikator tercapai Tidak Efektif Tidak ada indikator yang tercapai Sangat Tidak Efektif


(64)

49 BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Persiapan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan hal-hal yang diperlukan. Persiapan penelitian meliputi permohonan ijin melakukan penelitian ke SMA Negeri 1 Ngaglik, bimbingan dengan dosen mengenai gambaran penelitian dengan model pembelajaran Multi Level Learning, berkonsultasi dengan guru mata pelajaran mengenai materi, model pembelajran yang akan diterapkan dan waktu pelaksanaan penelitian, pembuatan instrumen pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan pembuatan instrumen penelitian berupa lembar tes hasil belajar peserta didik, lembar kuesioner motivasi dan lembar keterlaksanaan pembelajaran. Peneliti tidak melakukan uji coba karena waktu yang terbatas.

Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan

Bulan Minggu ke- Kegiatan

1 2 3 4

September Perijinan penelitian, observasi dan wawancara Oktober Perencanaan dan pembuatan instrumen

penelitian

November Perencanaan, pembuatan dan validasi isi instrumen penelitian


(65)

50

Bulan Minggu ke- Kegiatan

1 2 3 4

November Pelaksanaan penelitian

Desember Ulangan harian

B. Validitas Instrumen Penelitian

1. Validitas Isi Lembar Motivasi Belajar

Berikut adalah hasil perhitungan indeks validitas butir Aiken motivasi belajar:

Tabel 4.2 Indeks Validitas Butir Aiken Motivasi Belajar Aspek Rata-rata Indeks Aiken

A 0,633

B 0,670

C 0,644

D 0,602

Rata-Rata Indeks Aiken Keseluruhan Aspek

0,637

Indeks validitas butir Aiken yang diperoleh adalah 0,637 yang berada pada klasifikasi validitas sedang, sehingga item-item pada lembar motivasi belajar dapat dikatakan valid.

2. Validitas Isi Lembar Tes Hasil Belajar

Berikut adalah hasil perhitungan indeks validitas butir Aiken tes hasil belajar:


(66)

51

Tabel 4.3 Indeks Validitas Butir Aiken Tes Hasil Belajar Aspek Rata-rata Indeks Aiken

A 0,679

B 0,575

C 0,579

D 0,517

E 0,571

F 0,596

G 0,588

H 0,633

Rata-Rata Indeks Aiken Keseluruhan Aspek

0,592

Indeks validitas butir Aiken yang diperoleh adalah 0,592 yang berada pada klasifikasi validitas sedang, sehingga item-item pada lembar tes hasil belajar dikatakan valid.

C. Pelaksanaan Penelitian 1. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada Senin, 14 November 2016. Peneliti sebagai guru memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan guru datang ke sekolah. Setelah itu guru menyampaikan materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran dan menyampaikan secara garis besar model pembelajaran yang akan diterapkan. Proses pembelajaran pada pertemuan pertama menggunakan metode ceramah yang


(67)

52

disampaikan oleh guru. Materi yang disampaikan adalah persamaan lingkaran yang meliputi persamaan lingkaran yang berpusat di � 0,0 ,

� , dan bentuk umum persamaan lingkaran. Kegiatan belajar tidak berjalan lancar, karena peserta didik banyak yang tidak memperhatikan penjelasan guru seperti sibuk bermain gadget, mengobrol dengan temannya, terlambat masuk kelas dan mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Selesai memberi penjelasan guru meminta peserta didik untuk mengerjakan soal latihan yang ada di buku milik peserta didik, kemudian meminta peserta didik untuk mengerjakan di depan kelas, lalu guru memberi penegasan dari hasil pekerjaan peserta didik. Kemudian guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyimpulkan apa yang sudah dipelajari. Setelah itu guru memberi evaluasi, proses evaluasi belum berjalan baik karena ada peserta didik yang menyepelekan evaluasi. Ketika guru meminta peserta didik untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya, ada peserta didik yang belum mengerjakan sehingga terjadi kepanikan dan akhirnya meminjam lembar jawab milik temannya. Pada pertemuan pertama, bagian model pembelajaran Multi Level Leraning yang dilaksanakan adalah seleksi tutor. Sebelum seleksi tutor guru memberikan kesempatan belajar selama 10 menit kepada peserta didik. Seleksi tutor dilakukan setelah refleksi dan kesimpulan pembelajaran, guru memberikan soal seleksi yang kemudian hasilnya digunakan untuk menentukan tutor pada pertemuan kedua. Sebagai penutup guru memberikan informasi tentang


(68)

53

materi yang akan dibahas pada pertemuan kedua yaitu kedudukan titik dan garis terhadap suatu lingkaran, dan materi seleksi tutor untuk pertemuan ketiga yaitu persamaan garis singgung lingkaran melalui titik pada lingkaran dan persamaan garis singgung lingkaran dengan gradien �. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat mempersiapkan diri dengan baik.

2. Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua berlangsung pada hari Jumat, 18 November 2016. Materi yang disampaikan adalah kedudukan titik dan garis terhadap suatu lingkaran. Pada pertemuan ini proses pembelajaran telah menggunakan model pembelajaran Multi Level Learning, berikut penjelasan dari setiap tahap model pembelajaran:

Tabel 4.4 Pelaksanaan Pertemuan Kedua

Pengumuman tutor Pengumuman dan pengarahan singkat untuk tutor dilakuakn pada Selasa, 15 November 2016. Dalam proses ini ada peserta didik yang menolak menjadi tutor karena merasa tidak siap. Guru memberi pengarahan kepada tutor sehingga menjadi lebih siap.

Membimbing tutor Proses ini dilakukan pada Rabu dan Kamis, 16 dan 17 November 2016 di luar jam pelajaran selama kurang lebih 60 menit, peserta didik yang telah terpilih menjadi tutor diwajibkan


(69)

54

mencari bahan ajar, dan dikonsultasikan ke guru. Bahan ajar yang diberikan oleh tutor sudah baik, guru memberikan bantuan melengkapi bahan ajar dan beberapa soal latihan.

Pencarian downline Downline dalam hal ini seharusnya dicari oleh tutor, tetapi karena terjadi sedikit kekacauan maka guru yang membentuk kelompok.

Tutoring Setiap tutor diharuskan memberi penjelasan dan mendiskusikan dengan kelompoknya tentang materi dan latihan soal yang ada. Proses ini belum berjalan lancar karena ada beberapa tutor dan beberapa anggota kelompok masih sering bertanya kepada guru.

Evaluasi Evaluasi dilaksanakan oleh anggota kelompok. Dalam proses ini tutor akan mendapat reward sebesar 3% dari setiap anggota apabila ada anggota kelompoknya yang mendapat nilai sama dengan atau lebih dari KKM. Pada pertemuan kedua ini proses evaluasi juga belum berjalan lancar karena didapati peserta didik yang bertukar kertas jawaban. Selesai dengan evaluasi, guru memberikan kesimpulan apa yang sudah dipelajari.


(70)

55

Seleksi tutor Setelah itu guru memberi soal seleksi untuk menentukan tutor pada pertemuan ketiga. Sama dengan evaluasi, seleksi tutor kurang berjalan lancar karena beberapa peserta didik enggan untuk mengerjakan, setelah guru memeriksa satu persatu peserta didik tersebut baru mulai mengerjakan soal seleksi tersebut selain itu ada peserta didik yang tidak mengerjakan secara mandiri.

Sebagai penutup guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan ketiga yaitu persamaan garis singgung lingkaran melalui titik pada lingkaran dan persamaan garis singgung lingkaran dengan gradien �, dan materi yang terkait dengan seleksi tutor untuk pertemuan keempat yaitu persamaan garis singgung lingkaran melalui titik di luar lingkaran agar peserta didik dapat mempersiapkan dengan baik.

3. Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga berlangsung pada Sabtu, 19 November 2016. Materi yang disampaikan adalah persamaan garis singgung lingkaran melalui titik pada lingkaran dan persamaan garis singgung lingkaran dengan gradien �. Berikut penjelasan dari setiap tahap model pembelajaran:

Tabel 4.5 Pelaksanaan Pertemuan Ketiga


(71)

56

dilakukan pada malam harinya melalui perwakilan kelas. Pengumuman tutor untuk pertemuan ketiga berjalan lancar karena tidak ada keluhan dari peserta didik yang terpilih menjadi tutor.

Membimbing tutor Proses ini dilakukan pada istirahat pertama dan kedua sebelum pelajaran matematika dimulai. Bahan ajar yang akan digunakan disusun oleh guru untuk membantu tutor menjalankan tugasnya, sebagai pengganti tutor diberi tugas untuk mencari beberapa latihan soal yang sudah diberitahukan dihari sebelumnya.

Pencarian downline Seperti pertemuan sebelumnya downline ditentukan oleh guru.

Tutoring Proses ini setiap tutor diharuskan memberi penjelasan tentang materi yang sudah disiapkan, dan mendiskusikan dengan kelompoknya tentang materi dan latihan soal. Pada pertemuan ini beberapa tutor sudah lebih percaya diri dalam menjalankan tugasnya, tetapi ada sedikti kekacauan karena salah satu tutor terlambat masuk ke kelas kurang lebih 15 menit, sehingga kelompok tersebut harus belajar tanpa tutor


(72)

57

sementara waktu dan teman sekelompoknya mencari tutor tersebut, sehingga untuk kelompok ini penyampaian materi sedikit terburu-buru, selain itu masih ada anggota kelompok yang bertanya kepada guru, dan masih sering terlihat peserta didik yang bermain gadget.

Evaluasi Pada pertemuan ini proses evaluasi cukup lancar karena guru sudah mengetahui beberapa peserta didik yang tidak bekerja mandiri, sehingga tempat duduk peserta didik diacak kembali oleh guru walaupun masih terlihat ada yang mencari kesempatan untuk bertanya pada peserta didik lain.

Seleksi tutor Setelah itu guru memberi soal seleksi untuk menentukan tutor pada pertemuan keempat dengan materi persamaan garis singgung lingkaran melalui titik di luar lingkaran. Seleksi tutor kurang berjalan lancar karena beberapa peserta didik enggan untuk mengerjakan soal dengan alasan tidak mau menjadi tutor karena menurut peserta didik materi untuk pertemuan selanjutnya sulit.


(73)

58

Penutup pembelajaran guru meminta peserta didik untuk menyampaikan pendapat tentang proses pembelajaran yang telah berlangsung, terlebih lagi setelah dua kali menggunakan model pembelajaran Multi Level Learning, tanggapan peserta didik beragam mulai dari senang dengan model pembelajaran tersebut hingga tidak menyukainya karena selalu mengerjakan soal sehingga kurang santai. Setelah itu guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan keempat yaitu persamaan garis singgung lingkaran melalui titik di luar lingkaran, dan materi yang terkait dengan seleksi tutor untuk pertemuan kelima yaitu keseluruhan materi yang sudah dipelajari agar peserta didik dapat mempersiapkan dengan baik.

4. Pertemuan Keempat

Pertemuan keempat berlangsung pada Senin, 21 November 2016. Materi yang disampaikan adalah persamaan garis singgung lingkaran melalui titik di luar lingkaran. Berikut penjelasan dari setiap tahap model pembelajaran:

Tabel 4.6 Pelaksanaan Pertemuan Keempat

Pengumuman tutor Pengumuman dan pengarahan singkat tutor dilakukan Sabtu, 19 November 2016 malam hariya melalui perwakilan kelas. Pengumuman tutor untuk pertemuan keempat kurang lancar karena peserta didik yang terpilih mengeluhkan materi yang akan dibahas termasuk sulit.


(74)

59

Membimbing tutor Proses membimbing tutor tidak dapat berjalan lancar karena waktu yang terbatas. Untuk membantu tutor, guru memberikan bahan ajar dan beberapa soal latihan melalui perwakilan kelas. Guru membuka bimbingan melalui sosial media.

Pencarian downline Seperti pertemuan sebelumnya downline ditentukan oleh guru.

Tutoring Proses ini setiap tutor diharuskan memberi penjelasan tentang materi yang sudah disiapkan, dan mendiskusikan dengan kelompoknya tentang materi dan latihan soal. Kegiatan pada pertemuan ini berlangsung kurang lancar karena baik tutor maupun peserta didik lain bertanya pada guru, hal ini dikarenakan tutor belum cukup siap, terlebih lagi materi yang akan diajarkan cukup sulit, sehingga waktu yang dibutuhkan tutor untuk menyampaikan materi menjadi lebih banyak. Kejadian yang lebih disayangkan aadalah ketika ada peserta didik yang bermain laptop pada saat kegiatan berlangsung, sehingga guru perlu mendisiplinkan peserta didik tersebut dengan


(75)

60

meminta peseta didik mematikan laptop dan memperhatian tutor yang sedang menjelaskan materi.

Evaluasi Pada pertemuan ini proses evaluasi tidak lancar karena materi terbilang sulit jadi banyak peserta didik yang bekerja sama, peringatan yang diberikan oleh guru pun diabaikan oleh peserta didik.

Seleksi tutor Tidak ada seleksi tutor untuk pertemuan kelima dikarenakan waktu tidak mencukupi untuk dilaksanakan seleksi.

Penutup pembelajaran guru meminta peserta didik untuk menyampaikan pendapat tentang proses pembelajaran yang telah berlangsung, terlebih lagi setelah menggunakan model pembelajaran Multi Level Learning (MLL), untuk pertemuan keempat peserta didik banyak mengeluhkan kurang mengerti materi yang diajarkan oleh tutor. Setelah itu guru menyampaikan kegiatan pada pertemuan kelima yaitu latihan soal untuk persiapan ulangan harian dengan materi persamaan lingkaran. Guru menjadikan keluhan peserta didik sebagai bahan evaluasi, untuk mempersiapkan materi dan tutor agar menjadi lebih baik pada pertemuan berikutnya.


(76)

61 5. Pertemuan Kelima

Pertemuan kelima dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 November 2016. Kegiatan pada pertemuan ini adalah latihan soal sebagai persiapan ulangan harian. Kegiatan ini dilakukan dengan diskusi kelompok, pada awalnya akan ada tutor untuk membantu peserta didik mendalami materi, tetapi karena waktu yang tidak mencukupi pada pertemuan sebelumnya untuk diadakan seleksi tutor maka peserta didik yang pernah menjadi tutor ditempatkan dikelompok-kelompok tersebut agar dapat membantu peserta didik yang lain. Kegiatan berlangsung cukup lancar, tetapi masih ada peserta didik yang tidak memperhatikan tutor dan tidak terlibat dalam diskusi.

6. Pertemuan Keenam

Pertemuan keenam dilaksanakan pada hari Kamis, 8 Desember 2016. Kegiatan pada pertemuan keenam adalah ulangan harian, waktu pengerjaan ulangan harian adalah 120 menit dengan 20 soal ulangan dan 30 menit untuk mengisi kuesioner. Pada pengambilan data tes hasil belajar ada 3 peserta didik yang tidak hadir. Ulangan harian berjalan cukup lancar, hanya ada beberapa peserta didik yang mencari kesempatan untuk bertanya pada peserta didik lain.

D. Analisis Data Hasil Penelitian

Data motivasi peserta didik dicari persentasenya, setelah itu dikelompokan berdasarkan kategori yang didapat, kemudian keseluruhan kriteria motivasi belajar peserta didik dianalisis dengan menggunakan teori


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

218

Dokumentasi Keterangan Seleksi Tutor

Tutoring

Evaluasi


(6)

Dokumen yang terkait

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW PADA KOMPETENSI DASAR PERSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI DI

1 14 253

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR KIMIA SISWA SMA KELAS XI IPA PADA POKOK BAHASAN HIDROLISIS GARAM.

0 1 23

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL TREFFINGER DAN CIRCUIT LEARNING DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN SEGIEMPAT.

0 0 6

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA.

0 0 8

Efekivitas penerapan model pembelajaran multi level learning ditinjau dari keterlaksanaan model pembelajaran, motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Ngaglik pada pokok bahasan persamaan lingkaran.

0 1 239

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI PESERTA DIDIK KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2015/2016 (Sub Pokok Bahasan Pengelolaan Sumber Daya Alam Berwawasan Lingkungan).

0 0 19

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DAN TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI KELAS XI-IPA SMA SE-KABUPATEN KUDUS DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK TAHUN PELAJARAN 2013 2014 | K

0 0 11

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ARIAS TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMA NEGERI 1 ANGGERAJA EVA SOHRIATI

0 0 10

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI METAKOGNISI PESERTA DIDIK KELAS XI IPA SMAN 9 PINRANG

0 0 96

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP MOTIVASI BELAJAR, AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN JARINGAN HEWAN KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 PATTALASSANG

0 2 198