HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN INTERAKSI SOSIAL DALAM KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA KELAS X SMA

(1)

commit to user

i

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN INTERAKSI SOSIAL DALAM KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF

FISIKA KELAS X SMA

Skripsi

Skripsi Oleh : Rini Setyaningsih

K2307047

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN INTERAKSI SOSIAL DALAM KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF

FISIKA KELAS X SMA

Oleh : Rini Setyaningsih

K2307047

Skripsi

Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika Jurusan

Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user


(4)

commit to user


(5)

commit to user

v ABSTRAK

Rini Setyaningsih. HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN INTERAKSI SOSIAL DALAM KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA KELAS X SMA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) mengetahui ada atau tidak adanya hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan kemampuan kognitif Fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011; (2) mengetahui ada atau tidak adanya hubungan yang signifikan antara interaksi sosial dalam keluarga dengan kemampuan kognitif Fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011; (3) Untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dan interaksi sosial dalam keluarga kemampuan kognitif Fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X sejumlah 347 siswa dengan sampel 43 siswa. Teknik pengambilan sampel dengan teknik Cluster

Random Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan

dokumentasi, sedangkan teknik analisis datanya adalah teknik analisis regresi linier ganda.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa; (1). Ada hubungan yang signifikan antara Motivasi Belajar dengan Kemampuan Kognitif Fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011; (2). Ada hubungan yang signifikan antara Interaksi sosial dalam keluarga dengan Kemampuan Kognitif Fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011; (3). Ada hubungan yang signifikan antara Motivasi Belajar dan Interaksi sosial dalam keluarga secara bersama-sama dengan Kemampuan Kognitif Fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011.

Temuan lain yang dapat dilaporkan dalam penelitian ini adalah persamaan garis regresi linier Ŷ = -14,704 + 0,351 X1 + 0, 350 X2. Hal ini berarti bahwa rata-rata tingkat kemampuan awal kognitif fisika siswa (Y) sebesar -14,704 akan meningkat atau menurun sebesar 0,351 untuk setiap peningkatan atau penurunan


(6)

commit to user

vi

satu unit motivasi belajar (X1) dan juga akan meningkat atau menurun sebesar 0,350 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit interaksi sosial dalam keluarga (X2). Besarnya sumbangan yang diberikan oleh masing-masing variabel adalah: (1) Sumbangan relatif motivasi belajar (X1) terhadap kemampuan kognitif Fisika (Y) sebesar 64,64%; (2) Sumbangan relatif interaksi sosial dalam keluarga (X2) terhadap kemampuan kognitif Fisika (Y) sebesar 35,36%; (3) Sumbangan efektif motivasi belajar (X1) terhadap kemampuan kognitif Fisika (Y) sebesar 14,86%; (4) Sumbangan efektif interaksi sosial dalam keluarga (X2) terhadap kemampuan kognitif Fisika (Y) sebesar 9,583%.

Kata Kunci : Motivasi Belajar, Interaksi Sosial dalam Keluarga dan Kemampuan Kognitif Fisika


(7)

commit to user

vii ABSTRACT

Rini Setyaningsih. THE RELATION OF LEARNING MOTIVATION AND SOCIAL INTERACTION IN A FAMILY WITH STUDENT’S COGNITIVE CAPABILITY OF PHYSIC SENIOR HIGH SCHOOL SUBJECT GRADE X. Thesis. Surakarta : Teacher Training and Education Faculty , Sebelas Maret University, July 2011.

The purpose of this study ARE to: (1) Determine whether there is a significant relation between motivation to learn with student’s cognitive capability of physic subject of grade x at senior high school Integrated 2 Sukoharjo school year 2010/2011; (2) Determine whether there is a significant relation between social interaction in families with student’s cognitive capability of physic subject of grade x at senior high school Integrated 2 Sukoharjo school year 2010/2011; (3) Determine whether there is a significant relations between learning motivation and social interaction in families with student’s cognitive capability of physic subject of grade x at senior high school Integrated 2 Sukoharjo school year 2010/2011.

Research method applied is quantitative descriptive of correlation. The population in this study are all students in grade X some 347 students with a sample of 43 students. The sampling technique with cluster random sampling technique is by lottery. Data collection techniques are questionnaires and documentation, while the data analysis technique used is multiple linear regression analysis techniques.

Based on this research it can be concluded that; (1). There is significant influence between motivation to learn with student’s cognitive capability of physic (Y) class X students SMA N 2 Sukoharjo School Year 2010/2011; (2). There is significant influence between social interaction within the family (X2) on student’s cognitive capability of physic (Y) class X students SMA N 2 Sukoharjo School Year 2010/2011; (3). There is significant influence between motivation to learn (X1) and social interactions within families (X2) with student’s cognitive capability of physic (Y) class X students SMA N 2 Sukoharjo School Year 2010/2011.

Other findings can be reported in this study is the linear regression line equation Ŷ = -14,704 + 0,351 X1 + 0, 350 X2. This means that on average one unit of student’s cognitive capability of physic (Y) by -14,704 will increase or decrease by 0,351 for every one unit increase or decrease motivation to learn (X1) and will


(8)

commit to user

viii

also be increased or decreased by 0,350 for each increase or decrease of one unit of social interaction in the family (X2). The amount of donations given by each of the variables are: (1) the relative contribution of motivation to learn (X1) on student’s cognitive capability of physic (Y) of 64,64%; (2) the relative contribution of social interaction within the family (X2) on student’s cognitive capability of physic (Y) of 35,36%; (3) Contributions effective motivation to learn (X1) on student’s cognitive capability of physic (Y) of 14,867%; (4) Contributions effective social interaction within the family (X2) on learning achievement (Y) of 9,583%.

Keywords : Learning Motivation, Social Interaction In Families, and student’s


(9)

commit to user

ix MOTTO

“(1) Demi masa, (2) sesungguhnya manusia kerugian, (3) melainkan yang beriman dan beramal sholeh” (QS. Ashr)

“Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila telah selesai (dari suatu urusan) , kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap.” (Q.S. Al-Insyirah: 6-8 ) “Setiap perbuatan mengandung dan mengundang konsekuensi di dalamnya, maka harus dipikirkan sebelum bertindak.” (Penulis).


(10)

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Ibu (Suwartinah), Bapak (Dari), Mas Siswanto, Mbak Jatun, Dek Yuli, Mbah, dan seluruh keluarga tercinta.

2. Teman-teman kost “ Hanifah”, terkhusus Three Angel.


(11)

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Skripsi ini. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan tersebut dapat dapat teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D. Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Supurwoko, M.Si. Ketua Program Fisika Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Dwi Teguh Rahardjo, S.Si, M.Si, Pembimbing Akademik (PA) yang senantiasa memberikan semangat.

5. Bapak Drs. Edy Wiyono, M.Pd, Dosen Pembimbing I Program Fisika Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Ibu Daru Wahyuningsih, S.Si, M.Pd, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Bambang Suryono, Dipl. Ed, Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Sukoharjo yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

8. Ibu Dra. Ary Setyani, guru mata pelajaran Fisika SMA Negeri 2 Sukoharjo yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian.

9. Siswa-siswi kelas X.2 dan X.6 SMA Negeri 2 Sukoharjo. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.


(12)

commit to user

xii

10. Ibu, Bapak, Mas, Nenek, dan segenap keluarga yang telah memberikan do’a restu serta dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

11.Teman-teman Fisika terkhusus angkatan 2007.

12.Mak Yem, Pak Harso, Bu Sri, Mbak Dewi, Mbak Tun yang telah membantu saya.

13.Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Dalam skripsi yang telah dikerjakan ini masih jauh dari kesempurnaan maka sangat diharapkan atas segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Semoga karya ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Juli 2011


(13)

commit to user

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN ABSTRACT ... vi

HALAMAN MOTTO ... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Motivasi Belajar ... 6

a. Pengertian Belajar ... 6

b. Pengertian Motivasi ... 6

c. Pengertian Motivasi Belajar... 8

d. Macam-macam Motivasi... 9

e. Fungsi, Ciri-ciri dan Bentuk-bentuk Motivasi dalam Belajar... 10


(14)

commit to user

xiv

f. Cara Memotivasi Siswa Belajar... 13

2. Interaksi Sosial dalam Keluarga ... 15

a. Pengertian keluarga... 15

b. Interaksi Sosial dalam Keluarga... 16

3. Kemampuan Kognitif Fisika ... 18

a. Pengertian kemampuan Kognitif ... 18

b. Pengertian Fisika ... 21

4. Listrik Dinamis... 22

a. Arus Listrik ... 22

b. Beda Potensial ... 23

c. Hukum Ohm... 23

d. Rangkaian Hambatan Listrik... 24

1) Rangkaian Hambatan Seri ... 24

2) Rangkaian Hambatan paralel ... 25

B. Penelitian yang Relevan ... 26

C. Kerangka Pemikiran ... 28

D. Perumusan Hipotesis ... 30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Jenis dan Desain penelitian... 31

B. Tempat dan Waktu penelitian ... 31

1. Tempat Penelitian ... 31

2. Waktu Penelitian ... 31

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

D. Variabel penelitian ... 34

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 35

1. Teknik Pengumpulan Data ... 35

a. Angket ... 35

b. Dokumentasi ... 36

2. Instrumen pengumpulan Data... 36


(15)

commit to user

xv

b. Menyusun Kisi-kisi angket... 36

c. Menyusun Angket... 37

F. Validitas dan Reliabilitas Data ... 37

1. Validitas ... 37

2. Reliabilitas ... 38

G. Teknik Analisis Data ... 39

1. Uji Prasyarat Hipotesis... 40

a. Uji Normalitas... 40

b. Uji Linearitas ... 41

c. Uji Independensi... 44

2. Pengujian Hipotesis... 44

3. Uji Kontribusi... 45

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Deskripsi Data ... 47

1. Deskripsi Data Motivasi Belajar ... 47

2. Deskripsi Data Interaksi Sosial Dalam Keluarga... 49

3. Deskripsi Data Kemampuan Kognitif Fisika... 51

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 52

1. Uji Normalitas ... 52

2. Uji Lineartitas dan Keberartian ... 53

3. Uji Independensi ... 55

C. Pengujian Hipotesis ... 55

1. Tabulasi Data ... 56

2. Menghitung Koefisien Korelasi Sederhana X1 dengan Y serta X2 dengan Y ... 56

3. Koefisien Korelasi Bersama-sama X1 dan X2 dengan Y ... 57

4. Melakukan Uji Signifikansi Korelasi X1 dan X2 dengan Y ... 57

5. Menghitung Harga dari Persamaan-Persamaan Garis Regresi Linear Multipel... 57

6. Menghitung Sumbangan relatif dan Sumbangan efektif X1 dan X2 dengan Y ... 58


(16)

commit to user

xvi

D. Pembahasan ... 58

1. Motivasi Belajar... 58

2. Interaksi Sosial Dalam Keluarga... 60

3. Kemampuan Kognitif Fisika... 61

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 62

A. Simpulan ... 62

B. Implikasi ... 63

C. Saran ... 64

1. Komite Sekolah ... 64

2. Guru Mata Pelajaran Fisika ... 64

3. Siswa ... 64

4. Orang tua... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN ... 68 PERIJINAN


(17)

commit to user

xvii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1 Data Jumlah Siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo ... 32

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar ... 48

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Interaksi Sosial dalam keluarga ... 49

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Fisika ... 50

Tabel 4.4 Harga Statistik Uji Normalitas ... 52

Tabel 4.5 Rangkuman Anava Regresi Sederhana Yˆ 19,830.42X1 ... 52


(18)

commit to user

xviii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Aliran elektron yang melewati luasan A ... 22

Gambar 2.2 Aliran Muatan pada Medium Volume Tertentu ... 23

Gambar 2.3 Rangkaian Hambatan Seri ... 25

Gambar 2.4 Rangkaian Hambatan Paralel ... 26

Gambar 2.5 Paradigma Penelitian ... 30

Gambar 4.1 Diagram Motivasi Belajar ... 48

Gambar 4.2 Diagram Interaksi Sosial dalam Keluarga ... 50

Gambar 4.3 Diagram Kemampuan Kognitif Fisika ... 51

Gambar 4.4 Grafik Motivasi Belajar (X1) Terhadap Kemampuan Kognitif Fisika (Y) ... 54

Gambar 4.5 Grafik Interaksi Sosial dalam Keluarga (X2) terhadap Kemampuan Kognitif Fisika (Y) ... 55


(19)

commit to user

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1 Jadwal Penelitian ... 68

Lampiran 2 Kisi-Kisi Angket Try Out... 69

Lampiran 3 Angket Try Out ... 71

Lampiran 4 Lembar Jawaban Angket ... 85

Lampiran 5 Kisi-Kisi Angket penelitian ... 87

Lampiran 6 Angket Penelitian... 89

Lampiran 7 Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Motivasi Belajar ... 103

Lampiran 8 Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Interaksi Sosial dalam Keluarga ... 108

Lampiran 9 Tabulasi Data Motivasi Belajar ... 113

Lampiran 10 Tabulasi Data Interaksi Soaial dalam Keluarga ... 118

Lampiran 11 Daftar Nilai Ulangan Harian Sub Bab Rangkaian Hambatan Seri dan Paralel ... 122

Lampiran 12 Tabel kerja Analisis Data ... 124

Lampiran 13 Uji Normalitas Motivasi Belajar ... 126

Lampiran 14 Uji Normalitas Interaksi Sosial dalam Keluarga ... 128

Lampiran 15 Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Fisika ... 130

Lampiran 16 Tabel Kerja Uji Linearitas Motivasi Belajar (X1) Terhadap Kemampuan Kognitif Fisika (Y) ... 131

Lampiran 17 Perhitungan Uji Linearitas Motivasi Belajar (X1) Terhadap Kemampuan Kognitif Fisika (Y) ... 133

Lampiran 18 Tabel Kerja Uji Linearitas Interaksi Sosial dalam Keluarga (X2) Terhadap Kemampuan Kognitif Fisika (Y) ... 135

Lampiran 19 Perhitungan Uji Linearitas Interaksi Sosial dalam Keluarga (X2) Terhadap Kemampuan Kognitif Fisika (Y) ... 137


(20)

commit to user

xx

Lampiran 21 Uji Hipotesis ... 140

Lampiran 22 Perhitungan Koefisien Regresi Linier Ganda ... 144

Lampiran 23 Uji Kontribusi ... 147


(21)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam lingkup pendidikan di sekolah, guru bertindak sebagai orang tua kedua bagi seorang siswa. Sedangkan orang tua siswa dalam ruang lingkup pendidikan di sekolah berperan sebagai pendidik yang utama dan pertama bagi seorang siswa dalam lingkungan keluarga. Lingkungan masyarakat menjadi pihak yang menilai atau mengevaluasi terhadap peningkatan mutu dan perkembangan dunia pendidikan, menjadi wadah dimana siswa berinteraksi sosial, bersosialisasi, dan menerapkan pendidikan yang telah diterima di lingkungan sekolah, maupun lingkungan keluarga.

Berdasarkan pada berbagai pengalaman dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, menunjukkan adanya kenyataan bahwa tidak semua siswa mempunyai kemampuan kognitif yang baik. Hal ini dapat dicontohkan pada mata pelajaran Fisika di tingkat SMA. Mata pelajaran Fisika seharusnya menjadi bahan belajar yang menarik dan menyenangkan untuk dipelajari oleh siswa, karena sebagian besar gejala Fisika dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari. Pada kenyataannnya, mata pelajaran Fisika menjadi salah satu mata pelajaran yang kurang disenangi dan bahkan ditakuti siswa karena dianggap sulit. Berdasarkan pengamatan di beberapa sekolah, siswa sering mengeluh ketika harus mengerjakan soal-soal Fisika. Di samping itu, dilihat dari hasil tes mata pelajaran Fisika siswa, nilai rata-rata siswa untuk mata pelajaran Fisika cenderung lebih rendah dari mata pelajaran lain.

Terdapat dua faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa di sekolah sehingga dapat menyebabkan bervariasinya pencapaian prestasi belajar siswa. Menurut Ngalim Purwanto (2010: 102), dua faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses belajar, yaitu:

1. Faktor yang ada pada individu itu sendiri yang disebut faktor individual, meliputi antara lain: intelegensi, bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kematangan.


(22)

commit to user

2. Faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial, meliputi antara lain: keluarga, guru dan cara mengajarnya, serta alat-alat yang digunakan dalam proses belajar-mengajar

Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor instrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Menurut Hamzah B. Uno (2007: 23), ”Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar mengadakan perubahan tingkah laku”. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.

Selain motivasi belajar, interaksi sosial dalam keluarga juga turut memegang peranan dalam menentukan prestasi belajar siswa. Secara umum interaksi sosial terjadi antar individu, individu dengan kelompok, dan antar kelompok. Menurut Gillin dalam Soerjono Soekanto (2003: 71), “Ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial adalah

1. Proses yang asosiatif (Processes of assosiation) yang terbagi ke dalam bentuk khusus lagi yakni:

a. Akomodasi

b. Asimilasi dan akulturasi

2. Proses yang diasosiatif ((Processes of assosiation) yang mencakup: a. Persaingan

b. Persaingan yang meliputi kontroversi dan pertentangan atau pertikaian

(conflict).

Interaksi sosial dalam keluarga dapat menjadi penentu tingkat keberhasilan prestasi belajar anak. Secara langsung maupun tidak langsung, bentuk-bentuk interaksi dalam keluarga dapat berhubungan dengan proses belajar-mengajar. Bila interaksi berjalan baik, akan terjalin suatu kerjasama yang sehat, ada ketenangan dan dapat menciptakan konsentrasi yang tinggi pada pribadi anak


(23)

commit to user

dalam belajar. Sehingga proses belajar akan berjalan dengan lancar dan hasil yang dicapai akan maksimal.

Berdasarkan pemikiran tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan dengan judul “HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN INTERAKSI SOSIAL DALAM KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA KELAS X SMA.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas dapat ditemukan berbagai masalah yang ada kaitanya dengan usaha meningkatkan kualitas belajar siswa, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Tidak semua siswa mempunyai kemampuan kognitif yang baik.

2. Siswa hanya menaruh minat yang besar pada mata pelajaran tertentu saja, sedangkan mata pelajaran yang lain misalnya Fisika kurang disenangi.

3. Mata pelajaran Fisika menjadi salah satu mata pelajaran yang kurang disenangi dan bahkan ditakuti siswa karena dianggap sulit.

4. Siswa yang motivasi belajarnya rendah tidak memikirkan kompetisi untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi atau bersaing dengan siswa yang lain. 5. Kurangnya interaksi sosial anak dalam keluarga dapat menghambat prestasi. 6. Pengaruh positif dari keluarga akan meningkatkan prestasi belajar, namun

tidak semua pengaruh keluarga bersifat positif tetapi ada yang bersifat negatif.

C. Pembatasan Masalah

Karena luasnya cakupan permasalahan seperti yang diuraikan diatas maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada :

1. Motivasi belajar siswa adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar mengadakan perubahan tingkah laku.

2. Interaksi sosial dalam keluarga dibatasi pada hubungan antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, dan antar anak.

3. Kemampuan kognitif Fisika siswa yang diambil dari nilai ulangan Sub Bab Rangkaian Hambatan Seri dan Paralel.


(24)

commit to user

4. Subyek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Adakah hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan kemampuan kognitif Fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011?

2. Adakah hubungan yang signifikan antara interaksi sosial dalam keluarga dengan kemampuan kognitif Fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011?

3. Adakah hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dan interaksi sosial dalam keluarga dengan kemampuan kognitif Fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011.

E. Tujuan Penelitian

Setelah mengetahui perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan kemampuan kognitif Fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011.

2. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan yang signifikan antara interaksi sosial dalam keluarga dengan kemampuan kognitif Fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011.

3. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dan interaksi sosial dalam keluarga kemampuan kognitif Fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011.


(25)

commit to user F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain : 1. Bagi penulis, untuk memecahkan masalah yang diteliti.

2. Untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada guru dan orang tua siswa agar mereka dapat berfungsi sebagai motivator bagi siswa-siswa untuk mencapai kemampuan kogitif yang tinggi.

3. Bagi siswa, penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain motivasi belajar dan interaksi sosial dalam keluarga. Siswa diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajarnya terhadap mata pelajaran Fisika khususnya.


(26)

commit to user

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu pengalaman yang diperoleh berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya (Hamzah B. Uno, 2010: 22). Belajar dalam arti yang luas ialah proses perubahan tingkah laku yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan serta kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan.

Drischoll dalam Hamzah B. Uno (2010: 15), menyatakan ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam belajar antara lain :1) Belajar adalah suatu perubahan yang menetap dalam kinerja seseorang. 2) Hasil belajar yang muncul dalam diri siswa merupakan akibat atau hasil dari interaksi siswa dengan lingkungan.

Pada prinsipnya dalam belajar terdapat empat komponen kegiatan (Hamzah B. Uno, 2010: 18) yaitu :

1) Melakukan persepsi terhadap stimulus 2) Menggunakan pengetahuan prasyarat 3) Merencanakan respon

4) Pelaksanaan respon yang dipilih

Belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku terjadi setelah siswa mengikuti atau mengalami suatu proses belajar mengajar yaitu hasil belajar dalam bentuk penguasaan kemampuan atau keterampilan tertentu.

Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa.

b. Pengertian Motivasi

Menurut Pintrich & Schunk dalam Julia Gamon (Journal of Agricultural Education 12 Volume 42, Issue 4, 2001), “Motivation influences how and why


(27)

commit to user

people learn as well as how they perform”. Motivasi mempengaruhi bagaimana dan mengapa orang belajar serta bagaimana mereka melakukan. Jadi orang yang mempunyai motivasi yang tinggi atau yang mempunyai motif untuk mendekat yang tinggi, jika dihadapkan dengan suatu tugas yang harus dilakukan dalam situasi yang memaksa, akan menunjukkan motivasi yang terkuat jika kesukaran tugas itu sedang, jika dihadapkan pada tugas yang lebih sukar atau lebih mudah, motivasi yang ditunjukkan akan lebih lemah.

Menurut Mc. Donald dalam Syaiful Bahri Djamarah (2008: 148) mengatakan bahwa, “motivation is a energy change within the person

characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Misalkan jika seorang siswa termotivasi karena ingin berprestasi, maka pada setiap mata pelajaran yang ia tempuh sehingga selalu berusaha membaca buku pada malam hari sesuai dengan mata pelajaran yang esoknya diajarkan oleh guru. Kebutuhan yang ingin ia penuhi adalah berprestasi; kebutuhan seperti ini adalah kebutuhan yang timbul dari dalam diri siswa tanpa pengaruh dari luar.

Sedangkan Winkel (1996: 150) mengemukakan bahwa, “Motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan”. Oleh karena itu, motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar, sehingga siswa yang bermotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar.

Dari beberapa pengertian tentang motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa Motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi- kondisi tertentu, sehingga seseorang ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka tersebut. Jadi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang, namun adanya motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan


(28)

commit to user

kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai.

c. Pengertian Motivasi Belajar

Pembelajaran akan berhasil apabila siswa memiliki motivasi dalam belajar. Hal ini sesuai dengan Muhammad Asdam dalam jurnal pendidikan dan kebudayaan No. 066 tahun ke-13 Mei 2007 dikatakan bahwa “Motivasi belajar adalah keseluruhan atau sesuatu yang mendorong siswa untuk melakukan aktivitas belajar, baik yang berasal dari dalam diri maupun yang disebabkan oleh rangsangan dari luar sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan”. Dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa merupakan tugas dan tanggung jawab guru. Menurut James A. Middleton dan Photini A. Spanias dalam Journal for Research in Mathematics Education 1999, Vol. 30, No 1 Hal. 67 mengatakan bahwa “Motivations help guide children’s activity; they provide a structure for

evaluating the outcomes of activity; and they help determine whether or not

children will engage in future mathematical activity”. Motivasi membantu mengendalikan aktivitas anak; menyediakan struktur untuk menilai aktivitas outcomes; dan membantu menentukan ada tidaknya penggunaan aktivitas matematika di masa depan.

Di dalam motivasi belajar terdapat indikator-indikator agar dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Menurut Hamzah B. Uno (2010: 23) Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; 2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; 4) adanya penghargaan dalam belajar; 5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; 6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Sedangkan menurut Muhammad Asrori dalam Suparman Arif (jurnal Ilmu-ilmu Sosial Vol. 7 No. 2 September 2010 hal 137), indikator untuk


(29)

commit to user

mengetahui mahasiswa yang memiliki motivasi dalam proses pembelajaran, diantaranya:

1). Memiliki gairah yang tinggi 2). Penuh semangat

3). Memiliki rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang tinggi

4). Mampu “jalan sendiri” ketika guru meminta mahasiswa mengerjakan sesuatu

5). Memiliki rasa percaya diri

6). Memiliki daya konsentrasi yang lebih tinggi

7). Kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus diatasi 8). Memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi

Siswa yang memiliki motivasi belajar akan nampak melalui kesungguhan untuk terlibat di dalam proses belajar, antara lain nampak melalui keaktifan bertanya, mengemukakan pendapat, menyimpulkan pelajaran, mencatat, membuat resume, mempraktekkan sesuatu, mengerjakan latihan-latihan dan evaluasi sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Sebaliknya siswa-siswa yang tidak atau kurang memiliki motivasi, umumnya kurang mampu bertahan untuk belajar lebih lama, kurang sungguh-sungguh di dalam mengerjakan tugas. Sikap yang kurang positif di dalam belajar ini semakin nampak ketika tidak ada orang lain (guru, orang tua) yang mengawasinya. Oleh karena itu, rendahnya motivasi merupakan masalah dalam belajar, karena hal ini memberikan dampak bagi ketercapaian hasil belajar yang diharapkan.

d. Macam-macam Motivasi

Menurut Sardiman (2004: 86), Motivasi diantaranya dapat dilihat dari sudut pandang: 1). Motivasi Intrinsik. 2). Motivasi Ekstrinsik

Berikut penjelasan dari uraian di atas: 1). Motivasi Intrinsik

Adalah motif- motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Menurut S. Nasution (2000: 77) mengatakan bahwa “Intrinsic motivations are inherent in the learning situations and meet pupil needs and


(30)

commit to user

purpose.”. Motivasi instrinsik adalah melekat di situasi belajar dan memenuhi kebutuhan dan tujuan murid.

Dari pengertian dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Motivasi intrinsik adalah dorongan yang berasal dari diri sendiri untuk melakukan sesuatu.

2). Motivasi Ekstrinsik

Menurut Sardiman A.M (2004: 86) mengatakan bahwa:

Motivasi ekstrinsik adalah motif- motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Keberadaan motivasi ekstrinsik juga diperlukan dalam kegiatan belajar, sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen- komponen lain dalam proses pembelajaran ada yang kurang menarik bagi siswa. Di dalam kegiatan belajar dan mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.

Dapat disimpulkan Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi instrinsik pada umumnya muncul dari kesadaran sendiri dengan tujuan esensial, bukan sekedar simbol dan pengaruh motivasi instrinsk lebih kuat dalam mendorong seseorang untuk belajar daripada motivasi ekstrinsik. Namun demikian motivasi ekstrinsik ini juga harus ditimbulkan karena tidak semua siswa memiliki kesadaran sendiri manfaat belajar. e. Fungsi, Ciri- ciri dan Bentuk-bentuk Motivasi dalam Belajar

Motivasi sangat terkait dalam belajar, dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dengan motivasi juga kualitas hasil belajar siswa kemungkinan dapat diwujudkan. Siswa yang dalam proses belajar bidang studi pendidikan agama Islam mempunyai motivasi yang kuat dan jelas, pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2004: 84) yang mengatkan bahwa, ”Fungsi motivasi dalam belajar yaitu: mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, menyeleksi perbuatan”.

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari


(31)

commit to user

setiap kegiatan yang akan dikerjakan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008: 157) “Motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar”.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak di dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan- perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,dengan menyisihkan perbuatan- perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Di samping itu, ada juga fungsi- fungsi yang lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

Menurut Sardiman (2004 : 83) motivasi memiliki ciri- ciri sebagai berikut:

1). Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja secara terus- menerus alam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)

2). Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya.

3). Menunjukkan minat terhadap bermacam- macam masalah untuk orang dewasa (politik, penentangan terhadap tindak kriminal, amoral dan sebagainya)

4). Lebih senang bekerja mandiri

5). Cepat bosan pada tugas- tugas rutin (hal- hal yang bersifat mekanis, berulang- ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif)

6). Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu) 7). Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu

8). Senang mencari dan memecahkan masalah soal- soal.

Menurut Sardiman (2004: 91), “Bentuk- bentuk untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah adalah memberi angka, hadiah, saingan atau kompetisi, ego- involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil,


(32)

commit to user

pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, tujuan yang diakui”. Bentuk-bentuk tersebut dapat penulis jabarkan sebagai berikut.

1). Memberi angka

Pemberian angka- angka bagi siswa bisa dijadikan motivasi yang kuat. Angka- angka sering dikaitkan dengan nilai mata pelajaran yang diajarkan. Nilai tersebut tidak sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.

2). Hadiah

Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi, akan tetapi tidak selalu demikian. Sebagai contoh hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat pada pekerjaan itu. 3). Saingan atau kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

4). Ego- involvement

Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri.

5). Memberi ulangan.

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi.

6). Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apabila kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasi belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

7). Pujian

Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar.


(33)

commit to user 8). Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu seorang guru harus memahami prinsp- prinsip pemberian hukuman.

9). Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berarti pada diri siswa memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.

10). Minat

Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga dengan minat. 11). Tujuan yang diakui

Dengan memahami tujuan yang harus dicapai akan menimbulkan gairah untuk terus belajar.

f. Cara Memotivasi Siswa Belajar

Memotivasi belajar penting artinya dalam proses belajar siswa, karena fungsinya yang mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar. Karena itu, prinsip-prinsip penggerakan motivasi belajar sangat erat kaitannya dengan prinsip-prinsip belajar itu sendiri. Menurut Oemar Hamalik (2001: 156-161 ), “Ada beberapa prinsip belajar dan motivasi yaitu kebermaknaan, modelling, komunikasi terbuka, prasyarat, novelty, latihan/ praktek yang aktif dan bermanfaat, latihan terbagi, kurangi secara sistematik paksaan belajar, kondisi yang menyenangkan”. Dibawah ini akan diuraikan beberapa prinsip belajar dan motivasi, supaya mendapat perhatian dari pihak perencanaan pengajaran khususnya dalam rangka merencanakan kegiatan belajar mengajar.

1). Kebermaknaan

Siswa akan suka dan bermotivasi belajar apabila hal-hal yang dipelajari mengandung makna tertentu baginya. Kemaknaan sebenarnya bersifat personal karena dirasakan sebagai sesuatu yang penting bagi diri seseorang. Ada kemungkinan pelajaran yang disajikan oleh guru tidak dirasakan sebagai bermakna berusaha menjadikan pelajarannya dengan makna bagi semua siswa.


(34)

commit to user 2). Modelling

Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru mengajarkannya dalam bentuk tingkah laku model,bukan dengan hanya menceramahkan/menceritakannya secara lisan.

3). Komunikasi Terbuka

Siswa lebih suka belajar bila penyajian terstruktur supaya pesan-pesan guru terbuka pengawasan siswa. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk melaksanakan komunikasi terbuka, yaitu sebagai berikut. a). Kemukakan tujuan yang hendak dicapai kepada para siswa agar mendapat perhatian mereka. b). Tunjukkan hubungan-hubungan, kunci agar siswa benar-benar memahami apa-apa yang sedang diperbincangkan. c). Jelaskan pelajaran secara nyata, diusahakan menggunakan media instruksional sehingga lebih menjelaskan masalah yang sedang dibahas.

4). Prasyarat

Untuk mengenali apakah siswa telah memiliki prasyarat yang dibutuhkan itu, maka guru dapat melakukan analisis terhadap tugas, topik, dan tujuan-tujuan yang dicapau. Kemudian guru memberikan tes mengenai prasyarat tersebut. Bertitik tolak dari keadaan siswa tersebut, guru akan lebih mudah mengyesuaikan pelajarannya sehingga membangkitkan motivasi belajar yang lebih tinggi di kalangan siswa.

5). Novelty

Siswa lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian yang baru (novelty) atau masih asing. Sesuatu gaya dan alat yang baru atau masing-masing bagi siswa akan lebih menarik perhatian mereka untuk belajar, misalnya yang belum pernah dilihat sebelumnya.

6). Latihan/ Praktek yang Aktif dan Bermanfaat

Siswa lebih senang belajar jika mengambil bagian yang aktif dalam latihan/ praktek untuk mencapai tujuan pengajaran. Praktek secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku tulis.


(35)

commit to user 7). Latihan Terbagi

Siswa lebih senang belajar jika latihan dibagi-bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek. Latihan-latihan secara demikian akan lebih meningkatkan motivasi siswa belajar dibandingkan dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang panjang. Cara yang terakhir itu akan melelahkan siswa, bahkan mungkin menyebabkan mereka tidak menyenangi pelajaran, serta mengalami kekeliruan dalam mempraktekkannya.

8). Kurangi secara sistematik Paksaan Belajar.

Pada waktu mulai belajar, siswa perlu diberikan paksaan atau pemompaan. Akan tetapi bagi siswa yang sudah mulai menguasai pelajaran, maka secara sistematik pemompaan itu dikurangi dan akhirnya lambat laun siswa dapat belajar sendiri.

9). Kondisi yang Menyenangkan

Siswa lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi pengajaran menyenangkan. Kondisi menyenangkan ini terjadi jika terdapat media atau alat peraga dalam menyampaikan materi. Dalam kondisi tersebut, dimungkinkan siswa dapat lebih memahami materi pelajaran.

Menurut Aunurrahman (2009: 118), Agar motivasi belajar siswa dapat tumbuh dengan baik maka guru harus berusaha:

1). Merancang atau menyiapkan bahan ajar yang menarik 2). Mengkondisikan proses belajar aktif

3). Menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang menyenangkan 4). Mengupayakan pemenuhan kebutuhan siswa di dala belajar (misalnya

kebutuhan untuk dihargai, tidak merasa tertekan dsb)

5). Meyakinkan siswa bahwa mereka mampu mencapai suatu prestasi

6). Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin pula memberitahukan hasilnya kepada siswa

7). Memberitahukan nilai dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata sehari-hari.

2.Interaksi Sosial dalam Keluarga

a. Pengertian Keluarga

Menurut Ravik Karsidi (2005: 49) “Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena inilah anak pertama-tama


(36)

commit to user

mendapatkan didikan dan bimbingan”. Lingkungan yang utama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.

Menurut Abu Ahmadi (1991: 108) “Keluarga adalah wadah yang sangat penting di antara individu dan group, dan merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak-anak menjadi anggotanya”.

Dalam setiap masyarakat pasti akan dijumpai keluarga batih (“nuclear family”). Soerjono Soekanto (2004: 22) ,”Keluarga batih terdiri dari suami/ayah, istri/ibu dan anak-anak yang belum menikah”. Keluarga batih tersebut lazimnya juga disebut rumah tangga, yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dan proses pergaulan hidup.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan satuan terkecil dalam masyarakat yang memiliki ikatan darah, serta tanggung jawab utama terhadap anak dalam pendidikan maupun pemenuhan kebutuhan.

b. Interaksi Sosial dalam Keluarga

Menurut Abu Ahmadi (1991: 100) “Interaksi Sosial adalah pengaruh timbal balik antara individu dengan golongan di dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya dan di dalam usaha mereka untuk mencapai tujuannya.”

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari orang lain, karena disamping sebagai mekhluk individu manusia sekaligus merupakan makhluk sosial. Di situ manusia akan bergaul, berbicara bahkan bermusuhan dengan orang lain. Tindakan inilah yang disebut interaksi. Interaksi sosial selalu mengikutsertakan pengaruh dua arah yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Hal tersebut sesuai dengan H. Bonner yang dikutip oleh W.A Gerungan (1996: 57) yang menyatakan, “Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu lainnya, atau sebaliknya”.

Menurut Celine Darnon (2007: 127), “In which social interaction is seen

as a privileged context for progress and learning, because it allows for the


(37)

commit to user

istimewa untuk kemajuan dan belajar, karena menyediakan konfrontasi dari solusi yang berbeda.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi. Dalam penelitian ini ditekankan pada interaksi sosial anak dengan orangtua dalam keluarga.

Hubungan dengan anggota keluarga, menjadi landasan sikap terhadap orang, benda dan kehidupan secara umum. Mereka juga meletakkan landasan bagi pola penyesuaian dan belajar berpikir tentang diri mereka sebagaimana dilakukan anggota keluarga mereka. Akibatnya, mereka belajar menyesuaikan pada kehidupan atas dasar landasan yang dilketakkan ketika lingkungan untuk sebagian besar terbatas pada rumah.

Menurut Elizabeth B. Hurlock (1999 : 200) “Dengan meluasnya lingkup sosial dan adanya kontak dengan teman sebaya dan orang di luar rumah, landasan awal ini yang diletakkan di rumah, mungkin berubah dan dimodifikasi, namun tidak pernah akan hilang sama sekali. Sebaliknya, landasan ini mempengaruhi pola sikap dan perilaku di kemudian hari.”

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya “ Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga” ( 2004: 49), Ada beberapa bentuk interaksi dalam keluarga, yaitu interaksi antara suami dan istri, interaksi antara ayah, ibu dan anak, interaksi ibu dan anak, interaksi antara ayah dan anak, interaksi antara anak dan anak.

Hubungan dengan anggota keluarga sangat dipengaruhi keadaan rumah tangga-pola kehidupan di rumah, macam orang yang mewarnai kehidupan kelompok dirumah, status ekonomi dan sosial keluarga dalam masyarakat dan kondisi lain yang memberi suara rumah tangga suatu karakter yang khusus. Beberapa dari kondisi tersebut menunjang hubungan keluarga yang baik dan yang lain menimbulkan hubungan keluarga yang buruk.

( Elizabeth B. Hurlock : 1999, 212) Hubungan orang tua-anak juga sangat dipengaruhi persepsi anak terhadap pelatihan yang dialaminya dan interpretasinya terhadap motivasi


(38)

commit to user

hukuman dari orang tua. Semakin otoriter pendidikan anak, semakin mendendam anak itu dan semakin besar kemungkinan anak akan senang melawan dan tidak patuh secara sengaja. Perilaku menentang sangat besar perannya dalam memburuknya hubungan orang tua-anak dengan bertambahnya usia anak.

3. Kemampuan Kognitif Fisika a. Pengertian Kemampuan Kognitif

Dalam dunia pendidikan ada tiga tujuan pendidikan yang sangat dikenal dan diakui oleh para ahli pendidikan, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Neiser dalam Muhibbin Syah (2006: 66), istilah Cognitive

berasal dari conition yang mempunyai sinonim knowing yang artinya mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) aialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan Dalam perkembangannya istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu domain atau ranah kemampuan psikologi manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesenjangan, dan keyakinan. Kemampuan kejiwaan yang berpusat di otak ini berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa. Ranah kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik untuk dikuasai karena penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan.

Kemampuan kognitif bisa diartikan sebagai kemampuan individu untuk menggunakan pengetahuan yang dimiliki secara optimal untuk pemecahan masalah yang berhubungan dengan diri dan lingkungan sekitar. Itulah sebabnya pendidikan dan pembelajaran perlu diupayakan agar kemampuan kognitif para siswa dapat berfungsi secara positif dan bertanggung jawab. Tanpa kemampuan kognitif, mustahil siswa dapat memahami faedah dan menangkap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran yang diikuti.

Benyamin S. Bloom dalam Djaali (2006: 77) telah mengembangkan taksonomi untuk domain kogntif. Taksonomi adalah metode untuk membuat urutan pemikiran dari tahap dasar ke arah yang lebih tinggi dari kegiatan mental, dengan enam tahap sebagai berikut.


(39)

commit to user

1). Pengetahuan (knowledge) ialah kemampuan untuk menghafal, mengingat, atau mengulangi informasi yang pernah diberikan.

2). Pemahaman (comprehension) ialah kemampuan untuk menginterpretasi atau mengulan informasi dengan mengguakan bahasa sendiri.

3). Aplikasi (application) ialah kemampuan menggunakan informasi, teori, dan aturan pada situasi baru.

4). Analisis (analysis) ialah kemampuan mengurai pemikiran yang kompleks, dan mengenai bagian-bagian serta hubungannya.

5). Sintesis (synthesis) ialah kemampuan mengumpulkan komponen yang sama guna membentuk suatu pola pemikiran yang baru.

6). Evaluasi (evaluation) ialah kemampuan membuat pemikiran berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

Anderson memperbaiki taksonomi Bloom dengan mengklasifikasikan proses kognitif menjadi enam kategori. Menurut P. Siahaan (2011: 2) perbaikan taksonomi Bloom meliputi:

1) Mengingat ialah menjelaskan jawaban faktual, menguji ingatan, dan pengenalan.

2) Memahami ialah menerjemahkan, menjabarkan, menafsirkan, menyederhanakan, dan membuat perhitungn

3) Menerapkan ialah Memahami kapan menerapkan, mengapa menerapkan, dan mengenali pola penerapan ke dalam situasi baru, tidak biasa dan agak berbeda atau berlainan.

4) Menganalisis ialah Memecahkan ke dalam bagian, bentuk, dan pola.

5) Menilai ialah kemampuan untuk memeriksa dan mengkritik berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

6) Menciptakan ialah kemampuan Menggabungkan unsur-unsur ke dalam bentuk atau pola yang sebelumnya kurang jelas.

Menurut Slameto dalam Syaiful Bahri Djamarah (2008: 202) “Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk sampai pada penguasaan kemampuan kognitif, yaitu persepsi, mengingat, dan berpikir. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia.


(40)

commit to user

Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukannya lewat indranya, yaitu indra penglihatan, pendengar, peraba,perasa, dan pencium.

Dalam pengajaran guru harus menanamkan pengertian dengan cara menjelaskan materi pelajaran sejelas-jelasnya, bukan bertele-tele kepada anak didik, sehingga tidak terjadi kesalahan persepsi anak didik. Kemungkinan kecilnya kesalahan persepsi anak bila penjelasan yang diberikan itu mendekati objek yang sebenarnya. Semakin dekat penjelasan guru dengan realitas kehidupan semakin mudah anak didik menerima dan mencerna materi pelajaran yang disajikan. Seorang anak yang telah memiliki kemampuan persepsi ini berarti telah mampu menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, entah objek itu orang, benda, atau kejadian/peristiwa.

Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, di mana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh di masa yang lampau. Terdapat dua bentuk mengingat yang paling menarik perhatian, yaitu mengenal kembali dan mengingat kembali. Dalam mengenal kembali, orang berhadapan dengan suatu objek dan pada saat itu dia menyadari bahwa objek itu pernah dijumpai di masa yang lampau. Dalam mengenal kembali, aktivitas mengingat ternyata terikat pada kontak kembali dengan objek; seandainya tidak ada kontak, juga tidak terjadi mengingat. Teringatnya kembali kesan-kesan dilampau itu karena kesan-kesan yang berada di alam bawah sadar dengan cara “asosiasi”. Oleh karena itu, dalam mengenal kembali, orang tahu bahwa objek yang dijumpainya sekarang ini cocok dengan suatu gagasan, pikiran atau tanggapan yang tersimpan dalam ingatannya, sejak bertemu dengan objek itu untuk pertama kali di masa lalu. Kegiatan mengingat kembali ini merupakan kegiatan yang terbanyak dilakukan anak didik di sekolah. Materi pelajaran yang bersifat hafalan sangat memerlukan kegiatan mengingat kembali ini. Konsentrasi tingkat tinggi sangat dituntut kepada anak didik untuk mendukung usaha mengingat kembali materi yang sudah dihafal.

Perkembangan berpikir seorang anak bergerak dari kegiatan berpikir konkret menuju berpikir abstrak. Perubahan berpikir ini bergerak sesuai dengan


(41)

commit to user

meningkatnya usia seorang anak. Seorang guru perlu memahami kemampuan berpikir anak sehingga tidak memaksakan materi-materi pelajaran yang tingkat kerusakannya tidak sesuai dengan usia anak untuk diterima dan dicerna oleh anak. Bila hal ini terjadi, maka anak mengalami kesukaran untuk mencerna gagasan-gagasan dari materi pelajaran yang diberikan. Materi pelajaran jelas tak dapat dikuasai anak didik dengan baik. Maka gagallah usaha guru untuk membelajarkan anak didik.

Menurut Muhibbin Syah (2006: 85) “Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kogniitif siswa yang amat perlu dikembangkan segera khususnya oleh guru, yakni: 1) Strategi belajar memahami isi materi pelajaran; 2) strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut.” Tugas guru dalam hal ini ialah menggunakan pendekatan mengajar yang memungkinkan para siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada pemahaman yang mendalam terhadap isi materi pelajaran.

b. Pengertian Fisika

Pengertian Fisika didefinisikan oleh beberapa ahli, seperti halnya yang dikutip oleh Herbert Druxes (1986: 3) antara lain:

1) Menurut Brockhaus, Fisika adalah pelajaran tentang kejadian dalam alam, yag memungkinkan penelitian dalam percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian serta matematis dan berdasarkan pengetahuan umum.

2) Menurut Gerthsen, Fisika adalah suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam yang sederhana dan berusaha menemukan hubungan antara pernyataan-pernyataan. Prasyarat dasar untuk memecahkan persoalan ialah mengamati gejala-gejala tersebut.

Belajar Fisika pada hakikatnya adalah suatu aktivitas mental yang tinggi untuk memahami arti dari struktur-struktur, hubungan-hubungan, dan simbol-simbol, kemudian menerapkan konsep-konsep yang dihasilkan ke situasi yang nyata sehingga menyebabkan suatu perubahan tingkah laku. Kemampuan kognitif Fisika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penguasaan siswa terhadap kompetensi minimal dalam mata pelajaran Fisika yang meliputi ranah kognitif .


(42)

commit to user

Menurut Muhibbin Syah (2006: 154), “Mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan.” Khusus untuk mengukur kemampuan analisis dan sintesis siswa, lebih dianjurkan untuk menggunakan tes esai, karena tes ini adalah satu-satunya ragam instrumen evaluasi yang paling tepat untuk mengevaluasi dua jenis kemampuan akal siswa tadi. Jadi peneliti menggunakan tes pilihan ganda yang diperoleh dari guru untuk pengukuran kemampuan kognitif tersebut.

4. Listrik Dinamis

a. Arus Listrik

Arus listrik dapat didefinisikan sebagai aliran muatan positif dari potensial tinggi ke potensial rendah. Arus listrik terjadi apabila ada perbedaan potensial. Jika dua titik yang dihubungkan mempunyai potensial yang sama maka tidak ada aliran muatan listrik positif sehingga tidak terjadi arus listrik. Menurut Serway-Jewett (2004:832) arus listrik dapat dianalogikan dengan aliran air yang mengalir.

Gambar 2.1 aliran elektron yang melewati luasan A

Arus digambarkan sebagai muatan bergerak tegak lurus terhadap luas permukaan � setiap sekonnya, sesuai dengan Gambar 2.1. Arus listrik merupakan besarnya muatan yang mengalir melalui luasan � tiap satu sekon. Jika ∆ merupakan besar muatan yang melalui area � pada selang waktu ∆� dan kuat arus rata-rata ���, maka :


(43)

commit to user

Gambar 2.2 Aliran Muatan pada Medium Volume Tertentu Arus dapat dihubungkan dengan perpindahan muatan berdasarkan penggambaran model mikroskopik. Arus mengalir melalui penampang � sepanjang ∆� (sesuai dengan Gambar 2.2). Jika melambangkan banyaknya muatan tiap 3, � merupakan besar muatan, � merupakan kecepatan aliran muatan, dan ∆� merupakan selang waktu yang dibutuhkan untuk melalui penampang, maka:

∆ = .�.�.∆� .� 2.2

� =∆

∆� = .��.�.�

2.3

b. Beda Potensial

Beda potensial listrik (tegangan) merupakan kerja yang dilakukan oleh gaya listrik untuk memindahkan muatan dari titik satu ke titik yang lain. Satuan beda potensial adalah volt (V). Alat yang digunakan untuk mengukur beda potensial listrik disebut voltmeter. Secara matematis beda potensial dapat dituliskan sebagai berikut.

=

� 2.4 Keterangan :

V : beda potensial (V)

W : usaha/energi (J)

q : muatan listrik (C) c. Hukum Ohm

Pada rangkaian listrik tertutup, terjadi aliran arus listrik. Arus listrik mengalir karena adanya beda potensial antara dua titik pada suatu penghantar, seperti pada lampu senter, radio, dan televisi. Alat-alat tersebut dapat menyala


(44)

commit to user

(berfungsi) karena adanya aliran listrik dari sumber tegangan yang dihubungkan dengan peralatan tersebut sehingga menghasilkan beda potensial. besar beda potensial yang ditimbulkan, maka kuat arus yang mengalir makin besar pula. Besarnya perbandingan antara beda potensial dan kuat arus listrik selalu sama (konstan). Jadi, beda potensial sebanding dengan kuat arus (V ~ I). Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut.

�= 2.5

Keterangan:

V : beda potensial atau tegangan (V)

I : kuat arus (A)

R : hambatan listrik ( Ω)

Persamaan di atas dikenal sebagai Hukum Ohm, yang berbunyi “Kuat arus yang mengalir pada suatu penghantar sebanding dengan beda potensial antara ujung-ujung penghantar itu dengan syarat suhunya konstan/tetap.

d. Rangkaian hambatan listrik 1). Rangkaian Hambatan Seri

Rangkaian hambatan seri adalah rangkaian yang disusun secara berurutan (segaris). Pada rangkaian hambatan seri yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan, besar kuat arus di setiap titik dalam rangkaian tersebut adalah sama. Jadi, semua hambatan yang terpasang pada rangkaian tersebut dialiri arus listrik yang besarnya sama. Bila salah satu hambatan ada yang putus, maka arus listrik pada rangkaian tersebut juga putus/tidak mengalir.

Ketika dua hambatan atau lebih dirangkai seri sesuai dengan Gambar 2.3, muatan yang mengalir pada R1, R2, dan R3 sama.


(45)

commit to user

∆�=� +� +�

Yang menunjukkan bahwa hambatan yang dirangkai diatas dialiri arus yang sama besarnya. Sehingga :

∆V =� 1+ 2+ 3

� �� = 1+ 2+ 3 2.6

Persamaan 2.6 menunjukkan hambatan yang dirangkai seri setara dengan penjumlahan linear hambatan dan selalu lebih besar daripada rangkaian tunggal apapun. Pada rangkaian seri jika salah satu rangkaian dalam keadaan terbuka maka rangkaian hambatan yag lainnya tidak akan beroperasi.

2). Rangkaian Hambatan Paralel

Hambatan paralel adalah rangkaian yang disusun secara berdampingan/ berjajar. Jika hambatan yang dirangkai paralel dihubungkan dengan suatu sumber tegangan, maka tegangan pada ujung-ujung tiap hambatan adalah sama. Sesuai dengan Hukum I Kirchoff, jumlah kuat arus yang mengalir pada masing-masing hambatan sama dengan kuat arus yang mengalir pada penghantar utama.Pada dua hambatan atau lebih yang dirangkai parallel, ketika arus mencapai titik a sesuai gambar yang disebut daerah percabangan, arus tersebut akan terpecah melalui R1 , R2, dan R3. Karena arus listrik merupakan konservasi, maka total arus (I) yang keluar percabangan sama dengan total arus yang masuk percabangan.

� =�1+�2+�3

Dapat dilihat pada Gambar 2.4, ketika resistor dirangkai parallel, memiliki beda potensial yang sama pada tiap percabangannya maka :

�= �1+�2+�3 =∆

1

+∆

2

+∆

3

=∆ . 1

1

+ 1

2

+ 1

3

1 =

1

1

+ 1

2

+ 1

3


(46)

commit to user

Gambar 2.4 Rangkaian Hambatan Paralel

Invers dari hambatan total yang dirangkai paralel sama dengan penjumlahan invers hambatan tersebut. Sehingga besar hambatan total akan selalu lebih kecil dari pada hambatan terkecil pada rangkaian. Rangkaian listrik rumah tangga menggunakan rangkaian listrik paralel. Kerena jika salah satu alat listrik pada keadaan terbuka, maka alat listrik yang lainnya masih dapat dioperasikan.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan yang dapat mendukung dalam penelitian ini adalah penelitian dari :

Widoretno dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan antara motivasi belajar dan kondisi keluarga dengan prestasi belajar siswa kelas II Semester 3 Rumpun Bangunan SMK Negeri 2 Surakarta.” Menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa kelas II. Penelitian tersebut dilaksanakan di SMK Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2006/ 2007. Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment yang dikonsultasikan r - tabel pada tingkat signifikansi 5% dan n=45. Hasil analisis ditunjukkan ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa kelas II. Terbukti dengan hasil analisis data diperoleh r hitung > r tabel, atau 0,635 > 0,294 pada taraf signifikansi 5% yang artinya siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah.


(47)

commit to user

Risma Mery Siskawati dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh perhatian orang tua dan motivasi belajar siswa terhadap minat melanjutkan ke perguruan tinggi pada siswa kelas XII SMK Negeri I Ponorogo tahun 2007/2008. Penelitian tersebut dilaksanakan di SMK Negeri I Ponorogo tahun 2007/2008. Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi linear ganda dimana r - tabel pada tingkat signifikansi 5% dan n=60. Hasil analisis ditunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara perhatian orang tua terhadap minat melanjutkan ke perguruan tinggi pada siswa kelas XII SMK Negeri I ponorogo tahun 2007/2008. Hal ini ditunjukkan dengan harga r hitung > r tabel, atau 0,506 > 0,254 . Ini berarti minat melanjutkan ke perguruan tinggi meningkat jika perhatian orang tua yang diberikan ke anak juga meningkat.

Dwi Rahayu Widiyati dalam skripsinya yang meneliti tentang hubungan antara motivasi belajar siswa kelas II pada mata pelajaran ekonomi menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa kelas II pada mata pelajaran ekonomi. Penelitian tersebut dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar tahun ajaran 2002/ 2003. Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif koreasional. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment yang dikonsultasikan r - tabel pada tingkat signifikansi 5% dan n=70. Hasil analisis ditunjukkan ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa kelas II pada mata pelajaran ekonomi. Terbukti dengan hasil analisis data diperoleh r hitung > r tabel, atau 0,523 > 0,235 pada taraf signifikansi 5% yang artinya siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah.

Kaniya F Triasari dalam skripsinya yang meneliti tentang hubungan antara motivasi belajar dan perhatian orang tua dengan prestasi belajar peserta didik kelas II SMK Negeri 1 Wonogiri Tahun Diklat 2006/2007. Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar peserta didik kelas II. Penelitian tersebut dilaksanakan di SMK Negeri 1 Wonogiri Tahun Diklat 2006/2007. Penelitian


(48)

commit to user

yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi dan regresi ganda. r - tabel pada tingkat signifikansi 5% dengan n =60. Hasil analisis ditunjukkan ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar peserta didik kelas II.Terbukti dengan hasil analisis data diperoleh r hitung > r tabel, atau 0,426 > 0,254 pada taraf signifikansi 5% yang artinya siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah. Terdapat pula adanya hubungan antara perhatian orang tua dengan prestasi belajar dimana diperoleh r hitung > r tabel, atau 0,373 > 0,254 . Hal ini berarti prestasi belajar peserta didik akan meningkat jika perhatian orang tua terhadap peserta didik meningkat.

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan kerangka berpikir sebagai berikut:

Kegiatan utama dalam dunia pendidikan adalah proses belajar-mengajar. untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan telah tercapai dapat dilakukan dengan melihat prestasi belajar yang diraih siswa. Semua siswa dan guru menginginkan tercapainya prestasi belajar yang tinggi. Prestasi belajar meliputi kemampuan kognitif yang merupakan salah satu indikator keberhasilan proses belajar mengajar. Banyak faktor yang kemungkinan berhubungan dengan prestasi belajar siswa secara garis besar dikelompokkan menjadi dua macam yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (intern) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (ekstern) .

Prestasi belajar yang meliputi kemampuan kognitif berhubungan dengan motivasi belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor instrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorngan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.


(49)

commit to user

Selain faktor di atas kemampuan kognitif juga berhubungan dengan lingkungan/faktor sosial, yaitu interaksi sosial dalam keluarga. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama bagi anak untuk bersosialisasi. Disinilah anak mengenal arti cinta kasih dan simpati, mendapat bimbingan dan pertolongan terutama dari kedua orang tua atau walinya. Adanya interaksi yang baik dalam keluarga akan menciptakan hubungan yang harmonis, saling terbuka satu sama lain, saling pengertian, penuh kasih sayang dan hubungan antar anggotanya sangat intim. Belajar membutuhkan ketenangan dan konsentrasi maka dengan suasana keluarga yang tenang dan harmonis, kemungkinan anak dapat belajar dengan baik dan berprestasi dengan baik pula.

Dari uraian di atas dimungkinkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi memiliki kemampuan kognitif yang tinggi. Siswa yang berinteraksi sosial dengan baik dalam keluarga akan memiliki kemampuan kognitif yang baik pula. Dengan demikian, siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, dan berinteraksi sosial dengan baik dalam keluarga dimungkinkan mempunyai kemampuan kognitif yang baik pula.

Untuk memperjelas hubungan antar variabel dalam penelitian ini, maka dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.5.Paradigma Penelitian Motivasi belajar

X1

Interaksi sosial dalam keluarga

X2

Kemampuan kognitif Fisika


(50)

commit to user Keterangan gambar

a. X1:Motivasi belajar

b. X2 : Interaksi sosial dalam keluarga c. Y : Kemampuan kognitif Fisika

D.Perumusan Hipotesis

Berdasarkan dari tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran maka dapat dikemukakan hipotesis alternatif sebagai berikut :

1. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan kemampuan kognitif Fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011.

2. Ada hubungan yang signifikan antara interaksi sosial dalam keluarga dengan kemampuan kognitif Fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011.

3. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dan interaksi sosial dalam keluarga dengan kemampuan kognitif Fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011.


(51)

commit to user

31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Sesuai dengan masalah dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kuantitatif korelasional. Alasan peneliti menggunakan metode ini adalah:

1. Permasalahan yang dihadapi adalah merupakan permasalahan yang masih ada pada masa sekarang.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis.

3. Hasil penelitian ini nantinya merupakan suatu gambaran hasil penelitian secara sistematis, nyata, dan cermat.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X Tahun Ajaran 2010/2011 yang bertempat di SMA Negeri 2 Sukoharjo karena

a. Tersedianya data yang diperlukan dalam penelitian ini.

b. Adanya keterbukaan dari pihak sekolah sehingga memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam masalah yang diteliti.

c. Di SMA Negeri 2 Sukoharjo belum pernah diadakan penelitian dengan masalah yang sama.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap pada bulan November 2010 sampai Juli tahun 2011 dengan jadwal terlampir pada lampiran 1.


(52)

commit to user

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

“Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian” (Saifuddin Azwar, 1999: 77). Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 130) mengatakan bahwa, “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau individu yang mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama. Populasi harus dibatasi dan ditegaskan sampai pada batas- batas tertentu yang dapat dipergunakan untuk menentukan sampel. Hal ini ditegaskan lagi bahwa suatu hal yang diperhatikan keadaan homogenitasnya. Apabila keadaan populasi itu homogen maka pengambilan sampel akhir tidak ada permasalahan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011, yang terdiri dari 8 kelas dengan jumlah total siswa sebanyak 347 siswa. Berikut datanya dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Data Jumlah Siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo

No Kelas Jumlah

1. X1 45

2. X2 40

3. X3 45

4. X4 44

5. X5 45

6. X6 43

7. X7 41

8. X8 44


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

2. Interaksi Sosial dalam Keluarga

Berdasarkan hasil pengumpulan data, setelah diolah skor rata-rata interaksi sosial dalam keluarga adalah sebesar 76%. Ini berarti rata-rata tingkat interaksi sosial dalam keluarga pada siswa kelas X berada pada taraf 76%. Dengan tingkat interaksi sosial dalam keluarga tersebut dapat dikatakan bahwa interaksi sosial dalam keluarga menurut siswa masih perlu ditingkatkan.

Interaksi sosial dalam keluarga sangat diperlukan dalam penyampaian masalah dalam keluarga, misalnya adanya masalah dalam sekolah dapat disampaikan kepada keluarga agar dapat dicari pemecahannya. Selain itu perhatian yang diberikan oleh orang tua dapat menunjang prestasi dalam hal ini kemampuan kognitif. Perhatian orang tua dapat dilakukan dengan menggunakan adanya menayakan kegiatan belajar mengajar disekolah, tugas-tugas yang didapat dan penyelesainnya dan bagaimana prestasi yang didapat dari proses belajar mengajar tersebut. Agar dalam setiap hambatan belajar yang ada dapat dihindarkan.

Masalah selanjutnya dalam interaksi sosial dalam keluarga, itu dapat berasala dari bagaimana cara orang tua mendidik anaknya. Cara yang dilakukan hendaknya dapat disesuaikan dengan keaadaan anak dalam keluarga. Orang tua hendaknya memberikan peringatan atau menegur anak jika mereka melakukan kesalahan. Orang tua juga harus bersikap adil kepada semua anaknya. Untuk itu diperlukan adanya interaksi sosial dalam keluarga, agar semua anggota keluarga dapat menyampaikan pendapat mereka dalam menyelesaikan masalah.

Adanya suatu ejekan dalam keluarga dapat mempengaruhi pola berfikir anak dalam pertumbuhannya. Misalnya adik selalu di ejek oleh kakaknya karena nilai ulangannya kurang baik. Dengan adanya ejekan itu adek menemukan suatu motivasi untuk lebih meningkatkan belajarnya. Selain itu dengan adannya pemberian pujian dan hadiah oleh orang tua dapat meningkatkan motivasi belajar. Dengan adanya motivasi belajar yang tinggi yang diperoleh dalam lingkungan keluarga prestasi belajar yang diharapkan akan tercapai dengan mudah. Interaksi sosial dalam keluargapun dapat tercapai dengan baik.


(2)

commit to user

Mereka merasa tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan itu dapat menjadikan siswa malas belajar dirumah maupun disekolah ataupun siswa dapat melakukan hal-hal yang kurang baik. Untuk itu orang tua perlu memperhatikan kebutuhan yang diperlukan oleh anaknya.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dijelaskan hambatan-hambatan yang ada dalam interaksi sosial dalam keluarga yang dapat menganggu kegiatan belajar anak. Orang tua juga harus dapat memberikan contoh yang baik kepada anaknya agar mereka dapat menjadi anak yang baik. Pengertian dan perhatian orang tua sangat diperlukan dalam bimbingan belajar anaknya. Disamping itu orang tua hendaknya mengenal betul tentang sifat-sifat anaknya agar dapat mengetahui tindakan apa yang akan diambil jika anak melakukan kesalahan. Orang tua juga harus membiasakan mengawasi tindakan anaknya dalam bergaul dan memilih teman.

3. Kemampuan Kognitif Fisika Berdasarkan pengumpulan data, hasilnya skor rata-rata kemampuan

kognitif fisika pada Sub bab rangkain seri paralel adalah 75%. Dengan pencapaian tingkat kemampuan kognitif fisika pada Sub bab rangkain seri paralel tersebut sudah cukup baik, akan tetapi akan lebih apabila ditingkatkan lagi. Di SMA Negeri 2 Sukoharjo batas kelulusan untuk mata pelajaran fisika khususnya bab Listrik Dinamis adalah 60, jadi apabila ada siswa yang nilainya di bawah 60 maka harus melakukan remidi untuk meningkatkan nilainya sampai 60. Selain kedua variabel di atas, masih ada beberapa faktor lain yang berpengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa.


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Sesuai dengan permasalahan yang ada dan data yang telah dikumpulkan, serta hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada hubungan yang signifikan antara Motivasi Belajar dengan Kemampuan Kognitif Fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011.

2. Ada hubungan yang signifikan antara Interaksi sosial dalam keluarga dengan Kemampuan Kognitif Fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011.

3. Ada hubungan yang signifikan antara Motivasi Belajar dan Interaksi sosial dalam keluarga secara bersama-sama dengan Kemampuan Kognitif Fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011.

Dari data yang telah terkumpul dan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat juga diperoleh temuan lain yang berhubungan dengan ketiga variabel penelitian tersebut. Temuan lain tersebut antara lain :

1. Tingkat persentase Motivasi Belajar sebesar 71%, tingkat interaksi sosial dalam keluarga 76% dan Kemampuan Kognitif Fisika siswa 75%.

2. Dari hasil perhitungan diperoleh persamaan garis regresi.

Ŷ = -14,704 + 0,351 X1 + 0, 350 X2

Artinya bahwa rata-rata tingkat kemampuan awal kognitif fisika siswa (Y) sebesar -14,704 akan meningkat atau menurun sebesar 0,351 untuk setiap ada peningkatan atau penurunan satu unit motivasi belajar (X1) dan akan mengalami peningkatan atau penurunan sebesar 0,350 untuk setiap ada peningkatan atau penurunan satu unit interaksi sosial dalam keluarga (X2).

3. Besarnya sumbangan yang diberikan oleh masing-masing variabel adalah:

a. Sumbangan relatif Motivasi Belajar (X1) dengan Kemampuan Kognitif Fisika siswa (Y) sebesar 64,64 %.


(4)

commit to user

Kemampuan Kognitif Fisika siswa (Y) sebesar 35,36%.

c. Sumbangan efektif Motivasi Belajar (X1) dengan Kemampuan Kognitif Fisika (Y) sebesar 14,867%.

d. Sumbangan efektif interaksi sosial dalam keluarga (X2) dengan

Kemampuan Kognitif Fisika (Y) sebesar 9,583%.

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan, maka berikut peneliti akan memaparkan implikasi hasil penelitian. Implikasi dari hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bahwa kemampuan kognitif fisika siswa berhubungan dengan penggunaan motivasi belajar yang sesuai dan dengan adanya interaksi sosial yang baik. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah, sehingga prestasi belajar siswa tinggi.

2. Bagi para peneliti lain yang melakukan penelitian tentang permasalahan yang berhubungan dengan penggunaan motivasi belajar, interaksi sosial dalam keluarga, dan prestasi belajar siswa, maka hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pemikiran dan teori yang dapat digunakan sebagai materi penunjang dalam penelitian yang dilakukannya. 3. Hasil penelitian ini dapat digunakan guru sebagai bahan pertimbangan untuk

memperbaiki kemampuan kognitif fisika siswa bab sub bab rangkaian seri paralel dengan cara yang efektif antara lain dengan lebih mengefektifkan penggunaan motivasi belajar dan interaksi sosial dalam keluarga dalam proses belajar mengajar, memberikan perhatian dan penjelasan lebih kepada siswa.

C. Saran

Berdasarkan Berdasarkan pembahasan hasil data dan simpulan, penelitian dapat memberikan manfaat bagi lembaga yang terkait. Adapun saran-saran yang dapat peneliti sampaikan sebagai berikut:


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

1. Kepada Komite Sekolah

a. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti menunjukkan bahwa fasilitas dan media pendukung mata pelajaran fisika kurang dapat memenuhi, untuk itu sebaiknya diadakan peninjauan ulang tentang fasilitas yang telah ada.

b. Komite sekolah hemdaknya menambah fasilitas yang telah ada, agar kegiatan belajar mengajar dapat tercapai maksimal.

c. Komite sekolah hendaknya memeriksa kelayakan fasilitas yang telah ada, agar siswa dapat termotivasi untuk belajar lebih giat dengan adanya rasa ingin tau.

2. Kepada Guru Mata Pelajaran Fisika

a. Berdasarkan hasil angket menunjukkan bahwa guru kurang perhatian terhadap kondisi maupun lingkungan yang ada di dalam kelas khususnya, maka guru sebaiknya lebih memperhatikan kondisi kelas pada saat sebelum pelajaran dimulai, sehingga penggunaan motivasi belajar akan lebih efektif dan proses belajar mengajar berjalan dengan lancar.

b. Guru sebaiknya mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya, sehingga waktu yang dibutuhkan dalam menyampaikan materi pelajaran tidak berkurang dan materi yang disampaikan selesai tepat pada waktu yang sudah ditentukan.

3. Kepada siswa

a. Dari hasil angket menunjukkan bahwa siswa kurang perhatian terhadap materi yang disampaikan dan memahami materi yang disampaikan guru. b. Sebaiknya siswa lebih aktif dan perhatian terhadap materi yang

disampaikan guru, serta meyakini manfaat dari materi pelajaran tersebut. c. Siswa hendaknya berusaha untuk memperoleh prestasi yang maksimal

dalam suatu mata pelajaran dan menyadari pentingnya suatu prestasi belajar.


(6)

commit to user

a. Orang tua hendaknya memperhatikan kegiatan belajar anak. Supaya dalam

pencapaian prestasi dapat maksimal. Dan hendaknya orang tua dapat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh anaknya. b. Interaksi sosial dalam keluarga hendaknya dapat dilaksanakan dengan

sebaik mungkin. Agar dalam lingkungan keluarga tercapai keharmonisan dan terjalin interaksi yang baik.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN INTERAKSI SOSIAL DALAM KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PATI TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 4 156

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS X Hubungan Motivasi Belajar Dan Dukungan Keluarga Dengan Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas X Di SMK Negeri 5 Surakarta.

0 0 14

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA Hubungan Antara Interaksi Sosial Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas Unggulan.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA Hubungan Antara Interaksi Sosial Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas Unggulan.

0 0 16

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL KELUARGA, MOTIVASI BERPRESTASI, DAN KEMANDIRIAN BELAJAR Hubungan Interaksi Sosial Keluarga, Motivasi Berprestasi, dan Kemandirian Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa SMK Negeri 5 Surakarta.

0 0 15

Hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran Fisika dengan motivasi belajar Fisika di kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

1 7 132

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS X SMA.

0 0 17

Kontribusi Kecerdasan Emosional dan Pemanfaatan Sumber Belajar terhadap Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas X SMA AWAL PENDAHULUAN

0 0 17

Hubungan antara Motivasi Belajar dan Interaksi Sosial Siswa dalam Kelas dengan Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas XI IMG 20150706 0001

0 0 1

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA SHALOM BENGKAYANG.

0 0 1