Analisis kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru survei: guru-guru Sekolah Menengah Atas negeri dan swasta di wilayah Kabupaten Sleman.
ABSTRAK
ANALISIS KOMPETENSI GURU DITINJAU DARI GOLONGAN JABATAN, MASA KERJA, DAN USIA GURU
Survei : Guru-guru Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta di Wilayah Kabupaten Sleman
Dian Arum Lestariningsih Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan; (2) masa kerja; (3) usia guru.
Penelitian ini merupakan penelitian survei pada guru-guru SMA negeri dan SMA swasta di wilayah Kabupaten Sleman. Populasi 1.286 orang. Sampel penelitian ini adalah guru SMA Negeri 1 Seyegan, SMA Negeri 1 Ngaglik, SMA Negeri 1 Kalasan, SMA Negeri 1 Depok, SMA Negeri 1 Cangkringan, SMA Kolombo Sleman, SMA Angkasa Adisutjipto, SMA Islam Gamping, dan SMA Santo Mikael yang berjumlah 322 guru. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan dianalisis menggunakan teknik deskriptif dan one way Anova.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan pada kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan (asymp. sig. sebesar 0,708>α = 0,05 dan Fhitung sebesar 0,68<Ftabel 1,96); (2) tidak ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari masa kerja (asymp. sig. sebesar 0,890>α = 0,05 dan Fhitung sebesar 0,499<Ftabel 1,86); (3) tidak ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari usia guru (asymp. sig. sebesar 0,8647>α = 0,05 dan Fhitung sebesar 0,669<Ftabel 1,86).
(2)
ABSTRACT
TEACHER COMPETENCE ANALYSIS PERCEIVED FROM PROFESSION LEVEL, PERIOD OF WORKING, AND AGE OF TEACHERS
A Survey : Teachers from Public Senior High School and Private Senior High School in Sleman Regency
Dian Arum Letariningsih Sanata Dharma University
2015
The purpose of this research is to know : (1) what there are differences between teacher competence perceived from professional level; (2) the period working; (3) age of teachers.
This research is a survey for teachers in Public Senior High School and Private Senior High School in Sleman Regency. The population is 1.286 teachers. The samples of this research were 322 teachers from Public Senior High School 1 in Seyegan, Public Senior High School 1 in Ngaglik, Public Senior High School 1 in Kalasan, Public Senior High School 1 in Depok, Public Senior High School in Cangkringan, Kolombo Private Senior High School in Sleman, Angkasa Adisucipto Private Senior High School, Islam Private Senior High School in Gamping, and Santo Mikael Private Senior High School. Techniques of collecting data were questionnaires. Data were analyzed by applying descriptive technique and one way Anova.
The results of this research show that isn’t any differences between: (1) teacher competence perceived from profession level (asymp. Sig. 0,708>α=0,05 and Fcount0,681<Ftable 1,96 ); (2) period of working (asymp. sig.0,890>α=0,05 and Fcount 0,499<Ftable 1,86); (3) age of teacher (asymp. sig. 0,8647>α=0,05 and Fcount 0,669<Ftable 1,86).
(3)
i
ANALISIS KOMPETENSI GURU DITINJAU DARI
GOLONGAN JABATAN, MASA KERJA, DAN USIA GURU
Survei : Guru-guru Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta di Wilayah Kabupaten Sleman
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Dian Arum Lestariningsih NIM: 111334025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
(4)
SKRIPSI
ANALISIS KOⅣ
IPETENSI GURU DITINJAU DARI
GOLONGAN」
ABATAN,MASA KERJA,DAN USIA GURU
Survei:GuFu―guru Sekolah]νlenengah Atas Negeri dan Swasta di Wilayah
Kabupaten Sieman
Pembimbing
ノ
(5)
SICRIPSI
ANALISIS KOMPETENSI GURU DITINJAU DARI
GOLONGAN JABATAN,MASA KERJA,DAN USIA GURU
Survei:Gulu―guru Sekolahゝ江enengah Atas Negeri dan Swasta di VVilayah
Kabupaten Sleman
Tanda Tangan
Ketua Sekertaris Anggota Anggota Anggota
Ig.
Benedecta Indah Nugraheni, S.Pd., S,I.P., M Pd. Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si.
Drs. Bambang Purnomo, S.E,., M.Si.
Natalina Premastuti 8., S.Pd., M.Pd.
Y ogyakarta, 28 Septemb er 201 5
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
pada tangga1 28 September 2013 Dian Arttm Lestaririlllttsih
NI霊:111334025
Susunan lPanitia
(6)
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahan Karya ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Orangtua saya Bapak Jemina dan Ibu Wahyuningsih
Kakak saya FX Yemi Eka Putranto & Lusia Pusparatri Handayani
Adik saya Triyana Wahyudianta
Gregorius Septa Angga
Universitas Sanata Dharma
(7)
v
MOTTO
“Hormatilah ayahmu dan ibumu
-- ini adalah suatu perintah yang
penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan
panjang umurmu di bumi.”
(Efesus 6:2-3)
“Mintalah,
maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan
mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”
(Matius 7:7)
“Kekuatan terbesar adalah DOA”
(Penulis)
“Bersyukur dalam segala keadaan
adalah
cara kita menikmati karya TUHAN”
(8)
vi
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 September 2015 Penulis
(9)
vii
PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Dian Arum Lestariningsih Nomor Mahasiswa : 111334025
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
ANALISIS KOMPETENSI GURU DITINJAU DARI GOLONGAN JABATAN, MASA KERJA, DAN USIA GURU. Survei: Guru-guru Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta di wilayah Kabupaten Sleman. Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain tanpa perlu meminta ijin dari saya atau memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 28 September 2015 Yang menyatakan
(10)
viii ABSTRAK
ANALISIS KOMPETENSI GURU DITINJAU DARI GOLONGAN JABATAN, MASA KERJA, DAN USIA GURU
Survei : Guru-guru Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta di Wilayah Kabupaten Sleman
Dian Arum Lestariningsih Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan; (2) masa kerja; (3) usia guru.
Penelitian ini merupakan penelitian survei pada guru-guru SMA negeri dan SMA swasta di wilayah Kabupaten Sleman. Populasi 1.286 orang. Sampel penelitian ini adalah guru SMA Negeri 1 Seyegan, SMA Negeri 1 Ngaglik, SMA Negeri 1 Kalasan, SMA Negeri 1 Depok, SMA Negeri 1 Cangkringan, SMA Kolombo Sleman, SMA Angkasa Adisutjipto, SMA Islam Gamping, dan SMA Santo Mikael yang berjumlah 322 guru. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan dianalisis menggunakan teknik deskriptif dan one way Anova.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan pada kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan (asymp. sig. sebesar 0,708>α = 0,05 dan Fhitung sebesar 0,68<Ftabel 1,96); (2) tidak ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari masa kerja (asymp. sig. sebesar 0,890>α = 0,05 dan Fhitung sebesar 0,499<Ftabel 1,86); (3) tidak ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari usia guru (asymp. sig. sebesar 0,8647>α = 0,05 dan Fhitung sebesar 0,669<Ftabel 1,86).
(11)
ix ABSTRACT
TEACHER COMPETENCE ANALYSIS PERCEIVED FROM PROFESSION LEVEL, PERIOD OF WORKING, AND AGE OF TEACHERS
A Survey : Teachers from Public Senior High School and Private Senior High School in Sleman Regency
Dian Arum Letariningsih Sanata Dharma University
2015
The purpose of this research is to know : (1) what there are differences between teacher competence perceived from professional level; (2) the period working; (3) age of teachers.
This research is a survey for teachers in Public Senior High School and Private Senior High School in Sleman Regency. The population is 1.286 teachers. The samples of this research were 322 teachers from Public Senior High School 1 in Seyegan, Public Senior High School 1 in Ngaglik, Public Senior High School 1 in Kalasan, Public Senior High School 1 in Depok, Public Senior High School in Cangkringan, Kolombo Private Senior High School in Sleman, Angkasa Adisucipto Private Senior High School, Islam Private Senior High School in Gamping, and Santo Mikael Private Senior High School. Techniques of collecting data were questionnaires. Data were analyzed by applying descriptive technique and one way Anova.
The results of this research show that isn’t any differences between: (1) teacher competence perceived from profession level (asymp. Sig. 0,708>α=0,05 and Fcount0,681<Ftable 1,96 ); (2) period of working (asymp. sig.0,890>α=0,05 and Fcount 0,499<Ftable 1,86); (3) age of teacher (asymp. sig. 0,8647>α=0,05 and Fcount 0,669<Ftable 1,86).
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas semua karunia dan kasih-Nya yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan lancar. Penulis menyusun skripsi ini dengan judul “Analisis Kompetensi
Guru Ditinjau dari Golongan Jabatan, Masa Kerja, dan Usia Guru”. Skripsi merupakan survei pada Guru-guru Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta di wilayah Kabupaten Sleman. Skripsi disusun untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari adanya campur tangan pihak lain yang dengan tulus dan rela mengorbankan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis sampai penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Atas terselesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta;
3. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;
(13)
xi
4. Segenap dosen Program Studi Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan ilmunya selama penulis menepuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma.
5. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini;
6. Bapak/Ibu Guru SMA N 1 Godean, SMA Negeri 1 Seyegan, SMA Negeri 1 Ngaglik, SMA Negeri 1 Kalasan, SMA Negeri 1 Depok, SMA Negeri 1 Cangkringan, SMA Kolombo Sleman, SMA Angkasa Adisutjipto, SMA Islam Gamping, dan SMA Santo Mikael yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian;
7. Orang tuaku yang tersayang Bapak Jemina dan Ibu Wahyuningsih yang selalu memberiku kasih sayang, kesabaran, kepercayaan, nasihat, dukungan doa dan materi;
8. Kakakku FX Yemi Eka Putranto berserta istri Lusia Pusparatri Handayani yang selalu memberiku semangat, nasihat, dan dukungan doa;
9. Adikku Triyana Wahyudianta yang selalu memberiku semangat, nasihat, dan dukungan doa;
10. Gregorius Septa Angga yang telah memberikan dukungan dan doanya selama pengerjaan skripsi ini;
11. Seluruh mahasiswa angkatan 2011 yang juga telah memberi masukan dan dukungannya, terimakasih untuk kebersamaannya selama empat tahun di Universitas Sanata Dharma.
(14)
xii
12. Teman-temanku tercinta yang berjuang bersama dari SMA, Okta, Ani, Tety, Genes, Dwek yang senantiasa memberi dukungan dan juga sarannya dalam penyelesaian makalah ini;
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi rekan-rekan yang sedang menyusun skripsi.
(15)
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah... 4
(16)
xiv
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. LANDASAN TEORI ... 7
A. Kompetensi ... 7
B. Guru ... 12
C. Golongan Jabatan ... 26
D. Masa Kerja ... 28
E. Usia ... 29
F. Penelitian Lain Yang Relevan ... 30
G. Kerangka Berpikir ... 31
H. Hipotesis ... 34
BAB III. METODE PENELITIAN... 35
A. Jenis Penelitian ... 35
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 36
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 37
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 42
F. Teknik Pengumpulan Data ... 47
G. Teknik Validitas dan Riliabilitas ... 48
H. Teknik Analisis Data ... 54
BAB IV. GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 57
A. SMA Negeri 1 Seyegan ... 57
B. SMA Negeri 1 Ngaglik ... 59
C. SMA Negeri 1 Kalasan ... 63
(17)
xv
E. SMA Negeri 1 Cangkringan ... 69
F. SMA Kolombo ... 72
G. SMA Angkasa Adisutjipto ... 74
H. SMA Islam Gamping ... 76
I. SMA Santo Mikael ... 78
BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 80
A. Deskripsi Data ... 80
B. Analisis Data ... 97
C. Pembahasan ... 108
BAB VI. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN... 116
A. Kesimpulan ... 116
B. Keterbatasan ... 116
C. Saran ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 120
(18)
(19)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pangkat dan Golongan Ruang ... 27
Tabel 3.1 Data Sekolah SMA Negeri dan SMA Swasta berakreditasi A 37 Tabel 3.2 Data Sekolah SMA Negeri dan SMA Swasta yang dijadikan sampel ... 42
Tabel 3.3 Kompetensi Pedagogik ... 43
Tabel 3.4 Kompetensi Profesional... 44
Tabel 3.5 Kompetensi Kepriadian ... 44
Tabel 3.6 Kompetensi Sosial ... 45
Tabel 3.7 Skoring Berdasarkan Skala Likert ... 45
Tabel 3.8 Variabel Golongan Jabatan ... 46
Tabel 3.9 Variabel Masa Kerja ... 47
Tabel 3.10 Variabel Usia Guru ... 47
Tabel 3.11 Rangkuman Uji Validitas untuk Analisis Kompetensi Guru ditinjau dari Golongan Jabatan, Masa Kerja, dan Usia Guru (Pertama) ... 50
Tabel 3.12 Rangkuman Uji Validitas untuk Analisis Kompetensi Guru ditinjau dari Golongan Jabatan, Masa Kerja, dan Usia Guru (Kedua) ... 51
Tabel 5.1 Sebaran Responden Penelitian ... 81
Tabel 5.2 Responden Penelitian SMA Negeri ... 81
Tabel 5.3 Responden Penelitian SMA Swasta ... 81
Tabel 5.4 Golongan Jabatan Responden ... 82
Tabel 5.5 Masa Kerja Responden ... 83
Tabel 5.6 Usia Responden ... 84
Tabel 5.7 Perhitungan PAP Tipe II ... 85
Tabel 5.8 Kompetensi Guru ditinjau dari Golongan Jabatan pada SMA Negeri... 86
Tabel 5.9 Kompetensi Guru ditinjau dari Golongan Jabatan pada SMA Swasta ... 88
(20)
xvii
Tabel 5.10 Kompetensi Guru ditinjau dari Masa Kerja pada
SMA Negeri... 90
Tabel 5.11 Kompetensi Guru ditinjau dari Masa Kerja pada SMA Swsata ... 93
Tabel 5.12 Kompetensi Guru ditinjau dari Usia pada SMA Swsata ... 95
Tabel 5.13 Kompetensi Guru ditinjau dari Usia pada SMA Swsata ... 96
Tabel 5.14 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Golongan Jabatan pada SMA Negeri ... 98
Tabel 5.15 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Golongan Jabatan pada SMA Swasta... 99
Tabel 5.16 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Masa Kerja pada SMA Negeri... 100
Tabel 5.17 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Masa Kerja pada SMA Swasta ... 101
Tabel 5.18 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Usia Guru pada SMA Negeri... 102
Tabel 5.19 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Usia Guru pada SMA Swasta ... 103
Tabel 5.20 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis ... 104
Tabel 5.21 Hasil Uji Beda Data Berdasarkan Golongan Jabatan ... 105
Tabel 5.22 Hasil Uji Beda Data Berdasarkan Masa Kerja ... 106
(21)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 124
Lampiran 2. Validitas dan Reliabilitas ... 131
Lampiran 3. Tabel-r Product Moment ... 136
Lampiran 4. Data Induk Penelitian ... 138
Lampiran 5. Uji Normalitas ... 164
Lampiran 6. Uji Homogenitas dan Uji Anova ... 186
Lampiran 7. Contoh Kuesioner yang diisi ... 190
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian dan Keterangan sudah Melakukan Penelitian ... 202
(22)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru merupakan sosok yang mengemban tanggung jawab untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional seperti yang telah dijelaskan dalam UU No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Pendidikan Nasional, pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan anak bangsa tetapi juga bertujuan membentuk watak dan kepribadian peserta didik dengan demikian tugas guru menjadi lebih berat. Guru juga mempunyai tugas mendidik peserta didik agar mempunyai moral yang sesuai dengan nilai-nilai agama. Guru harus memiliki moral dan kepribadian yang baik, karena guru merupakan suri tauladan bagi anak didik dan dalam masyarakat guru juga merupakan orang yang pantas diteladani.
(23)
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang strategis dalam pembangunan nasional di bidang pendidikan. Atas dasar amanat ini profesi guru perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Sebagai tenaga profesional, guru dituntut mampu melaksanakan sistem dan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional yang dimaksud adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Dalam pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuktikan dengan dimilikinya sertifikat pendidik oleh guru. Sejalan dengan hal ini, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan telah merencanakan program antara lain pelaksanaan sertifikasi guru, peningkatan kualifikasi, peningkatan kompetensi guru, pendidikan di daerah terpencil, dan
(24)
masalah tambahan (penghargaan akhir masa bakti bagi guru dan beasiswa bagi putra-putri guru berprestasi/berdedikasi).
Di proses belajar mengajar, semua siswa menginginkan guru mereka maksimal dalam melakukan kegiatan belajar mereka sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, mendidik dengan baik, dan menjadi fasilitator dalam kegiatan belajar mengajarnya sehingga dapat berdampak pada tujuan pendidikan yang akan dicapai. Tidak hanya itu, guru pun juga harus memasyarakat/bersosialisasi dengan guru yang lain, karyawan, para siswa, bahkan pada masyarakat di lingkungan sekolah tersebut. Untuk mewujudkan hal tersebut guru harus memiliki beberapa kompetensi, diantaranya: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
Namun, peneliti melihat pada kenyataan yang ada sewaktu melaksanakan Program Pengenalan Lapangan (PPL), kompetensi yang dimiliki guru juga ada yang terbatas pada golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru. Karena biasanya guru yang usianya lebih tua dan masa kerjanya sudah lama bisa lebih mengatur siswa dibandingkan dengan guru muda atau baru menjadi guru.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk menyelidiki kompetensi yang dimiliki oleh guru. Secara lebih spesifik penelitian ini mengambil judul penelitian
(25)
“Analisis Kompetensi Guru Ditinjau dari Golongan Jabatan, Masa Kerja, dan Usia Guru”. Penelitian ini merupakan survei pada guru-guru Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta di wilayah Kabupaten Sleman.
B. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang terpapar diatas penulis memperoleh gambaran dimensi yang begitu luas. Akan tetapi, penelitian ini akan memfokuskan pada varibel golongan jabatan, masa kerja guru, dan usia guru. Sedangkan cangkupan dalam kompetensi guru mencakum 4 komponen yaitu komponen pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah ini, maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan guru?
2. Apakah ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari masa kerja guru?
(26)
D. Tujuan penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan guru
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari masa kerja guru.
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari usia guru.
E. Manafaat penelitian
Hasil penulisan ini di harapkan bermanfaat untuk :
1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi oleh pemakai atau peneliti selanjutnya dalam meneliti mengenai analisis kompetensi guru.
2. Bagi Sekolah
Dari hasil penelitian ini diharapkan sekolah dapat mendukung para guru untuk melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan profesionalitas guru yang berkelanjutan.
(27)
3. Bagi guru
Diharapkan guru mempunyai kompetensi-kompetensi tersebut guna menunjang proses pembelajaran dengan lenih baik.
4. Bagi Dinas Pendidikan
Dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengevalusi guru dilihat dari kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.
5. Bagi penulis
Untuk menambah pengalaman serta memberikan bekal mengenai permasalahan yang menyatakan guru tersebut sudah profesional.
(28)
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Kompetensi
1. Pengertian Kompetensi
Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dan perilaku seseorang. Istilah kompetensi mempunyai banyak makna. Menurut Lefrancois (Mulyasa, 2009:37) mengemukakan, kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar.
Cowell (Mulyasa, 2009:28) juga mengartikan kompetensi sebagai suatu keterampilan atau kemahiran yang bersifat aktif. Kompetensi dikategorikan dari tingkat sederhana atau dasar hingga lebih sulit atau kompleks yang pada gilirannya akan berhubungan dengan proses penyusunan bahan atau pengalaman belajar, yang lazimnya terdiri dari: (1) Penguasaan minimal kompetensi dasar; (2) Praktik kompetensi dasar; (3) Penambahan, penyempurnaan, atau pengembangan terhadap kompetensi atau keterampilan.
Kompetensi menurut UU No.13/2003 tentang Ketenagakerjaan:
pasal (1), “Kompetensi adalah kemampuan setiap individu yang
mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kerja yang
(29)
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan setiap individu mampu melakukan suatu kinerja yang mencakup aspek pengetahuan dan keterampilan dengan yang berlangsung lama sesuai dengan standar yang ditetapkan.
2. Definisi Kompeteni guru
Mengembangkan potensi bagi guru menjadi keharusan, karena tugasnya adalah mendidik dengan pengetahuan dan kearifannya. Menurut muhibbin syah dalam Ann (2014) mengemukakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.
Dengan demikian nampak bahwa kompetensi guru adalah kemampuan dan wewenang untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan.
Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 UU Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005, meliputi kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Berikut masing-masing pejelasan dari kompetensi diatas:
a. Kompetensi Pedagogis (Mulyasa, 2009: 59-60)
Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan paal 28 ayat 3 butir (a) adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik
(30)
yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) tentang guru dikemukakan bahwa kompetensi pedagogis merupakan kemampuan guru dalam pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan 2) Pemahaman terhadap peserta didik
3) Pengembangan kurikulum/silabus 4) Perencanaan pembelajaran
5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis 6) Pemanfaatan hasil belajar
7) Evaluasi hasil belajar
8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi Kepribadian
Menurut Theodore (Mulyasa, 2009:103) kepribadian diartikan sebagai organisasi sikap-sikap (predispositions) yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
Esensi kompetensi kepribadian guru semuanya bermuara ke dalam intern pribadi guru karena tampilan kepribadian guru akan
(31)
lebih banyak mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pribadi guru yang santun, respek terhadap siswa, jujur, ikhlas dan dapat diteladani, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan dalam pembelajaran apapun jenis mata pelajarannya.
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup (Mulyasa 2009;43):
1) Berakhlak mulia 2) Arif dan bijaksana 3) Mantap
4) Berwibawa 5) Stabil 6) Dewasa 7) Jujur
8) Mampu menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat 9) Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri
10)Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan c. Kompetensi Profesional
Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa maksud dengan kompetensi profesional adalah kempuan penugasan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta
(32)
didik memenuhi stnar kompetensi yang ditetapkan dalam stanar pendidikan nasional.
Oleh sebab itu tingkat profesionalitas seorang guru dapat dilihat dari kompetensi sebagai berikut (Mulyasa, 2009:158): 1) Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan 2) Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan
3) Kemampuan dalam penugasan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkan
4) Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pemebalajaran
5) Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar
6) Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pemeblajaran 7) Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran 8) Kemampuan dalam melaksanakan unsur penunjang
9) Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja.
d. Kompetensi Sosial (Mulyasa, 2009:149-150)
Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir (d) dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosiasl adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
(33)
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang guru, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:
1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat
2) Menggunkan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik
4) Bergaul secara umum dengan masyarakat sekitar
Guru adalah makhluk sosial, yang kehidupannya tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pembelajaran disekolah tetapi juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat.
B. Guru
Dalam Undang-Undang Nomor 14 Pasal 1 Tahun 2005 Tentang guru dan Dosen, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
(34)
Guru dalam bahasa jawa adalah menunjuk pada seorang yang harus digugu dan ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakat. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakkini sebagai kebenaran oleh semua murid. Sedangkan ditiru artinya seorang guru harus menjadi suri teladan (panutan) bagi semua muridnya.
Secara tradisional guru adalah seorang yang berdiri didepan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Guru sebagai pendidik dan pengajar anak, guru diibaratkan seperti ibu kedua yang mengajarkan berbagai macam hal yang baru dan sebagai fasilitator anak supaya dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal, hanya saja ruang lingkupnya guru berbeda, guru mendidik dan mengajar di sekolah negeri ataupun swasta.
1. Pengertian guru menurut para ahli:
a. Menurut Noor Jamaluddin (1978: 1) Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri.
(35)
b. Menurut Peraturan Pemerintah Guru adalah jabatan fungsional, yaitu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan keahlian atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
c. Menurut Keputusan Men.Pan Guru adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah.
d. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
2. Tugas para pendidik
a. Tenaga Pembimbing (tugas bimbingan konseling sekolah) adalah tenaga kependidikan yang dengan keahliannya membimbing peserta didik agar mengenali dirinya (termasuk kemampuan potensi), mengutuhkan perkembangan dirinya, agar mampu membuat pilihan yang tepat serta bertanggungjawab atas tujuan kegiatan serta proses
(36)
pencapaiannya, dan agar peserta didik mencapai perkembangan dirinya secara optimal.
b. Tenaga Pengajar adalah tenaga kependidikan yang tugas utamanya menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik, baik bersifat akdemis, maupun bersifat ketrampilan. Kegiatan mengajar hendaknya berupa semua usaha pembelajaran peserta didik.
c. Tenaga Pelatih atau instruktur latihan ketrampilan adalah tenaga kependidikan yang secara bertahap serta sistematis melatih peserta didik untuk menguasai ketrampilan tertentu yang menjadi sasaran pembelajarannya
3. Peran guru
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
a. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
(37)
b. Guru Sebagai Pengajar
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu: membuat ilustrasi, mendefinisikan, menganalisis, mensintesis, bertanya, merespon, mendengarkan, menciptakan kepercayaan, memberikan pandangan yang bervariasi, menyediakan media untuk mengkaji materi standar, menyesuaikan metode pembelajaran, memberikan nada perasaan. Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar. c. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga
(38)
perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut :
1) Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai.
2) Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.
3) Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar. 4) Keempat, guru harus melaksanakan penilaian. d. Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena tanpa latihan tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar.
(39)
e. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
f. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan
(40)
genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
g. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru : sikap dasar, bicara dan gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman dan kesalahan, pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku neurotis, selera, keputusan, kesehatan, gaya hidup secara umum perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
(41)
h. Guru Sebagai Pribadi
Guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa
“guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa
pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat disikapi sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
i. Guru Sebagai Peneliti
Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu guru adalah seorang pencari atau peneliti. Menyadari akan kekurangannya guru berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk
(42)
meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Sebagai orang yang telah mengenal metodologi tentunya ia tahu pula apa yang harus dikerjakan, yakni penelitian.
j. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.
k. Guru Sebagai Pembangkit Pandangan
Dunia ini panggung sandiwara, yang penuh dengan berbagai kisah dan peristiwa, mulai dari kisah nyata sampai yang direkayasa. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada pesarta
(43)
didiknya. Mengembangkan fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur, sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini.
l. Guru Sebagai Pekerja Rutin
Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya.
m. Guru Sebagai Pemindah Kemah
Hidup ini selalu berubah dan guru adalah seorang pemindah kemah, yang suka memindah-mindahkan dan membantu peserta didik dalam meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan serta membantu menjauhi dan meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai. Guru harus memahami hal yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi peserta didiknya.
n. Guru Sebagai Pembawa Cerita
Sudah menjadi sifat manusia untuk mengenal diri dan menanyakan keberadaannya serta bagaimana berhubungan
(44)
dengan keberadaannya itu. Tidak mungkin bagi manusia hanya muncul dalam lingkungannya dan berhubungan dengan lingkungan, tanpa mengetahui asal usulnya. Semua itu diperoleh melalui cerita. Guru tidak takut menjadi alat untuk menyampaikan cerita-cerita tentang kehidupan, karena ia tahu sepenuhnya bahwa cerita itu sangat bermanfaat bagi manusia. Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka. Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang.
o. Guru Sebagai Aktor
Sebagai seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi yang harus ditransferkan, melainkan juga tentang kepribadian manusia sehingga mampu memahami respon-respon pendengarnya, dan merencanakan kembali pekerjaannya sehingga dapat dikontrol. Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam yang akan mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang aktor berusaha mengurangi respon bosan dan berusaha meningkatkan minat para pendengar.
(45)
p. Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insan dan menyadari bahwa
kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan.
Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri. q. Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Penilaian harus adil dan objektif.
(46)
r. Guru Sebagai Pengawet
Salah satu tugas guru adalah mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi berikutnya, karena hasil karya manusia terdahulu masih banyak yang bermakna bagi kehidupan manusia sekarang maupun di masa depan. Sarana pengawet terhadap apa yang telah dicapai manusia terdahulu adalah kurikulum. Guru juga harus mempunyai sikap positif terhadap apa yang akan diawetkan.
s. Guru Sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator. Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi calon
(47)
guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.
Dari uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa guru adalah seseorang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya dan bertanggung jawab untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi anak didiknya agar bermanfaat dimasa yang akan datang.
C. Golongan Jabatan
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Salim, 1991:428), golongan adalah kelompok dan jabatan adalah pekerjaan/kedudukan dalam suatu organisasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa golongan jabatan adalah pekerjaan/kedudukan dalam suatu organisasi. Sedangkan Samana (1994:80) menyatakan bahwa jabatan guru adalah fungsional, yang perkembangan karirnya lebih didasarkan pada disiplin kerja.
Berikut ini merupakan matriks perjenjangan jabatan, pangkat, dan golongan ruang dari profesi guru, yang sekaligus menjadi arah perkembangan karier guru.
(48)
Tabel 2.1
Pangkat dan Golongan Ruang
No Jabatan Guru Pangkat dan golongan ruang 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Guru Pratama
Guru Pratama Tingkat I Guru Muda
Guru Muda Tingkat I Guru Madya
Guru Madya Tingkat I Guru Dewasa
Guru Dewasa Tingkat I Guru Pembina
Guru Pembina Tingkat I Guru Utama Muda
Guru Utama Muda Tingkat I Guru Utama
Pengatur Muda, II/a
Pengatur Muda Tingkat I, II/b Pengatur, II/c
Pengatur Tingkat I, II/d Penata Muda, III/a
Penata Muda Tingkat I, III/b Penata, III/c
Penata Tingkat I, III/d Pembina, IV/a
Pembina Tingkat I, IV/b Pembina Utama Muda, IV/c Pembina Utama Madya, IV/d Pembina Utama, IV/e
Pasal 11 ayat (4) Peraturan Menteri No. 11 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 98 Tahun 2000 Pengadaan Pegawai Sipil mendapatkan golongan ruang bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS), yaitu:
a. Golongan ruang I/a bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Dasar atau yang setingkat;
b. Golongan ruang I/c bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau yang setingkat;
c. Golongan ruang II/a bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat
(49)
Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Diploma I, atau yang setingkat;
d. Golongan ruang II/b bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa, Diploma II;
e. Golongan ruang II/c bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah Sarjana Muda, Akademi, atau D III;
f. Golongan ruang III/a bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah Sarjana (SI), atau Diploma IV;
g. Golongan ruang III/b bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker, dan Magister (S2) atau Ijazah lain yang setara,
h. Golongan ruang III/c bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah Doktor (S3).
D. Masa kerja
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1982:634) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masa adalah waktu,
(50)
zaman atau lama waktu yang tertentu permulaan dan batasnya. Dan yang dimaksud kerja adalah perbuatan melakukan sesuatu. Dengan demikian masa kerja adalah lamanya waktu untuk melakukan sesuatu, yaitu pekerjaan tersebut. Dalam bekerja ada yang dibatasi melalui kontrak dan ada yang tidak dibatasi.
Masa kerja guru adalah waktu mulai bekerjanya seorang guru. Bagi guru PNS masa kerja dihitung mulai dari diterbitkannya surat keterangan melaksanakan tugas berdasarkan SK CPNS. Bagi guru non PNS masa kerja dihitung selama guru mengajar yang dibuktikan dengan Surat Keputusan dari Sekolah berdasarkan surat pengangkatan dari yayasan.
E. Usia
Usia adalah masa antara kelahiran dan tanggal sekarang, umur (Salim, 1991:696). Menurut Wikipedia Indonesia (http://id.wikipwedia.org/wiki/Umur), umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Misalnya, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Usia guru adalah umur seorang guru saat ia masih melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu.
(51)
Menurut Hidayat(http://nursyifa.hypermart.net/kisah%20kisah/ untukapamanusiadiberiumur.htm ), ada 3 (tiga) macam umur yaitu:
a. Umur yang bersifat kronologis. Umur ini dihitung berapa banyak kalender dihabiskan. Umur yang bersifat kronologis tidak mengenal kata surut, progres terus. Tidak akan kembali waktu yang sudah berlalu.
b. Umur berdimensi intelektual psikologis. Yaitu bisa saja seseorang secara kronologis sudah tua, tapi pendidikannya rendah, tidak berkembang emosinya, maka seperti anak-anak.
c. Umur psikologis spiritual. Umur secara kronologis sudah tua juga secara intelektual pintar.
F. Penelitian lain yang relevan
Kerangka teori penelitian yang dilakukan oleh peneliti Natalia dari Universitas Sanata Dharma (USD) dengan judul: Persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan, golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru. Survei: guru-guru Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Swasta Kabupaten Sleman.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Natalia, menunjukkan bahwa: (1) Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan (asymp.sig. sebesar
(52)
0,563>α=0,05 dan Fhitung sebesar 0,785 < Ftabel sebesar 2,40); (2) tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari golongan jabatan (asymp.sig. sebesar
0,862>α=0,05 dan Fhitung sebesar 0,380 < Ftabel sebesar 2,25); (3) persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari masa kerja (asymp.sig. sebesar 0,404>α=0,05 dan Fhitung sebesar 0,1.045 < Ftabel sebesar 1,91); (4) persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari usia guru (asymp.sig.
sebesar 0,538>α=0,05 dan Fhitung sebesar 0,781 < Ftabel sebesar 2,40).
G. Kerangka Berpikir
1. Kompetensi Guru ditinjau dari Golongan Jabatan
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia Konteporer (Salim, 1991:428), golongan adalah kelompok dan jabatan adalah pekerjaan/kedudukan dalam suatu organisasi. Sedangkan Samana (1994:80) menyatakan bahwa jabatan guru adalah fungsional, yang perekembangan karirnya lebih didasarkan pada disiplin kerja. Jadi dapat disimpulkan bahwa golongan jabatan adalah pekerjaan/kedudukan dalam sebuah organisai.
Golongan jabatan yang dimiliki oleh setiap guru terkadang juga menghantarkan seorang guru menjadi guru yang profeional yang diidamkan oleh anak didik. Guru yang memiliki golongan jabatan lebih tinggi mempunyai kompetensi yang lebih tinggi pula daripada
(53)
guru yang memiliki golongan jabatan lebih rendah. Guru yang memiliki golongan jabatan yang lebih tinggi biasanya berkualitas baik pula dan menjadi prioritas dalam upaya mengembangkan sebuah pola pendidikan yang efektif dibandingkan dengan guru yang golongan jabatanya masih rendah. Biasanya guru dengan golongan jabatan yang tinggi dijadikan panutan oleh guru-guru yang golongannya masih rendah.
2. Kompetensi Guru ditinjau dari Masa Kerja
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1982:634) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masa adalah waktu, zaman atau lama waktu yang tertentu permulaan dan batasnya. Dan yang dimaksud kerja adalah perbuatan melakukan sesuatu. Dengan demikian masa kerja adalah lamanya waktu untuk melakukan sesuatu, yaitu pekerjaan tersebut. Dalam bekerja ada yang dibatasi melalui kontrak dan ada yang tidak dibatasi.
Guru yang masa kerjanya lebih lama pasti mempunyai kompetensi yang lebih tinggi dibandingkan guru yang masa kerjanya dibawah lima tahun, ini terjadi karena guru yang masa kerjanya sudah lama akan lebih terbiasa dengan pekerjaan yang dilakukan disekolah. Jika dilihat dari kompetensi pedagogik pasti guru tersebut lebih ceketan mendidik siswanya didalam mengikuti proses belajar mengajar berlangsung dibandingkan guru yang baru. Pada kompetensi kepriadian, guru yang masa kerjanya lama akan
(54)
dijadikan panutan bagi guru yang masa kerjanya baru sebentar dan jika dilihat dari kompetensi profesional, pastinya guru yang masa kerjanya lama akan lebih profesional karena sudah lebih berpengalaman. Kompetensi sosial unruk guru yang masa kerjanya sudah lama pastinya akan lebih mampu mengakrabkan dari pada sesala situasi, baik keada karyawan, siswa, bahkan masyarakat sekitar sekolah.
3. Kompetensi Guru ditinjau dari Usia Guru
Usia adalah masa antara kelahiran dan tanggal sekarang, umur (Salim, 1991:696). Menurut Wikipedia Indonesia (http://id.wikipwedia.org/wiki/Umur), umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia ahir hingga waktu umur itu dihitung. Usia guru adalah umur seorang guru saat ia masih melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu
Guru yang mempunyai usia yang jauh lebih tua pasti akan lebih bisa memahami an menjalankan kompetensi bidang pedagogik, kepribadian, profesional, dan soasial dari usia lebih matang dan dianggap mengerti karena juga telah berpengalaman.
(55)
H. Hipotesis Hipotesis I :
Ho : Tidak ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan guru
Ha : Ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan guru
Hipotesis II :
Ho : Tidak ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari masa kerja guru
Ha : Ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari masa kerja guru Hipotesis III :
Ho : Tidak ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari usia guru Ha : Ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari usia guru
(56)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian penjelasan (explanatory atau confirmatory researcrh). Penelitian penjelasan (explanatory atau confirmatory research) menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya. Walaupun uraiannya juga mengandung deskripsi, tetapi sebagai penelitian relasional fokusnya terletak pada penjelasan hubungan-hubungan antar variabel (Masri Singarimbun, 1981:3).
Pada umumnya, pengertian survei dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Dengan demikian penelitian survei
adalah “penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang
pokok” (Masri Singarimbun, 1981:3).
Penelitian survei merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan terstruktur yang sama kepada banyak orang, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah dan dianlisis (Prasetyo dan Miftahul, 2005:143). Metode penelitian yang digunakan adalah metode
(57)
kuantitatif. Metode Kuantitatif adalah semua informasi dan data diwujudkan dalam bentuk angka dan analisisnya menggunakan analisis statistik.
B. Waktu dan tempat penelitian 1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juli 2015 2. Tempat Penelitian
Yang akan menjadi tempat penelitian survei ini bertempatkan di SMA Negeri dan SMA Swasta Kabupaten Sleman yang telah berakreditasi A.
C. Subyek dan obyek penelitian 1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah pihak-pihak yang diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi penelitian. Pada penelitian ini subyek penelitian yang dipakai adalah guru SMA negeri maupun SMA swasta di wilayah Kabupaten Sleman.
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru.
(58)
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan sampel 1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek pebelitian (Arikunto, 2000:130). Populasi adalah sekumpulan orang, kejadian atau benda yang dijadikan obyek penelitian (Darmawan, 2013:139). Dalam penelitian ini populasinya adalah guru yang berada di SMA Negeri dan SMA Swasta yang telah berakreditasi A.
Tabel 3.1
Data Sekolah SMA Negeri dan SMA Swasta Berakreditasi A
No Jenis Status NSS Nama Sekolah Akreditasi
1 SMA Negeri 301040211087
SMA NEGERI 1
CANGKRINGAN A 2 SMA Negeri 301040214004
SMA NEGERI 1
DEPOK A
3 SMA Negeri 301040205083
SMA NEGERI 1
GAMPING A
4 SMA Negeri 301040204067
SMA NEGERI 1
GODEAN A
5 SMA Negeri 301040215005
SMA NEGERI 1
KALASAN A
6 SMA Negeri 301040206084
SMA NEGERI 1
MINGGIR A
7 SMA Negeri 301040206085
SMA NEGERI 1
MLATI A
8 SMA Negeri 301040213003
SMA NEGERI 1
NGAGLIK A
9 SMA Negeri 301040212008
SMA NEGERI 1
NGEMPLAK A
10 SMA Negeri 301040210002
SMA NEGERI 1
PAKEM A
11 SMA Negeri 301040209068
SMA NEGERI 1
(59)
No Jenis Status NSS Nama Sekolah Akreditasi 12 SMA Negeri 301040207053
SMA NEGERI 1
SEYEGAN A
13 SMA Negeri 301040201001
SMA NEGERI 1
SLEMAN A
14 SMA Negeri 301040213081
SMA NEGERI 2
SLEMAN A
15 SMA Negeri 301040208089
SMA NEGERI 1
TEMPEL A
16 SMA Negeri 301040215082 SMA NEGERI 1 TURI A 17 SMA Swasta 304040216066
SMA INSTITUT
INDONESIA A
18 SMA Swasta 302040207029
SMA ANGKASA
ADISUTJIPTO A 19 SMA Swasta 302040207006
SMA KOLESE DE
BRITTO A
20 SMA Swasta 302040207056
SMA GAMA
YOGYAKARTA A
21 SMA Swasta 302040214060
SMA KOLOMBO
SLEMAN A
22 SMA Swasta 302040205055
SMA ISLAM I
GAMPING A
23 SMA Swasta 304040202063
SMA SANTO
MIKAEL SLEMAN A 24 SMA Swasta 302040212999
SMA BUDI MULIA
DUA A
25 SMA Swasta 344040210050
SMA ISLAM 3
SLEMAN A
26 SMA Swasta 303040217008
SMA
MUHAMMADIYAH 1
PRAMBANAN A
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki. Sempel yang baik yaitu sampel yang representatif artinya sampel yang menggambar keadaan populasi (Narbuko, 2007:107).
(60)
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel ini menggunakan purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:78). Dalam teknik ini anggota populasi yang akan diambil sebagai sampel sudah ditentukan sesuai dengan keperluan penelitian dan mengabaikan peluang anggota lain dari populasi yang tidak terpilih karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu tetapi tetap memperhatikan kerepresentatifan sampel yang diambil.
Peneliti memilih sekolah SMA negeri dan SMA swasta yang berakreditasi A di wilayah Kabupaten Sleman dengan memilih sampel yang dianggap representatif.
Untuk memperoleh jumlah sampel yang representatif dapat ditentukan α =5% sampel penelitian ini dihitung dengan rumus berdasarkan proporsi yang dikemukan oleh Krejcie dan Morgan dalam (Michael dan Isaac, 1971: 192), yaitu:
Keterangan:
S = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi
P = Proporsi dalam populasi (0,5) d = Ketelitian eror (0,05)
(61)
Perhitungannya untuk sampel SMA negeri
Jumlah sampel dari data diatas 215,949 yang dibulatkan menjadi 216. Berdasarkan perhitungan peneliti, maka peneliti memutuskan menambah 10% lebih banyak untuk mengantisipasi kesalahan/kerusakan data pada saat kuesioner dibagikan. Perhitungannya sebagai berikut :
= 216 + (216 x 10%) = 216 + 21,6
= 237,6
Maka sampel penelitian pada siswa sebanyak 237,6 dibulatkan menjadi 237guru yang tersebar pada SMA negeri
(62)
Dan perhitungan untuk SMA swasta sebagai berikut:
,03
Jumlah sampel dari data diatas adalah133,03 dan dibulatkan menjadi 133. Berdasarkan perhitungan peneliti, maka peneliti memutuskan menambah 10% lebih banyak untuk mengantisipasi kesalahan/kerusakan data pada saat kuesioner dibagikan. Perhitungannya sebagai berikut :
= 133+ (133 x 10%) = 133 +13,3
= 146,3
Maka sampel penelitian pada siswa sebanyak 146,3 dibulatkan menjadi 146 guru yang tersebar pada SMA Swasta.
Jadi total semua sampel yang akan digunakan adalah 383 responden. Pada tabel dibawah ini, tersaji sampel yang dipilih oleh peneliti dalam melakukan penelitian:
(63)
Tabel 3.2
Data SMA Negeri dan SMA Swasta yang telah dijadikan sampel
No Nama Sekolah
Jumlah Sampel 1 SMA Negeri 1 Seyegan 45 2 SMA Negeri 1 Ngaglik 50 3 SMA Negeri 1 Kalasan 45 4 SMA Negeri 1 Depok 41 5 SMA Negeri 1 Cangkringan 45 6 SMA Kolombo Sleman 29 7 SMA Angkasa Adisutjipto 35 8 SMA Islam Gamping 29
9 SMA Santo Mikael 18
Total Responden 337
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran 1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti (Narbuko, 2007: 118). Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah :
a. Variabel bebasnya adalah golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru.
(64)
Dalam penelitian analisis kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru mencakup 4 dimensi, yaitu: (a) kompetensi pedagogik, (b) kompetensi kepribadian, (c) kompetensi profesional, dan (d) kompetensi sosial. Berikut ini adalah tabel kompetensi guru:
Tabel 3.3
Kompetensi Pedagogik No Indikator
Pernyataan Positif Negati
f 1 Mengenal karakter peserta didik 1 &2 3
2
Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
4 5 3 Mengembangkan kurikulum 6 7 4 Kegiatan pembelajaran yang
mendidik 8 & 9 5
Teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan potensi siswa
10 11
6
Pengembangan potensi peserta didik untuk menjadikan lebih berkualitas
12 7 Berkomunikasi yang lebih efektif
dengan peserta didik 13 8 Penilaian dan evaluasi 14 9 Tindakan releksi dengan siswa 15
(65)
Tabel 3.4
Kompetensi Profesional
No Indikator Pernyataan Positif Negatif 1
Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung pelajaran yang diampu
16,17, & 18
2
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu
19 & 20
3
Mengembangkan materi
pembelajaran yang diampu secara kreatif
21,22
4
Mengembangkan ke profesionalan secara berkelanjutan melalui tindakan yang reflektif
23
5
Memanfaatkan tekonologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri
24 25
Tabel 3.5
Kompetensi Kepribadian
No Indikator Pernyataan
Positif Negatif 1
Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
26 &27 28
2
Menjadi pribadi yang berakhlak mulia sehingga menjadi teladan untuk peserta didik
29 3 Menunjukan pribadi yang dewasa 30 4 Menjunjung kode etik guru 31
(66)
Tabel 3.6 Kompetensi Sosial
No Indikator Pernyataan Positif Negatif 1 Bersifat inklusif, bertindak obyektif,
dan tidak diskriminasi 32 33 2 Berkomunikasi dengan baik 34 3 Beradaptasi dengan baik 35
Dikembangkan dari skripsi : Natalia Niken Krisnawati mahasiswa
Universitas Sanata Dharma (USD) dengan judul “Persepsi guru
terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan, golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru. Survei : Guru-guru Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Swasta
Kabupaten Sleman”.
Pengukuran variabel kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru didasarkan pada indikator-indikatornya. Skala pengukuran yang digunakan adalah menggunakan skala likert. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok mengenai suatu fenomena sosial. Berikut ini disajikan tabel skoring berdasarkan skala likert yang digunakan dalam penelitian ini:
Tabel 3.7
Skoring Berdasarkan Skala Likert Kriteria Jawaban Skor Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Netral (N) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
(67)
2. Variabel Golongan Jabatan
Golongan jabatan adalah pekerjaan/kedudukan dalam suatu organisasi. Sedangkan Samana (1994:80) menyatakan bahwa jabatan guru adalah fungsional, yang perkembangan karirnya lebih didasarkan pada disiplin kerja. Pemberian skor golongan jabatan guru dalam penelitian ini, tampak dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3.8
Variabel Golongan Jabatan
Keterangan Skor a. Pengatur Muda, II/a
b. Pengatur Muda Tingkat I, II/b c. Pengatur, II/c
d. Pengatur Tingkat I, II/d e. Penata Muda, III/a
f. Penata Muda Tingkat I, III/b g. Penata, III/c
h. Penata Tingkat I, III/d i. Pembina, IV/a
j. Pembina Tingkat I, IV/b k. Pembina Utama Muda, IV/c l. Pembina Utama Madya, IV/d m. Pembina Utama, IV/e
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
3. Variabel Masa Kerja
Masa kerja adalah lamanya waktu untuk melakukan sesuatu, yaitu pekerjaan tersebut. Dalam bekerja ada yang dibatasi melalui kontrak dan ada yang tidak dibatasi. Pemberian skor untuk variabel masa kerja adalah sebagai berikut:
(68)
Tabel 3.9 Variabel Masa Kerja
Keterangan Skor a. <2 tahun
b. 2-4 tahun c. 5-7 tahun d. 8-10 tahun e. 11-13 tahun f. 14-16 tahun g. 17-19 tahun h. 20-22 tahun i. 23-25 tahun j. >25 tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4. Variabel Usia Guru
Usia guru adalah umur seorang guru saat ia masih melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu. Pemberian skor untuk variabel usia guru adalah sebagai berikut:
Tabel 3.10 Variabel usia guru
Keterangan Skor a. <25 tahun
b. 25-35 tahun c. 36-45 tahun d. 46-55 tahun e. > 55 tahun
1 2 3 4 5
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner.
Metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk memperoleh data tersebut, kuesioner akan disebarkan
(69)
kepada responden, terutama pada penelitian survey (Narbuko, 2007:76). Kuesioner yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan tipe pilihan, yaitu kuesioner yang harus dijawab oleh responden dengan cara tinggal memilih satu jawaban yang sudah tersedia.
G. Teknik Validitas dan Reliabilitas
Teknik pengujian instrumen penelitian yang digunakan adalah uji validitas dan uji reabilitas.
1. Pengujian Validitas
Menurut Azwar (2009:5-6) validitas adalah sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, sesuai dengan maksud dilakukannnya pengukuran tersebut.
Pengujian validitas dilakukan dengan berdasarkan uji korelasi product mement dari Karl Pearson dengan rumus (Arikunto, 200:225):
∑ ∑ ∑
(70)
Keterangan
N = Total responden Y = Total Item
X = Total dari setiap item
rxy = Koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y
Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukan tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur. Selanjutnya nilai koefisisen korelasi ini dibandingkan dengan r korelasi product moment pada tabel dk = n-2 dan taraf signifikansi 5%. Jika nilai rhitung lebih besar dari pada rtabel, maka butir pernyataan tesebut dapat dikatakan valid, dan jika nilai rhitung lebih kecil dari pada rtabel, maka butir pernyataan tesebut dapat dikatakan tidak valid.
Uji validitas terhadap item-item pertanyaan variabel analisis kompetensi guru dilakukan pada guru-guru di sekolah menengah atas di Kabupaten Sleman di luar yang menjadi sampel penelitian ini. Rangkuman uji validitas untuk variabel kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan, masa kerja dan usia guru adalah sebagai berikut:
(71)
Tabel 3.11
Rangkuman Uji Validitas Untuk Analisis Kompetensi Guru ditinjau dari Golongan Jabatan, Masa Kerja, dan Usia Guru
(Pertama) Butir
No.
Corrected Item-Total
Correlation rtebel Status
1 0,442 0,344 Valid
2 0,214 0,344 tidak valid
3 0,442 0,344 Valid
4 0,572 0,344 Valid
5 0,679 0,344 Valid
6 0,442 0,344 Valid
7 0,483 0,344 Valid
8 0,450 0,344 Valid
9 0,570 0,344 Valid
10 0,400 0,344 Valid 11 0,449 0,344 Valid 12 0,455 0,344 Valid 13 0,362 0,344 Valid 14 0,541 0,344 Valid 15 0,536 0,344 Valid 16 0,428 0,344 Valid 17 0,373 0,344 Valid 18 0,712 0,344 Valid 19 0,426 0,344 Valid 20 -0,015 0,344 tidak valid 21 0,362 0,344 Valid 22 0,356 0,344 Valid 23 0,455 0,344 Valid 24 0,481 0,344 Valid 25 0,352 0,344 Valid 26 0,362 0,344 Valid 27 -0,022 0,344 tidak valid 28 0,477 0,344 Valid 29 0,477 0,344 Valid 30 0,477 0,344 Valid 31 0,378 0,344 Valid 32 0,473 0,344 Valid 33 0,374 0,344 Valid 34 0,572 0,344 Valid 35 0,405 0,344 Valid
(72)
Berdasarkan tabel divatas, butir nomor 2, 20, dan 27 tidak valid, oleh karena itu peneliti mengambil keputusan untuk membuang butir no 2, 20, dan 27. Berikut ini tersaji rangkuman pengujian validitas setelah peneliti membuang no 2, 20, dan 27:
Tabel 3.12
Rangkuman Uji Validitas Untuk Analisis Kompetendi Guru di Tinjau dari Golongan Jabatan, Masa Kerja, dan Usia Guru
(Kedua) Butir
No.
Corrected Item-Total
Correlation rtebel Status
1 0,442 0,344 Valid
3 0,442 0,344 valid 4 0,572 0,344 valid 5 0,679 0,344 valid 6 0,442 0,344 valid 7 0,483 0,344 valid 8 0,450 0,344 valid 9 0,570 0,344 valid 10 0,400 0,344 valid 11 0,449 0,344 Valid 12 0,455 0,344 Valid 13 0,362 0,344 Valid 14 0,541 0,344 Valid 15 0,536 0,344 Valid 16 0,428 0,344 Valid 17 0,373 0,344 Valid 18 0,712 0,344 Valid 19 0,426 0,344 Valid 21 0,362 0,344 Valid 22 0,356 0,344 Valid 23 0,455 0,344 Valid 24 0,481 0,344 Valid 25 0,352 0,344 valid 26 0,362 0,344 valid 28 0,477 0,344 valid 29 0,477 0,344 valid 30 0,477 0,344 valid 31 0,378 0,344 valid 32 0,473 0,344 valid 33 0,374 0,344 valid
(73)
Butir No.
Corrected Item-Total
Correlation rtebel Status
34 0,572 0,344 Valid 35 0,405 0,344 Valid
Pengambilan keputusan ini dilakukan dengan membandingkan nilai-nilai koefisien rhitung masing-masing butir dengan nilai koefisien rtabel. Dengan jumlah data sebanyak (n) sebanyak 33 responden dan derajat keyakinan 5% atau 0,05, maka diperoleh rtabel sebesar 0,344 (Hadi, 1984:359). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa instrumen kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru dapat dikatakan valid.
2. Pengujian Reabilitas
Menurut Azwar (2009: 4-5) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hal pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini, relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara beberapa kali pengukuran.
Untuk mengetahui koefisien reliabilitas instrumen, maka digunakan rumus Alpha (Arikunto, 2000:236):
(74)
[ ] [ ∑ ]
Keterangan:
R11 = reliabilitas instrumen K = banyaknya butir pertanyaan
∑ = jumlah varian butir = varian total
Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai koefisien Cronbach Alpha > 0,60 (Nunnaly, 1967 dalan Natalia Niken, 2009:38). Jadi jika nilai koefisien Cronbach Alpha lebih besar daripada 0,60, maka butir pernyataan tersebut dapat dikatakan reliabel dan sebaliknya jika nilai koefisien Cronbach Alpha lebih kecil daripada 0,60, maka butir pernyataan tersebut dapat dikatakan tidak reliabel.
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha dan dikerjakan dengan menggunakan rumus SPSS 16.0 for Windows Evaluation Version. Dari tiga puluh lima butir pernyataan pada variabel analisis kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru diperoleh nilai koefisien alpha (r11) sebesar 0,899. Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai koefisien alpha dengan 0,60. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai koefisien alpha tersebut lebih besar daripada nilai 0,60. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa instrument kompetensi guru ditinjau dari
(75)
golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru dapat dikatakan reliabel.
H. Teknik Analisis Data 1. Teknik Deskriptif
Teknik analisis statistik yang digunakan adalah analisis deskriptif. Dalam data yang diperoleh dari sampel berupa yang dianalisi menggunakan program statistik. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan data dari hasil pengumpalan data penelitian lapangan yang meliputi responden, variabel kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru. Analisis deskriptif merupakan teknik analisis yang biasanya dipergunakan kalau tujuan penelitiannya untuk penjajagan atau pendahuluan, tidak menarik kesimpulan, hanya memberikan gambaran/deskripsi tentang data yang ada (Marhono, 2007:190).
2. Pengujian Prasyarat Analisis 1) Pengujian Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang terjaring berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui normalitas suatu data perlu dicek keberadaannya agar langkah selanjutnya dapat dipertanggung jawabkan. Teknik yang digunakan untuk uji normalitas dengan menggunakan analisis Kolmogorof Smirnov Ghozali, (2002:36):
(76)
| |
Keterangan :
D = Deviasi maksimum
Fo (Xi) = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditemukan SN (Xi) = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi
Pengambilan keputusan:
Jika nilai Asymp. Sig. < taraf nyata (0,05), maka distribusi data variabel penelitian dinyatakan tidak normal.
Jika nilai Asymp. Sig. > taraf nyata (0,05), maka distribusi data variabel penelitian dinyatakan normal.
2) Uji Homogenitas
Pengujian ini digunakan untuk menguji kesamaan varians populasi yang berdistribusi normal, berdasarkan populasinya. Ada beberapa metode yang telah ditemukan untuk melakukan pengujian ini. Dalam penelitian ini uji yang digunakan adalah dengan SPSS versi 16.0 for Windows.
3) Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini, pengujian hipotesisnya menggunakan analisis varian satu arah (one way ANOVA). Pengujian dengan ANOVA
(77)
menggunakan F, titik kritis diperoleh dengan bantuan tabel F dimana titik kritis ditentuka oleh :
a) Taraf nyata atau signifikan (α) = 5%
b) Derajat bebas atau degree of freedom (df) yang terdiri dari Numerator = k - 1
Denumerator = N – k Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan Fhitung dengan Ftabeladalah:
Jika Fhitung< Ftabel maka H0 diterima Jika Fhitung> Ftabel maka H0 ditolak
Pengambilan keputusan berdasarkan pada nilai probabilitas yaitu: Jika probabilitas (Asymp. Sig.)> taraf nyata (0,05), maka H0
diterima
(78)
BAB IV
GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A. SMA Negeri 1 Seyegan 1. Visi Sekolah
Terwujudnya insan yang bertaqwa, unggul dalam prestasi, mandiri dan bertanggung jawab.
2. Misi Sekolah
a. Membentuk peserta didik yang berprestasi dan mampu berkompetisi dalam berbagai bidang;
b. Membentuk peserta didik yang berkualitas tinggi dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni budaya;
c. Menumbuhkan semangat kemandirian secara intensif kepada semua warga sekolah;
d. Meningkatkan kecakapan siswa dalam berbagai keterampilan yang berorientasi pada kebutuhan masa depan; e. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran Agama yang dianut sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak; f. Memperkokoh semangat kebangsaan dan cinta tanah air; g. Menciptakan iklim sekolah yang mendukung pembelajaran.
(79)
3. Daftar Nama Guru
No. Nama Guru 1 Drs. Miskun
2 Drs. Tri Mulyadi 3 Dra. Parijah 4 Drs. Harjanto
5 Ening Handayani Rahayu 6 Drs. Windu Heri Setiasno 7 Kasihono, S. Pd
8 Drs. Susanto 9 Drs. Paulus Sujoko 10 Dra. Yulia Catur Hapsari 11 Dra. Trisminingsih 12 Drs. Sadiyat 13 Dra. Sukarmini 14 Ngarsiyati, S. Pd 15 Tanty Wijayanti, S. Pd 16 Siti Nurhidayati, S.Pd 17 Drs. Bernadus Budi 18 Totok Triyadi, S. Si 19 Drs. Suharyanto 20 Drs. Sugito 21 Kartana, S. Pd
22 Yuanita Nugraheni, S. Pd 23 Nanik Kusbandini, S. Pd 24 Sunarya, S. Pd
25 Murbasih, S. Pd 26 Dra. Sri Supadmi 27 Drs. Ponijo Jacobus 28 Nik Rukini, S. Pd 29 Suranya, S. Pd 30 Hartini, S. PA.K
31 Ardhani Akhmad, S. Pd. I 32 Rusminten, S. Pd
33 Hari Susanto 34 Hadiwiyanto 35 Suminggir
36 Dra. Tribaningsih
37 Sigit Setyonigroho, S. Pd 38 Sutrisni Nur Hartini, S. Pd
(80)
No. Nama Guru 39 Damar Setyaningrum 40 Tutik Handayani, S.S 41 Thomas Panji Pranggili 42 Drs. Agung Pranomo 43 Drs. Lisdi Suprapto 44 Ngadiran, S. Ag 45 Dra. Endang Sri
B. SMA Negeri 1 Ngaglik 1. Visi Sekolah
Menjadi SMA sebagai komunitas cerdas, beriman & bertakwa, berprestasi, berkecakapan hidup, dan berkarakter kebangsaan Pancasila.
Slogan (Tagline): “Cerdas – Berkarakter –Berprestasi -
Terampil”
(Intellegent – Good Character – High achievement – Life Skills)
2. Misi Sekolah
a. Mengoptimalkan pemberdayaan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sarana-prasarana, proses pembelajaran, dan budaya organisasi secara terus-menerus (continous improvement);
(1)
210 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
211 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
212 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
213 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
214 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
215 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI