ANALISIS PENGARUH KUPON OBLIGASI, MATURITAS OBLIGASI DAN SUKU BUNGA SBI TERHADAP HARGAOBLIGASI PEMERINTAH SERI VARIABLE RATE (VR) YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb,

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, serta atas petunjuk dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Pengaruh Kupon Obligasi, Maturitas Obligasi, Dan Suku Bunga SBI Terhadap Harga Obligasi Pemerintah Seri Variable Rate (VR) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar sarjana ekonomi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam penelitian ini hingga selesainya skripsi, penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan, kesempatan serta pengorbanan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis dengan segala kerendahan hati menyatakan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur


(2)

4. Bapak Drs. Ec. Eko Purwanto, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dorongan, bimbingan, saran serta motivasi sehingga penulis bias menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu yang tidak lelah mendoakan penulis agar bisa menyelesaikan skripsi ini.

6. untuk teman-teman yang telah banyak membantu dalam mencari bahan untuk skripsi

7. untuk semua pihak yang telah yang membantu, terima kasih atas dukunganya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan dapat memberikan sumbangan yang berguna bagi almamater.

Surabaya, April


(3)

DAFTAR ISI

hal

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR RUMUS ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

ABSTRAKSI ...xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ...10

2.2 Kajian Teori ...12

2.2.1 Pasar modal ...12

2.2.1.1 Pengertian Pasar Modal ...12


(4)

2.2.1.3 Peranan Pasar Modal ...15

2.2.2 Investasi ...16

2.2.2.1 Pengertian Investasi ...16

2.2.2.2 Bentuk-Bentuk Investasi ...16

2.2.3 Obligasi ...17

2.2.3.1 Pengertian Obligasi ...17

2.2.3.2 Jenis Obligasi ...18

2.2.3.3 Karakteristik Obligasi ...21

2.2.3.4 Likuiditas Obligasi ...22

2.2.3.5 Peringkat Obligasi ...23

2.2.3.6 Resiko Dalam Obligasi ...24

2.2.4 Kupon Obligasi ...25

2.2.5 Maturitas Obligasi ...28

2.2.6 Tingkat Suku Bunga SBI ...28

2.2.7 Harga Obligasi ...31

2.3 Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen ...35

2.3.1 Pengaruh Kupon Obligasi dengan Harga Obligasi ...35


(5)

2.3.2 Pengaruh Maturitas Obligasi dengan Harga

Obligasi ...36

2.3.3 Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dengan Harga Obligasi ...37

2.4 kerangka konseptual ...39

2.5 hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...40

3.2 Teknik Penentuan Sampel ...43

3.2.1 Populasi ...43

3.2.2 Sampel ...43

3.3 Teknik Pengumpulan Data ...45

3.3.1 Jenis Data dan Sumber Data ...45

3.3.2 Pengumpulan Data ...45

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ...46

3.4.1 Teknis Analisis Data ...46

3.4.2 Uji Asumsi Klasik ...46


(6)

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ...52

4.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ...52

4.1.2 Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia ...54

4.1.3 Tujuan Penggabungan ...55

4.1.4 Manfaat Penggabungan ...55

4.1.5 Gambaran Umum Obligasi Pemerintah ...56

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ...58

4.2.1 Kupon Obligasi (X1) Pemerintah Seri Variable Rate (VR) Tahun 2004-2007 ...59

4.2.2 Maturitas Obligasi (X2) Pemerintah Seri Variable Rate (VR) tahun 2004-2007 ...60

4.2.3 Suku Bunga SBI (X3) yang Dikeluarkan Bank Indonesia Tahun 2004 - 2007 ...62

4.2.4 Harga Obligasi (Y) Pemerintah Seri Variable Rate (VR) Tahun 2004-2007 ...63

4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis ...64

4.3.1 Analisis Uji Asumsi Klasik Regresi Linier Berganda ...64


(7)

4.3.1.2 Uji Heterokedastisitas ...66

4.3.1.3 Uji Autokorelasi ...67

4.3.2 Analisis regresi Linier Berganda ...68

4.3.3 Pengujian Hipotesis ...70

4.3.3.1 Pengujian Hipotesis Secara Parsial ...70

4.3.3.2 Pengujian Hipotesis Secara Simultan ...71

4.4 Pembahasan ...72

4.4.1 Pengaruh Kupon Obligasi Terhadap Harga Obligasi ...72

4.4.2 Pengaruh Maturitas Obligasi Terhadap Harga Obligasi ...74

4.4.3 Pengaruh Suku Bunga SBI Terhadap Harga Obligasi ...75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...77

5.2 Saran ...78

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Data Harga Obligasi Pemerintah Seri Variable rate (VR) yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Dalam Persentase)

Tabel 2 : Kupon Obligasi Pemerintah Seri Variable rate (VR) Periode 2004 – 2007 (Dalam Persentase)

Tabel 3 : Maturitas Obligasi Pemerintah Seri Variable Rate (VR) Periode 2004 – 2007 (dalam Persentase)

Tabel 4 : Suku Bunga SBI tahun 2004 -2007 (Dalam Persentase)

Tabel 5 : Harga Obligasi Pemerintah Seri Varible Rate (VR) Periode 2004 – 2007 (Dalam Persentase)


(9)

DAFTAR RUMUS

Uji Hipotesis ...3.1 Mengukur nilai t hitung ...3.2 Uji F ...3.3


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Suku Bunga SBI 1 bulanan dari tahun 2004-2007

Lampiran 2 : Data harga Obligasi, Kupon Obligasi, Maturitas Obligasi dan Suku Bunga SBI (data sudah di olah)


(11)

ANALISIS PENGARUH KUPON OBLIGASI, MATURITAS OBLIGASI DAN SUKU BUNGA SBI TERHADAP HARGAOBLIGASI

PEMERINTAH SERI VARIABLE RATE (VR) YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh : Luluk Lutviati 0612010077 / FE / EM

abstraksi

Obligasi sebagai salah satu instrumen keuangan mempunyai peranan penting dalam pasar modal. Obligasi merupakan surat utang yang dapat dipindahtangankan yaang berisi janji dari penerbit untuk membayar bunga pada periode tertentu dan membayar pokok pinjaman pada saat jatuh tempo. Harga obligasi yang ditawarkan pada Bursa Efek Indonesia dinyatakan dalam bentuk persentase. Ada 3 kemungkinan harga obligasi yaitu at par, at discount dan at premium. Harga obligasi yang di perjual belikan sangat berfluktuasi. Perubahan harga obligasi itu bisa di sebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kupon obligasi, maturitas obligasi dan suku bunga SBI. Atas dasar pemikiran tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketiga faktor tersebut terhadap harga obligasi pemerintah seri variable rate (VR).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dengan sampel yang digunakan sebanyak 10 seri Variable rate (VR) dari obligasi yang diterbitkan pemerintah. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier berganda, untuk mengukur pengaruh kupon obligasi, maturitas obligasi, dan suku Bunga SBI terhadap harga obligasi pemerintah. Hasil analisis secara parsial menunjukkan bahwa variabel kupon obligasi tidak berpengaruh terhadap harga obligasi. Variabel Maturitas obligasi tidak berpengaruh terhadap harga obligasi. Suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap harga obligasi. Dan secara simultan variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap harga obligasi.

Dari uji analisis regresi linier berganda dapat disimpulkan bahwa : (1) tidak ada pengaruh antara variabel kupon obligasi terhadap harga obligasi; (2) variabel


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Investasi merupakan upaya bagi para investor untuk mengalokasikan dan menanam uang pada media bisnis / instrumen investasi lain. Menurut Sunariyah (2003:4) investasi merupakan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Instrumen investasi cukup luas dan beragam jenisnya, seperti saham, obligasi , reksadana (mutual fund), logam mulia (emas), properti bahkan membuka bisnis riil sendiri. Salah satu sarana tempat untuk berinvestasi adalah di pasar modal

Pasar modal sebagai sarana untuk mencari dan mengumpulkan dana mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian nasional. Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa di perjual belikan baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah public authorities maupun perusahaan swasta (Husnan


(13)

1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus mengalokasikan dana secara optimal.

2. Memberikan wahana investasi yang beragam bagi para investor sehingga memungkinkan untuk melakukan diversifikasi alternatif invstasi.

3. Memberikan potensi keuntungan dengan tingkat resiko yang dapat diperhitungkan.

4. Menyediakan leading indicator bagi perkembangan perekonomian suatu negara.

5. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.

6. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme.

7. Menciptakan iklim berusaha yang sehat serta mendorong pemanfaatan manajemen profesi.

Pasar modal memberikan peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal memberikan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan


(14)

perusahaan publik dapat memperoleh dana segar masyarakat melalui penjualan efek saham melalui prosedur IPO atau efek utang (obligasi).

Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return)

bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Jadi diharapkan dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan parusahaan dan pada akhirnya memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas.

Salah satu instrumen yang diperjual belikan dalam pasar modal adalah obligasi. Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindah tangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut (Bursa Efek Indonesia).

Penerbitan obligasi dapat ditinjau dari dua sisi yaitu dari sisi emiten (perusahaan) maupun dari sisi investor. Dari sisi emiten tujuan diterbitkannya obligasi pada dasarnya untuk mendapatkan dana untuk menjalankan aktivitas perusahaannya. Sedangkan dari sisi investor, investasi pada obligasi merupakan alternatif yang relatif aman dari pada saham, karena obligasi


(15)

memberikan penghasilan tetap berupa kupon bunga yang dibayarkan secara berkala setiap 6 bulanan atau tahunan serta pokok utang yang akan dibayarkan pada saat jatuh tempo yang telah ditentukan.

Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda dilihat dari sisi penerbitnya yaitu

a. Corporate bonds, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau badan usaha swasta

b. Government bond, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat

c. Municipal bonds, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility)

Bagi seorang investor yang akan menginvestasikan dananya dengan membeli obligasi hendaknya mempertimbangkan berbagai faktor diantaranya adalah risiko, kupon, likuiditas, maturitas, yield, rating obligasi dan sebagainya. Faktor tersebut perlu dipertimbangkan karena akan berpengaruh terhadap harga obligasi tersebut. Berbeda dengan harga saham yang dinyatakan dalam bentuk mata uang, harga obligasi dinyatakan dalam bentuk persentase (%), yaitu persentase dari nilai nominal. Ada 3 kemungkinan


(16)

- Par (nilai pari), yaitu harga obligasi sama dengan nilai nominal

- At premium (dengan premi), yaitu harga obligasi lebih besar dari nilai nominal

- At discount (dengan diskon), yaitu harga obligasi lebih kecil dari nilai nominal.

Berikut ini merupakan daftar harga obligasi pemerintah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama periode 2004 – 2007.

Tabel 1

Data harga obligasi pemerintah seri variable Rate (VR) Yang tedaftar di Bursa Eefek Indonesia (dalam persentase)

Code obligasi 2004 2005 2006 2007

GBRB0018OcBV 97.745 93.505 99.213 99.903 GBRB0020MyBV 97.771 95.505 98.198 99.827 GBRB0021NvBV 97.999 97.049 100.000 99.577 GBRB0022NvBV 98.031 93.585 99.867 99.710 GBRB0023NvBV 98.000 99.010 99.929 99.727 GBRB0024NvBV 98.241 100.351 99.954 99.734 GBRB0025NvBV 98.357 96.437 99.904 99.724 GBRB0027NvBV 98.442 104.907 99.875 99.767 GBRB0028NvBV 98.649 100.049 99.973 99.784 GBRB0030NvBV 99.073 102.724 99.676 99.725 Sumber: Harian Bisnis Indonesia 2004-2007


(17)

Tabel tersebut menjelaskan bahwa obligasi pemerintah seri variable Rate (VR) tersebut mengalami fluktuasi harga obligasi tiap tahunnya dengan tren yang semakin menurun dari tahun 2004 sampai 2007. Seperti pada harga obligasi seri VR0021. pada tahun 2004 dan 2005 obligasi tersebut di jual at discount dengan harga masing-masing adalah 97.999% dan 97,049%. Pada tahun 2006 obligasi di jual pada nilai pari nya yaitu sebesar 100,000%. Dan pada tahun 2007 obligasi tersebut dijual kembali secara diskon dengan harga 99,577%

Obligasi pemerintah sebagai alternatif untuk berinvestasi mempunyai resiko yang lebih kecil di bandingkan dengan obligasi korporasi, karena investor beranggapan bahwa pemerintah tidak mungkin mengalami default risk (risiko gagal bayar) yang bisa dialami oleh obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan. Karena itu, investor lebih tertarik untuk menginvestasikan dananya pada obligasi yang di keluarkan oleh pemerintah. Meski risiko obligasi pemerintah lebih kecil, tapi harga obligasi pemerintah juga akan mengalami fluktuasi seperti yang terjadi pada obligasi korporasi.

Harga obligasi pemerintah yang dijual di BEI akan selalu berfluktuasi. Karena obligasi pemerintah lebih likuid di bandingkan obligasi korporasi Perubahan harga obligasi tersebut bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor,


(18)

turun, begitu juga sebaliknya. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Abdul Hamid dkk (2006) menggunakan durasi dan convexity sebagai alat untuk mengukur sensitifitas harga obligasi terhadap perubahan tingkat suku bunga. Dan penggunaan konsep durasi dan convexity ternyata menghasilkan perhitungan yang akurat untuk mengukur perubahan harga akibat perubahan suku bunga.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Jacky Kale Lana dan Apriani Dorkas Rambu Atahau (2005). penelitan dilakukan untuk mengukur perubahan harga akibat perubahan tingkat suku bunga SBI dengan menggunakan durasi. Hasil dari penelitiannya menyatakaan bahwa durasi tidak dapat mengukur sensitifitas harga obligasi terhadap perubahan harga obligasi.

Penelitian tentang harga obligasi juga dilakukan oleh Citra Okky Perdanawati (2008). Penelitian dilakukan dengan menggunakan kupon obligasi dan maturitas obligasi sebagai variabel bebas. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah faktor kupon obligasi berpengaruh positif terhadap harga obligasi sedangkan maturitas obligasi tidak berpengaruh terhadap harga obligasi


(19)

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul analisis pengaruh kupon obligasi, maturitas obligasi dan suku bunga SBI terhadap harga obligasi pemerintah seri variable Rate (VR) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian dapat di rumuskan sebagai berikut:

1. Apakah variabel kupon obligasi berpengaruh terhadap harga obligasi pemerintah seri variable rate (VR) yang terdaftar di BEI?

2. Apakah variabel maturitas obligasi berpengaruh terhadap harga obligasi pemerintah seri variable rate (VR) yang terdaftar di BEI?

3. Apakah variabel suku bunga SBI berpengaruh terhadap harga obligasi pemerintah seri variable rate (VR) yang terdaftar di BEI?


(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang di kemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk menganalisis pengaruh variabel kupon obligasi terhadap harga obligasi pemerintah seri variable rate (VR) yang terdaftar di BEI

2. Untuk mengetahui pengaruh variabel maturitas obligasi terhadap harga obligasi pemerintah seri variable rate (VR) yang terdaftar di BEI

3. Untuk mengetahui pengaruh variabel suku bunga SBI terhadap harga obligasi pemerintah seri variable rate (VR) yang terdaftar di BEI

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dengan dilakukannya penelitian ini adalah

1. Bagi para investor

Penelitian ini dapat memberikan pedoman dan masukan bagi investor dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi.dalam obligasi. 2. Bagi peneliti dan akademisi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan dan referensi untuk melakukan penelitian pada bidang yang sama.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

a. Abdul Hamid, Ahmad Rodoni, Titi Dewi W dan Edi Hidayat

Judul penelitiannya analisis durasi dan convexity untuk mengukur sensitifitas harga obligasi korporasi terhadap perubahan tingkat suku bunga

- Permasalahan

Apakah ada pengaruh durasi dan convexity untuk mengukur sensitifitas harga obligasi korporasi terhadap perubahan tingkat suku bunga

- Hasil

Penggunaan konsep kombinasi antara durasi dan convexity

(konveksitas) akan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat dalam menghitung perubahan tingkat harga obligasi terhadap perubahan tingkat suku bunga dari pada hanya menggunakan durasi saja. Dengan pengujian yang dilakukan, terdapat nilai yang tidak signifikan antara perbedaan perkiraan harga dengan harga sebenarnya. Maka


(22)

digunakan untuk mengukur sensitivitas harga obligasi terhadap perubahan tingkat suku bunga.

b. Jacky Kale Lana, Apriani Dorkas Rrambu Atahau

Judul penelitiannya pengukuran durasi obligasi untuk mengetahui harga obligasi terhadap perubahan tingkat suku bunga:

- Permasalahan

Apakah ada pengaruh suku bunga terhadap perubahan harga obligasi yang diukur menggunakan durasi

- Hasil

Pengukuran durasi obligasi ternyata tidak dapat digunakan untuk mengetahui sensitivitas harga obligasi terhadap perubahan tingkat suku bunga .

c. Citra Oki Perdanawati (2008)

Judul penelitiannya pengaruh maturitas obligasi dan kupon obligasi terhadap harga obligasi pada perusahaan finance yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI)

- Permasalahan

Apakah terdapat pengaruh maturitas obligasi dan kupon obligasi terhadap perubahan harga obligasi.


(23)

- Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa maturitas obligasi pada perusahaan finance sebagian besar berjangka pendek, kupon obligasi sebagian tergolong tinggi dan harga obligasi tergolong rendah. Maturitas obligasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga obligasi. Sedangkan kupon obligasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga obligasi. Secara simultan variabel maturitas obligasi dan kupon obligasi berpengaruh signifikan terhadap harga obligasi.

2.2 Kajian Teori 2.2.1 Pasar Modal

2.2.1.1 Pengertian Pasar Modal

Menurut UU Pasar Modal No 8 Tahun 1995 menjelaskan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dari perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Menurut Darmadji (2006:1) pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa di perjual belikan,


(24)

Husnan (2003:3) menjelaskan secara formal pasar modal dapat di definisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang dapat di perjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri. Dan dengan demikian dapat dikatakan bahwa pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan.

Darmadji (2006:1) menyimpulkan bahwa pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemeritah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti saham, obligasi dan lainnya.

2.2.1.2 Instrumen Pasar Modal

Beberapa sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar modal antara lain adalah:

a. Saham

Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas yang menerbitkan saham. Ada beberapa saham yang diperdagangkan, diantaranya : saham atas unjuk (bearer stock), saham atas nama (registered stock), saham biasa (common stock), dan saham preferen (prefern stock).


(25)

b. Obligasi

Obligasi adalah sertifikat yang berisi kontrak antara investor dan perusahaan, yang menyatakan bahwa investor tersebut pemegang obligasi telah meminjamkan sejumlah uang kepada perusahaan.

c. Instrumen derifatif

Derifatif merupakan sekuritas yang nilainya merupakaan turunan dari suatu sekuritas lain, sehingga nilai instrumen derifatif sangat tergantung dari harga sekuritas lain yang ditetapkan sebagai patokan (tandelilin, 2001:22). Ada beberapa macam instrumen derifatif di Indonesia, yakni : bukti right (right issue), waran, opsi, dan futures.

d. Reksa dana

Reksa dana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksadana, untuk digunakan modal berinvestasi baik di pasar modal maupun di pasar uang.


(26)

2.2.1.3 Peranan Pasar Modal

Pasar modal banyak memberikan peranan penting dalam perekonomian, diantaranya (Rusdin, 2006 : 2) :

1. Pasar modal merupakan pengalokasian dana secara efisien. Investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek yang baru ditawarkan ataupun diperdagangkan di pasar modal.

2. Pasar modal sebagai alternatif investasi. Pasar modal memudahkan alternatif berinvestasi dengan memberikan keuntungan dengan sejumlah resiko tertentu.

3. Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik.

4. Pelaksanaan manajemen perusahaan secara profesional dan transparan. 5. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional. Dengan keberadaan pasar modal,

perusahaan-perusahaan akan lebih mudah mendorong dana, sehingga akan mendorong perekonomian nasional menjadi lebih maju, yang selanjutnya akan menciptakan kesempatan kerja yang luas, serta meningkatkan pendapatan pajak bagi pemerintah.


(27)

2.2.2 Investasi

2.2.2.1Pengertian Investasi

Jogiyanto (2000:5) investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan dalam produksi yang efisien selama periode waktu. Menurut Tandelilin (2001:3) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.

Jadi investasi adalah kegiatan menempatkan dana pada suatu asset atau penundaan konsumsi sekarang dengan periode waktu tertentu untuk memperoleh penghasilan.

2.2.2.2Bentuk – Bentuk Investasi

Sharpe (1997:1) membagi invetasi dalam :

- Investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan asset berwujud seperti tanah, mesin-mesin pabrik.

- Investasi financial (financial investment) melibatkan kontrak-kontrak tertulis seperti saham biasa dan obligasi.

Jogiyanto (2000:6) mengkategorikan investasi dalam dua bentuk investasi yaitu:


(28)

- Investasi langsung, yaitu investasi yang dilakukan oleh seorang investor dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjualbelikan di pasar uang dan pasar modal. Pembelian ini dilakukan melakui perantara.

- Investasi tidak langsung, yaitu investasi yang dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investor. Perusahaan investor adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya kepada masyarakat dan menggunakan dana yang diperoleh untuk di investasikan kedalam portofolionya.

2.2.3 Obligasi

2.2.3.1 Pengertian Obligasi

Menurut Bursa Efek Indonesia obligasi merupakan surat hutang jangka menengah-panjang yang dapat dipindah tangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.


(29)

2.2.3.2 Jenis Obligasi

Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu: a. Di lihat dari sisi penerbit

Corporate bonds, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN) atau badan usaha swasta.

Government bonds yaitu obligasi yang diterbitkan pemerintah pusat.

Municipal bonds yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility).

b. Di lihat dari sisi pembayaran bunga

Zero coupon bond : obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik. Namun harga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.

Coupon bonds : obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya.

Fixed coupon bonds : obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran dipasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik.


(30)

Floating coupon bonds : obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan

(benchmark) tertentu seperti avarege time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga dari bank pemerintah atau bank swasta.

c. Di lihat dari hak opsi

Convertible bonds : obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut kedalam sejumlah saham milik penerbitnya.

Exchaneable bonds : obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.

Callable bonds : obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.

Putable bonds : obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.

d. Di lihat dari segi jaminan atau kolateralnya

4. Secured bonds : obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga terdiri dari:


(31)

Guaranteed bonds : obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan penanggungan dari pihak ketiga.

Mortgage bonds : obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan agunan hipotik atas properti atau asset tetap.

Collateral trust bonds : obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang dimilikinya.

5. Unsecured bonds : obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum. e. Di lihat dari segi nominal

Konvensional bonds : obligasi yang lazim di perjualbelikan dalam satu nominal, Rp 1 miliar per satu lot.

Retail bonds : obligasi yang di perjualbelikan dalam satuan nilai nominal yang kecil, baik corporate bonds maupun government bonds.

f. Di lihat dari segi perhitungan imbal hasil

Konvensional bonds : obligasi yang diperhitungkan dengan sistem kupon bunga.

Syariah bonds : obligasi yang diperhitungan imbal hasil dengan menggunakan perhitungan bagi hasil dalam perhitungan ini dikenal


(32)

- Obligasi syariah mudharobah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.

- Obligasi syariah ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa diketahui / diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan.

2.2.3.3Karakteristik Obligasi

Menurut Bursa Efek Indonesia bahwa karakteristik obligasi terdiri dari :

 Nilai nominal (face value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.

 Kupon (the interest rate) adalah nilai bunga yang di terima pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap3 atau 6 bulan ) kupon obligasi dinyatakan dalam annual persentase.

 Jatuh tempo (maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai di atas


(33)

5 tahun. Jatuh tempo obligasi dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah diprediksi sehingga memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam 5 tahun. Secara umum semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi kupon / bunganya.

 Penerbit / emiten (issuer ) mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor sangat penting dalam melakukan investasi obligasi ritel. sehingga dapat megukur resiko / kemungkinan penerbit obligasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu.

Default risk atau resiko gagal bayar dapat di lihat dari peringkat (rating)

obligasi yang di keluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti PEFINDO atau kasnic indonesia.

2.2.3.4Likuiditas Obligasi

Sapto Rahardjo (2003 : 18) menyatakan bahwa obligasi yang likuid adalah obligasi yang banyak beredar dikalangan pemegang obligasi dan sering di perdagangkan oleh investor di pasar obligasi. Apabila obligasi yang dibeli mempunyai likuiditas tinggi, maka harga obligasi tersebut cenderung stabil dan meningkat. Tetapi apabila likuiditas obligasi tersebut rendah, harga


(34)

2.2.3.5 Peringkat Obligasi

Peringkat obligasi merupakan indikator ketepat waktuan pembayaran pokok bunga untuk obligasi. Selain itu, peringkat obligasi mencerminkan skala resiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Dengan demikian peringkat obligasi menunjukkan skala keamanan obligasi dalam membayar kewajiban pokok dan bunga secara tepat waktu. Semakin tinggi peringkat, semakin menunjukkan obligasi tersebut terhindar dari resiko default

(Setyapurnama & Norpratiwi, 2006).

Dua buah agen peringkat obligasi terkenal di dunia adalah standard & poor` (S&P) Corporation dan Moody`s Investor Service Inc, di Indonesia obligasi diperingkat oleh PT PEFINDO yang didirikan desember 1993 dan PT KASNIC credit rating.

2.2.3.6 Resiko Dalam Obligasi

Sapto Rahardjo (2003: 51-53) menyatakan bahwa ada beberapa resiko yang terdapat pada obligasi antara lain:

1. Interest rate risk

Nilai harga suatu obligasi di tentukan oleh nilai tingkat suku bunga di pasar uang. Salah satu faktor penentu apakah harga obligasi menarik atau tidak adalah tingkat suku bunga yang di berikan investor obligasi.


(35)

2. Liquidity risk

Obligasi yang likuid adalah obligasi yang banyak beredar dan sering di perjualbelikan di pasar sekunder. Apabila obligasi yang dijual di pasar tidak likuid maka dapat menimbulkan kerugian (capital loss)

3. Foreign exchange rate risk

Pergerakan foreign exchange rate risk sangat menentukan pergerakan harga dan perdagangan di pasar obligasi. Dengan tidak stabilnya fluktuasi di foreign exchange rate maka otomatis perdagangan obligasi juga ikut terpengaruh, bisa naik atau turun.

4. Call risk

Call risk terjadi apabila emiten / issuer akan melakukan pembelian kembali obligasi tersebut sebagian atau dalam jumlah keseluruhan pada harga yang disepakati pada saat penawaran perdana.

5. Default risk

Resiko yang terjadi apabila emiten / issuer yang mengeluarkan obligasi mengalami kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban pembayaran bunga ataupun principal pada saat jatuh tempo.


(36)

6. Reinvestment rate risk

Jenis ini merupakan resiko kesalahan penghitungan terhadap pendapatan yang seharusnya bisa di investasikan pada skala tingkat investasi yang wajar dalam periode tertentu.

7. Maturity risk

Investasi obligasi yang berjangka panjang mempunyai resiko tinggi sekali karena pada saat pembelian cenderung sulit memprediksi kondisi perusahaan dan ekonomi di suatu negara dalam jangka waktu yang panjang.

8. Inflation risk

Kondisi perekonomian yang kuat serta inflasi yang rendah mengakibatkan tingkat daya beli terhadap produk investasi juga sangat bagus, sehingga akan timbul dampak positif terhadap perdagangan dan investasi pada obligasi, tetapi apabila inflasi semakin tinggi hal itu akan mengakibatkan

purchasing power semakin menurun sehingga likuiditas obligasi itu sendiri terpengaruh.

2.2.4. Kupon Obligasi

Kupon merupakan pendapatan suku bunga yang akan diterima oleh pemegang obligasi sesuai perjanjian dengan penerbit obligasi tersebut. Biasanya pembayan kupon tersebut dilakukan secara periode tertentu, bisa


(37)

berjangka kuartal, semesteran atau tahunan. Pembayan kupon di tentukan sebelumnya sampai masa jatuh tempo obligasi tersebut. (Sapto Rahardjo, 2003 : 17)

Menurut Fabozzi (2000 : 506-507) bahwa kupon obligasi merupakan pembayaran bunga periodik yang diberikan kepada pemegang obligasi sepanjang usia obligasi. Pengelompokan obligasi berdasarkan jenis bunga sebagai berikut

1. Bunga tetap yaitu waktu pembayaran bunga secara berkala dan suku bunganya tidak berubah

2. Bunga mengambang yaitu waktu pembayaran bunga secara berkala, suku bunganya bervariasi, dinyatakan sebagai tolak ukur +/- spread

3. Kupon nol yaitu waktu pembayaran pada saat jatuh tempo dan umumnya suku bunganya tetap.

Menurut Husnan (2003:360-363) bahwa tingkat bunga obligasi terdiri dari:

1. Spot interest rate

Merupakan tingkat bunga dari obligasi yang hanya mempunyai satu arus kas bagi pembeli obligasi tersebut.


(38)

3. Current yield

Merupakan pembayaran bunga dibagi dengan harga obligasi. 4. Yield to maturity

Tingkat bunga ini merupakan internal rate of return (IRR) yang diperoleh oleh pemodal dengan memiliki obligasi sampai jatuh tempo.

Fabozzi (2000:507) menyatakan bahwa dalam obligasi, istilah kupon sebenarnya mengacu pada suku bunga kupon, yang jika dikalikan dengan nilai par mengindikasikan jumlah bunga dalam satuan mata uang. Terdapat obligasi yang tidak memberikan pembayaran bunga secara berkala. Sebagai gantinya, pokok dan bunga pinjaman dibayarkan pada tanggal jatuh tempo. Obligasi ini disebut obligasi kupon nol. Investor dalam obligasi kupon nol memperoleh bunga sebagai selisih antara nilai maturitas dengan harga pembelian. Sekuritas bunga mengambang merupakan sekuritas dengan suku bunga ditetapkan kembali secara berkala.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kupon merupakan tingkat bunga yang dibayarkan oleh penebit obligasi yang umumnya setiap 6 bulan atau tahunan sampai obligasi tersebut jatuh tempo.


(39)

2.2.5 Maturitas Obligasi

Fabozzi (2000:591) menyatakan bahwa tingkat perubahan harga obligasi tergantung dari jangka waktu jatuh temponya. Semakin lama jangka waktu jatuh tempo, semakin besar perubahan tingkat harga disebabkan perubahan hasil. Umumnya, obligasi dikelompokkan menjadi 3 sektor jatuh tempo. Obligasi dengan maturitas 1 hingga 5 tahun disebut obligasi jangka pendek, obligasi dengan maturitas 5 hingga 12 tahun disebut obligasi jangka menengah, dan obligasi dengan maturitas lebih dari 12 tahun disebut obligasi jangka panjang.

Batas waktu (maturity) adalah lama waktu sampai penerbit obligasi mengembalikan nilai nominal kepada pemegang obligasi dan mengakhiri obligasi itu. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa maturitas adalah waktu dimana pemegang obligasi mendapat pokok atau nilai nominal dari suatu obligasi.

2.2.6 Tingkat Suku Bunga SBI

Menurut puspranoto (2004:70) suku bunga adalah harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya. Bagi orang yang meminjam uang, bunga merupakan denda yang dibayar untuk mengkonsumsi


(40)

merupakan imbalan karena menunda konsumsi sekarang hingga jatuh tempo waktu dari piutang.

Menurut Puspranoto (2004:71) tingkat bunga mmpunyai beberapa fungsi atau peranan penting dalam perekonomian, yaitu:

 Membantu mengalirkan tabungan berjalan kearah investasi guna mendukung pertumbuhan perekonomian.

 Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya memberikan dana kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan hasil tinggi.

 Menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dengan permintaan akan uang dari suatu negara.

 Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi.

SBI adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka penedek dan di perjualbelikan dengan diskonto (Siamat 2006:220). pengertian lain menyebutkan bahwa SBI adalah surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Sentral (BI) yang dilakukan atas unjuk dengan nominal tertentu dan penerbitan SBI biasanya dikaitkan dengan kebijaksanaan pemerintah terhadap operasi pasar terbuka (open market operation) dalam masalah penanggulangan jumlah uang yang beredar (Kasmir, 1998:200).


(41)

Tujuan bagi investor baik bank maupun lembaga keuangan lainnya membeli SBI adalah sebagai akibat kelebihan dana yang tidak disalurkan untuk sementara waktu, namun jika pihak investor memerlukan dana kembali maka dengan mudah SBI dapat diperjualbelikan kepada pihak Bank Indonesia ataupun pihak lainnya.

1. Karakteristik SBI

SBI memiliki karakteristik sebagai berikut:

 Jangka waktu yang maksimal 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan jangka waktu.

 Pembelian SBI oleh manyarakat minimum Rp 100 juta dan selebihnya dengan kelipatan Rp 50 juta.

 Pembelian SBI didasarkan pada penilaian tunai yang diperoleh dari rumus sebagai berikut :

nilai nominal

360+ (tingkat diskonto x jangka waktu)

 Pembelian SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar dimuka. Besarnya diskonto adalah nilai nominal dikurangi nilai tunai.


(42)

2. Transaksi SBI

Tata cara transaksi SBI, yaitu:

 Penjualan SBI dilakukan melalui lelang.

 Jumlah SBI yang dilelang diumumkan setiap hari selasa.

 Lelang SBI didakan setiap hari rabu dan dapat diikuti oleh seluruh bank umum, pialang pasar uang dan pialang pasar modal dengan penyelesaian transaksi hari kamis.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga adalah harga atau balas jasa dari peminjam atau kreditur kepada pemberi pinjaman atau debitur atas dana yang telah dipinjamkan dalam waktu tertentu.

2.2.7 Harga Obligasi

Manurung dan Ichfan (2007) menyatakan bahwa harga obligasi merupakan nilai tunai yang diterima investor dimasa mendatang. Nilai tunai atau present value uang tersebut tergantung pada suku bunga pasar.

Fabozzi (2000:540) menyatakan bahwa harga setiap instrumen keuangan sama dengan nilai sekarang (present value) dari arus kas yang diharapkan instrumen keuangan tersebut. Penentuan harga obligasi dapat dilakukan setelah diketahui arus kas obligasi dan hasil yang diinginkan. Dikarenakan harga obligasi merupakan nilai sekarang arus kas, maka obligasi ditentukan dengan menambahkan dua nilai sekarang berikut ini:


(43)

1. Nilai sekarang pembayaran suku bunga kupon enam bulanan.

2. Nilai sekarang nilai maturitas obligasi (nilai sekarang dari nilai obligasi pada saat jatuh tempo).

Bentuk umum formulasi perhitungan harga obligasi adalah: C C C C M P = + + + K + +

(1 + r)1 (1 + r)2 (1 + r)3 (1 + r)n (1 + r)n

Atau (Fabozzi, 2000:541) n C M

P =

+

t=1 (1 + r)t (1 + r)n

Keterangan:

P = harga obligasi

n = jumlah periode (jumlah tahun x2)

C = pembayaran suku bunga kupon enam bulanan r = suku bunga berkala ( hasil diinginkan tahunan : 2) M = nilai maturitas

t = periode waktu saat penerimaan pembayaran


(44)

dalam persentase (%), yaitu persentase dari nilai nominal. Ada 3 kemungkinan harga obligasi yang ditawarkan, yaitu:

1. Par (nilai pari) harga obligasi sama dengan nilai nominalnya. Misal obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual pada harga 100%, maka nilai obligasi tersebut adalah 100% x Rp 50 juta = Rp 50 juta

2. At premium (dengan premi) harga obligasi lebih besar dari nilai nominal. Misal : obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual pada harga 102%, maka nilai obligasi tersebut adalah 102% x Rp 50 juta = Rp 51 juta

3. At discount (dengan discount): harga obligasi lebih kecil dari nilai nominal. Misal: obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual pada harga 98%, maka nilai obligasi tersebut adalah 98% x Rp 50 juta = Rp 49 juta

Menurut Husnan (2003:388) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi harga obligasi adalah sebagai berikut:

1. Jangka waktu sebelum obligasi jatuh tempo

2. Risiko untuk tidak menerima bunga maupun pokok pinjaman 3. Status pajak dari pembeli obligasi

4. Adanya provisi yang memungkinkan penerbit obligasi melunasi obligasi tersebut sebelum jatuh tempo


(45)

Fabozzi (2000:545) menyatakan bahwa perubahan harga obligasi terjadi karena satu atau lebih sebab-sebab sebagai berikut ini:

1. Terdapat perubahan harga dalam hasil di inginkan disebabkan perubahan dalam kualitas kredit perusahaan penerbit obligasi. Ini berarti perubahan hasil diinginkan terjadi karena pasar sekarang membandingkan hasil obligasi dengan hasil dari beberapa obligasi dengan resiko kredit yang sama

2. Terdapat perubahan harga obligasi diskonto dan obligasi premi, tanpa adanya perubahan hasil diinginkan, namun semata-mata karena obligasi semakin mendekati saat jatuh tempo

3. Terdapat perubahan dalam hasil diinginkan disebabkan oleh perubahan hasil pada obligasi-obligasi pembanding. Ini berarti terjadi perubahan suku bunga pasar

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa harga obligasi adalah nilai arus kas sekarang yang dinyatakan dalam persentase dan memiliki tiga kemungkinan harga yang ditawarkan yaitu at par, at premium at discount.


(46)

2.3 Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen 2.3.1 Pengaruh Kupon Obligasi dengan Harga Obligasi

Fabozzi (2000:544) menyatakan bahwa jika hasil dipasar mengalami perubahan, maka satu satunya variabel yang dapat berubah untuk mengkompensasi investasi obligasi adalah harga obligasi tersebut. Pada saat suku bunga kupon sama dengan hasil yang diinginkan, maka harga obligasi akan sama dengan nilai maturitasnya.

Sapto Rahardjo (2003:17) menyatakan bahwa obligasi yang mempunyai kupon tinggi di atas rata-rata suku bunga deposito dan rata-rata kupon obligasi yang lainnya sangat diminati oleh investor. Oleh karena itu bila kupon obligasi tersebut cukup tinggi mka maka harga obligasi cenderung semakin meningkat , begitu juga sebaliknya. Apabila tingkat kupon yang diberikan relatif kecil, harga obligasi tersebut cenderung turun karena daya tarik untuk investor / bagi calon pembeli obligasi tersebut sangat sedikit.

Menurut husnan (2003:364) bahwa apabila obligasi membayarkan bunga yang tetap besarnya setiap periode (misal tahunan), maka satu satunya faktor yang mempengaruhi harga obligasi tersebut adalah tingkat bunga yang dipandang relevan oleh para pemodal. Apabila dirasa risiko obligasi tersebut lebih rendah dari resiko saham maka mungkin tingkat keuntungan ini lebih rendah dari tingkat keuntungan yang di isyaratkan untuk saham. Apabila premi resiko kita pegang konstan, maka apabila risk free rate meningkat


(47)

tingkat bunga yang relevan juga akan meningkat. Karena itu dalam penafsiran harga obligasi, tingkat bunga menjadi faktor yang sangat penting untuk diperhatikan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa besarnya persentase perubahan harga obligasi akibat dari perubahan suku bunga berhubungan terbalik dengan tingkat kupon. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kupon berhubungan positif dengan harga obligasi, semakin besar tingkat kupon maka harga obligasi akan naik.

2.3.2 Pengaruh Maturitas Obligasi dengan Harga Obligasi

Perubahan harga obligasi biasanya disebabkan juga oleh periode jatuh tempo obligasi tersebut. Apabila tingkat suku bunga berubah, harga obligasi yang mempunyai masa jatuh tempo lebih lama akan lebih banyak berubahnya di bandingkan obligasi yang mempunyai masa jatuh tempo pendek (Sapto Rahardjo, 2003 : 17)

Menurut Fabozzi (2000:545) bahwa jika hasil diinginkan tidak mengalami perubahan sejak waktu pembelian obligasi hingga jatuh temponya, apa yang akan terjadi terhadap harga obligasi? Bagi obligasi yang dijual pada nilai maturitasnya maka suku bunga kupon akan sama dengan


(48)

tidak akan terus sama bagi obligasi diskonto maupun obligasi premi. Harga obligasi diskonto akan meningkat semakin dekat obligasi dengan tanggal jatuh temponya, diasumsikan hasil diinginkan tidak berubah. Hal yang berlawanan akan terjadi pada obligasi premi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa besarnya persentase harga obligasi berhubungan positif dengan waktu maturity dan perubahan tersebut terjadi dengan tingkat menurun sejalan dengan meningkatnya

maturity. Ini berarti semakin panjang jangka waktu (maturity) suatu obligasi maka perubahan harga obligasi tersebut akan semakin besar.

2.3.3 Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dengan Harga Obligasi

Menurut Sapto Rahardjo (2003:50) apabila tingkat suku bunga di pasar menurun, maka investor akan cenderung membeli obligasi yang memiliki kupon lebih tinggi dibandingkan dengan deposito. Sehingga harga obligasi cenderung naik, begitu juga sebaliknya. Apabila suku bunga meningkat, maka tabungan akan semakin menarik karena memberikan bunga tabungan yang meningkat, akibatnya investor akan menjual obligasinya dan mengalihkanya ke tabungan dengan bunga yang lebih tinggi. Akibatnya penawaran obligasi meningkat dan karena suku bunga deposito lebih menarik, maka obligasi ini akan ditawarkan dengan diskon, sehingga harga obligasi akan menurun, namun hal ini akan berlaku sebaliknya.


(49)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga SBI memiliki hubungan yang negatif dengan harga obligasi. Jika tingkat suku bunga miningkat maka harga obligasi akan turun karena investor akan memilih investasi lain yang menawarkan tingkat bunga yang lebih besar dan penawaran obligasi akan meningkat sedangkan permintaan turun. Hal ini yang mengakibatkan harga obligasi turun begitupun sebaliknya.


(50)

2.4 Kerangka Konseptual

2.5 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diduga terdapat pengaruh positif antara variabel kupon obligasi dengan harga obligasi.

2. Diduga terdapat pengaruh positif antara variabel maturitas obligasi dengan harga obligasi

3. Diduga terdapat pengaruh negatif antara variabel suku bunga SBI dengan harga obligasi

Kupon obligasi Maturitas obligasi Suku bunga SBI


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah pernyataan tentang definisi batasan dan pengertian variabel-variabel dalam penelitian secara operasional baik berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman-pengalaman empiris.

Variabel adalah suatu yang menjadi objek pengamatan penelitian atau gejala yang akan diteliti, pengidentifikasian, pengetahuan dan pemahaman mengenai apa yang menjadi variabel penelitian merupakan hasil dari penelaahan dari kepustakaan, yang ditegaskan kembali kedalam definisi operasional.

Definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain terdiri dari:

1. Variabel Terikat ( Y )

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas

a. Harga Obligasi ( Y )


(52)

nominal), at premium (harga obligasi lebih besar dari nilai nominal) dan at discount (harga obligasi lebih kecil dari nilai nominalnya). Untuk harga obligasi, skala pengukuran yang di gunakan dalam penelitian adalah harga pasar dari obligasi pemerintah seri variable rate (VR) yang dinyatakan dalam anual persentase selama periode penelitian.

2. Variabel Bebas ( X )

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a. Kupon Obligasi ( X1 )

Kupon obligasi merupakan tingkat bunga yang dibayarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan). Kupon obligasi dinyatakan dalam anual prosentase. Dalam penelitian ini, skala pengukurannya adalah tingkat kupon yang dibayarkan secara


(53)

b. Maturitas Obligasi (X2)

Maturitas (maturity) obligasi adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai diatas 5 tahun. Skala pengukuran yang di gunakan dalam penelitian ini adalah nilai sisa dari umur obligasi sampai obligasi tersebut jatuh tempo yang dinyatakan dalam persentase. Dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut:

sisa maturitas

X 100%

maturitas

c. Suku Bunga SBI ( X3 )

Suku bunga merupakan harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya. Bagi orang yang meminjam uang, bunga merupakan denda yang dibayar untuk mengkonsumsi penghasilan sebelum diterima. Dalam penelitian ini suku bunga yang dipakai adalah suku bunga acuan yang dikeluarkan oleh Bank Indononesia yaitu suku bunga SBI.


(54)

3.2 Teknik Penentuan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan-satuan / individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto dan Subagyo, 2000 : 107). Menurut Sugiyono (2007:61) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah obligasi yang di terbitkan oleh pemerintah sejumlah 26 obligasi dengan seri yang berbeda.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (jumlahnya lebih sedikit dari jumlah populasinya (Djarwanto dan Subagyo, 2000 : 107).

Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling yaitu menyeleksi responden berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel (Sumarsono, 2002:52). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai kriteria sebagai berikut:


(55)

1. Obligasi yang di keluarkan oleh pemerintah dengan seri variable Rate

(VR) selama periode penelitian

2. Obligasi tersebut membayar kupon secara floating rate setiap tahunnya 3. Obligasi belum jatuh tempo

4. tercatat dalam Bursa Efek Indonesia

Dari kriteria diatas ada 10 obligasi pemerintah yang memenuhi syarat sebagai sampel dalam penelitian ini, yaitu:

1. Obligasi pemerintah tahun 2002 seri VR0018 2. Obligasi pemerintah tahun 2002 seri VR0020 3. Obligasi pemerintah tahun 2002 seri VR0021 4. Obligasi pemerintah tahun 2002 seri VR0022 5. Obligasi pemerintah tahun 2002 seri VR0023 6. Obligasi pemerintah tahun 2002 seri VR0024 7. Obligasi pemerintah tahun 2002 seri VR0025 8. Obligasi pemerintah tahun 2002 seri VR0027 9. Obligasi pemerintah tahun 2002 seri VR0028 10. Obligasi pemerintah tahun 2002 seri VR0030


(56)

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung dan melalui media perantara yang diperoleh / di catat oleh pihak lain.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data harga dari obligasi pemerintah yang transaksinya dilakukan di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007.

3.3.2 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang di gunakan untuk mendukung adanya pencarian sumber data yaang benar maka digunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu:

1. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengambilan sampel dengan jalan membaca dokumen-dokumen dan catatan-catatan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen tersebut yang berkaitan dengan penelitian.


(57)

2. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah penelitian yang mempelajari tentang literatur pendukung berupa buku teks, jurnal serta informasi lain yang berhubungan dengan penelitian.

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Teknik Analisis Data

Penelitian yang dilakukan menggunakan teknik analisis regresi berganda (multiple regression) untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang terdiri dari kupon obligasi, maturitas obligasi, suku bunga SBI terhadap variabel dependen yaitu harga obligasi.. tahapan yang dilakukan dalam analisis regresi berganda adalah sebagai berikut:

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi layak di pakai atau variabel-variabel yang digunakan layak dalam penelitian. Uji asumsi klasik terdiri dari:

1. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).


(58)

 Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempngaruhi variabel dependen

 Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti terbebas dari multikolinieritas

 Multikolinieritas juga dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Nilai out off yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance <0,10 / sama dengan nilai VIF > 0,10.

2. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homokedastisitas, dan jika varian berbeda maka disebut heterokedastisitas (Ghozali,2001:69). Pengujian terhadap heterokedastisitas juga dapt dilakukan dengan melihat garfik scatterplot untuk mengetahui ada


(59)

tidaknya pola tertentu disekitar sumbu X dan sumbu Y, maka dasar analisis yang digunakan yaitu:

 Jika data pada pola tertentu seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.

 Jika tidak ada pola yang jelas serta titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

3. Uji Autokorelasi

Menurut Singgih (2004:216) uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Deteksi adanya autokorelasi adalah dengan besaran Durbin-waston. Secara umum bisa di ambil patokan sebagai berikut:

 Apabila angka D-W dibawah 2 maka ada autokorelasi positif

 Apabila angka D-W diantara -2 sampa +2 berarti tidak ada autokorelasi


(60)

3.4.3 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dengan menggunakan model regresi linier berganda. Tujuannya unutk mengetahui pengaruh variabel bebas (kupon obligasi, maturitas obligasi, suku bunga SBI) terhadap variabel terikat (harga obligasi).

Model analisis regresi linier berganda adalah sebagai berikut:

Y = β0+ β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + ei ...(3.1)

Keterangan :

Y : harga obligasi

β0 : nilai konstanta

β1 – β3 : koefisien regresi X1 : kupon obligasi X2 : maturitas obligasi X3 : suku bunga SBI


(61)

Uji t

Uji t merupakan uji parametik yang di maksudkan untuk mengetahui pengaruh secra parsial setiap variabel bebas terhadap variabel terikat dengan prosedur sebagai berikut:

a. Ho : βi = 0 artinya secara parsial variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

Ho : βi ≠ 0 artinya secara parsial variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

b. Menentukan besarnya tingkat signifikan sebesar α = 5% dengan tingkat kebebasan (df) sebesar n-k-1, dimana:

n = jumlah pengamatan k = jumlah variabel

c. Mengukur nilai t hitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

βi

t hitung = ...(3.2) Se (βi)

Dimana :

βi = koefisien regresi Se (βi) = standar error


(62)

 Ho ditolak jika t hitung > t tabel atau t hitung < - t tabel ( berarti terdapat pengaruh variabel bebas secara signifikan terhadap variabel terikat).

Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji F dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

R2 / k

F = ...(3.3) (1-R2 ) / (n-k-1)

Dimana :

R2 = koefisien korelasi ganda k = banyaknya variabel bebas n = jumlah sampel

 Ho diterima jika F hitung ≤ F tabel, artinya variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

 Ho ditolak jika F hitung ≥ F tabel, artinya variabel bebas secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat. Berarti pengujian yang dilakukan signifikan.


(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Pada 9 Mei 2006 ketua BAPEPAM Fuad Rahman menyampaikan pandangannya bahwa proses merger BES-BEJ sebagaimana telah dicanangkan sebelumnya tetap berlangsung. Pada kesempatan rapat di BAPEPAM dan LK pada tanggal 1 Juni 2006, 2 Juni 2006, 21 September 2006, dan 24 November 2006 telah dibahas berbagai isu penting mengenai persiapan penggabungan BES-BEJ. Pada akhir November kajian merger BES baru selesai dan akhirnya diterima direksi BES.

Pada tanggal 6 Desember 2006 BES menyelenggarakan RUPSLB dengan agenda rapat meminta persetujuan atas Rencana Kerja Tahunan (RKAT) dan persetujuan prinsip merger BES-BEJ. Dalam putusan pemberian persetujuan prinsip kepada direksi diminta agar penggabungan memperhatikan 3 hal yakni bahwa kepentingan karyawan tidak boleh dirugikan, penyelesaian UBH dan kepentingan pemegang saham harus optimal.


(64)

untuk membahas persetujuan prinsip penggabungan BES-BEJ. Dalam pertemuan yang diadakan pada tanggal 20 Desember 2006. dihadiri Direksi BES-BEJ telah dibahas beberapa isu penting terkait dengan rencana merger serta pembentukan tim kecil dan disepakati. Masing-masing bursa akan menunjuk 2 orang anggota direksi.

Setelah melalui beberapa kali pertemuan, pada awal bulan Juni 2007 tim merger BES antara lain visi dan misi bursa hasil penggabungan, manfaat dan tujuan penggabungan BES-BEJ, pengembangan bursa hasil penggabungan dimasa yang akan datang.

Selanjutnya, Tim merger BES menyelesaikan ke-6 paper lainnya, yang meliputi paper kedua tentang perdagangan, paper ketiga tentang emiten tercatat di BES, paper keempat tentang Pemegang Saham dan Anggota Bursa, paper kelima tentang Teknologi Informasi, paper keenam tentang Sumber Daya Manusia BES dan paper ketujuh tentang usulan Kerangka Merger. Setelah penyususnan masing-masing paper selesai, tim menyampaikan paper tersebut kepada Konsultan Hukum Hadinoto Putranto dan rekan, Konsultan keuangan Ernst & Young dan Konsultan Sumber Daya Manusia Daya Dimensi Indonesia untuk dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam penyususnan rancangan penggabungan BES-BEJ

Pada tanggal 30 Agustus 2007 diselenggarakan pertemuan koordinasi antara BES-BEJ dengan ketiga konsultan. Pertemuan ini merupakan


(65)

pertemuan penentu untuk memastikan kesiapan seluruh materi rancangan penggabungan. Pada kesempatan tersebut, BES menyampaikan usulan mengenai nama bursa hasil penggabungan dengan nama Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesian Stock Exchange (IDX). Dan pada tanggal 1 November 2007 BEJ dan BES resmi bergabung.

4.1.2 Visi dan misi Bursa Efek Indonesia

Visi dari Bursa Efek Indonesia tidak terlepas dari latar belakang dilakukannya penggabungan BES dan BEJ yang dituangkan dalam master plan pasar modal 2005 – 2009 yaitu adanya suatu keinginan untuk memiliki suatu bursa yang kuat, bernilai kredibel, kompetitif, dan berdaya saing global. Visi bursa hasil penggabungan tersebut antara lain:

1. Mampu menghasilkan produk-produk pasar modal yang mempunyai nilai jual tinggi.

2. Mampu menyediakan infrasruktur teknologi yang berkualitas tinggi. 3. Mampu memberikan kepuasan kepada konsumen.

4. Mampu memperkuat keamanan para investor

5. Mampu menciptakan integritas dan trasparasi pada pasar modal. 6. Mampu menciptakan karyawan yang berkompetensi tinggi.


(66)

Misi BEI adalah menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui pemberdayaan anggota bursa, penciptaan nilai tambah, efisiensi biaya serta penerapan good governance.

4.1.3 Tujuan Penggabungan

Penggabungan BES dan BEJ ditujukan untuk terciptanya efisiensi pasar modal Indonesia. Dengan tersedianya berbagai instrumen pasar yang dapat di perdagangkan melalui bursa, maka efisiensi pasar modal dapat tercapai. Investor memiliki kesempatan yang luas untuk memilih instrumen yang tepat sesuai dengan tujuan penggunaan dana yang dimiliki investor, investor tidak perlu harus investasi pada instrumen luar negeri baik yang diperdagangkan didalam negeri maupun diluar negeri.

4.1.4 Manfaat Penggabungan

Manfaat penggabungan BES dan BEJ dapat dilihat dari berbagai aspek antara lain :

a. Aspek Bisnis

Dengan adanya penggabungan BES – BEJ dapat meningkatkan jumlah emiten yang sudah mulai di perdagangkan, dan dapat menumbuhkan instrumen-instrumen baru yang dapat diperdagangkan di bursa.


(67)

b. Aspek Operasional

Penghematan biaya operasional yang timbul akibat adanya penggabungan BES – BEJ antara lain biaya penyediaan sistem dan sarana perdagangan, biaya penyediaan website, biaya penyediaan jaringan band with

c. Aspek Pelaku

Penggabungan BES – BEJ bermanfaat bagi para pelaku di pasar modal, antara lain: bagi investor serta bagi pemegang saham.

4.1.5 Gambaran Umum Obligasi Pemerintah

Kehadiran obligasi pemerintah merupakan bentuk instrumen utang pemerintah untuk menyerap dana yang ada di pasar domestik. Hal ini merupakan strategi pemerintah guna menutupi defisit anggaran negara.

Penerbitan obligasi pemerintah pada awalnya disebabkan munculnya kebijakan pemerintah berkaitan dengan program penyelamatan industri perbankan yang mengalami rush, sehingga perlu diselamatkan kondisi likuiditas keuangannya. Pada September 1998 telah dilakukan penerbitan surat utang kepada Bank Indonesia sebesar Rp 219,479 T, dengan tujuan mengambil alih hak tagih BLBI dari Bank Indonesia kepada pemerintah serta untuk program penjaminan dana pihak ketiga.


(68)

428,408 T (Per 17 Agustus 2001) disamping tujuan penyelamatan industri perbankan, diterbitkan surat utang untuk membiayai kredit program sebesar Rp 9,98 T. dengan demikian total untuk nilai obligasi surat utang yang diterbitkaan oleh pemerintah sebesar Rp 656,694 T.

Penerbitan obligasi tersebut mempunyai jenis dan tingkat suku bunga yang tetap (fixed rate) dan suku bunga mengambang (variable rate). Selain itu waktu jatuh tempo dan nilai nominalnya berbeda pula setiap jenis serinya. Untuk pengelolaan obligasi atau surat utang negara tersebut maka didirikan PMON (Pusat Manajemen Obligasi Negara) serta disusunlah UU Surat Utang Negara No. 24 Tahun 2002, dimana diatur secara detail mekanisme pembayaran dan persetujuan penerbitan, serta aturan operasional lainnya.

Beberapa isu penting mengenai obligasi pemerintah berkaitan dengan masalah strategi pemasarannya ataupun faktor penggunaan dana dan struktur instrumenya, yang diantaranya meliputi:

a. Obligasi pemerintah sebagai salah satu sumber pendanaan bagi pendapatan negara.

b. Kupon obligasi sebagai referensi pembentukan suku bunga

c. Pembayaran kupon daan pelunasan pokok obligasi pada saat jadwal jatuh temponya diusahakan dilakukan sesuai dengan yang tertulis

d. Nilai penerbitaan obligasi yang baru sebisa mungkin disesuaikan dengan kemampuan pembayaran dari APBN


(69)

e. Pembentukan pasar obligasi pemerintah supaya lebih likuid

Dalam menerbitkan surat utang negara, pemerintah mempunyai tujuan penting sebagai berikut:

a. Membiayai defisit APBN

b. Membiayai kekurangan dana tunai jangka pendek c. Sebagai instrumen pengelolaan portofolio utang negara

Ada tiga jenis surat utang negara yang diterbitkan pemerintah, meliputi: a. Surat Utang Bank Indonesia

b. Obligasi negara yang terdiri dari seri FR (fixed rate), seri VR (variable rate) dan seri HB (hedge bonds). Kusus obligasi seri HB tidak diperdagangkan dipasar sekunder.

c. Stapled bond

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tentang harga obligasi, kupon obligasi, maturitas obligasi dari obligasi pemerintah seri

Variable rate (VR), serta data suku bunga SBI periode 2004 -2007

Setelah dilakukan pengumpulan data yang sesuai dengan data yang di perlukan dalam penelitian, selanjutnya data diolah untuk menjawab hipotesis


(70)

4.2.1 Kupon (X1) Obligasi Pemerintah Seri Variable Rate (VR) Tahun 2004 -2007

Kupon obligasi merupakan besaran persentase bunga yang harus dibayarkan secara berkala kepada pemegang obligasi. Dalam hal ini kupon obligasi dibayarkan setiap 3 bulan sekali dengan bunga kupon yang berubah-ubah (floating rate).

Tabel 2 : Kupon Obligasi Pemerintah Seri Variable Rate (VR) Periode Tahun 2004-2007 Dalam Persentase (%)

KUPON OBLIGASI

NAMA OBLIGASI 2004 2005 2008 2007

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0018 7,498 8,838 12,265 8,315

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0020 7,498 8,838 12,265 8,315

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0021 7,388 9,078 11,483 7,898

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0022 7,293 9,360 11,435 7,898

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0023 7,498 8,838 12,265 8,248

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0024 7,388 9,078 11,483 7,898

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0025 7,293 9,360 11,435 7,898

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0027 7,498 8,838 12,265 8,248

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0028 7,388 9,078 11,483 7,898

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0030 7,293 9,360 11,435 7,898


(71)

Dari tabel di atas diketahui bahwa pada tahun 2004 kupon obligasi besarnya relatif sama. Pada tahun 2005 nilai kupon tertinggi di miliki oleh obligasi seri VR0022,VR 0025 dan VR0030. pada tahun 2006 kupon obligasi tertinggi dimiliki oleh obligasi pemerintah seri VR0018, VR0020 dan VR0027. untuk tahun 2007 nilai kupon tertinggi obligasi dimiliki oleh obligasi pemerintah seri VR0018 dan VR0020

4.2.2 Maturitas (X2) Obligasi Pemerintah Seri Variable Rate (VR) Tahun 2004 – 2007

Maturitas merupakan jangka waktu dari obligasi mulai diterbitkan sampai obligasi tersebut jatuh tempo. Dalam penelitian ini maturitas obligasi yang digunakan adalah sisa dari maturitas yang di ubah ke dalam persentase. Dapat di hitung dengan rumus:

sisa maturitas

x 100%


(72)

Tabel 3 : Maturitas Obligasi Pemerintah Seri Variable Rate (VR) Periode 2004-2007 Dalam Persentase (%)

MATURITAS NAMA OBLIGASI

2004 2005 2006 2007 Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0018 80,000 70,000 60,000 50,000

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0020 84,615 76,923 69,231 61,538

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0021 84,615 76,923 69,231 61,538

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0022 85,714 78,571 71,429 64,286

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0023 85,714 78,571 71,429 64,286

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0024 86,667 80,000 73,333 66,667

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0025 86,667 80,000 73,333 66,667

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0027 87,500 81,250 75,000 68,750

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0028 87,500 81,250 75,000 68,750

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0030 88,235 82,353 76,471 70,588

Sumber data : www.idx.co.id (data sudah diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa maturitas tertinggi dimiliki oleh obligasi pemerintah seri VR0027 dan seri VR0028 dengan nilai maturitas yang sama yaitu 87,500%


(73)

4.2.3 Suku Bunga SBI (X3) Yang Dikeluarkan Oleh Bank Indonesia Tahun 2004 – 2007

Suku bunga yang di gunakan dalam penelitian ini adalah tingkat bunga SBI 1 bulanan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. SBI (sertifikat Bank Indonesia) adalah surat utang yang di keluarkan oleh Bank Indonesia dengan jangka waktu 12 bulan. Dalam penentuan suku bunga SBI di sesuaikan dengan tanggal diterbitkannya obligasi tersebut.

Tabel 4 : Suku Bunga SBI Tahun 2004-2007 Dalam Persentase (%)

SUKU BUNGA SBI

NAMA OBLIGASI 2004 2005 2006 2007

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0018 7,417 12,000 10,381 8,194

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0020 7,373 9,657 11,593 8,418

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0021 7,423 12,500 10,113 8,167

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0022 7,378 9,435 11,707 8,476

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0023 7,417 12,000 10,381 8,194

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0024 7,402 9,252 11,801 8,546

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0025 7,409 11,500 10,598 8,208

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0027 7,395 10,554 11,092 8,233


(74)

4.2.4 Harga Obligasi (Y) Pemerintah Seri Variable rate (VR) tahun 2004 – 2007

Harga obligasi merupakan nilai arus kas sekarang yang di nyatakan dalam persentase dan memiliki tiga kemungkinan harga yang di tawarkan yaitu at par (harga obligasi sama dengan nilai nominal), at discount (harga obligasi di bawah nilai nominal), at premi (harga obligasi diatas nilai nominal).

Tabel 5 : Harga Obligasi Pemerintah Seri Variable Rate (VR) Periode 2004-2007 Dalam Persentase (%)

HARGA OBLIGASI NAMA OBLIGASI

2004 2005 2006 2007 Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0018 97,745 93,505 99,213 99,903

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0020 97,771 95,505 98,198 99,827

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0021 97,999 97,049 100,000 99,577

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0022 98,031 93,585 99,867 99,710

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0023 98,000 99,010 99,929 99,727

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0024 98,241 100,351 99,954 99,734

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0025 98,357 96,437 99,904 99,724

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0027 98,442 104,907 99,875 99,767

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0028 98,649 100,049 99,973 99,784

Obligasi pemerintah tahun 2002 seri

VR0030 99,073 102,724 99,676 99,725


(75)

Dari tabel diatas harga obligasi seri VR0030 memiliki harga tertinggi pada tahun 2004 sebesar 99,073, pada tahun 2005 obligasi seri VR0027 memiliki harga tertinggi sebesar 104,907, pada tahun 2006 obligasi seri VR0021 memiliki harga tertinggi dengan nilai sebesar 100,000. pada tahun 2007 harga obligasi seri VR0020 sebesar 99.827 memiliki harga tertinggi.

4.3 Analisis Dan Pengujiaan Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, maka metode yang digunakan untuk menganalisis dan menguji hipotesis adalah menggunakan analisis regresi linier berganda. Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis. Pengujian hipotesis di lakukan dengan menggunakan program SPSS.

4.3.1 Analisis Uji Asumsi Klasik Regresi Linier Berganda 4.3.1.1Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel independen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilakukan dengan menghitung variance Inflation Factor (VIF).


(76)

VIF menyatakan tingkat pembengkakan varians. Apabila VIF lebih besar dari 10, hal ini berarti terdapat multikolinear pada persamaan regresi. Adapun hasil yang di peroleh dari pengujian analisis regresi berganda adalah sebagai berikut:

Lampiran 1 : Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

99.655 3.788 26.311 .000

.215 .283 .185 .759 .453 .126 .450 2.224 -.024 .038 -.109 -.637 .528 -.106 .903 1.108 -.087 .266 -.077 -.329 .744 -.055 .483 2.071 (Constant)

Kupon Obligasi (X1) Maturitas Obligasi (X2 Suku Bunga SBI (X3) Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Partial Correla

tions

Tolerance VIF Collinearity

Statistics

Dependent Variable: Harga Obligasi (Y) a.

Pada hasil pengujian multikolinearitas menghasilkan nilai VIF untuk variabel X1 sebesar 2,224 ; X2 sebesar 1,108 dan X3 sebesar 2.071. dimana nilai tersebut lebih kecil dari 10, sehingga tidak terjadi multikolinearitas yang tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asumsi tidak terjadi multikolinearitas pada persamaan regresi berganda dapat dipenuhi.


(77)

4.3.1.2Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalaam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain. model regresi yang baik adalah model regresi yang homokedastisitas yaitu mempunyai varian yang sama. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan korelasi Rang Spearman.

Lampiran 2 : Hasil Uji Heterokedastisitas Dengan Korelasi Rang Spearman

Correlations

1.000 .026 -.217 .102

. .438 .089 .266

40 40 40 40

.026 1.000 -.409** .836**

.438 . .004 .000

40 40 40 40

-.217 -.409** 1.000 -.290*

.089 .004 . .035

40 40 40 40

.102 .836** -.290* 1.000

.266 .000 .035 .

40 40 40 40

Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Unstandardized Residual

Kupon Obligasi (X1)

Maturitas Obligasi (X2)

Suku Bunga SBI (X3) Spearman's rho Unstanda rdized Residual Kupon Obligasi (X1) Maturitas Obligasi (X2) Suku Bunga SBI (X3)

Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). **.

Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). *.


(1)

HASIL OLAH DATA P4M UJI ASUMSI KLASIK

Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

99.655 3.788 26.311 .000

.215 .283 .185 .759 .453 .126 .450 2.224 -.024 .038 -.109 -.637 .528 -.106 .903 1.108 -.087 .266 -.077 -.329 .744 -.055 .483 2.071 (Constant)

Kupon Obligasi (X1) Maturitas Obligasi (X2) Suku Bunga SBI (X3) Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Partial Correla tions

Tolerance VIF Collinearity

Statistics

Dependent Variable: Harga Obligasi (Y) a.

Hasil pengujian multikolinieritas menghasilkan nilai VIF untuk variabel X1=2,224; X2=1,108; dan X3=2,071; dimana nilai tersebut lebih kecil dari 10, sehingga tidak terjadi multikolinieritas yang tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asumsi tidak terjadi multikolinieritas pada persamaan regresi dapat dipenuhi

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

.203a .041 -.039 2.025862 1.610

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson Predictors: (Constant), Suku Bunga SBI (X3), Maturitas Obligasi (X2), Kupon Obligasi (X1)

a.

Dependent Variable: Harga Obligasi (Y) b.

Deteksi Autokorelasi dapat dilakukan dengan cara (Singgih, 2001; 219) yaitu: Patokan : Angka D-W di bawah –2 ada autokorelasi (positif)

Angka D-W di atas +2 ada autokorelasi (negatif)

Angka Berada diantara –2 sampai +2 Tidak ada Autokorelasi

Oleh karena nilai DW sebesar 1,610 terletak diantara –2 sampai +2, berarti bahwa dalam persamaan regresi Tidak ada Autokorelasi. Dengan demikian dapat


(2)

Uji Heteroskedastisitas dengan Scatter Plot

2 1

0 -1

Regression Standardized Predicted Value

4

3

2

1

0

-1

-2

-3

Reg

res

sion

Stud

en

ti

zed

Re

sidu

al

Dependent Variable: Harga Obligasi (Y) Scatterplot

Dari grafik scatter plot tersebut, terlihat titik yang dapat dikatakan bahwa titik-titik menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah angka nol (0) pada sumbu Y. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi atau asumsi tidak terjadi heteroskedastisitas dapat dipenuhi.

Kadang kala, untuk melihat penyebaran titik-titik pada scatter plot agak sulit, sehingga agar lebih mudah menentukan ada tidaknya heteroskedastisitas pada persamaan regresi dapat dilakukan dengan cara melihat signifikansi korelasi Rank Spearman. Berikut ini pengujian heteroskedastisitas dengan korelasi Rank Spearman.


(3)

Uji Heteroskedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman

Correlations

1.000 .026 -.217 .102

. .438 .089 .266

40 40 40 40

.026 1.000 -.409** .836**

.438 . .004 .000

40 40 40 40

-.217 -.409** 1.000 -.290*

.089 .004 . .035

40 40 40 40

.102 .836** -.290* 1.000

.266 .000 .035 .

40 40 40 40

Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Unstandardized Residual

Kupon Obligasi (X1)

Maturitas Obligasi (X2)

Suku Bunga SBI (X3) Spearman's rho Unstanda rdized Residual Kupon Obligasi (X1) Maturitas Obligasi (X2) Suku Bunga SBI (X3)

Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). **.

Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). *.

Hasil Uji Heteroskedastisitas pada nilai residual variabel bebas penelitian menunjukkan nilai signifikansi variabel X1=0,438; X2=0,089; dan X3=0,266; dimana seluruh variabel bebas memiliki nilai signifikansi > 0,05; berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan demikian asumsi tidak terjadi heteroskedastisitas dapat dipenuhi.

ANALISIS REGRESI BERGANDA

Tabel Model Summary:

Model Summaryb

.203a .041 -.039 2.025862 1.610

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson Predictors: (Constant), Suku Bunga SBI (X3), Maturitas Obligasi (X2), Kupon Obligasi (X1)


(4)

 Pada kolom R terlihat angka 0,203, angka ini menunjukkan nilai koefisien korelasi yang berarti hubungan seluruh variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 0,203.

 Pada kolom R Square atau R2 (koefisien determinasi) sebesar 0,041 yang berarti 4,1% dari seluruh pengamatan menunjukkan variabel bebas mampu menjelaskan variasi variabel terikatnya.

 Pada kolom Adjusted R Square menunjukkan besarnya R2 yang telah disesuaikan dengan kehadiran variabel bebas lain. Menurut Ghozali (2001) banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R Square (-0,039 atau 0%)

Tabel ANOVA:

Table ini menujukkan variasi yang terbentuk dalam analisis regresi. Nilai F hitung sebesar 0,561 lebih kecil dari F table 2,866266 dengan signifikansi = 0,674 menunjukkan bahwa nilai F hitung tidak siginifikan karena lebih besar dari 0,05. Oleh karena probabilitas jauh lebih besar dari 0,05, maka model regresi tidak cocok dan tidak dapat digunakan untuk memprediksi Harga Obligasi (Y).

ANOVAb

6.352 3 2.117 .516 .674a

147.748 36 4.104

154.100 39

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Suku Bunga SBI (X3), Maturitas Obligasi (X2), Kupon Obligasi (X1)

a.

Dependent Variable: Harga Obligasi (Y) b.


(5)

Coefficientsa

99.655 3.788 26.311 .000

.215 .283 .185 .759 .453 .126 .450 2.224 -.024 .038 -.109 -.637 .528 -.106 .903 1.108 -.087 .266 -.077 -.329 .744 -.055 .483 2.071 (Constant)

Kupon Obligasi (X1) Maturitas Obligasi (X2) Suku Bunga SBI (X3) Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Partial Correla

tions

Tolerance VIF Collinearity

Statistics

Dependent Variable: Harga Obligasi (Y) a.

Nilai B (pada kolom unstandardized coefficients) yang positif/negatif menunjukkan bahwa variabel bebas berpengaruh positif/negatif terhadap variabel terikat.

 Konstanta sebesar 99,655 menyatakan bahwa jika variabel bebas dianggap konstan, maka variabel Y sebesar 99,655.

 Koefisien variabel X1 sebesar 0,215 menyatakan bahwa setiap penambahan X1 sebesar satu satuan dan jika varaibel bebas yang lain konstan, akan meninglatkan Y sebesar 0,215. Namun perlu diperhatikan bahwa secara statistik X1 tidak signifikan, yang berarti sebetulnya tidak ada pengaruh X1 terhadap variabel Y.

 Koefisien variabel X2 sebesar -0,024 menyatakan bahwa setiap penambahan X2 sebesar satu satuan dan jika varaibel bebas yang lain konstan, akan menurunkan Y sebesar 0,024. Namun perlu diperhatikan bahwa secara statistik X2 tidak signifikan, yang berarti sebetulnya tidak ada pengaruh X2 terhadap variabel Y.

 Koefisien variabel X3 sebesar -0,087 menyatakan bahwa setiap penambahan X3 sebesar satu satuan dan jika varaibel bebas yang lain konstan, akan menurunkan Y sebesar 0,087. Namun perlu diperhatikan bahwa secara statistik X3 tidak signifikan, yang berarti sebetulnya tidak ada pengaruh X3 terhadap variabel Y.

Uji Signifikansi Parameter Individual:

1. Kupon Obligasi (X1) tidak berpengaruh terhadap Harga Obligasi (Y), hipotesis tidak dapat diuji kebenarannya, tidak dapat diterima dengan tingkat [Sig. 0,453 > 0,05: tidak signifikan [Positif].

2. Maturitas Obligasi (X2) tidak berpengaruh terhadap Harga Obligasi (Y), hipotesis tidak dapat diuji kebenarannya, tidak dapat diterima dengan tingkat [Sig. 0,528 > 0,05: tidak signifikan [negatif].


(6)

Terlihat dari angka F 0,516 dengan Sig.0,674 > 0,05: Tidak signifikan positif, model regresi tidak cocok dan tidak mampu menjelaskan perubahan variabel Harga Obligasi (Y), dimana pengaruhnya hanya sebesar 4,1% sedang sisanya 95,9% [100% - 4,1%] dijelaskan oleh variabel lain selain Kupon Obligasi (X1), Maturitas Obligasi (X2) dan Suku Bunga SBI (X3).

Hasil analisis menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan untuk teknik analisis ini tidak cocok. Oleh karena 95,9% masih dipengaruhi oleh variabel lain, penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lain.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kupon Obligasi, Jangka Waktu dan Likuditas Obligasi terhadap Perubahan Harga Obligasi Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 31 137

Analisis Pengaruh Rating, Maturitas, Tingkat Suku Bunga (SBI) dan Kupon Obligasi Terhadap Perubahan Harga Obligasi Korporasi di Bursa Efek Indonesia.

1 4 10

PENGARUH PERINGKAT OBLIGASI , MATURITY, LIKUIDITAS DAN SUKU BUNGA SBI TERHADAP YIELD TO MATURITY OBLIGASI PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 4 105

Pengaruh Kupon Obligasi, Jangka Waktu dan Likuditas Obligasi terhadap Perubahan Harga Obligasi Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 1 9

Pengaruh Kupon Obligasi, Jangka Waktu dan Likuditas Obligasi terhadap Perubahan Harga Obligasi Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Kupon Obligasi, Jangka Waktu dan Likuditas Obligasi terhadap Perubahan Harga Obligasi Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Pengaruh Kupon Obligasi, Jangka Waktu dan Likuditas Obligasi terhadap Perubahan Harga Obligasi Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 22

Pengaruh Kupon Obligasi, Jangka Waktu dan Likuditas Obligasi terhadap Perubahan Harga Obligasi Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 4 3

Pengaruh Kupon Obligasi, Jangka Waktu dan Likuditas Obligasi terhadap Perubahan Harga Obligasi Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 21

KATA PENGANTAR - ANALISIS PENGARUH KUPON OBLIGASI, MATURITAS OBLIGASI DAN SUKU BUNGA SBI TERHADAP HARGAOBLIGASI PEMERINTAH SERI VARIABLE RATE (VR) YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 20