PELAKSANAAN PENILAIAN OTENTIK DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KURIKULUM 2013 DI KELAS IVB SEKOLAH DASAR NEGERI TLACAP.

(1)

PELAKSANAAN PENILAIAN OTENTIK

DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KURIKULUM 2013 DI KELAS IVB SEKOLAH DASAR NEGERI TLACAP

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenui Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Gita Enggar Saraswati NIM 10108241112

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan

Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah


(6)

PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan kepada:

1. Ibu tercinta, Sumarni, untuk dukungan dan kesabaran yang luar biasa. 2. Bapak tersayang, Alm. Bambang Agus Wiyono, sumber inspirasi hidupku.


(7)

PELAKSANAAN PENILAIAN OTENTIK

DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KURIKULUM 2013 DI KELAS IVB SEKOLAH DASAR NEGERI TLACAP

Oleh

Gita Enggar Saraswati NIM 10108241112

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman guru kelas IVB mengenai penilaian otentik, pelaksanaan dan hambatan dalam pelaksanaan penilaian otentik di kelas IVB SDN Tlacap.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah guru kelas dan siswa kelas IVB SDN Tlacap. Objek penelitian ini adalah kegiatan penilaian otentik di kelas IVB SDN Tlacap. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Penelitian ini menggunakan instrumen pedoman wawancara, lembar observasi dan pedoman analisis dokumen. Data dianalisis dengan langkah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Derajat kepercayaan data diuji dengan teknik triangulasi sumber dan member check.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru memiliki pemahaman yang cukup untuk melaksanakan penilaian otentik di kelas IVB SDN Tlacap. Guru berpedoman pada Buku Guru dalam mempersiapkan penilaian. Penilaian terdiri dari aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian sikap yang sudah dilakukan adalah observasi dengan daftar ceklis sebagai instrumen penilaian. Penilaian pengetahuan yang sudah dilakukan adalah tes tertulis dengan soal uraian dan penugasan. Penilaian pengetahuan dilakukan dengan skor angka. Penilaian keterampilan yang sudah dilakukan adalah unjuk kerja, penilaian produk dan portofolio. Hambatan utama dalam pelaksanaan penilaian otentik di kelas IVB adalah jenis penilaian yang terlalu banyak dengan waktu pengerjaan yang terbatas.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul "Pelaksanaan Penilaian Otentik dengan Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di Kelas IVB Sekolah Dasar Negeri Tlacap".

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tersusun atas bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kebijakan untuk menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi.

4. Ibu Dr. Pratiwi Pujiastuti, M. Pd. selaku dosen pembimbing I dan Ibu Rahayu Condro Murti, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing penulis dalam menyusun skripsi hingga selesai dengan penuh kesabaran dan pengertian.

5. Ibu Murtiningsih, M. Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.

6. Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri Tlacap yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan mendukung kelancaran pelaksanaan penelitian.

7. Guru kelas IVB Sekolah Dasar Negeri Tlacap yang telah meluangkan waktu dan bekerja sama dengan penulis dalam pelaksanaan penelitian. 8. Siswa-siswi kelas IVB Sekolah Dasar Negeri Tlacap.


(9)

(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL………..…… i

HALAMAN PERSETUJUAN.……….……. ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN………. iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN MOTTO....……….……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN……….……… vi

ABSTRAK...………. vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..….. 1

B. Identifikasi Masalah……….. 10

C. Fokus Penelitian………..…….. 11

D. Rumusan Masalah……….…. 11

E. Tujuan Penelitian………...… 12

F. Manfaat Penelitian………. 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kurikulum………..……. 14

B. Kurikulum 2013………..….. 15

C. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum di Sekolah Dasar………...………. 16

D. Pendekatan Saintifik……….. 20


(11)

F. Kerangka Pikir………...…… 44

G. Pertanyaan Penelitian……….… 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian……….…….. 47

B. Setting Penelitian……….…….. 47

C. Objek dan Subjek Penelitian……….……… 48

D. Sumber Data……….………. 48

E. Teknik Pengumpulan Data………..……….. 48

F. Instrumen Penelitian……….…………. 49

G. Analisis Data……….…………. 50

H. Keabsahan Data……….……… 52

I. Kisi-kisi Instrumen Penelitian……….…………...53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian....……….…….. 73

B. Deskripsi Subjek dan Objek Penelitian………….………….…….. 73

C. Hasil Penelitian...……….……… 74

D. Pembahasan Hasil Penelitian...………...……….………. 102

E. Keterbatasan Penelitian...………..……….. 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...……….…….. 113

B. Saran...………….………….…….. 115

DAFTAR PUSTAKA………..………. 118


(12)

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A... 17 Tabel 2. Struktur Kurikulum SD/MI... 19 Tabel 3. Deskripsi Langkah Pembelajaran... 21 Tabel 4. Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada Ranah Sikap Spiritual

dan Sikap Sosial... 29 Tabel 5. Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada Kemampuan

Berpikir... 29 Tabel 6. Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada Dimensi

Pengetahuan... 30 Tabel 7. Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada Keterampilan

Abstrak... 31 Tabel 8. Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada Keterampilan

Kongkret... 31 Tabel 9. Tingkat Pencapaian Kompetensi Sekolah Dasar... 32 Tabel 10. Contoh Format Pengamatan Sikap di Laboratorium IPA... 34 Tabel 11. Contoh Format Penilaian Diri untuk Aspek Sikap... 34 Tabel 12. Contoh Format Penilaian Teman Sebaya untuk Aspek

Sikap... 35 Tabel 13. Contoh Format Penilaian Melalui Jurnal... 36 Tabel 14. Contoh Format Observasi terhadap Diskusi, Tanya Jawab

dan Percakapan... 37 Tabel 15. Contoh Instrumen Daftar Cek Penilaian Praktik di

Laboratorium... 38 Tabel 16. Contoh Instrumen Skala Penilaian Praktik Olahraga Bola

Volley... 39 Tabel 17. Contoh Format Rubrik Penilaian Projek... 40 Tabel 18. Contoh Penilaian Produk... 41 Tabel 19. Contoh Format Penilaian Portofolio... 43


(13)

Tabel 20. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pendahuluan Kepala

Sekolah dan Guru... 54 Tabel 21. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah I

(Kurikulum 2013 dengan Pendekatan Saintifik)... 55 Tabel 22. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah II

(Penilaian Otentik)... 57 Tabel 23. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru I

(Kurikulum 2013 dengan Pendekatan Saintifik)... 58 Tabel 24. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru IIa

(Penilaian Otentik)... 60 Tabel 25. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru IIb

(Penilaian Otentik Kompetensi Sikap)... 61 Tabel 26. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru IIc

(Penilaian Otentik Kompetensi Pengetahuan)... 63 Tabel 27. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru IId

(Penilaian Otentik Kompetensi Keterampilan)... 64

Tabel 28. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Siswa... 66

Tabel 29. Kisi-kisi Pedoman Observasi I (Penilaian Kompetensi Sikap)... 67 Tabel 30. Kisi-kisi Pedoman Observasi II (Penilaian Kompetensi Pengetahuan)... 68 Tabel 31. Kisi-kisi Pedoman Observasi III (Penilaian Kompetensi Keterampilan)... 69 Tabel 32. Kisi-kisi Analisis Silabus... 71

Tabel 33. Kisi-kisi Analisis RPP... 72

Tabel 34. Pelaksanaan Penilaian Sikap di Kelas IVB... 87

Tabel 35. Pelaksanaan Tes Tertulis di Kelas IVB... 89

Tabel 36. Pelaksanaan Penilaian Penugasan di Kelas IVB... 92

Tabel 37. Pelaksanaan Penilaian Unjuk Kerja di Kelas IVB... 94

Tabel 38. Pelaksanaan Penilaian Produk di Kelas IVB... 96


(14)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kerangka pikir... 44 Gambar 2. Komponen dalam analisis data kualitatif... 51


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Instrumen Penelitian... 121

Lampiran 2. Reduksi Data dan Kesimpulan... 150

Lampiran 3. Hasil Wawancara Kepala Sekolah I... 176

Lampiran 4. Hasil Wawancara Kepala Sekolah II... 181

Lampiran 5. Hasil Wawancara Guru I... 184

Lampiran 6. Hasil Wawancara Guru II... 192

Lampiran 7. Hasil Wawancara Kelompok Siswa... 208

Lampiran 8. Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Siswa... 216

Lampiran 9. Catatan Lapangan... 228

Lampiran 10. Analisis RPP... 241

Lampiran 11. Analisis Silabus... 255

Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 261

Lampiran 13. Rubrik Penilaian... 266

Lampiran 14. Penilaian Otentik Kompetensi Sikap... 267

Lampiran 15. Penilaian Otentik Kompetensi Pengetahuan... 268

Lampiran 16. Penilaian Otentik Kompetensi Keterampilan... 269

Lampiran 17. Surat-surat... 270


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sejak dulu merupakan fondasi yang menjadi penentu maju atau

tidaknya peradaban suatu bangsa. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar

yang berlangsung dalam segala lingkungan hidup dan sepanjang hidup (Arif

Rohman, 2009: 18). Manusia yang sudah mengecap bangku pendidikan

diharapkan menjadi lebih mampu mengemban tugas pembangunan bangsa dan

negara. Melalui pendidikan yang baik, akan terbentuk manusia yang berkualitas

yang dapat menjadikan Indonesia sebagai negara yang maju dan disegani.

Menurut pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003, tujuan pendidikan di

Indonesia adalah “untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab”. Dengan demikian semakin jelaslah

pentingnya peran pendidikan bagi suatu negara.

Dalam pendidikan formal di Indonesia terbagi atas tiga jenjang atau

tingkatan yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 17 ayat 1 dan 2 bahwa

“pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan

madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah


(17)

Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang sangat penting yang

menjadi dasar untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Dalam

pelaksanaan pendidikan Sekolah Dasar, tentu membutuhkan desain dan sistem

pembelajaran yang tepat agar tujuan dilaksanakannya pendidikan sekolah dasar

dapat tercapai dengan baik. Kurikulum yang diterapkan juga merupakan aspek

penting dalam suatu proses pembelajaran, karena kurikulum adalah rencana yang

disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan

tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya

(Loeloek Endah Poerwati, 2013: 11).

Sejak tahun 2004 hingga sekarang, sudah terjadi tiga kali pergantian

kurikulum. Pada tahun 2004 diberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi

(KBK) yang hanya dijalankan selama dua tahun. Kemudian pada tahun 2006

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diterapkan untuk menggantikan Kurikulum

KBK yang pelaksanaan uji cobanya dihentikan (Mida Latifatul Muzamiroh, 2013:

47-48). Meski demikian, seiring dengan semakin cepatnya laju perkembangan

jaman, yang ditandai dengan era globalisasi yang menuntut bangsa Indonesia agar

mampu bersaing dengan masyarakat internasional, maka dikembangkanlah

kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013. Dengan adanya Kurikulum 2013

diharapkan dapat menyiapkan generasi yang handal, inovatif dan berkarakter serta

siap mengarungi tantangan zaman di masa yang akan datang (Mida Lailatul

Muzamiroh, 2013: 119).

Menurut Mohammad Nuh selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


(18)

generasi Indonesia 2045, yaitu tepat 100 tahun Indonesia merdeka, sekaligus

memanfaatkan populasi usia produktif yang jumlahnya sangat melimpah agar

menjadi bonus demografi dan tidak menjadi bencana demografi. Kompetensi

masa depan seperti kreativitas dan daya inovasi, dan masalah mendasar yang

sedang dihadapi bangsa terkait dengan moralitas, kejujuran, etika, tata karma,

toleransi dan penguatan sabuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),

mendapat perhatian khusus.” (Forum Mangunwijaya VII, 2013: X, XI). Hal itu diwujudkan dengan cara penggunaan pendekatan saintifik dalam proses

pembelajaran, juga penguatan dalam mata pelajaran Agama dan Budi Pekerti,

Bahasa Indonesia, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan muatan lokal,

juga menjadikan kegiatan Pramuka sebagai ekstra kurikuler yang wajib bagi

siswa.

Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan

ilmiah (scientific approach), tematik terpadu dan tematik yang berbasis pada

discovery/inquiry learning sehingga mampu mendorong siswa untuk

menghasilkan karya yang kontekstual baik itu secara individual maupun

kelompok (Lampiran Permendikbud No. 65 tahun 2013: 3). Pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan saintifik terdiri dari lima pengalaman belajar, yaitu

mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan

informasi/mencoba (experimenting), menalar/mengasosiasi (associating), dan

mengkomunikasikan (communicating). (Lampiran Permendikbud no. 103 tahun

2014: 5-6). Dengan kelima pengalaman belajar tersebut, maka siswa akan


(19)

kontekstual dalam Kurikulum 2013 akan membuat pelajaran yang didapat menjadi

lebih bermakna dalam kehidupan sehari-hari siswa. Guru berperan sebagai

fasilitator dan proses pembelajaran berpusat pada siswa untuk mendorong

motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar

(Lampiran Permendikbud no. 103 tahun 2014: 7).

Dalam pembelajaran yang dilangsungkan dengan menggunakan

Kurikulum 2013 diharapkan siswa menjadi lebih aktif dan kreatif. Pendekatan

ilmiah (scientific approach) dijadikan dasar pada semua kegiatan pembelajaran di

tingkat Sekolah Dasar. Penanaman pendidikan karakter juga semakin ditekankan.

Menurut Agus Suwignyo, pedagog dari Universitas Gajah Mada, kurikulum baru

ini diharapkan dapat membentuk manusia Indonesia yang berakhlak/berkarakter

mulia, berbadan sehat, cerdas, berkepribadian Indonesia dan menjunjung

nilai-nilai demokrasi (Forum Mangunwijaya VII, 2013: 149).

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

Kurikulum 2013 ditekankan prinsip pembelajaran berpusat pada siswa, yang

bertujuan untuk mengembangkan kreativitas siswa. Pembelajaran harus dilakukan

dalam kondisi yang menyenangkan dan menantang, yang memuat nilai, etika,

estetika, logika, dan kinestetika, dan menyediakan pengalaman belajar yang

beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang

menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. (Lampiran

Permendikbud No 81A tahun 2013:34). Dengan demikian, siswa akan semakin


(20)

kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan kemudian

diterapkan dalam kehidupan nyata.

Meski demikian, pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah diwarnai dengan

berbagai masalah yang muncul. Sekolah Dasar Negeri Tlacap merupakan salah

satu sekolah dasar di Kabupaten Sleman yang dijadikan pilot project pelaksanaan

Kurikulum 2013. Salah satu masalah yang timbul di Sekolah Dasar Negeri Tlacap

adalah mengenai buku paket Kurikulum 2013. Kepala Sekolah Dasar Negeri

Tlacap menyatakan bahwa buku paket Kurikulum 2013 kualitasnya semakin

berkurang. “Buku paket yang datang untuk semester ini bahannya tipis, jadi cepat

sobek.” (8 September 2015). Selain kendala dalam hal buku paket, beliau juga menyatakan bahwa kendala dalam melaksanakan Kurikulum 2013 akan muncul

ketika ada guru yang kurang kreatif, baik itu dalam mendesain pembelajaran

maupun saat melakukan kegiatan pembelajaran. Kreatifitas guru diperlukan saat

mendesain dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, agar proses pembelajaran

yang dialami siswa menjadi lebih bermakna sehingga siswa dapat terdorong untuk

menjadi lebih berinisiatif, kreatif, dan aktif. Kepala Sekolah Dasar Negeri Tlacap

menyatakan, “Siswa bergantung pada kreatifitas guru, kalau guru pasif, maka

siswa juga akan bingung.” (8 September 2015).

Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik

yang mengutamakan lima pengalaman pembelajaran yaitu mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan

mengkomunikasikan (5M). Berdasarkan keterangan Kepala Sekolah Dasar Negeri


(21)

dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Tlacap. Menurut beliau, sebelum

melakukan kegiatan pembelajaran hal utama yang dipersiapkan guru adalah RPP

dan alat peraga yang memadai. Guru harus memiliki kemauan keras dan tidak

pasif, karena guru sangat besar pengaruhnya dalam keberhasilan pelaksanaan

Kurikulum 2013 (8 September 2015).

Pembuatan RPP dan alat peraga sangat dimudahkan dengan adanya kerja

sama dan saling sharing antar guru kelas. Para guru saling berkolaborasi dan

membagi tugas. Ditambah lagi dengan adanya pendampingan dari gugus sehingga

persiapan pembelajaran menjadi lebih mudah dan matang. “Ada pertemuan di gugus, yang juga membahas Instruksi Nasional, jadi guru-guru menjadi lebih

paham tentang teknis mengajarnya,” tutur Kepala Sekolah Dasar Negeri Tlacap (8

September 2015).

Menurut Ibu R, wali kelas IVB di Sekolah Dasar Negeri Tlacap, guru

paling banyak berpedoman pada buku guru dan buku siswa. Langkah-langkah

kegiatan pembelajaran yang memuat 5M mengacu pada buku guru dan buku siswa

Kurikulum 2013. “Dalam RPP diusahakan selalu ada 5M,” tutur Ibu R kepada

peneliti. “5M sudah banyak diterapkan dengan cara siswa melakukan percobaan

dan diskusi.” (8 September 2015). Pelaksanaan 5M dalam pendekatan saintifik di Sekolah Dasar Negeri Tlacap sudah berjalan dengan baik meskipun masih ada

kendala-kendala yang terjadi dalam praktek pelaksanaannya. “5M paling tidak

sudah berjalan 70 persen,” ucap Ibu R (8 September 2015).

Kendala yang sering muncul dalam pelaksanaan pendekatan saintifik


(22)

dalam satu kelas. Ada siswa yang sudah mau berlaku aktif dalam kegiatan

pembelajaran, namun juga masih ada siswa yang bersikap pasif dan sulit diajak

bekerja sama. Hal ini disiasati guru dengan cara melakukan pendekatan individu

kepada siswa. “Siswa akan saya ajak bicara setelah kegiatan belajar berakhir,” kata Ibu R (8 September 2015).

Masalah lain yang lebih mendesak yang diutarakan oleh Kepala Sekolah

Dasar Negeri Tlacap adalah kendala dalam hal pelaksanaan penilaian.

Narasumber mengakui bahwa para guru di Sekolah Dasar Negeri Tlacap masih

mengalami keberatan dalam melakukan penilaian siswa. “Mungkin karena diklat yang diberikan belum fokus pada penilaian. Jadi ibaratnya kami baru sedikit

mencicipi tapi kemudian harus langsung mengolah,” demikian tutur beliau saat diwawancara oleh peneliti (8 September 2015). Ketika melakukan penilaian

harian guru harus melakukannya sedikit demi sedikit karena item penilaian yang

dirasa terlalu banyak. “Dalam satu hari guru menilai minimal lima siswa,” tutur

Kepala Sekolah Dasar Negeri Tlacap.

Penguasaan IT dari para guru juga sangat mempengaruhi pelaksanaan

pembelajaran dan penilaian. Menurut Kepala Sekolah Dasar Negeri Tlacap, guru

yang kurang menguasai IT akan mengalami lebih banyak kesulitan saat

mendesain dan melakukan kegiatan pembelajaran. “Kalau guru bisa IT kan jadi

lebih mudah dalam membuat media, bisa pakai LCD.” (8 September 2015). Pelaksanaan penilaian juga akan menjadi lebih mudah dengan IT. Jika tidak

menguasai IT guru harus melakukan penilaian dengan ditulis tangan, yang akan


(23)

Guru masih merasa keberatan dalam menerapkan sistem penilaian baru

dalam Kurikulum 2013 yang ditetapkan oleh pemerintah. Dalam Kurikulum 2013,

penilaian hasil belajar menggunakan sistem penilaian otentik (authentic

assessment), yang tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh siswa, tetapi

lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh siswa (Lampiran

Permendikbud nomor 81A tahun 2013: 56). Penilaian otentik adalah bentuk

penilaian yang menghendaki siswa menampilkan sikap, menggunakan

pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam

melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya. (Lampiran Permendikbud

nomor 104 tahun 2014: 3). Penilaian otentik dilakukan tidak hanya pada aspek

pengetahuan saja, melainkan juga aspek sikap dan keterampilan.

Sistem penilaian yang mencakup ketiga aspek pembelajaran ini masih

menjadi keprihatinan bagi sebagian besar guru dalam menerapkan Kurikulum

2013. Guru masih mengalami kesulitan dalam menerapkan sistem penilaian baru

dalam Kurikulum 2013 yang ditetapkan pemerintah. Dalam Kurikulum 2013,

penilaian hasil belajar menggunakan sistem penilaian otentik (authentic

assessment), yang tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh siswa, tetapi

lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh siswa

(Permendikbud, 2013: 56).

Dalam penilaian otentik siswa diminta untuk menerapkan konsep atau

teori pada dunia nyata. Otentik berarti keadaan yang sebenarnya, yaitu

kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa (Kunandar, 2014: 36).


(24)

siswa. Dengan menggunakan penilaian otentik, siswa dituntut untuk menunjukkan

kemampuannya dalam bentuk kinerja dan hasil karya. Implementasi penilaian

otentik diharapkan menjadi bagian integral dari proses pembelajaran.

Penilaian otentik memiliki hubungan yang sangat erat dengan pendekatan

saintifik (scientific approach). Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah

proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif

mengkonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati,

merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis

data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip

yang ditemukan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan

pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi

menggunakan pendekatan ilmiah. Penilaian otentik merupakan jenis penilaian

utama yang digunakan dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan

saintifik.

Menurut Abdul Majid (2014: 240), bentuk penilaian otentik antara lain

melalui penilaian proyek atau kegiatan siswa, penggunaan portofolio, jurnal,

demonstrasi, laporan tertulis, ceklis dan petunjuk observasi. Keterlibatan siswa

sangat penting dalam penilaian otentik, dengan cara siswa diminta untuk

merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri untuk meningkatkan

pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong

kemampuan belajar yang lebih tinggi.

Guru Sekolah Dasar Negeri Tlacap masih mengalami kendala dalam


(25)

per satu di sela-sela melakukan kegiatan mengajar sementara jumlah siswa di

dalam satu kelas cukup banyak. Dalam melakukan penilaian guru harus selalu

bersikap positif dan tidak boleh menggunakan pernyataan negatif agar siswa tetap

termotivasi untuk terus mencapai kemajuan dalam kegiatan belajarnya.

Penilaian hasil belajar merupakan salah satu hal utama dalam pelaksanaan

kegiatan pendidikan, dan termasuk dalam 8 Standar Nasional Pendidikan. Karena

itu kegiatan penilaian hasil belajar harus dilaksanakan secara optimal agar bisa

menjamin kemajuan pendidikan Indonesia. Apabila guru tidak siap, hal ini tentu

akan menghambat pelaksanaan Kurikulum 2013.

Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian untuk

mengetahui bagaimana pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa dalam

Kurikulum 2013, khususnya di Sekolah Dasar Negeri Tlacap yang dipilih sebagai

salah satu sekolah perintis yang terlebih dulu melaksanakan uji coba penerapan

Kurikulum 2013 di Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman. Kelas IV dipilih

karena kelas IV sudah melaksanakan Kurikulum 2013 selama 3 tahun. Kelas IVB

digunakan atas rekomendasi dari kepala sekolah.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Pelaksanaan Penilaian Otentik dengan

Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di Kelas IVB Sekolah Dasar Negeri

Tlacap”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat


(26)

1. Kualitas buku paket Kurikulum 2013 yang kurang memadai,

sehingga mudah sobek saat digunakan siswa.

2. Guru yang kurang kreatif menyebabkan kegiatan pembelajaran

kurang menarik bagi siswa.

3. Perbedaan kemampuan siswa dalam satu kelas membuat

pelaksanaan pendekatan saintifik sedikit terhambat.

4. Item penilaian yang terlalu banyak membuat guru kesulitan dalam

melakukan penilaian otentik dalam Kurikulum 2013.

5. Diklat Kurikulum 2013 yang diberikan oleh pemerintah dianggap

masih kurang.

6. Guru yang kurang menguasai IT sering mengalami kesulitan baik

dalam kegiatan pembelajaran maupun penilaian Kurikulum 2013.

7. Guru masih merasa keberatan dalam melakukan penilaian otentik

dalam Kurikulum 2013.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian diarahkan pada pelaksanaan penilaian otentik dalam

penerapan Kurikulum 2013 di kelas IVB Sekolah Dasar Negeri Tlacap.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pemahaman guru kelas IVB Sekolah Dasar Negeri

Tlacap mengenai penilaian otentik dalam Kurikulum 2013?

2. Bagaimanakah pelaksanaan penilaian otentik dalam penerapan


(27)

3. Apa sajakah hambatan yang dialami oleh guru kelas IVB Sekolah

Dasar Negeri Tlacap dalam pelaksanaan penilaian otentik dalam

penerapan Kurikulum 2013?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan pemahaman guru kelas IVB Sekolah Dasar

Negeri Tlacap mengenai penilaian otentik.

2. Mendeskripsikan pelaksanaan penilaian otentik dalam penerapan

Kurikulum 2013 di kelas IVB Sekolah Dasar Negeri Tlacap.

3. Mendeskripsikan hambatan dalam pelaksanaan penilaian otentik

dalam penerapan Kurikulum 2013 di kelas IVB Sekolah Dasar

Negeri Tlacap.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian, diharapkan penelitian ini dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Memberikan wawasan keilmuan di bidang pendidikan khususnya

mengkaji mengenai pelaksanaan kegiatan penilaian belajar siswa

dalam penerapan Kurikulum 2013 yang dapat dijadikan bekal


(28)

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber

informasi mengenai penilaian belajar siswa dalam penerapan

Kurikulum 2013 sehingga pelaksanaannya bisa menjadi lebih

baik.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber

informasi dan evaluasi dalam persiapan dan pelaksanaan

Kurikulum 2013 demi kemajuan sekolah.

4. Bagi Sekolah Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber

informasi dan bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan

kesiapan pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah masing-masing.

5. Bagi Dinas Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber

informasi untuk meningkatkan mutu dalam pelaksanaan


(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kurikulum

Kurikulum merupakan salah satu komponen utama dalam pelaksanaan

pendidikan di sekolah. Undang-Undang no. 20 tahun 2003 tentang Pendidikan

Nasional mendefinisikan kurikulum sebagai “seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu.” Kurikulum adalah suatu program yang di dalamnya tercakup

seluruh rencana pengajaran untuk digunakan di dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran di suatu jenjang pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Romine (1954), sebagaimana dikutip oleh Oemar Hamalik (2007)

mendefinisikan kurikulum sebagai berikut. “Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which pupils have under

direction of the school, whether in the classroom or not.” Kurikulum diinterpretasikan sebagai seluruh kegiatan yang terorganisasi, aktivitas dan

pengalaman yang dialami oleh siswa di dalam bimbingan sekolah, baik itu di

dalam kelas ataupun tidak. Dengan demikian, kurikulum berfungsi sebagai

pedoman bagi guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Kurikulum mencakup rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,

dan bahan pelajaran yang akan diterapkan dalam suatu jenjang pendidikan.

Kurikulum perlu senantiasa diperbaiki agar tujuan serta isi pendidikan sesuai


(30)

B. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang didesain oleh pemerintah

Republik Indonesia yang diberlakukan secara bertahap di seluruh Indonesia mulai

tahun ajaran 2013/2014. Kurikulum 2013 ini menggantikan kurikulum

sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pengembangan

Kurikulum 2013 dilakukan terkait dengan tuntutan pendidikan yang mengacu

kepada 8 Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan meliputi

standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan

tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar

pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Kurikulum 2013 bertujuan untuk “mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia”(Permendikbud No. 57 Tahun 2014). Melalui penerapan Kurikulum 2013 diharapkan sumber daya

manusia Indonesia akan menjadi semakin berkualitas. Sumber daya manusia

Indonesia dituntut harus mampu menghadapi kemajuan teknologi dan arus

globalisasi yang semakin cepat.

Karakteristik yang sangat menonjol dalam Kurikulum 2013 adalah bahwa

“Kurikulum 2013 mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan

sosial, pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai

situasi di sekolah dan masyarakat.” (Permendikbud No 57 Tahun 2014). Kurikulum 2013 tidak hanya mengedepankan pencapaian prestasi dalam hal


(31)

pengetahuan saja tetapi juga mengembangkan sikap dan keterampilan siswa.

Dengan demikian siswa akan memiliki sikap sosial dan keterampilan yang baik

disamping kemampuan intelektual.

C. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar

Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar diatur

dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor

57 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah.

1. Kerangka Dasar Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar

Kerangka Dasar Kurikulum 2013 diatur dalam Permendikbud No

57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/ Madrasah

Ibtidaiyah. Landasan yuridis pengembangan Kurikulum 2013 adalah

sebagai berikut.

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional;

c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan

d. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.(Lampiran Permendikbud No 57 Tahun 2014).

Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan adanya kebutuhan

akan perubahan rancangan dan proses pendidikan dalam rangka memenuhi

dinamika kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Menurut


(32)

pembelajaran yang dilakukan guru (taught curriculum) berupa kegiatan

pembelajaran yang dilakukan di sekolah, kelas dan masyarakat, dan

pengalaman belajar langsung siswa (learned-curriculum) sesuai dengan

latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal siswa.

Melalui Kurikulum 2013 siswa akan lebih mudah menerima

pembelajaran yang diberikan. Kegiatan belajar dalam Kurikulum 2013

bersifat kontekstual dan sesuai dengan kehidupan nyata siswa. Dengan

demikian siswa akan lebih mampu mengadaptasi apa yang sudah

dipelajarinya ke dalam kehidupan sehari-hari.

2. Struktur Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar a. Standar Kompetensi Lulusan

Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai

kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan (Permendikbud No 54 Tahun

2013). Standar Kompetensi Lulusan berisi kriteria kualifikasi

kemampuan siswa yang diharapkan dapat dicapai setelah

menyelesaikan masa belajarnya pada satu jenjang pendidikan

tertentu.

Tabel 1. Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A

SD/ MI/ SDLB/ Paket A

Dimensi Kualifikasi Kemampuan

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,

berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.


(33)

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain

Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.

(Lampiran Permendikbud No. 54 Tahun 2013: 2)

b. Kompetensi Inti

Kompetensi Inti SD/MI merupakan tingkat kemampuan untuk

mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang

siswa pada setiap tingkat kelas. Kompetensi Inti SD/MI diatur

dalam Permendikbud No 57 Tahun 2014. Kompetensi Inti terbagi

menjadi empat aspek, yaitu sikap spiritual, sikap sosial,

pengetahuan dan keterampilan.

Kompetensi inti sikap spiritual (KI-1) untuk Sekolah Dasar

kelas IV adalah “menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya”. Kompetensi inti sikap sosial (KI-2) untuk

Sekolah Dasar kelas IV adalah “menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam

berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya.

Kompetensi inti pengetahuan (KI-3) untuk Sekolah Dasar kelas IV

adalah “memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati

dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk

ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang

dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain”.


(34)

Dasar kelas IV adalah “menyajikan pengetahuan faktual dalam

bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis,

dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan

yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia”.

c. Mata Pelajaran

Struktur kurikulum SD/MI adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Struktur Kurikulum SD/MI

MATA PELAJARAN

ALOKASI WAKTU PER MINGGU

I II III IV V VI Kelompok A (Umum)

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4 4 4

2. Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan 5 5 6 5 5 5

3. Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7

4. Matematika 5 6 6 6 6 6

5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3

6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3

Kelompok B (Umum)

1. Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 4 4 4

2. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 4 4 4 4 4 4

JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU 30 32 34 36 36 36

(Lampiran Permendikbud No 57 Tahun 2014:8-9)

d. Muatan Pembelajaran

Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada SD/MI dilakukan melalui

pembelajaran dengan pendekatan tematik-terpadu dari Kelas I

sampai Kelas VI, dengan pengecualian pada mata pelajaran

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Pembelajaran tematik-terpadu

merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan


(35)

berbagai tema. Pembelajaran di kelas IV terbagi menjadi 9 tema,

yaitu (1) Indahnya kebersamaan, (2) Selalu berhemat energi, (3)

Peduli terhadap lingkungan hidup, (4) Berbagai pekerjaan, (5)

Pahlawanku, (6) Indahnya negeriku, (7) Cita-citaku, (8) Tempat

tinggalku, dan (9) Makananku sehat bergizi. (Lampiran

Permendikbud No 57 Tahun 2014: 10-11)

e. Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar dirumuskan untuk mencapai

Kompetensi Inti. Rumusan Kompetensi Dasar dikembangkan

dengan memperhatikan karakteristik dan kemampuan siswa, dan

kekhasan masing-masing mata pelajaran. Menurut Permendikbud

No 57 Tahun 2014, Kompetensi Dasar meliputi empat kelompok

sesuai dengan pengelompokan Kompetensi Inti sebagai berikut:

1) Kelompok 1: kelompok Kompetensi Dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI1;

2) Kelompok 2: kelompok Kompetensi Dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI2;

3) Kelompok 3: kelompok Kompetensi Dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI3;

4) Kelompok 4: kelompok Kompetensi Dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI4.

D. Pendekatan Saintifik

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran

mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga

ranah kompetensi tersebut diperoleh melalui aktivitas yang berbeda-beda. Ranah


(36)

menghargai, menghayati, dan mengamalkan.” Ranah kompetensi pengetahuan

diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi.” Sedangkan ranah kompetensi keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.”

Karakteristik kompetensi serta perbedaan aktivitas dalam setiap ranah kompetensi

turut mempengaruhi metode pembelajaran yang digunakan.

Kurikulum 2013 mengedepankan penggunaan pendekatan saintifik

(scientific approach), tematik terpadu dan tematik. Kegiatan pembelajaran harus

didukung oleh metode pembelajaran yang sesuai, seperti pembelajaran

kontekstual, problem-based learning, dan discovery learning. Menurut Lampiran

Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar

dan Pendidikan Menengah, proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 terdiri

dari lima pengalaman belajar pokok yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi/ mencoba, menalar/ mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

Tabel 3. Deskripsi Langkah Pembelajaran

LANGKAH PEMBELAJARAN DESKRIPSI KEGIATAN BENTUK HASIL BELAJAR

Mengamati (observing) Mengamati dengan indra

(membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat

Perhatian pada waktu mengamati suatu objek/ membaca suatu tulisan/ mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati

Menanya (questioning) Membuat dan mengajukan

pertanyaan, tanya jawab,

berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi

Jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan siswa (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik)


(37)

Mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting)

Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/ gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/ mengembangkan

Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/ digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/ alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

Menalar/ Mengasosiasi (associating)

Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau

menghubungkan fenomena/ informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan

Mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/ konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/ konsep/ teori,

menyintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antar berbagai jenis fakta/ konsep/ teori/ pendapat;

Mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/ konsep/ teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan;

Mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/ teori/ pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber Mengkomunikasikan

(communicating)

Menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan

Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain

(Lampiran Permendikbud No. 103 Tahun 2014: 5-6)

1. Mengamati (observing)

Observation is a process of gathering information using all appropriate

senses and instruments that extend the senses.” (Bass, Joel E., 2009: 30). Mengamati adalah proses pengumpulan informasi dengan menggunakan

indera. Kegiatan mengamati dapat dilakukan dengan bantuan alat/ instrumen

yang membantu meningkatkan kemampuan indera, seperti mikroskop atau


(38)

dan menemukan kesamaan dan perbedaan pada objek yang diamati. Contoh

kegiatan mengamati adalah mengamati perubahan wujud es batu, dan

menggunakan kaca pembesar untuk mengamati populasi semut.

2. Menanya (questioning)

Siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk menanya. Kemampuan

menanya dapat dikembangkan dari kegiatan mengamati yang sudah

dilakukan. Dari mengamati suatu objek, siswa akan menemukan hal yang

belum diketahui, dan mendorong mereka untuk bertanya. Siswa dibimbing

untuk melakukan investigasi dan pengamatan yang baru dari pertanyaan

yang mereka tanyakan.

3. Mengumpulkan informasi/ mencoba (experimenting)

Kegiatan mengumpulkan informasi/ mencoba dilakukan saat siswa

menginvestigasi atau mengamati suatu objek. Kegiatan mengumpulkan

informasi/ mencoba didukung dengan penggunaan alat yang sesuai. Sebagai

contoh, siswa menggunakan penggaris untuk mengukur panjang

pertumbuhan kecambah. Dalam kegiatan ini siswa juga belajar untuk

mencatat informasi yang mereka temukan.

4. Menalar/mengasosiasi (associating)

Menalar/mengasosiasi dilakukan dengan cara penarikan kesimpulan atas

suatu objek atau peristiwa yang telah diobservasi. Kegiatan ini juga

didukung oleh pengetahuan (knowledge) yang sudah dimiliki oleh siswa.


(39)

pengamatan terhadap air yang dipanaskan, siswa dapat menyimpulkan

bahwa air akan menguap menjadi uap air setelah dipanaskan.

5. Mengkomunikasikan (communicating)

Menurut Joel E. Bass (2009: 36), “recording, organizing, and reporting observations, measurement, experiments, findings, and conclusions is also

essential process of science.” Mengkomunikasikan adalah kegiatan pencatatan, pengorganisiran dan pelaporan hasil pengamatan, pengukuran,

percobaan, penemuan, dan penarikan kesimpulan. Hasil laporan kemudian

dipresentasikan di depan audiens, yaitu guru dan siswa lainnya di dalam

kelas. Kegiatan mengkomunikasikan dapat dilakukan secara lisan, dalam

bentuk gambar, laporan tertulis, tabel, jurnal, dan grafik. Contoh dari

kegiatan mengkomunikasikan adalah siswa melakukan presentasi lisan dan

menyajikan gambar mengenai siklus hidup katak.

Dalam penerapannya, pendekatan saintifik dapat menggunakan berbagai

strategi dan model pembelajaran seperti pembelajaran kontekstual, discovery

learning, project-based learning, dan problem-based learning.

Pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan

pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap

makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap

makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru

dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya

(Lampiran Permendikbud No 57 Tahun 2014: 248). Dalam model pembelajaran


(40)

Dengan demikian, siswa akan lebih mudah menerapkan apa yang mereka pelajari

di sekolah ke dalam kehidupan sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Pembelajaran penemuan terbimbing (discovery learning) merupakan

model pembelajaran dimana siswa dituntut untuk mengorganisasi sendiri cara

belajarnya dalam menemukan konsep. Saat mengaplikasikan model pembelajaran

discovery guru berperan sebagai pembimbing dan memberikan kesempatan bagi

ssiswa untuk belajar secara aktif. Kegiatan pembelajaran bersifat student-oriented.

Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning) adalah

pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal

untuk mendapatkan pengetahuan baru. Dalam model pembelajaran ini siswa

didorong untuk mendapatkan pengetahuan mereka dengan cara menyelesaikan

suatu masalah. Siswa akan dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat

tinggi, juga mengembangkan kemandirian dan rasa percaya diri.

Project-based Learning adalah model pembelajaran yang menggunakan

proyek/ kegiatan sebagai sarana mengumpulkan pengetahuan baru. Model

pembelajaran ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mendapatkan

pengetahuan menggunakan berbagai cara yang bermakna dan melakukan

eksperimen secara kolaboratif.

Siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang beragam melalui

berbagai metode pembelajaran. Akan tetapi hal ini tidak selalu menjamin seratus

persen penerimaan siswa di kelas. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Bass dalam


(41)

knowledge, experiences, learning abilities, preferred learning approaches, and the amount of structure they need in learning. Classroom and environmental factors vary and can affect teaching and learning.” Siswa memiliki pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan belajar yang berbeda-beda. Pendekatan belajar yang

dipilih oleh masing-masing siswa pun bervariasi. Situasi kelas dan faktor

lingkungan juga ikut berpengaruh dalam proses belajar mengajar.

Melalui uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa pembelajaran dengan

pendekatan saintifik mengharuskan siswa untuk secara aktif melakukan berbagai

kegiatan untuk mendapatkan pengetahuan. Siswa juga dapat mengembangkan

keterampilan karena siswa bekerja secara langsung dan melakukan berbagai

aktivitas. Guru tidak lagi menjadi sumber utama pengetahuan siswa. Peran guru

berubah menjadi fasilitator yang membimbing siswa agar dapat menemukan

pengetahuannya sendiri.

E. Penilaian Otentik dalam Kurikulum 2013

Penilaian pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan

informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Menurut Lampiran

Permendikbud Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar

Penilaian Pendidikan, penilaian pendidikan dalam Kurikulum 2013 mencakup:

penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan

harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat


(42)

Penilaian hasil belajar antara lain berfungsi untuk memantau kemajuan

belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar

siswa secara berkesinambungan. Berdasarkan fungsinya, penilaian hasil belajar

dapat dibagi menjadi dua, yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif.

Penilaian formatif berfungsi untuk memperbaiki kekurangan hasil belajar siswa

dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada setiap kegiatan penilaian

selama proses pembelajaran dalam satu semester. Sedangkan penilaian sumatif

berfungsi untuk menentukan keberhasilan belajar siswa pada akhir suatu semester,

satu tahun pembelajaran, atau masa pendidikan di satuan pendidikan.

Penilaian hasil belajar memiliki beberapa tujuan. Melalui penilaian hasil

belajar dapat diketahui tingkat penguasaan kompetensi siswa dalam hal sikap,

pengetahuan dan keterampilan. Guru akan dapat menetapkan ketuntasan

penguasaan kompetensi belajar siswa dalam kurun waktu tertentu. Dengan

demikian, guru juga akan dapat menetapkan program perbaikan atau pengayaan

berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi siswa. Proses pembelajaran pada

semester berikutnya juga dapat diperbaiki dan semakin ditingkatkan.

Menurut Permendikbud No. 104 Tahun 2014, penilaian otentik adalah

bentuk penilaian yang menghendaki siswa menampilkan sikap, menggunakan

pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam

melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya. Penilaian otentik dalam proses

pembelajaran menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh.


(43)

berkesinambungan dapat membantu meningkatkan efektifitas pembelajaran.

Penilaian otentik yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung

menggunakan instrumen berupa angket, observasi, catatan anekdot, dan refleksi.

(Lampiran Permendikbud No 65 tahun 2013: 11)

Dalam Kurikulum 2013, penilaian otentik merupakan jenis penilaian yang

utama dalam kegiatan penilaian hasil belajar oleh pendidik. Bentuk penilaian

otentik mencakup penilaian berdasarkan pengamatan, tugas ke lapangan,

portofolio, projek, produk, jurnal, kerja laboratorium, dan unjuk kerja, serta

penilaian diri (Permendikbud No 104 Tahun 2014). Prinsip-prinsip yang

digunakan dalam penilaian otentik adalah:

a. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum b. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran c. Berkaitan dengan kemampuan siswa d. Berbasis kinerja siswa

e. Memotivasi belajar siswa

f. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar siswa g. Memberi kebebasan siswa untuk mengkonstruksi responnya h. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan i. Mengembangkan kemampuan berpikir divergen

j. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran k. Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus l. Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata m. Terkait dengan dunia kerja

n. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata

o. Menggunakan berbagai cara dan instrumen (Permendikbud No 104 Tahun 2014: 3-4)

Penilaian hasil belajar siswa mencakup kompetensi sikap, pengetahuan,

dan keterampilan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi,


(44)

1. Sikap (Spiritual dan Sosial)

Tabel 4. Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada Ranah Sikap Spiritual dan

Sikap Sosial

Tingkatan Sikap Deskripsi

Menerima nilai Kesediaan menerima suatu nilai dan memberikan perhatian terhadap nilai tersebut Menanggapai nilai Kesediaan menjawab suatu nilai dan ada rasa

puas dalam membicarakan nilai tersebut Menghargai nilai Menganggap nilai tersebut baik; menyukai

nilai tersebut; dan komitmen terhadap nilai tersebut

Menghayati nilai Memasukkan nilai tersebut sebagai bagian dari sistem nilai dirinya

Mengamalkan nilai Mengembangkan nilai tersebut sebagai cirri dirinya dalam berpikir, berkata, berkomunikasi, dan bertindak (karakter)

(Lampiran Permendikbud No 104 Tahun 2014: 6)

2. Pengetahuan

Tabel 5. Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada Kemampuan Berpikir

Kemampuan Berpikir Deskripsi

Mengingat:

Mengemukakan kembali apa yang sudah dipelajari dari guru, buku, sumber lainnya sebagaimana aslinya, tanpa melakukan perubahan

Pengetahuan hafalan: ketepatan, kecepatan, kebenaran pengetahuan yang diingat dan digunakan ketika menjawab pertanyaan tentang fakta, definisi konsep, prosedur, hukum, teori, dari apa yang sudah dipelajari di kelas tanpa diubah/ berubah

Memahami:

Sudah ada proses pengolahan dari bentuk aslinya tetapi arti dari kata, istilah, tulisan, grafik, tabel, gambar, foto tidak berubah

Kemampuan mengolah pengetahuan yang dipelajari menjadi sesuatu yang baru seperti menggantikan suatu kata/ istilah dengan kata/ istilah lain yang sama maknanya; menulis kembali suatu kalimat/paragraf/tulisan dengan kalimat/paragraf/tulisan sendiri dengan tanpa mengubah artinya informasi aslinya; mengubah bentuk komunikasi dari bentuk kalimat ke bentuk grafik/ tabel/ visual atau sebaliknya; memberi tafsir suatu kalimat/ paragraf/ tulisan/ data sesuai dengan kemampuan siswa; memperkirakan kemungkinan yang terjadi dari suatu informasi yang terkandung dalam suatu kalimat/ paragraf/ tulisan/ data

Menerapkan:

Menggunakan informasi, konsep, prosedur, prinsip, hukum, teori yang sudah dipelajari untuk sesuatu yang baru/ belum dipelajari

Kemampuan menggunakan pengetahuan seperti konsep massa, cahaya, suara, listrik, hukum penawaran dan permintaan, hukum Boyle, hukum Archimedes, membagi/ mengali/ menambah/ mengurangi/ menjumlah, menghitung modal dan harga, hukum persamaan kuadrat, menentukan arah kiblat, menggunakan jangka, menghitung jarak tempat dipeta, menerapkan prinsip kronologi dalam menentukan waktu suatu benda/peristiwa, dan sebagainya dalam mempelajari sesuatu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.


(45)

Kemampuan Berpikir Deskripsi Menganalisis:

Menggunakan keterampilan yang telah dipelajarinya terhadap suatu informasi yang belum diketahuinya dalam mengelompokkan informasi, menentukan keterhubungan antara satu kelompok/ informasi dengan kelompok/ informasi lainnya, antara fakta dengan konsep, antara argumentasi dengan kesimpulan, benang merah pemikiran antara satu karya dengan karya lainnya

Kemampuan mengelompokkan benda berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri-cirinya, memberi nama bagi kelompok tersebut, menentukan apakah satu kelompok sejajar/ lebih tinggi/ lebih luas dari yang lain, menentukan mana yang lebih dulu dan mana yang lebih belakangan muncul, menentukan mana yang memberikan pengaruh dan mana yang menerima pengaruh, menemukan

keterkaitan antara fakta dengan kesimpulan, menentukan konsistensi antara apa yang dikemukakan di bagian awal dengan bagian berikutnya, menemukan pikiran pokok penulis/ pembicara/ nara sumber, menemukan kesamaan dalam alur berpikir antara satu karya dengan karya lainnya, dan sebagainya

Mengevaluasi:

Menentukan nilai suatu benda atau informasi berdasarkan suatu kriteria

Kemampuan menilai apakah informasi yang diberikan berguna, apakah suatu informasi/ benda menarik/ menyenangkan bagi dirinya, adakah penyimpangan dari kriteria suatu pekerjaan/ keputusan/ peraturan/ memberikan pertimbangan alternatif mana yang harus dipilih berdasarkan kriteria, menilai benar/ salah/ bagus/ jelek dan sebagainya suatu hasil karya berdasarkan kriteria.

Mencipta:

Membuat sesuatu yang baru dari apa yang sudah ada sehingga hasil tersebut merupakan satu kesatuan utuh dan berbeda dari komponen yang digunakan untuk

membentuknya

Kemampuan membuat suatu cerita/ tulisan dari berbagai sumber yang dibacanya, membuat suatu benda dari bahan yang tersedia, mengembangkan fungsi baru dari suatu benda, mengembangkan berbagai bentuk kreativitas lainnya.

(Lampiran Permendikbud No 104 Tahun 2014: 7-8)

Tabel 6. Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada Dimensi Pengetahuan

Dimensi Pengetahuan

Deskripsi

Faktual Pengetahuan tentang istilah, nama orang, nama benda, angka, tahun, dan hal-hal yang terkait secara khusus dengan suatu mata pelajaran.

Konseptual Pengetahuan tentang kategori, klasifikasi, keterkaitan antara satu kategori dengan lainnya, hukum kausalita, definisi, teori.

Prosedural Pengetahuan tentang prosedur dan proses khusus dari suatu mata pelajaran seperti algoritma, teknik, metoda, dan kriteria untuk menentukan ketepatan penggunaan suatu prosedur.

Metakognitif Pengetahuan tentang cara mempelajari pengetahuan, menentukan pengetahuan yang penting dan tidak penting (strategic knowledge), pengetahuan yang sesuai dengan konteks tertentu, dan pengetahuan diri (self-knowledge).


(46)

3. Keterampilan

Tabel 7. Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada Keterampilan Abstrak

Kemampuan Belajar Deskripsi

Mengamati Perhatian pada waktu mengamati suatu objek/

membaca sua`tu tulisan/ mendengar suatu

penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati

Menanya Jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan

siswa (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik)

Mengumpulkan informasi/ mencoba

Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/ digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/ alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.

Menalar/ mengasosiasi Mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/ konsep, interpretasi argumentasi dan

kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/ konsep/ teori, mensintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antar berbagai jenis fakta/ konsep/ teori/ pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/ konsep/ teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/ teori/ pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber. Mengkomunikasikan Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai

menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain.

(Lampiran Permendikbud No 104 Tahun 2014: 9)

Tabel 8. Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada Keterampilan Kongkret

Keterampilan Kongkret Deskripsi

Persepsi (perception) Menunjukkan perhatian untuk melakukan suatu gerakan

Kesiapan (set) Menunjukkan kesiapan mental dan fisik untuk

melakukan suatu gerakan

Meniru (guided response) Meniru gerakan secara terbimbing Membiasakan gerakan

(mechanism)

Melakukan gerakan mekanistik Mahir (complex or overt

response)

Melakukan gerakan kompleks dan termodifikasi Menjadi gerakan alami

(adaptation)

Menjadi gerakan alami yang diciptakan sendiri atas dasar gerakan yang sudah dikuasai sebelumnya

Menjadi tindakan orisinal (origination)

Menjadi gerakan baru yang orisinal dan sukar ditiru oleh orang lain dan menjadi ciri khasnya.


(47)

(Lampiran Permendikbud No 104 Tahun 2014: 9)

Tingkat kompetensi merupakan batas minimal pencapaian kompetensi

sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pencapaian kompetensi sikap dinyatakan

dalam deskripsi kualitas tertentu, sedangkan pencapaian kompetensi pengetahuan

dinyatakan dalam skor tertentu untuk kemampuan berpikir dan dimensi

pengetahuannya, sedangkan untuk kompetensi keterampilan dinyatakan dalam

deskripsi kemahiran dan/atau skor tertentu. Pencapaian tingkat kompetensi

dinyatakan dalam bentuk deskripsi kemampuan dan/atau skor yang dipersyaratkan

pada tingkat tertentu. Tingkat pencapaian Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

untuk Sekolah Dasar ditentukan sebagai berikut.

Tabel 9. Tingkat Pencapaian Kompetensi Sekolah Dasar

No. Tingkat Kompetensi Tingkat Kelas

1.

Tingkat 1 Kelas I SD/ MI/ SDLB/ PAKET A

Kelas II SD/ MI/ SDLB/ PAKET A 2.

Tingkat 2 Kelas III SD/ MI/ SDLB/ PAKET A

Kelas IV SD/ MI/ SDLB/ PAKET A 3.

Tingkat 3 Kelas V SD/ MI/ SDLB/ PAKET A

Kelas VI SD/ MI/ SDLB/ PAKET A (Lampiran Permendikbud No 104 Tahun 2014: 11)

Ketuntasan Belajar terbagi menjadi dua yaitu ketuntasan penguasaan

substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. Ketuntasan

penguasaan substansi adalah ketuntasan belajar Kompetensi Dasar yang

merupakan tingkat penguasaan siswa atas KD tertentu pada tingkat penguasaan

minimal atau di atasnya. Sedangkan ketuntasan belajar dalam konteks kurun

waktu belajar terdiri atas ketuntasan dalam setiap semester, setiap tahun ajaran,


(48)

pengetahuan dan keterampilan ditetapkan dalam bentuk deskripsi yang didasarkan

pada modus, skor rerata dan capaian optimum.

1. Penilaian kompetensi sikap

Sikap muncul dari perasaan (suka atau tidak suka) yang berhubungan

dengan kecenderungan seseorang dalam merespon suatu objek tertentu. Sikap

juga dapat dimaknai sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup

yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi

perubahan perilaku atau tindakan yang diharapkan.

Penilaian kompetensi sikap dilakukan melalui observasi, penilaian

diri, penilaian teman sebaya (peer evaluation), dan penilaian jurnal.

Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian

teman sejawat adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang

disertai rubrik, sedangkan instrumen yang digunakan untuk jurnal adalah

catatan pendidik.

a. Observasi

Sikap dan perilaku keseharian siswa direkam melalui

pengamatan dengan menggunakan format yang berisi sejumlah

indikator perilaku yang diamati, baik itu terkait dengan mata pelajaran

maupun secara umum. Pengamatan terhadap sikap dan perilaku

dilakukan oleh guru baik selama proses pembelajaran berlangsung,

seperti ketekunan belajar, percaya diri, rasa ingin tahu, kerajinan,


(49)

Tabel 10. Contoh Format Pengamatan Sikap di Laboratorium IPA

No Nama

Aspek Perilaku yang Dinilai

Keterangan Bekerja

sama

Rasa ingin tahu

Disiplin Peduli lingkungan 1.

2. 3.

Ani Budi ….

Catatan:

Kolom aspek perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria

berikut.

4 = sangat baik

3 = baik

2 = cukup

1 = kurang

(Lampiran Permendikbud No 104 Tahun 2014: 13)

b. Penilaian diri (self assessment)

Penilaian diri digunakan untuk memberikan penguatan

(reinforcement) terhadap kemajuan proses belajar siswa. Penilaian diri

dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Format

penilaian diri dapat berupa daftar tanda cek atau skala penilaian.

Tabel 11. Contoh Format Penilaian Diri untuk Aspek Sikap

No. Pernyataan Dilakukan

Ya Tidak

1. Sebelum berangkat sekolah saya berpamitan dengan orangtua

√ 2. Saya mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru

3. Saya menggunakan bahasa yang sopan saat berbicara dengan orangtua

4. Saya tidak pernah bertengkar dengan kakak/adik 5. Saya mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan

baik

6. Saya belajar di rumah dengan tertib


(50)

c. Penilaian teman sebaya (peer assessment)

Penilaian teman sebaya adalah teknik penilaian yang dilakukan

dengan cara meminta siswa untuk saling menilai terkait dengan

pencapaian kompetensi. Penilaian teman sebaya dilakukan siswa

terhadap tiga teman sekelasnya. Instrumen penilaian yang digunakan

berupa lembar pengamatan antar siswa.

Tabel 12. Contoh Format Penilaian Teman Sebaya untuk Aspek Sikap

No Pernyataan Skala

4 3 2 1

1. Teman saya berkata benar, apa adanya kepada orang lain

2. Teman saya mengerjakan sendiri tugas-tugas sekolah

3. Teman saya mentaati peraturan (tata-tertib) yang diterapkan

4. Teman saya memperhatikan kebersihan diri sendiri

5. Teman saya mengembalikan alat kebersihan, pertukangan, olahraga, laboratorium yang sudah selesai dipakai ke tempat penyimpanan semula

6. Teman saya terbiasa menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan petunjuk guru 7. Teman saya menyelesaikan tugas tepat

waktu apabila diberikan tugas oleh guru 8. ….

Keterangan:

4 = Selalu

3 = Sering

2 = Jarang

1 = Sangat Jarang


(51)

d. Penilaian jurnal (anecdotal record)

Jurnal adalah kumpulan rekaman catatan guru di lingkungan

sekolah tentang sikap dan perilaku positif maupun negatif, selama dan

di luar proses pembelajaran berlangsung

Tabel 13. Contoh Format Penilaian Melalui Jurnal JURNAL

Nama :

Kelas :

Hari, tanggal Kejadian Keterangan

(Lampiran Permendikbud No 104 Tahun 2014: 15)

2. Penilaian kompetensi pengetahuan

Penilaian kompetensi pengetahuan antara lain dilakukan melalui tes

tertulis, observasi terhadap diskusi, tanya jawab dan percakapan, dan

penugasan.

a. Tes tertulis

Bentuk tes tertulis terbagi menjadi dua yaitu memilih jawaban

dan mensuplai jawaban. Tes dalam bentuk memilih jawaban dapat

berupa pilihan ganda, dua pilihan (benar-salah, ya-tidak),

menjodohkan, dan sebab-akibat. Sedangkan tes dalam bentuk

mensuplai jawaban dapat berupa isian atau melengkapi, jawaban


(52)

Meski demikian, tidak semua bentuk tes tertulis merupakan

penilaian otentik. Soal tes tertulis yang menjadi penilaian otentik

adalah soal yang menghendaki siswa merumuskan jawabannya

sendiri, seperti soal uraian. Soal uraian dapat mendorong siswa untuk

mengemukakan dan mengekspresikan gagasannya dengan

menggunakan kata-katanya sendiri. Soal uraian akan merangsang

kemampuan siswa untuk mengemukakan pendapatnya, berpikir logis,

dan menyimpulkan.

b. Observasi terhadap diskusi, tanya jawab dan percakapan

Ketika kegiatan diskusi sedang berlangsung di dalam kelas,

guru dapat mengenal kemampuan siswa dalam kompetensi

pengetahuan (fakta, konsep, prosedur) seperti melalui pengungkapan

gagasan yang orisinal, kebenaran konsep, dan ketepatan penggunaan

istilah/ fakta/ prosedur yang digunakan saat siswa mengungkapkan

pendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan.

Tabel 14. Contoh Format Observasi terhadap Diskusi, Tanya Jawab

dan Percakapan

Nama Siswa

Pernyataan Pengungkapan

gagasan yang orisinal

Kebenaran konsep Ketepatan penggunaan istilah

ya tidak ya tidak ya Tidak

A √

B C


(53)

c. Penugasan

Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek

yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan

karakteristik tugas.

3. Penilaian kompetensi keterampilan

Kompetensi keterampilan terdiri atas keterampilan abstrak dan

keterampilan kongkret.

a. Unjuk kerja/ kinerja/ praktik

Penilaian unjuk kerja/ kinerja/ praktik dilakukan dengan cara

mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini

digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut

siswa melakukan tugas tertentu seperti praktikum di laboratorium,

praktik ibadah, praktik olahraga, presentasi, bermain peran,

memainkan alat musik, bernyanyi, dan membaca puisi/ deklamasi.

Instrumen yang digunakan untuk menilai unjuk kerja/ kinerja/ praktik

berupa daftar cek dan skala penilaian.

Tabel 15. Contoh Instrumen Daftar Cek Penilaian Praktik di

Laboratorium

Nama siswa

Aspek yang dinilai Menggunakan

jas lab

Membaca prosedur kerja

Membersihkan alat

Menyimpan alat pada tempatnya

ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak

A √

B C D …


(54)

Tabel 16. Contoh Instrumen Skala Penilaian

Praktik Olahraga Bola Volley

Nama

Keterampilan yang dinilai Cara service Cara

passing atas

Cara passing

bawah

Cara smash Cara blok 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

A √

B C

Keterangan: diisi dengan tanda cek (√)

Kategori penilaian:

4 = sangat baik

3 = baik

2 = cukup

1 = kurang.

(Lampiran Permendikbud No 104 Tahun 2014: 18)

b. Projek

Penilaian projek digunakan untuk mengetahui pemahaman,

kemampuan mengaplikasi, kemampuan menyelidiki dan kemampuan

menginformasikan suatu hal secara jelas. Penilaian projek dilakukan

mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan. Guru harus

menetapkan terlebih dahulu hal-hal yang akan dinilai, seperti

penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapan

laporan tertulis/ lisan. Untuk menilai setiap tahapan perlu disiapkan


(55)

Tabel 17. Contoh Format Rubrik Penilaian Projek

Aspek Kriteria dan Skor

1 2 3 4

Persiapan Jika memuat tujuan, topik, dan alasan

Jika memuat tujuan, topik, alas an, dan tempat penelitian

Jika memuat tujuan, topik, alas an, tempat penelitian, dan responden

Jika memuat tujuan, topik, alas an, tempat penelitian, responden, dan daftar

pertanyaan Pelaksanaan Jika data

diperoleh tidak lengkap, tidak terstruktur, dan tidak sesuai tujuan Jika data diperoleh kurang lengkap, kurang terstruktur dan kurang sesuai tujuan Jika data diperoleh lengkap, kurang terstruktur, dan kurang sesuai tujuan Jika data diperoleh lengkap, terstruktur, dan sesuai tujuan Pelaporan tertulis Jika pembahasan data tidak sesuai tujuan penelitian dan membuat simpulan tapi tidak relevan dan tidak ada saran

Jika pembahasan data kurang sesuai tujuan penelitian, membuat simpulan dan saran tapi tidak relevan Jika pembahasan data kurang sesuai tujuan penelitian, membuat simpulan dan saran tapi kurang relevan Jika pembahasan data sesuai tujuan penelitian dan membuat simpulan dan saran yang relevan.

(Lampiran Permendikbud No 104 Tahun 2014: 19)

c. Produk

Penilaian produk merupakan penilaian kemampuan siswa dalam

membuat produk-produk, teknologi dan seni, seperti makanan

(contoh: tempe, kue, asinan, nata de coco), pakaian, sarana kebersihan

(contoh: sapu, cairan pembersih), alat-alat teknologi (contoh: adaptor

ac/dc dan bel listrik), hasil karya seni (contoh: patung, lukisan dan

gambar), dan barang-barang yang terbuat dari kain, kayu, keramik,


(56)

Penilaian produk terdiri dari tiga tahap pengembangan produk,

yaitu tahap persiapan, tahap pembuatan produk, dan tahap penilaian

produk (appraisal). Tahap persiapan menilai kemampuan siswa dalam

merencanakan, menggali, mengembangkan gagasan dan mendesain

produk. Tahap pembuatan produk (proses) menilai kemampuan siswa

dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik. Tahap

penilaian produk (appraisal) menilai produk yang dihasilkan siswa

sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan (contoh: berdasarkan

tampilan, fungsi dan estetika).

Penilaian produk menggunakan dua cara, yaitu cara analitik dan

cara holistik. Dalam cara analitik penilaian dilakukan terhadap semua

kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan (tahap

persiapan, pembuatan dan penilaian produk). Sedangkan dalam cara

holistik penilaian dilakukan hanya berdasarkan kesan keseluruhan dari

produk (hanya pada tahap penilaian produk).

Tabel 18. Contoh Penilaian Produk

Nama proyek :Membuat sabun

Nama siswa :

No Aspek Penilaian Skor

1 2 3 4

1. Perencanaan bahan 2. Proses pembuatan

a. Persiapan alat dan bahan b. Teknik pengolahan

c. K3 (Keamanan, keselamatan dan kebersihan)


(57)

No Aspek Penilaian Skor

1 2 3 4

3. Hasil produk a. Bentuk fisik b. Bahan c. Warna d. Pewangi e. Kebaruan Total skor

(Lampiran Permendikbud No 104 Tahun 2014: 20)

d. Portofolio

Penilaian portofolio dilakukan dengan cara menilai karya-karya

siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran.

Melalui penilaian portofolio guru dan siswa dapat menilai

perkembangan kemampuan siswa dan dapat dilakukan perbaikan

secara terus menerus. Portofolio dapat memperlihatkan dinamika

kemampuan belajar siswa melalui kumpulan karyanya. Karya dapat

berupa karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan,

resensi buku/ literatur, laporan penelitian, sinopsis dan karya nyata

individu siswa yang diperoleh dari pengalaman.

Tabel 19. Contoh Format Penilaian Portofolio

Mata pelajaran :

Alokasi waktu :

Sampel yang dikumpulkan :


(58)

No Kompetensi

Dasar Periode

Aspek yang Dinilai

Keterangan/ Catatan Tata

bahasa Kosakata

Kelengkapan gagasan

Sistematika penulisan 1. Menulis

karangan deskriptif

30/7 10/8 dst.

2. Membuat

resensi buku

1/9 30/9 10/10 dst.

(Lampiran Permendikbud No 104 Tahun 2014: 21)

e. Tertulis

Penilaian tertulis dapat juga digunakan untuk menilai

kompetensi keterampilan. Contohnya adalah menulis karangan,

menulis laporan, dan menulis surat.

Penilaian otentik memiliki banyak kelebihan. Akan tetapi penilaian otentik

juga memiliki beberapa kekurangan. Sebagaimana dinyatakan oleh Musial (2009:

216), bahwa “performance assessment take a great deal of time to construct, complete and score.” Penilaian otentik membutuhkan waktu yang lama dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penskoran. Penilaian otentik memberikan

penggambaran yang dalam tetapi sempit mengenai pemahaman siswa. Hal ini

berbeda dengan penilaian tradisional yang dapat memberikan gambaran yang luas

mengenai pemahaman siswa. Subjektivitas dalam penilaian otentik juga tidak bisa

dihindari. Penilaian yang dilakukan oleh guru yang berbeda dapat memberikan


(59)

F. Kerangka Pikir

Berikut adalah gambaran kerangka pikir dalam penelitian ini:

Gambar 1. Kerangka pikir

Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang mengedepankan pendekatan

saintifik (scientific approach). Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan saintifik terdiri dari lima pengalaman belajar, yaitu mengamati,

menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, menalar/ mengasosiasi, dan

Kurikulum 2013

Pendekatan Saintifik

Mengamati Menalar/ Mengkomunikasikan

mengasosiasi Mengumpulkan

informasi/ mencoba Menanya

Penilaian Otentik

Sikap Pengetahuan Keterampilan

Observasi Penilaian diri Penilaian teman

sebaya Jurnal

Tes tulis Observasi Penugasan

Unjuk kerja Projek Produk Portofolio Tes Tertulis

Pelaksanaan Penilaian Otentik di kelas IV Sekolah Dasar Negeri


(60)

mengkomunikasikan. Jenis penilaian yang dilakukan dalam pendekatan saintifik

adalah penilaian otentik. Penilaian otentik meliputi penilaian proses dan hasil

pembelajaran. Penilaian otentik mencakup tiga kompetensi yaitu sikap,

pengetahuan, dan keterampilan. Bentuk penilaian untuk kompetensi sikap adalah

observasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya, dan jurnal. Bentuk penilaian

untuk kompetensi pengetahuan adalah ter tulis, observasi, dan penugasan.

Sedangkan bentuk penilaian untuk kompetensi keterampilan adalah unjuk kerja,

proyek, produk, portofolio, dan tes tertulis. Penelitian yang dilakukan

mendeskripsikan pelaksanaan penilaian otentik di kelas IV Sekolah Dasar Negeri

Tlacap.

G. Pertanyaan Penelitian

Peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pemahaman Kepala Sekolah dan guru kelas IVB Sekolah

Dasar Negeri Tlacap mengenai penilaian otentik dalam Kurikulum 2013?

2. Bagaimanakah pelaksanaan Kurikulum 2013 dengan Pendekatan

Saintifik di kelas IVB Sekolah Dasar Negeri Tlacap?

3. Bagaimanakah pelaksanaan penilaian otentik dalam penerapan

Kurikulum 2013 di kelas IVB Sekolah Dasar Negeri Tlacap?

4. Bagaimanakah pelaksanaan penilaian otentik kompetensi sikap dalam

penerapan Kurikulum 2013 di kelas IVB Sekolah Dasar Negeri Tlacap?

5. Bagaimanakah pelaksanaan penilaian otentik kompetensi pengetahuan

dalam penerapan Kurikulum 2013 di kelas IVB Sekolah Dasar Negeri


(61)

6. Bagaimanakah pelaksanaan penilaian otentik kompetensi keterampilan

dalam penerapan Kurikulum 2013 di kelas IVB Sekolah Dasar Negeri

Tlacap?

7. Apa sajakah hambatan dalam pelaksanaan penilaian otentik dalam


(62)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan penilaian otentik

dengan pendekatan saintifik. Penilaian otentik merupakan jenis penilaian baru

yang digunakan dalam Kurikulum 2013. Pendekatan penelitian yang dipilih

adalah pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian dilakukan dalam

kondisi yang alamiah (natural setting).

Penelitian ini menggunakan strategi penelitian studi kasus yang dilakukan

selama satu bulan. Studi kasus merupakan metode penyelidikan secara langsung

dengan latar yang alamiah dan memusatkan perhatian pada suatu peristiwa secara

intensif dan rinci (Nurul Ulfatin, 2013:48). Penelitian studi kasus sebenarnya tidak

hanya diperuntukkan melihat secara tepat terhadap individu, kelompok, dan

peristiwa-peristiwa yang khusus, tetapi juga dimungkinkan untuk memberikan

pemahaman tentang individu, kelompok, dan kejadian-kejadian yang mengandung

kesamaan. (Nurul Ulfatin, 2013:71). Hasil penelitian studi kasus dapat digunakan

sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan strategi studi

kasus, penelitian dilakukan untuk menelusuri pelaksanaan penilaian otentik

dengan pendekatan saintifik dalam Kurikulum 2013 di kelas IVB SD Negeri

Tlacap.

B. Setting Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelas IVB Sekolah Dasar Negeri Tlacap yang


(63)

Yogyakarta. Waktu pelaksanaan penelitian adalah semester gasal tahun ajaran

2015/2016 pada bulan November 2015.

C. Objek dan Subjek Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menjadikan kegiatan penilaian otentik dengan

pendekatan saintifik di kelas IVB Sekolah Dasar Negeri Tlacap sebagai objek

penelitian. Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru kelas IVB dan

seluruh siswa kelas IVB Sekolah Dasar Negeri Tlacap.

D. Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 88), sumber data dalam penelitian

adalah benda, hal, atau orang tempat peneliti mengamati, membaca, atau bertanya

tentang data. Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, satu guru

kelas, dan siswa kelas IVB Sekolah Dasar Negeri Tlacap tahun ajaran 2015/2016

sejumlah 17 anak (sembilan laki-laki dan delapan perempuan).

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan dengan

menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

1. Observasi

Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi

partisipasi pasif. Peneliti melakukan observasi tanpa ikut terlibat dalam

kegiatan yang diamati.

2. Wawancara

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara semi terstruktur (


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Lampiran 19. Dokumentasi Foto

Display hasil karya siswa kelas IVB Siswa kelas IVB membuat bunga dari kertas koran

Siswa melakukan percobaan membuat lup Display karya siswa “Poster Rempah -rempah”

Display karya siswa “Ucapan Terima