PERUBAHAN JUMLAH DAN KONDISI RUANGAN AKADEMIK SMA SWASTA SE-KECAMATAN KUTOARJO.

(1)

PERUBAHAN JUMLAH DAN KONDISI RUANGAN AKADEMIK SMA SWASTA SE-KECAMATAN KUTOARJO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Siti Kaafiyyatul Alawiyyah NIM 10101241026

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

MOTTO

Sesungguhnya setiap ada kesulitan akan ada kemudahan

( Terjemahan Q.S. Al Insyirah: 6)

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah

gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh


(6)

vi

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Keluarga terhebat, Ibu Siti Munkhanifah, Bapak Muhammad Ihsan Alwi,

Siti Musyfi’atun Kaffiyah, Ahmad Haikal Kaffidzin Nuri Alwi

2. Almamater tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta 3. Nusa dan Bangsa


(7)

vii

PERUBAHAN JUMLAH DAN KONDISI RUANGAN AKADEMIK SMA SWASTA SE-KECAMATAN KUTOARJO

Oleh

Siti Kaafiyyatul Alawiyyah NIM 10101241026

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan perubahan jumlah dan kondisi ruangan akademik SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Sumber data adalah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo dan seluruh SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo. Metode pengumpulan data adalah dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah persentase.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perubahan jumlah dan kondisi ruangan akademik SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 cenderung fluktuatif. Fluktuasi perubahan jumlah dan kondisi ruangan akademik tersebut dapat dilihat sebagai berikut: (1) Tahun ajaran 2011/2012 jumlah ruangan yang ada sebanyak 56 unit, dengan kondisi baik sebanyak 52 unit (92%), kondisi rusak ringan sebanyak 2 unit (4%), dan kondisi rusak berat sebanyak 2 unit (4%). Tahun ajaran 2012/2013 jumlah ruangan yang ada sebanyak 62 unit, dengan kondisi baik sebanyak 40 unit (65%), kondisi rusak ringan sebanyak 9 unit (15%), kondisi rusak sedang sebanyak 9 unit (15%), dan kondisi rusak berat sebanyak 4 unit (5%). Tahun ajaran 2013/2014 jumlah ruangan yang ada sebanyak 55 unit, dengan kondisi baik sebanyak 46 unit (83%), kondisi rusak sedang sebanyak 5 unit (9%), dan kondisi rusak berat sebanyak 4 unit (8%); (2) SMA swasta yang sering mengalami penurunan jumlah dan kondisi ruangan akademik adalah SMA Widya Kutoarjo. SMA swasta yang sering mengalami jumlah dan kondisi ruangan akademik yang berubah-ubah adalah SMA Muhammadiyah Kutoarjo, dan SMA Swasta yang sering mengalami jumlah dan kondisi ruangan akademik yang tetap baik adalah SMA Darul Hikmah Kutoarjo; dan (3) Perubahan kondisi ruangan akademik SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo berkaitan dengan beberapa faktor, yaitu usia bangunan sekolah, faktor cuaca, faktor bencana alam, serta pemeliharaan ruangan sekolah yang tergantung pada kondisi keuangan dan teknis pemeliharaan yang dilakukan pada masing-masing sekolah.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Perubahan Jumlah dan Kondisi Ruangan Akademik SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat berjalan lancar tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Ketua Jurusan Adminstrasi Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Bapak Nurtanio Agus Purwanto, M. Pd. dan Bapak Tatang M. Amirin, M. SI. selaku pembimbing yang telah memberikan arahan, motivasi, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Kepala Sekolah SMA Widya Kutoarjo, SMA Darul Hikmah Kutoarjo, SMA Muhammadiyah Kutoarjo yang telah memberikan ijin penelitian.

5. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo yang telah memberikan ijin penelitian.


(9)

ix

6. Bapak Bambang Saptono, M. Si. selaku penguji utama dan Ibu Rahmania Utari, M. Pd. selaku sekretaris penguji yang telah memberikan masukan yang berguna agar skripsi ini menjadi lebih baik.

7. Bapak Setya Raharja, M. Pd. selaku penasehat akademik yang telah memberikan motivasi dan arahan selama ini.

8. Seluruh Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan yang telah memberikan wawasan, ilmu dan pengalamannya kepada penulis selama perkuliahan.

9. Bapak H.Tumino, Ibu Pamungkas Singgih Lestari, dan Ibu Siti Wahyu yang telah membantu dalam kelancaran proses penelitian ini.

10. Keluarga terhebatku, kedua orang tua yang luar biasa dan saudara terbaik terima kasih untuk segala yang sudah diupayakan.

11. Saudara sepupuku, Mas Mamad, Bulik Lamah, Paklik Toni dan keluarga, Paklik Kamal, Bulik Aan, Bulik Zul, yang telah memberikan semangat, dukungan, dan bantuan materiil sehingga pendidikan tinggi ini mampu terselesaikan.

12. Sahabat dan teman terbaik, Bunda Ana, Anita, Neng, Diaz, Mukhtar, Resti WS, Lala, Kamelia, Airul, Try, Udin, Emalia, Dian Gendhis, Novita, Ema, Mika, Gerry, Listyo, Rere, Nanik, mas Cipret, mbak Eling, Windy, Normi, Jane, Fita, Ayu, Tiwi, Mas Najid, mas Ichi, yang telah memberikan semangat dan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

13. Teman-teman MP A dan B 2010, khususnya teman KKN PPL, Bimbingan Bapak Agus dan Bapak Tatang yang telah berbagi suka, duka dan


(10)

x

pengalaman yang berharga selama perkuliahan. Perjuangan kita hampir selesai teman, semoga kita sukses bersama-sama.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan selama penelitian ini.

Semoga bantuan dari semua pihak yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.

Yogyakarta, April 2015 Penulis


(11)

xi DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah………. 1

B.Identifikasi Masalah……… 8

C.Batasan Masalah………... 8

D.Rumusan Masalah………..…… 8

E.Tujuan Penelitian.………. 9

F. Manfaaat Penelitian………..……… 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Teoretik ... 10


(12)

xii

1. Konsep Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 10

2. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 16

3. Manajemen Prasarana Gedung Sekolah ... 18

B.Hasil Penelitian yang Relevan ... 30

C.Kerangka Berpikir……… 31

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis/Pendekatan Penelitian ... 33

B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C.Sumber Data... 33

D.Definisi Operasional Variabel………. 34

E.Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Instrumen Penelitian ... 36

G.Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis, Demografis, dan Administratif Kecamatan Kutoarjo……….. 38

B. Kondisi Pendidikan di Kecamatan Kutoarjo……….. 40

C. Kondisi Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Kutoarjo... 42

D. Kondisi Sekolah Menengah Atas swasta se- Kecamatan Kutoarjo……... 43

E. Persebaran Lokasi SMA Swasta se- Kecamatan Kutoarjo……… 46

F. Kondisi Ruangan Akademik SMA Swasta se- Kecamatan Kutoarjo……….. 53

1. Ruang Teori/ kelas………. 54


(13)

xiii

3. Ruang Laboratorium Kimia……….. 61

4. Ruang Laboratorium Fisika………... 64

5. Ruang Laboratorium Bahasa……… 68

6. Ruang Laboratorium Komputer……… 70

7. Ruang Perpustakaan……….. 73

8. Ruang Pimpinan……… 76

9. Ruang UKS……… 79

10.Ruang Konseling……….. 82

11. Ruang Guru………. 85

12. Ruang Tata Usaha………... 88

13. Ruang OSIS………. 90

14. Ruang Ibadah……….. 94

F. Rekapitulasi Perkembangan Kondisi Ruangan Akademik SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2013-2013/2014……... 97

G. Rekapitulasi Perkembangan Kondisi Ruangan Akademik per-SMA Swasta se-Kabupaten Purworejo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014………... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan……….. 114

B.Saran ... . 114

DAFTAR PUSTAKA ... 117


(14)

xiv DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16.

Data Jumlah Sekolah di Kecamatan Kutoarjo... Persebaran Sekolah Menengah Atas se-Kabupaten Purworejo.... Daftar Sekolah Menengah Atas se-Kecamatan Kutoarjo Jumlah Data Jumlah Siswa SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo... Jumlah dan Kondisi Ruang Teori/Kelas SMA Swasta se- Kecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014... Jumlah Rombongan Belajar SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2013/2014... Jumlah Ruang Laboratorium Biologi SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014... Jumlah Ruang Laboratorium Kimia SMA Swasta se- Kecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014... Jumlah Ruang Laboratorium Fisika SMA Swasta se- Kecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014... Jumlah Ruang Laboratorium Bahasa SMA Swasta se- Kecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014... Jumlah Ruang Laboratorium Komputer SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014... Jumlah Ruang Perpustakaan SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014... Jumlah Ruang Pimpinan SMA Swasta se- Kecamatan

Kutoarjotahun ajaran

2011/2012-2013/2014...

Jumlah Ruang UKS SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014... Jumlah dan Kondisi Ruang Konseling SMA Swasta se- Kecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014...

41 43 44 45 54 58 59 62 65 69 71 74 77 80 83


(15)

xv Tabel 17.

Tabel 18.

Tabel 19.

Tabel 20.

Tabel 21.

Jumlah dan Kondisi Ruang Guru SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014... Jumlah dan Kondisi Ruang Tata Usaha SMA Swasta se- Kecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014... Jumlah dan Kondisi Ruang OSIS SMA Swasta se- Kecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014... Jumlah dan Kondisi Ruang Ibadah SMA Swasta se- Kecamatan Kutoarjo tahun ajaran 2011/2012-2013/2014... Rekapitulasi Kecenderungan Perkembangan Kondisi Ruangan Sekolah SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014... Rekapitulasi Perkembangan Kondisi Prasarana Gedung per-SMA Swasta se-Kabupaten Purworejo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014...

86

89

91

95

98


(16)

xvi DAFTAR GAMBAR hal Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9.

Grafik Perkembangan Jumlah Siswa SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Ajaran 2012/2013-2014/2015... Grafik Perkembangan Kondisi Ruang Teori SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014... Grafik Perkembangan Kondisi Ruang Laboratorium Biologi SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014... Grafik Perkembangan Kondisi Ruang Laboratorium Kimia SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014... Grafik Perkembangan Kondisi Ruang Laboratorium Fisika SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014... Grafik Perkembangan Kondisi Ruang Laboratorium Komputer SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014... Grafik Perkembangan Kondisi Ruang Perpustakaan SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014... Grafik Perkembangan Kondisi Ruang Pimpinan SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014... Grafik Perkembangan Kondisi Ruang UKS SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014... 46 57 60 64 67 72 75 78 81


(17)

xvii Gambar 10.

Gambar 11.

Gambar 12.

Gambar 13.

Gambar 14.

Gambar 15.

Grafik Perkembangan Kondisi Ruang Konseling SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014... Grafik Perkembangan Kondisi Ruang Guru SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014... Grafik Perkembangan Kondisi Ruang Tata Usaha SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014... Grafik Perkembangan Kondisi Ruang OSIS SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014... Grafik Perkembangan Kondisi Ruang Ibadah SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014... Grafik Rekapitulasi Perkembangan Kondisi Prasarana Gedung SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Selama Tahun Ajaran 2011/2012-2013/2014...

84

87

90

93

96


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4.

Lampiran 5.

Lampiran 6.

Lampiran 7.

Lampiran 8. Lampiran 9.

Kisi-kisi Instrumen... Pedoman Dokumentasi... Pedoman Wawancara... Data Jumlah dan Kondisi Prasarana Gedung SMA se-Kecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2011/2012... Data Jumlah dan Kondisi Prasarana Gedung SMA se-Kecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2012/2013... Data Jumlah dan Kondisi Prasarana Gedung SMA se- Kecamatan Kutoarjo Tahun Ajaran 2013/2014... Tugas, Tanggung Jawab, dan Wewenang Pemeliharaan Gedung Sekolah... Transkrip Wawancara... Surat Perizinan Penelitian...

121 122 123

124

125

126

127 138


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan diharapkan dapat melahirkan insan-insan terpelajar yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat, pendidikan juga merupakan wahana penting dan media yang efektif untuk mengajarkan norma, mensosialisasikan nilai, dan menanamkan etos kerja di kalangan warga masyarakat. Pendidikan juga dapat menjadi instrumen untuk memupuk kepribadian bangsa, memperkuat identitas nasional, dan memantapkan jati diri bangsa. Pendidikan dapat diperoleh di lingkungan keluarga (Informal), lingkungan sekolah (Formal), dan lingkungan masyarakat (Nonformal).

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan, kecakapan keterampilan, dan sikap—sikap dasar yang diperlukan untuk pembentukan dan pengembangan pribadi yang utuh. Oleh karena itu, seluruh komponen pendidikan di sekolah harus selalu ditingkatkan guna mendukung kemajuan pendidikan itu sendiri. Usaha untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan diawali dengan peningkatan kualitas proses belajar mengajar yang ada. Hal ini karena proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama di suatu sekolah. Empat faktor penting dalam proses ini yaitu guru, murid, kurikulum, dan bahan pelajaran. Keempat faktor tersebut membuat proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan kondusif.


(20)

2

Tuntutan globalisasi yang membuat kehidupan masyarakat menjadi semakin kompleks, kegiatan pemerintahan semakin meluas, sehingga semakin sulit untuk mencapai efisiensi dan efektifitas, semua perencanaan dan kontrol pembangunan pada pemerintahan pusat mengakibatkan adanya kebijakan desentralisasi, termasuk desentralisasi pembangunan pendidikan. Secara teknis operasional, pembangunan pendidikan tingkat atas tergantung dari rekomendasi kebutuhan pada tingkat bawahnya secara berjenjang, dalam arti substansi, proses, dan konteks penyelenggaraan pendidikan pada tingkat kabupaten/kota tidak mutlak sama, baik dengan daerah lainnya yang sederajat maupun dengan daerah provinsi. Jika sebelumnya penyelenggaraan pendidikan menjadi tanggung jawab pusat, maka dengan adanya desentralisasi pendidikan, kabupaten/kota memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pendidikan sehingga diharapkan pemerataan pendidikan akan semakin mudah diwujudkan.

Jenjang Sekolah Menengah Atas mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberikan dasar-dasar bagi pengembangan manusia “unggul, bermoral,

dan pekerja keras”. Hal ini berbeda dengan sekolah menengah kejuruan yang memberikan dasar-dasar bagi pengembangan kecakapan kerja (Nana Syaodih, dkk, 2006: 6). SMA/MA memberikan dasar-dasar pengembangan kecakapan akademis dan kecakapan hidup yang bersifat umum. Pendidikan jenjang SMA/MA berperan memberikan keunggulan moral dan karakter pekerja keras pada bidang-bidang studi dan jenjangnya sehingga siswa mampu mencapai keunggulan penguasaan pengetahuan dan kecakapan dalam bidang studi atau mata pelajaran yang dipelajarinya. Siswa tidak sekedar tahu atau kenal dengan mata


(21)

3

pelajaran, tetapi harus paham, cakap, mampu, serta mahir menggunakannya. Kecakapan dan kemahiran saja belum cukup sebab harus diikuti dengan motif, kemauan, semangat, dan tekad untuk menyatakannya. Selain itu, kemahiran dan kemauan ini juga harus didasari oleh moral yang kuat, artinya siswa mahir dan mau mengerjakan hal-hal yang baik demi kebaikan baik bagi dirinya, orang lain, maupun masyarakat pada umumnya.

Selain faktor guru, murid, kurikulum, dan bahan pelajaran, sarana dan prasarana pendidikan juga memegang peranan penting agar proses belajar mengajar menjadi semakin nyaman sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan di suatu sekolah. Menurut Suryosubroto (1988: 75), prasarana pendidikan adalah barang/benda tidak bergerak yang dapat menunjang atau mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja. Pemenuhan standar sarana dan prasarana untuk setiap satuan unit pendidikan telah diamanatkan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, agar secara kontinyu dapat mendukung proses pembelajaran. Untuk itu proses pemanfaatan, pengelolaan dan peningkatan sarana dan prasarana perlu direncanakan dengan baik. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 45 ayat 1 menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Undang-undang tersebut dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 42 ayat 2 dan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional


(22)

4

Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan PrasaranaSekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP, MTs) Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA) yang menyatakan bahwa sebuah SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut : ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, ruang beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang OSIS, jamban, gudang, sirkulasi, dan tempat bermain/berolahraga. Ketentuan mengenai kelengkapan prasarana sekolah tersebut juga diatur dalam Panduan Teknis Akreditasi Sekolah mengenai Standar Sarana dan Prasarana Sekolah.

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari Praktik Pengalaman Lapangan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo pada Juli-September 2013, peneliti menemukan bahwa kelengkapan prasarana gedung Sekolah Menengah Atas swasta se-Kecamatan Kutoarjo belum sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP, MTs), Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Panduan Teknis Badan Akreditasi Sekolah, terutama mengenai kelengkapan ruangan akademik sekolah. Ruangan akademik sekolah merupakan ruangan-ruangan yang berkaitan langsung dengan kegiatan belajar mengajar dan administrasi sekolah. Ruangan tersebut terdiri dari ruang teori/kelas, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium fisika,


(23)

5

ruang laboratorium bahasa, ruang laboratorium komputer, ruang pimpinan, perpustakaan, ruang guru, ruang konseling, ruang tata usaha, ruang OSIS, ruang UKS, dan ruang ibadah. Masing-masing ruang akademik tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda namun penting untuk mendukung aktivitas belajar mengajar, administrasi, dan tata kelola pendidikan di suatu sekolah. Pada kenyataannya, masih ada SMA swasta di Kecamatan Kutoarjo yang belum memiliki ruangan akademik tersebut secara lengkap, misalnya, SMA Darul Hikmah yang tidak memiliki ruang laboratorium kimia, fisika dan biologi, serta SMA Widya Kutoarjo dan SMA Muhammadiyah Kutoarjo yang tidak memiliki ruang laboratorium bahasa. Selain itu, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga terdapat ketentuan yang menyebutkan bahwa jumlah ruang kelas harus sesuai dengan jumlah rombongan belajar, dari data yang telah diperoleh mengenai gedung SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo yang berjumlah 3 sekolah diketahui bahwa jumlah rombongan belajar SMA swasta se- Kecamatan Kutoarjo sebanyak 20 rombel, sedangkan jumlah ruang kelas yang ada sebanyak 21 unit. Hal tersebut menunjukkan bahwa SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo memiliki jumlah ruang kelas yang berlebihan.

Gedung sekolah dapat memberikan gambaran yang jelas bagi masyarakat tentang baik buruknya pelayanan pendidikan yang ada di dalamnya. Di samping itu pembinaan/perawatan gedung sekolah merupakan suatu hal yang sangat penting mengingat bahwa hampir seluruh waktu belajar siswa berlangsung di sekolah. Siswa dapat belajar dengan baik apabila kondisi tempat belajarnya menyenangkan. Dengan gedung sekolah yang terawat baik, siswa akan merasa


(24)

6

senang dan mempunyai kebanggaan terhadap sekolahnya tersebut. Dalam mengelola gedung sekolah tersebut pun tidak dilakukan secara sembarangan, namun ada pedoman-pedoman yang harus dipatuhi dan diikuti. Luas ruang, kebisingan, sirkulasi udara, pencahayaan alami dan buatan, serta kualitas dan mutu udara memiliki hubungan dengan kinerja guru dan peserta didik. Akan tetapi, standar yang seharusnya dipakai oleh lembaga pendidikan saat ini seringkali belum terpenuhi dengan baik. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, terdapat 4 kategori kondisi prasarana gedung sekolah yaitu kondisi baik, rusak ringan, rusak sedang, dan rusak berat.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, peneliti menemukan kondisi ruangan- ruangan akademik SMA Swasta di Kecamatan Kutoarjo dalam keadaan tidak terawat, misalnya, ruangan sekolah yang terlihat kusam dan tua, atap ruangan yang berlubang, cat tembok yang terkelupas, dan lantai yang tidak rata. Dalam pemeliharaan/ perawatan sarana dan prasarana pendidikan, sekolah harus memiliki Standar Operasional Prosedur yang jelas, terinci, serta tertulis sehingga memudahkan personalia sekolah yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas. Namun, sebagian besar SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo belum menerapkan Standar Operasional Prosedur tersebut, misalnya rentang waktu pemeliharaan ruangan yang tidak teratur dan penanganan kerusakan ruangan yang kurang cepat. Selain tidak adanya Standar Operasional Prosedur pemeliharaan ruangan akademik di masing-masing sekolah, keterlambatan penanganan kerusakan pada ruangan disebabkan oleh faktor lain yaitu tidak tersedianya dana untuk perbaikan


(25)

7

ruangan sekolah yang rusak. Beberapa sekolah menyatakan bahwa untuk memperbaiki kerusakan ruangan diperlukan dana yang besar sehingga sekolah banyak bergantung pada bantuan dari pemerintah. Hal tersebut menghambat pemeliharaan ruangan akademik sekolah karena dana yang diberikan oleh pemerintah terbatas jumlah dan waktunya.

Melihat permasalahan tentang ruangan akademik SMA swasta di Kecamatan Kutoarjo tersebut, maka peneliti tertarik untuk mendeskripsikan perubahan jumlah dan kondisi ruangan akademik SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Peneliti hanya melakukan penelitian pada sekolah Swasta karena ketiga SMA Swasta yang berada di Kecamatan Kutoarjo bernaung di bawah yayasan yang berbeda. Lain halnya dengan sekolah negeri yang langsung ditangani dan diatur oleh pemerintah, sekolah swasta memiliki kemampuan yang lebih bervariasi tergantung dari kemampuan yayasan masing-masing, baik dari segi pembiayaan maupun pengelolaan prasarana sekolah. Penelitian dilakukan dengan berpedoman pada data jumlah dan kondisi ruangan akademik sekolah yang didapatkan oleh peneliti dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo pada bulan Juli-September 2013, kemudian dilanjutkan dengan mengambil data secara langsung dari SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo mengenai pengelolaan ruangan akademik sehingga dapat diketahui penyebab dari permasalahan-permasalahan yang muncul.


(26)

8

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut.

1. Ada SMA Swasta di Kecamatan Kutoarjo yang tidak memiliki ruang laboratorium bahasa, kimia, fisika, dan biologi.

2. Adanya kelebihan jumlah ruang kelas sehingga tidak digunakan secara efisien.

3. Adanya kondisi ruangan akademik sekolah yang kurang terawat dan rusak. 4. Tidak adanya perincian standar operasional prosedur perawatan ruangan

akademik di sekolah.

5. Perawatan ruangan akademik sekolah kurang maksimal karena keterbatasan dana sekolah.

C. Batasan Masalah

Penelitian ini hanya dibatasi pada studi deskriptif perubahan jumlah dan kondisi ruangan akademik SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah, permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana perubahan jumlah dan kondisi ruangan akademik SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014?


(27)

9

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan perubahan jumlah dan kondisi ruangan akademik SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat teoretik

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan khazanah keilmuan bagi ilmu administrasi pendidikan khususnya mata kuliah manajemen fasilitas pendidikan

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah dan Perencana Pendidikan di Kabupaten Purworejo Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk pengelolaan pendidikan, khususnya Sekolah Menengah Atas Swasta di masa yang akan datang.

b. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong peneliti lain di bidang pendidikan untuk melakukan penelitian atau kajian tentang pengelolaan fasilitas pendidikan di sekolah swasta, terutama mengenai fasilitas ruangan akademik sekolah.


(28)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Sarana dan Prasarana Pendidikan 1. Pengertian Sarana dan prasarana pendidikan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 999), secara umum pengertian sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam memcapai maksud dan tujuan, alat dan media. Menurut Tim Penyusun Media Pendidikan Depdikbud yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto (1988: 103), sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan dapat berjalan lancar dan teratur, efektif dan efisien. Menurut Dirjen Dikdasmen Depdikbud (1997: 134) , sarana pendidikan sering diartikan dengan semua fasilitas yang digunakan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Menurut Hartati Sukirman, dkk (1999: 28), sarana pendidikan adalah suatu sarana penunjang bagi proses pembelajaran baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan berjalan lancar, teratur, efektif, dan efisien, termasuk di dalamnya barang habis pakai maupun yang tidak habis pakai.

Menurut Suryosubroto (1988: 75), sarana pendidikan yang digunakan sebagai pranata dalam proses belajar mengajar untuk lebih mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan. Prasarana adalah barang/benda tidak bergerak yang dapat menunjang atau mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja, contoh gedung kantor, sedangkan sarana adalah


(29)

11

barang atau benda bergerak yang dapat dipakai sebagai alat dalam pelaksanaan tugas fungsi unit kerja, contohnya mobil, komputer, pulpen, kertas, tinta printer, dan lain-lain. Prasarana akademik adalah perangkat penunjang utama suatu proses atau usaha pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai.

Pengertian lain dari sarana pendidikan dapat ditinjau dari sisi kedekatannya dengan proses pembelajaran dan sisi pengadaan sarana tersebut. Suharsimi Arikunto (1987: 10) menjelaskan tentang pengertian sarana pendidikan ditinjau dari sisi kedekatannya dengan proses pembelajaran secara ringkas adalah segala sesuatu yang berhubungan secara langsung dengan proses pembelajaran, antara lain: perabotan, buku, alat tulis, dan sebagainya. Sarana pendidikan ini sering terkait dengan prasarana pendidikan, yaitu segala sesuatu yang tidak berhubungan secara langsung dengan proses pembelajaran antara lain: bangunan sekolah, ruang kelas, ruang perpustakaan, lapangan, kebun sekolah, dan lain-lain.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana pendidikan adalah semua fasilitas/sarana yang digunakan untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran, baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan berjalan lancar, teratur, efektif, dan efisien sehingga mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Pengertian sarana secara khusus yaitu alat atau bahan yang berhubungan dan dapat digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar yang berfungsi sebagai penunjang untuk mencapai tujuan pendidikan, sedangkan prasarana pendidikan yaitu alat atau bahan yang tidak berhubungan secara langsung dalam proses belajar mengajar.


(30)

12

2. Peranan dan Fungsi Sarana dan Prasarana Pendidikan

Peranan atau fungsi merupakan kriteria suatu alat yang ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan. Menurut Sri Rumini, dkk (1991: 110) menjelaskan bahwa suatu benda dikatakan fungsional tidak hanya diartikan sebagai hal-hal yang bersifat psikis, misalnya berminat mengaktualisasikan diri untuk memanfaatkan sarana belajar guna mengembangkan potensi yang dimiliki.

Peranan atau keberfungsian suatu alat akan berhubungan dengan suatu sistem. Suatu alat terbentuk oleh adanya bagian-bagian yang saling berkaitann satu sama lain yang menjadi suatu kesatuan sehingga keberfungsian suatu benda atau alat memiliki ciri-ciri tertentu, misal: (a) proses, yaitu memikirkan proses suatu alat tersebut, (b) maksud, yaitu melihat dari sisi tujuan, (c) keseluruhan, artinya memahami fungsi suatu benda dengan mengetahui kegunaan suatu benda dari keseluruhan bagian-bagiannya berperilaku, (d) hubungan, maksudnya hubungan benda tersebut dengan hal yang abstrak.

Menurut Dirjen Dikdasmen Depdikbud (1997: 7), bahwa fungsi sarana pendidikan yang berupa alat pembelajaran, alat peraga, dan media pendidikan dalam proses pembelajaran sangat penting guna mencapai tujuan pendidikan. Sarana pendidikan tersebut terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga berfungsi sebagai alat yang dapat memperlancar serta mempermudah penangkapan pengertian dalam proses interaksi antar guru dan siswa. Dalam keadaan tertentu, fungsi sarana pendidikan sangat menentukan dalam proses pembelajaran. Jika sarana yang dibutuhkan tidak ada, maka proses pembelajaran tidak bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan dan tujuan yang telah


(31)

13

ditetapkan akan sulit dicapai. Adanya sarana pendidikan yang lengkap akan memudahkan guru dalam menyampaikan proses pembelajaran yang dimaksud kepada siswa. Sedangkan menurut Asri C. Budiningsih (1995: 74) alat pembelajaran dapat berfungsi sebagai alat penghubung pemahaman anak didik dari konsep konkret ke abstrak. Keadaan ini dipahami bahwa siswa dapat mengkaji hal-hal yang abstrak dengan menggunakan sarana pendidikan tersebut.

Mencermati beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan mempunyai fungsi antara lain: (a) sebagai alat yang dapat memperjelas penyampaian informasi sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lancar, (b) sebagai alat yang dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa, meningkatkan interaksi langsung siswa dengan lingkungan sehingga menmungkinkan untuk belajar mandiri, (c) sebagai alat yang dapat mengatasi masalah keterbatasan ruang dan waktu, (d) sebagai alat yang dapat memberikan kesamaan pengalaman tentang peristiwa yang terjadi di lingkungan para siswa, dan (e) sebagai alat yang dapat membantu siswa untuk belajar konsep dasar yang benar, konkret, dan realistis.

3. Ruang Lingkup Sarana dan Prasarana Pendidikan

Menurut Dirjen Dikdasmen Depdikbud (1997: 134) bahwa sarana pendidikan ditinjau berdasarkan jenis, fungsi, dan sifatnya. Secara garis besar, ditinjau dari jenisnya, sarana pendidikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sarana pendidikan yang dirancang secara khusus untuk kepentingan pembelajaran dan sarana pendidikan yang sudah tersedia di lingkungan kita berupa


(32)

barang-14

barang jadi yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran, misalnya: peninggalan purbakala, sawah, masjid, atau benda-benda lain yang dapat diperagakan.

Jika ditinjau dari fungsinya, sarana pendidikan dapat dikelompokkan menjadi empat macam. Berdasarkan keempat macam sarana pendidikan tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut.

a. Sarana fisik sekolah meliputi: (1) bangunan sekolah, yang terdiri dari ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, dan lain-lain, (2) perabot sekolah, meliputi: kursi, meja belajar, meja kerja, papan tulis, dan lain-lain, (3) sarana tata usaha pendidikan, misal: buku induk siswa, buku rapor, alat tulis, dan alat-alat kantor lainnya.

b. Media pendidikan, meliputi: (1) perangkat keras atau hardware, yaitu segala jenis alat penampilan elektronik untuk menyampaikan pesan-pesan dalam kegiatan pembelajaran, meliputi: OHP, tape recorder, televisi, komputer, dan lain sebagainya; dan (2) perangkat lunak atau software, yaitu segala jenis atau materi pengajaran yang disampaikan melalui alat penampil dalam kegiatan pembelajaran.

c. Alat peraga, meliputi: (1) alat peraga yang dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran sebagai sarana penjelas dan memvisualisasikan konsep, ide atau pengertian tertentu yang terdiri dari gambar-gambar anatomi, rangka badan, diagram, globe, peta, dan lain sebagainya; dan (2) alat praktik yaitu alat yang berfungsi sebagai sarana untuk berlatih mencapai keterampilan tertentu.


(33)

15

d. Perbukuan sekolah meliputi macam-macam buku yang dipergunakan dalam proses pembelajaran.

Kemudian bila ditinjau dari sifatnya, menurut Dirjen Dikdasmen Depdikbud (1997: 302), sarana pendidikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu barang yang bergerak dan barang yang tidak bergerak yang semuanya dapat mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa barang yang tidak bergerak merupakan barang yang tidak bisa dipindahkan dari posisi semula, misalnya: tanah pekarangan dan bangunan. Sedangkan barang yang bergerak adalah barang yang dapat dengan mudah dipindahkan letaknya dari posisi semula, misalnya: perabotan, alat kantor, buku, dan alat olahraga.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan jika ditinjau dari fungsinya dibedakan menjadi dua yaitu sarana pendidikan yang dirancang secara khusus untuk kepentingan pembelajaran dan sarana pendidikan yang sudah tersedia di lingkungan kita berupa barang-barang jadi yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Jika ditinjau dari fungsinya dibedakan menjadi empat macam yaitu sarana fisik sekolah, media pendidikan, alat peraga, dan perbukuan sekolah. Jika ditinjau dari sifatnya, sarana pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu barang bergerak dan barang tidak bergerak.

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2008: 273-274), fasilitas atau sarana dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut.

a. Fasilitas fisik, yaitu segala sesuatu yang berupa benda atau fisik yang dapat dibendakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan dan melancarkan sesuatu usaha. Fasilitas fisik juga disebut sebagai fasilitas materiil.

b. Fasilitas uang, yaitu segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu kegiatan sebagai akibat bekerjanya nilai uang.


(34)

16

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa fasilitas atau sarana juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu fasilitas fisik dan fasilitas uang.

4. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 273), manajemen sarana sering juga disebut manajemen materiil, yaitu segenap proses yang bersangkut-paut dengan pengadaan, pendayagunaan dan pengelolaan sarana pendidikan agar tercapai tujuan secara efektif dan efisien. Dengan batasan tersebut, maka manajemen sarana meliputi: (1) perencanaan; (2) pengadaaan; (3) pengaturan; (4) penggunaan; (5) penyingkiran sarana; dan (6) dasar pengetahuan perpustakaan. Menurut Muhammad Joko Susilo (2008: 65), manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan, inventarisasi, penghapusan serta penataan.

Sedangkan menurut Hartati Sukirman, dkk (1999: 28), administrasi sarana prasarana atau fasilitas pendidikan merupakan segenap proses penataan yang bersangkut paut dengan pengadaaan, pendayagunaan, dan pengelolaan sarana pendidikan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Administrasi sarana prasarana pendidikan mencakup kegiatan: (1) perencanaan (kebutuhan dan biaya) dan pengadaan, (2) penyimpanan dan penyaluran, (3) pendayagunaan, (4) pemeliharaan, dan (5) inventarisasi dan penghapusan. Penjelasan dari kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.


(35)

17

Di dalam langkah pengadaan ini mencakup pula langkah perencanaan sarana prasarana. Di sekolah-sekolah, cara pengadaan sarana prasarana pendidikan dapat lewat dropping dari atas dan mengadakan sendiri

2. Penyimpanan dan penyaluran

Dalam kaitannya dengan penyimpanan dan penyaluran sarana prasarana/fasilitas dibedakan atas dua kategori, yaitu alat yang langsung dan yang tidak langsung terlibat dalam proses belajar mengajar. Dalam proses ini termasuk di dalamnya adalah kegiatan inventarisasi barang, pengelompokkan, penyimpanan barang serta pendistribusiannya.

3. Pendayagunaan sarana pendidikan

Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, maka setiap perlengkapan perlu diatur penggunaannya seoptimal mungkin. Khususnya buku-buku, alat peraga dan/atau alat pelajaran lain, guru mata pelajaran agar menyusun program penggunaan alat dikaitkan dengan program pengajaran.

4. Pemeliharaan dan penghapusan

Barang-barang yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan merupakan barang milik negara. Oleh karena itu harus dijaga benar-benar agar tidak rusak.

Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan manajemen sarana dan prasarana adalah kegiatan/ proses pengelolaan, pengaturan sarana dan prasarana meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan pengawasan, penyimpanan, penyaluran, pendayagunaan, pemeliharaan inventarisasi, dan


(36)

18

penghapusan sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

B. Manajemen Prasarana Gedung Sekolah

1. Perencanaan/Pengadaan Fasilitas Gedung Sekolah

Fasilitas sekolah meliputi sarana dan prasarana sekolah. Sarana sekolah meliputi semua peralatan dan perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, sedangkan prasarana sekolah mencakup semua komponen yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan di sekolah. Menurut Hendyat Soetopo dan Wasty Sumanto (1982: 183-186), untuk membuat gedung sekolah, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelumnya, yaitu sebagai berikut.

a. Langkah-Langkah dalam pembuatan gedung sekolah. Dalam pembuatan gedung sekolah, ada beberapa hal yang perlu ditentukan terlebih dahulu yaitu perlu atau tidaknya gedung tersebut didirikan, bentuk gedung yang akan didirikan, ruangan dan perlengkapan yang diperlukan, dan lokasi. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengalokasian sekolah yang mencakup

kemungkinan mengembangkan masyarakat, tempat tinggal penduduk. fasilitas yang ada dalam masyarakat, faktor keamanan dan kesehatan, jumlah usia sekolah, pemilihan tanah tempat bangunan, dan tingkat ekonomi penduduk.


(37)

19

Pemetaan sekolah berfungsi untuk memberikan kesempatan kepada perencana daerah untuk berpartisipasi dalam perencanaan pendidikan, memberikan petunjuk terhadap penentuan lokasi sekolah ataupun penyebaran-penyebaran bangunan sekolah secara rasional, menyediakan bahan untuk dianalisa dan dievaluasi secara kontinyu, memberikan pedoman bagi perencanaan pendidikan selanjutnya, merupakan alat pembantu untuk mengelola pendidikan setempat, merupakan sumber informasi bagi perencanaan integral daerah, serta merupakan alat untuk memberikan kemungkinan bagi penggunaan sumber wilayah yang terbatas, sehingga sekolah tersebut dapat dilokasikan secara merata dan realistis.

Menurut Piet Sahertian (1994: 175-176), perencanaan gedung sekolah dilakukan dengan urutan sebagai berikut.

a. Mengadakan survey tentang keperluan bangunan yang akan direncanakan dengan maksud untuk memperoleh data mengenai: (1) Fungsi bangunan; (2) Struktur organisasi dari sekolah yang menggunakan; (3) Jumlah pemakai (pegawai, murid dan lain-lain) yang akan menempati; (4) Jenis dan jumlah alat-alat atau perabot yang akan ditempatkan.

b. Mengadakan perhitungan luas bangunan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan disusun atas dasar data survey tersebut di atas.

c. Menyusun rencana anggaran biaya yang disesuaikan dengan harga standar yang berlaku di daerah yang bersangkutan.

d. Menyusun pentahapan rencana anggaran biaya yang disesuaikan dengan rencana pentahapan pelaksanaan teknis serta memperkirakan anggaran yang akan disediakan tiap tahun, dengan memperhatikan skala prioritas yang telah ditetapkan sesuai dengan kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Berdasarkan pendapat tersebut, dalam melakukan perencanaan gedung sekolah dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal yaitu menentukan rencana pembangunan gedung sekolah berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, mengadakan survey keperluan bangunan yang dibutuhkan,


(38)

20

mengadakan perhitungan luas bangunan, menyusun rencana anggaran biaya, dan menyesuaikan rencana anggaran dan pentahapan pelaksanaan teknis dengan skala prioritas yang telah ditetapkan.

2. Syarat-Syarat Pendirian Gedung Sekolah yang Baik

Sesuai perkembangan pembangunan saat ini, manusia sudah menyadari akan masalah perumahan sekolah terutama tanah, bangunan, gedung, ruangan, dan fasilitas lainnya yang mempunyai peranan dalam menentukan keberhasilan studi bagi peserta didik. Gedung sekolah yang baik sebagai tempat belajar yaitu menyenangkan, menarik, rasa nyaman dan aman. (Hendyat Soetopo dan Wasty Sumanto (1982: 202).

Adapun syarat-syarat gedung sekolah tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.

a. Keadaan Tanah dan Keadaan Letak Sekolah.

Keadaan tanah sekolah sebaiknya harus luas dengan memperhatikan faktor-faktor berikut ini.

1) Jumlah murid yang akan ditampung.

2) Jenis sekolah dan program pendidikan yang dilaksanakan.

Letak sekolah hendaknya mudah dicapai oleh murid, sehat menurut pemeriksaan dokter, tidak berbahaya dan tidak dekat dengan lalu lintas yang ramai, pabrik, tempat-tempat hiburan yang dapat mengganggu berlangsungnya pelajaran bagi anak didik.


(39)

21

b. Keadaan Bangunan Gedung dan Ruangan-ruangan Sekolah

Konstruksi gedung sekolah secara teknik harus dapat dipertanggungjawabkan, gedung tersebut harus kuat, tahan lama, memenuhi kesehatan, dan mudah dibersihkan sehingga dapat menjamin keamanan dan keselamatan bagi penghuninya. Gedung sekolah terdiri dari ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, ruang beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang OSIS, jamban, gudang, sirkulasi, dan tempat bermain/ berolahraga. Tipe ruang sekolah ditetapkan atas dasar:

1) kurikulum yang berlaku,

2) efisiensi/optimasi pemakaian ruang, 3) penggunaan tenaga secara optimal, 4) perhitungan putus sekolah,

Sesuai dengan kurikulum yang berlaku, maka standar ruang belajar mengajar harus sesuai dengan syarat yang ditentukan. Adapun syarat tersebut didasarkan atas faktor-faktor seperti berikut.

a) Fungsi ruang belajar, daya tampung ruang tersebut untuk dapat digunakan setiap hari untuk kegiatan belajar mengajar.

b) Jumlah pemakai, yaitu jumlah maksimum dalam ruang yang bersangkutan pada penggunaan menurut fungsi utama dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam proses belajar mengajar


(40)

22

c) Standar satuan, menyatakan ruang gerak/minimum untuk tiap orang dalam melaksanakan kegiatan pokok di ruang yang bersangkutan sesuai dengan fungsinya.

d) Luas ruang, yaitu ukuran standar satu unit ruang yang efektif dan efisien untuk proses belajar.

e) Urgensi fungsi ukuran ruang

f) Jumlah ruang minimum yang ditetapkan menurut perhitungan optimasi dan efisiensi pemakaian ruang.

Untuk mendirikan sebuah gedung sekolah tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Menurut Hendyat Soetopo dan Wasty Sumanto (1982: 189-204),

dalam mendirikan gedung sekolah, terdapat syarat- syarat sebagai berikut: (a) syarat Keamanan dan Kesehatan, (b) penyesuaian dengan kurikulum atau kebutuhan akan kegiatan-kegiatan yang dilakukan, (c) koordinasi antar fungsi, (d) efisiensi dalam penggunaan, (e) keindahan, (f) fleksibilitas, (g) faktor ekonomis.

3. Pemeliharaan Prasarana Gedung Sekolah

Gedung sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses belajar mengajar. Oleh karena itu , perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a. Keutuhan dan kebersihan mengenai lantai, dinding, langit-langit, atap, jendela, pintu, kaca, dan ventilasi harus bersih dari segala kotoran.

b. Keutuhan dan kebersihan wastafel dan kran yang ada di dalamnya serta keutuhan dan kebersihan alat pembuangan atau saluran air harus senantiasa dijaga.


(41)

23

Menurut Daryanto (2008: 55-61), perencanaan dan pemeliharaan gedung sekolah dan perlengkapannya meliputi: (a) perluasan gedung yang sudah ada, (b) rehabilitasi ruang, (c) meningkatkan mutu keindahan ruang belajar, (d) memilih perabot dan perlengkapan, (e) tanggung jawab keberesan sekolah, (f) memperhatikan kondisi sanitasi, (g) pemeriksaan, (h) penyimpanan alat-alat yang tepat, (i) mengatur dan memelihara ruang belajar, (j) pemeliharaan halaman dan tempat bermain.

Adapun penjelasan dari rincian pemeliharaan gedung sekolah dan perlengkapannya adalah sebagai berikut.

a. Perluasan gedung yang sudah ada

Pada gedung sekolah yang sudah ada seringkali diperlukan tambahan-tambahan bangunan dan perlengkapan. Hal ini disebabkan oleh tuntutan-tuntutan yang berasal dari perkembangan pendidikan yang semakin mendesak terutama mengenai kualitas dan kuantitas, sehingga perlu adanya penambahan-penambahan dan perombakan pada gedung sekolah yang sudah ada.

b. Rehabilitasi Ruang

Sebelum dilakukan rehabilitasi ruang, perlu diadakan survey terhadap gedung dan perlengkapan yang sudah ada serta mencatat secara terperinci perbaikan-perbaikan yang akan diperlukan, sehingga menciptakan keefektifan program sekolah. Perbaikan-perbaikan pada gedung sekolah ini diantaranya mencakup mengecat dan melabur, mengganti bahan-bahan atau bagian-bagian yang sudah using atau lapuk, menyempurnakan akustik


(42)

24

ruangan belajar, menambah tempat/ruang buang air, memperbaiki fasilitas mencuci tangan dan kaki, serta pekerjaan-pekerjaan perbaikan lain yang berhubungan dengan pelaksanaan inovasi sekolah. Rencana rehabilitasi hendaknya dibuat seefisien mungkin.

c. Meningkatkan Mutu Keindahan Ruang Belajar

Terdapat beberapa prinsip yang telah diakui dan dianjurkan oleh para ahli seni dan dekorasi mengenai pemilihan warna dinding ruangan yang berhubungan dengan aspek dan reaksi-reaksi psikologis penggunanya. Hal tersebut juga perlu diperhatikan dalam proses pegecatan ruang belajar. Dalam pemilihan warna, harus diperhatikan dan tidak boleh sembarangan, sebab warna dinding dapat mengarahkan reaksi psikologis penggunanya yaitu siswa maupun guru. Dinding atau ruangan belajar harus dicat putih karena 80% faktor pantulan diperlukan utuk memberikan cahaya yang memadai kepada murid. Demikian pula dinding-dinding samping ruangan harus dicat warna cerah dan pusat. Warna perabot harus coklat muda dan tidak mengkilap.

d. Memilih Perabot dan Perlengkapan

Salah satu faktor penting yang dijadikan bahan pertibangan dalam memilih perabot dan perlengkapan ruangan kelas yang harus disediakan adalah dasar pengajaran. Fleksibilitas dalam fungsi serta faktor- faktor psikologis juga perlu diperhatikan dalam pembuatan perabot ruang belajar. Jangan sampai perabot justru dapat menghambat proses belajar pada peserta didik.


(43)

25

e. Tanggung jawab keberesan sekolah

Keadaan ruang kelas yang berantakan dan tidak teratur, kotor, cahaya dan ventilasi yang kurang memadai, akan memberikan pengaruh jelek kepada murid-murid ditinjau dari segi pendidikan dan perkembangannya. Di samping itu, keadaan seperti di atas ditinjau dari segi pendidikan kesehatan akan menimbulkan pengaruh yang merugikan, kesehatan jasmani dan rohani. Di samping itu proses belajar dan mengajar akan terhambat, yang berarti menghambat pula kelancaran pelaksanaaan program pengajaran di sekolah. Oleh karena itu, warga sekolah harus menyadari tanggung jawab untuk senantiasa mengawasi ruang belajar dan bagian-bagian sekolah lainnya agar selalu beres, bersih dan teratur.

f. Memperhatikan kondisi sanitasi

Ditinjau dari kebutuhan akan kesehatan pada murid-murid dan seluruh anggota staf di sekolah, masalah sanitasi harus mendapat perhatian pertama. Salah satu kegiatan utama program kesehatan sekolah ialah menciptakan lingkungan sekolah yang sehat. Ruang belajar, ruang olahraga, laboratorium, ruang kesenian, ruang ketrampilan dan sebagainya. Kesemuanya harus diatur sedemikian rupa sehingga kondisinya memberikan pengaruh yang optimal dalam proses belajar dan terhadap perkembangan kesehatan murid-murid baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Kesehatan menjadi salah satu tujuan sekolah, diantaranya menyediakan fasilitas-fasilitas untuk mempraktikan kebiasaan hidup sehat, salah satu fasilitas penting adalah penyediaan air untuk mencuci tangan dan aki dan


(44)

26

anggota badan lainnya. Hendaknya disediakan pula sabun dan lap atau handuk kecil.

g. Pemeriksaan

Pemeriksaan dan koreksi terhadap kondisi-kondisi ruangan sekolah dan perlengkapannya termasuk halaman dan tempat- tempat bermain murid, harus dilaksanakan secara terus menerus dan teratur. Pemeriksaan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga hal-hal yang sekecil-kecilnya pun tidak lepas dari tanggung jawab.

h. Penyimpanan alat-alat yang tepat

Dari segi pendidikan soal penyimpanan alat-alat kurang mendapat perhatian, baik dalam literatur tentang konstruksi bangunan sekolah maupun dalam rencana struktur bangunannya. Alat-alat yang langsung dipergunakan dalam pelajaran memerlukan fasilitas penyimpanan yang memadai dan praktis sehingga sewaktu-waktu diperlukan dapat segera disediakan serta keamanannya cukup terpelihara. Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan alat-alat ini direncanakan sebelum bangunan didirikan sehingga faktor estetikanya pun mendapat perhatian.

i. Mengatur dan memelihara ruang belajar

Sebagian besar waktu kehidupan peserta didik dan guru selama bersekolah dilaksanakan di ruang belajar. Oleh karena itulah, timbul tuntutan agar sekolah memberikan perhatian yang cukup terhadap ruang belajar. Perhatian tersebut berupa pengaturan, pemeliharaan ruang belajar kebersihan ruang belajar agar senantiasa siap untuk digunakan dan dapat memperlancar


(45)

27

proses belajar mengajar. Hal lain yang sangat penting antara lain ruang belajar harus cukup cahaya. Pemeliharaan terhadap ruang belajar ini dilakukan dengan mengadakan perbaikan jika terdapat kekurangan maupun kerusakan, diperbarui catnya setiap 3-5 tahun sekali.

j. Pemeliharaan halaman dan tempat bermain

Kegiatan rekreasi di sekolah mempunyai peranan penting dalam program pengajaran. Sekolah harus menyediakan tempat dan fasilitas untuk keperluan tersebut. Tempat bermain harus dipelihara, diratakan, serta disesuaikan dengan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik. Tempat bermain harus selalu dijaga dan dipelihara sehingga terbebas dari kondisi dan hal-hal atau benda yang mungkin menimbulkan bahaya kecelakaan, atau memberikan pengaruh buruk terhadap perkembangan kesehatan peserta didik maupun penghuni sekolah lainnya. Untuk menjaga dan memelihara agar tempat bermain menarik, aman dan bebas dari hal yang dapat menimbulkan kecelakaan, maka seluruh warga sekolah harus senantiasa menjaga fasilitas tersebut.

Halaman sekolah sebaiknya ditanami pohon-pohon yang rindang sehingga dapat digunakan sebagai tempat beristirahat bagi warga sekolah. Pemeliharaan halaman sekolah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1) Halaman sekolah hendaknya selalu dalam keadaan bersih dan rapi. 2) Halaman sekolah perlu ditanami pohon-pohon yang rindang agar


(46)

28

3) Tanah di halaman sekolah hendaknya diusahakan cepat kering dan tidak mudah becek.

4) Halaman sekolah perlu diberi tempat duduk untuk beristirahat warga sekolah.

Secara umum, keutuhan dan kebersihan ruang sekolah harus dijaga sebagaimana menjaga keutuhan dan kebersihan gedung sekolah. Selain itu, situasi ruang sekolah harus kondusif dan nyaman bagi penggunanya. Untuk membuat pengguna gedung sekolah, baik itu siswa dan guru merasa nyaman dan mengikuti proses belajar mengajar dengan semangat, maka perlu adanya pemeliharaan ruang dengan baik. Pemeliharaan tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Dinding ruangan hendaknya berwarna terang dan bersih. b. Lantai ruangan hendaknya selalu dalam keadaan bersih.

c. Perlengkapan-perlengkapan yang ada dalam ruangan harus diatur sedemikian rupa sehingga enak dipandang mata.

d. Ruang kelas hendaknya jangan sampai berdekatan dengan ruangan kantor/tata usaha/kantin (kegiatan-kegiatan yang menimbulkan suara berisik).

e. Ruang tata usaha yang melayani kebutuhan siswa/ umum serta ruang kepala sekolah hendaknya di tempatkan pada ruangan yang strategis dan mudah ditemukan.


(47)

29

4. Assesment (Penaksiran) Kondisi Gedung Sekolah

Assesment kondisi gedung sekolah merupakan kajian yang dilakukan berkaitan dengan pekerjaan sipil, arsitektur, dan landscape. Kriteria penilaian terhadap kondisi gedung inipun harus mengacu pada kriteria teknis (sipil, arsitektur, dan landscape) sebuah bangunan gedung yang berlaku di Indonesia (Wakhinuddin, 2012). Tingkat kerusakan bangunan dibagi atas kriteria sebagai berikut.

a. Rusak ringan adalah kerusakan dengan perbaikan gedung sekolah pada bagian- bagian tertentu dalam rangka perawatan untuk memperpanjang usia pemakaian, menjaga keandalan gedung beserta sarana dan prasarananya agar selalu laik fungsi. Tingkat kerusakan kurang dari 30%.

b. Rusak sedang adalah kerusakan dengan perbaikan gedung sekolah pada bagian tertentu dalam rangka menjaga keandalan gedung beserta sarana dan prasarananya agar selalu laik fungsi. Tingkat kerusakan berkisar 30-50%. c. Rusak berat adalah kerusakan dengan perbaikan gedung sekolah secara

menyeluruh dalam rangka memperpanjang usia pemakaian. Dalam kegiatan ini memperbaiki dan atau mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, serta sarana dan prasarananya agar bangunan gedung tetap laik fungsi. Tingkat kerusakan berkisar > 50-65%.

d. Rusak total adalah kerusakan yang terjadi dan perbaikannya dengan membongkar gedung sekolah yang lama dan membangun kembali gedung standar di dalam lahan/ tanah yang ada. Tingkat kerusakan jika melampaui 65%.


(48)

30

Sedangkan kriteria gedung sekolah yang harus direhab total menurut Tim Ahli Dinas Pendidikan Dasar Jakarta dan PT Kogas (2009) adalah sebagai berikut.

a. Selalu tergenang banjir, baik air pasang maupun waktu hujan.

b. Tingkat kerusakan gedung tersebut sangat parah dan rawan ambruk.

c. Gedung sekolah tersebut merupakan bangunan tua dan belum terstandar.

d. Untuk standardisasi gedung dan bangunan bertingkat untuk pemerataan.

e. Daya tampung murid sudah jauh di bawah kapasitas yang diijinkan.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian Ignatius Gherry Krista Putra Gustama (2014: xiii) mengenai Ketersediaan dan Pengelolaan Sarana Prasarana pada SMA Swasta di Kabupaten Temanggung yang menunjukkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana yang ada pada SMA Swasta di Kabupaten Temanggung pada umumnya masih belum memenuhi standar minimum yang tertera dalam lampiran Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang standar minimum terkait dengan kelengkapan sarana dan prasarana untuk Sekolah Dasar dan Menengah Atas. Pengelolaan sarana dan prasarana pada SMA Swasta di Kabupaten Temanggung terbagi dalam 5 unsur penting yaitu perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan, dan penghapusan. Program perencanaan yang ada di SMA swasta di Kabupaten Temanggung terdiri dari penyusunan daftar kebutuhan dan penentuan skala prioritas yang berorientasi pada ketersediaan anggaran. Pengadaan sarana dan


(49)

31

prasarana terkait dengan pelaksanaan pengadaan seperti persyaratan administrasi berupa penyusunan proposal, sumber dana yang digunakan dalam pengadaan, serta mekanisme pelaporan setelah pengadaan sarana dan prasarana. Pengaturan terdiri dari tiga hal penting yaitu inventarisasi, penyimpanan, dan pemeliharaan. Penggunaan terkait dengan sarana prasarana mengacu pada prinsip efektifitas dan efisiensi, serta penghapusan sebagai suatu upaya pengelolaan sarana dan prasarana yang sudah tidak terpakai.

D. Kerangka Berpikir

Prasarana pendidikan merupakan hal yang penting dalam mendukung kelancaran proses belajar mengajar di sekolah, salah satu jenis prasarana sekolah itu adalah ruangan akademik. Selain kegiatan belajar mengajar, ruangan akademik juga menunjang kegiatan tata kelola sekolah. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP, MTs) Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA) yang menyatakan bahwa sebuah SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut : ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, ruang beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang OSIS, jamban, gudang, sirkulasi, dan tempat bermain/ berolahraga beserta standar yang harus dipenuhi.


(50)

32

Sebagaimana sarana pendidikan, ruangan akademik sekolah juga perlu dikelola dengan baik, mulai dari perencanaan pembangunan, pemeliharaan, pengorganisasian, hingga penghapusan. Hal tersebut dilakukan untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan prasarana tersebut dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Sama seperti sekolah negeri, sekolah swasta juga wajib mengikuti peraturan dan pedoman yang telah ditentukan.

Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwasanya sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, sekolah harus memenuhi standar minimal prasarana gedung sekolah, salah satunya adalah sekolah harus memiliki ruangan akademik dengan persyaratannya masing-masing sesuai standar minimal. Oleh karena itu, sekolah yang baik harus memiliki ruangan akademik secara lengkap dan sesuai standar yang telah ditetapkan. Kondisi ruangan tersebut juga merupakan hal yang penting, sebab sebagian besar waktu untuk kegiatan belajar mengajar maupun tata kelola pendidikan dilaksanakan di dalam ruangan sekolah. Untuk itulah kondisi ruangan sekolah harus terawat dengan baik untuk menciptakan kenyaman dan keamanan bagi siswa, guru, maupun warga sekolah.


(51)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Menurut Sumadi Suryosubrata (2003: 75), penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini akan mendeskripsikan perubahan jumlah kondisi ruangan akademik SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014 yang dilihat dari kondisi fisik gedung serta jumlah gedung berdasarkan data yang telah diperoleh dan diolah dalam bentuk angka dan kalimat.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Juli-September 2013 di Kabupaten Purworejo dengan pengumpulan data melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, kemudian dilanjutkan pada bulan Desember 2014 di semua SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo.

C. Sumber Data

Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, sedangkan data primer diperoleh dari SMA swasta se- Kecamatan Kutoarjo. Adapun daftar SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo adalah sebagai berikut.


(52)

34

1. SMA Darul Hikmah Kutoarjo 2. SMA Muhammadiyah Kutoarjo 3. SMA Widya Kutoarjo

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang berjudul "Perubahan Jumlah dan Kondisi Ruangan Akademik SMA Swasta Se-Kecamatan Kutoarjo", yaitu kondisi ruangan akademik SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo yang dilihat dari ketersediaan ruangan dan kondisi masing-masing ruangan. Ruangan akademik tersebut terdiri dari : ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, ruang ibadah, ruang konseling, ruang UKS, dan ruang OSIS

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dokumentasi dengan analisis data sekunder dan wawancara. Hal tersebut dikarenakan sebagian data yang dibutuhkan dalam penelitian ini telah ada dan telah dihimpun oleh instansi, sehingga peneliti hanya menghimpun data yang telah ada dari pihak instansi. Analisis data sekunder menurut Nanang Martono (2011: 113) yaitu penelitian yang dilakukan dengan memanfaatkan data yang sudah ada ataupun yang sudah matang yang dapat diperoleh pada instansi atau


(53)

35

lembaga tertentu. Pada analisis data sekunder peneliti tidak mengumpulkan data langsung dari lapangan melainkan menggunakan data yang telah dikumpulkan serta diolah oleh instansi atau lembaga pemerintah maupun swasta. Pengumpulan data dengan wawancara tetap dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi secara langsung dan faktual di lapangan untuk mendukung data sekunder yang telah didapatkan.

Jenis data yang dibutuhkan adalah data kuantitatif dan kualitatif. Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data mengenai jumlah dan kondisi ruangan akademik SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo selama tahun ajaran 2011/2012-2013/2014. Data yang digunakan dalam melakukan penelitian merupakan jenis data sekunder yang sudah dihimpun oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data kualitatif mengenai perubahan dan pengelolaan ruangan akademik sekolah yang didapatkan dari hasil wawancara peneliti yang ditujukan kepada wakil kepala sekolah bagian Sarana Prasarana SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo atau pegawai sekolah yang ditunjuk oleh kepala sekolah dan dianggap mampu untuk mewakili. Data kualitatif ini bertujuan untuk membantu dan mendukung peneliti dalam mendeskripsikan pengelolaan ruangan akademik di masing-masing sekolah swasta.


(54)

36

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman dokumentasi dan pedoman wawancara. Pedoman tersebut digunakan untuk membantu peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Pedoman dokumentasi dan wawancara terlampir.

G. Teknis Analisis Data

Analisis data menurut Sugiyono (2008: 335) adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, meyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Penelitian dilakukan dengan teknik analisis data kuantitatif dengan metode analisis potret data (frekuensi dan persentase). Rumus yang digunakan berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Tulus Winarsunu (2006: 20), sebagaiberikut.

Keterangan:

P : Persentase

F : Jumlah skor subyek yang ada pada kategori tertent N : Keseluruhan jumlah skor subyek.

Berdasarkan langkah-langkah yang dikemukakan di atas, maka pelaksanaan dalam menganalisis data penelitian dilakukan dengan cara sebagai berikut.


(55)

37

1. Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik pencermatan dokumen yang dihimpundari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, situs internet resmi yang bersangkutan dan mendukung data-data yang diperlukan, serta menggunakan teknik wawancara yang ditujukan kepada Wakil Kepala Sekolah bagian Sarana Prasarana SMA swasta se-Kecamatan Kutoarjo atau yang mewakili sekolah. 2. Dari data yang sudah diperoleh tersebut, peneliti memilih dan

mengelompokkan data berdasarkan keperluan, menyederhanakan data yang diperlukan, dan menganalisis data untuk memusatkan perhatian pada apa yang akan diteliti sehingga mempermudah dalam menyampaikan atau memaparkan dalam laporan.

3. Tahap penyajian data, prosesnya adalah dari konsep penyajian data yang telah dibuat. Data yang sudah diolah dimasukkan sesuai dengan pembahasannya. Dalam proses ini juga dilakukan konsultasi dengan dosen pembimbing agar apa yang disajikan dan alur penyampaian informasi dari data tersebut dapat disajikan dengan baik dan benar serta maksud dari penelitian dapat tersampaikan.

4. Tahap penarikan kesimpulan, dari penyajian data yang telah dianalisis, peneliti berusaha untuk membuat kesimpulan dari data yang telah disajikan dengan mengerucutkan pembahasan dan berpedoman pada rumusan masalah. Dalam proses ini juga dilakukan konsultasi dengan dosen pembimbing agar apa yang disimpulkan dapat sesuai dengan apa yang telah dibahas dalam penyajian data.


(56)

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Geografis, Demografis, dan Administratif Kecamatan Kutoarjo 1. Luas wilayah dan Topografis

Kutoarjo merupakan salah satu kecamatan yang dimiliki oleh Kabupaten Purworejo, provinsi Jawa Tengah. Dari segi Geografis, sebelah selatan Kecamatan Kutoarjo berbatasan dengan Kecamatan Grabag, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kemiri, Bruno, Pituruh, dan Gunung Tugel, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Bayan, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Butuh. Kecamatan Kutoarjo memiliki luas wilayah 37, 59 km2. Peta topografis daerah Kecamatan Kutoarjo sebagian besar adalah dataran rendah yang sebagian besar wilayahnya digunakan untuk persawahan, tanah ladang, dan pemukiman warga.

2. Demografis dan Administratif

Kutoarjo pernah menjadi Kabupaten tersendiri di Provinsi Jawa Tengah.Semenjak tahun 1934, wilayah Kutoarjo bergabung dengan Kabupaten Purworejo. Jumlah penduduk di Kecamatan Kutoarjo 58.103 jiwa (sensus 2010). Kutoarjo menempati urutan kedua terbanyak dari jumlah penduduk di Kabupaten Purworejo. Meskipun begitu, laju pertumbuhan penduduk cukup rendah yaitu sebesar -0.33% (http: kec-kutoarjo.purworejokab.go.id/profil).

Kecamatan Kutoarjo memiliki 6 kelurahan dan 21 desa.Kelurahan di Kecamatan Kutoarjo adalah sebagai berikut.


(57)

39

a. Kelurahan Bandung b. Kelurahan Bayem c. Kelurahan Katerban d. Kelurahan Kutoarjo

e. Kelurahan Semawung Daleman f. Kelurahan Semawung Kembaran

Sedangkan desa yang ada di Kecamatan Kutoarjo adalah sebagai berikut. a. Desa Kaligesing l. Desa Purwosari

b. Desa Karangrejo m. Desa Sidarum

c. Desa Karangwuluh n. Desa Sukoharjo

d. Desa Kebondalem o. Desa Suren

e. Desa Kemadu Lor p. Desa Tepus Wetan

f. Desa Kepuh q. Desa Tepus Kulon

g. Desa Kyangkonrejo r. Desa Tunggurono h. Desa Kluwurejo s. Desa Tuntungpahit

i. Desa Majir t. Desa Tursino

j. Desa Pacor u. Desa Wirun

k. Desa Pringgonwijayan

Kutoarjo merupakan salah satu kota yang termasuk klasifikasi kota utama (hirarki I) di Kabupaten Purworejo, hal ini karena kota Kutoarjo sangat menonjol dalam pertumbuhan wilayahnya dan memiliki peran penting dalam memicu perkembangan wilayah Kabupaten Purworejo. Peran tersebut ditunjukkan oleh distribusi pendapatan daerah terhadap kabupaten dan fungsi pusat pelayanan


(58)

40

perkotaan yang mampu melayani masyarakat tingkat regional (Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo No. 6 Tahun 2005). Kutoarjo memiliki fasilitas umum yang memadai yaitu 1 Rumah sakit Swasta, 3 unit puskesmas, 4 unit puskesmas pembantu, pasar tradisional yang cukup besar, stasiun kereta api Kutoarjo yang merupakan stasiun ujung rel ganda yang menghubungkan Solo-Kutoarjo.

Lokasi Kecamatan Kutoarjo yang strategis menjadikan kecamatan ini berkembang sangat pesat dan berada di bawah Kecamatan Purworejo sebagai ibukota kabupaten.Letak yang srategis juga menjadikan Kecamatan Kutoarjo sebagai tempat tujuan investasi. Hal ini ditandai dengan banyaknya pertokoan, bank, dan hotel yang beroperasi di Kecamatan tersebut sehingga berdampak pada keberagaman profesi masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut.

B. Kondisi Pendidikan di Kecamatan Kutoarjo

Rincian jenjang pendidikan di Kecamatan Kutoarjo dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Data Jumlah Sekolah di Kecamatan Kutoarjo

No Jenjang Negeri Swasta Jumlah

1. PAUD 0 6 6

2. TK/RA 0 39 39

3. SD 39 4 43

4. SMP 5 6 11

5. SMA 1 3 4

6. SMK 1 8 9

7. Sekolah Tinggi 0 1 1

Total 46 67 113

Persentase 41 59 100

(sumber: diolah dari berbagai sumber)

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan lembaga pendidikan swasta di Kecamatan Kutoarjo lebih besar 18% dibandingkan lembaga


(59)

41

pendidikan negeri. Pada jenjang SD, jumlah SD Negeri lebih banyak daripada SD Swasta. Pada jenjang pendidikan SMP juga tidak terdapat selisih jumlah yang besar antara SMP Negeri dan Swasta. Hal ini berkaitan dengan program Wajib Belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah. Program tersebut merupakan program pemerintah untuk menjawab kebutuhan dan tantangan zaman. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 pasal 6, pemerintah berupaya meningkatkan taraf kehidupan rakyat dengan mewajibkan semua warga negara Indonesia yang berusia 7-15 tahun untuk mengikuti pendidikan dasar dengan program 6 tahun di SD dan 3 tahun di SLTP/SMP secara merata. Dengan adanya program Wajib Belajar 9 tahun ini pemerintah berusaha mewujudkan pemerataan pendidikan bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah pun giat mendirikan lembaga pendidikan dasar yaitu SD dan SMP sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan program tersebut. Kehidupan sosial, ekonomi masyarakat Kecamatan Kutoarjo yang semakin membaik, jumlah penduduk yang semakin bertambah, serta kesadaran dan minat masyarakat yang semakin tinggi akan pentingnya pendidikan di berbagai jenjang, maka lembaga pendidikan swasta di semua jenjang pendidikan pun bermunculan di Kecamatan Kutoarjo.


(60)

42

C. Kondisi Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Kutoarjo

Tabel 2. Persebaran Sekolah Menengah Atas se-Kabupaten Purworejo

Perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi penduduk di Kecamatan Kutoarjo membuat kesadaran dan minat masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup melalui pendidikan semakin terasa. Animo masyarakat untuk melanjutkan pendidikan dasar ke jenjang selanjutnya yang lebih tinggi pun semakin besar. Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan semakin diminati oleh masyarakat. Di Kecamatan Kutoarjo terdapat 4 Sekolah Menengah Atas yang terdiri dari 1 Sekolah Menengah Atas Negeri dan 3 Sekolah Menengah Swasta. Sekolah Menengah Atas tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

No Kecamatan Jumlah SMA Swasta

Jumlah SMA Negeri

Jumlah

1 Purworejo 3 2 5

2 Kutoarjo 3 1 4

3 Pituruh 1 1 2

4 Loano 1 1 2

5 Purwodadi 0 2 2

6 Grabag 0 1 1

7 Kemiri 0 1 1

8 Banyuurip 0 1 1

9 Gebang 1 0 1

10 Bayan 1 0 1

11 Kaligesing 1 0 1

12 Bruno 1 0 1

13 Bagelen 0 0 0

14 Ngombol 0 0 0

15 Butuh 0 0 0

16 Bener 0 0 0

Total 13 10 22


(61)

43

Tabel 3. Daftar Sekolah Menengah Atas se-Kecamatan Kutoarjo

No Nama Sekolah Alamat Status Lokasi

Jumlah Siswa TA. 2014/2015

1. SMA N 2 Purworejo

Jl.Mayjend S. Parman Kutoarjo

Negeri Dalam Kota 696

2. SMA Widya Kutoarjo

Jl.

Sawunggalih 70 Kutoarjo

Swasta Dalam Kota 73

1 3. SMA Darul Hikmah

Jl. S.Parman

Kutoarjo Swasta Dalam Kota 132

4. SMA Muh Kutoarjo

Jl.

Mardiusodo 14, Kutoarjo

Swasta Dalam Kota 129

Total 1030

(Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo)

Keempat SMA di Kecamatan Kutoarjo tersebut berlokasi di dalam kota dan berjarak tidak terlalu jauh. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Kota Kutoarjo merupakan salah satu kota utama di Kabupaten Purworejo sehingga memiliki fasilitas publik yang lengkap dan memadai. Sekolah-sekolah tersebut berada di dalam kota sehingga masing-masing sekolah mudah untuk dijangkau sarana transportasi, dekat dengan pertokoan, dan pemukiman warga.

D. Kondisi Sekolah Menengah Atas swasta se-Kecamatan Kutoarjo SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo adalah sebagai berikut.

1. SMA Widya Kutoarjo

SMA Widya didirikan oleh Yayasan Pendidikan Widya pada tanggal 17 Juli 1980 dan mempunyai Nomor Statistik Sekolah 304030609018 dengan NPSN 20306205. Adapun lokasi sekolah di Jalan Sawunggalih 70 Kutoarjo. SMA Widya Kutoarjo memiliki akreditasi A (Amat Baik).


(62)

44

2. SMA Muhammadiyah Kutoarjo

SMA Muhammadiyah Kutoarjo didirikan oleh yayasan PDM Majelis Dikdasmen Muhammadiyah pada tanggal 1 Juli 1979 dan mempunyai Nomor Statistik Sekolah 304030609014 dengan NPSN 20306200. Adapun lokasi sekolah di Jalan Mardiusodo 14 Kutoarjo.SMA Muhammadiyah Kutoarjo memiliki akreditasi B (Baik).

3. SMA Darul Hikmah Kutoarjo

SMA Darul Hikmah Kutoarjo didirikan oleh yayasan Pondok Pesantren Darul Hikmah pada tahun 2001 dan mempunyai Nomor Statistik Sekolah 304030609047. Adapun lokasi sekolah di Jalan S. Parman Kutoarjo. SMA Darul Hikmah Kutoarjo belum memiliki akreditasi.

Tabel 4. Data Jumlah Siswa SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo

No Nama Sekolah Jumlah Siswa

2012/2013 2013/2014 2014/2015

1. SMA Widya Kutoarjo 282 196 73

2. SMA Muh Kutoarjo 107 128 129

3. SMA Darul Hikmah Kutoarjo 91 83 132

Total 480 407 334

(Sumber: Dinas P dan K Kabupaten Purworejo)

Dari tabel tersebut dapat diketahui kondisi jumlah siswa SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo pada tahun ajaran 2012/2013 sampai tahun ajaran 2014/2015. Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah total siswa SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo selalu mengalami penurunan setiap tahun ajaran baru. Jika digambarkan dalam bentuk grafik, maka perkembangan jumlah siswa SMA se-Kecamatan Kutoarjo dapat dilihat sebagai berikut.


(63)

45

Gambar 1. Grafik Perkembangan Jumlah Siswa SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo Ajaran 2012/2013-2014/2015

Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa ketiga SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo selalu mengalami perubahan jumlah siswa pada setiap tahun ajaran baru. Perubahan tersebut bisa berupa penurunan jumlah siswa seperti yang terjadi di SMA Widya Kutoarjo, dan peningkatan jumlah siswa di SMA Darul Hikmah Kutarjo dan SMA Muhammadiyah Kutoarjo. SMA Widya Kutoarjo mengalami penurunan jumlah siswa yang signifikan pada tahun ajaran 2014/2015 yaitu sebesar 47% dari tahun ajaran sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala TU SMA Widya Kutoarjo, hal tersebut dipengaruhi oleh adanya pendirian SMK Widya Kutoarjo yang berada satu lokasi dengan SMA Widya Kutoarjo, sehingga masyarakat lebih memilih menyekolahkan putra putri mereka di SMK. SMA Muhammadiyah Kutoarjo mengalami peningkatan jumlah siswa setiap tahun ajaran baru meskipun tidak signifikan, pada tahun ajaran 2014/2015, jumlah


(64)

46

siswa bertambah sebanyak 1 siswa dari tahun ajaran sebelumnya. Peningkatan jumlah siswa pada tahun ajaran 2014/2015 juga terjadi di Darul Hikmah Kutoarjo, sekolah yang berlatar belakang pondok pesantren tersebut justru sedang mengalami perkembangan yang cukup baik dengan meningkatnya jumlah siswa sebesar 23% dari tahun ajaran sebelumnya.

E. Persebaran Lokasi SMA Swasta se-Kecamatan Kutoarjo

Sekolah Menengah Atas Swasta di Kecamatan Kutoarjo yaitu SMA Widya Kutoarjo, SMA Muhammadiyah, dan SMA Darul Hikmah Kutoarjo terletak di pusat kota Kutoarjo. Jarak dua sekolah yang terjauh adalah ± 3 km yaitu antara SMA Widya Kutoarjo dan SMA Darul Hikmah Kutoarjo, sedangkan SMA Muhammadiyah Kutoarjo terletak diantara kedua sekolah tersebut dan berjarak ± 1 km dari SMA Darul Hikmah dan ± 1.5 km dari SMA Widya Kutoarjo.

Agar lebih jelas, lokasi masing-masing sekolah dapat dirinci sebagai berikut.

1. SMA Widya Kutoarjo

SMA Widya Kutoarjo terletak di Jalan Sawunggalih No 70 Kutoarjo. Selain disebut jalan Sawunggalih, jalan tersebut juga dinamakan Jalan Kembang Setaman dan berada di lingkungan Kelurahan Semawung Daleman. Sekolah ini tidak terletak di tepi jalan utama/ penghubung kota Kutoarjo dan Purworejo, namun SMA Widya Kutoarjo terletak di tepi jalan alternatif Kutoarjo menuju Yogyakarta. Lokasi sekolah ini terletak ± 1 km dari alun-alun kota Kutoarjo dan ± 300 m dari stasiun kereta api Kutoarjo, stasiun kereta ini merupakan stasiun paling besar di Kabupaten Purworejo. Dengan


(65)

47

adanya stasiun kereta api ini, maka perekonomian di sekitar lokasi tersebut berkembang dengan pesat. Terdapat banyak warung-warung, pertokoan, dan pemukiman di sekitar lokasi sekolah tersebut. Meskipun dekat dengan stasiun dan rel kereta api, sekolah ini tidak terganggu dengan kebisingan dari suara kereta yang melintas. SMA Widya Kutoarjo berdiri pada tahun 1980 dan kini memiliki luas 9.428 m2. SMA Widya Kutoarjo pada tahun ajaran 2014/2015 memiliki jumlah siswa sebanyak 73 siswa.

2. SMA Muhammadiyah Kutoarjo

SMA Muhammadiyah Kutoarjo terletak di Jalan Mardiusodo 14, Kutoarjo. Lokasi sekolah ini berada sekitar 100 meter timur alun-alun kota Kutoarjo yang terletak tepat di tepi jalan utama/ penghubung Kota Kutoarjo dengan Purworejo. Selain itu, SMA Muhammadiyah Kutoarjo bersebelahan dengan komplek sekolah lain, yaitu SMP N 3 Kutoarjo, dan TK Aisyiyah, serta berada di antara pemukiman warga. Dengan adanya alun-alun kota tersebut, maka keadaan di sekitar lokasi sekolah ramai dengan fasilitas perekonomian, seperti pertokoan dan minimarket. Selain itu, fasilitas transportasi pun sangat mudah, sebab SMA Muhammadiyah Kutoarjo terletak di tengah kota yang sering dilalui oleh kendaraan umum. SMA Muhammadiyah Kutoarjo berdiri pada tahun 1979 dan kini memiliki luas 2.489 m2. SMA Muhammadiyah Kutoarjo pada tahun ajaran 2014/2015 memiliki jumlah siswa sebanyak 129 siswa.


(66)

48

3. SMA Darul Hikmah Kutoarjo

SMA Darul Hikmah Kutoarjo terletak di jalan S. Parman Kutoarjo. Lokasi sekolah terletak sekitar 100 m dari terminal angkutan Kutoarjo dan pasar Kutoarjo. Sekolah ini merupakan sekolah satu atap dengan SMP Darul Hikmah Kutoarjo. Keduanya merupakan sekolah yang didirikan oleh Yayasan Pondok Pesantren Darul Hikmah Kutoarjo yang asramanya berlokasi ± 200 m dari sekolah. Oleh karena dekat terminal angkutan Kutoarjo, maka fasilitas transportasi menuju sekolah ini sangat mudah, selain dilewati oleh angkutan dalam kota, jalan S. Parman juga merupakan jalur yang dilewati oleh bus ekonomi antarkota menuju Yogyakarta dan Semarang. Selain itu, lokasi sekolah juga dekat dengan pasar Kutoarjo yang menjadikan kawasan tersebut selalu ramai setiap harinya. Meskipun dekat dengan pasar, SMA Darul Hikmah Kutoarjo memiliki lahan hijau yang masih luas sehingga tetap nyaman dan aman untuk kegiatan belajar mengajar. SMA Darul Hikmah Kutoarjo pada tahun ajaran 2014/2015 memiliki jumlah siswa sebanyak 132 siswa.

Berdasarkan penggambaran kondisi Sekolah Menengah Atas swasta se-Kecamatan Kutoarjo tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut ini.

1. Kutoarjo merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Purworejo yang memiliki jumlah SMA Swasta terbanyak setelah Kecamatan Purworejo.

Kutoarjo merupakan salah satu kota hirarki I di Kabupaten Purworejo. Hirarki merupakan struktur atau tingkatan pelayanan (dari pelayanan tingkat rendah hingga tingkat tinggi), dinilai berdasarkan ketersediaan jenis dan jumlah pelayanan (Djojodipuro, 1992: 134-136). Hal tersebut menunjukkan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)