ANALISIS EKONOMI USAHA JASA PRODUK PARIWISATA STUDI KASUS KERETA UAP JALADARA DI KOTA SURAKARTA

(1)

commit to user

i

ANALISIS EKONOMI USAHA JASA PRODUK PARIWISATA : STUDI KASUS KERETA UAP JALADARA

DI KOTA SURAKARTA

Skripsi

Dimaksudkan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

RAHADIAN SEPTIADI F0106066

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul :

ANALISIS EKONOMI USAHA JASA PRODUK PARIWISATA : STUDI KASUS KERETA UAP JALADARA

DI KOTA SURAKARTA

Surakarta, 24 Januari 2011 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing

(Drs. BRM Bambang Irawan, M.Si) NIP. 196705231994031002


(3)

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan.

Surakarta, Februari 2011

Dr. Agustinus Suryantoro, M.S. ( ... )

NIP. 195909111987021001 Ketua

Drs. BRM Bambang Irawan, M.Si ( ... )

NIP. 196705231994031002 Pembimbing

Lukman Hakim, SE, M.Si. ( ... )


(4)

commit to user

iv

HALAMAN MOTTO

“...Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib satu kaum kecuali mereka sendiri mengubah keadaan jiwanya...”

QS Ar Ra’d 13:11

“Hidup begitu lengkap ketika kita bisa melengkapi kehidupan orang lain...”

Iklan Toyota Kijang Innova

“Kegagalan merupakan sebuah kesuksesan yang tertunda…”


(5)

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada:

· Ibu dan Bapak tersayang yang selalu mendoakan dan memberikan restunya yang senantiasa mengiringi setiap langkahku dalam meraih cita-cita.

· Adik-adikku (Indra dan Angga) tersayang

· My lovely Retno Ningrum, yang selalu menginspirasi untuk berkarya dan memberi support disaat susah maupun senang

· Mbah putri dan Mbah kakung, Semua Om dan Tanteq, serta Adik-adik sepupuku Andi, Icha, Fauzan, dan Reyhan

· Semua sahabat-sahabat terbaikku Raka, Tino, Dimas, Apri, Mario, Site, Indro, Riza, Ita, Tia, Windi, Alfi.


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Skripsi dengan judul “Analisis Ekonomi Usaha Jasa Produk Pariwisata : Studi Kasus Kereta Uap Jaladara Di Kota Surakarta” penulis susun berdasarkan penelitian yang dilakukan pada objek wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” di Kota Surakarta untuk menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan adanya objek wisata tersebut.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala yang penulis hadapi. Namun, seiring dengan berlalunya waktu serta usaha yang tidak kenal lelah, kendala yang muncul bisa teratasi. Tidak lupa penulis menghaturkan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuannya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis menghaturkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. BRM Bambang Irawan, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surkarta yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(7)

commit to user

vii

4. Ibu Izza Mafruhah, S.E., M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis.

6. Pimpinan dan seluruh staff Dinas Perhubungan Surakarta. 7. Pimpinan dan seluruh staff Dinas Pariwisata Surakarta.

8. Pimpinan dan seluruh staff PT Aqsa International Tour & Leasure. 9. Ibu, bapak, dan adik-adik yang selalu mendoakan penulis.

10. Teman-teman EP, Manajeman, dan Akuntansi angkatan 2005, 2006, 2007. 11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara

langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam rangka kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dan sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Surakarta, Januari 2011


(8)

commit to user

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

ABSTRAK ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Dasar ... 9

1. Pengertian Kereta Api ... 9

2. Teori dan Kriteria Kelayakan Usaha ... 11


(9)

commit to user

ix

b. Arus Kas Usaha (Cash Flow) ... 13

c. Biaya Modal (Cost of Capital) ... 15

d. Ukuran Kelayakan Usaha ... 15

e. NPV, IRR, atau Payback Period? ... 16

3. Aspek Umum dan Organisasi ... 17

a. Gambaran Umum Usaha ... 17

1) Tujuan pendirian usaha ... 17

2) Perizinan ... 18

3) Kegiatan usaha ... 19

4) Bentuk hukum badan usaha ... 19

5) Permodalan ... 19

b. Organisasi dan Personalia ... 20

4. Aspek Pemasaran ... 20

5. Teori dan Kriteria Kelayakan Proyek ... 21

a. Pengertian Proyek ... 21

b. Pengertian Kelayakan Proyek ... 24

c. Maksud dan Tujuan Studi Kelayakan ... 26

d. Analisa Finansial dan Analisa Ekonomi ... 28

e. Analisis Biaya dan Manfaat ... 31

f. Manfaat Proyek ... 32

1) Manfaat langsung ... 32

2) Manfaat tidak langsung ... 32


(10)

commit to user

x

h. Umur Proyek ... 37

i. Kriteria Investasi ... 38

1) Net Present Value (NPV) ... 38

2) Internal Rate of Return (IRR) ... 39

3) Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio) ... 40

4) Profitability Ratio (PV/K) ... 40

5) Payback Period (PBP) ... 41

B. Penelitian Terdahulu ... 42

C. Kerangka Teoritis ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 47

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 47

B. Jenis dan Sumber Data ... 47

C. Teknik Pengumpulan Data ... 48

D. Definisi Operasional Variabel ... 49

E. Alat Analisis Data ... 49

1. Net Present Value (NPV) ... 50

2. Internal Rate of Return (IRR) ... 50

3. Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio) ... 51

4. Payback Period (PBP) ... 51

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 53

1. Letak Geografis ... 53


(11)

commit to user

xi

3. Keadaan Alam ... 54

4. Aspek Demografi ... 55

5. Aspek Sosial Ekonomi ... 57

a. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 57

b. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 57

c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 58

6. Aspek Pariwisata ... 59

a. Wisata budaya dan sejarah ... 60

b. Wisata seni ... 60

c. Wisata taman ... 62

d. Wisata museum dan bangunan bersejarah ... 63

e. Wisata belanja ... 64

f. Wisata kuliner ... 66

B. Gambaran Umum Usaha Kereta Jaladara ... 68

C. Analisis Data dan Pembahasan ... 69

1. Aspek Umum dan Pengelolaan ... 69

a. Latar Belakang Usaha ... 69

b. Maksud dan Tujuan ... 71

c. Sifat Usaha ... 71

d. Pengelolaan ... 71

2. Aspek Pemasaran ... 72


(12)

commit to user

xii

b. Strategi Pemasaran ... 75

1) Produk ... 75

2) Harga jual (price) ... 77

3) Promosi ... 77

4) Target pasar ... 78

3. Aspek Keuangan ... 78

a. Pembelanjaan Investasi Barang Modal ... 78

b. Biaya operasional ... 79

c. Biaya dan Estimasi Pendapatan/Manfaat ... 79

1) Biaya ... 79

2) Estimasi pendapatan/manfaat ... 80

d. Payback Period (PBP) ... 85

4. Simulasi Aspek Finansial dengan Alternatif Investasi ... 86

a. Estimasi biaya dan manfaat selama 20 tahun ... 87

b. Perhitungan kelayakan usaha ... 88

1) Net Present Value (NPV) ... 89

2) Internal Rate of Return (IRR) ... 90

3) Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) ... 92

4) Payback Periods ... 94

5. Analisis Ekonomi ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98


(13)

commit to user

xiii

B. Keterbatasan Penelitian ... 100 C. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia

Menurut Pintu Masuk Bandara Tahun 1997-2009 ... 2 1.2 Jumlah Wistawan yang berkunjung ke Kota Surakarta

Tahun 2003-2008 ... 3 4.1 Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan

Di Kota Surakarta Tahun 2008 ... 54 4.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2004-2008 ... 55 4.3 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2004-2008 ... 56 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan

di Kota Surakarta Tahun 2008 ... 56 4.5 Banyaknya Penduduk Umur 5 Tahun Ke atas Menurut

Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2008 ... 57 4.6 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian

di Kota Surakarta Tahun 2008 ... 58 4.7 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000, Kota Surakarta Tahun 2008 ... 59 4.8 Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Obyek dan


(15)

commit to user

xv

Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kota Surakarta ... 73

4.9 Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Surakarta Melalui Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) dan TIC ... 74

4.10 Perhitungan Estimasi Manfaat multiplier effect dari Kereta Uap Sepur Kluthuk Jaladara setiap paket perjalanan ... 84

4.11 Perhitungan pendapatan yang diterima Pemkot Surakarta melalui pajak dan retribusi ... 85

4.12 Perhitungan Payback Period (PBP) Bila Dilihat Dari Manfaat Bagi Kota Surakarta Secara Keseluruhan ... 86

4.13 Perhitungan Payback Period (PBP) Bila Dilihat Dari Keuntungan yang Diterima Pemkot Surakarta ... 86

4.14 Perhitungan Pendapatan Pemkot Surakarta Selama 1 Tahun ... 88

4.15 Perhitungan Net Present Value ... 90

4.16 Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) ... 91

4.17 Perhitungan Benefit-Cost Ratio ... 93


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Siklus Suatu Proyek ... 23 2.2 Kerangka Pemikiran ... 45


(17)

commit to user

xvii ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI USAHA JASA PRODUK PARIWISATA : STUDI KASUS KERETA UAP JALADARA

DI KOTA SURAKARTA

Rahadian Septiadi F0106066

Penciptaan sebuah atraksi pariwisata merupakan upaya untuk memajukan sektor pariwisata di kota Surakarta. Sebagai kota budaya, maka atraksi wisata baru yang diciptakan juga kental akan nuansa budaya. Objek wisata baru tersebut harus memiliki sebuah keunikan yang dapat menjadi daya tarik wisata sehingga mampu mendatangkan wisatawan dari luar daerah maupun dari luar negeri.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi objek wisata baru yang dimiliki kota Solo yaitu kereta uap Sepur Kluthuk Jaladara, mengetahui dan menganalisis manfaat yang ditimbulkan dari adanya kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara, serta mengetahui dan menganalisis kelayakan usaha kereta uap wisata tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yang didalamnya terdapat data primer dan data sekunder dan dua teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan studi pustaka. Untuk melakukan analisis kelayakan usha dan melakukan simulasi alternatif cara penganggaran modal dan investasi yang ditanamkan pada suatu usaha, penulis menggunakan metode kriteria investasi yang terdiri dari NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate

Return), B/C Ratio (Benefit Cost Ratio), PBP (Pay Back Period).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara dapat menarik wisatawan dari luar Solo karena memiliki keunikan yang tidak dapat ditandingi oleh daerah lain. Usaha kereta uap wisata ini dapat dianggap layak bila ditinjau dari manfaat multiplier effect yang ditimbulkan bagi kota Solo secara keseluruhan sedangkan bila dilihat dari pendapatan asli daerah (PAD) yang diterima pemkot Solo maka usaha pariwisata ini tidak layak, karena uang yang dikeluarkan dari APBD tidak dapat terbayar kembali. Dari hasil simulasi kelayakan finansial, usaha kereta ini dapat menguntungkan bagi pemkot Solo dan layak untuk dijalankan jika dilakukan investasi untuk beberapa tahun ke depan, bukan secara sewa bulanan.


(18)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemerintah harus mencari alternatif sektor ekonomi yang dianggap pas untuk mempercepat pembangunan di Indonesia. Pembangunan yang dilakukan sekarang ini pada hakekatnya adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan. Salah satu bentuk pembangunan yang ditempuh adalah pembangunan di bidang industri pariwisata. Sektor pariwisata diyakini tidak hanya sekedar mampu menjadi sektor andalan dalam usaha meningkatkan perolehan devisa untuk pembangunan yang sekarang sedang giat-giatnya dilakukan pemerintah, industri pariwisata juga digunakan sebagai pendorong perkembangan perekonomian suatu daerah.

Harapan bahwa sektor pariwisata akan mampu menjadi pengganti pemasok devisa utama setelah Migas bukanlah harapan kosong semata, dalam kenyataannya Indonesia memang memiliki potensi alam dan budaya yang luar biasa melimpah dan benar-benar layak untuk dibanggakan sebagai sumber industri pariwisata yang masih luas dan belum banyak terjamah oleh tangan manusia. Sektor pariwisata diharapkan akan dapat menciptakan produk-produk yang memang berkualitas dengan keragaman alam dan budaya ini.


(19)

commit to user

Tabel 1.1 Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Menurut Pintu Masuk Bandara 1997-2009

Tahun Jumlah

Wisatawan

1997 5,185,243

1998 4,606,416

1999 4,727,520

2000 5,064,217

2001 5,153,620

2002 5,033,400

2003 4,467,021

2004 5,321,165

2005 5,002,101

2006 4,871,351

2007 5,505,759

2008 6,234,497

2009 6,323,730

Sumber : www.bps.go.id

Dari tabel 1.1 di atas terlihat bahwa pada tahun 2008 dan 2009 jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia melalui pintu masuk bandara mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya yang berkisar antara 4 juta sampai 5 juta menjadi 6.234.497 orang pada tahun 2008 dan 6.323.730 pada tahun 2009. Hal ini dapat menjadi indikator bahwa perkembangan pariwisata di Indonesia mulai tahun 2008 meningkat.

Pembangunan di bidang industri pariwisata sendiri tidak terlepas dari pemilihan penciptaan suatu bentuk atraksi wisata sebagai daya tarik utama sehingga diharapkan dengan adanya atraksi wisata baru akan meningkatkan kedatangan wisatawan sehingga akan tercipta sinergi antara sektor pariwisata dengan sektor lainnya, seperti sektor ekonomi (sumber devisa dan pajak), sektor sosial (penciptaan lapangan kerja baru), dan sektor kebudayaan


(20)

commit to user

(memperkenalkan kebudayaan setempat kepada wisatawan). Pada aspek ekonomi, diharapkan akan tercipta peningkatan perekonomian masyarakat.

Salah satu kota di Jawa tengah yang menjadi tujuan wisata baik domestik maupun mancanegara yaitu kota Surakarta atau lebih dikenal dengan sebutan kota Solo, karena kota Solo merupakan kota budaya dan pusat kesenian jawa serta keberadaan industri batik tulisnya yang sampai saat ini masih tetap dilestarikan. Dalam hal ini kota Surakarta harus mampu mengolah budayanya sendiri sehingga menjadi penopang bagi perkembangan industri pariwisata. Upaya-upaya membangkitkan industri pariwisata di Surakarta ini tidak akan bisa apabila hanya dikerjakan oleh orang-orang pariwisata saja, tetapi peran masyarakat dan sektor lain akan sangat dibutuhkan.

Perkembangan pariwisata di Kota Solo dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Hal ini terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan ke kota Solo yang selalu meningkat.

Tabel 1.2 Jumlah Wistawan yang berkunjung ke Kota Surakarta 2003-2008 Tahun Wisatawan Mancanegara (Wisman) Wisatawan Nusantara (Wisnus) Jumlah Wisman Dan Wisnus 2003 2004 2005 2006 2007 2008 7.629 7.585 9.649 10.626 11.922 13.859 737.025 722.890 760.685 904.984 960.625 1.029.003 744.654 730.475 769.744 915.610 972.547 1.042.862 Sumber : Dinas Pariwisata Surakarta, 2009


(21)

commit to user

Dari tabel 1.2, terlihat bahwa pada tahun 2004 jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota Solo mengalami penurunan tapi pada tahun 2005 sampai 2008 mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah kunjungan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2008. Hal ini dikarenakan pada tahun 2008 terdapat event berskala internasional yang digelar di Surakarta seperti Solo Batik Carnival (SBC) dan Solo International Ethnic Music (SIEM). Melihat jumlah wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke kota Surakarta selalu bertambah berarti permintaan akan jasa pariwisata pun bertambah. Pariwisata di Surakarta ini masih dapat dikembangkan lagi dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada, salah satunya dengan cara menciptakan suatu event atau atraksi wisata dari potensi yang dimiliki kota Surakarta. Secara garis besar ada empat kelompok yang merupakan daya tarik bagi wisatawan datang pada suatu daerah tujuan wisata, yaitu natural

attraction (seperti pemandangan, danau, air terjun, agro wisata, flora dan

fauna, dan sebagainya) build attraction (seperti bangunan yang menarik, rumah adat, dan lain-lain), cultural attraction (diantaranya peninggalan sejarah, cerita-cerita rakyat, kesenian tradisional, museum, festival kesenian, dan semacamnya), dan social attraction (meliputi tata cara hidup suatu masyarakat, ragam bahasa, upacara perkawinan, khitanan, dan kegiatan sosial lainnya) (Yoeti, 2009: 167-168).

Produk pariwisata di Kota Surakarta tidak akan lepas dari hal yang berkaitan dengan budaya. Sebagai wujud kepedulian pemerintah kota Surakarta dalam menyediakan produk atraksi wisata yang bercorak budaya


(22)

commit to user

bagi masyarakat umum dalam suasana yang menyenangkan serta tidak terlepas dari nilai-nilai kearifan Pemkot Surakarta, maka pada Selasa tanggal 20 Oktober 2009 dirut PT KA Ignasius Jonan dan pemeritah kota Solo Joko Widodo telah sepakat dan menandatangani perjanjian kerja sama operasional Lokomotif Uap untuk operasional kereta uap wisata di Loji Gandrung Solo. Pengoperasian kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” ini diresmikan oleh menteri perhubungan (Menhub) Jusman Syafi’i Djamal. Menhub Jusman Syafi’i Djamal, dalam sambutannya mengungkapkan pengoperasian kereta wisata uap kuno itu merupakan terobosan yang sangat berani dari Pemerintah Kota (Pemkot) Solo dalam bidang perhubungan dan pariwisata. Menhub berharap langkah inovatif semacam itu bisa diikuti oleh daerah-daerah lain, khususnya yang memiliki keistimewaan berupa rel kereta api di tengah kota agar memberdayakan potensi tersebut (Solopos.com 27 September 2009).

Makna dari diaktifkannya kereta uap tersebut yaitu untuk melestarikan benda bersejarah heritage milik PT KA tidak hanya dilakukan dalam wujud monumen yang statis akan tetapi dapat dilakukan dalam bentuk monumen yang dinamis, sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat ataupun wisatawan yang berkunjung ke kota Solo. Kota Solo telah mendeklarasikan diri sebagai kota pusaka dan kota budaya maka keberadaan lokomotif uap kuno ini selain mendukung pelestarian heritage, juga sebagai salah satu upaya

mem-branding kota.

Kereta uap wisata ini beroperasi di jalur kereta api Stasiun Purwosari hingga Stasiun Solo Kota, jalur yang melintas menelusuri Kota


(23)

commit to user

Solo itu sepanjang enam kilometer tepat bersisian dengan Jl Slamet Riyadi hingga berakhir di Stasiun Sangkrah (Solo Kota). Apabila menggunakan KA melewati jalur itu, seolah-olah kita dihidangkan dengan sebagian wajah Kota Solo. Jalan rel itu membentang sepanjang Jl Slamet Riyadi yang merupakan jalan utama di tengah Kota Solo.

Rencananya, KA Uap akan dioperasionalkan pada hari Sabtu dan Minggu. Sementara pada hari lain, akan disewakan untuk tur. Sepanjang jalur kereta bisa berhenti di Solo Grand Mall, Loji Gandrung, Sriwedari, Museum Radyapustaka, Museum Batik, Pasar Ngarsapura, dan Gladak atau tergantung pesanan (Prasetyo, 2009). Tarif kereta api wisata yang ditarik dengan loko ketel uap "Sepur Kluthuk Jaladara" yaitu Rp 150.000,00 untuk wisatawan luar Solo dan Rp 30.000,00 untuk masyarakat yang memiliki KTP Solo. Masyarakat menilai harga tiket yang ditawarkan cukup tinggi dan dengan harga tiket setinggi itu, tentu kereta ini menjadi ekslusif karena hanya kalangan tertentu yang bisa menikmatinya. Biaya operasional lokomotif uap kuno ini memang cukup mahal, sebab menggunakan bahan bakar kayu jati yang kini sudah mulai langka sehingga sekali pengoperasian (PP) dari Stasiun Purwosari hingga Sangkrah sepanjang 5,6 KM menelan biaya Rp 3,2 juta, belum lagi menyangkut biaya perawatan padahal kapasitas dua gerbong yang disediakan hanya 80 penumpang. Pada awal kedatangan KA itu, Wali Kota menyatakan optimistis bahwa pengoperasian kereta uap ini akan bisa mendatangkan pendapatan asli daerah (PAD) (Prasetyo, 2009).


(24)

commit to user

Penciptaan dan biaya operasional event atau atraksi wisata ini memerlukan biaya yang tidak sedikit, padahal daya tampung gerbong hanya berkapasitas sekitar 80 orang akibatnya untuk menutup biaya operasional, harga tiket yang ditawarkannya pun tergolong tinggi untuk masyarakat yang berpenghasilan menengah sehingga tidak menutup kemungkinan akan menghadapi suatu kegagalan. Oleh karena itu diperlukan penelitian yang lebih mendalam untuk menganalisa secara ekonomi usaha jasa pariwisata kereta uap wisata “Jaladara” ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan suatu masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah deskripsi usaha kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara? 2. Bagaimanakah manfaat ekonomi pariwisata yang ditimbulkan dari usaha

kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara?

3. Bagaimanakah kelayakan usaha produk pariwisata kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” di kota Surakarta ?


(25)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan usaha kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara.

2. Mengetahui dan menganalisis manfaat ekonomi pariwisata yang ditimbulkan dari usaha kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara.

3. Mengetahui dan menganalisis kelayakan usaha kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara.

D. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan kebijakan atau keputusan, dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan Surakarta pada khususnya dan Pemperintah Kota Surakarta pada umumnya.

2. Sebagai acuan / referensi bagi penelitian berikutnya.

3. Menambah studi kepustakaan dalam bidang analisis ekonomi sebuah usaha jasa pariwisata.


(26)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Dasar

1. Pengertian Kereta Api

Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbong (dirangkaikan dengan kendaraan lainnya). Rangkaian kereta atau gerbong tersebut berukuran relatif luas sehingga mampu memuat penumpang maupun barang dalam skala besar. Karena sifatnya sebagai angkutan massal efektif, beberapa negara berusaha memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi utama angkutan darat baik di dalam kota, antarkota, maupun antar negara.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_api, 20 September 2009).


(27)

commit to user

Kereta api dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_api, 20 September 2009) :

a. Dari segi propulsi (tenaga penggerak)

propulsi kereta api dibedakan menjadi 3, yaitu : 1) Kereta api uap

Kereta api uap adalah kereta api yang digerakkan dengan uap air yang dibangkitkan/dihasilkan dari ketel uap yang dipanaskan dengan kayu bakar, batu bara ataupun minyak bakar, oleh karena itu kendaraan ini dikatakan sebagai kereta api dan terbawa sampai sekarang. Sejak pertama kali kereta api dibangun di Indonesia tahun 1867 di Semarang telah memakai lokomotif uap, pada umumnya dengan lokomotif buatan Jerman, Inggris, Amerika Serikat dan Belanda. Paling banyak ialah buatan Jerman.

2) Kereta api diesel

Lokomotif diesel adalah jenis lokomotif yang bermesin diesel dan umumnya menggunakan bahan bakar mesin dari solar. Ada dua jenis utama kereta api diesel ini yaitu kereta api diesel hidraulik dan kereta api diesel elektrik.

3) Kereta api listrik

Kereta Rel Listrik, disingkat KRL, merupakan kereta yang bergerak dengan sistem propulsi motor listrik. Di Indonesia, kereta rel listrik terutama ditemukan di kawasan Jabotabek, dan


(28)

commit to user

merupakan kereta yang melayani para komuter (lihat KRL Jabotabek). Kereta rel listrik berbeda dengan lokomotif listrik. b. Dari segi rel

1) Kereta api rel konvensional

Kereta api rel konvensional adalah kereta api yang umum dijumpai. Menggunakan rel yang terdiri dari dua batang besi yang diletakan di bantalan. Di daerah tertentu yang memliki tingkat ketinggian curam, digunakan rel bergerigi yang diletakkan di tengah tengah rel tersebut serta menggunakan lokomotif khusus yang memiliki roda gigi.

2) Kereta api monorel

Kereta api monorel (kereta api rel tunggal) adalah kereta api yang jalurnya tidak seperti jalur kereta yang biasa dijumpai. Rel kereta ini hanya terdiri dari satu batang besi. Letak kereta api didesain menggantung pada rel atau di atas rel. Karena efisien, biasanya digunakan sebagai alat transportasi kota khususnya di kota-kota metropolitan dunia dan dirancang mirip seperti jalan layang.

2. Teori dan Kriteria Kelayakan Usaha

Dalam ruang lingkup ilmu pengetahuan manajemen secara luas, studi kelayakan bukanlah sebuah disiplin ilmu tersendiri. Studi ini merupakan bidang terapan dari berbagai disiplin ilnu manajemen, ekonomi, dan berbagai ilmu sosial lainnya. Secara lebih khusus, untuk


(29)

commit to user

melakukan studi kelayakan usaha digunakan peralatan analisis yang ada dalam bidang ilmu manajemen keuangan, manajemen pemasaran, manajemen sumber daya manusih, manajemen operasi, dan manajemen um1im (general nrunagement). Di samping itu, juga diperlukan peralatan analisis ilmu ekonomi (mikoekonomi, seperti struktur pasar dan persaingan, dan makroekonomi, seperti kecenderungan inflasi, tingkat bunga, dan kurs).

Sebelum masuk ke dalam suatu bidang usaha, pemodal (investor) akan menilai terlebih dahulu apakah kas yang dikeluarkannya untuk membangun dan mengoperasikan usaha tersebut dapat menghasilkan kas yang lebih besar. Kas yang dihasilkan oleh perusahaan akan diperoleh dalam beberapa tahun kemudian. Oleh karena itu arus kas di masa yang akan datang tersebut dinilai saat ini (present value). ltulah sebabnya, perhitungan kelayakan suatu usaha yang paling utama didasarkan atas kriteria yang disebut Net Present Value (NPV). Inti dari konsep NPV, sesuai dengan namanya, adalah nilai bersih dari arus kas masuk dan keluar yang dihitung pada saat ini, atau periode nol (Zubir, 2005: 5).

a. Konsep Nilai Sekarang (Present Value)

Dalam teori capital budgeting kita berhadapan dengan konsep nilai waktu dari uang (time value of money). Uang sebesar Rp100,00 saat ini lebih tinggi nilainya dibanding uang sejumlah sama jika diterima setahun kemudian. Uang yang kita miliki saat ini, jika


(30)

commit to user

diinvestasikan atau didepositokan di bank dengan tingkat bunga 10% per tahun akan menjadi Rp110,00 pada akhir tahun pertama. Jika pada tahun kedua tingkat bunga tetap l0%, maka pada akhir tahun kedua investasi atau deposito tersebut akan bernilai Rp121,00. Dengan demikian, uang yang diterima sebesar Rp100,00 saat ini setara nilainya dengan Rp110,00 jika uang tersebut diterima setahun kemudian atau Rp121,00 jika diterima dua tahun kemudian (Zubir, 2005: 6).

b. Arus Kas Usaha (Cash Flow)

Arus kas usaha terdiri dari arus kas keluar (cash outfow) dan arus kas rnasuk (cash inflow) antara keduanya disebut sebagai arus kas bersih (net cash flow). Dalam praktik dikenal dua macam arus kas, yaitu arus kas operasional dan arus kas proyek. Arus kas operasi merupakan penerimaan dan pengeluaran kas dalam operasi perusahaan sehari-hari. Arus kas operasional dinyatakan dalam laporan arus kas, baik dalam bentuk langsung (direct method), maupun tidak langsung (indirect method). Pada umumnya manajer keuangan lebih banyak menggunakan laporan arus kas dalam bentuk langsung karena berkaitan langsung dengan penerimaaan, pengeluaran, dan saldo kas setiap akhir periode. Laporan arus kas langsung menginformasikan besarnya kas yang tersedia pada akhir periode Sedangkan arus kas tak langsung dapat kita jumpai pada laporan keuangan audit yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik


(31)

commit to user

(KAP). Laporan ini dimaksudkan untuk menjelaskan penggunaan setiap rupiah uang perusahaan selama satu periode yang tercantum dalam neraca dan laporan rugi-laba perusahaan tersebut. Laporan arus kas tak langsung pada akhirnya akan memberikan besarnya perubahan kas selama satu periode (Zubir, 2005: 7).

Arus kas kelayakan usaha merupakan proyeksi beberapa tahun ke depan yang terdiri dari arus kas keluar dan arus kas masuk. Selisih antara arus kas masuk dan arus kas keluar disebut arus kas bersih. Besarnya arus kas masuk suatu usaha berasal dari laba operasi setelah dikurangi dengan pajak atas laba operasi tersebut setiap periode, kemudian ditambah dengan biaya penyusutan, nilai sisa harta tetap dan modal kerja bersih pada akhir periode proyeksi. Arus kas keluarnya adalah untuk pembelian barang modal (harta tetap) dan penambahan modal kerja setiap periode (incremental working capital). Dalam perhitungan arus kas usaha tersebut tidak dimasukkan pembayaran bunga, deviden, dan cicilan. Pembayaran bunga dan deviden tidak dimasukkan sebagai arus kas keluar karena keduanya merupakan imbalan atas modal patungan para pemilik proyek (investor dan kreditur/bank). Demikian pula, pembayaran cicilan juga tidak diperhitungkan dalam arus kas keluar karena cicilan juga merupakan pengembalian terhadap modal dari kreditur/bank sebagai pemilik proyek itu sendiri (Zubir, 2005: 10).


(32)

commit to user c. Biaya Modal (Cost of Capital)

Sumber dana yang digunakan oleh perusahaan, baik pinjaman maupun modal sendiri, menanggung beban yang disebut sebagai biaya modal (cost of capital). Biaya pinjaman disebut sebagai cost of debt

dan biaya modal sendiri disebut cost of equity. Biaya usaha yang menggunakan modal pinjaman dan modal sendiri adalah rata-rata tertimbang dari cost of debt dan cost of equity dengan pembobotnya adalah porsi masing-masing sumber dana yang digunakan (Zubir, 2005: 21).

d. Ukuran Kelayakan Usaha

Ukuran kelayakan usaha yang umum digunakan adalah net

present value (NPV), internal rate of return (IRR) dan payback period

(Zubir, 2005: 30-32)

1) Net Present Value (NPV)

NPV adalah nilai sekarang dari arus kas usaha pada masa yang akan datang yang didiskontokan dengan biaya modal rata-rata yang digunakan kemudian dikurangi dengan nilai investasi yang telah dikeluarkan. Dapat dikatakan bahwa suatu usaha akan diambil jika NPV lebih besar atau sama dengan nol. Namun demikian, proyek yang mempunyai NPV positif perlu dicermati lebih lanjut dengan menguji sensitivitas NPV tersebut terhadap besaran beberapa asumsi yang digunakan.


(33)

commit to user

2) Internal Rate Of Return (IRR)

IRR adalah discount rate yang menyamakan nilai sekarang

(present value) dari arus kas masuk dan nilai investasi suatu usaha.

Dengan kata lain, IRR adalah discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol.

3) Payback Period (PBP)

Ukuran kelayakan usaha lainnya yang banyak digunakan oleh investor adalah payback period, yaitu jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi yang telah dikeluarkan dengan total nilai sekarang arus kas yang akan dihasilkan. Semakin cepat investasi tersebut dapat dikembalikan, semakin baik usaha tersebut untuk dipilih.

e. NPV, IRR, atau Payback Period?

Pada umumnya, dalam menilai suatu usulan investasi ketiga kriteria tersebut dapat ditampilkan. Jika investor hanya menekankan pada payback period saja, karena adanya keterbatasan waktu yang harus dipenuhi oleh setiap investasi yang diambil, misalnya, investasi disuatu usaha tidak boleh lebih dari tiga tahun, maka usaha yang akan dipilih adalah yang mempunyai payback period di bawah tiga tahun, tanpa memperhatikan bahwa ada usaha tersebut akan mernberikan arus kas bersih yang besar pada tahun selanjutnya dan NPV yang lebih besar pula daripada usaha yang dipilih. Sehingga pilihan investasi tersebut tidak rnemberikan nilai tambah maksimum


(34)

commit to user

bagi investor. Manajer keuangan lebih suka mernilih usaha berdasarkan IRR karena lebih menekankan pada return (dinyatakan dalam persentase) sebagai hasil relatif terhadap investasi yang dikeluarkan. NPV merupakan pendekatan terbaik dikaitkan dengan tujuan perusahaan untuk memaksimumkan nilai atau kekayaan perniliknya. NPV rnenggarnbarkan nilai tambah bagi pemilik yang diciptakan oleh suatu usaha dengan cost of capital yang realistis. Dalam kenyataannya, perhitungan ketiga kriteria investasi tersebut ditampilkan untuk mendukung suatu usulan (proposal) usaha baru.

3. Aspek Umum dan Organisasi

a. Gambaran Umum Usaha

Gambaran umum usaha ini meliputi latar belakang pendirian usaha, kegiatan usaha, bentuk badan hukum, izin-izin yang diperlukan, dan sumber-sumber permodalannya (Zubir, 2006:45-47).

1) Tujuan pendirian usaha

Tujuan pendirian perusahaan biasanya dinyatakan dalam akta pendiriannya. Jika usaha tersebut merupakan proyek perluasan, maka dalam studi kelayakannya sering juga dicantumkan sejarah berdirinya perusahaan tersebut sampai mencapai kondisi saat ini dan rencana di masa yang akan dating, biasanya dinyatakan dalam bentuk perkembangan operasi dan keuangannya. Jika usaha baru tersebut berbeda dari kegiatan induknya, atau bukan perluasan usaha dan belum mempunyai akta, maka pendirian perusahaan itu


(35)

commit to user

disebut sebagai diversifikasi usaha dari perusahaan yang bersangkutan. Dalam tujuan pendirian atau perluasan usaha dapat pula dinyatakan manfaat langsung dan tidak langsung dari proyek tersebut, baik terhadap pemilik maupun terhadap lingkungannya. Pada intinya, tujuan perusahaan tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik dan masyarakat di sekitarnya. 2) Perizinan

Dokumen-dokumen perizinan harus sudah diperoleh sebelum usaha tersebut siap dioperasikan. Dalam tahap perencanaan proyek sudah diperhitungkan segala macam jenis perizinan yang akan harus dipenuhi. Misalnya, surat izin penanaman modal dari Badan Koordinasi Penanaman Modal, khususnya untuk penanaman modal asing, surat izin usaha perdagangan (SIUP) dan Surat Tanda Daftar Perusahaan dari Departemen Perdagangan, Surat Daftar Rekanan, Surat Keterangan Domisili, dan Surat Izin Mendirikan Bangunan dari Pemerintah Daerah, Nomor Pokok Wajib Pajak, Angka Pengenal Impor Terbatas (APIT) untuk keperluan mengimpor barang-barang modal, bahan baku, dan lain-lain. Jika usaha tersebut merupakan proyek perluasan maka surat-surat izinnya akan mengikuti surat-surat izin perusahaan yang sudah ada, kecuali beberapa surat izin baru yang harus diperoleh, yaitu IMB untuk memperluas bangunan dan surat izin penanaman modal dari BKPM.


(36)

commit to user 3) Kegiatan usaha

Dalam bagian ini akan dijelaskan lokasi usaha dan bidang kegiatan yang akan dilaksanakan, termasuk juga segment pasar dan daerah atau wilayah yang akan dilayani. Disamping itu, diuraikan pula manfaat yang akan diberikan oleh usaha tersebut terhadap lingkungan dan perekonomian sekitarnya. Pada umumnya, manfaat yang diberikan oleh usaha baru tersebut dinyatakan secara kualitatif. Pada proyek-proyek pemerintah atau public service

perhitungan biaya dan manfaat (cost benefit analysis) dari segi social juga merupakan variable utama yang menjadi dasar pertimbangan dibangunnya suatu usaha.

4) Bentuk hukum badan usaha

Bentuk hukum dan badan usaha sesuai dengan akta pendiriannya. Pada umumnya berbentuk perseroan terbatas (PT) atau koperasi. Usaha baru mungkin saja tidak memiliki akta tersendiri karena usaha tersebut bernaung sebagai unit usaha dibawah induknya. Jika badan usaha tersebut dijadikan suatu badan usaha tersendiri maka harus dilengkapi dengan perizinan atau persyaratan yang berlaku sesuai dengan bentuk hukum badan usahanya.

5) Permodalan

Dalam bagian ini dijelaskan kebutuhan modal dan sumber pendanaannya (modal pemilik, pinjaman bank, dan lain-lain). Jika


(37)

commit to user

usaha tersebut didirikan oleh beberapa orang, maka komposisi atau porsi modal masing-masing pemilik sudah dinyatakan di dalam akte pendiriannya. Kebutuhan dana yang dicantumkan dalam bagian ini disesuaikan dengan harapan pemilik dan peraturan perbankan dalam pembiayaan investasi tersebut. Jika usaha tersebut merupakan proyek perluasan, sumber permodalannya dapat pula berasal dari dana yang disisihkan dari kekayaan perusahaan (sumber dana internal) atau modal cadangan dan dana pensiun karyawan.

b. Organisasi dan Personalia

Dalam aspek organisasi dibahas komposisi pengurus (komisaris dan direksi), struktur organisasi, jabatan-jabatan dan uraian tugasnya, serta jumlah kebutuhan tenaga kerja dan penggajian. Organisasi perusahaan disusun sesuai dengan bentuk usaha dan besarnya kegiatan yang akan dilakukan, sehingga pengoperasiannya dapat berjalan dengan lancar (Zubir, 2006:47).

4. Aspek Pemasaran

Aspek pemasaran menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi permintaan dan penawaran produk atau jasa yang sama yang sudah ada saat ini serta perkembangannya di masa yang akan datang. Jika permintaan terhadap produk atau jasa yang ada serta prospeknya di masa yang akan datang lebih kecil daripada penawarannya, maka pembangunan proyek yang menghasilkan produk yang sama dan teknologi yang sama


(38)

commit to user

dengan perusahaan yang sudah ada di pasar tidak layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya, jika tersedia market space, maka perlu diperhitungkan apakah pasar yang tersedia dan perkembangannya akan mampu menampung proyek baru tersebut. Selain itu, perlu diingat bahwa

market space yang cukup besar akan menarik pesaing untuk masuk ke

dalam usaha yang sama atau memperluas kapasitas yang sudah ada.

Atas dasar hal-hal tersebut maka yang dibahas dalam aspek pemasaran adalah sebagai berikut (Zubir, 2006:55) :

a. Produk (barang/jasa) yang ditawarkan b. Perkembangan permintaan dan prospeknya c. Perkembangan penawaran dan prospeknya

d. Market space dan market share

e. Program pemasaran yang meliputi :

1) Daerah pemasaran dan pengembangannya 2) Kebijakan harga jual dan sistem pembayaran 3) Saluran distribusi

4) Promosi.

5. Teori dan Kriteria Kelayakan Proyek

a. Pengertian Proyek

Proyek adalah suatu keseluruhan rangkaian aktivitas (activity)

yang dapat direncanakan, yang didalamnya menggunakan sumber-sumber (input) untuk mendapatkan manfaat (benefit) atau hasil


(39)

commit to user

saat mulai (starting point) dan saat berakhir (ending point) (Kadariah, 1999:1).

Pengertian proyek menurut Gray yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. (Gray, 2002:1)

Proyek merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dapat dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat (benefit). Aktivitas suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan

(objective) yang mempunyai suatu titik tolak (starting point) dan suatu

titik akhir (ending point) (Kadariyah, 1999:1).

Sumber-sumber (input) dalam pelaksanaan suatu proyek, yang dapat dipergunakan antara lain yang berbentuk barang-barang modal, tanah, barang setengah jadi, bahan-bahan mentah, tenaga kerja, dan waktu. Sumber-sumber tersebut sebagian atau seluruhnya dapat dianggap sebagai barang dan jasa konsumsi yang dikorbankan dari penggunaan masa sekarang untuk memperoleh benefit yang lebih besar di masa datang.

Suatu proyek, baik proyek publik maupun proyek swasta biasanya dimulai dengan timbulnya suatu gagasan pengusutan dari seseorang atau lembaga, kemudian dari gagasan tersebut,proyek akan melalui tahapan (Gray, 2002 : 3-4 ).


(40)

commit to user

Gambar 2.1 Siklus Suatu Proyek

Sumber : Gray (2002) a. Identifikasi

Tahap pertama yang dilakukan adalah identifikasi, yaitu menentukan calon-calon proyek yang perlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan.

b. Formulasi

Mengadakan persiapan dengan mengadakan pra studi kelayakan dengan meneliti sejauh mana calon – calon proyek tersebut dapat dilaksanakan menurut aspek – aspek teknis,institusional,social,dan eksternalitas.Setelah mempertimbangkan aspek – aspek tersebut barulah studi kelayakan dapat disusun.

c. Analisis

Mengadakan evaluasi terhadap laporan – laporan studi kelayakan yang ada.Studi kelayakan proyek tersebut dianalisis untuk memilih

I Identifikasi

II Formulasi

III Analisis IV

Implementasi VI

Evaluasi

V Operasi


(41)

commit to user

yang terbaik di antara berbagai alternatif proyek yang ada,berdasarkan suatu ukuran tertentu.

d. Implementasi

Implementasi merupakan tahap pelaksanaan proyek tersebut.Pada tahap ini,tanggung jawab dari para perencana serta penilaian proyek adalah mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan fisik proyek agar sesuai dengan final desaign-nya. e. Operasi

Tahap operasi ini dipertimbangkan metode – metode pembuatan laporan atas pelaksanaan operasinya.Laporan tersebut diperlukan untuk tahap selanjutnya.

f. Evaluasi Hasil

Tahap yang terakhir yaitu evaluasi atas hasil-hasil pelaksanaan serta operasi proyek,berdasarkan laporan-laporan yang masuk pada tahap-tahap sebelumnya.Di sini dibandingkan antara apa yang direncanakan dan hasil yang dicapai. Hasil evaluasi ini diperlukan untuk mengadakan perbaikan bagi proyek-proyek berikutnya atau untuk mengembangkan gagasan satu dalam memilih proyek – proyek baru.

b. Pengertian Kelayakan Proyek

Studi kelayakan atau feasibility study pada hakekatnya adalah metode penjajagan dari suatu gagasan proyek tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan.


(42)

commit to user

Studi Kelayakan Proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda-beda. Ada yang menafsirkan dalam artian yang lebih terbatas, ada juga yang mengartikan dalam artian yang lebih luas. Artian yang lebih terbatas terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang terutama lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi sedangkan dari pihak pemerintah, atau lembaga non profit, pengertian menguntungkan bisa dalam arti yang lebih relatif. Mungkin dipertimbangkan berbagai manfaat bagi masyarakat luas yang bisa berwujud penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah di tempat tersebut dan sebagainya (Husnan, 2000:4).

Studi kelayakan proyek atau yang juga dikenal dengan evaluasi proyek adalah penilaian proyek berdasarkan efisiensi operasional secara teknis, ekonomis, maupun manajerial. Inti dari evaluasi proyek adalah dengan menimbang manfaat dan biaya dari proyek tersebut, apabila manfaat proyek tersebut lebih besar dari biaya yang digunakan maka proyek dikatakan efisien dan sebaliknya apabila manfaat proyek tersebut lebih kecil dari biaya proyek maka proyek tersebut tidak efisien. Oleh karena itu evaluasi proyek merupakan alat bantu yang penting bagi penentu kebijakan.


(43)

commit to user

c. Maksud dan Tujuan Studi Kelayakan

Umumnya investasi memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu studi kelayakan terhadap proyek yang akan dilaksanakan. Studi kelayakan perlu dilakukan agar investasi yang terlanjur ditanamkan mampu menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

Tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Tentu saja studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil apabila dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah yang sangat besar (Husnan, 2000:7).

Pada umumnya suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek, yaitu (Husnan, 2000:4-5):

1) Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri (sering juga disebut sebagai manfaat finansial), yang berarti apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko proyek tersebut.

2) Manfaat ekonomi proyek tersebut bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (sering juga disebut sebagai manfaat ekonomi


(44)

commit to user

nasional). Yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu negara.

3) Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Ini merupakan studi yang relatif paling sulit untuk dilakukan.

Dalam pengevaluasian proyek suatu proyek terdapat 6 aspek yang perlu diperhatikan, yaitu (Kadariah, 1999:1) :

1) Aspek teknis, meliputi evaluasi tentang input dan output dari barang dan jaa yang akan diperlukan dan diproduksi oleh produsen. 2) Aspek manajerial dan administratif, menyangkut kemampuan staf proyek untuk menjalankan administrasi aktivitas dalam ukuran besar (large scale activities).

3) Aspek organisasi, perhatian utamanya ditujukan pada hubungan antara administrasi proyek dengan bagian administrasi pemerintah lainnya dan untuk melihat apakah hubungan antara masimg-masing wewenang dan tanggung jawab dapat diketahui dengan jelas. 4) Aspek komersial, menyangkut penawaran barang dan jasa (input)

yang diperlukan proyek baik pada saat membangun proyek maupun pada saat proyek sudah diproduksi dan menganalisa pemasaran output yang akan diproses oleh produsen.

5) Aspek finansial, menyangkut terutama perbandingan antara pengeluaran uang dengan revenue earning proyek, apakah proyek itu terjamin dana yang diperlukannya, apakah proyek mampu


(45)

commit to user

membayar kembali dana itu akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri.

6) Aspek ekonomis, diperlukan dalam rangka apakah proyek tersebut akan memberikan sumbangan atau memiliki peranan positif dalam pembangunan ekonomi seluruhnya dan apakah peranan tersebut cukup besar untuk membenarkan penggunaan sumber-sumber langka yang dibutuhkan.

d. Analisa Finansial dan Analisa Ekonomi

Perhitungan manfaat (benefit) dan biaya (cost) proyek pada dasarnya dapat dilakukan lewat dua macam pendekatan, tergantung pada pihak yang berkepentingan langsung dalam proyek. Suatu perhitungan dikatakan sebagai analisis privat atau analisis finansial, bila yang berkepentingan langsung dalam manfaat dan biaya proyek adalah individu atau pengusaha. Dalam hal ini yang dihitung sebagai

benefit adalah apa yang diperoleh orang-orang atau badan-badan

swasta yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut.

Sebaliknya suatu perhitungan dikatakan perhitungan sosial atau perhitungan ekonomi apabila yang berkepentingan langsung dalam manfaat dan biaya proyek adalah pemerintah atau masyarakat secara keseluruhan. Menurut pendekatan ini yang dihitung sebagai benefit

adalah seluruh manfaat yang terjadi di masyarakat sebagai hasil dari proyek, tanpa melihat siapa yang menerima hasil dari proyek tersebut dan siapa mengorbankan sumber-sumber tersebut.


(46)

commit to user

Pada dasarnya perhitungan dalam analisis privat dan analisis ekonomi berbeda menurut lima hal, yaitu sebagai berikut (Gray, 2002:8-11) :

1) Harga

Harga di dalam analisis finansial yang digunakan adalah harga-harga pasar baik untuk sumber-sumber yang dipergunakan dalam proses maupun untuk hasil-hasil produksi dari proyek. Sementara dalam analisis ekonomi yang dipergunakan adalah shadow prices

atau accounting prices, yaitu hatga-harga yang disesuaikan sedemikian rupa untuk menggambarkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari suatu barang atau jasa tersebut.

2) Pajak

Pajak di dalam analisis finansial, pajak merupakan biaya yang dibayarkan kepada pemerintah sehingga akan mengurangi benefit.

Sedangkan dalam analisis ekonomi, pajak merupakan transfer, yaitu bagian dari benefit yang diserahkan kepada pemerintah, jadi tidak mengurangi benefit.

3) Subsidi

Subsidi adalah transfer yang perhitungannya merupakan kebalikan dari pajak. Dalam analisis finansial, penerimaan subsidi berarti pengurangan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik proyek, sehingga subsidi akan mengurangi biaya. Namun dalam analisis ekonomi subsidi dianggap sebagai sumber-sumber yang dialihkan


(47)

commit to user

dari masyarakat yang digunakan dalam proyek. Oleh sebab itu subsidi yang diterima oleh proyek merupakan beban masyarakat, jadi jika dilihat dari segi ekonomi tidak mengurangi proyek.

4) Biaya investasi dan pelunasan pinjaman

Biaya investasi pada permulaan proyek dalam analisis finansial hanyalah yang dibiayai dengan modal saham si penanam modal itu sendiri. Namun arus pelunasan pinjaman serta bunganya yang berlaku pada tahap produksi menjadi beban penanam modal. Sementara pada analisis ekonomi, seluruh biaya investasi, apakah dibiayai dengan modal yang dihimpun dari dalam maupun luar negeri, dengan modal saham / pinjaman dianggap sebagai biaya proyek pada saat dikeluarkannya. Jadi pelunasan pinjaman yang digunakan untuk membiayai sebagian investasi diabaikan guna menghindari penghitungan ganda (double counting). Pengecualian terjadi bila bagian yang dibiayai dengan pinjaman luar negeri yang diperuntukkan hanya untuk proyek itu sendiri. Sehingga dana tersebut tidak dapat diperuntukkan untuk membiayai proyek lain. 5) Bunga

Bunga atas pinjaman dari dalam atau luar negeri dalam analisis finansial, merupakan biaya proyek sedangkan dalam analisis ekonomi, bunga atas pinjaman dalam negeri tidak dimasukkan sebagai biaya karena modal tersebut dapat dianggap sebagai modal masyarakat sehingga bunganya saja dapat dianggap sebagai bagian


(48)

commit to user

dari benefit ekonomi. Pembayaran bunga dari pendapatan yang timbul karena adanya kegiatan operasi hanyalah merupakan

transfer paymens dari satu pihak kepada pihak lain.

Apabila investasi proyek tersebut dibiayai oleh pemerintah dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat, maka titik berat analisis adalah pada aspek sosial profitabilitas (social profitability), yang menekankan sampai seberapa jauh manfaat proyek tersebut kepada perekonomian secara keseluruhan. Hal ini berarti, seandainya suatu rencana investasi pemerintah ditinjau dari segi finansialnya menunjukkan hasil analisis didasarkan pada perbandingan benefit dan

cost-nya adalah lebih kecil dari satu (B/C < 1), tetapi ditinjau dari

manfaat sosialnya akan memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat maupun kehidupan perekonomian secara keseluruhan, proyek tersebut akan dilaksanakan (Khotimah, 2002: 17-18).

e. Analisis Biaya dan manfaat

Tujuan dari studi kelayakan proyek atau evaluasi proyek adalah membandingkan antara manfaat dengan biaya yang dikeluarkannya. Suatu proyek dianggap layak (feasible) apabila manfaatnya lebih besar dari biaya atau pengorbanannya.

Manfaat (benefit) adalah apa saja yang dapat menambah pendapatan nasional atau yang secara langsung maupun tidak menambah persediaan barang-barang konsumsi. Sedangkan yang


(49)

commit to user

dimaksud dengan biaya adalah apa saja yang mengrangi persediaan barang-barang konsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung.

f. Manfaat Proyek.

Pelaksanaan proyek bertujuan untuk memperoleh manfaat atau hasil. Manfaat yang dihasilkan suatu proyek dapat dibagi dalam (Khotimah: 35-37) :

1) Manfaat langsung

Adalah adanya kenaikan dalam nilai keluaran fisik dari kegiatan yang ditangani proyek. Manfaat ini berupa :

a) Kenaikan dalam nilai hasil/output dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini :

(1) Kenaikan dalam produksi fisik

(2) Perbaikan mutu produk (quality improvement)

(3) Perubahan dalam lokasi dan waktu penjualan (4) Perubahan dalam bentuk (grading and processing)

b) Penurunan biaya dapat berupa : (1) Keuntungan dari mekanisasi (2) Penurunan biaya pengangkutan

(3) Penurunan atau penghindaran kerugian 2) Manfaat tidak langsung atau manfaat sekunder

Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang timbul atau dirasakan di luar proyek karena adanya realisasi sesuatu proyek. Ada tiga macam manfaat tidak langsung, yaitu:


(50)

commit to user

a) Manfaat yang disebabkan (induced) oleh adanya proyek yang biasanya disebut multiplier effect dari proyek.

b) Manfaat yang disebabkan oleh adanya keunggulan skala besar (economics of scale).

c) Manfaat yang ditimbulkan oleh adanya pengaruh sekunder dinamik (dynamic secondary effect).

3) Manfaat yang tidak dapat dinyatakan dengan jelas (intangible

benefits) adalah manfaat yang sulit dinilai dengan uang, seperti:

a) Perbaikan lingkungan hidup

b) Perbaikan pemandangan karena adanya taman yang indah c) Perbaikan distribusi pendapatan

d) Integrasi nasional

e) Pertahanan nasional, dan lain sebagainya.

g. Biaya Proyek

Macam-macam biaya dalam suatu proyek adalah (Gray, 2002: 15-18) :

1) Modal

Opportunity cost modal adalah benefit yang dapat diperoleh bila

modal tersebut diinvestasikan dalam proyek marjinal. Shadow

price modal adalah opportunity cost tiap-tiap unit modal tersebut


(51)

commit to user 2) Tanah

Adakalanya kita harus membeli atau menyewa sebidang tanah untuk suatu proyek. Dalam hal ini, harga pembelian tanah dapat dianggap sebagai investasi. Bila tanah disewa dan sewa dibayar tiap tahun, sewa tersebut dianggap sebagai biaya yang perhitungannya dilakukan tiap tahun.

3) Bahan-bahan mentah dan barang setengah jadi

Shadow prices bahan-bahan mentah dan barang setengah jadi yang

digunakan dalam suatu proyek pada dasarnya dinilai menurut

social opportunity cost dari tiap unit barang tersebut, yaitu benefit

tiap-tiap barang itu dalam alternatif penggunaan lain. Khususnya untuk barang-barang yang dapat diperdagangkan di pasar dunia

(tradeable goods, barang-barang yang diimpor atau dapat

diekspor), digunakan harga-harga lepas pantai (border price)

sebagai shadow price yaitu harga-harga f.o.b untuk barang-barang yang dapat diekspor dan harga-harga c.i.f untuk barang-barang yang diimpor.

4) Tenaga kerja

Menentukan biaya tenaga kerja ini perlu dibedakan tenaga kerja yang terdidik/terlatih (skilled labor) dan tenaga kerja yang tidak terdidik/terlatih (unskilled labor), sebab yang biasa dinilai dengan tingkat upah bayangan (shadow wage rate) adalah tenaga kerja yang tidak terdidik/terlatih. Banyak penilai proyek beranggapan


(52)

commit to user

bahwa shadow wage tenaga kerja tidak terdidik/terlatih adalah nol. Ini didasarkan asumsi bahwa proyek akan mengambil tenaga kerja tidak terdidik itu dari kelompok penganggur, jadi opportunity

cost-nya sama dengan nol, atau walaupun di desa asal mereka dianggap bekerja, produktifitas marginal mereka di desa sama dengan nol. Namun apabila diasumsikan opportunity cost tenaga kerja tidak terdidik/terlatih tidak sama dengan nol maka pendapatan dan tingkat konsumsi mereka (tenaga kerja tidak terdidik/terlatih) akan bertambah. Pertambahan konsumsi ini akan mengurangi jumlah investasi masyarakat. dengan kata lain tenaga kerja tidak terdidik/terlatih yang dipekerjakan di proyek mempunyai social

opportunity cost paling sedikit sama dengan benefit yang diperoleh

seandainya pertambahan konsumsi mereka tersebut diinvestasikan. 5) Pelunasan utang dan bunga

Terdapat dua jenis pinjaman, pertama pinjaman dari dalam negeri dan pinjaman dari luar negeri melalui pool dana pemerintah yang penggunaanya dipengaruhi oleh pemerintah setempat termasuk bantuan luar negeri yang berasal dari sumber-sumber resmi, seperti Bank Dunia, atau melalui perjanjian bilateral. Dana semacam ini dapat digunakan untuk berbagai alternatif proyek. Jadi, penggunaan dana pinjaman untuk suatu proyek mempunyai beban sosial berupa social opportunity cost di berbagai alternatif lain.


(53)

commit to user

Oleh sebab itu pengeluaran dana dari pinjaman dianggap sebagai investasi, artinya bersifat biaya.

Kedua, terdapat pinjaman dari luar negeri yang penggunaanya terikat pada suatu proyek tertentu. Artinya, bila proyek tersebut tidak jadi dilaksanakan maka pinjaman dibatalkan. Jadi, penggunaan dana pinjaman ini dalam proyek tersebut, dana pinjaman tersebut tidak menimbulkan social opportunity cost.

Beban tersebut baru timbul pada saat pengembalian pinjaman dan pembayaran bunganya. Oleh karena itu, beban sosial pinjaman diperhitungkan pada saat investasi dilakukan, melainkan tiap-tiap tahun sepanjang pembayaran pinjaman beserta bunganya. Dalam hal ini pelunasan pinjaman beserta bunganya termasuk kedalam biaya proyek.

6) Penyusutan

Penyusutan adalah bagian dari benefit proyek yang dicadangkan tiap-tiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek sedemikian rupa sehingga merupakan dana yang mencerminkan jumlah biaya modal.

7) Sunk cost

Sunk cost adalah biaya yang sudah tertanam / dikeluarkan yang

menyangkut proyek, sebelum keputusan untuk menjalankan proyek tersebut diambil.


(54)

commit to user 8) Salvage values

Salvage values adalah nilai sisa dari modal investasi yang tidak

habis terpakai selama umur ekonomis proyek. 9) Negative externalities

Negative externalities sukar untuk diukur atau dinilai dengan

satuan mata uang. Idealnya akibat-akibat yang timbul dari negative

externalities ini sepanjang dapat diukur dan dinilai, perlu

dimasukkan sebagai bagian dari biaya (benefit) proyek.

h. Umur Proyek

Terdapat beberapa pedoman untuk menentukan panjangnya umur proyek, antara lain (Pudjosumarto, 1995: 18-19) :

1) Sebagai ukuran umum dapat diambil suatu periode (jangka waktu) yang kira-kira sama dengan umur ekonomis daripada proyek. Yang dimaksudkan umur ekonomis sesuatu asset ialah jumlah tahun selama pemakaian asset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunan dari padanya.

2) Untuk proyek-proyek yang mempunyai investasi modal yang besar sekali, lebih mudah untuk menggunakan umur tekhnis daripada unsur-unsur pokok investasi. Di dalam hal ini perlu diingat bahwa untuk proyek-proyek tertentu umur teknis daripada unsur-unsur pokok investasi adalah lama, tetapi umur ekonomisnya dapat jauh lebih pendek karena absolescence (ketinggalan jaman karena penemuan teknologi baru yang lebih efisien). Keadaan ini banyak


(55)

commit to user

terdapat pada proyek-proyek industri dan pengangkutan, tetapi jarang terdapat dalam proyek-proyek pertanian.

3) Untuk proyek-proyek yang umurnya lebih lama daripada 25 tahun dapat diambil 25 tahun, karena nilai-nilai sesudah itu jika didiscount dengan discount rate sebesar 10% ke atas, maka present value-nya sudah kecil sekali (misalnya pada rate 10 present value of an annuity factor untuk seluruh jangka waktu mulai tahun ke-26 sampai dengan tahun ke 100 hanya sebesar 0,923 yakni kurang dari nilai nominal annuity tersebut dalam satu tahun saja).

i. Kriteria Investasi

Dalam analisis proyek terdapat babarapa kriteria yang sering dipakai untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan proyek, atau untuk menentukan pilihan antara berbagai macam usulan proyek. Kriteria ini dinamakan kriteria investasi. Beberapa kriteria investasi tersebut adalah sebagai berikut (Gray, 2002: 64-78) :

1) Net Present Value (NPV)

NPV merupakan selisih antara benefit (penerimaan) dengan

cost (pengeluaran) yang telah dipresent-valuekan. Dalam mengkaji

usulan suatu proyek dengan menggunakan metode NPV apabila hasil yang di dapat dari perhitungan menggunakan metode ini positif (NPV ≥ 0) maka proyek tersebut layak untuk dijalankan. Sebaliknya bila hasil yang didapat negatif (NPV < 0) maka proyek tersebut dianggap tidak layak.


(56)

commit to user Dimana :

= Benefit sosial bruto proyek pada tahun t.

= Cost sosial bruto proyek pada tahun t.

n = Umur ekonomis proyek

= tingkat bunga (social discount rate)

2) Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah suatu tingkat bunga yang menggambarkan bahwa antara benefit (penerimaan) yang telah dipresent-valuekan dan cost

(pengeluaran) yang telah dipresent-valuekan sama dengan nol. Dengan demikian IRR ini menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan suatu returns, atau tingkat keuntungan yang akan dicapai oleh proyek tersebut. IRR akan selalu mendekati besarnya (i) sehingga sering dijadikan pedoman tingkat bunga yang berlaku (i).

Berdasarkan kriteria investasi IRR, suatu proyek akan dipilih apabila IRR ≥ social discount rate, sedangkan IRR < social

discount rate maka proyek tersebut akan ditolak.

Dimana :


(57)

commit to user

= tingkat bunga yang menghasilkan NPV negative = NPV positif

= NPV negatif

3) Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio)

Benefit – Cost Ratio merupakan perbandingan antara benefit

yang telah dipresent-valuekan dengan biaya yang telah di

present-valuekan. Suatu proyek akan dipilih apabila B/C Ratio > 1, apabila

B/C Ratio < 1 maka usulan proyek akan ditolak.

Dimana :

Bt = benefit sosial bruto proyek pada tahun t Ct = cost sosial bruto proyek pada tahun t

= social discount rate

= tahun yang bersangkutan

4) Profitability Ratio (PV/K)

Profitability Ratio menunjukkan perbandingan antara

penerimaan (benefit) dikurangi biaya rutin (EPt) dengan biaya modal (Kt) yang digunakan setelah dipresent-valuekan. Kedua unsure biaya EPt dan Kt merupakan bagian dari biaya Ct yang terkait dengan investasi lainnya, yaitu EPt + Kt = Ct.


(58)

commit to user

Profitability Ratio lebih mendekati B/C Ratio sehingga suatu

proyek akan diterima apabila PV/K > 1, sebaliknya apabila PV/K < 1 maka proyek akan ditolak.

Dimana :

Bt = benefit bruto dalam tahun t yang sudah di

discount-faktorkan

EPt= Biaya eksploitasi dan pemeliharaan atau biaya rutin pada

tahun t yang sudah didiscountfactorkan Kt = biaya modal pada tahun t

n = umur ekonomis proyek

i = social discount rate

5) Payback Period (PBP)

Payback Period merupakan jangka waktu yang diperlukan

untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Di dalam hal ini, biasanya yang dijadikan pedoman untuk menentukan suatu proyek yang akan dipilih adalah suatu proyek yang dapat paling cepat mengembalikan biaya investasi. Semakin cepat pengembaliannya maka semakin baik dan kemungkinan besar akan dipilih. Metode ini tidak memperhitungkan periode setelah periode


(59)

commit to user

payback period dan belum memperhatikan time value of money (Pudjosumarto, 1995:51-52).

Dimana :

I = besarnya biaya investasi yang diperlukan

= benefit bersih yang diperoleh pada setiap tahunnya

B. Penelitian Terdahulu

Brown dan Kwansa (1999) melakukan sebuah penelitian dengan judul Menggunakan Model IRR dan NPV Untuk Menilai Biaya Sosial dari Proyek-proyek Pariwisata di Negara-negara Berkembang. Penelitian ini membahas beberapa biaya sosial yang terlibat dalam pengembangan pariwisata di negara-negara berkembang, dengan menggunakan teori ekonomi pembangunan. Meskipun nilai sosial dari suatu investasi pariwisata harus melebihi biaya sosial tapi teknik penilaian yang digunakan untuk memperkirakan biaya-biaya selama proses keputusan investasi tidak sepenuhnya dikembangkan. Dengan menggunakan model Internal Rate of Return (IRR) dan Net Present Value

(NPV) sebagai alat ukur mungkin dapat dipertimbangkan dalam kriteria investasi untuk membantu mengatasi masalah ini. Para pembuat kebijakan dapat menggabungkan model ini ke dalam studi dari keseluruhan proyek pariwisata. Jika NPV > 0 dan IRR > country’s cost of capital maka proyek


(60)

commit to user

layak untuk dijalankan dan jika NPV < 0 dan IRR < country’s cost of capital

maka proyek tidak layak untuk dijalankan.

Suthanaya (2009) telah melakukan penelitian dengan judul Analisis Kinerja Dan Kelayakan Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal Trans Sarbagita Di Provinsi Bali. Hasil yang diperoleh adalah dari kajian finansial menunjukkan hasil yang tidak layak, namun secara ekonomi layak untuk diterapkan. Hal ini antara lain karena besarnya tarif ditentukan berdasarkan kemampuan masyarakat dan bukan dari biaya operasional kendaraan (BOK). Untuk menutupi BOK tersebut diperlukan adanya subsidi dari pemerintah.

Supriyadi, Bambang, Ismiyati (2002) telah melakukan penelitian dengan judul Analisa Pelayanan Angkutan Kota di Kota Purwokerto. Hasil yang diperoleh adalah untuk trayek F2 (rute Sokaraja - Kebondalem) dan K (rute Karanglewas – Kebondalem) usaha angkutan umum masih menguntungkan. Hal ini dapat teridentifikasi dari analisis finansial yang telah dilakukan pada kedua rute menunjukan angka yang positif atau menguntungkan pada sisi pengusaha menurut parameter yang digunakan, yaitu : NPV, IRR, dan B/C ratio dimana menunjukan nilai NPV > 0 (F2 : 16.262.018, K : 1.243.279 ), BCR > 1 (F2 : 1,81 , K : 1,06 ), IRR > sosial discount rate : 18 % (F2 : 0,19, K : 0,28 ). Sementara untuk trayek F1 (rute Patikraja – Kebondalem) usaha angkutan umum merugi, hal ini dapat teridentifikasi dari analisa finansial yang telah dilakukan pada trayek F1 menunjukan angka yang negatif atau rugi pada sisi pengusaha menurut


(61)

commit to user

parameter yang digunakan, yaitu NPV <0 (F1 : - 17.508.035), BCR <1 ( F1 : 0,08 ) sementara IRR < 18% (F1 : 0,12).

Syahrani (2003), telah melakukan penelitian dengan judul Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Kebun Hutan Dengan Tanaman Buah Durian (Durio Zibethis Murr) di Kabupaten Kutai Kertanegara Propinsi Kalimantan Timur. Hasil yang diperoleh adalah Pengusahaan kebun hutan dengan tanaman buah durian layak untuk dilakukan dengan jangka waktu usaha 52 tahun, dengan Net Present Value sebesar Rp. 7.982.175 dan

Net B/C Ratio sebesar 2,12 dinilai pada tingkat bunga 15%, sedangkan

dengan model Internal Rate of Return, diperoleh nilai IRR sebesar 20,95%.

Ratnayanti, Bernardinus, dan Yudhistira (2006) telah melakukan penelitian dengan judul Analisis Kelayakan Investasi Pada Rumah Sakit X Di Cimahi. Hasil yang diperoleh adalah pembangunan Rumah Sakit ‘X’ merupakan invetasi yang layak. Hal ini dapat dilihat dari : Net Present Value (NPV) : Rp 6.187.604,321 > 0 menunjukkan investasi yang layak, Internal

Rate of Return (IRR) = 9,75 % > MARR (Minimum Attractive Rate of Return)

= 7%, menunjukkan investasi yang layak, Benefit Cost Ratio (BCR) = 1,31 > 1, maka proyek layak untuk dilaksanakan, dan Payback Period (jangka waktu pengembalian investasi) = 9 tahun 3 bulan, sehingga proyek dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan.


(62)

commit to user

C. Kerangka Teoritis

Untuk mempermudah dan membantu pelaksanaan dan penganalisaan maka dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Dari kerangka pemikiran di atas, dapat dijelaskan bahwa munculnya usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” merupakan pertemuan permintaan dan penawaran wisata yang terjadi di Kota Surakarta. Dalam hal ini Pemerintah Kota merespon permintaan pariwisata tersebut dengan diwujudkannya sebuah atraksi wisata yang sekaligus dapat memperkuat citra kota Surakarta sebagai World Heritage City atau kota warisan budaya dunia. Selanjutnya untuk mewujudkannya diperlukan investasi. Setiap investasi suatu

Usaha Kereta Uap Wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” Penawaran wisata

Investasi

Analisis Ekonomi

Layak Tidak Layak

GO (Diteruskan)


(63)

commit to user

usaha tentunya akan melibatkan suatu resiko tertentu. Dengan dasar itulah maka diperlukan suatu analisis ekonomi untuk mengetahui suatu usaha layak atau tidak baik dari segi ekonomi maupun finansial. Bilamana berkategori layak maka usaha tersebut dijalankan. Namun bila tidak layak maka perlu dikaji ulang pembentukan usaha tersebut.


(64)

commit to user BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah analisis ekonomi usaha dan yang dianalisis adalah usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara”.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan untuk kemudian diolah dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Menurut Sekaran (2006:77) yang dimaksud dengan data primer adalah data yang dikumpulkan untuk penelitian dari tempat aktual terjadinya peristiwa.

Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada Bpk Agus Karnadi sebagai Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Surakarta dan Bpk Oka Zakaria sebagai Pengelola Kereta Jaladara.


(65)

commit to user 2. Data Sekunder

Menurut Sekaran (2006:77) yang dimaksud dengan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada. Data tersebut diperoleh dari:

a. Dinas Perhubungan Surakarta b. Dinas Pariwisata

c. Surakarta Dalam Angka 2008, BPS Kota Surakarta

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden. Dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada Bpk Agus Karnadi sebagai Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Surakarta dan Bpk Oka Zakaria sebagai Pengelola Kereta Jaladara.

2. Studi Pustaka

Studi Pustaka yaitu dengan cara mencari literatur-literatur yang diperlukan berupa data dan teori yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Data tersebut diperoleh dari Dinas Perhubungan Kota Surakarta, Dinas Pariwisata, Pengelola Kereta Jaladara, dan Badan Pusat Statistik.


(66)

commit to user

D. Definisi Operasional Variabel

1. Capital (modal)

Capital adalah modal awal yang digunakan untuk investasi proyek kereta

uap yang diukur dalam satuan rupiah.

2. Benefit (manfaat)

Manfaat terdiri dari manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Dari kegiatan suatu proyek yang diukur dalam satuan rupiah. Manfaat langsung yang diterima berupa pendapatan dari retribusi tiket. sedangkan manfaat tidak langsung meliputi pendapatan masyarakat yang memanfaatkan adanya kereta uap wisata tersebut.

3. Cost (biaya)

Cost adalah pengeluaran yang dikeluarkan pada saat pengadaan kereta dan biaya operasional yang diukur dalam satuan rupiah.

4. Discount rate (tingkat bunga)

Tingkat bunga yang digunakan adalah tingkat bunga yang berlaku pada saat dilakukan investasi awal. Diukur dalam satuan persen (%).

E. Alat Analisis Data

Untuk melakukan analisis ekonomi dan melakukan simulasi alternatif cara penganggaran modal dan investasi yang ditanamkan pada suatu usaha, digunakan metode kriteria investasi.


(67)

commit to user

Kriteria Investasi yang digunakan sebagai formula perhitungan yaitu:

1. Net Present Value (NPV)

NPV merupakan selisih antara benefit (penerimaan) dengan cost

(pengeluaran) yang telah dipresent-valuekan (Gray, 2005:65).

Dimana :

= Benefit sosial bruto proyek pada tahun t.

= Cost sosial bruto proyek pada tahun t.

n = Umur ekonomis proyek

= tingkat bunga (social discount rate)

Investasi dianggap layak (feasible) apabila NPV > 0

2. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah suatu tingkat bunga yang menggambarkan bahwa antara benefit (penerimaan) yang telah dipresent-valuekan dan cost

(pengeluaran) yang telah dipresent-valuekan sama dengan nol (Gray, 2005:69).

Dimana :

= tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif = tingkat bunga yang menghasilkan NPV negative


(1)

commit to user

Dalam menilai kelayakan usaha kereta Jaladara ini hanya melihat

pada payback period saja karena tidak memungkinkannya untuk

menggunakan kriteria investasi yang lain seperti npv, irr, b/c ratio karena investasi yang dilakukan berupa sewa bulanan.

Kriteria investasi digunakan untuk melakukan penilaian kelayakan pada simulasi alternatif investasi agar usaha kereta Jaladara tersebut layak dijalankan dan pemkot Surakarta tidak perlu melakukan subsidi. Kriteria investasi yang digunakan yaitu npv, irr, b/c ratio, dan payback period

(sesuai dengan alat analisis yang digunakan untuk menilai kelayakan proyek dalam penelitian yang dilakukan oleh Supriyadi (2002), Syahrani (2003), dan Ratnayanti (2006). Hasil yang diperoleh yaitu dengan simulasi investasi tersebut kereta Jaladara layak untuk dijalankan baik secara ekonomi maupun finansial karena memiliki npv > 0, irr > discount rate,

b/c ratio > 0 dan biaya investasi yang dilakukan dapat terbayar kembali

sebelum umur kontrak berakhir (sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menghasilkan npv > 0, irr > discount rate, b/c ratio > 0 yang berarti usaha tersebut layak untuk dijalankan; sesuai dengan penelitian terdahulu dari Brown dan Kwansa (1999) jika NPV yang dihasilkan > 0 dan IRR >

country’s cost of capital maka proyek usaha pariwisata tersebut layak

untuk dijalankan).

Untuk menilai kelayakan sebuah proyek pariwisata menurut Brown dan Kwansa (1999) menggunakan model NPV dan IRR yang telah dimodifikasi dengan memasukkan biaya dan manfaat sosial agar penilaian


(2)

commit to user

kelayakan sebuah proyek pariwisata lebih komprehensif dan efektif. Jika hasil yang diperoleh NPV > 0 maka proyek tersebut layak untuk dijalankan. Begitu juga jika nilai IRR > country’s cost of capital maka proyek tersebut layak untuk dijalankan.


(3)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini yang telah diuraikan dalam Bab IV, secara keseluruhan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Usaha kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara merupakan sebuah atraksi wisata yang diciptakan pemkot Surakarta dengan menggabungkan nuansa klasik yaitu kereta uap itu sendiri dengan nuansa modern, yaitu melintas di tengah kota Surakarta yang bernuansa modern. Sebuah paket wisata dikemas dalam setiap kali kereta Jaladara beroperasi melewati sepanjang Jl. Slamet Riyadi dari stasiun Purwosari sampai stasiun Sangkrah (Solo Kota). Kereta Jaladara ini menjadi sebuah uniqueness yang diharapkan menjadi salah satu pendukung brand image kota Solo sebagai The Spirit of

Java dan The Heritage City.

2. Usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” dapat memberikan manfaat multiplier effect kepada kota Solo. Hal ini terlihat dari besarnya manfaat langsung yang diterima dari setiap kereta ini beroperasi yaitu Rp. 137.200.000,00.

3. Usaha kereta ini lebih bersifat ke public oriented karena lebih mementingkan kepada manfaat keseluruhan bagi kota Solo melalui usaha


(4)

commit to user

pariwisata. Pendapatan pemkot Surakarta yang ditimbulkan adanya kereta

wisata ini dari setoran, pajak, dan retribusi hanya sebesar Rp. 15.180.300,00 setiap kereta beroperasi tidak akan menutupi

pengeluaran pemkot untuk menciptakan sebuah atraksi wisata ini yang besarnya mencapai Rp 174.744.088,00 per bulan.

4. Usaha kereta wisata Sepur Kluthuk Jaladara ini dianggap layak dan dapat terus dijalankan bila melihat manfaat secara keseluruhan yang ditimbulkan bagi kota Surakarta, sedangkan dapat dianggap tidak layak jika melihat dari sisi pendapatan Pemkot Surakarta sebagai pemilik usaha kereta wisata ini.

5. Dari aspek finansial, usaha kereta ini dapat lebih menguntungkan pemkot Surakarta jika dilakukan investasi secara langsung beberapa tahun ke depan daripada melakukan sewa per bulan. Dari penelitian di atas, penulis mengasumsikan investasi yang dilakukan untuk 20 tahun ke depan sebesar Rp 15.000.000.000,00 dengan discount factor sebesar 12% dan setiap tahunnya pendapatan naik 7% diperoleh hasil secara ekonomis usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” layak untuk dilaksanakan dengan NPV = Rp 759.602.538,00 yang berarti layak dilaksanakan karena NPV > 0. Nilai IRR sebesar 12,63% , nilai IRR > social discount rate

(12%) yang berarti secara ekonomis layak dilaksanakan. Benefit Cost

Ratio sebesar 1,05 < 1, artinya secara ekonomis usaha kereta uap wisata


(5)

commit to user

investasi yang dilakukan pada awal penciptaan usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” dapat terbayar kembali setelah 8 tahun 9 bulan.

B. KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan penulis memiliki beberapa kelemahan dan keterbatasan sebagai berikut:

1. Terbatasnya data yang diperoleh peneliti baik dari Dinas Perhubungan maupun dari PT Aqsa International sebagai pengelola Kereta Jaladara. 2. Manfaat ekonomi yang dihitung hanya berupa setoran yang diterima

pemkot Solo dan banyaknya uang yang dikeluarkan oleh para wisatawan yang menaiki Kereta Jaladara.

3. Hanya menghitung manfaat yang diperoleh dari group package saja, sementara dari personal package / regular hanya dihitung setoran dari EO ke pemkot saja.

4. Hanya melakukan satu kali simulasi kelayakan investasi usaha dengan satu kali investasi untuk 20 tahun kedepan saja.

C. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka ada beberapa hal yang dapat penulis berikan sebagai saran, antara lain sebagai berikut:

1. Pemerintah Kota Surakarta perlu melakukan evaluasi dalam sistem pembayaran sewa dan pengelolaan usaha kereta wisata ini.

2. Pengelola kereta wisata ini sebaiknya dapat mengoperasikan kereta ini secara rutin dua kali dalam seminggu atau minimal satu kali dalam


(6)

commit to user

seminggu untuk paket regular sehingga ada jadwal yang tetap bagi wisatawan umum yang akan menikmati kereta ini.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah memasukkan

variabel-variabel manfaat yang lain selain jumlah uang yang dikeluarkan wisatawan.