ANALISIS PENYELENGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI YANG MENGGUNAKAN MODEL BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME.

(1)

ANALISIS PENYELENGARAAN PENDIDIKAN

ANAK USIA DINI YANG MENGGUNAKAN MODEL

BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME

(Studi kasus di PAUD Berbasis Potensi Lingkungan )

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Dasar

Konsetrasi PAUD

OLEH:

INE RAHAJU

1202205

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PENYELENGARAAN PENDIDIKAN

ANAK USIA DINI YANG MENGGUNAKAN MODEL

BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME

(Studi kasus di PAUD Berbasis Potensi Lingkungan )

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Dr. Ocih Setiasih, M.Pd NIP. 196007071986012001

Pembimbing II

Dr. Badruzaman, M.Pd NIP. 197408062001121002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd NIP196510011998022001


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “ANALISIS PENYELENGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI YANG MENGGUNAKAN MODEL BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME (Studi kasus di PAUD Berbasis Potensi Lingkungan ) ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan keilmuan yang berlaku dlam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini , saya siap menanggung resiko /sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Oktober 2014 Yang membuat pernyataan,


(4)

(5)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

ANALISIS PENYELENGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI YANG MENGGUNAKAN MODEL

BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME Ine Rahaju (1202205)

Penelitian yang berjudul Analisis Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini yang Menggunakan Model Beyond Center and Circle Time (BCCT) ini dilatarbelakangi dengan fenomena banyaknya muncul persepsi mengenai pelaksanaan Model Beyond Centre and Circle Time yang kebanyakan hanya pada penataan ruangan saja tidak pada model secara keseluruhan. Sehingga antara perencanaan, pelaksanaan dan penilaian tidak memiliki kesinambungan dengan model BCCT. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus yang menghasilkan deskripsi secara mendalam mengenai Analisis Penyelenggaraan PAUD yang Menggunakan Model BCCT. Tehnik Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data dari perpustakaan sedangkan data primer yang di dapat dari sumber pertama dengan cara observasi, studi dokumentasi, dan wawancara. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa kesesuaian Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini yang Menggunakan Model BCCT menurut The Creative Center for Childhood Research and Training, Inc (CCCRT) dan Standar Penyelenggaraan PAUD. Sehingga menghasilkan temuan penelitian bahwa jika suatu model diterapkan tidak secara utuh maka penyelenggaraan pendidikan menjadi tidak berkesinambungan yang berpengaruh pada proses pembelajaran secara individu tidak terlayani dengan maksimal. Karakteristik terutama keunggulan Model BCCT menurut CCCRT jadi tidak tampak berbeda dengan model pembelajaran lainnya.

Kata kunci : Penyelenggaraan PAUD, Model BCCT, CCCRT, Standar Pendidikan Anak Usia Dini


(6)

Ine Rahaju , 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI PERNYATAAN ……….………..………….. i

ABSTRACT ………...……… ii

KATA PENGANTAR ……….……….……….… iii

UCAPAN TERIMA KASIH ………. iv

DAFTAR LAMPIRAN ……….……… vi

DAFTAR GAMBAR….……….……… x

DAFTAR TABEL ……….……… xi

BAB I : PENDAHULUAN ……..……….……..……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Rumusan Masalah ………..……….………. 19

C. Tujuan Penelitian ……… ……… 20

D. Manfaat Penilitian ………..………….…….. 21

E. Struktur Organisasi Thesis……….…… 23

BAB II : PENYELENGGARAAN PAUD DAN MODEL BCCT……….…...…..…… 24

A. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini ….………....…… 24

1. Pengertian Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini……. 24

2. Landasan Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini …….. 25

3. Prinsip Pendidikan Anak USia Dini ………...………….… 29

4. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini ………... 44

5. Komponen Penyelenggaran Pendidikan Anak Usia Dini …….. 45

B..Standar Pendidikan Anak Usia Dini …..………. 63

1. Standar menurut Permen 58 tahun 2009……… 63

2. 10 Standar menurut NAEYC ……….. 77


(7)

Ine Rahaju , 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Pengertian Model Pembeljaran BCCT ……….…… 84

2. Landasan Model Pembelajaran BCCT ………..…………. 90

3.Karakteristik Model Pembelajaran BCCT ……….…….. 99

4.Tujuan Model Pembelajaran BCCT ……… 126

5. Macam-macam Sentra dalamModel pembelajaran BCCT ………. 127

6. Rambu-rambu Pelaksanaan Metode Pembeljaran BCCT …….. 159

7. Langkah-langkah kegiatan BCCT: ……….……..…. 161

BAB III : METODE PENELITIAN……… 166

A. Desain Penelitian ………..……….... 166

B. Partisipan dan Tempat penelitian ………..……….………. 166

C. Pengumpulan Data ……….……… 167

D Anaisis Data ………..……… . 169

E. Isu Etik ……….………. 197

BAB IV : TEMUAN DAN PEMBAHASAN ……… …….. 198

A. Temuan………... 198

1. Profil PAUD ALam Pelopor………..…….…….…. ... 198

2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran Model BCCT..………... 213

3. Penilaian Model Pembelajaran BCCT ……….. 226

4. Sarana Prasarana Model Pembelajaran BCCT ………. 226

B. Pembahasan ………... 227

1. Penyelenggaraan Model Pembelajaran BCCT.……… ….. 227

2. Kesesuaian Standar Penyelenggaraan PAUD ..……….. 292

3. Keunggulan dan Kelemahan Penyelenggaran PAUD Yang Menggunakan Model Pembelajaran BCCT ………..……. . 344

BAB V : SIMPULAN DAN REKOMENDASI ……….…. 344

A. Simpulan ………. 344


(8)

Ine Rahaju , 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(9)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu upaya pembinaan bagi anak sejak lahir hingga usia enam tahun dengan memberikan stimulan, bimbingan, pengasuhan, dan pembelajaran dengan bermain agar anak siap memasuki pendidikan lebih lanjut sesuai dengan UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 ayat 14. Pendidikan yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka dasar pembentukan aspek perkembangan anak secara menyeluruh. Penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini harus disesuaikan dengan karakteristik, kebutuhan serta tahap perkembangannya.

Pendidikan Anak Usia Dini menurut Direktorat PPAUD Dirjen PAUDNI Kemdikbud 2012 dalam Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD, Penyelenggaraan PAUD memberikan satuan layanan Taman Kanak-kanak (TK) jalur pendidikan formal bagi anak usia 4-6 tahun, satuan layanan Kelompok Bermain (KOBER) jalur pendidikan Nonformal bagi anak usia 2-4 tahun, dan dapat melayani anak hingga usia 6 tahun jika di lokasi yang sama belum tersedia Taman Kanak-kanak atau (TK) Raudathul Athfal (RA), serta satuan layanan Taman Pendidikan Anak (TPA)jalur pendidikan non formal yang memberikan program layanan kesejahteraan social yang mencakup perawatan, pengasuhan, dan pendidikan bagi anak sejak lahir samapi usia 6 tahun. TPA terbagi dua jenis berdasarkan waktu layanan terdiri dari Full day, Temporer, dan Perluasan serta berdsarkan tempat penyelenggaraaan terdiri dari TPA perumahan, pasar, petrtokoan, Rumah sakit, Perkebunan, perkantoran dan pantai.

Berdasarkan konsep pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 , maka sedikitnya ada empat hal yang perlu dicermati lebih lanjut seperti terurai berikut ini: Pertama, pendidikan adalah usaha sadar yang terencana, berarti proses pendidikan di lembaga bukanlah proses yang dilaksanakan secara asal, tetapi proses yang bertujuan sehingga segala aktivitas belajar yang dilakukan guru dan anak didik diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan anak usia dini yaitu kesiapan belaj ar di jenjang pendidikan selanjutnya. Kedua, proses pendekatan yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang harus dimaknai oleh


(10)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

anak didik bahwa belajar harus memperoleh hasil dan manfaatnya yang berjalan secara seimbang dalam membentuk kerangka dasar seluruh aspek perkembangan anak. Dan diharapkan di kemudian hari dapat meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas peserta didik. Ketiga, suasana pembelajaran diarahkan agar anak didik dapat mengembangkan potensi dirinya, hal ini berarti proses pendidikan harus berorientasi pada pembelajaran berpusat pada anak. Dimana anak usia dini sedang berada pada masa peka, masa kritis, masa meniru, dan masa keemasan perkembangannya harus mendapat kesempatan yang seluas-luasnya menemukan pengetahuannya sendiri dengan suasana menyenangkan dan mendapat dukungan dari pendidik dengan rasa aman dan motivasi yang dapat memacu kreativitas mereka. Keempat, akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, keterampilan sosialisasi dengan masyarakat, bangsa dan negara. Dengan demikian proses pendidikan berujung pada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, dan pengembangan keterampilan.

Pendidikan anak usia dini menurut Education International’s Commitment to Early

Childhood Educational dalam ECE Global Scenario (2013, hlm. 13 ) adalah “masa yang paling penting untuk kognitif dan sosial pengembangan, akuisisi bahasa dan keaksaraan awal. Anak-anak adalah pembelajar aktif sejak lahir, dan tahun-tahun pertama sangat penting. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)harus diakui sebagai langkah pertama pendidikan dasar, sebagai sektor yang terintegrasi dalam sistem pendidikan nasional. Penyediaan harus diakses secara universal dan gratis untuk semua anak-anak ... berkualitas tinggi. PAUD memberikan fondasi untuk belajar seumur hidup dan merangsang sosial, emosional, fisik anak-anak, perkembangan kognitif dan linguistik " Jadi jelaslah betapa pentingnya pendidikan anak usia dini, sehingga pemerintah harus benar-benar memperhatikan, memfasilitasi dan mengontrol bagaimana penyelenggaraan pendidikan anak usia dini sebagai asset negara. Bagaimana generasi penerus akan baik tergantung dari bagaimna pemerintah dan seluruh masayarakat menyiapkan generasi tersebut sejak dini. Bahkan di beberapa negara maju, sudah disiapkan sejak dalam kandungan mulai dari gen ibu yang baik difasilitasi lebih untuk asupan ibu selama menyusui.


(11)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendidikan Anak Usia Dini sangatlah menentukan dalam pengembangan karakter dan kepribadian serta pengembangan intelegensi permanen dirinya. Anak-anak memiliki sejuta kemungkinan untuk dapat tumbuh kembang menjadi seorang dewasa. Semua itu terutama tergantung dari pola asuh yang diberikan lingkungan rumah dan sekolah pada anak di tiga tahun pertama dengan keteladanan dan pembiasaan. Semua hal ditiga tahun pertama ketika anak lihat, rasakan dan dengar semua masuk menjadi standar internal dirinya. Seperti disampaikan oleh ahli PAUD Jepang Ibuka dalam Nusa ( 2011, hlm. 4) bahwa menurut studi psikologi serebral pada satu sisi dan psikologi anak pada sisi lain menunjukkan dengan gamblang bahwa kunci perkembangan intelegensia tergantung pengalaman saat anak berusia tiga tahun, yaitu selama masa perkembangan sel-sel otak. Tidak ada seorang anak lahir secara bodoh atau genius sesudah lahir. Semua tergantung pada rangsangan sel-sel otak selama masa krusial. Jelaslah bahwa tumbuh kembang sinaps tidak terjadi secara otomatis, tetapi sangat ditentukan oleh rangsangan dan stimulus yang diberikan kepada anak dan aktivitas yang dilakukan oleh anak. Di sini berlaku aturan “digunakan atau mati”.

Dalam Nusa (2011, hlm. 4) Amstrong (2011, hlm.122-123) mengutip pendapat sejumlah ahli untuk menegaskan pentingnya periode emas ini , karena pada usia tiga tahun otak anak dua kali lebih aktif dari otak orang dewasa. Kritik kerja dan nyala sel otak akan terus berkembang dengan kecepatan dua kali orang dewasa hingga usia 9-10 tahun. Selain itu di usia dini ini anak juga memiliki banyak dendrite (hubungan antara neuron-neuron) yang mengalami proses pemangkasan bagian yang tidak berguna, yakni hubungan neuron diperkuat atau dibuang tergantung pada jenis rangsangan yang diterima anak dari lingkungannya. Selain itu Hoffelder& Hoffelder (2007, hlm.69) dalam Nusa (2012, hlm.5 ) menuliskan pula bahwa otak berkembang melalui aktivitas atau melakukan sesuatu. Dalam kaitan ini juga Taylor (2008:13) dalam Nusa ( 2012, hlm.5) mengungkapkan bahwa sel otak kita sama, tetapi koneksinya berubah sepanjang waktu berdasarkan pengalaman dan perlakuan yang diterima serta dijalaninya. Dalam hal ini di dalamnya termasuk pengasuhan, nutrisi, stimulus aktif, dan penataan lingkungan. Di Baylor

College of Medicine Houston USA, para ahli membuktikan anak yang kurang distimulasi otaknya

lebih kecil 30 % dibanding dengan anak yang mendapat stimulasi maksimal. Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas jelaslah bahwa masa usia dini adalah masa keemasan ( golden


(12)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

age), masa kritis atau masa krusial, dimana semua hal anak rekam berdasarkan pengalaman

yang ia terima.

Segala sesuatu yang anak dapatkan baik pengetahuan, sikap dan keterampilan akan menjadi dasar bagi anak dalam membentuk karakter, pola pikir dalam menyelesaikan masalah di masa yang akan datang, karena itu pendidikan anak usia dini sangatlah penting diberikan dengan proses pembelajaran sebaik mungkin sesuai dengan tahap perkembangan dan karakteristik anak usia dini. Seperti apa yang disarankan NAEYC, bahwa strategi mengajar yang disesuaikan dengan perkembangan (DAP).

Pendidikan anak dengan konsep Developmentally Appropriate Practice (DAP) berpijak pada tiga dimensi utama yaitu usia, keunikan anak dan lingkungan social budaya tempat anak berada. Selain itu juga harus memperhatikan tiga prinsip utama pendidikan yang memperhitungkan bagaimana anak belajar dan berkembang, ciri khas dan perbedaan tiap anak serta kapasitas belajar tiap anak. Jadi pembelajaran anak usia dini harus memperhatikan karakteristik seluruh aspek perkembangan, seperti yang diungkapkan beberapa ahli berikut dalam Direktorat P2TK (2012, hlm.9-18) sebagai berikut: 1) Pestalozzi yang percaya bahwa anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan anak lain dan lingkungannya. 2) John Dewey dengan penekanannya pada belajar sambil bekerja dan hubungan organic atara pendidikan dan pengalaman seseorang. 3) Montessori dengan pemikirannya bahwa anak kecil belajar ,melalui tugas-tugas dan alat belajar yang disiapkan dengan hati-hati. 4) Piaget dan Smilansky, menurut mereka anak usia dini belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungannya. Jadi belajar adalah berkegiatan/aktivitas. 5) Brunner, anak belajar melalui penemuan. 6) Vygotsky, interaksi social sangat menentukan perkembangan anak. 7) Erickson, menurutnya anak melakukan uji coba dengan kegiatan bermain peran. Dari uraian beberapa ahli di atas jelaslah bahwa pendidikan anak usia dini harus berpusat pada anak dengan membiarkan anak menemukan sendiri pengetahuannya, guru lebih berperan sebagai motivator, inspirator, fasilitator, dan evaluator.

Pendidikan anak usia dini akan sangat baik jika dilakukan dengan eksplorasi atau active learning. Seperti dalam Weikart P. D and Hohmann (1995, hlm 167) peran guru adalah untuk mendukung dan membimbing anak-anak muda melalui petualangan pembelajaran aktif dan


(13)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengalaman. Dengan active learning memposisikan anak sebagai pembelajar aktif, anak-anak mengembangkan kepentingan mereka sendiri, menghasilkan cara untuk menjawab pertanyaan mereka dan berbagi penemuan mereka dengan yang lain. Belajar aktif adalah cara anak-anak membangun pengetahuannya. Hubungan anatara guru atau orang dewasa dan anak diciptakan dalam suasaana santai, positif dan menyenangkan. Pemimpin dalam kegiatan dapat dilakukan oleh anak. Pembelajaran rutin sehari-hari dilakukan dengan Plan-Do-Review (PDR) atau Rencana-Tindakan – Kaji Ulang yaitu pembelajaran dengan tiga langkah prosedur pokok

a. Memikirkan rencana tentang apa yang akan dikerjakan selama waktu SDL b. Merealisasikan rencana tersebut

c. Mengkaji ulang dan mencatat atau melaporkan hasilnya untuk anak sebagai mana Luluk (2010) paparkan yaitu sebagai berikut :

Menurut Dodge, dkk (2002, hlm 18) pendidikan anak usia dini adalah periode yang sangat special dalam kehidupan anak-anak. Pada periode ini mereka mulai mempercayai orang lain di luar keluarganya. Mereka mendapatkan kebebasan dan kontrol diri, dan belajar untuk mengambil inisiatif dan menegaskan diri mereka sendiri dengan cara yang dapat diterima secara sosial. Pada saat yang sama, mereka menjadi pengamat dunia dan percobaan mereka dengan lingkungan sekitar mereka untuk mencari tahu apa yang terjadi ketika mereka berinteraksi dengan orang lain dan bermain menggunakan benda dan bahan. Bahasa mereka berkembang melampaui struktur kosa kata dan kalimat balita.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penyelenggaraan pendidikan anak usia dini harus bertumpu pada beberapa prinsip berikut:

1. Berorientrasi pada perkembangan, minat dan kebutuhan anak secara individu

2. Konsep pendidikannya dirancang dalam bentuk bermain yang menyenangkan dan bermakna

3. Kegiatan pembelajaran dirancang secara cermat untuk membangun sistematika kerja dan penataan ruangan

4. Kegiatan pembelajaran berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup anak


(14)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Pembelajaran memberikan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi seluas-luasnya untuk menemukan sendiri pengetahuannya dan berkreativitas menuangkan imajinasinya. Model pembelajaran adalah suatu desain atau rancangan yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran, sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri anak. Adapun komponen model pembelajaran meliputi: konsep, tujuan pembelajaran, materi/tema, langkah-langkah/prosedur, metode, alat/sumber belajar, dan teknik evaluasi. Selain itu model pembelajaran, memiliki peran strategis dalam upaya mendongkrak keberhasilan proses belajar mengajar sesuai kondisi kebutuhan anak didik. Guru diharapkan mampu menyampaikan materi dengan tepat tanpa mengakibatkan siswa mengalami kebosanan. Dengan model pembelajaran yang sesuai diharapkan siswa dapat tertarik dan terus tertarik mengikuti pembelajaran, dengan keingintahuan yang berkelanjutan.

Untuk memilih/menentukan model pembelajaran yang sesuai untuk peserta didik pada jenjang pendidikan tertentu, perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik dan prinsip-prinsip belajar, (seperti kecepatan belajar, motivasi, minat, keaktifan dan umpan balik/penguatan), serta berorientasi pada konsep pembelajaran mutakhir. Terdapat beberapa kriteria yang harus menjadi pertimbangan guru dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu a. Karakteristik tujuan pembelajaran apakah untuk pengembangan aspek kognitif, aspek afektif

atau psikomotor. Atau apakah pembelajaran itu bertujuan untuk mengembangkan domain fisik-motorik, kognitif, sosial emosi, bahasa, dan estetika.

b. Karakteristik anak sebagai peserta didik baik usianya maupun kemampuannya. c. Karakteristik tema atau bahan ajar yang akan disajikan kepada anak

Ada beberapa model pembelajaran yang dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak, diantaranya adalah Model Pembelajaran Klasikal, Model Pembelajaran Kelompok dengan Kegiatan Pengaman, Model Pembelajaran Berdasarkan Sudut-Sudut Kegiatan, Model Pembelajaran Area, dan Model Pembelajaran Berdasarkan Sentra. Model-model pembelajaran tersebut pada umumnya menggunakan langkah-langkah yang relatif sama dalam sehari, yaitu kegiatan pendahuluan/awal, kegiatan inti, istirahat/makan, dan kegiatan akhir/penutup.


(15)

Masing-Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masing model pembelajaran memiliki kekurangan dan kelebihan serta memerlukan kondisi yang berbeda-beda. Oleh sebab itu guru dapat memilih model pembelajaran yang akan digunakan dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki, sarana dan prasarana yang tersedia, serta faktor pendukung lainnya.

a). Model Pembelajaran Klasikal

Model pembelajaran klasikal adalah pola pembelajaran dimana dalam waktu yang sama, kegiatan dilakukan oleh seluruh anak sama dalam satu kelas (secara klasikal). Model pembelajaran ini merupakan model yang paling awal digunakan dipendidikan pra sekolah, dengan sarana pembelajaran yang pada umumnya sangat terbatas, serta kurang memperhatikan minat individu anak. Seiring dengan perkembangan teori dan pengembangan model pembelajaran, model ini sudah banyak ditinggalkan.

b). Model Pembelajaran Kelompok

Model pembelajaran berdasarkan kelompok masih banyak digunakan PAUD di Indonesia, namun perkembangan model pembelajaran selalu berkembang. Kini sudah banyak PAUD yang menggunakan model pembelajaran yang lebih variatif. Dalam model pembelajaran berdasarkan kelompok dengan kegiatan pengaman, adalah pola pembelajaran dimana anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok, biasanya anak dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, dan masing-masing kelompok melakukan kegiatan yang berbeda-beda. Dalam satu kali pertemuan, anak harus menyelesaikan 2-3 kegiatan dalam kelompok secara bergantian. Apabila dalam pergantian kelompok, terdapat anak-anak yang sudah menyelesaikan tugasnya lebih cepat dari pada temannya, maka anak tersebut dapat meneruskan kegiatan lain sejauh di kelompok lain tersedia tempat. Namun apabila tidak tersedia tempat, maka anak tersebut dapat bermain pada tempat tertentu didalam kelas yang telah disediakan guru yang disebut dengan kegiatan pengaman. Pada kegiatan pengaman sebaiknya disediakan alat-alat yang lebih bervariasi dan sering diganti disesuaikan dengan tema atau sub tema yang dibahas.

c). Model Pembelajaran Sudut

Kegiatan belajar mengajar dengan sudut model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut kegiatan, menggunakan langkah-langkah pembelajaran hampir sama dengan model pembelajaran area, hanya sudut-sudut kegiatan merupakan pusat kegiatan berdasarkan minat anak. Alat-alat yang


(16)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disediakan pada sudut-sudut kegiatan selayaknya lebih bervariasi dan sering diganti, disesuaikan dengan tema atau sub tema yang dibahas.

d). Model Pembelajaran Area

Model pembelajaran berdasarkan Area lebih memberikan kesempatan kepada anak didik untuk memilih atau melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. Pembelanjarannya dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik anak dan menghormati keberagaman budaya dan menekankan peda pengalaman belajar bagi setiap anak, pilihan-pilihan kegiatan dan pusat-pusat kegiatan serta peran serta keluarga dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran area menggunakan sepuluh area, yaitu : area ibadah/imtak, balok, bahasa, drama, matematika, IPA, music, seni/motorik halus, pasir dan air, membaca dan menulis. Area belajar pada pembelajaran berdasarkan minat antara lain :

Area Ibadah/Imtak

Maket masjid, gambar tata cara shalat, ambar tata cara berwudu, sajadah, mukena, paci, kain sarung, kerudung, buku iqra, kartu huruf hijaiyah, tasbuh, juz ‘amma, Alquran, dan sebagainya yang meliputi alat-alat permainan lima aspek rukun Islam dari syahadah sampai dengan haji.

Area Balok

Balok-balok berbagai ukuran dan warna, logo, lotto sejenis, lotto berpasangan, kepingan geometri dan triplek berbagai ukuran dan warna, kotak geometri, kendaraan tiruan (laut, udara dan darat), rambu-rambu lalu lintas, kubus berpola, tusuk gigi, kubus berbagai ukuran dan warna, korek api, lidi, tusuk es krim, bola berbagai ukuran dan warna, dus-dus bekas, dan sebagainya. Area Berhitung/Matematika

Lambang bilangan, kepingan geometri, kartu angka, kulit kerang, puzzle, konsep bilangan, kubus permainan, pohon hitung, papan jamur, ukuran panjang pendek, ukuran tebal tipis, tutup botol, pensil, manik-manik, gambar buah-buahan, pnggaris, meteran, buku tulis, puzzle busa (angka), kalender, gambar bilangan, papan pasak, jam, kartu gambar, kartu berpasangan, lembar kerja, dan sebagainya.


(17)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Macam-macam gambar binatang, gambar perkembangbiakan binatang, gambar-gambar proses pertumbuhan tanaman, biji-bijian (jagung, kacang tanah, kacang hiaju, beras), kerang, batu/kerikil, pasir, bunga karang, magnit, mikroskop, kaca pembesar, pipet, tabung ukur, timbangan kue, timbangan sebenarnya, gelas ukuram, gelas pencampur warna, nuansa warna, meteran, penggaris, benda-benda kasar halus (batu, batu-bata, amplas, besi, kayu, kapas, dll), benda-benda pengenalan berbagai macam rasa (gula, kopi, asam, cuka, garam, sirup, cabe, dll), berbagai macam bumbu (bawang merah, bawang putih, lada, ketumbar, kemiri, lengkuas, daun salam, jahe, kunyit, jinten, dll).

Area Musik

Seruling, maracas, drum, organ kecil, tamburin, kerincingan, triangle, gitar kecil, kulintang, angklung, biola, piano, harmonica, gendang, rebana, dan sebagainya.

Area Bahasa

Buku-buku cerita, gambar seni, kartu kategori kata, nama-nama hari, boneka tangan, panggung boneka, papan planel, kartu nama-nama- hari, kartu nama-nama bulan, majalah peserta didik, Koran, macam-macam gambar sesuai tema, dan sebagainya.

Area M embaca dan Menulis

Buku-buku perpustakaan, buku tulis, pensil warna, pensil 2B, kartu huruf, kartu kata, kartu gambar, dan sebagainya.

Area Drama

Tempat tidur peserta didik dan boneka, lemari kecil, meja-kursi kecil, meja tamu, boneka-boneka, tempat jemuran, tempat gosokan, setrikaan, baju-baju besar, handuk, bekas make-up, minyak wangi, sisir, kompor-komporan, penggorengan, dandang tiruan, piring, sendok, garpu, gelas, cangkir, teko, keranjang belanja, pisau mainan, ulekan (cobek), mangkok-mangkok, tas-tas, sepatu/sandal, rak sepatu, cermin, mixer, blender, sikat gigi, odol, telepon-teleponan, baju tentara dan polisi, baju dokter-dokteran, dan sebagainya.

Area Pasir/Air atau area bahan alam

Bak pasir/bak air, akuarium kecil, ember kecil, gayung, garpu garuk, botol-botol, plastic, tabung air, cangkir plastic, literan air, corong, sekop kecil, saringan pasir, serokan, cetakan-cetakan pasir/cetakan-cetakan-cetakan-cetakan ager berbagai bentuk, penyiram tanaman, dan sebagainya.


(18)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Area Seni dan Motorik

Meja gambar, meja-kursi peserta duduk, krayon, pensil berwarna, pensil 2B, kapur tulis, arang, buku gambar, kertas lipat, kertas Koran, lem, gunting, kertas warna, kertas kado, kertas bekas, bahan sisa, dan sebagainya.

e). Model Pembelajaran Berdasarkan Sentra

Model pembelajaran sentra adalah pendekatan pembelajaran yang dalam proses pembelajarannya dilakukan di dalam ‘lingkaran” (circle times) dan sentra bermain. Lingkaran adalah saat dimana

guru duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan sbelum dan sesudah bermain.

Sentra bermain adalah zona atau area dengan seperangkat alat bermain sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mengembangkan seluruh potensi dasar anak didik dalam berbagai aspek perkembangan secara seimbang. Sentra yang dibuka setiap harinya disesuaikan dengan jumlah kelompok di setiap PAUD.

Pembelajaran yang berpusat pada sentra dilakukan secara tuntas mulai awal kegiatan sampai akhir dan focus oleh satu kelompok usia PAUD dalam satu sentra kegiatan. Setiap sentra mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis bermain yaitu bermain sensorimonitor atau fungsional, bermain peran dan bermain konstruktif (membangun pemikiran anak). Bermain sensorimotor adalah menangkap rangsangan melalui penginderaan dan menghasilkan sebagai gerakan sebagai reaksinya. Anak PAUD belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungan mereka. Misalnya menakar air, meremas kertas bekas, menggunting dan lain-lain. Bermain peran terdiri dari bermain makro (besar) bermain peran mikro/kecil (bermain simbolik), pura-pura, fantasi, imajinasi, atau bermain drama. Anak bermain dengan benda untuk membantu menghadirkan konsep yang telah dimilikinya. Bermain konstruktif menunjukkan kemampuan anak untuk mewujudkan pikiran, ide, dan gagasannya menjadi sebuah karya nyata. Ada dua jenis bermain konstruksi, yaitu bermain konstruksi sifat cair (air, pasir, spidol, dll) dan bermain konstruksi terstruktur (balok-balok, lego, dll).

Sentra bermain terdiri dari :


(19)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bahan-bahan yang diperlukan di sentra ini adalah daun, ranting, kayu, pasir, air, bata, biji-bijian, dan lain-lain. Alat yang digunakan diantaranya sekop, saringan, corong, ember, dan lain-lain. Sentra ini memfasilitasi anak untuk mengembangkan dan memperluas pengalaman bermain sensorimotor dengan memberikan banyak kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi bahan-bahan alami dalam mengembangkan kematangan motorik halus yang diperlukan dalam proses kesiapan menulis, keterampilan berolahtangan dan menstimulasi sistem kerja otak anak.

2). Sentra Balok

Sentra balok berisi berbagai macam block dalam berbagai bentuk, ukuran, warna, dan tekstur. Disini anak belajar banyak hal dengan cara menyusun/menggunakan balok, mengembangkan kemampuan logika matematika/berhitung permulaan, kemampuan berpikir dan memecahkan masalah.

3). Sentra Seni

Bahan-bahan yang diperlukan di sentra ini adalah kertas, cat air, krayon, spidol, gunting, kapur, tanah liat, pasir, lilin, kain, daun, potong-potongan bahan/gambar. Sentra seni memfasilitasi anak untuk memperluas pengalaman dalam mewujudkan ide, gagasan dan pengalaman yang dimiliki anak ke dalam karya nyata (hasil karya) melalui metode proyek.

4). Sentra Bermain Peran

Sentra bermain peran terdiri dari : sentra bermain peran makro dapat menggunakan anak sebagai model. Sentra bermain peran mikro misalnya menggunakan boneka, maket meja-kursi, rumah-rumahan dan sebagainya. Sentra bermain peran merupakan wujud dari kehidupan nyata yang dimainkan anak, membantu anak memahami dunia mereka dengan memainkan berbagai macam peran. Pemilihan berbagai macam benda untuk bermain peran tergantung dari minat anak pada saat itu. Misal, Tema “Keluarga” dengan alat-alat yang dibutuhkan peralatan dapur dan lain-lain. 5). Sentra Persiapan

Bahan yang ada pada sentra ini adalah buku-buku, kartu kata, kartu huruf, kartu angka dan bahan-bahan untuk kegiatan menyimak, bercakapan persiapan menulis serta beehitung. Kegiatan yang dilaksanakan adalah persiapan membaca permulaan, menulis permulaan serta berhitung permulaan. Mendorong kemampuan intelektual anak, gerakan otot halus, koordinasi mata-tangan, belajar ketrampilan social (berbagi, bernegosiasi dan memecahkan masalah).


(20)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6). Sentra Imtaq

Bahan-bahan yang dipersiapkan adalah berbagai maket tempat ibadah, perlengkapan ibadah, gambar-gambar, buku-buku cerita keagamaan, dan sebagainya. Kegiatan yang dilaksanakan adalah menanamkan nilai-nilai kehidupan beragama, keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Agama merupakan suatu konsep yang abstrak yang perlu diterjemahkan menjadi aktivitas yang konkrit bagi anak.

7). Sentra Musik

Bahan yang dibutuhkan pada sentra musik, misalnya botol beling/kaca, tempurung kelapa, rebana, tutup botol, triangle, dan lain-lain. Sentra music memfasilitasi anak untuk memperluas pengalamannya dalam menggunakan gagasan mereka melalui olah tubuh, bermain musik dan lagu yang dapat memperluas pengalaman dan pengetahuan anak tentang irama, birama(ketukan), dan mengenal berbagai bunyi-bunyian dengan menggunakan alat-alat musik yang mendukung, misalnya pianika, piano, rebana, dan lain-lain.

Dalam mengoptimalkan perkembangan anak disentra yang perlu diperhatikan adalah densitas dan intensitas. Densitas berkaitan dengan keragaman kegiatan yang disediakan, sedangkan intensitas berkaitan dengan waktu yang diperlukan. Untuk membangun konsep dan memberikan gagasan pada peserta didik dalam model pembelajaran sentra, guru memberikan 4 pijakan. Pijakan (scaffolding process) adalah dukungan yang berubah-ubah yang disesuaikan dengan perkembangan untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi.

Ada empat jenis pijakan yaitu pijakan lingkungan bermain, pijakan sebelum bermain, pijakan selama bermain, dan pijakan setelah bermain.

1. Pijakan lingkungan bermain dilakukan dengan menata alat dan bahan bermain yang akan digunakan sesuai rencana dan jadwal kegiatan yang telah disusun untuk memberikan gagasan kepada anak agar dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal.

2. Pijakan sebelum bermain merupakan kegiatan awal dimana guru memberikan gagasan sebelum anak melakukan kegiatan bermain di sentra.

3. Pijakan selama bermain adalah dukungan yang diberikan guru secara individual kepada anak sesuai kebutuhan dan tahap perkembangan, untuk meningkatkan pada tahap perkembangan selanjutnya.


(21)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Pijakan pengalaman setelah bermain merupakan kegiatan dimana guru memperkuat konsep yang telah dipeoleh anak selama bermain.

Betapa hebatnya generasi yang akan datang jika mendapat pendidikan yang sesuai pada usia dininya dengan pembelajaran yang sesuai perkembangan dan kebutuhan anak usia dini seperti diuraikan diatas. Terdapat banyak model pendidikan anak usia dini di dunia ini juga sama seperti dikemukakan Wortham (2006, hlm,54-69) dengan student center seperti Highscope

Curriculum, The Montessori Approach, Regio Emilia, The Project Approach . Salah satu model

terbaru yang dikembangkan dari bebarapa model di atas adalah model Beyond Center and Circle

Time BCCT. Dimana model pembelajarannya sesuai dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan

anak usia dini, sehingga dapat membantu mengembangkan kreativitas, karakter dan pola pikir anak serta sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak dengan penataan lingkungan yang memberikan kesempatan pada anak bereksplorasi menemukan pengetahuannya sendiri. Penyelenggaraan pembelajarannya merupakan perpaduan pendekatan pembelajaran sentra dan circle time .

Model Pembelajaran Anak Usia Dini BCCT (Beyond Centers and Circle Times ) seperti terpapar dalam CCCRT (2005, hlm, 1) merupakan pendekatan yang dikembangkan melalui hasil kajian teoritik dan pengalaman empirik yang merupakan pengembangan diri dari teori Lev Vygotsky, Jean Piaget, Erick Erickson dan Anna Freud yang dikembangkan oleh Creative for

Childhood Research and Training ( CCCRT) Florida, USA dan sudah dilaksanakan selama 35

tahun, baik untuk anak normal maupun anak yang berkebutuhan khusus. Kurikulum pembelajarannya berfokus pada intensitas dan densitas main sebagai perencanaan yang baik, pengorganisasian, dan pijakan pengalaman bermain. Kurikulum pembelajarannya berdasarkan standar NAEYC dan Head Start Child Outcomes.

Model pembelajaran pendidikan anak usia dini (PAUD) dengan Model BCCT ini diyakini mampu merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (multiple intelligent) melalui bermain yang terarah. Karena setting pembelajarannya mampu merangsang anak untuk saling aktif, kreatif, dan terus berfikir dengan menggali pengalaman sendiri. Hal ini berbeda dengan paradigma pendidikan lama yang hanya menghendaki murid mengikuti perintah, meniru atau menghafal.


(22)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kurikulum BCCT menggunakan kurikulum individual yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tahap perkembangan anak sehingga diarahkan untuk membangun pengetahuan anak yang digali oleh anak itu sendiri. Hal ini sesuai pendapat para ahli tentang karakteristik pembelajaran anak usia dini. Dimana kurikulum BCCT mendorong anak untuk bermain di sentra-sentra kegiatan. Sedangkan pendidik berperan sebagai perancang, pendukung dan penilai kegiatan anak. Pembelajaran bersifat individual, sehingga rancangan, dukungan , dan penilaianyapun disesuaikan dengan tingkatan perkembangan dan kebutuhan tiap anak.

Semua tahapan perkembangan anak dirumuskan dengan rinci dan jelas, sehingga guru memiliki panduan dalam penilaian perkembangan anak. Kegiatan pembelajaran tertata dalam urutan yang jelas. Dari penataan lingkungan main sampai pada pemberian pijakan-pijakan. Setiap anak memperoleh dukungan untuk aktif, kreatif, dan berani mengambil keputusan sendiri tanpa merasa takut salah. Karena kesalahan yang dilakukan akan menantang anak untuk mencari jalan keluar hingga mencapai nilai benar. Setiap tahap perkembangan bermain anak dirumuskan secara jelas, sehingga dapat menjadi acuan bagi pendidik melakukan penilaian perkembangan anak. Penerapan BCCT tidak bersifat kaku. Dapat dilakukan secara bertahap, sesuai situasi dan kondisi setempat.

Model pembelajaran anak usia dini BCCT harus didasarkan kepada prinsip-prinsip dan tahap perkembangan anak yang mengacu pada perkembangan potensi dan minat setiap anak melalui penyediaan lingkungan belajar yang kaya dan memasukkan esensi bermain pada setiap pembelajarannya. Esensi bermain yang meliputi perasaan senang, bebas dan merdeka harus menjiwai setiap kegiatan pembelajaran. Sehingga anak-anak belajar sesuai kebutuhan dan kemampuan masing-masing individu. Karena di setiap sentra terdapat berbagai pilihan kegiatan bermain yang juga memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, sehingga anak yang cepat tidak akan merasa jenuh/bosan karena terlalu mudah, dan anak yang lambat tidak akan frustasi karena sulit.

Model pembelajaran BCCT merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar yang dalam prosesnya dapat membantu anak membuat koneksi-koneksi antara pengalaman belajar baru dengan pengalaman sebelumnya yang sudah ada dalam memori jangka panjang untuk pembelajaran anak usia dini, perkembangan anak sangat diperhatikan lebih rinci menjadi tahapan main di setiap tiga jenis main yang mendukung capaian


(23)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

potensi anak secara alami bukan mengejar target tertentu dan menganggap yang belum mencapai belum berkembang tapi kecepatan perkembangan setiap anak di pertimbangkan, pijakan yang diberikan sangat rinci di setiap kegiatan yang mendukung anak untuk selalu mendapat stimulasi setingkat lebih tinggi dari yang telah dicapainya dengan pijakan lingkungan yang memprasaranai ketersediaan alat main dan dukungan orang dewasa maupun teman sebaya, capaian anak bukan hanya mengejar kepandaian seseorang secara individu tetapi juga memprasaranai anak untuk bekerja sama untuk salaing memberikan penguatan pada teman sebayanya, namun model ini masih jarang digunakan.

Pembelajaran anak usia dini masih pada paradigma lama lebih banyak berorientasi akademik. Banyak pendidik beranggapan bahwa penyelenggaraan bermain dengan model pembelajaran BCCT tidak mudah. Diperlukan pengetahuan, keterampilan, kerja keras dan kreativitas yang memadai agar pelaksanaannya dapat dilaksanakan dengan benar dan dapat meningkatkan seluruh aspek perkembangan anak dengan lebih baik. Banyak pendidik yang tidak mau mengikuti perubahan keilmuan seputar Pendidikan Anak Usia Dini yang sangat dinamis. Pendidik beralasan pendekatan sentra yang diterapkan dengan asal-asalan atau sekadar mengikuti tren tentunya akan sangat berbahaya karena anaklah yang pada akhirnya menjadi korban. Kesalahan penerapan model BCCT, terjadi jika pendidik hanya melihat implementasi hanya sebagian atau tidak utuh, serta tidak didukung dengan pendalaman materi yang melandasinya. Padahal jika pendidik anak usia dini tidak mau mengikuti perubahan, pada satu saat ia akan merasa asing di lingkungan pendidikan anak usia dini. Satu perubahan kebijakan akan berdarkan pada kebijakan terakhir yang sebelumnya digunakan. Jika tidak mengikuti perubahan dan terus menunggu hingga kebijakan penyelenggaraan PAUD sempurna, maka penyesuaian yang dilakukan guru akan semakin sulit.

Dari kajian diatas dapat dilihat beberapa perbedaan antar Model Pembelajaran BCCT menurut CCCRT dan Direktorat seperti diuraikan dalam jurnal JM Tedjawati (2009: Vol 15, No. 4) adalah 1) Batasan usia peserta didik menurut CCCRT 3-6 tahun sedangkan Direktotan 0-6 tahun, 2) rasio pendidik dan peserta didik di CCCRT tidak ada sedangkan di Direktorat sepuluh berbanding satu, 3) kompetensi pendidik CCCRT memiliki kompetensi standar sedangkan Direktorat hanya cukup pernah mengikuti pelatihan dan magang, 4) pembelajaran menurut


(24)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

CCCRT sebagai kurikukum sedangkan menurut Direktorat hanya sebuah pendekatan pendekatan, 5) tahapan perkembangan bermain anaksecara individu menjadi dasar kehati-hatian dalam penataan lingkungan sedangkan menurut direktorat tidak dijelaskan hanya sesuai tema dan mendukung tiga jenis main, 6) pentingnya bermain yang menekankan jenis permainan menyediakan keragaman kegiatan main yang cukup banyak sesuai kebutuhan anak dengan alat bahan, objek lain, anak dan guru yang menekankan pada penguasaan diri dan kemandirian tidak terurai menurut direktorat, 7) pijakan yang menjadi bagian kurikulum BCCT menurut CCCRT dalam memberikan dukungan untuk anak secara individu mencapai satu tingkat perkembangan dalam sebelumnya tidak terurai dalam tahapan schafollding bagaimana tahapan dukungan guru diberikan, 8) penataan setiap sentra dalam CCCRT harus mendukung keakasaraan secara jumlah dan variasi sesuai usia anak sebagai upaya membiasakan membaca, menulis dan berhitung serta perluasan kosa kata yang di dapat dari kegiatan main yang sesuai karakteristik kosa kata sentra tidak terurai menurut juknis Direktorat, 9) durasi waktu dalam BCCCT memfasilitasi waktu tambahan anak bermain tidak terpaku pada ketetapan waktu seperti dalam juknis dari Direktorat, 10) evaluasi capaian perkembangan anak lebih rinci menurut tahapan dari setiap tiga jenis main, sehingga tidak ada anak yang tercatat belum berkembang tetapi berdasarkan capaian tiap tahapan main tersebut sedangkandalam juknis hanya ditulis dilakukan secra otentik tanpa menjelaskan bagaimana keotentikan itu dilaksanakan, 11) kurikulum didesain untuk memberikan orang tua ide-ide pengalaman yang menyenangkan , penuh kasih dan merangsang perkembangan anak, 12) .

Perbedaan terjadi karena ada beberapa penyesuaian dengan kondisi PAUD di Indonesia. Sampai sejauh mana penyesuaian pelaksanaan model pembelajaran ini masih sesuai dengan standar PAUD di Indonesia. Standar PAUD di Indonesia apakah berbeda dengan standar Internasional NAECY. Beberapa perbedaan ini menarik bagi penulis untuk menganalisa secara lebih mendalam bagaimana Model pembelajaran Beyond Center and Circle Time menurut CCCRT serta standar PAUD di Indonesia. Apakah penyesuaian ini tidak menghilangkan kekhasan dari Model Pembelajaran BCCT ini sendiri.

Dengan menganalisa penyelenggaraan pendidik anak usia dini model sentra di PAUD Pelopor, diharapkan peneliti dapat secara utuh mendapat gambaran mengenai kelebihan dan


(25)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hambatan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini model Beyond Center and Circle Time. Sehingga dapat menepis bahwa penyelenggaraan PAUD Model BCCT sangatlah rumit dan memerlukan biaya yang sangat besar dalam menyediakan sarana prasarana pembelajaran.

PAUD Pelopor adalah salah satu PAUD percontohan nasional, dimana selain menjadi tempat pendidikan bagi anak usia dini juga tempat pembelajaran bagi para pendidik dan tenaga kependidikan menimba ilmu dalam program magang, studi banding dan pelatihan. PAUD Pelopor menerapkan pembelajaran model BCCT dengan memaksimalkan penggunaan APE dari lingkungan, baik bahan dari limbah maupun bahan alam. Hal ini sangat berguna bagi PTK PAUD yang beralasan takut salah atau sulit dan mahal melakukan model pembelajaran Beyond

Center and Circle Time. Dengan kemauan dan kerja keras serta terus mau belajar, maka

pembelajaran yang baik dan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak dapat tercapai. Dengan memaksimalkan potensi lingkungan memudahkan anak untuk melakukan pembelajaran di rumah, alat peraga edukatif dengan mudah didaptkan karena berasal dari bahan-bahan yang ada dilingkungan bahkan kadang di buang. Dengan menggunakan limbah dan potensi alam membuat anak lebih mencintai lingkungannya. Kreatifitas anak akan terasah dengan memanfaatkan limbah. Pembelajaran akan lebih dipahami karena semua berawal dari yang ada dekat dengan anak. Sehingga akan membantu PAUD lain di Indonesia untuk tidak takut menggunakan model ini karena keterbatasan sarana dan prasarana.

PAUD Pelopor sebagai percontohan Nasional yang unggul dengan APE limbah dan bahan alam ini apakah sesuai dengan Model Pembelajran BCCT menurut CCCRT yang merupakan model aslinya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji Analisis Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time (Studi Kasus di PAUD Berbasis Potensi Lingkungan)

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas telah disebutkan bahwa diantara persoalan yang mendasar dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini model pembelajaran Beyond Center and


(26)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Karakteristik program pembelajaran berdasarkan perkembangan anak usia dini pada penyelenggaraan PAUD model BCCT

2. Kompetensi dan peran guru pada penyelenggaraan PAUD yang menggunakan model pembelajaran BCCT

3. Karakteristik isi dan proses pembelajaran dan evaluasi peserta didik pada penyelenggaraan PAUD yang menggunakan model pembelajaran BCCT

4. Karakteristik sarana prasarana pengelolaan dan pembiayaan pada penyelenggaraan PAUD yang menggunakan model pembelajaran BCCT

5. Kekuatan dan kelemahan PAUD yang menggunakan model pembelajaran Beyond Center

and Circle Time

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam kesesuaian penyelengaraannya dengan Model Pembelajaran BCCT konsep CCCRT adalah sebagai berikut :

1. Apakah program pembelajaran PAUD yang menggunakan model pembelajaran BCCT sesuai dengan prinsip perkembangan anak pada Model BCCT menurut CCCRT serta standar Tingkat Pencapaian Perkembangan di Indonesia

2. Bagaimana profil kompetensi dan peran pendidik PAUD yang menggunakan Model Pembelajaran BCCT sudah sesuai dengan Model BCCT menurut CCCRT serta standar guru di Indonesia?

3. Apakah kegiatan pembelajaran PAUD yang menggunakan model BCCT telah sesuai dengan Model BCCT menurut CCCRT dan standar isi, proses dan evaluasi penyelengaraan PAUD yang menggunakan Model Pembelajaran BCCT?

4. Bagaimana sarana prasarana, pengelolaan dan pembiayaan PAUD yang menggunakan Model Pembelajaran BCCT sesuai dengan Model Pembelajaran BCCT menurut CCCRT dan standar PAUD di Indonesia?

5. Seperti apakah kekuatan dan kelemahan penyelenggaraan PAUD yang menggunakan Model Pembelajaran BCCT yang berbeda dengan dengan model BCCT menurt CCCRT?


(27)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan umum dari penelitian ini adalah dihasilkannya suatu analisa mengenai bagaimana penyelenggaraan PAUD yang menggunakan Model Pembelajaran BCCT di PAUD berbasis lingkungan sesuai dengan konsep CCCRT dan standar penyelenggaraan PAUD. Sedangkan tujuan khususnya adalah:

1. Mendapatkan gambaran tentang program pembelajaran yang sesuai prinsip perkembangan anak usia dini pada PAUD yang menggunakan Model Pembelajran BCCT dan kesesuaiannya dengan standar TPP

2. Mendapatkan gambaran lengkap mengenai profil kualifikasi dan kompetensi pendidik pada PAUD yang menggunakan Model Pembelajaran BCCT konsep CCCRT dan kesesuaiannya dengan standar PTK

3. Mendapatkan gambaran lengkap tentang isi dan proses pembelajaran serta evaluaasi peserta didik pada PAUD yang menggunakan Model Pembelajaran BCCT konsep CCCRT dan kesesuaiannya dengan standar isi, proses dan evaluasi penyelenggaraan PAUD

4. Mendapatkan gambaran secara lengkap mengenai sarana prasarana, pengelolaan dan pembiayaan PAUD model BCCT yang sesuai konsep CCCRT dan kesesuaian dengan standar sarana prasarana, pengelolaan dan pembiayaan

5. Mendapat gambaran kekuatan dan kelemahan penyelenggaraan PAUD model BCCT yang berbeda dengan dengan model BCCT menurt CCCRT?

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan akan dapat memberikan manfaat secara teoriris yang dapat dijadikan bahan masukan maupun kajian bagi pengembang kurikulum PAUD serta secara praktis dapat dirasakan kalangan lembaga pendidikan anak usia dini dan sekolah dasar sebagai penerima hasil out put , guru , peserta didik dan masyarakat.

Dengan kedalaman kajian teoritis diharapkan peneliti mendapat gambarn model pembelajaran Beyond Center and Circle Time secara utuh yang tentunya sesuai dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan anak usia dini yang sesuai perkembangan, keunikan, kebutuhan dan karakteristik anak usia dini. Tidak lagi terjadi kesimpang siuran atau beragam persepsi mengenai


(28)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penyelenggaraan pendidikan anak usia dini model Beyond Center and Circle Time. Karena sangat disayangkan ketika penataan lingkungan main yang banyak menguras waktu, tenaga dan biaya jika tidak ditindaklanjuti dengan penilaian yang sesuai dengan model Beyond Center and

Circle Time.Tidak akan ada lagi perencanaan yang berdasarkan hasil penilaian perkembangan

anak sebelumnya. Padahal penyelenggaraan pendidikan anak usia dini memiliki komponen yang secara utuh harus terlaksana menjadi suatu siklus yang terus berputar menghasilkan anak didik yang lebih baik. Jika dilakukan sebagian hanyalah akan menjadi indah dalam kemasan pendidikan saja , tidak berpengaruh maksimal pada perkembangan anak. Yang pada akhirnya kembali pada pola pendidikan lama yang tidak terencana dengan baik. Administrasi perencanaan hanya sebatas pelaksanaan kewajiban melaksanakan kegiatan sesuai tingkat pencapaian perkembangan. Hasil pembelajaran sebelumnya tidak dijadikan dasar untuk melakukan kegiatan selanjutnya. Semua anak melakukan kegiatan yang sama , padahal setiap anak memilki kecepatan yang berbeda dalam laju perkembangannya.

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi gambaran bagaimana pengelolaan pendidikan anak usia secara utuh untuk model pembelajaran anak usia dini model Beyond

Center and Circle Time. Kesuksesan suatu lembaga tentu tidak lepas dari pengelolaan lembagaa

yang baik terstruktur dariperencanaan hingga pengawasannya. Semua pihak yang terlibat memiliki tugas dan fungsinya masing-masing, yang mengacu pada tujuan yang sama. Sehingga dengan model pembelajaran Beyond Center and Circle Time terlihat nyata perbedaan hasil akhir anak dengan pembelajaran lainnya.

Hasil akhir yang nyata lebih positif akan menjadi daya tarik dan motivasi bagi guru PAUD untuk mencoba melakukan pembelajaran model Beyond Center and Circle Time. Penyelenggara Pendidikan Anak Usia Dini akan melaksanakan model Beyond Center and Circle

Time bukan karena hanya ikut tren saja tapi tahu pasti manfaat dan kelebihannya secara utuh.

E. Struktur Organisasi Tesis

Struktur Organisasi dari tesis yang berjudul Analisa Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini yang Menggunakan Model BCCT adalah sabagai berikut : BAB I berisi latar belakang, rumusan, tujuan, manfaat dan struktur organisasi Tesis dari penelitian. BAB II : berisi konteks


(29)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang jelas terhadap permasalahan tentang penyelenggraan Pendidikan Anak Usia Dini yang Menggunakan BCCT. BAB III: berisi merancang alur penelitiannya dari mulai pendekatan penelitian yang diterapkan, instrumen yang digunakan, tahapan pengumpulan data yang dilakukan, hingga langkah-langkah analisis data yang dijalankan.BAB IV : memaparkan temuan pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini yang Mengunakan Model BCCT dan pembahasan kesesuaiannya dengan Standar peneyelengaraan PAUD. BAB V : merupakan simpulan dari temuan dan pembahasan analisa penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini yang menggunakan Model BCCT, serta rekomendasi bagi lembaga yang diteliti, peneliti selanjutnya, pemerintah , praktisi maupun akademisi.


(30)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian

Temuan yang diperoleh dari penelitian analisis penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah berupa data mengenai penyelenggaraan PAUD yang menggunakan Model BCCT dengan standar penyelenggaraan PAUD terdiri dari standar tingkat pencapaian perkembangan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, proses dan penilaian, standar sarana prasarana, pengelolaan dan pembiayaan di PAUD Alam Pelopor sebagai berikut: 1. Profil PAUD ALAM Pelopor

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola dan profil yang diberikan,dengan maksud untuk menjamin terpenuhinya hak dan kebutuhan anak, serta kesinambungan pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini ,maka di dapat uraian sebagai berikut:

Sekolah Alam Pelopor di bawah badan hukum Yayasan Pelopor Pengembangan Sumber Daya Manusia Indonesia, atau Pelopor Foundation yang menyelenggarakan pendidikan meliputi Pendidikan Anak Usia Dini dan Sekolah Dasar. Pendidikan Anak Usia Dini Alam Pelopor menyelenggarakan layanan program Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain dan Taman Penitipan Anak.

a) Visi Misi

Visi sekolah Alam Pelopor adalah menjadi sekolah terdepan dalam membentuk pribadi (karakter) anak shaleh yang memiliki wawsan lingkungan hidup dan IPTEK. Sedangkan misi Sekolah Alam Pelopor adalah sebagai berikut:

Melakukan proses pembelajaran dalam membangun kecerdasan majemuk peserta didik dengan mengedepankan keteladananpara pendidiknya

i. Melakukan proses pembelajaran dalam membangun karakter dan cara pandang peserta didik terhadap lingkungan alam , sehingga amanah pada tugasnya sebagai khalifah di muka bumi


(31)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii. Melakukan proses pembelajaran partisipasif dan konstruktif dengan menjasdikan alam sebgai sumber utama pembelajaran dalam mengembangkan sikap ilmiah para peserta didik

iii. Menyediakan, mendidik, mengembangkan tenaga pendidik yang professional, amanah, memiliki integritas keilmuan, dan komitmen yang kuat dalam pendidikan

iv. Menyediakan dan mengembangkan sarana dan prasarana sekolah yang alami, estetis, asri, sehat sehingga sekolah menjadi lingkungan yang kondusif dalam mengembangkan prestasi peserta didik

v. Menjalankan sistem manajemen sekolah yang professional, amanah, transparan, dan akuntable

vi. Menjadi model dan contoh sekolah yang melakukan proses pembelajaran berwawasan lingkungan

b). Tujuan Pendidikan Sekolah Alam Pelopor

i. Membangun masyarakat sekolah yang terdiri dari siswa, peserta didik, guru, tenaga pendukung pendidikan, orang tua, dan masyarakat sekitar menjadi insane yang shaleh, yang meliputi keshalehan terhadap alam dan kesholehan keilmuan

ii. Membangun karakter dan pondasi akhlak peserta didik sehingga memiliki sikap sopan sntun, bijaksana, ilmiah, jujur, dan amanah.

iii. Membangun ketereampiln hidup (life skill0 peserta didik sehingga menjadi aak yang sehat, berani, kreatif, mandiri dan memiliki jiwa kepemimpinn dalam mengarungi kehidupan di masa depan

iv. Membangun pengetahuan, keilmuan, pada peserta didik sehingga ia menyadari , memahami, menguasai ilmu pengetahuan secara holistic

v. Mengembangkan bakat /talenta serta potensi peserta didik secara profesionalsehingga akan menjadi bekal kehidupannya di masa depan

Menjadikan warga sekolah yang terdiri dari siswa peerta didik, guru, tenaga pendukung pendidikan, orang tua dan masyarakat sekitar sebagai kader pecinta lingkungan


(32)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain itu sekolah alam pelopor juga menyediakan jasa pendidikan PAUD guna meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dan sebagai salah satu sumber pendanaan bagi pembiayaan di PAUD Alam Pelopor dengan jasa-jasa sebagai berikut :

i. Magang PAUD , sebagai PAUD percontohan , maka PAUD Alam Pelopor menerima magang PAUD untuk mendalami dan membangun kompetensi pendekatan pembelajaran bermain di sentra.

ii. Magang PAUD, sebagai sekolah model penerapan kurikulum 2013, maka menerima magang untuk mendalamai dan membangun komeensi penerapan kurikulum 2013 bagi guru SD se Indonesia.

iii. Pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan PAUD baik Diklat Berjenjang maupun kursus-kursus sesuai cdengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang dikeluarkan Direktorat Kursus dan Pelatihan Ditjen PAUDNI, Kementrian Pendidikan Indonesia.

c) Strategi Pembelajaran Sekolah Alam Pelopor

i. Menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah sehingga akan menjadi arah yang jelas dalam penyusunan kurikulum dan proses pembel;ajaran

ii. Menetapkan standar pelayanan sekolah kepaada masyarakat

iii. Menetapkan standar kompetensi dan standar pelayanan guru kepada peserta didik , lembaga sekola, orang tua, maupun masyarakat,

iv. Menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Alam Pelopor (KTSP) v. Menetapkan “Prinsip Sekolah Alam Pelopor”

vi. Menetapkan standar sarana dan prasarana Sekolah Alam Pelopor

vii. Menetapkan metode, media, dan strategi pembelajaran Sekolah Alam Pelopor d) Prinsip Belajar Sekolah Alam Pelopor

Prinsip belajar sekolah Alam Pelopor adalah “Fun learning “ dan “Prestatif Learning” Fun artinya gembira atau menyenangkan, sehingga proses pembelajaran di Sekolah Alam Pelopor harus dilakukan dengan suasasna gembiara dan menyenangkan, dengan demikian ada beberapa syarat untuk terselenggaranya pembelajaran sebagai berikut:


(33)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i. Sarana dan prasarana sekolah kondusif sehinggapeserta didik merasa nyaman untuk belajar, baik suasana kelas, lingkungan sekolah, tempat bermain, WC sekolah, taman maupun kebun sekolah

ii. Standar pelayanan sikap guru dalam melayani pembelajaran, seperti bertutur kata santun, bijaksana, asil, ramah dan murah senyum, tegas, bisa mengendalikan kemarahan, mengajar dengan penuh kasih sayang, menjadi contoh dalam berbagai hal bagi peserta didik

iii. Pengguanaan metodologi pembelajaran, penggunaan media dan alat peraga yang variatif, kreatif, atratif, komunikatif, yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang partisipasif dan interaktif

Prestatif artinya orientasi pembelajaran di arahakan untuk pencapaian tujuan pencapaian standar kompetensi yang diharapkan sesuai dengan kurikulum dengan yang teah ditetapkan dalam KTSP Sekolah Alam Pelpor, prinsip ini hanya digunakan di tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar. e) Standar Pelayanan Sekolah Alam Pelopor

i. Memberikan pelayanan structural kepada Departemen Pendidikan Nasional. Dinas pendidikan yaitu dengan membuat dan memberikan laporan rutin perkembangan sekolah, mengikuti berbagai rapat koordinasi, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan Dinas Pendidikan.

ii. Memberikan layanan informasi kepada masyarakat dalam menyampaikan visi, misi, dan tujuan serta kegiatan sekolah, sehingga masayarakat mmahami kontekstual sekolah alam sebagai lembaga pendidikan setingkat PUD dan SD yang berperan serta dalam melakukan wajib belajar dan mencerdaskan kehidupan bangsa

iii. Memberikan pelayanan penidikan kepada masayarakat pemilih Sekolah Alam Pelopor (orang tua murid) dengan melakukan kesepakatan dalam mendidik anak-anak , mereka dengan terbuka, transparan dan akuntable,

iv. Memberikan pelayanan laporan perkembangan peserta didik pada orang tu a secara berkala, baik dalam bentukpertemuan rutin maupun pembagian raport.


(34)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i. Memberikan pelayanan structural kepada lembaga sekolah melalui kepala sekolah yaitu dengan membuat rencana proses pembelajaran (RPP), menilai hasil belajar peserta didik, laporan evaluasi ssecara berkala, menegakkan kedisiplinan, integritas dan komitmen pada lembaga sekolah

ii. Memberikan pelayanan horizontal kepada orang tua murid dengan melakukan komunikasi horizontal tentang perkembangan peserta didiknya, melakaukan diskusi dengan orang tua , bersikap ramah, santun, bijaksana dan selalu bermusafahah bila saling bertemu.

iii. Memberikan pelayanan pembelajaran kepada peserta didik secara partispasif dan interaktif disertai dengan sikap penuh kasih sayang, santun dan lembut dalam bertutur kata, adil dan bijaksana, dapat mengendalikan kemarahan, ramah dan murah senyum, dan menjadi suri auladan bagipeserta didiknya

iv. Membangun karakter anak yang elah ditetapkan dsekolah dengan menggunakan metode : (a) pembiasaan, (b) keteladanan, dan (c) kesepakatan. Prinsip yang digunakan dalam membangun karakter anak sekolah (a) kasih sayang, (b) menyenangkan kontinuitas, (c) kontinuitas, dan (d) konsisten.

v. Secara khusus guru sekolah alam Pelopor harus memberikan keteladanan kepada peserta didik dan masyarakat dalam mencintai dan memelihara lingkungan alam sekitar sekolah. g) Standar Kesiapan Belajar Peserta Didik PAUD Alam Pelopor

Melatih dan membiasakan anak untuk memiliki sifat yang bijaksana dan jujur dalam perkataan dan perbuatan

i. Senang meniru dan melakukan akhlak dan keparibadian Nabi Muhammad SAW seperti sabar , pemaaf, ikhlas, berani, dll

ii. Menyiapkan generasi yang mandiri dan mampu menyelesaikan maslah yang sesuai dengan perkembangan anak

iii. Menyiapkan pribadi yang kreatif dan inovatif sesuai dengan perkembangan zaman iv. Menyiapkan generasi yang cerdas, kreatif, dan berbudi pekerti luhur


(35)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan mengambil kutipan dari pendapat Maria Montessori 1949 : “ Bagian terpenting dari kehidupan bukanlah di Universitas , tetapi periode pertama 0 sampai dengan 6 tahun , karena selama periode ini seluruh instrument besar manusia dibentuk, bukan kecerdasan saja tetapi seluruh kecakapan psikis”

i.)Pendekatan Pembelajaran di PAUD Alam Pelopor

Pendekatan pembelajaran yang digunakan merupakan proses kegiatan belajar anak yang direncanakan dengan menggunakan pendekatan “tematik” dan “ saintifik” untuk mencapai KI, KD dan Indikator sesuai dengan kurikulum PAUD 2013 dan kurikulum local yang dikembnagkan lembaga di satuan lembaga PAUD.

Pelaksanaan pendekatan tematik artinya Pengembangan kompetensi peserta didik dilaksanakan dengan menggunakan berbagai kegiatan main anak sesuai dengan tema-tema yang telah disepakati. Dalam setiap kegiatan main, pendidik dapat memetakan pencapaian KI, KD dan indicator yang akan dicapai oleh peserta didik.

Pendekatan Saintifik di PAUD dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenalkan, memahami, berbagai kompetensi dengan mengggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan saintifik yang dimaksud adalah cara belajar sains yang dapat mengembangkan pola pikir saintifik dengan proses mengamati, selanjutnya mengumpulkan informasi, mengasosiasi (mengolah informasi data sesuadah dikumpulkan) serta mengkomunikasikan.

j) Program PAUD yang dikembangkan adalah Pendekatan POD pada pembelajaran PAUD

Pendiri PAUD Alam Pelopor bukanlah orang memiliki latar belakang pendidikan keguruan, melainkan seorang Sarjana Hukum yang sejak mahasiswa menggeluti dunia pelatihan, maka pemikirannya sangat dipengaruhi oleh dunia pelatihan. Konsep POD dengan berbagai modifikasi dan penyesuaian ia desain menjadi sebuah pendekatan pembeajaran di Sekolah Alam Pelopor.

Di dalam POD pembelajaran dilaksanakan secara partisipatif dengan cara mengeksplor pengakaman dari peerta didik, sehingga pengetahuan, sikap, dan keterampilan dapat terbangun secara konstruktif oleh peserta melalui proses siklus pendidikan orang dewasa. Konsep ini


(36)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan di sekolah Alam Pelopor sebagai sebuah pendekatan yang digunakan dalam membangun pengetahuan, sikap, dan keterampilan anak secara konstruktif dan partisipastif. Dalam melaksanakan konsep ini di dalam prosesnya diperlukan keteramp[ilan dalam menyiapkan dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dpt menbangun partispasi aktif peserta didik.

Demikian pula asas pelatihan pada orang dewasa terdiri dari : (1) pengalaman, (2) partisipatif, (3) kerjasama, diterapkan pada proses membangun pengetahuan, sikap, keterampilan kepada anak-anak. Perubahan mendasar dari penerapan asas pelatihan ini diantaranya:

i. Pemanggilan kesemua anak tidak lagi dengan panggilan anak-anak atau kalian tetapi memanggil mereka dengan panggilan “teman-teman” , sebagai bentuk pengakuan kesetaraan antara guru dan anak sebagai manusia yang utuh, dimana Allah SWT telah menganugerahkan 100milyar sel otak kepada setiap bayi yang terlahir. Hasilnya kondisi yang terbangun adalah hubungan guru dan anak menjadi sangat dekat, guru mampu menjadi teman sekaligus orang tua di sekolah , orang tua tidak lagi menunggui anak di sekolah

ii. Dengan keterampilan bertanya dan mendengar guru, mampu membangun partisipasi aktif anak dalam diskusi pada saat membangun partisipasi aktif anak dalam diskusi pada saat meambangun apersepsi anak dalam 6 lingkup perkembangan anak yaitu: (1) moral agama, (2) social emosional, (3) kognisi, (4) bahasa, (5) fisik motorik, dan (6) seni. Demikian pula pada saat refleksi saat setelah bermain, anak-anak begitu antusias dalam menyampaikan pengalamannya yang dipancing oleh pertanyaan terbuka dari guru.

iii. Suasana bermain yang menyenangkan dapat terbangun dengan baik, keharmonisan hubungan teman antar anak dan guru mampu membangun kerjasama tim dalam mencapai 6 aspek perkembangan anak bertumpu pada kebutuhan anak, sehingga anak dapat menciptakan suasana bermain yang nyaman dengan membuat aturan main sendiri dan konsekuensinya, yang menjadi modal untuk megembangkan kerjasama dalam bermainn karakter yang terbangun adalah :” Anak asyik bermain “ bukan “Guru aktif mengajar”, maka dalam prosesnya lembaga PAUD harus menyiapkan banyak mainan dan bahan mainan yang ditata secara rapih dan sedap dipandang mata. Mainan dan bahan


(1)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Tidak menggunakan capaian perkembangan sebagai dasar perencanaan dan pengelolaan kelas, sehingga mai kurang bermakna menstimulasi dan menjadi sia-sia.

b. Tidak memiliki konsep pengetahuan yang luas mengenai tema, sehingga salah menjelaskan pada anak

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan terdapat beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan bahan masukan bagi piohak-pihak yang terkait. Adapun rekomendasi ini ditujukan untuk.

1. Pengelola

Agar apa yang menjadi program PAUD berjalan sesuai dengan rencana kiranya pengelola perlu lebih intensif melakukan supervise dan pembinaan, karena kepahaman dan keadaan di lapangan perlu pembinaan yang berkelanjutan. Selain itu budaya bedah buku terbaru mengenai PAUD perlu menjadi budaya, selain menjadi tauladan bagi pendidik juga bagi peserta didik.

2. Tenaga Pendidik

Penelitian tindakan kelas dan evaluasi pembelajaran dan budaya bedah buku hendaknya dijadikan dasar pengembangan program dan pembelajaran selanjutnya, agar proses pembelajaran berdasarkan perkembangan secara individu dan penilaian terus berkesinambungan terus dapat ditingkatkan. Perencanaan, penataan dan pelaksanaan kegiatan main akan menjadi lebih maksimal jika dilakukan sesuai tahapan main. Sehingga anak terus mendapat stimulasi meningkatkan capaian perkembangannya dengan dukungan orang dewasas sesuai tahapan kebutuhan anak.

3. Pembuat kebijakan

a. Memberikan petunjuk suatu model pembelajaran baru secara utuh, sehingga jika ada penyesuaian pelaksanaan dari tujuan utama tetap secara bertahap diusahakan mendekati ketercapaiannya.

b. Pendampingan implementasi dan evaluasi terus dilakukan dengan dukungan untuk mencapai model secara utuh.


(2)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Memaksimalkan peran pengawas dan penilik di lapangan, sebagai pendamping, penilai dan motivator lembaga mencapai standar

d. Memaksimalkan peran Forum PAUD tempat berbagi pengalaman dan pengetahuan PAUD antara akademisi dan praktisi

e. Perhatian dan pelayanan dari pemangku kebijakan di Dinas Pendidikan khusunya Direktorat PAUDNI seharusnya lebih ditingkatkan dan diutamakan pada peningkatan kualifikasi dan kompetensi.

f. Menjadikan skala prioritas pembiayaan meningkatkan kualitas PAUD karena merupakan masa emas, bukan hanya menyerahkan pada masyarakat

g. Memperbanyak ketersediaan tempat pelatihan, perguruan tinggi, dosen, dan trainer PAUD dilapangan yang sangat minim, sedangkan PTK PAUD di tuntut berkualifikasi S1. h. Ketersedian perguruan tinggi yang terakreditasi A yang merupakan syarat guru

tersertifikasi hingga ke kota kabupaten yang diakui masih sulit.

i. Ketika menentukan standar , bagaimana standar itu dapat dipenuhi juga harus terfikirkan dan diperhitungkan juga, bukan hanya menjadi angan yang sulit di capai.

j. Membuat acuan pelaksanaan Kurikulum 2013 secara lengkap seperti tingkat sekolah dasar, karena kualifikasi dan kompetensi guru PAUD masih di bawah standar.

4. Para pengguna hasil penelitian

Dengan hasil penelitian ini menjadi inspirasi bagi para peneliti PAUD untuk menemukan model pembelajaran khas Indonesia yang dapat dilakukan oleh siapapun , dimanapun dengan biaya minimum tapi hasilnya maksimal. Menjadi dasar dan semangat melakukan penelitian lebih mendalam mengenai pengelolaan PAUD yang holistic integrative. Karena di lapangan masih banyak permasalahan yang terlihat disepelekan padahal hasilnya sangat berpengaruh pada pembentukan anak seutuhnya, bukan hanya kemampuan akademiknya saja tetapi kemampuan sikap, keterampilan, kreatif , daya cipta juga. Pembentukan sikap atau kepribadian anak tidak secepat membalik tangan, tidak dengan perintah, tapi teladan dari


(3)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

guru, orang tua dan lingkungan. Betapa kompleks masalah dilapangan dan ini butuh kajian mendalam dari rekan peneliti terutama mengapa perubahan kurikulum terjadi untuk memperbaiki pelayanan lembaga tapi lembaga tidak mau berubah selalu berputar pada pembelajaran seadanya tanpa perencanaan, penilaian proses, dan yang utama belajar seraya bermain kurang terpenuhi.

5. Pemecah masalah di lapangan

Dengan hasil penelitian ini diharapkan para pemecah masalah dilapangan yang saat ini masih yang merasa sulit untuk mengembangkan dan menentukan kemana lembaganya akan diarahkan menjadi bahan motivasi untuk memenemukan pemecahan masalah di lapangan bagaimana PAUD dikembangkan yang berkesinambungan dari semua unsurnya baik kurikulum, sarana prasana dan kemitraan. Menjadi pembuka jalan untuk mau membaca referensi lebih dalam, karena keterbatasan penulis hanya dapat memnyajikan sebagian kecil saja. Jadi banyak buku yang dapat membantu pemecah massalah di lapangan.


(4)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, dkk.( 2008). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitass Terbuka

Al Falah, (2003). Modul Training Beyond Centers and Circle Time, Jakarta

Arriyani, Neni dan Wismiatri. (2010) Panduan Pendidikan Sentra Untuk PAUD Sentra Peran . Jakarta :Pustaka Al Falah

Asmawati, Luluk dkk.( 2011). Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka

Allen Jan and Catron E Carol, (1999), Early Childhood Curriculum A Creative Play Model, Columbus, Ohio: Merril/ Prentise Hall

Badruzaman, dkk, (2011) Media dan Sumber Belajar TK, Jakarta: Universitas Terbuka Byron Tanya, (2008), Your Child Year by year, Dorling Kindersley Limited

Brewer, Jo Ann, (2007), Introduction to Early Childhood Education (Preschool through Primary

Grades), USA: Pearson Education, Inc

Bredekamp Sue and Coople Carol, (2009), Development Appropriate Practise in Early

Childhood Programs, Washington DC : NAECY

Depdiknas .( 2006) Pedoman Penerapan Pendekatan “Beyond Center and Circle Time”

(Pendekatan Sentra dan Lingkaran dalam Pendidikan Anak Usia Dini). Jakarta: tidak

diterbitkan

Dhieni Nurbiana, dkk , (2011), Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta; Universitas Terbuka Doodge, TD., Colker, LJ., & Heroman,CJ., (2002), Creative Curriculum for Preschool,

Washington DC

Fleer ,Marilyn dan Dockett Sue, (2000), Play and Pedagogiy in Early Childhood Bending the

Rules, Australia: Harcourt Australia Pty Limited

Hapidin, dkk, (2013), Manajemen pendidikan TK, Jakarta: UT


(5)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Harkonen Ulla (2003) The New System Theory of ECE and Preschool a frame of Reference for Suistainable Education, Finland : University of Joensuu

Hoffman,

Istiqlal, (2011) Program Kegiatan Bermain sambil Belajar integrasi PendidikanAgama dengan

pendekatan Beyond Centers and Circle Time (BCCT) Lebih Jauh Tentang Sentra, Jakarta

: Al Falah

Johnsons EJ., and Roopnarine JL.,(1993), Approaches to Early Childhood Education, New York : Macmillan Publishing Company

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, (2012), Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD, Jakarta : tidak diterbitkan

Mac Ewan, Arthur, (2013), Early Childhood Education as an Essential Component of Economic Development,

Mayesky Mary, (2009), Creative Activities for Young Children, New York USA: Delmar Cengage Learning

Morrison, George S, , (2002), Early Childhood Education Today, Florida: Merrill Publishing Company

NAEYC and NAECS/SDE, (2012) , A Guide to Statement in Early Childhood, Statement Early

Childhood Curriculum, Assesment, and Program Evaluation., USA

Nugraha, Ali, (2011), Kurikulum dan bahan belajar TK, Jakarta : Universitas Terbuka Nusa Putra . (2012). Penelitian Kualitatif PAUD. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Pamela, ( 2010) Beyond Centers and Circle Time. Tallahassee : Florida The North American Association for Environmental Education , Early Childhood Enviromental Programs, Washington, D.C. 20036 USA The Creative Center for Childhood Research and Training , Inc. (CCCRT),

Rachmawati , Yeni dan Nugraha Ali, (2011), Metode Pengembangan Sosial Emosional, Jakarta : Universitas Terbuka

Saleh Martini , dan Wismiaarti 2010. Panduan Pendidikan Sentra Untuk PAUD Sentra Balok. Jakarta :Pustaka Al Falah


(6)

Ine Rahaju, 2014

Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Soendari Retno , dan Wismiarti.( 2010). Panduan Pendidikan Sentra Untuk PAUD Sentra

Persiapan. Jakarta :Pustaka Al Falah

Soegiyono, (2012), Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Jakarta: Alfabeta CV

Sujiono, Yuliani Nurani (2011) . Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Indeks Sujiono, Yuliani Nurani (2009) .Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta : UT

Sujiono, Bambang, (2011), Metode Pengembangan Fisik, Jakarta : Universitas Terbuka Suyadi dan Ulfah (2012) Konsep Dasar PAUD, Bandung : PT Remaja Rosdakarya

ECE a Global Scenario , (2013) The Educational International Early Childhood Education Task

Force, , A Study Conducted

Weikart P. David and Hoffmann (1995), Active Learning Practise for Preschool and Child Care

Programs , Educating Young Children, High Scope Press, Michigan

Winata putra, US., (2011), Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Universitas Terbuka Wortham, SC., (2006) ECE Development Bases for Learning and Teaching, San Antonio :

University of Texas


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BCCT (BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME) DI PRE IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BCCT (BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME) DI PRE SCHOOL INTAN PERMATA AISYIYAH MAKAMHAJI TAHUN 2013/2014.

0 1 14

PENERAPAN METODE BEYOND CENTER AND CIRCLE Penerapan metode beyond center and circle time untuk meningkatkan kemandirian pada anak usia dini.

0 4 16

PENDAHULUAN Penerapan metode beyond center and circle time untuk meningkatkan kemandirian pada anak usia dini.

0 5 13

PENERAPAN METODE BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PADA ANAK USIA DINI Penerapan metode beyond center and circle time untuk meningkatkan kemandirian pada anak usia dini.

0 5 20

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BCCT (BEYOND CENTER Implementasi Model Pembelajaran BCCT (Beyond Center and Circle Time) di KB Anak Sholeh Colomadu Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013.

0 2 15

PENGELOLAAN BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI DI Pengelolaan Beyond Center And Circle Time (BCCT) Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini di Kelompok Bermain LPI Hidayatullah Banyumanik Semarang.

0 0 16

PENDAHULUAN Pengelolaan Beyond Center And Circle Time (BCCT) Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini di Kelompok Bermain LPI Hidayatullah Banyumanik Semarang.

0 2 10

Pengelolaan Beyond Center And Circle Time (BCCT) Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini di Kelompok Bermain LPI Hidayatullah Banyumanik Pengelolaan Beyond Center And Circle Time (BCCT) Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini di Kelompok Bermain LPI Hidayatullah Ba

1 1 21

IMPLEMENTASI PENDEKATAN BCCT BEYOND CENTERS AND CIRCLE TIME DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN JAMAK (MULTIPLE INTELLIGENCES) ANAK USIA DINI.

3 5 42

ANALISIS PENYELENGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI YANG MENGGUNAKAN MODEL BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME - repository UPI T PD 1202205 Title

0 0 4