Analisis Terjemahan Tuturan Karakter Spongebob dalam Komik Amazing Journey dan Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia Rahmat
commit to user
Analisis Terjemahan Tuturan Karakter Spongebob dalam
Komik
Amazing Journey
dan Terjemahannya dalam Bahasa
Indonesia
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Terapan Bidang Penerjemahan
Oleh:
Rahmat Wisudawanto S130809012
Program Studi Linguistik Minat Utama Penerjemahan Program Pascasarjana
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
(2)
commit to user
(3)
commit to user
(4)
commit to user
(5)
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Ibu dan Bapak
Kakak-kakakku dan sahabat-sahabat semua
(6)
commit to user
vi MOTTO
Semua diawali dari berdoa dan
berusaha
(7)
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan nikmat,
petunjuk dan semua yang menurut-Nya terbaik untuk penulis sehingga akhirnya
mampu menyelesaikan penulisan tesis ini. Selanjutnya penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya buah karya ini.
Untuk itu Penulis ingin memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
menuntut ilmu di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
2. Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D., Ketua Program Studi
Linguistik Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
sekaligus pembimbing I yang telah memberi kesempatan, motivasi, masukan
dan membimbing penulis dalam penyelesaian tesis ini.
3. Dr. Tri Wiratno M.A., pembimbing II, yang dengan penuh kesabaran dan
ketelitian telah memberikan bimbingan dan saran dalam menyelesaikan tesis
ini.
4. Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana dan Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., selaku
ketua dan sekretaris tim penguji yang telah memberikan masukan yang
berharga demi perbaikan tesis ini.
5. Seluruh dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
Program Studi S2 Linguistik minat utama Penerjemahan yang telah
(8)
commit to user
viii
6. Seluruh karyawan dan biro administrasi Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
7. Andy Bayu Nugroho, S.S, M.Hum dan Sumardiono, S.S, M.Hum yang telah
bersedia menjadi informan untuk tesis ini.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan Linguistik Penerjemahan Universitas Sebelas
Maret angkatan 2009: Mbak Prima, Mbak Mita, Beta, Agustin, Mbak Ria, Bu
Dewi, Bu Titik, Reni, Mbak Fella, Mas Bayu, dan Pak Yahya.
Dalam kesempatan ini tidak ada yang bisa penulis sampaikan selain ucapan
terima kasih yang tulus. Akhirnya, semoga tesis ini bermanfaat dan dapat
menjadi sumbangan dalam khazanah keilmuan. Amin.
Surakarta, Februari 2012
(9)
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Judul ……….……… i
Persetujuan ..……… ii
Pengesahan ...……… iii
Pernyataan ...……… iv
Persembahan ……… v
Motto ……….……… vi
Kata Pengantar ……… vii
Daftar Isi ….………. ix
Daftar Tabel ……….……….... xi
Daftar Gambar ……….... xii
Abstract ……… xiv
Abstrak ……… xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1
B. Batasan Masalah……..………. 8
C. Rumusan Masalah……… 8
D. Tujuan Penelitian…..……… 9
E. Manfaat Penelitian……… 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Pengertian penerjemahan………. 11
2. Proses penerjemahan………... 13
3. Penerjemahan dan budaya…..………. 15
4. Penerjemahaa dan pragmatik……… 16
5. Teknik penerjemahan……….. 17
(10)
commit to user
x
7. Tindak ilokusi…….………. 26
8. Keakuratan dalam penerjemahan………. 28
9. Keberterimaan dalam penerjemahan……… 29
10.Penelitian yang relevan...………. 29
B. Kerangka Pikir………... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian……….. 33
B. Lokasi Penelitian………... 34
C. Sample dan Teknik Sampling……….. 34
D. Data dan Sumber data……….. 36
E. Validitas data….……… 37
F. Teknik Pengumpulan Data……….. 38
G. Teknik Analisis Data ………... 41
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian….………... 46
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian……… 49
1. Jenis dan Fungsi Tindak Ilokusi ……… 49
2. Teknik Penerjemahan Tuturan …………..……… 73
3. Evaluasi Keakuratan dan Keberterimaan ……… 86
B. Pembahasan …...……….. 100
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN ....……….. 125
B. SARAN...………... 128
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(11)
commit to user
xi Daftar Tabel
Tabel 1-III. Penghargaan tokoh kartun Spongebob…..……….. 35 Tabel 2-III. Kriteria penilaian keakuratan ..………... 39 Tabel 3-III. Kriteria penilaian keberterimaan……..………... 40 Tabel 4-III. Tabel klasifikasi jenis, fungsi, teknik penerjemahan tindak
tutur ilokusi……….... 44 Tabel 5-III. Hubungan antara jenis,fungsi, pergeseran ilokusi, teknik
penerjemahan dan penilaiantingkat kualitas terjemahan tuturan tindak ilokusi………... 45 Tabel 6-IV. Klasifikasi tuturan Spongebob berdasar tindak ilokusi Searle
………..…………... 50 Tabel 7-IV. Klasifikasi tuturan Spongebob berdasar teknik penerjemahan
Monila& Albir………..…………... 69 Tabel 8-IV. Klasifikasi tuturan Spongebob berdasar tingkat keakuratan…… 83 Tabel 9-IV. Klasifikasi tuturan Spongebob berdasar tingkat keberterimaan.. 89 Tabel 10-IV. Klasifikasi tuturan Spongebob berdasar tindak ilokusi teknik
penerjemahan dan pergeseran ilokusinya………..……… 106 Tabel 11-IV. Klasifikasi tuturan Spongebob berdasar keakuratan dan
teknik yang diterapkan………..……… 113 Tabel 12-IV. Klasifikasi tuturan Spongebob berdasar keberterimaan dan
teknik yang diterapkan………..………….. 115 Tabel 13-IV. Hubungan antara jenis, fungsi dan pergeseran ilokusi,teknik,
keakuratan dan keberterimaan……….………. 118
Daftar Gambar
(12)
commit to user
xii
Gambar 2-I. Contoh tuturan tokoh Spongebob dalam komik... 5
Gambar 1-II. Bagan Proses Penerjemahan Nida dan Taber... 13
Gambar 2-II. Bagan Proses penerjemahan menurut Suryawinata & Hariyanto……….. 14
Gambar 3-II. Diagram Kerangka Pikir………... 32
Gambar 1-III. Skema trianggulasi metode Sutopo………...……….. 38
Gambar 2-III. Skema analisis data Spradley……….. 41
Gambar 3-III. Contoh kalimat yang termasuk data……….... 42
Gambar 4-III. Contoh kalimat yang termasuk data……….... 42
Gambar 5-III. Contoh kalimat yang bukan termasuk data….………….... 43
Gambar 6-III. Contoh kalimat yang bukan termasuk data….………….... 43
Gambar 1-IV. Contoh tuturan asertif dengan fungsi mengatakan..……… 52
Gambar 2-IV. Contoh tuturan asertif dengan fungsi menjelaskan………. 53
Gambar 3-IV. Contoh tuturan asertif dengan fungsi memberitahu……… 55
Gambar 4-IV. Contoh tuturan asertif dengan fungsi menanyakan………. 56
Gambar 5-IV. Contoh tuturan asertif dengan fungsi meyakinkan……….. 57
Gambar 6-IV. Contoh tuturan asertif dengan fungsi membenarkan……... 59
Gambar 7-IV. Contoh tuturan asertif dengan fungsi menyangsikan.……. 60
Gambar 8-IV. Contoh tuturan direktif dengan fungsi memohon………… 62
Gambar 9-IV. Contoh tuturan direktif dengan fungsi menyuruh………… 64
Gambar 10-IV. Contoh tuturan direktif dengan fungsi menyarankan……. 65
Gambar 11-IV. Contoh tuturan direktif dengan fungsi mengharap……… 67
Gambar 12-IV. Contoh tuturan ekspresif dengan fungsi berterima kasih… 69
Gambar 13-IV. Contoh tuturan ekpresif dengan fungsi menilai………….. 70
Gambar 14-IV. Contoh tuturan komisif dengan fungsi berjanji....……….. 72
Gambar 15-IV. Contoh tuturan yang diterjemahkan dengan teknik literal.. 74
Gambar 16-IV. Contoh tuturan yang diterjemahkan dengan teknik literal.. 75
Gambar 17-IV. Contoh tuturan yang diterjemahkan dengan teknik peminjaman murni... 76
Gambar 18-IV. Contoh tuturan yang diterjemahkan dengan teknik peminjaman murni... 77
Gambar 19-IV. Contoh tuturan yang diterjemahkan dengan teknik kalke.. 78
Gambar 20-IV. Contoh tuturan yang diterjemahkan dengan teknik kalke.. 79
Gambar 21-IV. Contoh tuturan yang diterjemahkan dengan teknik padanan lazim... 80
Gambar 22-IV. Contoh tuturan yang diterjemahkan dengan teknik peminjaman naturalisasi... 81
Gambar 23-IV. Contoh tuturan yang diterjemahkan dengan teknik modulasi... 82
Gambar 24-IV. Contoh tuturan yang diterjemahkan dengan teknik variasi ... 83
Gambar 25-IV. Contoh tuturan yang diterjemahkan dengan teknik duplet ... 84
Gambar 26-IV. Contoh tuturan yang diterjemahkan dengan teknik triplet ... 85
Gambar 27-IV. Contoh tuturan yang diterjemahkan secara akurat ... 88
Gambar 28-IV. Contoh tuturan yang diterjemahkan secara akurat ... 89
(13)
commit to user
xiii
Gambar 30-IV. Contoh tuturan yang diterjemahkan secara kurang akurat ... 92
Gambar 31-IV. Contoh tuturan yang diterjemahkan secara tidak akurat ... 93
Gambar 32-IV. Contoh tuturan yang diterjemahkan secara berterima ... 95
Gambar 33-IV. Contoh tuturan yang diterjemahkan secara berterima ... 96
Gambar 34-IV. Contoh tuturan yang diterjemahkan secara kurang berterima ... 97
Gambar 35-IV. Contoh tuturan yang diterjemahkan secara kurang berterima ... 98
Gambar 16-IV. Contoh tuturan yang diterjemahkan secara tidak berterima ... 99
(14)
commit to user
xiv
ABSTRAK
Rahmat Wisudawanto. C130809012. 2012. “Analisis Terjemahan Tuturan Karakter Spongebob dalam komik Amazing Journey dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Tesis. Surakarta. Program Pascasarjana Program Studi Linguistik Penerjemahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis dan fungsi tindak ilokusi tuturan karakter Spongebob yang ada dalam teks bahasa sumber, mengidentifikasi teknik penerjemahan tuturan yang digunakan dan mengungkapkan dampak dari pengunaan teknik tersebut terhadap keakuratan dan keberterimaan terjemahan tuturan.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah komik Amazing Journey karya Stephen Hillenburg dan terjemahannya Petualangan Seru yang diterbitkan oleh Komik Warna Team. Adapun data dalam penelitian ini adalah semua tuturan karakter Spongebob dan penilaian rater yang didapat melalui kuesioner. Analisis dilakukan bersamaan dengan melihat keterkaitan antar bagian dalam data atau elemen-elemen yang terlibat didalamnya. Analisis ini dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Model analisis ini sesuai dengan model analisis etnografi yang diusulkan oleh Spradley.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat empat jenis tindak ilokusi yaitu assertif, direktif, komisif, dan ekspresif. Adapun teknik yang digunakan untuk menerjemahkan tuturan karakter Spongebob adalah kombinasi dua teknik (58 kasus), literal (51 kasus) peminjaman murni (17 kasus), kalke (12 kasus), kombinasi 3 teknik (11 kasus), peminjaman naturalisasi (6 kasus), modulasi (6 kasus), padanan lazim (1 kasus), dan variasi (1 kasus) .
Sementara itu, analisis kualitas terjemahan menunjukkan bahwa tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan tuturan tergolong tinggi. Hanya terdapat 11 data yang diketegorikan kedalam terjemahan yang kurang dan tidak akurat dan 12 data yang tergolong dalam terjemahan yang kurang dan tidak berterima.
Tingkat keakuratan dan keberterimaan yang lebih dari 85% dari total data mengimplikasikan bahwa secara umum hasil terjemahan tuturan bisa dikatakan bagus. Kombinasi dua teknik dan literal adalah dua teknik yang paling dominan dalam menghasilkan terjemahan yang akurat dan berterima.
Penelitian ini hanya menggunakan data tuturan-tuturan Spongebob sebagai tokoh utama dalam komik. Tuturan-tuturan tokoh lain dalam komik Amazing Journey
masih dapat dijadikan sebagai data untuk penelitian selanjutnya.
Kata kunci: tuturan, tindak ilokusi, teknik penerjemahan, keakuratan dan keberterimaan.
(15)
commit to user
xv
ABSTRACT
Rahmat Wisudawanto. C130809012. 2012. “Translation analysis of Spongebob’s utterances in comic entitled Amazing Journey and its translation into Bahasa Indonesia. Thesis. Surakarta. Post Graduate Program. Study Program of Linguistics in Translation Studies Major.
This reserach is aimed at describing the types and functions of illocutionary act from Spongebob’s utterances in source text, identifying the translation techniques applied and discovering the effects of the applied translation techniques towords the quality of accuracy and acceptability in translating the utterance.
This research belongs to descriptive qualitative. The source of data is a comic entitled Amazing Journey by Stephen Hillenburg and its translation Petualangan seru
by Komik Warna Team. Whereas, the data are all of Spongebob utterances found in the comic and the responses obtained from questionnaire which are completed by the raters. This analysis was conducted by finding the relationship among the elements involved in this research. The analysis was conducted at the same time during the data collection. The model of the analysis was ethnographic analysis as proposed by Spradley.
The result of the analysis shows that there are four types of illocution namely assertives, directives, commissives, and expressives. Whereas, the most frequent technique which applied to translate the utterence are combination of two techniques (58 cases), literal (51 cases) pure borrowing (17 cases), calque (12 cases), combination of three techniques (11 cases), naturalize borrowing (6 cases), modulation (6 cases), establish equivalent (1 case), and variation (1 case) .
Meanwhile, the analysis of quality shows that the level of accuracy and accebtability are high. It is due to the fact that there are only few (11) data considered to be less accurate and inaccurate and (12) data considered to be less acceptable and unacceptable by raters.
The level of accuracy and acceptability of translation which is over than 85% from the total data implies that generally the translation is good. Combination of two techniques and literal are the dominant techniques which result the accurate and acceptable translation.
This research only uses Spongebob’s utterances as the main character in the comic. The utterances of another character in comic Amazing Journey can be used as the data for further research.
Key words : utterances, illocutionary act, translation techniques, accuracy and acceptability.
(16)
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan penerjemahan di Indonesia tidak hanya terfokus pada
penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan tetapi juga penerjemahan karya-karya
sastra yang sangat kental dengan nilai budaya. Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam
sebuah karya sastra menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam menerjemahkan
karya sastra. Apabila seorang penerjemah menerjemahkan sebuah karya sastra,
penerjemah tidak hanya mentransfer makna dan pesan karya sastra tersebut ke dalam
bahasa sasaran akan tetapi penerjemah juga akan mentransfer nilai-nilai budaya
tempat karya sastra tersebut berasal. Dari sini nampak bahwa peran kegiatan
penerjemahan mengalami perkembangan dari kegiatan pegalihan pesan dari bahasa
satu ke bahasa yang lain menjadi alat untuk mentransfer pengetahuan budaya dari
bangsa satu ke bangsa yang lain.
Dengan semakin banyaknya terjemahan karya sastra yang ada maka produk
terjemahan karya sastra yang diperuntukkan bagi pembaca sasaran anak-anak sangat
mudah didapatkan dan jumlahnya tidak kalah banyaknya jika dibandingkan dengan
terjemahan karya sastra yang diperuntukkan untuk pembaca sasaran dewasa. Hal ini
menunjukkan bahwa buku terjemahan karya sastra yang diperuntukkan bagi pembaca
sasaran anak-anak mendapat tanggapan yang positif di Indonesia. Salah satu karya
(17)
commit to user
“Translation of children literary book covers comics, short stories, etc. Comics have
mostly been considered as children literature” (Herkman, Kaindl dalam Koponen,
2004: 24).
Banyak sekali komik-komik terjemahan yang dapat dijumpai di toko-toko
buku, salah satu contohnya adalah komik Spongebob. Komik yang berkisah tentang
petualangan-petualangan Spongebob dengan teman-temannya ini sangat diminati
anak-anak sebagai salah satu pilihan bahan bacaan mereka. Komik yang telah
diterjemahkan oleh Komik Warna Team ini masih mudah untuk dijumpai di
toko-toko buku sampai sekarang. Hal ini menandakan bahwa komik tersebut mendapat
tanggapan yang luar biasa di kalangan anak-anak. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika komik tersebut dijadikan dasar cerita film Spongebob yang
ditayangkan oleh stasiun televisi swasta di tanah air.
Apabila ditinjau dari sudut pandang penerjemahan, keberhasilan
penerjemahan suatu karya sastra dapat dilihat dari keberhasilan seorang penerjemah
dalam mempertahankan aspek gaya pengarang dan gaya teks (Hu, 2003). Jika
penerjemah dapat mempertahankan kedua aspek tersebut di atas, maka nilai estetika
suatu karya sastra akan tampak dalam produk terjemahan dan dampaknya tentu saja
penerjemahan karya sastra tersebut akan bermutu tinggi. Akan tetapi, dalam
menerjemahkan karya sastra untuk anak-anak khususnya komik tidaklah mudah.
Dalam menerjemahkan sebuah komik, penerjemah dihadapkan pada karakteristik
bahasa komik dan keterbatasan ruang. Karakteristik bahasa komik yang sederhana
dan banyak menggunakan kalimat-kalimat pendek serta keterbatasan ruang atau
(18)
commit to user
yang harus diperhatikan penerjemah. Selain itu, penerjemah juga dituntut jeli dalam
memilih teknik-teknik penerjemahan yang tepat agar semua pesan yang dibawa
dalam bahasa sumber dapat tersampaikan ke dalam bahasa sasaran.
Pemilihan teknik yang tepat akan sangat terkait dengan kecenderungan
metode serta ideologi penerjemahan dan tentu saja juga akan sangat berdampak pada
kualitas suatu produk terjemahan. Kesalahan dalam pemilihan teknik dapat berakibat
fatal dalam menghasilkan suatu karya terjemahan. Oleh karena itu, sejauh mana
kejelian penerjemah dalam memilih teknik yang tepat sebagai realisasi dari strategi
yang digunakanya menjadi hal yang utama dalam kegiatan menerjemahkan.
Selain narasi yang diberikan oleh pengarang, komik juga mengandung dialog
yang berisi ungkapan langsung dari karakter atau tokoh. Dialog-dialog yang ada
dalam komik dapat membantu pembaca untuk mengetahui alur cerita dalam komik
tersebut. Dengan demikian, dialog-dialog antar tokoh dalam komik menjadi bagian
yang penting pada alur cerita sebuah komik.
Dialog dalam komik memang bukanlah dialog yang diproduksi langsung oleh
tokoh-tokoh dalam komik, akan tetapi dialog tersebut tetap dapat dikategorikan
sebagai dialog. ”Dialog is conversation, especially between two people, e.g. in a
book, play or film.” (Higgleton & Seaton, 1995). Dalam sebuah dialog yang
merupakan peristiwa tutur (speech event) didalamnya mungkin ditemukan beberapa
tindak tutur (speech a ct).
The term speech event will be resctricted to activities, or aspects of activities, that are directly governed by rules or norms for the use of speech. An event may consist of a single, but will often comprise several...a speech act may be the whole of a speech event, and of a speech sitiation.... more often, however, one will find a difference in magnitude : a party (speech situation) , a
(19)
commit to user
conversation during the party (speech event), a joke within the conversation (speech act). It is of speech event and speech act that one writes formal rules for their occurrence and characteristics. Notice that the same type of speech act may recur in different types of speech event, and the same type of speech event in different context of situation. (Hymes, 1972:56)
Tindak tutur (speech act) yang merupakan segala tindak yang dilakukan
melalui bertutur secara umum dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu: tindak tutur
lokusi (the act of saying something), tindak tutur ilokusi (the act of doing something)
dan perlokusi (the a ct of affecting someone). Dari ketiga jenis tindak tutur tersebut,
tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang paling penting karena tindak tutur ini
terkait bukan hanya dengan makna sebuah tuturan. Tindak tutur ilokusi lebih
menekankan pada fungsi dan maksud dari sebuah tuturan. Melalui tindak tutur ilokusi
dapat diketahui fungsi dan maksud sebuah tuturan dengan melihat konteks situasi dan
konteks budaya dimana tuturan tersebut diucapkan.
Gambar 1-I. Contoh tuturan tokoh Spongebob
Contoh (1) BSu: Um….You remember the hooks we talked about yesterda y?
BSa:Um….kau tahu pengait yang kita bicarakan kemarin?
(20)
commit to user
Tuturan Um….You remember the hooks we talked about yesterday? Diatas
diucapkan oleh tokoh Spongebob kepada Mr. Krab, pemilik restoran tempatnya
bekerja. Tuturan tersebut diucapkan Spongebob ketika dirinya terlambat masuk kerja
karena terkena pengait. Apabila dilihat dari kategori tindak ilokusinya maka tuturan
yang diucapkan oleh Spongebob termasuk tindak ilokusi asertif dengan fungsi
menjelaskan. Meskipun, tuturan Um….You remember the hooks we talked about
yesterday? yang diucapkan Spongebob di atas diakhiri dengan tanda tanya tetapi
tuturan tersebut sebenarnya adalah tuturan yang diucapkannya untuk menjawab
tuturan Mr.Krab yang menanyakan mengapa hari ini dia terlambat masuk kerja. Jadi,
dalam hal ini penutur memberitahu mitra tutur tentang sesuatu yang belum
diketahuinya agar sesuatu itu menjadi jelas. Penerjemah menerjemahkan tuturan
Um….You remember the hooks we talked about yesterday? di atas menjadi
“Um….kau tahu pengait yang kita bicarakan kemarin?” dengan menggunakan teknik
literal. Penggunaan teknik ini membuat pesan yang dalam bahasa sumber kurang
tersampaikan dalam bahasa sasaran. Pemilihan kata ‘kau’ sebagai terjemahan dari
kata ‘you’ membuat kesan bahwa Mr. Krab adalah sahabat atau teman Spongebob.
Padahal dalam konteks percakapan tersebut Mr. Krab adalah pemilik restoran tempat
dimana Spongebob bekerja. Oleh kerena itu, seharusnya kata ‘you’ diterjemahkan
(21)
commit to user
Gambar 2-I. Contoh tuturan tokoh Spongebob
Contoh (2) Bsu: Hooks are fun!!
Bsa: Pengait memang menyenangkan!
Berbeda dengan contoh (1), pada contoh (2) tuturan Bsu: Hooks are fun!
dituturkan oleh tokoh Spongebob ketika dia sedang bermain pengait dengan
sahabatnya Patrick. Tuturan Hooks are fun! Di atas dikategorikan dalam tindak
ilokusi asertif dengan fungsi mengatakan. Melalui tuturan tersebut Spongebob ingin
mengungkapkan pikiran atau isi hatinya dalam bermain pengait. Dalam
menerjemahkan tuturan tersebut, penerjemah masih menerapkan teknik literal.
Dengan menggunakan teknik literal dalam menerjemahkan tuturan Hooks are fun!
tersebut, nampaknya penerjemah tidak hanya berhasil menyampaikan pesan dalam
bahasa sasaran tetapi dia juga dapat menghasilkan terjemahan yang terasa alamiah
(22)
commit to user
Dari contoh-contoh di atas dapat diamati bahwa penerjemah menggunakan
teknik yang sama dalam menerjemahkan tuturan-tuturan di atas. Dalam
menerjemahkan tuturan-tuturan dengan menggunakan teknik yang sama nampaknya
terjemahan yang dihasilkan juga menunjukkan perbedaan. Pada contoh (1)
penerjemah terlihat kurang berhasil mentransfer pesan ke dalam bahasa sasaran,
sementara dalam contoh (2) penerjemah berhasil menyampaikan makna sekaligus
terjemahan yang dihasilkan terasa alamiah dalam bahasa sasaran. Namun demikian,
kedua terjemahan tuturan yang dihasilkan penerjemah mempunyai jenis dan fungsi
ilokusi yang sama dengan bahasa sumbernya.
Dari temuan-temuan diatas, penelitian ini akan membahas jenis dan fungsi
tindak ilokusi dari tuturan karakter Spongebob dalam teks bahasa sumber dan
pergeserannya dalam teks bahasa sasaran, teknik penerjemahan yang digunakan
penerjemah dalam menerjemahkan tuturan tersebut serta dampak penggunaan teknik
tersebut terhadap tingkat keakuratan dan keberterimaan.
Penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Agus Rianto Basuki (2002) dengan judul Tindak ilokusi dalam
seni pertunjukkan ketoprak. Penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan
pragmatik yang mengkaji salah satu dari tiga kategori tindak tutur yaitu tindak tutur
ilokusi. Dalam penelitian ini hanya meneliti tidak tutur ilokusi tanpa ada keterkaitan
dengan penerjemahan. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Adventina
Putranti (2007) mengenai Kajian terjemahan tindak ilokusi ekspresif dalam teks
terjemahan film American Beauty. Penelitian ini hanya difokuskan pada tindak tutur
(23)
commit to user
tutur ilokusi yang lain. Selain itu, penelitian ini juga hanya melihat tingkat
kesepadanan makna dan bentuk dari tindak ilokusi ekspresif dalam bahasa sumber
yaitu bahasa Inggris kedalam bahasa sasaran yaitu bahasa Indonesia. Dengan
demikian, sebagai sebuah penelitian penerjemahan yang berorientasi pada produk,
penelitian ini belum menyentuh salah satu aspek lain yang mungkin diteliti dalam
penelitian penerjemahan yang beorientasi pada produk yaitu teknik penerjemahan.
Penelitian yang berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Faido
Simanjuntak (2006) dengan judul Kajian Terhadap Strategi Penerjemahan dan
Kualitas Terjemahan Buku Cerita Komik The Very Best of Donald Duck Comics
dalam Bahasa Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang
penerjemahan dengan memfokuskan analisis pada strategi dan kualitas terjemahan
dengan mengambil komik sebagai sumber datanya. Dalam penelitian ini dikaji
strategi penerjemahan dan kualitas terjemahan dari semua kalimat, klausa, frasa dan
kata yang terdapat dalam komik The Very Best of Donald Duck dan terjemahannya
dalam bahasa Indonesia.
Masalah yang diteliti dalam penelitian-penelitian di atas masih belum
mencoba melihat keterkaitan antara penerjemahan dengan pragmatik, kecuali
penelitian yang dilakukan oleh Adventina Putranti. Namun demikian, penelitian ini
hanya mengkaji salah satu kategori tindak ilokusi yaitu tindak ilokusi ekspresif
dengan mengambil teks film sebagai sumber datanya. Penelitian ini juga belum
meneliti teknik penerjemahan sebagai salah satu aspek yang mungkin diteliti dalam
(24)
commit to user
Sementara itu, penelitian ini meneliti semua kategori tindak tutur ilokusi yang
ada dalam tuturan karakter Spongebob dalam komik yang berjudul Amazing Journey
dan terjemahannya dan memfokuskan penelitian tidak hanya pada kualitas terjemahan
yang berupa keakuratan dan keberterimaan tetapi penelitian ini juga akan
memfokuskan pada teknik penerjemahan dan dampak penggunaan teknik tersebut
terhadap keakuratan dan keberterimaan.
B. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan teranalisis secara mendalam penelitian ini
hanya mengkaji mengenai jenis dan fungsi tindak ilokusi tuturan karakter Spongebob,
teknik-teknik penerjemahannya, dan dampak dari penggunaan teknik terhadap
keakuratan dan keberterimaan terjemahan tuturan karakter Spongebob dalam komik
yang berjudul Amazing Journey ke dalam bahasa Indonesia.
C. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apa sajakah jenis dan fungsi ilokusi yang terdapat dalam tuturan tokoh
Spongebob dalam komik yang berjudul Amazing Journey dan
terjemahannya dalam bahasa Indonesia?
2. Teknik apa sajakah yang digunakan penerjemah dalam
menerjemahkan tuturan tokoh Spongebob dalam komik yang berjudul
(25)
commit to user
3. Bagaimanakah dampak penggunaan teknik terhadap keakuratan dan
keberterimaan terjemahan tuturan tokoh Spongebob dalam komik
Spongebob yang berjudul Amazing Journey dan terjemahanya dalam
bahasa Indonesia?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi, mendeskripsikan dan mengklasifikasi jenis dan
fungsi ilokusi yang terdapat dalam tuturan karakter Spongebob dalam
komik yang berjudul Amazing Journey dan terjemahannya dalam
bahasa Indonesia.
2. Mengidentifikasi, mendeskripsian dan mengklasifikasi teknik-teknik
penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan
tuturan karakter Spongebob dalam komik yang berjudul Amazing
Journey ke dalam bahasa Indonesia.
3. Menjelaskan dampak penggunaan teknik terhadap keakuratan dan
keberterimaan terjemahan tuturan karakter Spongebob dalam komik
yang berjudul Amazing Journey ke dalam bahasa Indonesia.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan bermanfaat untuk:
1. Memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai jenis dan
(26)
commit to user
2. Memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai teknik
penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan tuturan
tokoh-tokoh komik dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia.
3. Memberikan pemahaman mengenai dampak penggunaan teknik
(27)
commit to user
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
Dalam bab ini akan dibahas kajian pustaka dan kerangka pikir. Kajian
pustaka disini mencakup penjelasan mengenai 1. Pengertian penerjemahan, 2.
Proses penerjemahan, 3. Penerjemahan dan budaya, 4. Penerjemahan dan
pragmatik, 5. Teknik penerjemahan, 6. Penerjemahan komik, 7. Tindak tutur, 8.
Tindak ilokusi, 9. Keakuratan (accuracy) dalam penerjemahan, 10.
Keberterimaan (a cceptability) dalam penerjemahan, dan 11. Penelitian yang
relevan, sedangkan pada kerangka pikir digambarkan alur berpikir peneliti dalam
melakukan kegiatan penelitian.
Pengertian penerjemahan
Terdapat banyak sekali pendapat mengenai definisi penerjemahan yang
dikemukankan oleh para pakar penerjemahan. Newmak mendefinisikan
penerjemahan sebagai “a craft consisting in attempt to replace a written language
massage or statement in one language by the same message or statement in other
language.”(1981:7). Pada definisi penerjemahan Newmark diatas dapat dilihat
bahwa penerjemahan mencakup pengalihan pesan secara tertulis antara bahasa
yang berbeda yang sering dikenal dengan istilah penerjemahan tulis dan
(28)
commit to user
pengalihan pernyataan yang merupakan bahasa lisan yang dalam dunia
penerjemahan lebih sering dikenal dengan istilah pengalih bahasaan
(interpreting). Akan tetapi, dalam definisi tersebut Newmark masih menekankan
pada kesepadanan pesan belum menyentuh pada tataran kesepadanan bentuk.
Pendapat yang lain dikemukakan oleh Bell yang mendefinisikan
“translation is the expression in another language (or target language) of what
has been expressed in other, source language, preserving semantic and stylistic
equivalence.”(1991:5). Bell mengemukakan definisi yang lebih rinci mengenai
penerjemahan. Dalam definisi penerjemahannya, Bell tidak hanya menekankan
pada kesepadanan makna saja, tetapi kesepadanan dalam hal bentuk juga harus
diperhatikan.
Definisi-definisi penerjemahan di atas nampaknya masih terfokus pada
masalah kesepadanan makna dan kesepadanan bentuk tanpa menyinggung
masalah budaya yang selalu terkait dengan kegiatan penerjemahan. Munday
(2001:1) memberikan definisi penerjemahan dengan “an act of communication
which attemps to relay, across cultural linguistics boundaries, another act of communication which may have been intended for different purposes and
different readers” . Berbeda dengan Newmark dan Bell, Munday memberikan
definisi penerjemah lebih kompleks yaitu penerjemahan sebagai sebuah tindak
komunikasi yang berusaha untuk menyampaikan pesan lintas bahasa dan budaya
dengan tujuan dan pembaca yang beragam. .
Dari definisi-definisi penerjemahan diatas, dapat disimpulkan bahwa
(29)
commit to user
tidak hanya mengutamakan kesepadanan pesan dan bentuk tetapi juga
memperhatikan tujuan dan pembaca terjemahan tersebut.
2. Proses penerjemahan
Proses penerjemahan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
seorang penerjemah pada saat dia mengalihkan amanat dari bahasa sumber
kedalam bahasa sasaran(Nababan:2003). Dalam proses penerjemahan ada
serangkaian langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang harus dilalui penerjemah
dalam menghasilkan sebuah produk penerjemahan, apabila dalam proses
penerjemahan seorang penerjemah mengalami kesulitan maka dia dapat
memecahkan masalah dengan kembali ke langkah awal dan begitu seterusnya
sehingga proses ini bersifat siklis. Ada tiga tahapan yang disarankan Nida dan
Taber (1982) dalam menghasilkan sebuah karya terjemahan. Tahapan-tahapan
tersebut adalah (1) ana lysis teks bahasa sumber, (2) transfer makna dan (3)
restructuring.
A (source) B (receptor)
(Analysis) (Restructuring)
X (transfer) Y
(30)
commit to user
Dalam tahap analysis teks, seorang penerjemah membaca teks secara
berulang–ulang dan berusaha mencari makna dengan mempelajari teks bahasa
sumber baik bentuk maupun isinya. Pada proses ini penerjemah diharapkan
menamukan ide atau pesan dari teks tersebut. Setelah itu, penerjemah berusaha
mentransfer pesan atau ide tersebut dengan setepat-tepatnya kedalam bahasa
sasaran sehingga makna atau pesan yang dihasilkan sepadan dengan makna teks
bahasa sumber. Tahap inilah yang sering disebut proses transfer atau pengalihan
yang terjadi pada otak penerjamah. Tahapan terkahir adalah restructuring yaitu
proses penyusunan kembali pesan yang telah ditransfer penerjemah ke dalam
kaidah–kaidah atau norma–norma dalam bahasa sasaran sehingga dihasilkan
bentuk bahasa yang sewajar mungkin. Penerjemah juga diharapkan mampu
memberikan nuansa terjemahannya sedemikian rupa sehingga pembaca tidak
merasa seperti membaca karya terjemahan.
Secara lebih rinci Suryawinata dan Hariyanto (2003:19) memberikan
penjelasan yang lebih rinci lagi mengenai proses penerjemahan
Evaluasi dan revisi
Analisis/ Proses eksternal Restrukturisasi /
Pemahaman Proses internal Penulisan
kembali Transfer
Teks asli dalam Bsu
Konsep, makna, pesan
dari teks Bsu
Konsep, makna, pesan
dari teks Bsa Teks asli dalam
(31)
commit to user
Padanan
Gambar 2-II. Proses penerjemahan menurut Suryawinata & Hariyanto (2003:19)
Pada bagan proses penerjemahan diatas ada empat tahapan yang harus
dilalui penerjemah untuk menghasilkan terjemahan, yaitu: tahapan analisis atau
pemahaman, tahap transfer, tahap restrukturisasi/ penulisan kembali dan tahap
evaluasi dan revisi. Berbeda dengan proses penerjemahan yang diajukan Nida,
Suryawinata & Haryanto menambahkan tahap evaluasi dan revisi dalam proses
penerjemahan mereka. Dalam proses penerjemahan ini juga dapat dilihat bahwa
tahapan-tahapan menerjemahkan dapat dikelompokkan menjadi dua proses, yaitu:
proses internal yang berlangsung dalam otak penerjemah dan proses eksternal
yang berarti bahwa tahapan tersebut berada diluar otak penerjemah. Dengan
demikian, setelah seorang penerjemah melalui kedua proses dan menyelesaikan
ke empat tahapan tersebut, maka bisa dikatakan bahwa dia telah menghasilkan
suatu terjemahan.
3. Penerjemahan dan budaya
Kegiatan menerjemahkan bukanlah suatu kegiatan yang mudah dilakukan.
Dalam kegiatan menerjemahkan, seorang penerjemah bukan hanya mencari
padanan kata dalam bahasa sasaran tetapi seorang penerjemah juga dituntut
mengalihkan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran yang pasti
(32)
commit to user
concepts of one language may differ radically from those of another” (Culler
dalam Ordudari, 2007).
Karena bahasa merupakan salah satu unsur dari budaya maka selain
perbedaan bahasa, kegiatan penerjemahan juga dihadapkan pada perbedaan
budaya. One of the most difficult problems in translating is found in the differences
between culture (Larson, 1984:137). Lebih lanjut, Baker (1992:4) menyatakan
bahwa penerjemahan adalah “ a discipline which has to concern itself with how
meaning is generated within and various groups of people in various cultural
settings.” Dengan demikian, sesuai dengan pendapat Wong dan Shen (1999:10)
bahwa kegiatan penerjemahan yang melibatkan dua bahasa, tidak bisa terhindar
dari pengaruh dua budaya dari dua bahasa yang bersangkutan, yaitu budaya bahasa
sumber dan budaya bahasa sasaran.
Oleh karena itu, tidak berlebihan jika seorang penerjemah akan mampu
menghasilkan terjemahan yang baik jika penerjemah tersebut menguasai bahasa
sumber dan bahasa sasaran (bilingual) dan juga menguasai budaya bahasa sumber
dan budaya bahasa sasaran (bicultural).
4. Penerjemahan dan pragmatik
Penerjemahan sebagai ilmu interdisipliner selalu mempunyai keterkaitan
dengan bidang ilmu yang lain seperti Linguistics, Comparative culturology,
Comparative Ethnology Computer science, Comparative Sociology, dan masih
banyak lagi (Newmark,1981:3). Dengan demikian, pragmatik sebagai salah satu
(33)
commit to user
Banyak sekali definisi mengenai pragmatik yang oleh para ahli, salah
satunya Leech (1993:8), mendefinisikan pragmatik sebagai studi tentang makna
dalam hubungannya degan situasi–situasi ujar (speech situations). Oleh karena
itu, kajian pragmatik melibatkan tidak saja ujaran terpisah tetapi kajian pragmatik
memahami makna sebuah ujaran dengan melibatkan aturan-aturan yang terlibat
dalam sebuah percakapan, siapa pembicara, siapa pendengar, dan dalam situasi
seperti apa percakapan itu berlangsung.
Kegiatan penerjemahan yang memfokuskan pada pengalihan pesan dari
bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran menjadikan transfer pesan dari bahasa
sumber kedalam bahasa sasaran merupakan bagian inti dalam sebuah proses
penerjemahan. Seorang penerjemah tidak diperbolehkan untuk mengubah pesan
dan harus mempertahankannya, sehingga pesan yang ditransfer penerjemah tetap
sama antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. It is meaning which is being
transferred and must be constant (Larson, 1984:3)
Terkait dengan transfer pesan sebagai inti kegiatan penerjemahan,
terkadang dalam memperoleh pesan dari sebuah tuturan seorang penerjemah tidak
dapat hanya melihat dari makna kata yang menyusun kalimat–kalimat dalam
sebuah tuturan. Dalam hal ini, seorang penerjemah harus melihat konteks dimana
tuturan tersebut diucapkan sehingga pesan yang ada dalam kalimat tersebut dapat
diperoleh. Berkaitan dengan hal tersebut maka kajian pragmatik memberikan
solusinya.
Dalam kajian pragmatik selalu ditekankan agar dalam mengungkap makna
(34)
commit to user
konteks budaya yang menyertainya. Makna sebenarya dari sebuah tuturan yang
sering kali tidak terlihat secara eksplisit dalam sebuah tuturan dapat diungkap.
Dengan demikian, pengetahuan penerjemah dalam bidang pragmatik akan sangat
membantu penerjemah dalam melakukan tugasnya.
5. Teknik penerjemahan
Teknik adalah suatu metode, keahlian atau seni praktis yang diterapkan
pada suatu tugas tertentu (Machali, 2000:77). Dalam definisi diatas terdapat dua
hal penting: (1) teknik adalah hal yang bersifat praktis; (2) teknik diberlakukan
terhadap tugas tertentu (dalam hal ini tugas penerjemahan). Dari dua butir hal
penting diatas dapat dipahami bahwa teknik berbeda dengan metode dan prosedur
yang sifatnya kurang-lebih normatif. Molina dan Albir (2002) membedakan
strategi dan teknik penerjemahan berdasarkan produk dan proses. Strategi
mengacu pada prosedur (disadari atau tidak disadari, verbal atau non verbal) yang
digunakan oleh penerjemah untuk mengatasi masalah pada saat melakukan proses
penerjemahan. Adapun teknik penerjemahan adalah hasil dari pilihan yang dibuat
penerjemahn atau perwujudan strategi dalam mengatasi permasalahan pada tataran
mikro yang dapat dilihat dengan membandingkan hasil terjemahan dengan teks
aslinya. Teknik penerjemahan ini berada pada tataran mikro seperti penerjemahan
kata, istilah, konsep dan kalimat yang mempunyai lima karakteristik, yaitu: 1.
mempengaruhi hasil terjemahan, 2. diklasifikasikan berdasarkan perbandingan
dengan teks sumber, 3. mempengaruhi unit teks pada tataran mikro, 4. bersifat
(35)
commit to user
Beberapa teknik penerjemahan yang dipaparkan Monila dan Albir
(2002) sebagai berikut:
a. Adaptasi (Adaptation)
Teknik ini bermaksud untuk mengganti unsur budaya Bsu kedalam
budaya Bsa
Bsu: Baseball (E)
Bsa: Futbol (Sp)
b. Penambahan (Amplification)
Teknik ini memperkenalkan/menambahkan informasi detail yang tidak
terdapat dalam teks bahasa sumber.
Bsu: Rock Bottom. It’s creedy here. Even the sand looks different.
Bsa: Rock Bottom. Sanga t aneh disini, keadaanya sangat lain.
Bahkan tanahnya saja kelihatan lain
( diambil dari tuturan tokoh komik Spongebob Amazing Journey )
c. Peninjaman (Borrowing)
Teknik pengambilan sebuah kata atau ungkapan secara langsung dari
bahasa sumber. Terdapat dua macam teknik pinjaman, yaitu peminjaman
murni (pure borrowing), dan peminjaman yang menggunakan penyesuaian
sistem fonetik dan morphologis bahasa sasaran (naturalized borrowing).
Peminjaman murni (pure borrowing)
Bsu: Wow!!
Bsa: Wow!!
(36)
commit to user
Peminjaman naturalisasi (naturalized borrowing)
Bsu: Bus!!
Bsa: Bis!!
(Diambil dari tuturan tokoh komik Spongebob Amazing Journey)
d. Kalke (Calque)
Teknik ini merupakan penerjemahan harafiah sebuah kata atau frase
bahasa sumber secara langsung kedalam bahasa sasaran, biasanya dalam
tataran leksikal atau struktural.
Bsu: Souvernir shop
Bsa: Toko Suvenir
(diambil dari tuturan tokoh komik Spongebob Amazing Journey)
e. Kompensasi (Compensation)
Teknik memperkenalkan elemen informasi teks bahasa sumber atau
efek stilistik yang terdapat pada tempat lain dalam teks bahasa sasaran. Hal
ini disebabkan karena elemen informasi tersebut tidak ditempatkan pada
posisi yang sama dalam teks bahasa sumber.
Bsu: I was seeking thee, Flathead (E)
Bsa: En verite, c’est bein toi que je cherche, O Tete-Plate (F)
f. Deskripsi (Description)
Mengganti istilah atau ungkapan dengan deskripsi bentuk dan
fungsinya.
(37)
commit to user
Bsa: The traditional Italian cake eaten on New Year’s eve (E)
g. Kreasi Diskursif (Discursive Creation)
Teknik menentukan padanan semantara yang diluar konteks atau tak
terprediksikan.
Bsu: Rumble Fish (E)
Bsa: La ley de la calle (Sp)
h. Padanan lazim (Established Equivalent)
Menggunakan istilah atau ungkapan yang sudah diakui/lazim dalam
kamus atau bahasa sasaran sebagai padanan dari teks bahasa sumber tersebut.
Bsu: Cool!
Bsa: Kerennn!!
(diambil dari tuturan tokoh komik Spongebob Amazing Journey)
i. Generalisasi (Generalization)
Teknik penggunaan istilah–istilah yang lebih umum atau netral dalam
bahasa sasaran.
Bsu: Vehicle
Bsa: Bajaj
j. Amlipikasi lingusitik (Lingusitic Amplification)
Teknik penambah elemen-elemen linguistik dalam bahasa sasaran agar
lebih sesuai dengan kaidah Bsa. Teknik ini sering digunakan dalam
penerjemahan lisan secara konsekutif dan dubbing.
Bsu: Shall we?
(38)
commit to user
k. Kompresi linguistik (Linguistik Compression)
Teknik ini mensintesis elemen linguistik yang ada menjadi lebih
sederhana karena sudah dipahami. Penerapan teknik ini biasanya ada pada
simultaneous interpreting atau penerjemahan teks film (subtitling)
Bsu: Yes, so what? (E)
Bsa:¿ Y ? (Sp)
l. Terjemahan harafiah (Literal Translation)
Teknik penerjemahkan sebuah kata atau ungkapan dengan cara
penerjemahan kata demi kata
Bsu: Wait!wait!stop the bus!
Bsa: Tunggu!Tunggu! hentikan bis itu!
(diambil dari tuturan tokoh komik Spongebob Amazing Journey)
m. Modulasi (Modulation)
Teknik penggantian sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam
teks bahasa sumber, bisa dalam tataran leksikal atau struktural.
Bsu: I’m confused. Which one is the men’s room?
Bsa: Aku bingung, harus masuk ke toilet yang mana?
(diambil dari tuturan tokoh komik Spongebob Amazing Journey)
n. Partikulasi (Particulation)
Teknik penggunaan istilah yang lebih kongkret dan khusus. Teknik ini
bertolak belakang dengan teknik generalization.
Bsu: Window
(39)
commit to user
o. Reduksi (Reduction)
Teknik pengimplisitan informasi karena komponen maknanya sudah
termasuk dalam bahasa sasaran. Teknik ini merupakan kebalikan dari
amplifikasi.
Bsu: Ramadhan, the fasting month of muslim
Bsa: Syahru ramadhan
p. Substitusi (Substitution)
Teknik penggantian elemen linguistik dengan eleman paralinguistik
atau sebaliknya. Teknik ini biasanya digunakan dalam pengalihbahasaan.
Bsu: Put your hand on heart
Bsa: Thank you
q. Transposisi (Transposition)
Teknik penggantian kategori gramatikal pada bahasa sumber ke dalam
bahasa sasaran yang dianggap lebih sesuai.
Bsu: Would you like to come in or you just passing through?
Bsa: Kau mau masuk sebentar?
r. Variasi (Variation)
Teknik penggantian elemen linguistik atau para linguistik (intonasi,
gesture) yang mempengaruhi aspek keragaman linguistik. Biasanya teknik ini
ditemukan dalam penerjemahan drama atau novel.
Bsu: Hi, honey
(40)
commit to user 6. Penerjemahan komik
Menerjemahkan komik sama seperti menerjemahkan buku bergambar.
Dalam menerjemahkan komik, gambar dan tulisan atau narasi bercerita secara
bersamaan dalam menggambarkan keseluruhan cerita dalam komik. Oittinen
(2003) menjelaskan bahwa As a whole, illustrations are never quite
straightforward but always elaborate, complement, and amplify the verbal
narration. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dalam komik dan
buku-buku bergambar, selalu ada keterkaitan antara narasi dan gambar.
Tidak terdapat strategi khusus dalam menerjemahkan komik. Namun
dalam menerjemahkan komik, seorang penerjemah harus tetap memperhatikan
karakteristik sebuah komik.
Translating comics is easy. At least it often may seem deceptively so, since the language of comic rarely complex or poetic sentence structure, specialized terminology or highly abstract concept. However, comic books and comic strips do have certain characteristics that make them much more demanding for translator than one might think (Koponen, 2004:1)
Karena komik termasuk sebuah karya sastra, sehingga dalam
menerjemahkan komik penerjemah juga harus mempertimbangkan gaya
pengarang dan gaya teks (Hu, 2003). Dengan demikian, dalam menerjemahkan
sebuah komik penerjemah tidak hanya dituntut untuk mengalihkan pesan akan
tetapi karakteristik komik, gaya pengarang dan gaya teks juga harus
(41)
commit to user 7. Tindak tutur
Teori mengenai tindak tutur atau speech a ct diperkenalkan oleh JL Austin
(1962). Menurut teori ini, ketika menuturkan sebuah tuturan, penutur paling
tidak melaksanakan tiga jenis tindakan ” uttering words (morphemes
sentences)= performing utterance acts, Referring and predicating= performing
acts dan stating, questing, commanding, promising, etc= performing
ilocutionary acts. Selanjutnya, Searle (1969:25) melengkapi kategori Austin
diatas dengan
To these three nations I now wish to add Austin’s nation of the perlocutionary acts. Correlated with the nation of illocutionary acts is the notion of the consequences or the effects such acts have on the action, thought, or belief, etc. of hearers.
Dengan demikian, secara garis besar tindak tutur dibagi menjadi tiga yaitu:
tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi dan tindak tutur perlokusi.
Tindak tutur lokusi adalah tindak mengatakan sesuatu (the a ct of saying
something). Dalam tindak tutur ini tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi
tuturan yang disampaikan penutur. Tindak tutur lokusi ini lebih mudah
diidentifikasi karena menafsirkannya dapat dilakukan tanpa menyertakan
konteks tuturan. Oleh karena itu, tindak ilokusi ini kurang penting perannya jika
dipakai untuk memahami tindak tutur.
Contoh: (1) Soekarno Presiden pertama Republik Indonesia.
(2) Kecelakaan pesawat di bandara Adi Sumarmo memakan
(42)
commit to user
Tuturan–tuturan diatas dituturkan oleh seorang penutur hanya untuk
menginformasikan sesuatu tanpa maksud untuk melakukan sesuatu atau
mempengaruhi mitra tutur. Tuturan (1) menginformasikan bahwa Presiden
republik Indonesia yang pertama adalah Soekarno. Demikian juga tuturan (2)
yang menginformasikan bahwa kecelakaan yang terjadi di bandara Adi
Sumarmo memakan banyak korban.
Tindak tutur ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu (the act of doing
something). Tindak tutur ini lebih ditekankan pada maksud dan fungsi sebuah
tuturan. Dalam menafsirkan tindak ilokusi diperlukan pemahaman terhadap
situasi tutur, karena pemaknaan tindak tutur ini dipengaruhi oleh aspek situasi
tutur.
Contoh : (3) Sekarang kamu sudah 30 tahun
(4) Bapak bupati datang jam 9
Tuturan (3) tidak saja menginformasikan bahwa mitra tuturnya telah
berumur 30 tahun. Akan tetapi jika tuturan tersebut dituturkan oleh seorang
bapak kepada anaknya, tuturan (3) itu dimaksudkan untuk mengingatkan
anaknya agar segera menikah. Seperti tuturan (3), tuturan (4) juga tidak hanya
sekedar mengandung infromasi bahwa bapak bupati datang jam 9, namun bila
tuturan tersebut diutarakan oleh penerima tamu maka tuturan tersebut
bermaksud untuk mengajak para penerima tamu segera mempersiapkan diri
menyambut kedatangan bapak bupati. Dari contoh–contoh diatas, nampak
bahwa tindak ilokusi sangat sulit diidentifikasi karena terlebih dahulu harus
(43)
commit to user
tutur tersebut diucapkan dan sebagainya. Oleh karena itu, tindak ilokusi
merupakan bagian sentral dalam memahami suatu tindak tutur.
Tindak tutur perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh kepada
seseorang (the act of affecting someone). Tindak tutur ini mengharapkan respon
dari mitra tutur terhadap tuturan yang dituturkan oleh penutur, baik berupa
tindakan maupun jawaban.
Contoh : (5) Jepang sedang gempa
Tururan (5) mempunyai efek ilokusi sebuah permohonan untuk tidak pergi
ke Jepang karena sedang terjadi gempa. Efek perlokusinya adalah mitra
tuturnya mengurungkan niatnya untuk pergi ke Jepang.
8. Tindak ilokusi
Teori yang akan digunakan sebagai acuan dalam analisis penelitian ini
adalah teori Searle dalam Leech (1993) yang memisahkan tindak ilokusi
menjaadi 5 kategori.
Jenis-jenis tindak tutur yang dikemukakan Searle satu per satu akan
dijelaskan sebagai berikut.
a. ASERTIF (Assertives)
Pada ilokusi ini penutur terkait pada kebenaran proposisi yang
diungkapkan, misalnya menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh,
mengemukan pendapat, melaporkan. Dari segi sopan santun ilokusi-ilokusi ini
cenderung netral. Tetapi ada perkecualian misalnya, membual biasanya
(44)
commit to user b. DIREKTIF (Directives)
Ilokusi ini bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang
dilakukan oleh petutur, misalnya, memesan, memerintah, memohon,
menuntut, memberi nasihat. Jenis ilokusi ini sering dapat dimasukkan
kedalam kategori kompetitif (competitive) karena itu mencakup juga kategori–
kategori ilokusi yang membutuhkan sopan santun negatif. Namun di pihak
lain terdapat juga beberapa ilokusi direktif seperti, mengundang yang secara
intrinsik memang sopan.
c. KOMISIF (Commissives)
Pada ilokusi ini penutur (sedikit banyak) terkait pada suatu tindakan di
masa depan, misalnya, menjanjikan, menawarkan, berkaul. Jenis ilokusi ini
cenderung berfungsi menyenangkan dan kurang bersifat kompetitif, karena
tidak mengacu pada kepentingan penutur tetapi pada kepentingan mitra tutur.
d. EKSPRESIF (Expressives)
Fungsi ilokusi ini ialah mengungkapkan atau mengutarakan sikap
psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya,
mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam,
memuji, mengucapkan belasungkawa dan sebagainya. Sebagaimana juga
dengan ilokusi komisif, ilokusi ekspresif cenderung menyenangkan, karena itu
secara instrinsik ilokusi ini sopan, kecuali tentunya ilokusi–ilokusi ekspresif
seperti ’mengecam’ dan ’menuduh’
(45)
commit to user
Berhasilnya pelaksanaan ilokusi ini akan mengakibatkan adanya
kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas, misalnya, mengundurkan diri,
membaptis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman,
mengucilkan/membuang, mengangkat (pegawai), dan sebagainya. Searle
mengatakan bahwa tindakan–tindakan ini merupakan kategori tindak ujar
yang sangat khusus, karena tindakan-tindakan ini biasanya dilakukan oleh
seorang yang dalam sebuah kerangka acuan kelembagaan yang diberi
wewenang untuk melakukannya. Contoh klasik ialah hakim yang
menjatuhkan hukuman pada pelanggar undang-undang, pendeta yang
membaptis bayi, pejabat yang memberi nama pada sebuah kapal baru, dan
sebagainya. Sebagai suatu tindakan kelembagaan (dan bukan sebagai tindakan
pribadi) tindakan-tindakan tersebut hampir tidak melibatkan sopan santun).
9. Keakuratan (Accuracy) dalam penerjemahan
Keakuratan dalam terjemahan mengacu pada sejauh mana terjemahan sesuai
dengan teks aslinya. Shuttleworth & Cowie(1997:3) mendefinisikan accuracy
sebagai” a term used in translation evaluation to refer to the extent to which a
translation matches its original”. Kesesuaian atau ketepatan pesan yang
disampaikan antara bahasa sumber (Bsu) dan bahasa sasaran (Bsa) menjadi
inti dari keakuratan. Namun demikian, Machali (2000:110) menambahkan
bahwa ketepatan ini dapat dilihat dari aspek linguistik (struktur gramatika),
(46)
commit to user
ketepatan pemilihan kata, tetapi juga ketepatan gramatikal, kesepadanan
makna, dan pragmatik.
Dalam mengukur tingkat keakuratan pesan dari bahasa sumber ke
dalam bahasa sasaran Nagao, Tsuji dan Nakamura (dalam Nababan,2004:61)
mengklasifikasikannya menjadi empat skala penilaian, yaitu :
1. Pesan dalam kalimat bahasa sumber tersampaikan secara akurat ke dalam
bahasa sasaran. Kalimat bahasa sasaran jelas dan tidak perlu ditulis
ulang/revisi.
2. Pesan dalam kalimat bahasa sumber tersampaikan secara akurat ke dalam
bahasa sasaran. Kalimat bahasa sasaran dapat dipahami, namun susunan kata
perlu ditulis ulang/revisi.
3. Pesan dalam kalimat bahasa sumber belum tersampaikan secara akurat ke
dalam bahasa sasaran, terdapat beberapa masalah dengan pilihan kata dan
hubungan antar frasa, klausa dan elemen kalimat.
4. Pesan dalam kalimat bahasa sumber tidak diterjemahkan sama sekali ke dalam
bahasa sasaran, misalnya, dihilangkan.
10. Keberterimaan (Acceptability) dalam penerjemahan
Istilah keberterimaan (acceptability) digunakan untuk menyatakan
ketaatan terjemahan pada aturan linguistik dan norma tekstual bahasa sasaran
(Toury dalam Shuttleworth & Cowie, 1997:2). Dengan demikian,
keberterimaan sangat terkait dengan kewajaran dan kealamiahan teks dalam
(47)
commit to user
berusaha menghasilkan terjemahan yang sesuai dengan kaidah, norma, dan
budaya bahasa sasaran sehingga terjemahannya akan berterima. Akan tetapi,
jika terjemahan tidak sesuai dengan kaidah, norma dan budaya bahasa
sasaran, maka terjemahan tersebut dapat dikatakan tidak berterima.
11. Penelitian yang relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Penelitian
yang dilakukan oleh Agus Rianto Basuki (2002) dengan judul Tinda k ilokusi
dalam seni pertunjukan ketoprak. Penelitian ini adalah penelitian dengan
pendekatan pragmatik yang mengkaji salah satu dari tiga kategori tindak tutur
yaitu tindak tutur ilokusi. Penelitian ini meneliti tidak tutur ilokusi dari sisi
bagaimanakah bentuk tindak ilokusif, wujud penanda lingual dari berbagai
bentuk tindak ilokusif dan apakah yang menjadi faktor penentu tindak ilokusif
dalam pertunjukan ketoprak.
Selanjutnya, penelitian Adventina Putranti (2007) mengenai Kajian
terjemahan tindak ilokusi ekspresif dalam teks terjemahan film American
Beauty. Penelitian ini hanya meneliti tindak tutur ilokusi yang mempunyai
fungsi ekspresif tanpa mengkaji kategori tindak tutur ilokusi yang lain.
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: bagaimanakah
penerjemahan tindak ilokusi ekspresif, kesepadanan teks terjemahan tindak
ilokusi ekspresif dan keberterimaan teks terjemahan tindak ilokusi ekspresif
(48)
commit to user
Penelitian yang berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Faido
Simanjuntak (2006) dengan judul Kajian Terhadap Strategi Penerjemahan
dan Kualitas Terjemahan Buku Cerita Komik The Very Best of Donald Duck
Comics dalam Bahasa Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian dalam
bidang penerjemahan dengan memfokuskan analisis pada strategi dan kualitas
terjemahan dengan mengambil komik sebagai sumber datanya. Dalam
penelitian ini dikaji strategi penerjemahan dan kualitas terjemahan dari semua
kalimat, klausa, frasa dan kata yang terdapat dalam komik The Very Best of
Donald Duck dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Kualitas
terjemahan yang diteliti dalam penelitian ini meliputi keakuratan,
keberterimaan, dan keterbacaan.
B. Kerangka Pikir
Kerangka pikir yang diterapkan dalam penelitian ini merupakan alur
pemikiran penulis dalam pelaksanaan penelitian. Penerjemah dalam melakukan
tugasnya selalu berada diantara teks bahasa sumber dan bahasa sasaran. Dari
kedua teks tersebut, yaitu teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran
terkumpulah data yang berupa tindak ilokusi. Kemudian, data dianalisis untuk
mengetahui jenis dan fungsi dan teknik–teknik penerjemahan yang dipilih oleh
penerjemah dalam menerjemahkan tindak tutur ilokusi tersebut. Selain itu, data
juga dianalisis untuk mengetahui tingkat keakuratan dan keberterimaan
terjemahan dengan meminta pembaca ahli atau rater. Untuk lebih jelasnya
(49)
commit to user
Gambar 3-II. Digram kerangka piki Penerjemah
Tuturan Spongebob
Komik Bsa Komik Bsu
Keakuratan Kualitas
Terjemahan
Teknik Jenis dan fungsi
ilokusi
Rater Keberterima
(50)
commit to user
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam
penelitian deskriptif kualitatif dengan bentuk terpancang yaitu penelitian kualitatif
yang sudah menentukan fokus penelitiannya berupa variabel utamanya yang akan
dikaji berdasarkan pada tujuan dan minat penelitinya sebelum peneliti masuk ke
lapangan studinya (Yin dalam Sutopo, 2006:39). Dalam hal ini peneliti telah
memfokuskan variabel permasalahan yang akan diteliti yaitu masalah
penerjemahan tuturan.
Selanjutnya, penelitian bidang penerjemahan seperti ini disebut Neubert
(2004:10) sebagai limited case study atau case studies focusing on particular
aspects of ST and TT. Dalam penelitian ini peneliti hanya akan meneliti jenis dan
fungsi ilokusi, teknik serta dampak penggunaan teknik terhadap keakuratan dan
keberterimaan dari penerjemahan tuturan. Apabila ditinjau dari sisi orientasinya
maka penelitian ini menurut Shuttleworth and Crowie (1997:131-132) termasuk
penelitian di bidang penerjemahan yang berorientasi pada produk karena
penelitian ini mengkaji produk penerjemahan sebagai sumber data.
Metode etnography juga digunakan dalam penelitian ini karena dalam
mengumpulkan data dari informan, peneliti terjun langsung ke lapangan untuk
mendapatkan data yang dirasa masih belum tercukupi dari sumber data utama.
Data yang dikumpulkan peneliti dari lapangan berupa kuesioner dan interview.
(51)
commit to user
keakuratan dan keberterimaan penerjemahan tuturan tokoh Spongebob dalam
komik Amazing Journey dan terjemahanya. Selanjutnya peneliti akan melakukan
interview yang mendalam kepada para informan jika terdapat
pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab dari kuesioner selama proses analisa data.
Penelitian ini juga menggunakan kajian pragmatik dengan memfokuskan
kaijan pada tindak tutur yang akan dikaitkan dengan penerjemahan dalam
menganalisis datanya.
B. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dalam penelitian ini bukan geografis ataupun demografis
tetapi komik yang dapat dikategorikan sebagai salah satu komik yang terkenal
dikalangan anak - anak. Komik ini merupakan kategori komik anak–anak yang
didalamnya dapat dijumpai bahasa - bahasa yang digunakan dalam kehidupan
sehari - hari.
Participant dalam komik ini adalah tokoh utama yang berperan dalam komik
yaitu Spongebob
Event yang diangkat di komik Spongebob ini adalah kisah–kisah petualangan
Spongebob dengan teman–temannya di kota Bikini Bottom.
Setting Bikini Bottom sebagai kota tempat berpetualang Spongebob dan
(52)
commit to user C. Sampel dan teknik sampling
Menurut Arikunto (2002), sampel adalah bagian dari representasi populasi
yang akan diteliti. Sampel penelitian ini ditentukan berdasarkan teknik sampling
criterion-based sampling atau sampling berdasarkan kriteria. Teknik ini
digunakandalam pemilihan sumber data, informan serta pengumpulan data yang
didasarkan pendekatan teori yang digunakan.
Criterion-based sampling digunakan sebagai dasar pemilihan komik dan
informan yang merupakan sumber data penelitian ini. Adapun kriteria komik yang
dipilih sebagai sumber data penelitian ini meliputi:
1. Komik yang mengangkat permasalahan dalam kehidupan sehari–hari
tokohnya. Hal ini dikarenakan penelitian ini ditujukan untuk menganalisis
tindak tutur (speech a ct).
2. Termasuk salah satu komik dengan terbitan tahun 2009. Kriteria ini
berdasarkan pertimbangan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi mengalami
perkembangan. Oleh karena itu, dengan mengambil komik yang diterbitkan
pada tahun 2009 bahasa yang digunakan masih sesuai dengan keadaan
sekarang.
3. Spongebob salah satu tokoh kartun yang paling sukses di dunia. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa penghargaan yang diperoleh. Di Indonesia tokoh
Spongebob juga merupakan tokoh kartun paling favorit di kalangan anak–
(53)
commit to user
Tabel 1-III:Penghargaan tokoh kartun Spongebob
Year Association Categori Result
2003 Kids' Choice Awards Favorite Cartoon Won 2004 Kids' Choice Awards Favorite Cartoon Won 2008 Philippines Kids' Choice
Awards Favorite Cartoon Won
2009 Indonesia Kids Choice
Awards Favorite Cartoon Won
2010 Indonesia Kids Choice
Awards Favorite Cartoon Won
Diambil dari wikipedia.com
Selain dalam pemilihan komik, pemilihan informan juga menggunakan teknik
criterion-based sampling. Informan yang akan dilibatkan dalam penelitian ini
berjumlah 3 orang. Para informan tersebut dipilih berdasarkan beberapa kriteria,
antara lain:
1. Memiliki keahlian dalam bidang penerjemahan atau memahami teori
penerjemahan
2. Memahami tata bahasa inggris dan tata bahasa Indonesia dengan baik
3. Memiliki latar belakang pendidikan bahasa
Dalam penelitian ini, data yang berupa tuturan–tuturan dari karakter Spongebob dipilih dan dikumpulkan berdasarkan pendekatan pragmatik, yaitu mengenai teori tindak tutur. Sehingga, yang menjadi data dalam penelitian ini hanyalah tuturan karakter Spongebob dan terjemahannya.
D. Data dan sumber data
Data yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah semua tuturan karakter
(54)
commit to user
penelitian ini juga menggunakan data lain yang berupa penilaian rater terkait
dengan tingkat keakuratan dan keberterimaan.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah komik Spongebob
karya Stephen Hillenburg dengan judul Amazing Journey dan terjemahannya
(Petualangan seru) yang diterbitkan oleh Komik Warna Team dan informan atau
rater yang memberikan informasi penilaian mengenai tingkat keakuratan dan
keberterimaan dalam terjemahan
E. Validitas data
Untuk memperoleh derajat validitas dan reliabilitas data penelitian ini, maka
data yang terkumpul diteliti kembali dengan teknik keabsahan data yaitu teknik
trianggulasi. Ada dua macam trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu trianggulasi sumber dan trianggulasi metode.
1. Trianggulasi sumber
Trianggulasi sumber mengacu pada sumber dari mana suatu data
diperoleh. Cara ini mengarahkan peneliti agar dalam mengumpulkan data
ia wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia, artinya data
yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari
beberapa sumber data yang tersedia (Patton dalam Sutopo, 2006 :93)
2. Trianggulasi metode
Trianggulasi metode dilakukan untuk mengumpulkan data yang sejenis,
tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang
(55)
commit to user
data yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah
pada sumber data yang sama untuk mengkaji kemantapan informasinya
merupakan hal yang ditekankan. Sehingga, Trianggulasi metode
digunakan untuk memperoleh informasi kualitas terjemahan yang sumber
datanya berupa informan dan dokumen. Trinaggulasi metode juga
berfungsi untuk memastikan data terkait kualitas terjemahan yang
dilakukan pada satu sumber. Teknik ini dapat digambarkan sebagai
berikut
Kuesioner Informan
Data Wawancara
Content analysis Dokumen / arsip
Gambar 1-III. Skema trianggulasi metode ( Sutopo, 2006 :96)
F. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan 3 cara,
yaitu: 1) mengkaji dokumen (content analysis), 2) kuesioner, 3) wawancara.
1. Mengkaji dokumen (content analysis)
Dalam memperoleh data peneliti mengkaiji dan mencatat dokumen
yang berupa komik Spongebob yang berjudul Amazing Journey untuk
mengetahui jenis dan fungsi ilokusi tuturan karakter Spongebob.
Kemudian dengan cara membandingkan terjemahan komik tersebut,
(56)
commit to user
penggunaan teknik terhadap kualitas terjemahan dilihat dari aspek
keakuratan dan keberterimaan.
2. Kuesioner
Kuesioner dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data
tentang tingkat keakuratan dan keberterimaan. Kuestioner ini bersifat
open-ended questionnarie, artinya bahwa peneliti memberikan
kesempatan kepada informan untuk memaparkan penjelasan, pendapat,
maupun pernyataan atas pertanyaan yang diajukan peneliti. Dalam
penelitian ini peneliti melibatkan informan yang memberikan penilaian
mengenai tingkat keakuratan dan keberterimaan berdasarkan skala
penilaian yang telah dirumuskan oleh peneliti.
Tabel 2-III. Kriteria penilaian keakuratan
Kategori Skor Parameter Kualitatif
Akurat 3 Makna kata, frasa, klausa atau kalimat dari
tuturan dalam bahasa sumber dialihkan
secara akurat ke dalam bahasa sasaran;
sama sekali tidak terjadi distorsi makna
Kurang Akurat 2 Sebagian besar makna kata, frasa, klausa
atau kalimat dari tuturan dalam bahasa
sumber sudah dialihkan secara akurat ke
dalam bahasa sasaran. Namun, masih
(57)
commit to user
makna ganda (taksa) atau ada makna yang
dihilangkan, yang mengganggu keutuhan
pesan.
Tidak Akurat 1 Makna kata, frasa, klausa atau kalimat dari
tuturan dalam bahasa sumber dialihkan
secara tidak akurat ke dalam bahasa sasaran
atau dihilangkan (deleted)
Diadopsi dari Nababan (2010)
Tabel 3-III. Kriteria penilaian keberterimaan
Kategori Skor Parameter Kualitatif
Berterima 3 Terjemahan tuturan terasa alamiah; istilah teknis
yang digunakan lazim diginakan dan akrab bagi pembaca; frasa, klausa dan kalimat yang digunakan sudah sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia
Kurang
Berterima
2 Pada umumnya terjemahan tuturan sudah terasa
alamiah; namun ada sedikit masalah pada penggunaan istilah teknis atau terjadi sedikit kesalahan gramatikal.
Tidak
Berterima
1 Terjemahan tuturan tidak alamiah atau terasa
seperti karya terjemahan; istilah teknis yang digunakan tidak lazim digunakan dan tidak akrab
(58)
commit to user
bagi pembaca; frasa, klausa dan kalimat yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia
Diadopsi dari Nababan (2010)
3. Wawancara
Pelaksanaan kegiatan wawancara dalam penelitian ini sebenarnya
bukan merupakan suatu keharusan namun jika diperlukan untuk
memperoleh kemantapan data yang telah diperoleh melalui teknik analisis
dokumen dan kuesioner, maka peneliti merasa perlu melakukan teknik ini.
Kegiatan wawancara mendalam ini dilakukan dengan rater yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai tingkat keakuratan dan
keberterimaan terjemahan. Informan yang diwawancarai dipilih secara
selektif (purposive sampling)
G. Teknik analisis data
Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini dianalisis secara induktif
sesuai dengan ciri metode penelitian qualitatif yang datanya dikumpulkan
satu-persatu untuk menyusun teori yang utuh. Content analysis diaplikasikan dalam
tahapan analis data dalam penelitian ini. Content analysis merupakan tahapan
pengumpulan, pengelompokan dan penganalisaan data yang berdasarkan pada
pendekatan yang dipakai dalam sebuah penelitian. Tahapan analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini diambil dari tahapan analisis data menurut
(59)
commit to user
finding cultural values. Selanjutnya, keempat proses tersebut dapat diamati pada
gambar berikut:
Gambar 2-III. Skema analisis data Spradley
1. Domain
Tahap analisa pertama adalah analisa domain. Pada tahap ini, data
dikumpulkan dari sumber data yang berupa tuturan-tuturan tokoh Spongebob
berdasarkan pendekatan pragmatik. Contoh data yang dikumpulkan adalah
sebagai berikut
Domain Componential
Finding Culture Value Taxonomy
(60)
commit to user
Gambar 3-III. Contoh tuturan yang termasuk data
Contoh (1) : Bsu: Patrick, I think we took the wrong bus!
Bsa: Patrick, kukira kita salah naik bis!
Gambar 4-III. Contoh tuturan yang termasuk data
Contoh (2) : Bsu: Patrick you’re alive!
(61)
commit to user
Gambar 5-III. Contoh tuturan yang bukan termasuk data
Contoh (3) : Bsu: You are now leaving Bikini Bottom
Bsa: Kau meninggalkan Bikini Bottom
Gambar 6-III. Contoh tuturan yang bukan termasuk data
Contoh (4) : Bsu: Spongebob what does” you are now leaving Bikini Bottom?” mean?
Bsa: Spongebob, apa maksudnya kau meninggalkan Bikini Bottom?
Contoh (1) dan contoh (2) merupakan tuturan yang diucapkan tokoh
Spongebob. Oleh karena itu, contoh (1) dan (2) di atas termasuk dalam data
(62)
commit to user
karena tuturan (3) hanya merupakan narasi yang diberikan oleh pengarang komik
tersebut sedangkan tuturan (4) bukan merupakan tuturan dari tokoh Spongebob
yang terdapat dalam komik.
2. Taxonomy
Tahapan analisa taxonomy berfungsi untuk mengklasifikasikan semua data
yang telah terkumpul menjadi kategori-kategori berdasarkan pendekatan yang
digunakan. Semua data yang berupa tuturan karakter tokoh dalam komik
dipisahkan atau dikelompokkan ke dalam 5 kategori tindak ilokusi yaitu assertif,
direktif, komisif, ekspressif, deklarasi. Kemudian data tersebut juga
dikelompokkan berdasar teknik–teknik penerjemahannya.
Tabel 4-III. Tabel klasifikasi jenis dan teknik penerjemahan tuturan No
data
Tuturan Jenis
ilokusi
Fungsi
ilokusi
Teknik
penerjemahan Bsu Bsa
003 Help! Help! Tolong!
Tolong!
Direktif Memohon Literal
005 I can see you Aku
melihatmu
Asertif Mengatakan Reduksi,
literal
Tuturan (003) diucapkan oleh Spongebob setelah dirinya terkena pengait.
(1)
093/Bsu/AJ/47/Bsa/PS/47 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Literal 3 3 3 3 3 3 3 3
094/Bsu/AJ/48/Bsa/PS/48 Asertif Menanyakan Tidak bergeser Kalke 3 3 3 3 2 3 2 3
095/Bsu/AJ/51/Bsa/PS/51 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Kalke,
peminjaman murni
3 3 3 3 3 3 3 3
096/Bsu/AJ/51/Bsa/PS/51 Asertif Memberitahu Tidak bergeser Literal,
peminjaman murni
2 3 3 3 2 2 2 2
097/Bsu/AJ/51/Bsa/PS/51 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Literal,
amplifikasi
3 3 3 3 3 3 3 3
098/Bsu/AJ/51/Bsa/PS/51 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Kalke 3 3 3 3 3 3 3 3
099/Bsu/AJ/52/Bsa/PS/52 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Literal 3 3 3 3 3 3 3 3
100/Bsu/AJ/52/Bsa/PS/52 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Kalke 3 3 3 3 3 3 3 3
101/Bsu/AJ/52/Bsa/PS/52 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Amplifikasi,
literal
3 3 3 3 3 3 3 3
102/Bsu/AJ/53/Bsa/PS/53 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Literal 3 3 3 3 3 3 3 3
103/Bsu/AJ/53/Bsa/PS/53 Asertif Memberitahu Tidak bergeser Peminjaman
murni, literal
3 3 3 3 3 3 3 3
104/Bsu/AJ/53/Bsa/PS/53 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Peminjaman
murni
3 3 3 3 3 3 3 3
(2)
murni
106/Bsu/AJ/56/Bsa/PS/56 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Literal 3 3 3 3 3 3 3 3
107/Bsu/AJ/56/Bsa/PS/56 Asertif
Membenarkan
Tidak bergeser Literal 3 3 3 3 3 3 3 3
108/Bsu/AJ/57/Bsa/PS/57 Asertif Memberitahu Tidak bergeser Literal,
Peminjaman murni
2 3 1 3 1 3 1 3
109/Bsu/AJ/57/Bsa/PS/57 Direktif Menyarankan Tidak bergeser kalke 3 3 3 3 3 3 3 3
110/Bsu/AJ/58/Bsa/PS/58 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Kalke,
Peminjaman murni
3 3 3 3 3 3 3 3
111/Bsu/AJ/59/Bsa/PS/59 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Literal,
amplifikasi
3 3 3 3 3 3 3 3
112/Bsu/AJ/59/Bsa/PS/59 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Literal, variasi 3 3 3 3 3 3 3 3
113/Bsu/AJ/59/Bsa/PS/59 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Peminjaman
murni
3 3 3 3 3 3 3 3
114/Bsu/AJ/59/Bsa/PS/59 Asertif Menjelaskan Tidak bergeser Literal,
amplifikasi
2 2 3 3 2 2 2 2
115/Bsu/AJ/60/Bsa/PS/60 Asertif Menjelaskan Tidak bergeser Literal 3 3 3 3 3 3 3 3
116/Bsu/AJ/60/Bsa/PS/60 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Peminjaman
murni
3 3 3 3 3 3 3 3
117/Bsu/AJ/61/Bsa/PS/61 Asertif Menanyakan Tidak bergeser Peminjaman
murni, literal
3 3 3 3 3 3 3 3
118/Bsu/AJ/61/Bsa/PS/61 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Peminjaman
murni, literal
(3)
119/Bsu/AJ/62/Bsa/PS/62 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Peminjaman murni
3 3 3 3 3 3 3 3
120/Bsu/AJ/62/Bsa/PS/62 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Literal 3 3 3 3 3 2 3 2
121/Bsu/AJ/63/Bsa/PS/63 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Peminjaman
naturalisasi
3 3 3 3 3 3 3 3
122/Bsu/AJ/63/Bsa/PS/63 Asertif Memberitahu Tidak bergeser Literal 3 3 3 3 3 3 3 3
123/Bsu/AJ/64/Bsa/PS/64 Asertif Membenarkan Tidak bergeser Literal,
Peminjaman murni
3 3 3 3 3 3 3 3
124/Bsu/AJ/66/Bsa/PS/66 Direktif
Memohon Tidak bergeser Literal 3 3 3 3 3 3 3 3
125/Bsu/AJ/66/Bsa/PS/66 Asertif Menjelaskan Tidak bergeser Peminjaman
murni,literal
3 3 3 2 3 2 3 2
126/Bsu/AJ/66/Bsa/PS/66 Direktif Memohon Tidak bergeser Literal 3 3 3 3 3 3 3 3
127/Bsu/AJ/67/Bsa/PS/67 Asertif Menjelaskan Tidak bergeser Literal,
reduksi
3 3 3 3 3 3 3 3
128/Bsu/AJ/67/Bsa/PS/67 Direktif Memohon Tidak bergeser Literal,
Peminjaman murni
3 3 3 3 3 3 3 3
129/Bsu/AJ/68/Bsa/PS/68 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Literal,
Peminjaman murni
3 2 3 2 3 3 3 2
130/Bsu/AJ/69/Bsa/PS/69 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Literal 3 3 3 3 3 3 3 3
(4)
murni
132/Bsu/AJ/73/Bsa/PS/73 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Peminjaman
naruralisasi
3 3 3 3 3 3 3 3
133/Bsu/AJ/73/Bsa/PS/73 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Kalke 3 3 3 3 3 3 3 3
134/Bsu/AJ/74/Bsa/PS/74 Asertif Memberitahu Tidak bergeser Literal 3 3 3 3 3 3 3 3
135/Bsu/AJ/74/Bsa/PS/74 Asertif Menjelaskan Tidak bergeser Amplifikasi,
kalke
2 3 2 3 2 3 2 3
136/Bsu/AJ/76/Bsa/PS/76 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Peminjaman
naturalisasi
3 3 3 3 3 3 3 3
137/Bsu/AJ/77/Bsa/PS/77 Asertif Menjelaskan Tidak bergeser Literal,
transposisi
3 3 3 3 3 3 3 3
138/Bsu/AJ/77/Bsa/PS/77 Asertif Menjelaskan Tidak bergeser Kalke,
Peminjaman murni
3 3 3 3 3 3 3 3
139/Bsu/AJ/79/Bsa/PS/79 Direktif Menyarankan Tidak bergeser Literal 3 3 3 3 3 3 3 3
140/Bsu/AJ/79/Bsa/PS/79 Direktif Meyakinkan Tidak bergeser Literal 3 3 3 3 3 3 3 3
141/Bsu/AJ/79/Bsa/PS/79 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Peminjaman
murni
3 3 3 3 3 3 3 3
142/Bsu/AJ/80/Bsa/PS/80 Direktif Menyarankan Tidak bergeser Literal 3 3 3 3 3 3 3 3
143/Bsu/AJ/80/Bsa/PS/80 Direktif Memohon Tidak bergeser Literal,
Peminjaman murni
2 2 2 3 2 2 2 2
(5)
murni, literal
145/Bsu/AJ/81/Bsa/PS/81 Asertif
Menyangsika n
Tidak bergeser Kalke 3 3 3 3 3 3 3 3
146/Bsu/AJ/81/Bsa/PS/81 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Literal 3 3 3 3 3 3 3 3
147/Bsu/AJ/82/Bsa/PS/82 Asertif
Menyangsika n
Tidak bergeser Literal, Peminjaman murni
3 3 3 3 3 3 3 3
148/Bsu/AJ/82/Bsa/PS/82 Direktif Menyarankan Tidak bergeser Literal,
Peminjaman murni
3 3 3 3 3 3 3 3
149/Bsu/AJ/83/Bsa/PS/83 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Peminjaman
murni
3 3 3 3 3 3 3 3
150/Bsu/AJ/83/Bsa/PS/83 Asertif Memberitahu Tidak bergeser Peminjaman
murni,literal
3 3 3 3 3 3 3 3
151/Bsu/AJ/83/Bsa/PS/83 Asertif Memberitahu Tidak bergeser Peminjaman
murni,literal
3 3 3 3 3 3 3 3
152/Bsu/AJ/84/Bsa/PS/84 Direktif Menyuruh Tidak bergeser Literal 3 3 3 3 3 3 3 3
153/Bsu/AJ/84/Bsa/PS/84 Asertif Menanyakan Tidak bergeser Literal,
Peminjaman murni
3 3 3 3 3 3 3 3
154/Bsu/AJ/85/Bsa/PS/85 Asertif Meyakinkan Tidak bergeser Modulasi 2 2 3 3 2 2 2 2
155/Bsu/AJ/86/Bsa/PS/86 Asertif Meyakinkan Tidak bergeser Literal 3 3 3 3 3 3 3 3
156/Bsu/AJ/86/Bsa/PS/86 Direktif Menyuruh Tidak bergeser Literal,
reduksi
(6)
157/Bsu/AJ/86/Bsa/PS/86 Direktif Menyuruh Tidak bergeser Modulasi 3 3 3 3 3 3 3 3
158/Bsu/AJ/87/Bsa/PS/87 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Peminjaman
murni
3 3 3 3 3 3 3 3
159/Bsu/AJ/87/Bsa/PS/87 Asertif Menanyakan Tidak bergeser Literal 3 3 3 3 3 3 3 3
160/Bsu/AJ/88/Bsa/PS/88 Asertif Memberitahu Tidak bergeser Literal 3 3 3 3 3 3 3 3
161/Bsu/AJ/90/Bsa/PS/90 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Peminjaman
murni
3 3 3 3 3 3 3 3
162/Bsu/AJ/91/Bsa/PS/91 Asertif Mengatakan Tidak bergeser Literal 3 3 3 3 3 3 3 3
163/Bsu/AJ/91/Bsa/PS/91 Direktif
Menyarankan
Tidak bergeser Kalke, Peminjaman murni