ANALISA PENGARUH LABEL NUTRISI TERHADAP MINAT BELI PRODUK SUSU RENDAH LEMAK TINGGI KALSIUM MEREK PRODUGEN DI SURABAYA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Oleh :

0612010009 / FE / EM NINDA PRIMITA NINGRUM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

Disusun oleh :

0612010009 / FE / EM NINDA PRIMITA NINGRUM

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 22 Oktober 2010

Pembimbing : Tim penguji : Pembimbing Utama Ketua

Drs. Ec. Nur Mahmudah, MS

Sekretaris

Drs. Ec Nur Mahmudah, MS

Drs. Ec. H. Supriyono, MM Anggota

Dra. Ec. Nuruni Ika K.W, MM

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

NIP. 030 202 389


(3)

i

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISA PENGARUH LABEL NUTRISI TERHADAP MINAT BELI PRODUK SUSU RENDAH LEMAK TINGGI KALSIUM MEREK PRODUGEN DI SURABAYA” dengan baik.

Penyusunan skripsi ini untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan kali ini, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan hingga terselesaikannya skripsi ini, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. R, Teguh Soedarto, Mp Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa timur.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS., Ketua Jurusan Manajemen Universitas pembengunan Nasional “Veteran’ Jawa Timur.

4. Ibu Drs. Ec. Nur Machmudah, MS., Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan serta petunjuk-petunjuk yang berguna hingga terselesaikannya skripsi ini.


(4)

ii

berupa moral maupun materiil kepada penulis dan juga keluarga yang telah banyak membantu.

7. Teman dan sahabat yang selalu ada disaat penulis butuhkan. Terima kasih juga atas dukungannya.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan dimasa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, September 2010


(5)

iv

KATA PENGANTAR………i

DAFTAR ISI……….iii

DAFTAR TABEL………vii

DAFTAR GAMBAR………...ix

DAFTAR LAMPIRAN………..x

ABSTRAKSI………..xi

BAB I PENDAHULUAN………..1

1.1. Latar Belakang………..1

1.2. Rumusan Masalah……….7

1.3. Tujuan Penelitian………..8

1.4. Manfaat Penelitian………8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...9

2.1. Penelitian Terdahulu………...……..9

2.2. Landasan Teori………13

2.2.1. Proses Pengambilan keputusan………...13

2.2.2. Pencarian Informasi………....20

2.2.3. Kemasan………..………...23

2.2.4. Label………...24

2.2.5. Label Nutrisi………...25

2.2.6. Dimensi Label Nutrisi……….………....29

2.2.7. Minat Beli Serta Indikatornya………38

2.2.8. Pengaruh Label Nutrisi Terhadap Minat Beli……….40

2.3. Kerangka Konseptual………...……..………42


(6)

v

3.3. Tehnik Penentuan Sampel………...………47

3.3.1. Populasi……….47

3.3.2. Sampel………..48

3.4. Tehnik Pengumpulan Data……….….49

3.4.1. Jenis Data………..49

3.4.2. Sumber Data……….49

3.4.3. Pengumpulan Data………50

3.5. Teknik Analisis………...50

3.5.1. Teknik Analisis……….50

3.5.2. Pengujian Hipotesis………..52

3.5.2.1. Asumsi model (Structure Equation Modelling)……..52

3.5.3. Pengujian Hipotesis Dan Hubungan Kausal……….55

3.5.4. Pengujian Model Dengan One Step Approach……….55

3.5.5. Evaluasi Model……….55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….……….60

4.1. Gambaran Objek Umum Penelitian………60

4.1.1. Sejarah Singkat PT Tigaraksa Satria Tbk……….60

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian………...61

4.2.1. Deskripsi Karakteristi Responden………61

4.2.2. Deskripsi Variabel Label Nutrisi……..………63

4.2.2.1. Deskripsi Variabel Takaran Penyajian (Serving size)…...63

4.2.2.2. Deskripsi Variabel Jumlah Sajian Per Kemasan (Number of Servings Per Container)……….….65 4.2.2.3. Deskripsi Variabel Kelengkapan Kandungan Gizi….68


(7)

vi

4.3.3. Evaluasi Validitas……….75

4.3.4. Evaluasi Normalitas………..76

4.3.5. Deteksi Multicollinerity dan Singularity……….………...….78

4.3.6. Evaluasi Construct Reliability dan Variance Extracted……...78

4.3.7. Analisis Model One-Step Approach to SEM…………..…...80

4.3.8. Analisis Unidimensi First Order……….……...82

4.3.9. Analisis Unidimensi Second Order………...82

4.3.10. Uji Kausalitas………..………83

4.4. Pembahasan……….83

BAB V KESIMPULAN………..…..86

5.1. Kesimpulan………..86

5.2. Saran………87 DAFTAR PUSTAKA


(8)

vii

1.1. Tabel Data Top Brand Index………...…....5

3.1. Tabel Goodness of Fit Index………...59

4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia………...61

4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir…...………….62

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan………...62

4.4. Tabel Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Variabel Takaran Penyajian (Serving Size)………63

4.5. Tabel Hasil Jawaban Untuk Variabel Jumlah Penyajian Per Kemasan (Number of Servings Per Container)………..………..66

4.6. Tabel Hasil Jawaban Responden Untuk Variabel Kelengkapan Kandungan Gizi………...……….…68

4.7. Tabel Hasil Jawaban Responden Untuk Variabel Minat Beli………....…...71

4.8. Tabel Outlier Data……….………...73

4.9. Tabel Reliabilitas Data………...…...75

4.10. Tabel Validitas Data………..76

4.11. Tabel Normalitas Data………...77

4.12. Tabel Construct Reliability dan Variance Extracted……….………...79

4.13. Tabel Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indicies Model………..…..81


(9)

(10)

ix

3.1. Contoh Pengukuran Faktor Model………..51 4.1. Structural Equation Modeling One Step Approach……….80


(11)

x

Lampiran 1. Daftar Pustaka Lampiran 2. Kuesioner

Lampiran 3. Hasil Rekapitulasi Jawaban Responden Lampiran 4. Hasil Pengujian Outlier

Lampiran 5. Hasil Pengujian Reliabilitas Lampiran 6. Hasil Pengujian Validitas Lampiran 7. Hasil pengujian Normalitas

Lampiran 8. Construct Reliability & Variance Extracted


(12)

xi

Ninda Primita Ningrum

Abstraksi

Dewasa ini persaingan produk susu bubuk dewasa dengan bermacam-macam klaim gizi seperti susu dengan kandungan lemak yang rendah dan tinggi kalsium berlangsung sangat ketat, karena dalam kategori ini banyak perusahaan-perusahaan lain yang juga sama-sama memproduksi susu dengan kategori yang sama. Banyaknya kompetitor menyebabkan volume penjualan produk menjadi tidak stabil, sehingga perusahaan diharapkan mampu membaca apa yang dibutuhkan oleh pasar. Informasi produk seperti label nutrisi yang tercantum pada kemasan merupakan salah satu alat pemasaran yang mampu menarik minat beli, karena dapat mempermudah konsumen mengetahui keunggulan produk dan apa yang terkandung dalam produk yang dikonsumsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh label nutrisi terhadap minat beli suatu produk.

Penelitian ini menggunakan variable serving size atau takaran penyajian (X1), number of servings per container atau jumlah takaran per kemasan (X2), kelengkapan kandungan gizi (X3), serta variable Minat Beli (Y). Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah melihat iklan susu rendah lemak tinggi kalsium merek Produgen yang berada di Surabaya. Tehnik penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan untuk pengujian data digunakan analisis SEM (Struktural Equation Modeling).

Dari hasil pengujian dengan menggunakan SEM dan dilihat dari tingkat probabilitas arah hubungan kausal, maka hipotesis menyatakan bahwa Faktor Label Nutrisi berpengaruh positif terhadap Faktor Minat Beli, dapat diterima [signifikan[positif].


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali informasi tentang produk yang akan digunakan. Informasi tentang produk dapat diperoleh melalui beberapa sumber, antara lain : sumber personal (keluarga, teman, tetangga, kenalan), sumber komersial (iklan, tenaga penjual, dealer, kemasan, displai), sumber publik (media massa, organisasi rating konsumen), dan sumber percobaan (meneliti, menggunakan produk) (Kotler dan Amstrong,1996:163). Dalam sebuah kemasan terdapat informasi mengenai bentuk fisik produk, label dan sisipan (instruksi detail dan informasi keamanan untuk produk yang komplek atau berbahaya yang terkandung dalam obat atau mainan) yang dapat digunakan konsumen untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai suatu produk tertentu yang ingin digunakannya. Label merupakan bagian dari kemasan dan mengandung suatu informasi tentang produk yang tercetak pada kemasan. Dalam label konsumen dapat menemukan informasi mengenai nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah yang bersangkutan; tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa, klaim nutrisi terutama untuk produk kesehatan, petunjuk penggunaan, dan keterangan lain untuk kondisi spesial dan cara penggunaan, serta keterangan tentang halal pada negara dengan mayoritas muslim. Label nutrisi sendiri dapat diartikan sebagai


(14)

pernyataan atau deskripsi kuantitatif dengan suatu standarisasi, yang tercetak pada suatu kemasan yang memberikan informasi mengenai kandungan nutrisi yang terdapat dalam makanan. Informasi nutrisi yang terdapat pada label seharusnya dapat membantu konsumen dalam membentuk pilihan konsumen terhadap produk tersebut.

Hasil penelitian yang pernah dilakukan menyebutkan bahwa konsumen menginginkan adanya pencantuman informasi nutrisi pada kemasan produk (Zarkin and Anderson, 1992; Burke, 1996). Penelitian informasi nutrisi menjadi masalah yang penting saat resiko konsumen dalam pengambilan keputusan meningkat dan memberikan dampak yang signifikan dan tampak (Saddler, 1999). Dalam penelitian lain yang dilakukan juga menyimpulkan bahwa intensitas membeli dan kemauan membayar lebih tidak lain karena pengaruh label nutrisi, yang membuat konsumen mempertimbangkan dan memilih untuk membeli karena alasan kesehatan (Bower, Saadat, & Cathrerine, 2003). Sebagai contoh, seorang konsumen hanya melihat label untuk mengetahui jumlah lemak sebagai atribut konsekuensi yang nampak, namun tidak memperhatikan jumlah sodium (Keller et al, 1997). Hal ini terjadi karena pada sebagian konsumen tersebut menempatkan pertimbangan kadar lemak sebagai resiko yang harus mereka cermati. Pencarian informasi dapat juga dilakukan oleh individu berdasarkan keragaman harga dan keuntungan yang diperoleh dari penggabungan informasi juga berdasarkan tujuan dan tingkat kepentingan yang berbeda-beda antar satu konsumen dengan konsumen yang lain dan antar situasi. Variasi antar individu ini dapat


(15)

diasosiasikan dengan karakteristik konsumen, misalnya tingkat pendidikan dan usia (Moorman, 1990; Nayga, 1998).

Dalam memahami informasi nutrisi beberapa konsumen mungkin akan bingung dengan hal-hal teknis menyangkut komposisi, satuan nutrisi dan prosentasenya (Mueller, 1991; Black and Rayner, 1992; Eves et al, 1994, Abbott, 1997) dan salah dalam menghitung nutrisi yang dikonsumsi (Frazao and Cleveland, 1994). Sebagai contoh, beberapa orang tidak mengetahui maksud dari nilai harian yang direkomendasikan atau menggunakannya dalam perencanaan diet (Burton and Andrews, 1996). Pencantuman informasi nutrisi dapat mendominasi pertimbangan konsumen dibandingkan dengan rasa produk serta memberikan dampak lebih besar pada konsumen yang mementingkan nilai nutrisi dan keamanan produk. (Guthrie et al, 1995 dan Nayga et al, 1998). Selain itu pencantuman informasi nutrisi dan kepedulian terhadap kesehatan mempunyai kaitan yang erat (Guthrie et al, 1995; Wang et al, 1995; Szykman et al, 1997), dimana konsumen yang peduli akan kesehatannya akan cenderung untuk lebih menggunakan informasi nutrisi yang terdapat dalam kemasan produk. Walaupun banyak penelitian mengenai label nutrisi dan adanya perkembangan mengenai ketertarikan dan tuntutan atas label makanan, namun hanya terdapat sedikit informasi tentang cara konsumen menggunakan informasi pada label dan bagaimana hal ini mempengaruhi pengetahuan nutrisi konsumen dan pemilihan atas makanan (Eves, Gibson, Kilcast & Rose, 1994).

Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa ketertarikan konsumen akan makanan yang rendah lemak semakin berkembang sejak satu dekade. Dua hal


(16)

yang mungkin mempengaruhi tren ini adalah adanya publikasi dari Committee on Medical Aspects of Food (COMA) yang melaporkan mengenai masalah diet dan penyakit jantung (Department of Health and Social Security, 1984) dan adanya perkembangan mengenai saran diet yang populer untuk penurunan berat badan lebih difokuskan pada lemak dibandingkan karbohidrat (Eves, Gibson, Kilcast & Rose, 1994). Hal ini juga direspon oleh industri makanan dengan memproduksi dan memasarkan produk-produk dengan kadar lemak yang lebih rendah, dan produk-produk olahan dari susu merupakan sektor terbesar dari pasar makanan rendah lemak (Jeffries, Parker & Hines, 1989).

Dalam hal ini, penulis akan meneliti pada produk susu rendah lemak tinggi kalsium merek Produgen yang merupakan merek susu rendah lemak tinggi kalsium yang tersedia luas di pasaran yang diproduksi oleh PT. Tiga Raksa Satria. Merek tersebut merupakan produk susu yang ditujukan bagi konsumen yang ingin mengurangi konsumsi lemak dan kolesterol serta untuk menjaga kesehatan tulang.

Persaingan produk susu bubuk dewasa berkalsium tinggi serta rendah lemak berlangsung sangat ketat karena dalam kategori ini banyak perusahaan-perusahaan lain yang juga sama-sama memproduksi susu dengan kategori yang sama. Dan data Top Brand Index 2007-2010 dalam kategori susu bubuk dewasa berkalsium adalah sebagai berikut:


(17)

Merek Susu Bubuk Dewasa

Berkalsium

TBI TBI Keterangan

Tahun 2007

Tahun 2008

Tahun 2009

Tahun 2010

Anlene 61,06% 65,6% 67,7% 69,6% TOP

Hi Lo 11,08% 15,8% 16,6% 17,3% TOP

Produgen 9,69% 5,9% 3,3% 3,6% Calcimex 8,23% 4,1% 4,4% 3,9% CalciSkim

Indomilk

1,37% 1,7% 3,2% 2,0% Sumber : Marketing/edisi Khusus/1/2007-2010

TBI : Top Brand Index

Dari data diatas dapat diketahui bahwa terjadi penurunan TBI (Top Brand Index) yang disebabkan karena banyaknya pesaing-pesaing produk baru dan pertumbuhan pasar produgen menjadi terhambat karena adanya produk yang sama saling memperebutkan pasar (market leader). Pada tahun 2007-2010 terlihat bahwa Produgen pada tahun 2007 menunjukan nilai TBI sebesar 9,69% namun terus mengalami penurunan hingga mencapai angka 3,3% di tahun 2009, dan di tahun 2010 angka TBI menunjukan angka 3,6%, memang mengalami kenaikan namun belum bisa sebaik angka TBI pada tahun 2007, hal ini bagi produsen Produgen dianggap bahwa Produgen memiliki potensi yang besar untuk melakukan ekspansi pasar.

Peran Informasi produk yang baik menjadi salah satu hal yang sangat berperan dalam keefektifan usaha untuk meningkatkan minat beli konsumen terhadap suatu produk. Seperti contohnya informasi nutrisi yang terdapat pada label, melalui informasi ini konsumen akan sangat terbantu dalam melakukan pilihan terhadap produk yang dibutuhkan. Dalam menghadapi persaingan pasar,


(18)

setiap produk makanan dan minuman terutama produk kesehatan seperti susu harus mampu bahkan diwajibkan oleh undang-undang yang dibuat BPOM untuk mencantumkan informasi tentang produknya dalam bentuk informasi nilai gizi atau label nutrisi yang menampilkan tentang kandungan gizi yang ada dalam produknya baik dalam ukuran per penyajian maupun per kemasan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.

Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pencantuman kadar nutrisi pada kemasan terhadap minat beli konsumen atas produk susu rendah lemak, dimana menurut pendapat penulis, konsumen yang mengkonsumsi susu rendah lemak merupakan konsumen yang peduli akan kesehatannya karena mereka mengkonsumsi susu yang rendah lemak atau bebas lemak yang akan berdampak pada kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Dalam penelitian ini, penulis akan mencoba mengkaitkan label nutrisi dengan timbulnya minat beli, Menurut Hadipranata ( 1999 : 22), minat beli diartikan sebagai dorongan yang berasal dari dalam diri individu yang mampu membuat individu melakukan tindakan pembelian, karena minat beli timbul karena adanya kebutuhan pribadi, keinginan, tuntutan masyarakat, pengaruh-pengaruh dari iklan serta pikiran dan perasaan terhadap produk tersebut. Kebutuhan pribadi berupa kesehatan inilah yang membuat konsumen menaruh perhatian pada produk dengan berusaha mencari informasi tentang kualitas gizi yang ada pada label nutrisi. Sedangkan menurut Augusty (2006 : 243) menyebutkan bahwa orang yang intensif dalam mencari informasi mengenai suatu produk tentunya akan berpengaruh terhadap minat pelanggan.


(19)

Dengan memberikan pertanyaan seputar tingkat penggunaan label makanan, sikap responden terhadap label yang terdapat pada produk-produk susu rendah lemak, pemahaman akan nutrisi yang terdapat pada label produk susu rendah lemak dan pengetahuan responden mengenai lemak dan energi yang terkandung pada produk-produk susu rendah lemak, penelitian ini nantinya diharapkan dapat menggali informasi mengenai bagaimana respon konsumen atas produk susu rendah lemak dan dapat mengetahui faktor-faktor yang ada dalam pemilihan produk susu rendah lemak oleh konsumen. Produk olahan dari susu yang akan diteliti oleh penulis adalah produk susu dengan label rendah lemak tinggi kalsium merek Produgen, dimana menurut pendapat penulis, konsumen yang mengkonsumsi susu rendah lemak merupakan konsumen yang peduli akan kesehatannya karena mereka mengkonsumsi susu yang rendah lemak atau bebas lemak yang akan berdampak pada kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul :

“Analisa Pengaruh Label Nutrisi Terhadap Minat Beli Produk Susu Rendah Lemak Tinggi Kalsium Merek Produgen Di Surabaya”

1.2.Rumusan Masalah :

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut :

“Apakah pengaruh label nutrisi terhadap minat beli konsumen atas produk susu rendah lemak tinggi kalsium merek Produgen?


(20)

1.3. Tujuan Penelitian :

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

▪ Mengetahui adanya pengaruh label nutrisi terhadap minat beli konsumen atas produk susu rendah lemak tinggi kalsium merek Produgen melalui tanggapan konsumen.

1.4. Manfaat Penelitian :

1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh label nutrisi pada produk susu rendah lemak tinggi kalsium terhadap pilihan konsumen.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan membantu peneliti lain yang akan melakukan penlitian lanjutan yang lebih mendalam dan luas terkait dengan konsep label nutrisi.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan pihak lain sebagai bahan masukan pengkajian telah dilakukan oleh George Baltas, seorang pengajar di Universitas Athens jurusan Ekonomi dan Bisnis dalam jurnalnya yang berjudul “The Effects of Nutrition Information on Consumer Choice” (Journal of advertising research, Maret-April 2001:57-66). Dalam jurnal tersebut diteliti dampak pencantuman informasi nutrisi pada kemasan terhadap pilihan konsumen atas sereal anak-anak. Produk yang sering dibeli ini dipilih karena konsumen dapat memperoleh informasi dengan mudah melalui iklan dan kemasan.

Penelitian ini menggunakan logic choice model untuk mengenali keanekaragaman respon konsumen terhadap informasi nutrisi. Secara umum penelitian ini menekankan pada identifikasi empirik mengenai efek informasi nutrisi pada perilaku pemilihan merek dengan menggunakan kerangka kerja analisa state-of-the-art, secara khusus penelitian ini menggunakan konsistensi-utilitas model perilaku pembelian, yaitu pilihan merek mana yang tergantung pada properti nutrisi (protein, lemak, serat, sodium, gula, vitamin dan mineral). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa profil nutrisi dari suatu merek berdampak pada keputusan pembelian. Hal ini membuat konsumen


(22)

mempunyai berbagai pertimbangan tentang nutrisi sehingga seringkali konsumen cenderung mengorbankan rasa dari makanan tersebut dan mementingkan kandungan nutrisi. Penelitian diatas mempunyai dampak penting. Pertama karena konsumen menggunakan informasi nutrisi dari produk pilihan mereka, klaim periklanan yang dilakukan perusahaan melalui label harus memberikan gambaran tentang sehatnya produk tersebut dan kemudian menunjukkan kandungan nutrisi yang sebenarnya. Kedua, respon konsumen terhadap informasi nutrisi beragam. Maka dari itu, pihak periklanan haruslah mempertimbangkan informasi nutrisi tersebut apakah sesuai dengan target konsumen. Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa faktor rasa mendominasi faktor nutrisi untuk karakteristik seperti gula, penemuan ini dapat menjadi atribut pentingnya rasa pada kategori nutrisi.

2. Hasil penelitian lain yang juga dapat memberikan kontribusi dan dijadikan acuan dalam penyusunan skripsi ini adalah oleh John A. Bower, Mohammad A. Saadat dan Catherine Whitten, dengan judul “Effect of liking information and consumer characteristics on purchase intention and willingness to pay more for a fat spread with a proven health benefit” (Food Quality and Preference 14, 2003:65–74). Dalam jurnal tersebut diteliti bahwa permasalahan yang sering terjadi dalam pemilihan produk adalah antara rasa dan alasan kesehatan. Pengaruh tambahan lainnya adalah adanya nilai tambah akan kesehatan menyebabkan harga produk tersebut naik. Hal ini disadari oleh pembeli karena adanya bahan


(23)

tambahan yang mengandung nilai gizi tertentu dalam produk. Pada penelitian di UK, ada dua produk yang diteliti yaitu Benecol dan Flora. Kedua produk ini sama yaitu margarine dengan nilai kolesterol yang rendah. Benecol memiliki harga yang lebih tinggi dibanding Flora karena adanya zat aktif yang berfungsi sebagai perendah kolesterol.

Penelitian ini menggunakan metode “mixed”. Dengan memperhatikan beberapa group faktor. Efek dari sampel dan informasi diukur dengan 3 respon. Tahapan penelitian:

Tahapan 1: penilaian tanpa label terhadap dua produk makanan.

Tahapan 2: kuisioner dan demografi dan produk yang biasa digunakan. Tahapan 3: tes pengetahuan akan gizi dan kesadaran akan kesehatan. Tahapan 4: penilaian dengan label terhadap dua produk.

Tiga respon yang digunakan adalah tingkat kesukaan, intensitas pembelian, kemauan untuk membayar lebih. Dengan beberapa atribut dalam penelitian adalah aroma, penampilan, tekstur, rasa dan hal yang membedakan kedua produk. Sedangkan pada tahapan tes pengetahuan akan gizi dengan menggunakan tes pemahaman akan serat, lemak , dan kalori, diet. Prosedur dalam pelaksanaan test dengan menggunakan takaran seimbang antara semua sampel tanpa memperhatikan label gizi yang sudah tertera sebelumnya. Data dianalisa dengan menggunakan SPSS untuk Windows dan juga dianalisa dengan ANOVA (Analysis of variance) dengan membandingkan semua nilai baik kesukaan, intensitas pembelian, kemauan untuk membayar lebih.


(24)

Hasil dari penelitian ini adalah dengan usia responden antara 17-25 tahun dan 26-55 tahun dengan perbandingan jumlah antara laki-laki dan perempuan yang setara. 87% mengatakan alasan mereka untuk membeli adalah kesadaran akan kesehatan. Sedangkan 61% adalah mereka memiliki pengetahuan akan nutrisi. Dapat ditarik sebuah hubungan antara kesadaran diri akan kesehatan memiliki nilai yang sangat signifikan. Sehingga kebanyakan orang memiliki kemauan untuk membeli produk dengan nutrisi yang terjamin karena mereka sadar akan pentingnya menjaga kesehatan mereka, terlebih mereka mau untuk membayar lebih hanya untuk membeli produk tersebut. Namun, karena terkendala oleh harga. Kebanyakan orang lebih memilih produk sejenis(produk sehat) dengan harga dibawah produk dengan nilai gizi lebih yang mahal. Walaupun memang produk yang memiliki harga sedikit lebih murah itu tidak memiliki nilai gizi sebanyak produk mahal. Konsumen dapat memutuskan untuk tidak membeli produk mahal karena ada produk lebih murah dengan nilai gizi yang hampir sama. Namun, karena alasan kesehatan maka konsumen akan memilih produk yang lebih mahal.

Kesimpulan lain yang dapat juga ditarik dari penelitian ini adalah, bahwa intensitas membeli dan kemauan untuk membayar lebih tidak lain karena pengaruh label nutrisi pada suatu produk. Yang membuat konsumen mempertimbangkan dan memilih untuk membeli. Dan terlebih produk tersebut lebih disukai. Konsumen wanita memiliki kecenderungan membeli karena kesadaran akan kesehatan (diet) dan membeli untuk


(25)

orang lain, sedangkan konsumen dengan usia lebih biasa membeli terkait dengan alasan penyakit seperti kolesterol.

Kesimpulan akan Informasi nutrisi pada suatu produk adalah sangat penting dan sangat berguna. Baik karena alasan konsumen diet atau memiliki gaya hidup sehat sehari-hari. Label Nutrisi yang efektif adalah label nutrisi yang memberikan informasi tentang bahan dasar makanan itu dibuat, gizi dalam makanan.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Proses Pengambilan Keputusan

Seorang konsumen yang akan membeli suatu produk akan melalui proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan mempunyai enam tingkatan dasar (Evans, Joel R., 1982:127) yaitu stimuli, problem awareness, pencarian informasi, mengevaluasi alternatif, pembelian dan perilaku setelah pembelian. Dalam pengambilan keputusan ini seorang konsumen dapat menggunakan kesemua tingkatan proses ataupun hanya sebagian, misalnya pembelian mobil akan menggunakan kesemua tingkatan proses dibandingkan pembelian sebuah baju baru. Dalam setiap tingkatan proses pengambilan keputusan ini seorang konsumen potensial dapat memutuskan untuk tidak membeli produk atau menghapuskan tingkatan proses, hal ini disebabkan karena produk tidak lagi menjadi hal yang penting bagi konsumen, ketidakpuasan konsumen atau harga barang terlalu mahal.


(26)

a. Stimuli

Stimuli adalah sebuah tanda (sosial, komersial, atau non komersial) atau dorongan (fisik) yang bertujuan untuk memotivasi atau mendorong seseorang untuk bereaksi. Tanda sosial berasal dari sumber personal yang tidak dipengaruhi oleh penjual. Tanda komersial berasal dari pemberitaan yang dilakukan oleh pabrik, pedagang, pengecer atau penjual lain dalam bentuk iklan, penjualan perseorangan, dan promosi penjualan. Tanda non komersial adalah pemberitaan yang berasal dari sumber lain seperti consumer report atau pemerintah. Dorongan fisik timbul apabila indera fisik terpengaruh misalnya dingin, panas, sakit, lapar dan ketakutan yang menyebabkan dorongan fisik. Definisi stimuli menurut Assael (1992:128,139) adalah setiap bentuk secara fisik, visual, atau komunikasi secara verbal yang dapat mempengaruhi respon dari individu. Stimuli yang sangat penting dalam mempengaruhi perilaku konsumen dibedakan menjadi dua, yaitu : marketing stimuli dan enviromental stimuli. Marketing stimuli adalah setiap komunikasi atau stimuli secara fisik yang di desain untuk mempengaruhi konsumen, terdiri dari produk, harga, promosi, dan tempat. Enviromental stimuli adalah faktor-faktor eksternal dari konsumen, seperti budaya dan kelas sosial.

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Freddy Hartanto (1999:36), variabel yang mempengaruhi pembelian konsumen dalam membeli ponsel dengan fitur WAP pada marketing stimulus yang mempunyai pengaruh besar adalah variabel harga dan pada enviromental stimulus adalah budaya dan kelas sosial.


(27)

b. Problem awareness

Konsumen menyadari bahwa produk atau jasa yang diharapkan dapat memecahkan masalah kekosongan atau keinginan yang tidak terpenuhi. Konsumen menyadari suatu kekosongan timbul apabila konsumen mengetahui fakta bahwa produk atau jasa perlu dibeli ulang, misalnya potong rambut atau membeli pisau cukur. Kesadaran akan keinginan yang tidak terpenuhi timbul bila konsumen menjadi sadar bahwa produk atau jasa belum pernah dibeli sebelumnya, produk atau jasa dapat menaikkan image seseorang, status, penampilan atau pengetahuan yang belum pernah dicoba (operasi plastik, transpalasi rambut, dan lain-lain) atau menawarkan kinerja karakteristik yang baru, belum ada sebelumnya (travel ke luar angkasa, rokok bebas tembakau, dan lain-lain). (Evans, Joel R., 1982:127).

Dengan semakin meningkatnya problem kegemukan dewasa ini (National Institute for Medical Research), konsumen semakin sadar akan kebutuhan akan makanan yang menunjang kesehatan dan menjadi semakin peduli untuk memilih produk dan jumlah kalori yang akan dimakan.Dalam survey yang dilakukan oleh Muller, Thomas (journal of applied psychology, 1984: 300- 306) menunjukkan bahwa banyak konsumen semakin sadar akan kebutuhannya dalam mencari makanan yang baik bagi kesehatan dan menginginkan lebih banyak informasi nutrisi pada kemasan sebuah produk, namun dalam penelitian dilapangan menujukkan bahwa terdapat sebagian kecil konsumen yang benar-benar menggunakan informasi yang ada.


(28)

c. Pencarian informasi

Pencarian informasi memerlukan daftar alternatif produk atau jasa yang akan memecahkan masalah yang ada dan menjelaskan karakteristik setiap alternatif. Daftar alternatif dapat berupa kelompok barang yang dipikirkan oleh konsumen yang disukai untuk dapat memecahkan permasalahannya. Pencarian informasi dibedakan menjadi dua aspek, internal dan eksternal. Aspek internal digunakan apabila konsumen memiliki banyak pengalaman pembelian sebelumnya dan mengunakan memorinya untuk menyusun daftar produk atau jasa yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Seorang konsumen yang memiliki pengalaman pembelian yang sedikit biasanya akan menggunakan aspek eksternal untuk membuat daftar alternatif pilihan, dan mencari informasi dengan menggunakan sumber komersial, non komersial, dan juga sumber sosial. (Evans, Joel R., 1982:127).

Penelitian yang dilakukan oleh Angela Y. Lee (journal of marketing research, 2002:440-454) menunjukkan hasil bahwa pilihan konsumen yang berdasar pada memori / memory-based choice (aspek internal) melalui iklan, meningkatkan memori implisit dan pilihan yang berdasarkan stimulus / stimulus-based choice (aspek eksternal) meningkatkan memori eksplisit. Memori eksplisit dihasilkan melalui pengumpulan informasi yang didapat dari suatu kejadian dan merefleksikan apa yang diingat seorang konsumen dari suatu kejadian, sedangkan memori implisit dihasilkan seorang konsumen ketika ia mengimplementasikan dan mengembangkan informasi yang didapatnya dari suatu kejadian. Hasil penelitian juga menyarankan pengukuran


(29)

memori implisit lebih berguna sebagai elemen keefektifan periklanan dibandingkan memori eksplisit.

Informasi nutrisi dan informasi yang berhubungan dengan pewarna makanan dan zat tambahan (additives) dalam label makanan, menjadi perhatian utama oleh konsumen dalam pencarian informasi pada label makanan, penemuan ini mendukung teori perilaku konsumen yang menklaim bahwa konsumen melihat suatu produk sebagai sekumpulan atribut, dan dalam penelitian diketahui bahwa tujuh puluh enam persen responden memberikan perhatian pada label nutrisi yang terdapat pada produk makanan. Dalam penelitian diketahui mayoritas responden mencari informasi tentang nutrisi yang ingin mereka hindari, dan menggunakan media sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pencarian konsumen mengenai kandungan nutrisi ”negatif” (Shine, O’Reilly, dan O’Sullivan, British Food Journal, 1997).

d. Evaluasi alternatif

Pada tahap ini konsumen telah mempunyai banyak informasi untuk memilih satu alternatif produk atau jasa dari daftar pilihan. Bila satu dari alternatif mempunyai keunggulan superior (mutu bagus dan harga murah) maka konsumen dapat dengan mudah menentukan pilihannya, namun jika terdapat dua atau lebih alternatif yang menarik, maka konsumen perlu untuk menentukan kriteria (atribut) untuk mengevaluasi dan menentukan derajat kepentingan produk. Kriteria keputusan adalah produk atau jasa yang


(30)

dianggap relevan oleh konsumen, meliputi harga, warna, gaya, kualitas, keamanan, ketahanan, status dan garansi. (Evans, Joel R., 1982:127).

Penelitian oleh Tversky, Sattah dan Slovic (psychological review, 1995:371) menerapkan perbedaan sistematis antara pilihan dan penyesuaian nilai dimana bila terdapat satu alternatif yang menjadi hal yang terpenting / superior dalam dimensi utama dan secara signifikan tidak unggul / inferior pada dimensi kedua, maka lebih disukai menjadi preferensi dalam pilihan.

Dalam penelitian yang dilakukan Shine, O’Reilly, dan O’Sullivan (British Food Journal, 1997) diketahui bahwa delapan puluh delapan persen responden yang mengklaim membaca label nutrisi, menggunakan label tersebut sebagai bahan pertimbangan atau evaluasi produk makanan. Kualitas, rasa dan nutrisi merupakan atribut (kriteria) penting dan lebih diutamakan dibandingkan merek dan keyakinan, yang digunakan sebagai pembeda sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Kualitas dan rasa memiliki derajat kepentingan yang lebih tinggi dibandingkan harga, nutrisi dan harga mempunyai derajat kepentingan yang sama dengan merek dan keyakinan, dan harga memiliki derajat kepentingan yang lebih tinggi dibandingkan merek dan keyakinan; akan tetapi dalam skala atribut, diketahui bahwa kualitas, rasa dan nutrisi merupakan atribut terpenting, diikuti oleh harga, sedangkan keyakinan dan harga menjadi atribut yang paling kurang penting.


(31)

e. Pembelian

Pembelian adalah pertukaran uang atau kesediaan untuk membayar untuk memiliki suatu barang atau jasa. Terdapat tiga hal penting bagi konsumen untuk melakukan pembelian : tempat pembelian yang dapat berupa pembelian di toko atau bukan lokasi toko , waktu meliputi harga (harga keseluruhan meliputi pajak, bunga atau biaya lain) dan metode pembayaran (tunai, kredit jangka pendek atau kredit jangka panjang) , dan ketersediaan yang meliputi stok barang (jumlah dari sebuah benda yang tersedia di gudang tempat pembelian) dan pengiriman (jangka waktu dari saat pengorderan sampai dengan barang diterima konsumen dan dikirimkan sampai ke tempat tujuan).

Penelitian yang dilakukan oleh Kauman (1990:370) menyatakan bahwa ¾ dari konsumen yang disurvey memperhatikan kualitas nutrisi sebelum harga dan mengesampingkan cara penyajian ketika mereka memutuskan produk makanan yang akan dibeli. Shine, O’Reilly, dan O’Sullivan (British Food Journal, 1997), menunjukkan hasil bahwa label nutrisi mempunyai dampak yang positif pada keputusan pembelian konsumen, dan 88 persen dari responden yang menggunakan label nutrisi menggunakan label tersebut sebagai dasar evaluasi pada produk makanan.


(32)

f. Perilaku setelah pembelian

Pada umumnya pembelian suatu barang akan mengarahkan konsumen untuk membeli barang yang lain, misalnya pembelian sebuah rumah akan disertai dengan mengikuti asuransi kebakaran. Konsumen juga dapat mengevaluasi pembeliannya, apakah barang atau jasa yang dibelinya dapat memuaskan seperti keinginan konsumen dan yang dijanjikan oleh produsen.

2.2.2 Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang tertarik akan suatu produk akan mencoba untuk mencari lebih banyak informasi tentang produk tersebut. Ketertarikan konsumen ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsumen dengan tingkat ketertarikan yang tinggi dan konsumen sebagai pencari informasi aktif (Philip Kotler, 1997:193). Konsumen mencari informasi tentang produk dan kategori produk melalui komunikasi mulut ke mulut, tenaga penjual, serta berbagai media. Konsumen menghabiskan lebih banyak waktu untuk memikirkan tentang pilihan mereka dan mencari lebih banyak informasi tentang alternatif produk ketika dihadapkan pada pembelian yang mempunyai resiko tinggi. (Schifffman dan Kanuk, 2000:154).

Schiffman dan Kanuk menyebutkan bahwa seringkali konsumen mencari informasi sebagai dasar dalam membuat keputusan dan berhati-hati dalam mengevaluasi serta mempelajari informasi tersebut untuk membuat sebuah keputusan yang terbaik dalam mencapai tujuan. (2000:176).


(33)

Konsumen dengan tingkat ketertarikan yang tinggi akan semakin menghargai informasi yang tersedia, memperhatikan iklan-iklan produk yang serupa, pembelian produk serupa yang dibeli oleh temannya dan percakapan mengenai produk sejenis. Sedangkan konsumen sebagai pencari informasi aktif akan mencari informasi melalui buku, pengalaman teman, dan akan melibatkan diri pada aktivitas yang bertujuan untuk mempelajari produk yang diinginkannya.

Pencarian informasi dibedakan menjadi dua aspek, internal dan eksternal (Evans, Berman, 1982:129). Aspek internal digunakan apabila konsumen memiliki banyak pengalaman pembelian sebelumnya dan mengunakan memorinya untuk menyusun daftar produk atau jasa yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Seorang konsumen yang memiliki pengalaman pembelian yang sedikit biasanya akan menggunakan aspek eksternal untuk membuat daftar alternatif pilihan, dan mencari informasi dengan menggunakan sumber komersial, non komersial, dan juga sumber sosial.

Konsumen dapat mengumpulkan informasi dari beberapa sumber, antara lain : sumber personal (keluarga, teman, tetangga, kenalan), sumber komersial (iklan, tenaga penjual, dealer, kemasan, displai), sumber publik (media massa, organisasi rating konsumen), dan sumber percobaan (meneliti, menggunakan produk) (Kottler, Amstrong, 1996:163).

Dalam penelitian mengenai pengaruh media yang membentuk persepsi konsumen diketahui sebagian besar konsumen merasa bahwa majalah memberikan informasi yang lebih spesifik dibandingkan media yang lain. Ketika mencari informasi mengenai makanan, 41 persen konsumen dewasa menggunakan


(34)

referensi majalah, 26 persen menggunakan koran, dan 15 persen menggunakan media televisi (Magazine Publishers of America, 1991). Balasubramanian dan Cole (Journal of Marketing 2002:112) membandingkan penelitian di lapangan dan laboratorium mengenai perubahan pencarian informasi oleh konsumen sebelum dan sesudah masa NLEA (Nutrition Labeling and Education Act’s), hasil yang didapat adalah tidak ada perubahan dalam pencarian informasi baik sebelum dan sesudah masa NLEA. Hasil tambahan dari penelitian di lapangan dan laboratorium mengindikasikan bahwa NLEA dapat mengubah perhatian atribut nutrisi yang negatif (seperti lemak dan sodium, yang lebih baik) dibandingkan perubahan atribut positif seperti kalsium dan vitamin.

Para peneliti menunjukkan hasil bahwa pemberian informasi nutrisi yang mudah digunakan meningkatkan kemampuan konsumen untuk mengidentifikasi secara benar produk yang memiliki nutrisi (Scammon, 1977:145-150), meningkatkan pengetahuan konsumen akan nutrisi (Muller, 1985:300-6), terutama ketika terdapat atribut yang negatif (Russo et al. 1986, exp2, 48-70).

Dalam penelitian ini diasumsikan konsumen mencari informasi produk melalui label nutrisi yang terdapat pada kemasan, dimana dalam kemasan seorang konsumen dapat menemukan informasi nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan ke dalam suatu wilayah, tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa, dan label nutrisi yang memudahkan konsumen dalam menentukan pilihannya atas suatu produk.


(35)

2.2.3 Kemasan

Kemasan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan atau membungkus pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak (peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan). Philip Kotler (1997:458) mendefinisikan kemasan sebagai aktivitas dalam mendisain dan memproduksi tempat atau pembungkus untuk sebuah produk. Kemasan terdiri atas bentuk fisik produk, label dan sisipan (Evans, Berman, 1982:285). Bentuk fisik produk meliputi kotak pembungkus, gelas, aluminium, botol plastik, kertas pembungkus, stryofoam, atau kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Label mengandung merek produk, logo perusahaan, daftar bahan, pesan promosi, kode kontrol penyimpanan (bar code), dan instruksi pemakaian. Sisipan merupakan instruksi detail dan informasi keamanan untuk produk yang komplek atau berbahaya yang terkandung dalam obat atau mainan.

Kemasan memiliki enam fungsi sebagai tempat isi dan pelindung (yang memungkinkan produk untuk dikirimkan, disimpan dan dibawa dengan aman), usage (memberikan kemudahan untuk digunakan dan disimpan), sarana komunikasi (mengkomunikasikan citra perusahaan melalui desain, label, warna, merek dan displai), segmen pasar (pilihan dalam desain kemasan, warna dan bentuk memungkinkan perusahaan untuk memasuki segmen pasar yang baru) jaringan kerjasama (kemasan harus mampu memuaskan kebutuhan pedagang besar dan pengecer), dan perencanaan produk baru (menjadi inovasi yang penting bagi perusahaan).


(36)

Penelitian yang dilakukan oleh Folkes dan Matta (Journal of Consumer Research Vol.31, Sept 2004), menyebutkan bahwa kemasan yang memiliki bentuk yang dianggap menarik dan dapat merebut perhatian dipersepsikan mempunyai isi yang lebih banyak dibandingkan kemasan yang mempunyai ukuran sama tetapi tidak dapat menarik perhatian.

2.2.4 Label

Label makanan harus mengandung informasi yang mudah dimengerti oleh konsumen. (Kaufman, 1990:272). Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan (peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan).

Label merupakan bagian dari kemasan dan mengandung suatu informasi tentang produk yang tercetak pada kemasan. Label didefinisikan sebagai tulisan yang tercetak pada kemasan yang berisi informasi singkat tentang produk yang dikemas. Menurut Kaufman (1990:272) label makanan harus menjabarkan urutan komposisi (dicantumkan dalam satuan berat), kondisi yang mengharuskan pencantuman label nutrisi (harus dicantumkan apabila sebuah produk memberikan klaim nutrisi atau terdapat tambahan nutrisi lainnya), takaran penyajian (daftar komposisi dibandingkan dengan jumlah sebenarnya), kandungan kalori dan jumlah serta tipe dari lemak. Secara umum label terdiri dari nama produk, komposisi ingredien (bahan penyusun) produk, nama dan alamat produsen atau


(37)

importir, lot dan tanggal produksi, batas kadaluarsa, dan berat bersih. Informasi nilai gizi, dan cara penyajian untuk beberapa produk tertentu juga sering dicantumkan. (www.indohalal.com/halal@lifestyle/artikel.php.html)

Fungsi label (Kotler, Amstrong, 1996:293) dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: label sebagai identifikasi dari produk atau merek, label memberikan informasi kualitas produk, mendeskripsikan produk (perusahaan pembuat produk, tempat dibuat, tanggal produksi, isi dari produk, cara penggunaan dan cara penggunaan yang aman) serta label dapat dijadikan sebagai sarana promosi melalui gambar yang menarik. Dengan memanfaatkan informasi label kemasan, konsumen dapat memperoleh banyak informasi mengenai produk tersebut, sehingga label kemasan merupakan salah satu media terbaik yang dapat dimanfaatkan oleh konsumen untuk memperoleh produk berkualitas. (Healthy Choice, 2002:10).

2.2.5 Label Nutrisi

Gaman dan Sherrington dalam bukunya yang berjudul The Science of Food (1996:313) menyatakan bahwa label nutrisi wajib ada ketika nutrition claim (seperti lemak rendah, berserat tinggi) itu dibuat.

Pencantuman label nutrisi pada makanan dapat memberikan nilai tambah bagi konsumen. Semua keterangan yang dicantumkan berguna sehingga dengan membaca label yang tertera pada kemasan merupakan kebiasaan yang baik.(Levy, Dignan,. 1984:375).


(38)

Beberapa pengertian label nutrisi antara lain :. FCPMC mendefinisikan nutrition labeling is the quantitative declaration of selected nutrients in label nutrisi : A nutrition label is a list of nutrients presented in a standardized format on food packages (www.fcpmc.com/issues/labelling/docs/Nutrition_Label.pdf), All refer mendefinisikan food labeling or nutrition labeling is a information found on the labels of most packaged foods (http://www.sjhsyr.org/sjhhc/hidc07/encyclopedia/1/002459.htm), dan Codex mengartikan, nutrition labeling is a description intended to inform the consumer

of nutritional properties of a food. (http://www.caobisco.com/doc_uploads/legislation/CAC-GL2-EN.pdf).

Dari beberapa pengertian label nutrisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa label nutrisi adalah informasi / tulisan yang tercetak pada kemasan suatu makanan, yang berisi informasi singkat mengenai kandungan nutrisi yang terdapat pada produk tersebut.

Menurut Levy, Dignan, dan Shirreffs, dalam bukunya yang berjudul Life and Health, menyebutkan bahwa suatu label nutrisi harus memuat adanya :

1. Takaran / ukuran penyajian (serving size)

2. Banyaknya penyajian per kemasan (number of servings per container)

3. Kandungan gizi per penyajian yang terdiri dari jumlah kalori, protein, karbohidrat, dan lemak, serta nutrisi-nutrisi yang esensial lainnya seperti vitamin A, vitamin D, thiamine, riboflavin, niacin, kalsium, dan zat besi. (1984:358)


(39)

Informasi gizi atau nutrition fact biasa dicantumkan dalam bentuk tabel. Nutrition Fact minimal memuat informasi kandungan energi (dalam kalori), protein, lemak dan karbohidrat per takaran saji. Disamping nilai gizi produsen juga wajib mencantumkan persentase angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Bila Anda ingin membandingkan kadar nutrisi antara produk, perhatikan nilai satuannya. Jangan langsung membandingkan satuan per serving suatu produk dengan satuan per 100 gram produk lainnya. (Healthy Choice, 2002:12).

Peraturan FDA (Food and Drug Administration) menyinggung tentang syarat-syarat yang dapat dipakai untuk mendeskripsikan sebuah tingkat nutrisi dalam makanan serta bagaimana makanan dapat digunakan. Berikut syarat inti dari peraturan FDA (Food and Drug Administration) :

• Free. Syarat ini berarti bahwa sebuah produk tidak mengandung, atau hanya sedikit terdapat salah satu atau lebih komponen berikut: lemak, lemak cair, kolesterol, sodium, gula dan kalori. Contoh "calorie-free" berarti kurang dari 5 kalori per penyajian, dan "sugar-free" serta "fat-free" keduanya berarti kurang dari 0,5 g per penyajian. Sinonim untuk "free" termasuk kata "tanpa", "tidak" dan “nol." Sedangkan sinonim untuk fat-free milk adalah "skim".

• Low. Syarat ini dapat digunakan untuk makanan yang dapat sering dimakan tanpa melebihi panduan diet untuk satu atau lebih dari komponen berikut: lemak, lemak cair, kolesterol, sodium, gula dan kalori. Berikut beberapa definisi :

• Low-fat: 3 g atau kurang per penyajian


(40)

• Low-sodium: 140 mg atau kurang per penyajian • Very low sodium: 35 mg atau kurang per penyajian

• Low-cholesterol: 20 mg atau kurang dan 2 g atau kurang dari lemak cair per penyajian

• Low-calorie: 40 kalori atau kurang per penyajian

Sinonim untuk low termasuk kata "little," "few," "low source of," dan "contains a small amount of." Standar format label nutrisi : pernyataan “per serving” ditulis dibawah (atau mengikuti) heading “nutrition information”. Untuk menghindari kerancuan, semua nilai dalam tabel harus mengukuti jumlah yang sebenarnya untuk tiap penyajian. Ukuran dari penyajian harus didaftar berdasarkan unit rumah tangga yang umum (satu gelas) atau berdasarkan porsi yang dikenali (satu potong). Jumlah penyajian juga harus dicantumkan dalam daftar. (Hui, 1985:315).

Produsen diijinkan untuk mencantumkan klaim produk pada kemasan, misalnya alami/segar, non kolesterol, bebas lemak, tanpa pewarna, tanpa pengawet, dan lain-lain, dengan tujuan sebagai bahan pertimbangan konsumen dalam memilih suatu produk. Namun rendahnya rata-rata informasi masyarakat mengenai kesehatan, banyak konsumen yang justru tersesat dengan klaim produk yang tidak jelas. (Healthy Choice, 2002:12).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Shine, O’Reilly, dan O’Sullivan (British Food Journal, 1997), diketahui bahwa lebih dari separuh (58 persen)


(41)

sampel yang disurvei membaca label nutrisi, dan kebanyakan adalah wanita dan mempunyai pendidikan yang tinggi. Variabel yang tidak mempengaruhi konsumen dalam penggunaan label nutrisi antara lain umur, status sosio-ekonomi, status pernikahan, anak dalam keluarga, dan ukuran keluarga. Alasan konsumen dalam menggunakan label nutrisi antara lain : 40 persen adalah ‘untuk mengetahui apa yang mereka makan dan meyakinkan kandungan nutrisi pada produk makanan tertentu’, 20 persen untuk ‘mendapatkan yang terbaik dari makanan’, Sembilan persen karena mengikuti diet khusus, tujuh persen menggunakan untuk membandingkan antar merek produk yang bertipe serupa, tiga persen ketika membeli produk baru dan satu persen untuk menguatkan informasi nutrisi yang didapatkan dari membaca majalah. Sedangkan responden yang tidak membaca label nutrisi diketahui bahwa 22 persen responden tidak tertarik pada nutrisi sehingga tidak membaca label, 13 persen mengklaim tidak mempunyai waktu yang cukup untuk membaca dan mengevaluasi label nutrisi, dan pada responden yang lebih tua juga diketahui bahwa ukuran tulisan yang ada pada label nutrisi terlalu kecil, sehingga sulit terbaca, serta sembilan persen lainnya kurang mengetahui cara penggunaan label nutrisi.

2.2.6 Dimensi Label Nutrisi

Menurut Levy, Dignan, Shirreffs, dalam bukunya yang berjudul Life and Health (1984:375) elemen-elemen yang membentuk variable label nutrisi adalah : 1. Takaran / ukuran penyajian (serving size)


(42)

3. Kandungan gizi per penyajian yang terdiri dari jumlah kalori, protein, karbohidrat, dan lemak, serta nutrisi-nutrisi yang esensial lainnya seperti vitamin A, vitamin D, thiamine, riboflavin, niacin, kalsium, dan zat besi.

1. Takaran Penyajian (serving size) Serta Indikatornya

Serving (portion) size menurut Vail, Philip, Rust, Griswold dan Justin dalam bukunya Foods (1978:25) adalah the amount of food for which information is given. Takaran penyajian juga dapat diartikan sebagai jumlah dari suatu makanan. Dan menurut Karen Penner dan Fadi Aramouni dalam artikelnya What’s on food label? Menjelaskan bahwa takaran penyajian merupakan dasar untuk setiap laporan kandungan gizi yang tercantum dalam label nutrisi. Takaran penyajian berdasarkan pada rata-rata ukuran porsi sesuai dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan atau biasa disebut percent daily value. Menurut Nancy long dalam bukunya “Panduan Makanan Sehat” percent daily value adalah prosentase yang menunjukan nilai kandungan nutrisi yang makanan berdasarkan pada diet 2000 atau 2500 kalori batasan asupan kalori yang dikonsumsi bagi banyak orang, dan biasanya hitungannya untuk per porsi atau per penyajian (2006:118).

Untuk produk dengan klaim “Low Fat” menurut aturan FDA (Food and Drug Administration) , ukuran lemak per satu kali penyajian adalah 3 g. Seperti contohnya sebuah makanan dengan kandungan lemak 13g per saji dan PDV sebanyak 20% sesuai dengan diet 2000 kalori, artinya makanan ini menyediakan


(43)

20% dari total asupan lemak harian yang direkomendasikan bagi setiap orang untuk diet 2000 kalori.

Menurut Karen Penner dan Fadi Aramouni dalam artikelnya What’s on food label?, takaran penyajian dari suatu produk yang mempunyai bentuk terpisah, seperti kue, permen, dan produk-produk makanan yang dipotong, adalah hampir sama dengan apa yang tertera pada label kemasan makanan tersebut. Hal ini dikarenakan oleh serving size yang tercantum dalam label nutrisi dibuat berdasarkan referensi berat yang direkomendasikan untuk sekali penyajian, tentunya referensi jumlah makanan dan minuman akan berbeda-beda sesuai dengan kategorinya semua ini diatur dalam daftar referensi jumlah yang dibuat oleh FDA (Food and Drug Administration). Sebagai contoh adalah biskuit yang termasuk dalam kategori produk roti memiliki referensi jumlah 30 g dan angka yang tercantum dalam takaran penyajian adalah per penyajian 13 g, maka dapat dibaca 2 biskuit (26 g) dengan masing-masing biscuit beratnya 13 g. Jika satu unit beratnya lebih dari 50 persen, tapi kurang dari 200 persen dari jumlah referensi, takaran penyajian dihitung satu.

Indikator takaran penyajian yang diambil dari berbagai sumber, namun tetap berdasarkan peraturan yang dibuat oleh FDA (Food and Drug Administration ) adalah sebagai berikut :

1. Jumlah porsi. Takaran penyajian (Serving size) berdasarkan pada jumlah

rata-rata ukuran porsi.


(44)

2. Perkiraan jumlah kalori. Panduan Makanan Sehat” percent daily value adalah prosentase yang menunjukan nilai kandungan nutrisi yang makanan berdasarkan pada diet 2000 atau 2500 kalori batasan asupan kalori yang dikonsumsi bagi banyak orang, dan biasanya hitungannya untuk per porsi atau per penyajian ( Nancy 2006 : 118).

3. Kesamaan ukuran penyajian. Takaran penyajian dari suatu produk yang mempunyai bentuk terpisah, seperti kue, permen, dan produk-produk makanan yang dipotong, adalah hampir sama dengan apa yang tertera pada label kemasan makanan tersebut. (Karen Penner 2006 : 3)

4. Percent daily value (%DV). Percent daily value membantu anda menentukan apakah makanan yang anda konsumsi dalam satu porsi itu memiliki kandungan nutrisi yang tinggi atau rendah (Food and Drug Administration, 2004).

2. Jumlah Penyajian Per Kemasan (Number of servings per container) Serta Indikatornya

Jumlah sajian per kemasan dapat diartikan jumlah spesifik dari suatu makanan yang dimakan oleh seorang indivi Serving per container adalah bagian yang terdapat dalam label nutrisi yang menyatakan berapa jumlah porsi yang ada dalam sebuah kemasan makanan (http://www.ahc.umn.edu/ahc_content/colleges/sph/sph_news/Nutrition.pdf). Seperti dalam pembahasan sebelumnya, menurut FDA (Food and Drug Administration) bahwa tiap porsi penyajian makanan baik tidaknya kandungan


(45)

gizinya didasarkan pada angka kecukupan gizi atau %DV yaitu tentang batasan jumlah kalori yang dianjurkan untuk setiap orang. Menurut FDA (Food and Drug Administration), jumlah kalori yang dicantumkan dalam label nutrisi biasanya hanya untuk satu porsi, sehingga untuk kalori per kemasan kita harus mengalikan kandungan kalori per porsi dengan jumlah porsi yang ada dalam satu kemasan.

Sajian per kemasan didasarkan pada takaran penyajian dan jumlah total dari produk dalam satu kemasan atau bungkus. Sebagai contoh, jika takaran penyajian adalah 2 ons dan jumlah total dalam kemasan adalah 16 ons, maka jumlah penyajian per kemasan adalah 8 (terdapat 2 ons penyajian dalam satu kemasan atau bungkus). Dalam beberapa contoh terdapat produk yang tidak mempunyai berat yang tetap (misalnya ham) dan berat total dapat berbeda dari satu kemasan dengan kemasan yang lain, dan dalam kasus ini jumlah penyajian

per kemasan dapat dikatakan "Varied" (http://www.kunzler.com/nutritionalLabel.asp). Menurut World Health

Organization (WHO) Regional Office for the Western Pacific Manila 2002. Perlu diketahui bahwa takaran penyajian yang dicantumkan dalam kemasan bukanlah takaran penyajian yang pasti sesuai untuk setiap orang. Jika seseorang mengkonsumsi satu penyajian berbeda dengan yang diindikasikan dalam takaran penyajian, maka orang tersebut perlu menghitung jumlah nutrisi yang dikonsumsi

Jadi apabila kita mengkonsumsi penyajian atau porsi yang tidak sesuai dengan anjuran yang ada pada label nutrisi maka kita juga harus mengetahui cara mengukur seberapa banyak kandungan nutrisi yang telah kita makan sesuai


(46)

dengan porsi kita sendiri agar kita tetap mendapatkan asupan gizi yang sesuai. Dan untuk produk dengan klaim “low fat” menurut aturan FDA (FOOD AND DRUG ADMINISTRATION), ukuran lemak kalori per satu kali penyajian adalah 3 g.

Indikator jumlah penyajian per kemasan yang diambil dari berbagai sumber, namun tetap berdasarkan peraturan yang dibuat oleh FDA (Food and Drug Administration ) adalah sebagai berikut :

:

1. Jumlah keseluruhan porsi. Servings per container adalah bagian yang terdapat dalam label nutrisi yang menyatakan berapa jumlah porsi yang ada dalam sebuah kemasan makanan (Food and Drug Administration,2004)

[http://www.ahc.umn.edu/ahc_content/colleges/sph/sph_news/Nutritio n.pdf]

2. Keseluruhan jumlah kalori. Jumlah kalori yang dicantumkan dalam label nutrisi biasanya hanya untuk satu porsi, sehingga untuk kalori per kemasan kita harus mengalikan kandungan kalori per porsi dengan jumlah porsi yang ada dalam satu kemasan. (Food and Drug Administration, 2004)

3. Penggunaan produk sesuai informasi jumlah porsi dalam kemasan. kebutuhan jumlah makanan yang dibutuhkan setiap orang bervariasi berdasarkan usia, aktivitas fisik, struktur tubuh, dan kondisi (sedang


(47)

hamil, menyusui, sedang sakit (World Health Organization (WHO) Regional Office for the Western Pacific Manila, 2002)

3. Kelengkapan Kandungan Gizi Serta Indikatornya

Vitamin dan mineral: hanya dua vitamin, A dan C, dan dua mineral, kalsium dan zat besi, yang harus ada dalam label makanan. Menurut Karen Penner, Perusahaan makanan dapat secara sukarela mencantumkan daftar vitamin dan mineral lain yang terdapat dalam makanan. Menurut Nancy long, Bila suatu vitamin atau mineral ditambahkan atau ketika ada klaim vitamin atau mineral, maka nutrisi tersebut harus dicantumkan dalam label nutrisi (2005:117). Dan untuk produk dengan klaim “Low Fat” menurut aturan FDA (Food and Drug Administration), ukuran lemak per satu kali penyajian adalah 3 g. Pencantuman keterangan tentang kandungan gizi harus dinyatakan dalam persentase dari angka kecukupan gizi yang telah dianjurkan. Pencantuman persentase dari angka kecukupan gizi harus sesuai dengan acuan pencantuman persentase Angka

Kecukupan Gizi pada label produk pangan

Menurut Karen Penner dalam artikelnya “What’s on food label?” menyatakan bahwa peraturan tentang klaim nutrisi juga telah menentukan apa syarat yang digunakan untuk mendeskripsikan level/tingkatan nutrisi dalam makanan dan bagaimana cara penggunaanya, dan untuk produk low fat seperti Produgen standar lemak yang tercantum dalam label nutrisi harus tidak lebih dari 3 g untuk tiap penyajian.


(48)

Persentase daily value atau angka kecukupan gizi berdasarkan diet 2000 kalori, menunjukkan tentang keterangan kandungan gizi yang terdapat dalam suatu makanan yang mendasarkan perhitungannya sesuai dengan pola konsumsi seseorang, mengingat takaran penyajian yang dicantumkan dalam kemasan bukanlah takaran penyajian yang pasti sesuai untuk setiap orang

Menurut World Health Organization (WHO) Regional Office for the Western Pacific Manila 2002, kebutuhan jumlah makanan yang dibutuhkan setiap orang bervariasi berdasarkan usia, aktivitas fisik, struktur tubuh, dan kondisi (sedang hamil, menyusui, sedang sakit). Pada umumnya, penggunaan label ditemukan mampu mempengaruhi pola makan (Hawkes,2004), dan peningkatan penggunaan label makanan telah dikaitkan dengan pola perilaku sehat serta diet makanan sebaik motivasi pilihan (Coulson,2000).

Gizi pangan adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. Pencantuman keterangan tentang kandungan gizi pangan pada label wajib dilakukan bagi pangan yang : disertai pernyataan bahwa pangan mengandung vitamin, mineral, dan atau zat gizi lainnya yang ditambahkan; atau dipersyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang mutu dan zat gizi lainnya. Keterangan tentang kandungan gizi pangan dicantumkan dengan urutan : jumlah keseluruhan energi, dengan perincian berdasarkan jumlah energi yang berasal dari lemak, protein, dan karbohidrat; jumlah keseluruhan lemak,


(49)

lemak jenuh, kolesterol, jumlah keseluruhan karbohidrat, serat, gula, protein, vitamin dan mineral. Jika pelabelan kandungan gizi digunakan suatu pangan, maka label untuk pangan tersebut wajib memuat hal-hal berikut : ukuran takaran saji; jumlah sajian per kemasan; kandungan energi per takaran saji; kandungan protein per sajian (dalam gram); kandungan karbohidrat per sajian (dalam gram); kandungan lemak per sajian (dalam gram); persentase dari angka kecukupan gizi yang dianjurka

Indikator kandungan gizi yang diambil dari berbagai sumber, namun tetap berdasarkan peraturan yang dibuat oleh FDA (Food and Drug Administration ) adalah sebagai berikut:

1. Kelengkapan unsur gizi. Bila suatu vitamin atau mineral ditambahkan atau ketika ada klaim vitamin atau mineral, maka nutrisi tersebut harus dicantumkan dalam label nutrisi (Nancy 2005 : 117).

2. Pengaruh keterangan kandungan gizi. Pada umumnya, penggunaan label ditemukan mampu mempengaruhi pola makan (Hawkes, 2004). 3. Kesamaan klaim nutrisi pada kemasan dengan informasi. Untuk

produk dengan klaim “Low Fat” menurut aturan FDA (Food and Drug Administration), ukuran lemak per satu kali penyajian adalah 3 g (Food and Drug Administration, 2004)

4. Satuan Gram Kandungan Gizi. Jika pelabelan kandungan gizi digunakan suatu pangan, maka label untuk pangan tersebut wajib memuat hal-hal berikut : ukuran takaran saji; jumlah sajian per


(50)

kemasan; kandungan energi per takaran saji; kandungan protein per sajian (dalam gram); kandungan karbohidrat per sajian (dalam gram); kandungan lemak per sajian (dalam gram); persentase dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan (BPOM, 1999)

2.2.7 Minat Beli Serta Indikatornya

Minat beli merupakan suatu hal yang penting dalam pemahaman terhadap perilaku konsumen, minat beli adalah salah satu tahap dalam perilaku membeli. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan factor penting untuk proses perilaku pembelian mengingat bahwa keputusan konsumen untuk membeli sesuatu yang dipengaruhi factor, yaitu daya beli individu, pengaruh dari lingkungannya serta pendapat pribadi.

Menurut Kotler (2000 : 174), minat beli adalah pikiran seseorang yang mengandung niat untuk membeli produk tertentu. Sedangkan memurut Guilford (1990 : 20), minat beli adalah kecenderungan tingkah laku seseorang karena rasa tertarik oleh sekelompok aktivitas tertentu. Rasa tertarik ini menyebutkan seseorang menaruh perhatian dan mencari atau berusaha mendapatkan objek yang sesuai minatnya. Jelas bahwa daya tarik sangat berperan dalam usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan karena di dalam minat terkandung unsur dan perhatian, sehingga kemauan yang terdapat dalam minat beli itu bukan kemauan yang dipaksa, akan tetapi merupakan yang disertai perasaan senang.


(51)

Minat beli menurut Hadipranata ( 1999 : 22), diartikan sebagai dorongan yang berasal dari dalam diri individu yang mampu membuat individu melakukan tindakan pembelian, karena minat beli timbul karena adanya kebutuhan pribadi, keinginan, tuntutan masyarakat, pengaruh-pengaruh dari iklan serta pikiran dan perasaan terhadap produk tersebut.

Dari pengertian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa minat beli adalah pikiran seseorang yang merupakan dorongan yang bersifat intrinsik yang mampu membuat seseorang secara sadar menaruh perhatian terhadap suatu barang atau jasa karena dia merasa bahwa barang atau jasa tersebut mempunyai sangkut paut dengan dirinya.

Dengan kata lain, minat beli dapat timbul dari kebutuhan-kebutuhan pribadi (individual needs) dan tuntutan masyarakat (social needs) serta pikiran dan perasaan terhadap barang atau jasa yang diinginkan (timbul dari dalam diri individu tersebut atau dapat juga berasal dari luar dirinya). Augusty (2006 : 242), indikator-indikator minat beli adalah sebagai berikut :

1. Intensitas pencarian informasi, informasi dari suatu produk

2. Keinginan segera membeli, keinginan untuk membeli atau memiliki produk

3. Keinginan preferensial, produk tertentu inilah yang diinginkan dan bersedia mengabaikan yang lain.


(52)

2.2.8 Pengaruh Label Nutrisi Terhadap Minat beli

Menurut Howard (1994 : 41), minat beli adalah suatu tahapan di dalam batin konsumen yang mencerminkan rencana untuk melakukan pembelian suatu jenis produk atau jasa dengan merek dan jangka waktu tertentu. Menurut Hadipranata ( 1999 : 22), minat beli diartikan sebagai dorongan yang berasal dari dalam diri individu yang mampu membuat individu melakukan tindakan pembelian, karena minat beli timbul karena adanya kebutuhan pribadi, keinginan, tuntutan masyarakat, pengaruh-pengaruh dari iklan serta pikiran dan perasaan terhadap produk tersebut.

Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk menyebutkan bahwa seringkali konsumen mencari informasi sebagai dasar dalam membuat keputusan dan berhati-hati dalam mengevaluasi serta mempelajari informasi tersebut untuk membuat keputusan yang terbaik dalam mencapai tujuan (2000 : 176), seperti juga dalam proses pemilihan suatu produk untuk dibeli.

Dari teori-teori diatas maka dapat dijelaskan, bahwa seorang konsumen dalam proses akan membeli suatu produk pasti akan melewati tahap minat untuk membeli yang salah satu aktivitasnya adalah merencanakan untuk memilih produk tersebut, tentunya dalam merencanakan hal itu konsumen butuh adanya sutu aktivitas untuk mencari infornasi tentang produk yang akhirnya akan dipelajari oleh konsumen untuk memastikan apakah produk yang diminatinya itu baik ataua tidak, sesuai atau tidak dengan yang dibutuhkannya.

Adanya informasi nilai gizi atau label nutrisi pada kemasan akan sangat membantu konsumen untuk mengetahui informasi tentang produk yang konsumen


(53)

minati, apakah suatu produk baik atau tidak terutama dalam hal kebutuhan kesehatan konsumen. Dengan adanya informasi tentang kualitas produk ini maka akan semakin meningkatkan minat beli konsumen terhadap suatu produk, seperti menurut Augusty yang menyebutkan bahwa orang yang intensif dalam mencari informasi mengenai suatu produk tentunya akan berpengaruh terhadap minat pelanggan (2006 : 243).


(54)

2.3 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis yang dinyatakan : ▪ Diduga terdapat pengaruh positif pada label nutrisi terhadap minat beli

susu rendah lemak tinggi kalsium merek Produgen. Serving Size

(X1)

Label Nutrisi (X)

Number Of Servings PerContainer

(X2)

Kandungan Gizi (X3)

Minat Beli (Y)


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Untuk mempermudah dan menghindari kesalahan dalam membentuk persepsi, maka perlu menguraikan definisi operasional variabel yang akan diteliti. Variabel-variabel tersebut adalah :

X = Label Nutrisi

Label nutrisi merupakan informasi / tulisan yang tercetak pada kemasan suatu makanan, yang berisi informasi singkat mengenai kandungan nutrisi yang terdapat pada produk tersebut.

Label Nutrisi (X) menurut Levy, Dignan, dan Shirreffs, dalam bukunya yang berjudul Life and Health (1984:358) mempunyai dimensi sebagai berikut : 1. Takaran / ukuran penyajian (serving size) (X1)

Yaitu keterangan jumlah dari suatu makanan yang dapat dijadikan dasar untuk mengetahui kandungan nutrisi dari makanan tersebut untuk setiap penyajian. Indikatornya dari takaran penyajian (serving size) :

▪ X1.1 = Jumlah Porsi

Yaitu perhatian konsumen terhadap jumlah ukuran porsi untuk setiap satu kali penyajian.


(56)

▪ X1.2 = Jumlah Kalori Per Penyajian

Yaitu Perhatian konsumen pada jumlah kalori untuk sekali penyajian ▪ X1.3 = Kesamaan Ukuran Penyajian

Yaitu perhatian konsumen terhadap kesamaan ukuran penyajian yang tertera pada label nutrisi dengan yang di klaim oleh produk.

▪ X1.4 = Persentase Daily Value (%DV) / Persentase Angka kecukupan Gizi Yaitu perhatian konsumen terhadap persentase angka kecukupan pada label nutrisi.

2. Jumlah Penyajian Per Kemasan (Number Of Servings Per Container) (X2)

Yaitu jumlah spesifik dari suatu makanan yang dapat dimakan oleh konsumen untuk setiap kemasan. Hal ini dapat diukur dari beberapa hal yang juga menjadi indikatornya adalah sebagai berikut :

▪ X2.1 = Jumlah Keseluruhan Porsi

Yaitu perhatian konsumen terhadap jumlah keseluruhan porsi yang dapat dihasilkan dalam satu kemasan.

▪ X2.2 = Keseluruhan Jumlah Kalori

Yaitu perhatian konsumen terhadap jumlah kalori yang terdapat dalam satu kemasan.


(57)

▪ X2.3 = Penggunaan Produk Sesuai Informasi Jumlah Kemasan

Yaitu kecenderungan konsumen menggunakan produk sesuai dengan informasi jumlah kemasan yang tertera pada label.

3. Kelengkapan Kandungan Gizi (X3)

Yaitu zat-zat yang terdapat dalam makanan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta turunannya yang dapat bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia.

▪ X3.1 = Kelengkapan Unsur Gizi

Yaitu kecenderungan konsumen memperhatikan kelengkapan unsur-unsur gizi yang tertera pada label nutrisi.

▪ X3.2 = Pengaruh Keterangan Kandungan Gizi

Yaitu pola konsumsi konsumen dipengaruhi oleh keterangan kandungan gizi yang tertera pada label nutrisi.

▪ X3.3 = Kesamaan Klaim Nutrisi Pada Kemasan Dengan Informasi

Yaitu kecenderungan konsumen untuk selalu memperhatikan kesamaan antara klaim nutrisi yang ada pada kemasan dengan informasi kandungan gizi pada label nutrisi.


(58)

▪ X3.4 = Satuan Gram Kandungan Gizi

Yaitu kecenderungan konsumen untuk memperhatikan satuan gram kandungan gizi pada label nutrisi.

4. Minat Beli (Y)

Yaitu, pikiran seseorang yang mengandung niat untuk membeli produk tertentu.

▪Y.1 = Intensitas pencarian informasi

Yaitu informasi dari suatu produk yang diminati oleh konsumen ▪Y.2 =Keinginan segera membeli

Yaitu keinginan untuk membeli atau memiliki produk ▪Y.3 = Keinginan preferensial

Yaitu produk tertentu inilah yang diinginkan dan bersedia mengabaikan yang lain.

3.2. Pengukuran Variabel

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval. Menurut Riduwan (2004: 84), skala interval merupakan skala yang menunjukan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Sedangkan teknik pengukurannya menggunakan Semantic Differential Scale


(59)

(skala perbedaan semantik) Riduwan (2004: 90) menyatakan bahwa skala tersebut berusaha untuk mengukur sikap dan karakteristik seseorang, yaitu responden menilai perilaku objek dengan bipolar dari 1 kutub kata sifat yang saling berlawanan. Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menjawab atau memberikan penilaian terhadap suatu konsep atau objek tertentu. Skala data yang digunakan adalah antara 1 sampai 7. Ketujuh skala yang dipakai dalam penelitian ini mengikuti pola sebagai berikut :

1 7

Sangat Memperhatikan Sangat Tidak Memperhatikan

3.3. Teknik Penentuan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003:55). Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang yang ada di Surabaya yang pernah melihat iklan susu rendah lemak tinggi kalsium merek Produgen.


(60)

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2003:56). Sampel dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling yaitu teknik yang tidak member kesempatan/peluang bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2003:60). Dengan teknik

purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan

mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono, 2003:61). Kriteria-kriteria dalam pengambilan sampel tersebut, yaitu responden yang pernah melihat iklan di televisi dan berniat membeli susu rendah lemak tinggi kalsium merek Produgen di Surabaya Utara diambil di daerah kenjeran, Surabaya Timur di ambil di daerah gubeng, Surabaya Barat di ambil di daerah benowo, dan Surabaya Selatan di ambil di daerah wonokromo.

Penentuan sampel menggunakan pedoman ukuran sampel menurut Ferdinand (2002:48) yaitu :

1. 100 – 200 sampel untuk teknik maksimum likehood estimation.

2. Tergolong pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya adalah 1 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

3. Tergantung pada jumlah indikator dikali 5 – 10 bila terdapat 20 indikator besarnya sampel adalah 100 – 200.


(61)

4. Bila sampelnya sangat besar maka peneliti memilih teknik estimasi, misal bila sampel di atas 2500 teknik estimasi APF (asymptotically Distribution Frees Estimation).

5. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang di ambil dari pelanggan susu Produgen di Surabaya dengan jumlah 14 indikator x 10 = 140 responden.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data

Data Primer

Dalam penelitian ini data yang dipakai berupa data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dan jawaban responden, seperti penyebaran kuesioner.

Data Sekunder

Data yang dari majalah-majalah dan artikel di internet yang berhubungan dengan susu berkalsium rendah lemak merek Produgen.

3.4.2. Sumber Data

a. Data penelitian ini diperolah melalui jawaban responden melalui kuisioner, yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diteliti. b. Diperoleh dari internet.


(62)

3.4.3. Pengumpulan Data

a. Kuisioner

Merupakan daftar untuk memperoleh data berupa jawaban dari responden.

b Wawancara

Metode dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap konsumen yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dan mencatat kegiatan yang ada.

a. Dokumentasi

Merupakan data artikel-artikel yang bersumber dari media internet. 3.5. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

3.5.1. Teknik Analisis

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Model (SEM). Model pengukuran factor sikap, minat, dan perilaku konsumen menggunakan Confirmatory Factor Analysis. Penaksiran pengaruh masing-masing variable bebas terhadap variable terikatnya menggunakan koefisien jalur. Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan contoh dimensi factor serving size dilakukan sebagai berikut :


(63)

X1.2

X

= Serving size + er_2

1.3

X

= Serving size + er_3

1.4

Demikian juga faktor lain seperti serving per container, kandungan gizi dan juga minat beli.

= Serving size + er_4

Bila persamaan dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk di uji undimensionalitasnya melalui Confirmatory Factor Analysis. Maka model pengukurannya akan nampak sebagai berikut :

Gambar 3.1 : Contoh Gambar Pengukuran Faktor Model.

Serving Per Container (X2) Serving Size (X1) Label Nutrisi (X) Minat Beli (Y) X1.2 X1.3 X1.4 X1.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.1 Er 3 Er 4 Er 1 Er 2 Er 3 Er 4 Er 1 Er 2 Y1.1 Y1.2 Y1.3 Kandungan Gizi (X3) X1.2 X1.3 X1.4 X1.1 Er 3 Er 4 Er 1 Er 2 Er 1 Er 2 Er 3


(64)

3.5.2. Pengujian Hipotesis

3.5.2.1. Asumsi model (Structure Equation Modelling)

Pada permodelan SEM terdapat asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam prosedur pengumpulan data pengolahan data yang dianalisis adalah sebagai berikut :

1. Ukuran Sampel

Ukuran sampel yang harus dipenuhi dalam permodelan SEM adalah minimum berjumlah 100 atau dengan 5 perbandingan observasi untuk estimasi parameter.

2. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas

1) Normalitas dapat diuji dengan lihat gambar histogram data atau diuji dengan metode-metode statistik.

2) Menggunakan Critical Ratio diperoleh dengan membagi koefisien sampel dengan standart error-nya dan skeness value yang biasanya disajikan dalam statistic untuk menguji normalitas itu disebut

Z-value. Pada tingkat signifikansi 1%, jika nilai Z lebih besar dan nilai Z-score lebih besar dan nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.


(65)

4) Linieritas dengan mengamati scatter plots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat dari pola penyebaran untuk menduga ada tidaknya linieritas.

3. Evaluasi atas Outlier

1) Mengamati nila Z-score : kriterianya diantara ± 3,0 non outlier. 2) Multivariate out/icr diuji dengan criteria jarak Mahalonobis pada

tingkat p < 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square [x] pada df sebesar jumlah variable bebasnya. Ketentuan : bila Mahalonobis > dan nilai x adalah multivariate outlier.

3) Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik secara unvariate maupun multivariate yaitu yang muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dan observasi-observasi lainnya.

4. Deteksi Multicollinierity dan Singularity

Dengan mengamati Determinant matriks covariance. Denagn ketentuan apabila determinan sampel matriks mendekati angka 0 [kecil], maka terjadi multikolinieritas dan singularitas (Tabachnick & Fidel,1988).


(66)

5. Uji Validitas dan Reability

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang umum.

Karena indikator multidimensi,maka uji melihat loading factor

dan hubungan antara setiap observed variable dan latent variable. Sedangkan reliabilitas uji dengan construct reliability dan variance eztracted dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Construct Reliability =

[

]

{

S

dardizeLoading +

ej

}

ding dardizeLoa S

tan tan

Variance Extracted =

{

[

]

}

+ ej ding

dardizeLoa S

ding dardizeLoa S

tan tan

Sementara ej dapat dihitung dengan formula uji = 1 – [standardize loading]. Secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah 0,7 dan variance extracted 0,5 (Hais et.al, 1998). Standardize Loading dapat diperoleh dari Output AMOS 4.0,1 dengan melihat nilai estimasi setiap construct standardize regression weight terdapat setiap butir sebagai indikatornya.


(67)

3.5.3. Pengujian hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dan bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikan pembanding nilai CR [Critical Ratio] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila nanti lebih besar daripada table berarti signifikan.

3.5.4. Pengujian Model dengan One Step Approach

Dalam metode SEM, model pengukuran dan model struktur parameter-perameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi fit model. One Step Approach to

SEM digunakan apabila model diyakini landasan teori yang kuat serta validitas dan reliabilitas yang sangat baik.

3.5.5. Evaluasi Model

Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory”

menunjukan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teori dan data empiris. Jika model teoritas menggambarkan “good-fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor-fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model “good-fit” dan “poor-fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan Structural equation modeling.


(1)

Hal ini dapat diartikan bahwa apabila label nutrisi yang terdiri dari serving size, servings per container, dan kelengkapan kandungan gizi

sudah terpenuhi dengan baik dalam hal penyajiannya, maka minat beli produk susu rendah lemak tinggi kalsium merek Produgen di Surabaya juga akan baik. Begitu juga sebaliknya, jika label nutrisi kurang terpenuhi dengan baik dalam hal penyajiannya, maka minat beli konsumen produk susu rendah lemak tinggi kalsium merek Produgen di Surabaya juga akan kurang baik.

Hal ini menunjukan bahwa penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bower ( food quality and preference, 2003:65-74 ) : bahwa informasi label yang berupa identitas, harga, keterangan gizi berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen. Melalui informasi tentang gizi yang terdapat pada kemasan yang tentunya menonjolkan kualitas produk konsumen akan merasa lebih merasa terbantu untuk mengetahui kandungan gizi apa saja yang mereka dapat saat mengkonsumsi produk yang mereka pilih, sehingga nantinya akan muncul rasa aman lalu percaya untuk terus menggunakan produk tersebut. Dan tidak menutup kemungkinan konsumen akan merekomendasikan produk tersebut pada orang lain.

Label nutrisi dapat memberikan informasi kepada konsumen tentang kualitas suatu produk sehingga konsumen tidak salah memilih suatu merek produk yang sesuai mereka inginkan, sehingga informasi label nutrisi yang baik dan jujur dapat mempengaruhi minat beli konsumen terhadap produk


(2)

85

tersebut. Jika konsumen merasa puas akan informasi label nutrisi yang diberikan maka minat beli konsumen akan naik atau meningkat.


(3)

86

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM untuk menguji pengaruh Label Nutrisi terhadap Minat Beli Susu Rendah Lemak Tinggi Kalsium produgen di Surabaya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara Label Nutrisi terhadap minat beli pada produk Susu Rendah Lemak Tinggi Kalsium produgen di Surabaya. Semakin baik dan jelas penyajian informasi label nutrisi pada kemasan produk, akan mampu meningkatkan minat beli konsumen

5.2. Saran

Sebagai kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan atau dimanfaatkan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan, antara lain, sebagai berikut :

1. Bagi pihak perusahaan diharapkan hendaknya memperhatikan pengaruh Informasi yang terdapat dalam label nutrisi terhadap minat beli konsumen produk susu rendah lemak tinggi kalsium merek


(4)

87

Produgen yang akan dan sedang dipasarkan dengan cara memberikan penyajian informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami oleh konsumen tentang kualitas khususnya informasi nilai gizi pada label nutrisi.

2. Bagi pihak konsumen, jika ingin melakukan pembelian dan merasa kesulitan untuk memahami informasi yang disajikan di dalam label nutrisi diharapkan dapat membantu memberikan saran kepada pihak perusahaan melalui customer care agar perusahaan dapat memperbaiki cara penyajian informasi di dalam label nutrisi supaya lebih mudah dipahami atau dapat meningkatkan jumlah tenaga promosi yang mampu membantu memberikan penjelasan tentang informasi label nutrisi tersebut.

3. Penelitian yang dilakukan pada kesempatan kali ini hanya menganalisis pengaruh label nutrisi terhadap minat beli konsumen, peneliti mengharapkan agar dimasa mendatang untuk penelitian selanjutnya menambah variabel atau dimensi dari label nutrisi yang ada hubungannya dengan minat beli konsumen.


(5)

Assael, Henry. 1992. Consumer Behaviour and Marketing Action. 5

Prentice Hall International, Inc. Upper Saddler River, New Jersey. th

Baltas, George. 2001. “The Effects of Nutrition Information on Consumer Choice”. Journal of Advertising Research, March-April, p.57-63

Editions. Southern College Publishing. Cincinnzti, Ohio.

CAC/GL2. 1985. Codex Guidelines on Nutrition Labelling (online). Avalaible : Dignan, Mark. et. al. [1984]. Life and Health. Random House. New York.

Evans, Joel R. 1982. Essential of Marketing. Macmillan Publishing Co, Inc. New York.

FCPMP. FPACC. 2003. Information on nutrition Labels (online). Avalaible :

Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Indoprint. Semarang Folkes, Valerie & Matta, Shasi. 2004. “The Effect of Package Shape on

consumer, Judgement of Product Volume : Attention as a Mental

Contaminant”. Journal of Consumer Research, September, vol.31

no.2.

Gaman & Sherington. 1996. The Science of Food. 4th

Kauffman. 1990. Assesing Adolescent and Adult Intelegence. Boston

Edition. Butterworth Heinemann. Oxford.

Kotler, Philip. 2000. Marketing Management ( the millennium edition). Prentice Hall International, Inc. Upper Saddler River, New Jersey. Long, nancy. 2006. Panduan Makan Sehat. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Muller, Thomas. 1984. “Buyer Response to Variation in Product Information Load”. Journal of Applied Psychology. May, vol.69, p.300-306.

Nutrio. 2010. Nutrition Label (online). Avalaible :


(6)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69. 1999. Label dan Iklan

Pangan (online). Avalaible :

Penner, Karen & Aramouni, Fadi. 2006. “What’s on Food label?”. Kansas State University. Manhattan, Kansas.

Riduwan. 2004. Metode Dan Tehnik Menyusun Tesis. Penerbit IKAPI. Bandung.

Schiffman, G. Leon & Kanuk, L. Leslie. [2002]. Consumer Behaviour. 7th

Tversky, Amos. et. al. [1998]. “ Contingent Weighting In Judgement and Choice”. Psychological Review. p.371-384.

Edition. Prentice Hall International, Inc. Upper Saddler River.

VeriMed Healthcare Network. 2001. Food Labelling. Avalaible :

U.S Food & Drug Administration. 2000. Center of Food safety & applied Nutrition : How to Understand & Use The Nutrition Facts Label

(online). Avalaible :

WHO Regional Office for The Western Pasific. 2002. Towards Healthier Mother, Children and Families : a nutition guide for community healthy workers. Manila, Philipines.

Internet :