PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI KRAMAT 02 PENAWANGAN PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2010 2011

(1)

commit to user

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI

KRAMAT 02 PENAWANGAN PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh:

RETNO WITANTI

X 7107065

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI

KRAMAT 02 PENAWANGAN PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh:

RETNO WITANTI X 7107065

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user

iii


(4)

commit to user


(5)

commit to user

v ABSTRAK

Retno Witanti. PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR PESAWAT SEDERHANA IPA KELAS V SD 02 NEGERI KRAMAT PENAWANGAN GROBOGAN. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juni 2010/2011.

Tujuan penelitian keaktifan ini adalah: Meningkatkan keaktifan belajar siswa tentang pesawat sederhana dengan metode eksperimen siswa kelas V SDN 02 Kramat Penawangan Grobogan. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu, perencanaan, tindakan, observasi, refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas V SD 02 Negeri Kramat Penawangan Grobogan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,tes, angket. Teknik analisis menggunakan teknik analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: Proses belajar IPA materi pelajaran pesawat sederhana meningkat keaktifannya, keaktifan belajar ataupun keaktifan mengemukakan pendapat hal tersebut dapat dilihat dari hasil observasi yang meliputi lima aspek.

pada aspek keaktifan peserta didik pada saat pembelajaran diperoleh hasil sebagai berikut: Pada pra siklus siswa yang aktif 0% siklus I pertemuan I 40% dan pada pertemuan ke II 48 % diperoleh rata-rata 44%. Namun pada siklus II pertemuan I 60% dan pada pertemuan II keaktifan meningkat 92% jika rata-rata 76%.

Secara keseluruhan tingkat keaktifan siswa naik dari kondisi awal 0% dan setelah melalui dua siklus menjadi 92%. Maka tingkat keaktifan siswa mengalami peningkatan sebesar 92%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa IPA pada kelas V SD Negeri Kramat 2 tahun ajaran 2010/2011.


(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Retno Witanti. The Application of Experimental Method to Improve the Learning Activity of Science Simple Instrument in the V Graders of SDN 02 Kramat Penawangan Grobogan. Thesis. Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, June 2010/2011.

The objectives of this research are: to improve student learning activity of science simple instrument by use of experimental method in the V graders of SDN 02 Kramat Penawangan Grobogan.

The study belong to a classroom action research consisting of two cycles. Each cycle consisted of four steps: planning, acting, observing, and reflecting. As the subject of study are V graders of SDN 02 Kramat Penawangan Grobogan. Techniques of collecting data used were observation, poll and questionnaire. Techniques of analyzing data was an interactive analysis encompassing three component: data reduction, display and conclusion drawing or verification.

Considering the result of research, it can be concluded that: the activity of learning process in science simple instrument of V graders of SDN 02 Kramat penawangan grobogan is increase, the learning activity or learning enthusiasm it can be seen from the result of observation that include of five aspects.

In the aspect of student activity in learning process as a result are: in pre-cycles active student 0%, in cycle I meeting I active student 40%, in cycle I meeting II active student 48% and average 44%. However in cycles II meeting I active student 60% and in cycles II meeting II active student increase to 92% if average 76%.

As a whole, degree of student activity from beginning is 0% and after passed two cycles is increase to 92%. Therefore the student activity is increase up to 92%. So inferential that experimental method can increase student activity of science in the V graders of SDN 02 Kramat period 2010/2011.


(7)

commit to user

vii MOTTO

“ sesungguhnya sesudah kesulitan ituada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari pekerjaan atau tugas, kerjakanlah yang lain

denga sungguh”

(terjemahan: QS.Al Nasyirah :6-7)

“ Keinginan adalah sumber penderitaan dan tempatnya adalah didalam pikiran, tujuan bukanlah utama yang utama adalah prosesnya”

( Iwan Fals)

Kita hanya harus yakin dan benar-benar percaya maka semua akan terjadi. (Penulis)


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:

 Allah SWT yang senantiasa memberi petunjuk untukku, dan semua keajaiban dalam hidupku.

 Ayahku (Bambang Pudjiono) dan bundaku (Indarwati) tercinta yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang yang tak lengkang oleh waktu dan selalu mendoakan, memberi motivasi, bimbingan dan kasih sayang dengan tulus ikhlas serta menuntun ananda dengan penuh kesabaran.

 Adik tersayang dan semata wayang (Langgeng Asmoro)

 Sahabat-sahabat yang aku sayangi terimakasih atas dukungannya dan motivasi yang selalu diberikan.


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah dzat yang Esa atas limpahan rahmat serta karunia iman dan islam, taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagai persyaratan mendapatkan gelar Sarjana pendidikan yang berjudul ”Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan

Keaktifan Belajar IPA Tahun pelajaran 2010/2011”.

Selama penelitian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. R.Indianto, M. pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

3. Drs. Kartono, M. pd., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dra. Rukayah M.Hum, Dosen Pembimbing I dan Drs.Tri Budiharto, M.pd.,Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat peneliti selesaikan .

5. Darwoto A.Ma. Pd., Kepala Sekolah SD Negeri Kramat 02 yang telah memberikan ijin tempat dalam penelitian, beserta tenaga guru dan karayawan yang telah membantu peneliti melaksanakan penelitian.

6. Siswa-siswi kelas V SD Negeri 02 Kramat Tahun ajaran 2011 yang menjadi subyek penelitian dan telah membantu dalam memperoleh data dalam penelitian ini.

7. Dosen-dosen PGSD yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan kepada peneliti.

8. Kepada bapak, Ibu dan adik yang dengan ikhlas memberikan kasih sayang dan

pengerbonan kepada adinda dan selalu memberi dukungan moral maupun material.

9. Sahabat- sahabat mahasiswa PGSD, khususnya STF yang telah membantu peneliti selama menjadi mahasiswa dan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(10)

commit to user

x

10. Kepada teman- temanku yang kost di pak Mursito, Terima kasih atas dukungan serta semangat yang telah diberikan kepada adinda

11. Berbagai pihak yang telah membantu peneliti, yang tidak mungkin peneliti sebutkan satu persatu.

Semoga amal kebaikan semuanya mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat dari Allah SWT.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekerungan yang jauh dari sempurna. Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.

Surakarta, 8 Juni 2011


(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGAJUAN ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTO vii

HALAMAN PERSEMBAHAN viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI ... xi DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah ... 3 C. Pembatasan Masalah... 4

D. Rumusan Masalah 4

E. Tujuan Penelitian 4

F. Manfaat Penelitian 4

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 6

1. Tinjauan Tentang Keaktifan Belajar IPA 6

2. Tinjauan Tentang Metode Eksperimen 20

B. Penelitian yang Relevan 24

C. Kerangka Berfikir 25

D. Hipotesis 27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 28


(12)

commit to user

xii

C. Subjek Penelitian 30

D. Prosedur Penelitian ... 30

E. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data ... 34

F. Jenis Instrumen ... 35

G. Validitas Data ... 35

H. Sumber Data ... 35

I. Teknik Analisis Data ... 35

J. Indikator Kinerja... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Tempat Penelitian 38 B. Deskripsi Kondisi Awal 38 C. Deskripsi Penelitian ... 39

1. Tindakan Siklus I ... 40

2. Tindakan Siklus II ... 49

D. Deskripsi Hasil Pembahasan ... 57

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI SARAN A. Simpulan 61 B. Implikasi 63 C. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL Tabel 1. Waktu Penelitian ... 28

Tabel 2. Indikator Keaktifan Tindakan Penelitian Untuk Aspek Kualitas Proses ... 37

Tabel 3. Keaktifan Belajar Siswa Siklus I Pertemuan I ... 43

Tabel 4. Keaktifan Belajar Siswa Siklus I Pertemuan II ... 45

Tabel 5. Rata- Rata Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ... 46

Tabel 6. Keaktifan Belajar Siswa Siklus 2 Pertemuan I ... 53

Tabel 7. Keaktifan Belajar Siswa Siklus 2 Pertemuan II ... 54

Tabel 8. Rata- Rata Keaktifan Belajar Siswa Siklus 2 ... 55


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Alat-Alat Yang Bekerja Dengan Prinsip Pengungkit ... 18

Gambar 2. Alat-Alat Yang Bekerja Dengan Prinsip Bidang Miring ... 19

Gambar 3. Alat Yang Bekerja Dengan Prinsip Katrol. ... 19

Gambar 4. Alat Yang Bekerja Dengan Prinsip Roda Berporos. ... 20

Gambar 5. Kerangka Pemikiran ... 26

Gambar 6. Langkah – Langkah Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 29

Gambar 7. Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 31

Gambar 8. Komponen- Komponen Analisa Data Model Interaktif ... 36

Gambar 9. Grafik Keaktifan Siklus I Pertemuan I ... 44

Gambar 10. Grafik Keaktifan Siklus I Pertemuan I ... 45

Gambar 11. Rata-Rata Keaktifan Siklus I . ... 46

Gambar 12. Grafik Keaktifan Siklus II Pertemuan I . ... 54

Gambar 13. Grafik Keaktifan Siklus II Pertemuan II . ... 55

Gambar 14. Rata-Rata Hasil Keaktifan Siklus II. ... 56

Gambar 15. Grafik Perkembangan Nilai Keakifan Siswa Pra Siklus, Siklus I, Siklus II. ... 60


(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Silabus ... 69

Lampiran 2. RPP Pra Siklus ... 70

Lampiran 3. LKS Pra Siklus ... 78

Lampiran 4. Evaluasi Pra Siklus ... 79

Lampiran 5. RPP Siklus 1 ... 81

Lampiran 6. LKS Siklus I Pertemuan I & II ... 90

Lampiran 7. Evaluasi Siklus I ... 93

Lampiran 8. RPP Siklus 2 ... 95

Lampiran 9. LKS Siklus II Pertemuan I & II ... 104

Lampiran 10.Evaluasi Siklus II ... 106

Lampiran 11.Hasil Keaktifan Belajar Siswa Pra Siklus ... 108

Lampiran 12.Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ... 110

Lampiran 13.Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus II ... 112

Lampiran 14.Lembar Penilaian Guru Siklus I Ke 1 Dan II ... 114

Lampiran 15.Lembar Penilaian Guru Siklus 2 Ke 1 Dan II ... 119

Lampiran 16.Hasil Observasi Pra Siklus Keaktifan Siswa ... 125

Lampiran 17.Hasil Observasi Siklus I Pertemuan I Keaktifan Siswa ... 127

Lampiran 18.Hasil Observasi Siklus I Pertemuan 2 Keaktifan Siswa ... 129

Lampiran 19.Rata Rata Hasil Observasi Siklus I ... 131

Lampiran 20.Hasil Observasi Siklus 2 Pertemuan I Keaktifan Siswa ... 132

Lampiran 21.Hasil Observasi Siklus 2 Pertemuan 2 Keaktifan Siswa ... 134

Lampiran 22.Rata Rata Hasil Observasi Siklus II ... 136

Lampiran 23.Rubrik Penilaian Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... 137

Lampiran 24.Hasil Angket Keaktifan Pra Siklus Keaktifan Siswa ... 139

Lampiran 25.Hasil Angket Siklus I Keaktifan Siswa ... 141

Lampiran 26.Hasil Angket Siklus II Keaktifan Siswa ... 143

Lampiran 27.Angket Siswa Pra Siklus ... 145

Lampiran 28.Angket Siswa I ... 146


(16)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam UUD 1945 pasal 33 ayat (1) yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan. ”Pendidikan bagi setiap warga negara pada hakekatnya adalah merupakan suatu upaya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga dengan kemampuannya siswa akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan kelak akan berguna bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan negara.

Dalam rangka melaksanakan pendidikan nasional perlu diambil langkah-langkah yang dapat memungkinkan terbentuknya manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, bekerja keras, bertanggung jawab, disiplin, kreatif serta sehat jasmani dan rohani, yang semuanya dapat digali melalui pendidikan keluarga, sekolah dan dalam lingkungan masyarakat.

Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengembangan aspek-aspek tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian seperangkat kompetensi, agar siswa dapat bertahan hidup serta dapat menyesuaikan diri dan berhasil dalam kehidupan pada masa yang akan datang. Untuk itu diharapkan dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut.

Sekolah sebagai tempat siswa belajar, diharapkan siswa aktif dalam pembelajaran. Hal ini karena daya serap tiap-tiap siswa berbeda-beda ada yang memperhatikan pelajaran, ada yang ramai sendiri, bahkan ada yang enggan menyimak pelajaran yang disampaikan guru. Untuk memperoleh kemampuan sesuai yang diharapkan baik guru ataupun siswa harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar tersebut, termasuk keaktifan belajar IPA.


(17)

commit to user

Berdasarkan Depdiknas (2006: 483) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, IPA tidak hanya menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek perkembangan lebih lanjut untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman tentang Alam Sekitar yang lebih mendalam.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah yang dapat diidentifikasikan, Penerapan IPA perlu dilaksanakan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk bagi lingkungan. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengomunikasikannya sebagai aspek penting dalam kehidupan. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses.

Kewajiban para guru untuk menanamkan rasa senang terhadap materi pelajaran IPA, dengan memberi rangsangan dan dorongan kepada siswa. Sehingga metode pembelajaran memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

Setelah melakukan pengamatan di kelas V SD Negeri 2 Kramat Penawangan Purwodadi keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran IPA saat ini rendah karena disebabkan oleh beberapa faktor yaitu penyampaiannya hanya mengggunakan metode ceramah yang mungkin dianggap guru adalah metode paling praktis, mudah dan efisien, sedangkan siswa pasif selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa tidak diberi kesempatan untuk mengkontruksikan pengetahuan yang sudah mereka miliki dengan kehidupan nyata. Pembelajaran seperti itu kurang tepat karena tidak ada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Jika pada pembelajaran IPA materi pesawat sederhana dilakukan dengan cara konvensional maka hasil belajar rendah. Oleh


(18)

commit to user

karena itu untuk mengatasi masalah tersebut perlu diterapkan metode pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat memahami dan aktif dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana.

Salah satu metode dalam pembelajaran IPA adalah Metode Eksperimen. Metode Eksperimen adalah metode atau cara guru dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi. Kelebihan dari metode eksperimen yaitu: Pertama, membuat siswa lebih percaya pada kebenaran kesimpulan percobaan sendiri daripada menurut cerita atau buku. Kedua, siswa aktif mengumpulkan fakta, informasi atau data yang di perlukan melalui percobaan yang di lakukan. Ketiga, dapat digunakan untuk melaksanakan prosedur metode ilmiah. Keempat, Hasil belajar di kuasai oleh siswa dan tahan lama dalam ingatan. Dengan metode ini diharapkan siswa lebih tahu dan jelas tentang pembelajaran IPA, sehingga diharapkan keaktifan siswa dapat meningkat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar IPA akan meningkat, jika dalam pembelajarannya digunakan metode yang tepat, salah satu metode yang tepat untuk pelajaran IPA adalah metode Eksperimen karena siswa lebih senang belajar sambil bermain. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengambil judul penelitian “Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Kramat 02 Penawangan Purwodadi Tahun Pelajaran 2011”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang timbul dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Kurang tepatnya penggunaan metode pembelajaran guru dalam menyampaikan

materi IPA kelas V khususnya pokok bahasan pesawat sederhana.

2. Guru belum terbiasa dalam menggunakan metode pembelajaran eksperimen pada proses belajar mengajar, dan

3. Perbedaan pengetahuan yang dimiliki masing-masing guru dalam proses penyampaian materi IPA kelas V.


(19)

commit to user

C. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian sebagai berikut:

1. Keaktifan belajar yang akan diteliti dibatasi pada keaktifan belajar kegiatan-kegiatan metrik yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari dan berkebun.

2. Metode pembelajaran eksperimen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang memberikan gambaran nyata anak dan di alam lingkungan sekitar.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang terdapat dalam penelitian ini, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa tentang pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA kelas V SDN 02 Kramat Penawangan Purwodadi tahun ajaran 2011?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini, maka tujuan yang hendak dicapai adalah untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa tentang pesawat sederhana dengan metode eksperimen siswa kelas V SDN Kramat 02 Penawangan Purwodadi.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran IPA.

b. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai rujukan bagi peneliti yang akan datang.


(20)

commit to user 2. Manfaat Praktis

a. Bagi lembaga/sekolah

Mendorong terjadinya inovasi para guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan untuk kemajuan sekolah.

b. Bagi Guru

Guru mendapatkan pengalaman dan kerampilan menggunakan alat peraga, sehingga dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan bahwa guru mampu menilai dan memperbaiki pelajaran sehingga tercipta pembelajaran yang aktif. Dan dapat dijadikan referensi penelitian dengan perancang penelitian lebih lanjut dan fokus yang berbeda tentang pembelajaran IPA.

c. Bagi Siswa

Siswa lebih trampil dan aktif mengikuti kegiatan pelajaran IPA dengan metode eksperimen sehingga dapat membantu mereka untuk memahami materi.


(21)

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan tentang Keaktifan Belajar IPA

a. Pengertian Keaktifan

Menurut Sriyono (1992: 74) yang dimaksud dengan keaktifan adalah bahwa pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif, jasmani maupun rohani. Keaktifan jasmani maupun rohani itu meliputi antara lain: 1) Keaktifan indra: pendengaran, penglihatan, peraba dan lain–lain. Murid harus di rangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin. 2) Keaktifan akal: akal anak-anak harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah. 3) Keaktifan ingatan: waktu mengajar anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang di sampaikan oleh guru, dan menyimpan dalam otak, kemudian pada suatu saat bila di butuhkan siap dan mampu mengutarakan kembali. 4) Keaktifan emosi: murid hendak senantiasa berusaha mencintai pelajarannya. Bukankah senang ataupun tidak ia tetap di mintai pertanggung jawaban, maka tidak ada gunanya membenci atau tidak mencintai pelajaran. Sesunggguhnya mencintai pelajaran akan menambah hasil studi seseorang.

Keaktifan menurut Martinis (2007: 82) keaktifan belajar adalah suatu kegiatan atau usaha individu untuk membangun pengetahuan dalam dirinya yang dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungan. Keaktifan menurut Sardiman (2004: 100) keaktifan adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Selama kegiatan belajar kedua aktivitas tersebut harus terbaik sehingga akan mendapatkan aktivitas yang optimal. Menurut kamus besar bahasa Indonesia keaktifan adalah kegiatan, sedang belajar merupakan proses belajar pada diri indivudu kearah yang lebih baik yang bersifat tetap karena adanya interaksi dan latihan (Poerwodarminto, 1992: 17).


(22)

commit to user

Hal ini seperti yang tercantum pada jurnal internasional berikut ini:

active learning is any teaching method which gets students actively involved: some general characteristics are commonly associated with the use of strategies promoting active learning in the classroom: student are involved in more than listening less emphasis is placed on transmitting information and more on developing students skill student are engaged in activities (e.g, reading, discussing, writing) greater

emphasis is placed on student’ exploration of their own attitudes and

values. As a working definition, Bonwell and Eison suggest that “active learning be defined as anyting that involves student in doing things and

thinking about what they are doing.” (Keyser, Marcia. 2000 Vol. 17

issue 1)

Berdasarkan jurnal international di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah metode pembelajaran yang melibatakan siswa secara aktif, siswa tersebut dilibatkan lebih dari mendengarkan kurangnya penekanan terletak pada penyampaian informasi dan lebih banyak pada pengemangan kemampuan siswa (misalnya, membaca, berdiskusi, menulis) penekanan yang lebih besar ditempatkan pada eksplorasi siswa, sikap dan nilai mereka sendiri. Bonwell dan Eison menunjukkan bahwa ”keaktifan didefinisikan sebagai suatu yang melibatkan siswa dalam melakukan sesuatu dan berfikir tentang apa yang mereka lakukan.”

Menurut Hollingsworth dan Lewis (2008: viii) keaktifan adalah siswa terlibat secara terus menerus baik mental maupun fisik. Keaktifan belajar itu penuh semangat, hidup, giat, berkesinambungan, kuat dan efektif. Sedangkan menurut Rosdjati (2002: 16) keaktifan belajar adalah proses belajar yang dapat menumbuhkan motivasi dalam diri siswa untuk menumbuhkan motivasi dalam diri siswa untuk terlibat secara aktif. Guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan, berinteraksi dengan lingkungan dsb.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah proses pembelajaran harus dapat menumbuhkan motivasi dalam diri siswa secara aktif dengan tingkah laku saat pembelajaran diharapkan akan mudah mencapai tujuan pembelajaran yang telah diterapkan guru. Peran aktif guru sebagai fasilitator dan motivator terhadap siswa dan guru harus dapat menciptakan kondisi didalam


(23)

commit to user

pembelajaran menyanangkan sehingga siswa tidak merasa bosan dan enggan untuk menyimak pelajaran. Guru harus dapat memfariasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif ketika siswa terlibat terus-menerus, baik secara mental maupun secara fisik. Sebuah pembelajaran yang aktif mengindikasikan adanya aktivitas yang dilakukan siswa misal, berdiskusi, tanya jawab, dsb. Pembelajaran aktif penuh semangat, giat, kuat dan efektif.

b. Tinjauan Asas Keaktifan 1) Segi pendidikan

Jhon Dewey dalam Sriyono (1992: 76), Seorang ahli didik Amerika mempunyai perhatian yang besar terhadap pengalaman. Setiap pengalaman poitif maupun negative yang berguna bagi anak. berdasarkan pengalaman ia akan dapat membentuk pengertian dan pendapat, mengambil keputusan, bersikap tepat dan memiliki keterampilan belajar.

2) Segi pengamatan

Diantara alat indra yang paling penting untuk memperoleh pengetahuan adalah pendengaran dan penglihatan. Akan tetapi bukanlah berarti alat-alat yang lain kurang atau tidak penting. Montessori menghargai sekali arti pengamatan yang dilakukan oleh alat-alat indra.

3) Segi berfikir

Dimaklumi bahwa semua tugas di sekolah memerlukan pikiran. Maka dari itu semua pengajaran harus membentuk pikiran anak, pendengaran, penglihatan, dan akal harus selalu di usahakan aktif.

4) Segi kejiwaan

Gerakan- gerakan yang di lakukan anak adalah sesuai dengan keadaan dan nalurinya. Dan demikian ia akan dapat mengggunakan alat indra dengan baik. Dalam situasi belajar, ia akan lebih menerima dan menguasai bahan jika ia aktif jasmaniah maupun rohani.


(24)

commit to user c. Jenis-jenis Keaktifan dalam Belajar.

Menurut Paul D. Dierich dalam Oemar Hamalik (2001: 172) keaktifan belajar dapat diklasifikasikan dalam delapan kelompok, yaitu:

1) Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. 2) Kegiatan-kegiatan lisan

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan.

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio. 4) Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisikan angket.

5) Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. 6) Kegiatan-kegiatan metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari dan berkebun.

7) Kegiatan-kegiatan mental

Merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8) Kegiatan-kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis Kegiatan-kegiatan overlap satu sama lain.


(25)

commit to user

Dari jenis-jenis keaktifan di atas yang lebih ditekankan oleh peneliti adalah keaktifan kegiatan-kegiatan metrik yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan presentasi. Karena karena kegiatan-kegiatan metrik bersangkut-pautan dengan kegiatan pembelajaran IPA pesawat sederhana dengan menggunakan metode eksperimen atau percobaan.

d. Ciri-ciri keaktifan

Keaktifan siswa saat pembelajaran dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan siswa saat pembelajaran, keaktifan siswa saat pembelajaran akan melatih jiwa sosial siswa, mengajarkan arti pentingnya kerjasama, dengan aktif saat pembelajaran siswa akan lebih mudah mencapai tujuan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Siswa dikatakan aktif apabila, saat pembelajaran siswa menunjukkan hal, hal yaitu: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, bersedia mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, tepat waktu dalam mengerjakan dll. (http//id.Shyoong.com/social-sciences/196112-aktifitas-belajar diakses pada senin, 11 april 2011 pukul 14.35 wib)

e. Pengertian Belajar

Pengertian kata “belajar” adalah suatu proses usaha yang di lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Daryanto, 2010:2). Belajar menurut Skinner dalam M. Sobry (2009: 3) mengartikan belajar sebagai proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif.

Muhibbin Syah (2009:64) mengemukakan belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Informasi dapat diperoleh dari buku ataupun guru. Guru adalah sumbernya informasi. Menurut Sri Anantah dalam bukunya strategi belajar mengajar (2005: 2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan tinggkah laku tersebut dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa misalnya:


(26)

commit to user

minat, perhatian, kebiasaan, motivasi, usaha, dsb dan faktor luar misalnya lingkungan, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sedangkan menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan yangbaru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri seseorang, perubahan tidak berlaku pada perubahan perilaku melainkan juga perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dll.

f. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara umum faktor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.

2) Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam,yaitu keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani dan keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik akan


(27)

commit to user

mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. 3) Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motifasi, minat, sikap dan bakat.

4) Faktor - faktor Eksogen/Eksternal

Selain karakteristik siswa atau faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. ini, Syah bahwa faktor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

a) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.

Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga, semuannya


(28)

commit to user

dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

b) Lingkungan non Sosial

Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.

Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.

Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

(http://ekosuprapto.wordpress.com/2009/04/18/ faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses-belajar/diakses 11-4-11 jam 15.59)

g. Berbagai Metode Belajar yang Baik

Menurut Rudolf Pintner dalam Purwanto (1997: 113) ada sepuluh macam metode dalam belajar yaitu

1) Metode Keseluruhan kepada Bagian (Whole to Part Method). Di dalam mempelajari sesuatu kita harus memulai dahulu dari keseluruhan, kemudian baru mendetail kepada bagian- bagiannya.


(29)

commit to user

2) Metode Keseluruhan Lawan Bagian (Whole versus Part Method) Untuk bahan- bahan pelajaran yang skopnya tidak terlalu luas, tepat digunakan metode keseluruhan seperti menghafal syair, membaca cerpen.

3) Metode Campuran antara keseluruhan dan Bagian (Mediating Method)

Metode ini baik digunakan untuk bahan-bahan pelajaran yang skopnya sangat luas atau yang sukar.

4) Metode Resitasi (Recitation Method)

Mengulangi atau mengucapkan kembali (sesuatu) yang telah di pelajari. Metode ini dapat digunakan untuk semua bahan pelajaran yang bersifat verbal maupun nonverbal.

5) Jangka Waktu Belajar (Length of Practice Periods)

Dari hasil eksperimen ternyata bahwa jangka waktu(periode) belajar yang produktif seperti menghafal, mengetik, mengerjakan adalah antara 20-30 menit.

6) Pembelajaran Waktu Belajar (Distribution of Practice Periods) Bahwa belajar yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa istirahat tidak efesien dan efektif.

7) Membatasi Kelupaan

Bahan pelajaran yang telah di pelajari sering kali mudah lupa. Maka dari itu jangan sampai lekas lupa sama sekali dalam pelajaran perlu adanya ulangan atau review. Guna review untuk meninjau kembali atau mengingatkan kembali bahan yang telah di pelajari. 8) Menghafal (Cramming)

Bertujuan untuk dapat menguasai serta mereproduksi kembali dengan cepat bahan- bahan pelajaran yang luas atau banyak dalam waktu yang relatif singkat.


(30)

commit to user

9) Kecepatan Belajar dalam Hubungannya dengan Ingatan

Kita mengenal quick learning means quick forgetting. Didalamnya terdapat korelasi 15egative antara kecepatan memperoleh sesuatu pengetahuan dengan daya ingatan terhadap pengetahuan.

10) Retroactive Inhibilition

Bahwa belajar merupakan suatu proses yang di dalamnya terdapat asosiasi dan interaksi antara berbagai pengalaman yang kemudian berbentuk pola- pola pengetahuan yang terorganisasi di dalam diri kita.

h. Pengertian IPA

Menurut Iskandar (2001: 2) Kata IPA merupakan singkatan dari ”Ilmu

Pengetahuan Alam”. Kata- kata “ilmu pengetahuan alam” merupakan

terjemahan dari kata-kata bahasa inggris ”natural science” secara singkat sering di sebut “science". Natural berarti alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan Alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Ilmu Pengetahuan Alam menurut kurikulum Pendidikan Dasar Kelas III SD (1994:53) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisir, tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah.

Berdasarkan Depdiknas (2006: 483) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, IPA tidak hanya menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek perkembangan lebih lanjut untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Team (2003: 1) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya secara sederhana suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala alam. Gejala alam dibedakan menjadi dua yaitu fisik (fisika) dan hayati (biologi). Sedangkan menurut Usman Samatowa (2006: 1) mendefinisikan IPA


(31)

commit to user

sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasi lebih lanjut. Menurut Hendro Darmojo (dalam Usman Samatowa, 2006: 2) menjelaskan secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala alam, baik yang menyangkut makhluk hidup maupun benda mati. IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan. Pada prinsipnya IPA diajarkan untuk membekali siswa agar mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang dapat membantu siswa untuk mendalami gejala alam secara mendalam. Pelajaran IPA memiliki banyak sub bab pokok salah satunya pesawat sederhana.

i. Tujuan Pembelajaran IPA

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (2006: 536) mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam dan ciptaan-NYA. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanyahubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, masyarakat. 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta daalm memilihara, menjaga dan melestarikan lingkungan. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep


(32)

commit to user

dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan kejenjang berikutnya.

j. Tinjauan tentang Pesawat Sederhana

Berdasarkan macam-macam pesawat sederhana diatas maka akan mempermudah pemahaman siswa tentang pesawat sederhana jika siswa melakukan percobaan secara langsung dengan menggunakan Metode Eksperimen. Pengertian pesawat sederhana menurut Haryanto (2007: 120) adalah suatu alat yang berguna untuk memudahkan manusia. Tujuan penggunaan pesawat sederhana adalah untuk: 1) Melipat gandakan gaya atau kemampuan kita. 2) Mengubah arah gaya yang kita lakukan. 3) Menempuh jarak yang lebih jauh atau memperbesar kecepatan.

Menurut Azmiyawati, Choiril dkk (2008:98) Jenis-jenis pesawat sederhana adalah untuk memudahkan manusia melakukan usaha banyak terdapat jenis-jenis pesawat sederhana. Jenis pesawat sederhana dibedakan atas prinsip kerjanya. Jenis pesawat sederhana sebagai berikut:

1) Tuas pengungkit

Tuas yaitu pesawat sederhana yang berupa papan/ batang kayu atau besi bahkan benda lain yang sering digunakan untuk mengukit benda yang besar dan berat.Pengungkit di bagi menjadi tiga golongan, yaitu pengungkit golongan pertama, pengungkit golongan kedua, dan ketiga. Pada pengungkit golongan pertama, posisi posisi titik tumpu berada diantara beban dan kuasa. Contoh jungkat- jungkit, gunting, palu dsb. Pengungkit golongan dua, posisi beban berada diantara posisi kuasa dan titik tumpu. Contohnya saat kita mendorong gerobak pasir dan alat pemecah buah atau biji. Pengungkit golongan tiga, posisi kuasa berada diantara titik tumpu dan beban. Contohnya pada saat menggunakan skop untuk mengambil tanah. Berbagai contoh alat yang menggunakan prinsip tuas atau pengungkit dapat dilihat dari gambar 1. berikut:


(33)

commit to user

Gambar 1 Alat-Alat yang Bekerja dengan Prinsip Pengungkit. 2) Bidang Miring

Bidang Miring adalah permukaan datar dengan salah satu ujungnya lebih tinggi daripada yang lain. Bidang miring berguna untuk memindahkan benda- benda yang terlalu berat. Keuntungan menggunakan bidang miring ialah gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan suatu benda. Bidang miring memiliki kelemahan, yakni untuk melaluinya harus menempuh perjalanan yang jauh. Prinsip bidang miring diterapkan dalam pembuatan baji. Bidang miring baji yang bergerak adalah bidang miringnya benda diam, sedangkan pada bidang miring biasa yang bergerak bendanya bidang miring diam. Contoh bidang miring yaitu jalan pegunungan, tangga, kapak, obeng dsb. Contoh alat yang menggunakan prinsip bidang miring dapat dilihat pada gambar.2


(34)

commit to user

Gambar 2. Alat-Alat yang Bekerja dengan prinsip bidang miring 3) Katrol

Katrol adalah suatu roda yang berputar pada porosnya. Katrol biasanya digunakan secara bersama-sama dengan rantai atau tali. Katrol dapat mengubah arah gaya yang di gunakan untuk menarik atau menganggkat benda. Katrol merupakan pengumgkit karena mempunyai titik tumpu, kuasa dan beban. Katrol di bedakan menjadi tiga yaitu: katrol bebas, katrol terikat, katrol majemuk. Katrol tetap adalah katrol yang tempat dan posisinya tidak berubah, kuasa yang dibutuhkan sama denagn berat benda itu sendiri. Contoh: tiang bendera, sumur timba, sangkar burung. Katrol bebas merupakan katrol yang dapat bergerak bebas atau dapat dipindah-pindah. Kuasa yang diperlukan pada katrol bebas untuk mengankat beban lebih kecil daripada yang diperlukan katrol tetap. Katrol majemuk merupan perpaduan antara katrol tetap dan katrol bebas yang dihubungkan dengan tali. Contoh alat yang digunakan dengan prinsip katrol dapat dilihat pada gambar 3. berikut ini:


(35)

commit to user 4) Roda Berporos

Roda berporos merupakan jenis pesawat sederhana yang memanfaatkan roda untuk memudahkan memindah suatu benda. Suatu alat yang memanfaatkan prinsip kerja roda berporos antara lain: mobil, sepeda, grobak dsb. Contoh alat yang menggunakan prinsip roda berporos dapat dilihat dari gambar 4. sebagai berikut:

Gambar 4. Alat yang bekerja dengan prinsip roda berporos.

2. Tinjauan tentang Metode Eksperimen a. Pengertian Metode

Menurut Sumantri dan Permana (2001: 114) metode pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan. Metode diartikan sebagai tindakan-tindakan pendidik dalam lingkup peristiwa untuk memperngaruhi siswa kearah pencapaian hasil belajar yang maksimal.

Metode menurut Roestiyah N. K. dalam Syaiful Bahri Djamaran dan Aswan Zain (2001: 59) yaitu suatu langkah guru dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien mengenai tujuan yang diharapkan. Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2006: 202) cara yang berisi prosedur baku untuk


(36)

commit to user

melaksanakan kegiatan kependidikan khususnya kegiatan penyajian materi pembelajaran kepada siswa.

Menurut Purwoto (2003: 70) metode adalah cara-cara yang tepat dan serasi dengan sebaik baiknya agar guru berhasil dalam mengerjakannya dan dapat mencapai tujuan. Menurut Slameto (2003: 82) Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Syahidin, (2009: 44) metode diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu nilai tertentu dari si pembawa pesan kepada si penerima pesan. dalam konteks pendidikan, si pembawa pesan disebut guru dan si penerima pesan disebut murid. Sedangkan menurut Akhmad sudrajad (2008: http// Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran Ahmad Sudrajat Tentang Pendidikan.html) metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara untuk menciptakan situasi yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar banyak sekali metode yang dapat di gunakan dalam proses belajar mengajar salah satunya metode eksperimen.

b. Tinjauan tentang Metode Eksperimen 1) Pengertian Metode Eksperimen

Menurut Sagala, Sumantri dan Permana dalam Depdiknas (2008: 7-77) Sumantri dan permana menyatakan bahwa eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu.Hal ini seperti yang tercantum dalam jurnal international berikut ini:

“The class experiment teaching method involves supervised learning activities with students doing practical work individually or in-

group” (Wachange, Samuel W dan Mwangi, Jhon Gowland 2004: Vol.5

issue 1)

Berdasarkan kutipan jurnal international diatas dapat disimpulkan bahwa mengajar kelas dengan menggunakan metode eksperimen meliputi pengawasan


(37)

commit to user

kegiatan belajar dengan siswa melakukan kerja praktik secara individual atau kelompok.

Sedangkan metode Eksperimen dalam pembelajaran adalah cara penyajian bahan pelajaran yang memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang di pelajari. (http//undhiexs.wordpress.com diakses 16 januari 2010 pukul 21.30 WIB). Menurut Iskandar (2001: 58) eksperimen adalah suatu proses yang rumit untuk mendapatkan data yang terdiri dari banyak-banyak langkah komponen. Menurut Soli Abimanyu (2008: 26) eksperimen adalah usaha untuk menguji atau percobaan melalui penyelidikan praktis. Umumnya kegiatan eksperimen dilaksanakan dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam. Dalam melakukan eksperimen atau penelitian sederhana, guru perlu melatih siswa untuk merencanakan eksperimen atau penelitian sederhana itu, karena tanpa rencana terjadi pemborosan waktu, dsb.

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah suatu cara mengajar yang digunakan oleh guru dimana siswa melakukan suatu percobaan atau mempraktikan suatu proses setelah melihat apa yang telah didemonstrasikan oleh guru yang cara kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiyah, dan dari hasil kegiatan percobaannya, siswa menuliskan hasil dan melaporkannya untuk dievaluasi oleh guru.

2) Tujuan Metode Eksperimen

Menurut Abimanyu (2008: 7) metode eksperimen bertujuan agar: a) Siswa mampu menyimpulkan fakta- fakta, informasi atau data yang di peroleh.b) Siswa mampu merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaan. c) Siswa mampu menggunakan logika berfikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang di kumpulkan melalui percobaan. d) Siswa mampu berfikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur. Metode eksperimen mempinyai kelebihan dan kelemahan

Kelebihan Metode eksperimen: a) Membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaan sendiri dari pada menurut cerita atau buku. b)


(38)

commit to user

Siswa aktif mengumpulkan fakta, informasi atau data yang di perlukan melalui percobaan yang di lakukan. c) Dapat digunakan untuk melaksanakan prosedur metode ilmiah. d) Hasil belajar di kuasai oleh siswa dan tahan lama dalam ingatan.

Kelemahan metode Eksperimen: a) Memerlukan peralatan dan bahan percobaan yang lengkap pada umumnya mahal. b) Dapat menghambat pembelajaran karena memerlukan waktu yang lama. c) Kesalahan eksperimen akan berakibat kesalahan kesimpulan. d) Belum tentu guru dan siswa menguasai metode eksperimen.

Cara mengatasai kelemahan metode Eksperimen: a) Guru harus menjelaskan terlebih dahulu hasil yang ingin di capai dengan Eksperimen. b) Guru harus menjelaskan prosedur Eksperimen, bahan- bahan Eksperimen yang di perlukan, peralatan dan cara penggunaanya, variable yang perlu di control dan di catat selama eksperimen berlangsung. c) Mengawasi pelaksanaan Eksperimen dan member bantuan pada siswa jika mengalami kesulitan. d) Meminta siswa melaporkan hasil Eksperimen dan membanding-mandingkan atau mendiskusikan untuk mengeetahui kekurangan dan kekeliruan yang terjadi. (Soli Abimanyu, 2008: 7.17)

3) Penerapan Metode Eksperimen pada pesawat sederhana pembelajaran IPA Siswa Kelas V SD

Metode Eksperimen dapat diterapkan di SD kelas V khususnya pada pelajaran pesawat sederhana pelajaran IPA. Tujuannya agar siswa mampu memecahkan masalah dan menarik kesimpulan dari permasalahan yang dihadapi. Adapun langkah- langkah metode eksperimen sebagai berikut: 1) Metode eksperimen ini dibuat secara berkelompok, guru membagi kelompok- kelompok. 2) Guru memberi LKS sebagai petunjuk kegiatan. 3) Siswa melakukan percobaan tentang pesawat sederhana sesuai petunjuk guru. Misal: Siswa memotong kertas dengan tangan dan memotong kertas dengan gunting, Siswa membuka tutup botol dengan sendok dan membuka tutup botol dengan alat pembuka, siswa melubangi kertas dengan alat pelubang kertas dan melubangi kertas dengan tanggan, Siswa


(39)

commit to user

memasang paku dengan tangan dan memasang paku dengan palu dsb. Meskipun kegiatan ini dilakukan secara berkelompok akan tetapi masing- masing siswa melakukan percobaan secara bergantian. Hal ini dilakukan agar agar semua siswa aktif dalam pembelajaran IPA pesawat sederhana.

B. Penelitian yang Relevan

April Lina Sri Windayani Dengan Judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Demonstrasi-Eksperimen Siswa Kelas III SDN 3 Jenengan Sawit Boyolali Tahun 2009-2010.” Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam 3 siklus dengan menerapkan metode Demonstrasi-Eksperimen dalam pembelajaran IPA Kelas III SD N 03 Jenengan Sawit Boyolali Tahun 2009-2010 dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan metode Demonstrasi-Eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar IPA Kelas III SD N 03 Jenengan Sawit Boyolali. Hal ini dilihat dari prosentase kenaikan nilai IPA kelas III dari siklus I sampai Siklus III. Pada Siklus I siswa yang mendapatkan nilai minimal 60 ada 12 anak atau 46,15%, pada siklus II siswa yang mendapat nilai minimal 60 ada 14 anak atau 53,85% dari 26 siswa, dan siklus III siswa yang mendapat nilai minimal 60 dari 23 anak atau 88,46% dari 26 anak. Dari siklus I kemudian di laksanakan siklus II prestasi siswa mengalami prosentase kenaikan 7,70% dadri siklus II kemudian di laksanakan siklus III mengalami prosentase kenaikan 334, 61%. Penelitian April Lina Sri Windayani relevan dengann penelitian ini karena sama-sama menerapkan metode eksperimen dan perbedaannya terletak pada hasil penelitian karena penelitian April Lina Sri Windayani meneliti tentang hasil belajar sedangkan penelitian ini tentang keaktifan belajar siswa.

Penelitian Agus Riyanto dengan judul “Meningkatkan Keaktifan dan Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Besar Sudut Melalui Metode STAD pada kelas III B Negeri Wonorejo tahun 2009-2010.” Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa: 1) Prosentase keaktifan peserta didik pada siklus I menunjukan angka 47,4% (9 peserta didik aktif dari 19 peserta didik) dan prosentase keaktifan peserta didik pada siklus II menunjukkan angka 68,4% (13


(40)

commit to user

peserdik aktif dari 19 peserdik dari siklus I dan II. 2) Prosentase ketentusan belajar peserdik pada siklus I menunjukkan angka 63,2% (12 peserta didik dari jumlah 19 peserta didik) dan siklus II prosentase ketuntasan 78,9 (15 peserta didik dari 19 peserta didik). Dengan demikian terdapat peningkatan ketuntasan belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Student Team Achivement Division (STAD) dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan mengidentifikasi jenis dan besar sudut dikelas III B SD N Wonorejo. Penelitian Agus Riyanto relevan dengan penelitian ini karena sama-sama meningkatkan keaktifan belajar dan perbedaannya terletak pada metode yang digunakan dalam penelitian karena penelitian Agus Riyanto menggunakan metode STAD.

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan kajian teoritik dan hasil penelitian yang relevan, telah diuraikan sebelumnya diperoleh alur kerangka berfikir bahwa kondisi awal di SDN 2 Kramat Penawangan Purwodadi pada pembelajaran IPA di kelas V lebih banyak berpusat pada guru. Dengan kondisi awal yang seperti ini kemudian peneliti akan melakukan suatu tindakan untuk mengatasinya. Peneliti akan menerapkan metode pembelajaran Eksperimen dalam proses pembelajaran IPA, khususnya pesawat sederhana. Peneliti akan memberi motivasi kepada siswa dengan memberi penguatan agar siswa merasa senang. Dalam metode Eksperimen siswa diajak langsung dalam kegiatan percobaan sehingga individu siswa dapat menemukan konsep yang dipelajari. Dengan melibatkan siswa secara langsung akan meningkatkan keaktifan belajar siswa, sehingga diharapkan keaktifan siswa akan meningkat. Dari tindakan yang dilaksanakan peneliti diharapkan mencapai kondisi akhir yaitu dengan menggunakan metode Eksperimen dapat meningkatkan keaktifan siswa. Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran seperti pada gambar.5


(41)

commit to user

1. Keaktifan belajar IPA tentang pesawat sederhana meningkat

2. Siswa lebih senang dan tertarik belajar IPA

khususnya tentang pesawat sederhana dengan menggunakan Metode Eksperimen Kondisi akhir Siswa Mendemonstrasi kan cara penggunaan pesawat sederhana Tindakan

1. Menerapkan metode pembelajaran eksperimen dalam pengajaran IPA Pesawat Sederhana

2. Guru menberi motivasi belajar

3. Siswa mendapatkan pengalaman langsung dan lebih bermakna sehingga keaktifan belajar meningkat

Kondisi awal 1. Pembelajaran lebih

berpusat pada guru 2. Siswa bosan dan enggan

belajar IPA

3. Keaktifan belajar IPA cenderung rendah Rendahnya keaktifan siswa Secara berkelompok siswa mengidentifikasi pesawat sederhana Siklus I Siklus II


(42)

commit to user D. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas dapat diajukan hipotesis penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut: Jika dalam pembelajaran IPA digunakan metode Eksperimen, maka keaktifan pembelajaran IPA tentang Pesawat Sederhana siswa kelas V meningkat.


(43)

commit to user

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kramat 02, Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan. Meskipun SD ini SD inti proses belajar mengajarnya kebanyakan masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa bosan atau malas menyimak pelajaran dan prestasinya masih rendah.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Juni 2011 dan dilakukan secara bertahap. Dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Jadwal penelitian selanjutnya tertera pada tabel.I.

Tabel 1. Waktu Penelitian

No Kegiatan Bulan

Januari Februari maret April Mei Juni

1 Penyusunan Proposal

XXXX

2 Penyusunan Ijin X

3 Pelaksanaan Tindakan

XXX XXXX X

4. Analisis Data XXX

5 Ujian dan Revisi XXXX

6 Penyusunan Laporan


(44)

commit to user

B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian

Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian, maka jenis penelitian yang tepat adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Slamet dan Suwarto (2007: 61) penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Actioan Research, yaitu satu yang dilakukan dikelas. Penelitian tindakan kelas adalah penilitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi guru dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan Kualitas pembelajaran dan penilaian hasil siswa, penyediaan bahan ajar yang memadahai, dan penyadian sarana belajar untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran yang lebih profesional. Sehubungan dengan bentuk penelitian yang digunakan maka Strategi penelitian adalah guru sebagai peneliti sekaligus pelaksana pembelajaran atau tindakan (action) yang diwujutdkan dalam bentuk siklus-siklus yang diterapkan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen.

Skema langkah- langkah tersebut dapat dilihat pada gambar.6 berikut:

Gambar 6. Langkah – Langkah Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Refleksi

(Reflecting)

Perencanaan (Planning)

Tindakan (Acting)

Pengamat (Observer)


(45)

commit to user C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah kelas V semester 2 tahun ajaran 2011. Jumlah siswa kelas V adalah 25 siswa yang terdiri dari 15 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki. Pada dasarnya mereka dari latar belakang berbeda-beda, tetapi sebagian besar mereka adalah siswa dari golongan menengah ke bawah tetapi tidak ada siswa yang berkebutuhan khusus atau ABK. Usia rata-rata siswa di kelas V adalah 9 sampai 10 tahun. Sehari-hari mereka masih suka bermain dan jarang meluangkan waktu senggang untuk belajar. Mayoritas orang tua siswa-siswa ini adalah bertani dan berkebun. Biasanya orang tua tersebur sibuk dengan pekerjaannya di sawah dan di kebun, sehingga orang tua kurang memberi motivasi anaknya untuk belajar.

D. Prosedur Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Masing-masing siklus terdiri dari 4 (empat) pertemuan. Pada siklus, perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam bentuk mengurangi pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mengontrol siswa, agar strategi bertanya berlangsung dengan baik.

Secara umum PTK meliputi 4 tahap, yaitu: 1. Perencanaan (Planing)

2. Pelaksanaan Tindakan (Action) 3. Observasi (Observer)

4. Refleksi (Reflection)

Sebelum melaksanakan tindakan peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas. Materi yang akan digunakan pada saat penelitian. Pada penelitian ini peneliti melakukan dua siklus pembelajaran, yang masing-masing siklus melalui empat tahapan/ pertemuan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi dapat dilihat pada gambar 7.


(46)

commit to user

Permasalahan Perencanaan Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

Pengamatan / Pengumpulan Data

I Refleksi I

Perencanaan Tindakan II Permasalahan

Baru Hasil Refleksi

Apabila Permasalahan

Belum Terselesaikan

Pelaksanaan Tindakan II

Pengamatan / Pengumpulan Data

II Refleksi II

Dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Gambar 7. Alur Penelitian Tindakan Kelas


(47)

commit to user Siklus I

1. Tahap Perencanaan Tindakan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut: a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran IPA dengan

KD: Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan cepat dengan menggunakan metode Eksperimen.

b. Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.

c. Menyiapkan soal tes yang dilaksanakan setelah pembelajaran. d. Menyiapkan lembar penilaian.

e. Membuat lembar observasi. 2. Tahap pelaksanaan tindakan

Peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran IPA dengan KD : Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan cepat dengan menggunakan metode Eksperimen

3. Tahap observasi

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yaitu pada proses pembelajaran IPA dengan KD : Menjelaskan pesawat sederhana yang daapt membuat pekerjaan lebih mudah dan cepat dengan menggunakan metode Eksperimen. Kegiatan yang dilakukan peneliti adalah :

a. Memonitor siswa selama proses pembelajaran.

b. Menilai hasil tes siswa setelah pelaksanaan pembelajaran. 4. Tahap refleksi

Guru mengadakan refleksi setelah diketahui adanya kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya.


(48)

commit to user Siklus II

1. Tahap Perencanaan Tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut : a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) mata pelajaran IPA dengan KD : menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat dengan mengunakan metode Eksperimen, Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.

b. Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran. c. Menyiapkan lembar penilaian.

d. Membuat lembar observasi. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai RPP yang telah dibuat dalam mata pelajaran IPA dengan KD: menjelaskan pesawat sederhana dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan cepat.

3. Tahap Observasi

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yaitu pada proses pembelajaran IPA pada KD : menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat dengan mengunakan metode Eksperimen. Kegiatan yang dilakukan peneliti adalah :

a. Memonitor siswa selama proses pembelajaran

b. Peneliti menilai hasil yang dicapai siswa setelah pelaksanaan pembelajaran.

4. Tahap Refleksi

Guru dan kepala sekolah bersama-sama membahas hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran akan menentukan perlu ada tidaknya melaksanakan siklus berikutnya. Apabila dalam siklus kedua peneliti belum berhasil, maka peneliti melaksanakan siklus ketiga dan seterusnya, sampai keaktifan belajar siswa tentang pesawat sederhana pembelajaran IPA kelas V benar-benar meningkat keaktifan belajar siswa.


(49)

commit to user

E. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data 1. Teknik pengumpulan data.

Narbuko dan Achmadi (2007: 70) mengemukakan pengumpulan data yang dilakukan peneliti menggunakan cara sebagai berikut:

a. Observasi Keaktifan

Observasi adalah kegiatan pengumpulan data dengan berkunjung langsung ke obyek yang akan diteliti, kemudian mencatat data-data yang dibutuhkan.Berdasarkan penelitiamn ini penelitian menggunakan teknik observasi partisipasif secara lenggkap dan tertutup, dimana peneliti terlibat sepenuhnya dalam kegiatan narasumber atau subyek tetapi narasumber tidak mengetahui jika mereka sedang diamati.

b. Angket Keaktifan Siswa

Melalui angket ini dapat diketahui keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap atau pendapat responden, dan lain-lain.Angket dalam penelitian ini adalah angket keaktifan siswa yang berbentuk angket tersetruktur dengan jawaban pada setiap pertanyaan yang sudah tersedia. Angket diisi oleh siswa kelas V SD Negeri 2 Kramat disetiap akhir siklus. Hasil angket digunakan untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA dan sudah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen.

c. Tes

Menurut Arikunto (2002: 127) Tes adalah serentetan pertanyaan atau alat yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, inteligens, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Jika siswa aktif maka hasil tesnya baik dan jika siswa kurang aktif maka hasil tesnya rendah jadi dari hasil tes dapat mengukur keaktifan siswa.

F. Jenis Instrumen

Intrumen penelitiannya adalah guru sendiri sebagai peneliti, dengan alat berupa: (1) Lembar observasi keaktifan berupa aktifitas siswa, (2) Lembar observasi KBM terhadap guru, (3) Angket keaktifan siswa, (4)Lembar evaluasi siswa.


(50)

commit to user G. Validitas Data

Data yang telah berhasil dikumpulkan dalam penelitian harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya guna menjamin dan mengembangkan validitas data yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teknik trianggulasi. Trianggulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif, artinya untuk menarik simpulan yang mantap memerlukan beberapa pandangan. Dari berbagai pandangan tersebut akan dapat dipertimbangkan beragam fenomena yang muncul dan selanjutnya dapat ditarik simpulan yang lebih mantap dan lebih bisa diterima kebenarannya. Teknik trianggulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Validitas isi.

Validitas isi merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validitas ini adalah sejauh mana item-item dalam suatu alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur oleh suatu alat ukur yang bersangkutan. Dalam validitas isi tidak melibatkan perhitungan statistik, melainkan hanya dengan analisis rasional maka tidak diharapkan bahwa setiap orang akan sependapat dan sepaham dengan sejauh mana validitas isi suatu alat ukur telah tercapai.

Uji validitas ini akan menguji dari standar kompetensi yaitu Memahami hubungan antar gaya, gerak, dan energi beserta sifatnya. Dari kompetensi dasar yaitu menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah, Kompetensi dasar ini akan dibagi beberapa indikator antara lain mengidentifikasikan berbagai pesawat sederhana, dan mendemonstrasikan cara menggunakan pesawat sederhana.

H. Sumber Data

Pengumpulan data penelitian berupa informasi keaktifan siswa pada pokok bahasan pesawat sederhana. Pengambilan data penelitian dari berbagai sumber antara lain :

1. Narasumber, yaitu siswa kelas V dan guru kelas V SD Negeri 2 Kramat Penawangan-Purwodadi.


(51)

commit to user

2. Tempat dan pristiwa berlangsung pembelajaran (SD Negeri 2 Kramat Penawangan- Purwodadi)

3. Hasil angket, observasi dan tes.

I. Teknik Analisis Data

Agar hasil penelitian terwujud sesuai dengan tujuan, maka dalam menganalisis data peneliti menggunakan model interaktif Milles dan Hubberman. Kegiatan pokok analisis model ini meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Adapun rincian model ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Reduksi data, data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi. Reduksi adalah proses-proses pemilihan dan penyederhanaan data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan suatau bentuk analisis uang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. 2) Penyajian Data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penyajian ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara visual gambar, grafik dsb. 3) Penarikan Kesimpulan hasil data –data yang telah didapatkan dari laporan penelitiam selanjutnya digabungkan dan disimpulkan serta diuji kebenarannya. Penarikan kesimpulan merupakan bagian – bagian dari konfigurasi yang utuh sehingga kesimpulan- kesimpulan juga dapat diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi data yaitu, pemeriksaan benar atau tidaknya hasil penelitian. Sedangkan kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan lapangan atau kesimpulan dapat diuji kebenarannya, kekokohannya merupakan validitasnya (Milles dan Huberman 2007: 16-20). Bagan yang menjelaskan tentang teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 8.


(52)

commit to user

Gambar 8. Komponen-komponen Analisa Data model Interaktif (Milles dan Huberman 2007: 20)

J. Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolok ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan peneliti. Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian adalah meningkatkan keaktifan belajar siswa tentang pesawat sederhana IPA melalui Metode Eksperimen pada kelas V SD N Kramat 02 Penawangan- Purwodadi. Keberhasilan tindakan ini dirumuskan dalam tabel 2. sebagai berikut:

Tabel 2. Indikator Keaktifan Tindakan Penelitian untuk Aspek Kualitas Proses Aspek yang

diukur Target Capaian Cara Mengukur

Kualitas Proses

1. Siswa menunjukan kesungguhan dan keaktifan dalam mengikuti pelajaran IPA, khususnya pada pokok bahasan pesawat sederhana. Dari 25 siswa diharapkan 20 siswa aktif sehingga keaktifan mencapai 80%.

Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan hitung dari jumlah siswa yang aktif dalam mengikuti pelajaran IPA pokok bahasan

pesawat sederhana. 2. Siswa bersemangat dalam pelajaran

IPA dengan di tunjukan melalui sikap antusias atau keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Dari 25 siswa diharapkan 18 siswa bersemangat atau antusias sehingga keaktifan mencapai 72%.

Dinilai dan diamati dengan menggunakan angket. Reduksi data Penyajian Data Kesimpulan-kesimpulan penarikan Pengumpulan Data


(53)

commit to user

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Tempat Penelitian

Instansi pendidikan yang digunakan sebagai tempat penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri 2 Kramat. Sekolah ini terletakdi Desa Kramat Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan. Sekolah ini secara keseluruhan memiliki 6 kelas, dengan jumlah seluruh siswa-siswi yang terdaftar dalam instutisi ini pada tahun ajaran 2010-2011 adalah sebanyak 168 siswa, yang terdiri dari kelas I sebanyak 33 siswa, kelas II sebanyak 16 siswa, kelas III sebanyak 35 siswa, kelas IV sebanyak 30 siswa, kelas V sebanyak 25 siswa, kelas VI sebanyak 29 siswa.

SDN 2 Kramat dipimpin oleh seorang kepala sekolah dengan jumlah tenaga pengajar seluruhnya 10 orang yaitu 4 guru kelas 2 guru wiyata bakti, 1 guru agama, 1 guru bahasa inggris, 1 guru olah raga dan 1 penjaga sekolah. Alat peraga yang ada sudah cukup memadai. Berbagai jenis alat peraga untuk berbagaimata pelajaran termasuk KIT IPA didapat dari bantuan dana BOS (Bantuan Operasional Siswa). Alat peraga ini pemanfaatanya kurang optimal disekolah ini karena guru belum terampil menggunakannya. Setelah adanya penelitian ini guru berlatih menggunakan media yang ada dan memanfaatkannya.

Karakter siswa-siswi kelas V tempat penelitian tidak jauh berbeda dengan kelas lain dalam pembelajaran IPA. Kebanyakan siswa menganggap IPA sebagai suatu mata palajaran yang sulit, sehingga partisipasi pembelajaran IPA kurang optimal. Diharapkan pembelajaran IPA Pesawat sederhana pada siswa SDN 2 Kramat lebih menarik dan siswa termotivasi sehinga pembelajaran IPA pesawat sederhana dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.

B. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang telah ada dilapangan. Hasil survey berdasarkan data hasil pengamatan langsung pada tanggal 7 maret 2011 terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana untuk


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Gambar 15. Grafik perkembangan nilai keakifan siswa pra siklus, siklus I, siklus II Dari hasil rata-rata observasi keaktifan mengalami peningkatan dari pra siklus siswa yang sangat aktif 0% atau 0 siswa , aktif 0% atau 0 siswa, sedang 12 12 % atau 3 siswa, tidak aktif 88% atau 22 siswa,dan siswa yang sangat tidak aktif 0% atau 0 siswa. Pada siklus I siswa yang sangat aktif 0, aktif 11, sedang 0, tidak aktif 14 siswa dan yang sangat tidak aktif 0. Pada siklus II siswa yang sangat aktif 16% atau 4 siswa, aktif 64% atau 16 siswa yang aktif, sedang 20% atau 5 siswa, tidak aktif 0% atau tidak ada siswa yang tidak aktif bahkan sangat tidak aktif

Sangat aktif

Aktif

Sedang

Tidak aktif

Sangat tidak aktif 0

0

3

22

0 0

11

0

14

0 4

16

5

0

0

Perbandingan Rata- rata hasil keaktifan Siswa

pra siklus siklus I siklus II


(2)

commit to user

61

BAB V

SIMPULAN DAN APLIKASI SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus penerapan metode eksperimen dengan media alat-alat rumah tangga yang menggunakan cara kerja pesawat sederhana dalam pembelajaran pesawat sederhana IPA pada kelas V SDN 2 Kramat Penawangan – Purwodadi dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan Metode Eksperimen pembahasan pada bab IV dibuat kesimpulan pada pembelajaran IPA materi mengidentifikasi pesawat sederhana dapat meningkatkan keaktifan peserta didik kelas V SD Kramat 2 Penawangan- Purwodadi tahun ajaran 2011. Pengamat pada aspek keaktifan peserta didik pada saat pembelajaran diperoleh hasil sebagai berikut: Pada pra siklus siswa yang aktif 0 atau 0%, siklus I pertemuan I, Peserta didik yang aktif sebanyak 10 siswa atau 40%. Dan pada pertemuan ke -2 yang aktif sebanyak 12 siswa yaitu 48%, jika dirata-rata menjadi 44%. Namun pada siklus II terjadi peningkatan keaktifan yaitu pada siklus II pertemuan ke-I yang aktif 17 siswa yaitu 68 %. Dan pada siklus II pertemuan ke-II keaktifan meningkat yaitu siswa yang aktif 23 siswa dan 92 % jika dirata- rata 80%. Maka mengalami peningkatan 84 %. Dan pada keaktifan mengemukakan pendapat pada pra siklus siswa tidak ada yang berani mengemukakan pendapat,dan yang ragu-ragu mengemukakan pendapat sebanyak 10 siswa atau 40 %,sedangkan yang tidak berani mengemukakan pendapat sebanyak 11 siswa atau 44%, dan yang sangat tidak berani mengemukakan pendapat 4 siswa atau 12%. sedangkan pada siklus I pertemuan I siswa yang berani mengemukakan pendapat 3 siswa atau 12%, dan yang tidak berani mengemukakan pendapat 22 siswa atau 88%. Dan pada pertemuan kedua siswa yang berani mengemukakan pendapat 5 siswa atau 20% yang menjawab malu-malu atau sedang sebanyak 8 siswa atau 32%, sedangkan yang tidak berani mengemukakan pendapat 12 siswa atau 48%. Jadi rata-rata keaktifan mengemukakan pendapat pada siklus I


(3)

commit to user

62

yang berani mengemukakan pendapat 4 siswa atau 16%, yang malu malu atau sedang 4 atau 16%, dan yang pasif atau tidak berpendapat 17 atau 68%. Sedangkan pada siklus II pertemuan I yang berani mengamukakan pendapat sebanyak 21 siswa atau 84%, yang malu malu atau sedang 4 atau 16%, dan pada siklus II pertemuan II siswa yang berani mengamukakan pendapat sebanyak 23 siswa atau 92%, yang malu malu mengemukakan pendapat sebanyak 2 siswa atau 8%. Jadi pada siklus II keaktifan keberanian siswa mengemukakan pendapat diperoleh rata-rata: siswa yang berani mengemukakan pendapat 22 siswa atau 88%, dan yang malu atau ragu-ragu mengemukakan pendapat sebanyak 3 siswa atau 12%. Dengan demikian dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa ketika dalam pembelajaran IPA digunakan metode eksperimen maka keaktifan siswa kelas V SD Negeri 2 Kramat dapat meningkat.

2. Penelitian ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen, antara lain:

a. Siswa lebih senang melakukan aktivitas dalam pelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen.

b. Siswa lebih aktif bekerja sama dalam kelompok. c. Siswa lebih aktif melakukan percobaan.

d. Rasa ingin tahu dan keberanian siswa untuk bertanya semakin meningkat. e. Siswa lebih aktif dalam mengeluarkan pendapat.

f. Siswa lebih memperhatikan penjelasan guru.

g. Siswa lebih termotivasi dan tertarik pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen.

3. Terdapat beberapa hambatan yang dihadapi dalam penerapan

Metode eksperimen untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA, misalnya: adanya beberapa kelompok yang kurang akrab atau kurang rukun menimbulkan kurang tercapainya indikator yang diharapkan. Cara mengatasi hambatan penerapannya pendekatan metode eksperimen untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA pesawat sederhana pada siswa kelas V SD Negeri 2 Kramat Penawangan-


(4)

commit to user

Purwodadi tahun ajaran 2011. (1) Siswa diberi kebebasan namun dengan arahan guru dan diberi kebebasan penuh memilih anggota kelompoknya, (2) guru member motivasi berupa nilai tambahan penghargaan hadiah bagi kelompok terbaik atau yang paling kompak.

B. IMPLIKASI

Penerapan pembelajaran dan prosedur penilaian didasarkan pada pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen untuk meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran IPA. Prosedur penilaiannya terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan tindakan, peleksanaan siklus, obsesvasi, refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang. Sebelum melaksanakan tindakan disetiap siklus perencanaan. Perencanaan ini selalu memperhatikan setiap perubahan yang dicapai pada siklus sebelumnya terutama disetiap tindakan yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA. Hal ini didasarkan pada hasil analisis peningkatkan keaktifan siswa dari pertemuan yang lain dalam siklus I sampai II.

Berdasarkan kesimpulan bahwa ketika dalam pembelajar IPA digunakan metode eksperimen maka keaktifan siswa kelas V SD Negeri 2 Kramat dapat meningkat, serta adanya kriteria temuan dan pembahasan penelitian seperti yang diuraikan pada bab IV. Oleh karena itu penelitian ini dapat dipergunakan dan dikembangkan untuk membantu guru dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Terutama dalam mengatasi masalah peningkatan keaktifan siswa, yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. DI samping itu, perlu penelitian lebih lanjut tentang upaya guru mempertahankan atau menjaga dan meningkatkan keaktifan siswa. Di samping itu, perlu penelitian lebih lanjut tentang upaya guru mempertahankan atau menjaga dan meningkatkan keaktifan siswa. Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus diminimalkan, oleh karena itu itu kreatifitas dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran IPA.


(5)

commit to user

64

C. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan metode eksperimen untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA materi pesawat sederhana pada kelas V SDN 2 Kramat kecamatan Penawangan- Kabupaten Grobogan tahun ajaran 2011, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi peserta didik SDN2 Kramat khususnya sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

a. Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan menyampaikan idea atau pemikirannya, berani mengerjakan soal dan berani menyampaikan hasil diskusi, berani bertanya ketika mengalami kesulitan, dan selalu bekerjasama saat diskusi kelompok, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

b. Siswa hendaknya dapat mengaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari 2. Bagi Guru

a. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA diharapkan sesekali guru mengunakan metode eksperimen atau percobaan.

b. Untuk memperoleh jawaban yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian disarankan untuk menggali pendapat atau tanggapan siswa dengan kalimat yang mengarah pada proses pembelajaran metode eksperimen. c. Adanya tindak lanjut terhadap penggunaan metode eksperimen pada

materi pesawat sederhana. 3. Bagi Sekolah

Hendaknya sekolah mengupayakan agar para guru selalu menggunakan metode eksperimen atau percobaan untuk meningkatkan kualitas pendidikan untuk dan kemajuan sekolah.

4. Bagi Orang Tua

Peran serta orang tua dalam meningkatkan keaktifan siswa sangat diperlukan, apapun usaha guru tidak akan berhasil secara optimal apabila tidak ada bimbingan dari orang tua dirumah dan masukan informasi tentang


(6)

commit to user

kemajuan serta kekurangan siswa yang bersangkutan. Oleh karena peran serta orang tua sangatlah diperlukan guna menunjang keberhasilan pendidikan anak, maka kerja sama dan jalinan kekurangan antara orang tua dan sekolah harus selalu dibina.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN STRATEGI TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 Penerapan Strategi Time Token Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pkn Pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Gombang Tahun Pelajaran 2014/2015.

1 3 15

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 104204 SAMBIREJO TIMUR TAHUN AJARAN 2011/2012. SKRIPS.

1 3 19

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUKMENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA Penerapan Metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Tajungsari 02 Kecamatan Tlogowungu Tahun 2013/2014.

0 2 18

PENERAPAN METODE QUIZ TEAM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN IPA Penerapan Metode Quiz Team Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Ipa Sd Negeri Ii Tekaran Tahun Aj

0 0 15

PENDAHULUAN Penerapan Metode Quiz Team Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Ipa Sd Negeri Ii Tekaran Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 7

PENERAPAN METODE KUIS TIM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V SEKOLAH DASAR Penerapan Metode Kuis Tim Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Kwadungan Kecamatan Kerjo Tahun Pelajaran 2010/2011.

0 1 17

PENDAHULUAN Penerapan Metode Kuis Tim Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Kwadungan Kecamatan Kerjo Tahun Pelajaran 2010/2011.

0 2 7

PENERAPAN METODE TEBAK KATA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN KEAKTIFAN SISWA KELAS V Penerapan Metode Tebak Kata Untuk Meningkatkan Pemahaman Dan Keaktifan Siswa Kelas V Terhadap Mata Pelajaran IPA (Di Sekolah Dasar Negeri 1 Sawahan Tahun Ajaran 2011/20

0 1 17

PENERAPAN METODE TEBAK KATA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN KEAKTIFAN SISWA KELAS V Penerapan Metode Tebak Kata Untuk Meningkatkan Pemahaman Dan Keaktifan Siswa Kelas V Terhadap Mata Pelajaran IPA (Di Sekolah Dasar Negeri 1 Sawahan Tahun Ajaran 2011/201

0 0 19

Perbedaan Pengaruh Penerapan Metode inquiri dan Eksperimen terhadap Hasil Belajar IPA ditinjau dari Keaktifan Belajar Siswa Kelas IV SD di Dabin V Kecamatan Purwodadi Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 0 1