PreviousPosting BAB I V

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

Matematika nampakanya masih sangat ditakuti oleh banyak siswa sekolah, baik itu mulai tingkat SD hingga jenjang menengah ke atas. Banyaknya persoalan yang melatarbelakangi pelajaran matematika ditakuti oleh siswa membuat para pendidik dan guru berpikir keras bagaimana caranya agara matematika itu sendiri sebagai mata pelajaran yang menjadi favorit. Walaupun sebenarnya tidak sedikit yang berprestasi dengan pelajaran matematika itu sendiri.

Masih banyaknya angka mengulang kelas dan rendahnya nilai serta minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika mendorong berbagai bentuk usaha untuk meningkatkan serta memajukan minat dan hasil belajar siswa itu sendiri. Keterbatasan sarana serta metode pembelajaran yang oleh sebagian pendidik dijadikan sebuah argumen untuk menangkis masalah tersebut, nampakanya pada saat ini sedikit demi sedikit mulai terkikis oleh berbagai kebutuhan pendidikan. Salah satunya adalah tuntutan untuk pengembangan kurikulum yang semakin hari semakin kompleks.

Jika sekilas kita melihat fungsi dan tujuan matematika sendiri sebenarnya banyak sekali dalam kehidupan sehari-hari manusia dilibatkan oleh urusan matematika, namun itu semua idak disadari. Sebagai bahan pertanyaan bagaimana implementasi matematika itu sendiri jika dikemas dalam sebuah mata pelajaran yang wajib diberikan kepada anak didik kita di sekolahan ?, tentunya hal ini yang menjadi permasalahan para pengajar.

Bagi para siswa, khususnya yang sedang duduk di bangku sekolah dasar memang diperlukan suatu trik dan tips dalam menyampaikan materi matematika. Agar materi tersebut mudah dan dimengerti oleh siswa yang diajarkan oleh guru. Mengingat karakter dari siswa SD yang masih dipengaruhi oleh sifat anak-anak, mendorong berbagai upaya peningkatan hasil belajar siswa dengan berbagai metode yang sudah banyak berkembang.


(2)

Melihat fenomena serta kenyataan sehari-hari bahwa nilai belajar siswa pada mata pelajaran matematika masih sangat rendah, maka pemilihan suatu model dan metode pembelajaran harus disesuaikan juga dengan apa yang akan disampaikan. Seringkali para guru menyampaikan materi dengan model dan metode yang kurang tepat atau bahkan hanya mentransfer pengetahuan kepada murid, sehingga murid hanya bisa memahami dan mengerjakan sebuah tugas atau soal yang guru berikan pada saat itu saja.

Bertitik tolak dari permasalahan diatas, nampaknya hal tersebut juga terjadi pada siswa kelas III SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun yang masih mendapatkan nilai rendah pada mata pelajaran matematika. Mengingat kembali akan ciri dan karakter pelajaran matematika yang memerlukan suatu pemahaman konsep dalam berhitung dan pemecahan masalah dengan contoh yang konkret, seharusnya hasil akhir dari pembelajaran tidak mengecewakan. Namun pada kenyataannya hal itu tidak berlaku, karena sampai saat inipun masih banyak para guru yang mengajar dengan menggunakan metode konvensional.

Sebuah bukti nyata bahwa pembelajaran matematika masih belum tuntas, yaitu dengan melihat hasil ulangan harian siswa kelas III SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun pada semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 masih dibawah KKM yang ditetapkan yaitu 75 dengan rata – rata nilai kelas yaitu 55, 83 sangat jauh sekali dengan KKM diatas baik dari nilai individu siswa tersebut maupun dari nilai rata – rata kelas yang ada. Melihat kondisi demikian, maka sebagai uaya peningkatan mutu pendidikan khususnya bagi siswa kelas III SDN Batok 01 Kec. Gemarang Kab. Madiun melalui minat dan hasil belajar siswa, peneliti dalam hal ini juga sebagai guru akan menerapkan sebuah metode pembelajaran matematika yang didasarkan pada kehidupan sehari-hari atau diaplikasikan dengan kondisi real (nyata), yaitu dengan Metode Pembelajaran Matematika Realistik. Dengan menggunakan sebuah metode ini diharapkan adanya suatu perubahan dan dampak positif terhadap hasil belajar siswa melalui PTK.


(3)

Salah satu contoh masalah yang akan diamati dan diterapkan peneliti ini adalah pada materi pokok bangun persegi dan persegi panjang untuk mencari luas dan kelilingnya. Karena, pada materi tersebut banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan implementasi matematika terhadap keadaan nyata siswa sehari-hari. Sebagai contoh, bila siswa ingin mengukur sebuah ruangan maka siswa tersebut akan mudah menemukan jawabannya jika mengetahui rumus atau caranya.

Dengan melibatkan permasalahan dan media belajar yang ada dalam dunia nyata, maka secara tidak langsung siswa akan berimajinasi serta berpikir kreatif dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi tersebut. Oleh sebab itu metode PMR ini diharapkan dapat memebantu mengatasi masalah belajar siswa terhadap pelajaran matematika.

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan uraian masalah yang tersebut diatas, maka pada penelitian ini dapat dirumuskan masalah :

1. Apakah dengan metode Pembelajaran Matematika Realistik (PMR), minat siswa terhadap pelajaran matematika meningkat ?

2. Bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan metode Pembelajaran Matematika Realistik dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya ?

C. Tujuan Penelitian.

Sebuah penelitian tentunya mempunyai suatu maksud atau tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti tersebut. Maka melalaui PTK ini, penelitian bertujuan untuk :

1. Mengetahui sejauah mana minat belajar siswa kelas III SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kab. Madiun setelah menggunakan metode PMR. 2. Mengetahui hasil belajar siswa kelas III SDN Batok 01 Kecamatan

Gemarang Kab. Madiun setelah menggunakan metode PMR. D. Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat penelitian ini secara langsung berpengaruh pada : 1. Siswa


(4)

a. Meningkatkan minat dan hasil belajar siswa, baik pada saat proses pembelajaran maupun sesudah pembelajaran.

b. Memberikan sajian pembelajaran yang sesuai dengan konsep PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).

c. Meningkatkan karakter siswa yang diharapkan melalui pembelajaran matematika realistik.

2. Guru

a. Bagi guru dapat meningkatkan profeionlitasnya sebagai pendidik dan pengajar dalam bidangnya.

b. Meningkatkan kemampuan mengajar yang dilandasi dengan penerapan sebuah metode pembelajaran yang sesuai.

c. Menambah pengetahuan, ketrampilan serta keaktifan dalam proses pembelajaran.

3. Sekolah

a. Sebagai bahan acuan dan tolak ukur untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan di sekolah.

b. Sebagai sarana penunjang dalam meningkatkan profesionalitas para guru dan pendidiknya dalam memajukan pendidikan.

c. Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi pendidik lainnya dalam melaksanakan PTK selanjutnya.

E. Indikator Keberhasilan.

Penelitian Tindakan Kelas ini sesuai dengan maksud dan tujuan yang ingin dicapai, maka ditetapkan suatau indikator pencapaian agar lebih terarah dalam pelaksanaan PTK ini. Adapun indikator keberhasilan yang ingin dicapai dengan metode pembelajaran matematika realistik adalah :

1. Jika aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat terpenuhi dengan kriteria yang ditentukan yaitu pada kategori “Baik”.

2. Dari hasil persebaran angket yang diberikan kepada siswa, apabila rata – rata perolehan skor seluruh kelas dapat dikategorikan pada tingkatan


(5)

3. Jika nilai rata – rata tes individu siswa maupun nilai rata – rata seluruh kelas > 75, maka pembelajaran dinyatakan “Tuntas”.


(6)

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori

1. Hakekat Matematika

Sampai saat ini masih banyak para siswa bahkan guru yang beranggapan bahwa matematika adalah sesuatu yang menakutkan. Bahkan seringkali matematika dihindari karena banyaknya persoalan atau masalah yang ada dalam matematika itu sendiri, baik dari materi pelajaran, proses pembelajaran maupun hasil yang dicapai.

Matematika sendiri sebenarnya sesuatu yang menyenangkan, jika kita dapat mengaplikasikan dengan baik dan benar. Salah satu ciri khusus pada matematika yaitu matematika memerlukan sebuah implementasi yang konkret atau nyata untuk memahami konsep yang ada. Matematika tidak lepas dari kehidupan sehari-hari masyarakat pada umumnya, namun disadari atau tidak jika kita bandingkan dengan hasil belajar matematika masih sangat rendah khususnya pada siswa kelas sekolah dasar.

Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas bila dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Secara singkat dikatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. Hal yang demikian tentu akan membawa akibat pada terjadinya proses pembelajaran matematika. Menurut Dienes (dalam Hudoyo, 1988) dikatakan bahwa setiap konsep atau prinsip matematika dapat dimengerti secara sempurna hanya jika pertama-tama disajikan kepada peserta didik dalam bentuk-bentuk kongkret. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa betapa pentingnya memanipulasi obyek-obyek/alat dalam bentuk permainan yang dilaksanakan dalam pembelajaran (Sukayati, Agus Suharjana. 2009)


(7)

Matematika adalah mata pelajaran yang memiliki ciri – ciri yang abstrak, berpola fikir deduktif dan konsisten. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran yang penting dalam kehidupan sehari – hari.

Dalam penyampaian pembelajaran matematika khususnya bagi siswa di sekolah dasar diperlukan suatu metode dan media belajar yang konkret untuk dapat dipahami dan diserap oleh siswa. Sesuai apa yang tertuang dalam kurikulum 2006 (KTSP) yang ada, tujuan umum dari matematika adalah agar peserta didik mampu :

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma , secara luwes, akurat , efisien, dan cepat dalam memecahkan masalah. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat , melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi , menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah , merancang model matematika , menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbul , tabel , diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu: memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah

Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar, (Mulyasa, 2005). Oleh karena itu maka pembelajaran di sekolah perlu adanya kreativitas dan aktivitas antara siswa dan guru. Suyatinah, dkk (1999) mengemukan bahwa guru berkewajiban untuk menciptakan suatu kondisi di sekolah, terutama di


(8)

dalam kelas yang memungkinkan anak mengembangkan minat untuk belajar matematika.

Russel dalam Hamzah B. Uno (2009), matematika adalah studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal (tersusun baik) menuju arah yang tidak dikenal. Ruseffendi (1988:260), juga menyatakan bahwa hakekat matematika artinya menguraikan tentang apa matematika itu sebenarnya, apakah matematika itu ilmu deduktif, ilmu induktif, simbol-simbol, ilmu yang abstrak dan sebagainya.

Dengan demikian, tanpa mengetahui hakekat matematika kita tidak mungkin dapat memilih strategi untuk pengajaran matematika dengan benar. Begitu pula mengetahui hakekat matematika itu akan membantu kita memilih metode mengajar yang lebih sesuai. Dengan kata lain, penerapan strategi dan metode mengajar itu akan banyak arti bila kita mengetahui hakekat matematika. Jadi, dapat disimpulkan hakekat matematika itu akan membantu kita memilih metode mengajar yang dimulai dari pemahaman dari bagian yang sangat dikenal menuju ke bagian tidak dikenal. (http://rekapramukti.blogspot.com)

2. Karakteristik Matematika

Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa matematika mempunyai ciri atau karakteristik tertentu. Berikut karakteristik matematika menurut para ahli :

Menurut Soedjadi (dalam Sinaga) , 1. Matematika adalah hasil abstraksi dipikirkan manusia, 2. Matematika mengandung pola fikir deduktif dan induktif, 3. Matematika bersifat hirarkis terurut dalam struktur tertentu, 4. Matematika bersifat konsisten (tidak ditemukan pertentangan antara fakta, konsep dan prosedur), 5. Menggunakan variabel kosong penuh arti. (www.catatantanti.blogspot.com)

(Edy Riyadi pada www.slideshare.net/Rhiyadi;2012) menyebutkan bahwa karakteristik matematika yaitu, 1) memiliki objek


(9)

deduktif, 4) memiliki simbol yang kosong dari arti, 5) memperhatikan semesta pembicaraan dan 6) konsisten dalam sistemnya

Objek matematika bersifat abstrak, yaitu berupa ide, gagasan, konsep, simbol-simbol, dan sistem keterkaitan antara unsur-unsur dalam suatu komunitas (himpunan). Oleh karena itu, pengajarannya perlu disampaikan dengan pendekatan yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Terlebih lagi untuk pembelajaran di tingkat SD. Hal ini karena secara psikologis tingkat perkembangan mental siswa pada jenjang SD pada umumnya masih tahap pemahaman konkret, belum mampu berpikir abstrak. Untuk itu, perlu dilakukan upaya menemukan pendekatan pembelajaran matematika yang sesuai dengan perkembangan mental siswa.

Dari berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa matematika mempunyai karakteristik yang abstrak, memiliki simbol dan konsisten dalam sistemnya. Oleh sebab itu diperlukan suatu metode dalam penyampaian pelajaan matematika khusunya di tingkat sekolah dasar. 3. Metode dan Model Pembelajaran

Dalam menyampaikan sebuah mata pelajaran para guru hendaknnya menggunakan suatu metode pembelajaran agar dapat dengan mudah diapahami oleh siswa. Banyak sekali metode pembelajaran yang saat ini berkembang di dalam dunia pendidikan Indonesia.

Tuntutan zaman serta semakin luasnya perkembangan pendidikan membuat para pendidik berpikir, bagaimana menerapkan suatu materi pelajaran agar mudah diterima dan dipahami oleh siswa. Dengan menggunakan suatu metode tersebut diharapkan siswa mampu menerima pelajaran sesuai dengan indikator yang akan dicapai.

Menurut Wiradi, Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis). “Pembelajaran merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas dengan menggunakan berbagai sumber belajar sebagai bahan kajian” (Anna Poedjiadi, 2005:75).


(10)

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran (M Saikhul Arif, 2011). Metode menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam Kapita Selekta Pendidikan Islam, (1999:114) berasal dari kata meta berarti melalui, dan hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1999:767). Menurut Nana Sudjana (dalam buku Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, 1989:78 – 86), terdapat bermacam-macam metode dalam mengajar, yaitu Metode ceramah, Metode Tanya Jawab, Metode Diskusi, Metode Resitasi, Metode Kerja Kelompok, Metode Demonstrasi dan Eksperimen, Metode sosiodrama (role-playing), Metode problem solving, Metode sistem regu (team teaching), Metode latihan (drill) dan masih banyak lagi jenis metode pembelajaran.

Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam hal ini adalah berhasilnya suatu proses pembelajaran Sebuah metode atau cara memang sangat diperlukan dalam pembelajaran. sedangkan dalam metode itu sendiri terdapat banyak model pembelajaran

Dalam sebuah metode tersebut ada berbagai bentuk penyampaian pembelajaran yang umum disebut dengan model pembelajaran. Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Joyce & weil (Rusman, 2010:132) mengemukakan bahwa “para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologi, sosiologi, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung”.


(11)

Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih model pembelajaran yang efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran Joyce, (Trianto 2007:5), Mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, ilm,komputer,kurikulum dan lain-lain.

Setiap model pembelajaran mengarahkan ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu siswa sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Istilah model pembelajaran mempunyai makna lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur. Model Pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, dan prosedur. Kardi dan Nur (Trianto 2007:6) mengemukakan ciri-ciri tersebut adalah :

1. Rasional teoritik logis yang disusun oleh pencipta atau pengembangnya

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar ( tujuan pembelajaran yang akan dibalas )

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai

Adapun sebuah model pembelajaran menurut Soekamto dan Winaputra (1995: 78), sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.


(12)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model-model pembelajaran lebih merupakan kerangka konseptual, sedangkan strategi lebih menekankan pada penerapannya di kelas. Model-model pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada kegiatan perancangan yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang juga dikenal sebagai strategi pembelajaran.

4. Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)

Pembelajaran matematika realistik merupakan salah satu bagian dari sebuah model pembelajaran. Dimana pembelajaran matematika realitik ini didasarkan pada pembelajaran yang real atau nyata. Sehingga peserta didik dengan mudah mengaplikasikannya dengan kehidupan sehari-hari pada pemecahan masalah matematika.Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa Realistic Mathematics Education (PMR) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika.

Teori PMR pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa (Slettenhaar, 2000). Prinsip penemuan kembali dapat diinspirasi oleh prosedur-prosedur pemecahan informal, sedangkan proses penemuan kembali menggunakan konsep matematisasi (http/darsusianto-blogspot. Com 2007/08/matematika realistik/html).

Adapun konsep pendidikan matematika realistik tentang siswa antara lain sebagai berikut:

1. Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide matematika yang mempengaruhi belajar selanjutnya;

2. Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan itu untuk dirinya sendiri;

3. Pembentukan pengetahuan merupakan proses perubahan yang meliputi penambahan, kreasi, modifikasi, penghalusan, penyusunan


(13)

4. Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa untuk dirinya sendiri berasal dari seperangkat ragam pengalaman;

5. Setiap siswa tanpa memandang ras, budaya dan jenis kelamin mampu memahami dan mengerjakan matematik (Zigma Edisi 10, 27 Juni 2007).

4.1 Hakekat Pembelajaran Matematika Realistik

Dalam Modul Matematika SD Program BERMUTU, STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR yang diterbitkan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika , Departemen Pendidikan Nasional Dirjen ; 2009, dijelaskan dengan lengkap bahwa dalam PMR dunia nyata digunakan sebagai titik awal untuk pengembangan ide dan konsep matematika.

Menurut Blum & Niss, dunia nyata adalah segala sesuatu di luar matematika, seperti mata pelajaran lain selain matematika, atau kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar kita. Sementara itu, De Lange mendefinisikan dunia nyata sebagai suatu dunia nyata yang konkrit, yang disampaikan kepada siswa melalui aplikasi matematika (Sutarto Hadi, 2005: 19).

Selain itu, Treffers membedakan dua macam matematisasi, yaitu vertikal dan horisontal (Sutarto Hadi, 2005: 20). Digambarkan oleh Gravemeijer (1994) sebagai proses penemuan kembali (reinvention process), seperti ditunjukkan gambar/skema di bawah.


(14)

Bagan 2.1 Skema PMR

Secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika. Konsep matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar.

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal (1905– 1990) seorang penulis, pendidik, dan matematikawan yang berpendapat bahwa “matematika merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas”. Dalam PMR, proses belajar mempunyai peranan penting. Rute belajar (learning route) di mana siswa mampu menemukan sendiri konsep dan ide matematika, harus dipetakan (Gravemeijer, 1997). Sebagai konsekuensinya, guru harus mampu mengembangkan pengajaran yang interaktif dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan kontribusi terhadap proses belajar mereka.


(15)

4.2 Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik.

Berdasarkan pada modul yang telah disebutkan diatas, maka PMR mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :

a. Menggunakan masalah kontekstual, yaitu matematika dipandang sebagai kegiatan sehari-hari manusia, sehingga memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi atau dialami oleh siswa (masalah kontekstual yang realistik bagi siswa) merupakan bagian yang sangat penting.

b. Menggunakan model, yaitu belajar matematika berarti bekerja dengan alat matematis hasil matematisasi horisontal.

c. Menggunakan hasil dan konstruksi siswa sendiri, yaitu siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep-konsep matematis, di bawah bimbingan guru.

d. Pembelajaran terfokus pada siswa

e. Terjadi interaksi antara murid dan guru, yaitu aktivitas belajar meliputi kegiatan memecahkan masalah kontekstual yang realistik, mengorganisasikan pengalaman matematis, dan mendiskusikan hasil-hasil pemecahan masalah tersebut. (Suryanto dan Sugiman, 2003)

Ciri utama PMR antara lain proses pembelajaran memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali matematika melalui bimbingan guru (Gravemeijer, 1994), menemukan kembali ide dan konsep matematika tersebut harus dimulai dari penjelajahan pelbagai situasi dan persoalan “dunia nyata” (de Lange, 1995).

Pengajaran matematika dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik meliputi aspek-aspek berikut :

 Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang “riil” bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam pelajaran secara bermakna;


(16)

 Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut

 Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara informal terhadap persoalan/masalah yang diajukan (De Lange, 1995)

Berdasarkan uraian aspek-aspek di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan matematika realistik berlangsung secara interaktif, siswa mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru, dan memberikan alasan terhadap pertanyaan atau jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa lain), setuju terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran.

Karakteristik RME merupakan karakteristik PMR. Van den Heuvel–Panhuizen (dalam Marpaung, 2006: 2), merumuskan karakteristik RME sebagai berikut.

1. Prinsip aktivitas, yaitu matematika adalah aktivitas manusia. Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam pembelajaran matematika.

2. Prinsip realitas, yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa. 3. Prinsip berjenjang, artinya dalam belajar matematika siswa

melewati berbagai jenjang pemahaman, yaitu dari mampu menemukan solusi suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal, melalui skematisasi memperoleh pengetahuan tentang hal-hal yang mendasar sampai mampu menemukan solusi suatu masalah matematis secara formal.

4. Prinsip jalinan, artinya berbagai aspek atau topik dalam matematika jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah, tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat


(17)

5. Prinsip interaksi, yaitu matematika dipandang sebagai aktivitas sosial. Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain untuk ditanggapi, dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan strateginya menemukan itu serta menanggapinya.

6. Prinsip bimbingan, yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing untuk menemukan (re-invention) pengetahuan matematika

4. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik.

Adapun langkah – langakh untuk menerapkan Pembelajaran Matematika Realistik, sesuai dengan modul Modul Matematika SD Program BERMUTU, sebagai berikut :

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Matematika Realistik adalah sebagai berikut :

1. Memotivasi siswa (memfokuskan perhatian siswa) 2. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran

3. Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang “riil” bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam pelajaran secara bermakna

4. Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut;

5. Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara informal terhadap persoalan/masalah yang diajukan

6. Pengajaran berlangsung secara interaktif, siswa menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa lain), setuju terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain; dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dapat memudahkan siswa


(18)

dalam menyelesaikan soal cerita yang terkait dengan pacahan bahkan matematika realistik menyajikan materi dengan riil.

5. Minat dan Hasil Belajar 5.1. Minat Belajar Siswa

Minat adalah suatu kemauan atau keinginan untuk melaksanakan sesuatu. Minat belajar adalah suatu keinginan atau kemauan seorang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Jika siswa mempunyai minat belajar yang tinggi maka secara tidak langsung membawa pengaruh pada nilai hasil belajar siswa.

Minat belajar siswa merupakan faktor internal dari diri siswa sendiri. Karena dengan adanya minat, maka kemauan dan keinginan untuk belajar pun ada. Sehingga dengan mengikuti suatu proses pembelajaran yang diiringi dengan minat tinggi hasil belajarpun juga akan mempunyai hasil yang optimal.

Menurut Kartono (1995), minat merupakan moment-moment dari kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang dianggap paling efektif (perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat elemen-elemen efektif (emosi) yang kuat. Minat juga berkaitan dengan kepribadian. Jadi pada minat terdapat unsur-unsur pengenalan (kognitif), emosi (afektif), dan kemampuan (konatif) untuk mencapai suatu objek, seseorang suatu soal atau suatu situasi yang bersangkutan dengan diri pribadi (Buchori, 1985).

Hardjana (1994), menyatakan bahwa minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu yang timbul karena kebutuhan, yang dirasa atau tidak dirasakan atau keinginan hal tertentu. Minat dapat diartikan kecenderungan untuk dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu (Lockmono, 1994).


(19)

adalah kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman (Hardjana, 1994).

Menurut Gie (1998), minat berarti sibuk, tertarik, atau terlihat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Dengan demikian, minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di sekolah. Minat belajar membentuk sikap akademik tertentu yang bersifat sangat pribadi pada setiap siswa. Oleh karena itu, minat belajar harus ditumbuhkan sendiri oleh masing-masing siswa. Pihak lainnya hanya memperkuat dan menumbuhkan minat atau untuk memelihara minat yang telah dimiliki seseorang (Loekmono, 1994).

Minat berkaitan dengan nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu, merenungkan nilai-nilai dalam aktivitas belajar sangat berguna untuk membangkitkan minat. Misalnya belajar agar lulus ujian, menjadi juara, ahli dalam salah satu ilmu, memenuhi rasa ingin tahu mendapatkan gelar atau memperoleh pekerjaan. Dengan demikian minat belajar tidak perlu berangkat dari nilai atau motivasi yang muluk-muluk. Bila minat belajar didapatkan pada gilirannya akan menumbuhkan konsentrasi atau kesungguhan dalam belajar (Sudarmono, 1994).

Loekmono (1994), mengemukakan 5 butir motif yang penting yang dapat dijadikan alasan untuk mendorong tumbuhnya minat belajar dalam diri seorang siswa yiatu :

1. Suatu hasrat untuk memperoleh nilai-nilai yang lebih baik dalam semua mata pelajaran.

2. Suatu dorongan batin untuk memuaskan rasa ingin tahu dalam satu atau lain bidang studi.


(20)

3. Hasrat siswa untuk meningkatkan siswa dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

4. Hasrat siswa untuk menerima pujian dari orang tua, guru atau teman-teman.

5. Gambaran diri dimasa mendatang untuk meraih sukses dalam suatu bidang khusus tertentu

Maka beberapa langkah untuk menimbulkan minat belajar menurut (Sudarnono, 1994), yaitu :

1. Mengarahkan perhatian pada tujuan yang hendak dicapai. 2. Mengenai unsur-unsur permainan dalam aktivitas belajar. 3. Merencanakan aktivitas belajar dan mengikuti rencana itu. 4. Pastikan tujuan belajar saat itu misalnya; menyelesaikan PR atau

laporan.

5. Dapatkan kepuasan setelah menyelesaikan jadwal belajar. 6. Bersikaplah positif di dalam menghadapi kegiatan belajar. 7. Melatih kebebasan emosi selama belajar.

5.2. Hasil Belajar Siswa

Setelah minat siswa untuk belajar ada, maka tidak salah hasil belajar siswapun juga akan meningkat. Dengan hasil belajar tersebut, maka dapat diukur pula sejauh mana keberhasilan siswa dalam pembelajaran. apakah dinilai sudah tuntas atau belum tutas didasari oleh KKM yang sudah ditentukan.

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Beajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru.


(21)

seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2004), bahwa Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).

Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian di Puerto Rico menyebutkan bahwa prestasi siswa yang mengikuti program pembelajaran matematika dengan pendekatan


(22)

matematika realistik berada pada persentil ke-90 ke atas (Haji, 2005). Di Indonesia, hasil penelitian Armanto (2002) yang menyimpulkan bahwa hasil pembelajaran perkalian dan pembagian bilangan besar siswa dengan pendekatan matematika realistik lebih baik daripada pembelajaran secara tradisional.

Abdul Hafiz (2010) dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Sikap Siswa Dalam Pembelajaran Matematika menghasilkan sebuah penelitian eksperimen kuatitaif bahwa dengan PMR sikap siswa lebih baik daripada sikap siswa yang menggunakan penerapan metode pembelajaran konvensional. Dengan sikap tersebut dapat diartikan bahwa minat dan hasil belajar siswa juga meningkat dalam proses pembelajaran matematika.

Lebih lanjut dinyatakan oleh Supardi U.S. (2012) dalam jurnal pendidikan yang bertajuk Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar, bahwa : 1. Hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan RME lebih tinggi

daripada hasil belajar siswa yang diajar secara konvensional;

2. Terdapat efek interaksi pendekatan pendidikan dan motivasi belajar terhadap hasil belajar


(23)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN A. Rencana Pelaksanaan Penelitian.

1. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun pada tahun pelajaran 2012/2013. PTK ini dilaksanakan selama 3 bulan yang dimulai pada bulan April sampai dengan bulan Juni selama semester II tahun pelajaran 2012 / 2013.

Adapun rincian kegiatan selama penelitian ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel. 3.1. Jadwal Penelitian

No Jenis Kegiatan

Bulan / Minggu

April Mei Juni

2 3 4 1 3 4 1 2

1 Penyusunan dan pengajuan Proposal

2 Penyusunan Rancangan Penelitian 3 Pelaksanaan Siklus I

4 Analisis Siklus I dan Refleksi 5 Pelaksanaan Siklus II

6 Analisis dan Refleksi Siklus II 7 Penyusunan Laporan


(24)

Ruang lingkup penelitian ini adalah minat dan hasil belajar siswa kelas III SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun pada pembelajaran matematika menggunakan metode pembelajaran matematika realistik. Sedangkan materi yang akan digunakan adalah materi Luas dan Keliling pada bangun datar.

Penelitian terhadap minat belajar siswa digunakan untuk melihat sejauh mana siswa mempunai respon terhadap pembelajaran matematika pada materi luas dan keliling bangun datar. Minat belajar tersebut akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa selanjutnya.

Hasil belajar siswa digunakan untuk mengukur ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran matematika materi Luas dan Keliling bangun datar setelah menggunakan metode Pembelajaran matematika realistik pada siswa kelas III SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013.

3. Subyek Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diterapkan pada siswa kelas III SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun. Jumlah siswa pada kelas III tersebut sebanyak 12 siswa yang terdiri dari 5 siswa laki – laki dan 7 siswa peremuan.

B. Jenis dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yang mana PTK ini disusun atas dasar refleksi guru terhadap hasil pembelajaran di dalam kelas. Dalam penelitian ini, refleksi guru untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa setelah menggunakan metode pembelajaran matematika realistik yang akan dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional pada pembelajaran sebelumnya bagi siswa kelas III SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun pada semester II tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini mengguankan


(25)

beberapa siklus untuk mengetahui sejauh mana peningkatan minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika realistik.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK), merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk melaksanakan peningkatan mutu kualitas pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran di dalam kelas yang berawal dari refleksi diri guru atau pendidik. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan dua siklus (Siklus I dan Siklus II) sebagai bahan acuan untuk melihat perbedaan dan peningkatan proses belajar mengajar pada kelas dengan menggunakan teknik atau metode tertentu.

PTK ini dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif dan eksperimen. PTK dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data dianalisis digunakan pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan statistik dan berbagai uji prasyarat analisis. Sebagai penelitian eksperimen, karena penelitian ini diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan terhadap subjek penelitian, dan adanya evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan. Ditinjau dari karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain: (1) didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional; (2) adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3) penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (4) bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional; (5) dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model PTK kolaboratif, yang mana dalam pelaksanaan penelitian diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Dalam hal ini peneliti bekerjasama dengan teman sejawat sebagai kolaboratif dan observator dalam penelitian.


(26)

Adapun rancangan atau desain penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti meliputi, 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi dan 4) refleksi. Empat tahapan tersebut digunakan pada masing – masing siklus, yaitu mulai siklus I, II dan seterusnya. Untuk lebih jelasnya mengenai alur penelitian dapat dilihat dalam bagan dibawah ini.

Diagram 3.1

Alur Penelitian Tindakan Kelas

Adapun rincian kegiatan pada tahapan setiap siklus, adalah sebagai berikut :

a) Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini kegiatan dimulai dengan penetapan materi ajar sesuai dengan SK dan KD yang telah ada pada kurikulum, menentukan model dan metode pembelajaran yang akan digunakan, merancang strategi pembelajaran, menentukan alokasi waktu yang diperlukan dan penyusunan perangkat pembelajaran meliputi rencana pembelajaran, media pembelajaran serta instrumen pengumpulan data. b) Tindakan

Pada tahap tindakan, penelitian dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dari kegiatan awal, kegiatan inti hingga

Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi

Tindakan Observasi

Refleksi Perencanaan

Siklus I

Siklus II


(27)

kegiatan akhir. Dalam tahapan tindakan ini terbagi dalam 3 bagian, yaitu :

- Tatap muka dan penyampaian materi - Observasi

- Evaluasi.

Proses pembelajaran ini setiap siklusnya dilaksanakan selama 2 kali pertemuan yang setiap pertemuan terdiri dari 3 jam pelajaran ( 3 x 35 menit ).

c) Observasi

Observasi dilakukakukan oleh peneliti dan teman sejawat. Dalam penelitian ini guru bertindak sebagai peneliti dan sekaligus sebagai pelaku dalam proses pembelajaran, sedangkan teman sejawat bertindak sebagai observator selama proses pembelajaran berlangsung untuk mengamati semua kegiatan pembelajaran baik dari siswa maupun guru.

Adapun yang diamati dalam kegiatan observasi antara lain meliputi :

1. Minat siswa ditinjau dari keaktifan dan ketrampilan selama mengikuti pembelajaran.

2. Keaktifan dan ketrampilan guru dalam proses pembelajaran. 3. Situasi dan kondisi tempat mengajar baik didalam kelas maupun

diluar kelas selama proses pembelajaran berlangsung

4. Hasil belajar siswa ditinjau dari post test yang diberikan setelah pembelajaran berlangsung.

d) Refleksi

Semua kegiatan dalam setiap siklus dipantau dan diamati untuk kemudian dilakukan refleksi yang meliputi, mengumpulkan data, analisis data kemudian dilanjutkan dengan melakukan rencana dan rancangan perbaikan untuk siklus selanjutnya.

Dalam penelitian ini, menggunakan dua siklus yang tediri dari siklus I dan siklus II. Apabila pada siklus II belum menunjukkan hasil


(28)

yang optimal dalam hal ini pencapaian indikator pembelajaran dengan nilai setiap siswa dan rata – rata kelas < KKM 70, maka dapat dilanjutkan pada siklus III dan seterusnya. Namun jika pada siklus II sudah memenuhi kriteria pencapaian maka siklus II diharapkan sebagai siklus pemantapan, artinya tidak perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian, unsur pokok untuk mengetahui hasil dan kesimpulan penelitian tersebut adalah adanya data yang valid. Oleh karena itu diperlukan sebuah alat atau instrumen untuk mengumpulkan data yang selanjutnya digunakan untuk menganalisa dan menyimpulkan hasil dari penelitian ini.

Adapun data yang diperlukan dalam PTK ini adalah minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan metode pembelajaran matematika realistik setiap siklus, yang selanjutnya akan dibandingkan dan diambil sebuah kesimpulan dan hipotesa penelitian yaitu adanya peningkatan minat dan hasil belajar siswa dengan pembelajaran matematika realistik pada materi Luas dan Keliling bangun datar.

Dalam membuat instrumen peneltian sebagai alat pengumpul data, maka dilakukan beberapa tahapan agar instrumen tersebut valid dan mempunyai tingkat kehandalan yang sesuai. Langkah – langkah tersebut adalah, 1) membuat kisi – kisi instrumen , 2) menyusun indikator instrumen yang akan digunakan, 3) mengaplikasikan/menggunakan pada subyek atau obyek penelitian, 4) mengumpulkan data instrumen, 5) menganalisa data dari instrumen, 6) menyimpulkan hasil analisis. Alur tersebut dapat dilihat dalam bagan dibawah ini.


(29)

Diagram 3.2

Alur Penyusunan Instrumen

Alat pengumpul data atau instrumen yang digunakan, yaitu : 1. Lembar observasi

Lembar observasi dibagi dalam 2 bagaian, yaitu 1) observasi untuk keaktifan dan ketrampilan siswa, 2) keaktifan dan ketrampilan guru


(30)

dalam mengelola kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh teman sejawat selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil dari observasi yang sudah dilakukan oleh teman sejawat selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan kriteria yang ditentukan. Kisi – kisi dan lembar observasi terlampir.

2. Angket

Untuk mengetahui minat dan respon siswa terhadap pembelajaran matematika realistik pada setiap siklus. Angket ini terdiri dari beberapa pertanyaan dengan memilih jawaban Sangat Setuju, Setuju, Ragu –ragu, Tidak Setuju. dan Sangat Tidak Setuju (S, SS, R, TS, STS).

Angket tersebut dibagikan kepada siswa setelah kegiatan akhir dari pembelajaran selesai pada pertemuan kedua setiap siklusnya. Angket ini pada nantinya akan dihitung dengan menggunakan skor untuk kemudian dibandingkan dengan kriteria yang sudah ditetapkan. Dari hasil tersebut dapat diketahui sejauh mana minat dan respon siswa dalam pembelajaran matematika realistik. Kisi – kisi dan lembar angket terlampir.

3. Lembar kerja siswa (post test )

Seperti halnya alat pengumpul data lainnya, post test digunakan untuk mengukur sejauh mana nilai hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran matematika realistik pada akhir pertemuan yaitu setiap pertemuan kedua dalam setiap siklusnya. Post tes ini diberikan pada saat kegiatan akhir dalam pembelajaran untuk kemudian hasilnya akan dianalisis dengan peneliti dan teman sejawat menggunakan kriteria yang sudah ditentukan.

Hasil dari analisis data yang berasal dari post test ini akan dijadikan acuan untuk siklus selanjutnya. Sehingga pada akhirnya dapat dibandingkan adanya peningkatan atau tidak terhadap nilai belajar siswa setalah mengikuti pembelajaran matematika realistik selama beberapa siklus. Adapaun untuk kisi – kisi dan lembar kerjas siswa terlampir.


(31)

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menyimpulkan hasil penelitian per siklus. Data disajikan secara deskriptif dan naratif untuk menggambarkan hasil penelitian dalam bentuk tabel, grafik dan uraian singkat.

Teknik analisis data kuantitatif, yaitu sebuah teknik analisis data yang menggunakan perhitungan dan angka-angka untuk mengholah data yang terkumpul. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisa dan dihitung menggunakan rumus yang sudah ada kemudian membandingkan dengan hasil data dari kedua siklus. Analisis data dengan kuantitatif diolah dengan statistik deskriptif untuk menemukan presentase dan nilai rata – rata baik secara individu maupun kalsikal. Analisis data untuk penelitian ini didasarkan pada instrumen lembar observasi, angket dan tes. Dari hasil per siklus akan dikomparasikan dengan siklus selanjutnya. Adapun analisis untuk masing – masing data berdasarkan instrumenya sebagai berikut :

a) Lembar Observasi

Seperti yang dijelaskan diatas, bahwa lembar observasi ini terbagi dalam dua kategori, yaitu untuk keaktifan siswa dan untuk memonitor sebagai catatan observator kepada peneliti dalam hal ini adalah guru. observasi ini dilaksanakan oleh teman sejawat sebagai observator

Kriteria yang digunakan dalam pengisian observasi ini adalah sangat baik (4 ), baik (3), cukup (2), tidak baik (1). Penilaian dilakukan setiap aspek sesuai dengan 10 aspek yang ada dalam lembar observasi dengan memberi tanda ceklist sesuai dengan score yang diperoleh. Observator juga akan memberikan catatan tentang aktifitas siswa selama proses pembelajaran, catatan tersebut sebagai bahan refleksi untuk siklus selanjutnya. Untuk lebih jelasnya dalam pengisian obervasi dapat dilihat dalam tabel berikut :


(32)

Tabel. 3. 2

Pedoman Pemberian Skor Lembar Observasi Siswa

No Pedoman Kriteria Skor

1 Jika siswa yang melakukan sesuai dengan aspek no 1 – 9 sebanyak > 10.

Sangat Baik 4 2 Jika siswa yang melakukan sesuai

dengan aspek no 1 – 9 berjumah antara 8 – 9 siswa.

Baik 3

3 Jika siswa yang melakukan sesuai dengan aspek no 1 – 9 berjumlah 6 –

7 siswa Cukup 2

4 Jika siswa yang melakukan sesuai dengan aspek no 1 – 9 berjumlah < 6

siswa. Tidak Baik 1

Dari hasil observasi tersebut, jumlah skor keseluruhan aspek kemudian diambil rata-rata, rumus yang digunakan adalah :

´

X=

skor

N Keterangan :

´

X : Mean/Rata – Rata

skor : Jml skor seluruhnya N : Jml Indikator

Setelah rata – rata didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai rata – rata yang diddapat dengan tabel kriteria yang sudah ditentukan. Jika X´ antara 1,00 – 1,99 maka keaktifan siswa

seluruhnya dikategorikan “ Rendah “, jika X´ antara 2,00 – 2,99 maka keaktifan siswa dikategorikan “Cukup”, jika X´ antara 3,00 –


(33)

3,99 maka keaktifan siswa “Tinggi”, dan bila X´ mendapatkan nilai

4,00 maka siswa dikategorkan “Sangat Tinggi” keaktifannya.

Indikator pencapaian yang diharapakan oleh peneliti yaitu siswa mempunyai keakftifan yang “Tinggi – Sangat Tinggi”, hal ini berkaitan langsung dengan minat dan hasil pembelajaran yang akan dicapai. Jika pada siklus I hasil belum optimal maka pada isklus II dapat dilakukan observasi selanjutnya.

Adapun kriteria keaktifan siswa dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 3.3.

Kriteria Keaktifan Siswa dalam PMR No Rata - Rata Keterangan AktifSiswa

1 1,00 – 1,99 Rendah

2 2,00 - 2,99 Cukup

3 3,00 – 3,99 Tinggi

4 4.00 Sangat Tinggi

Selain lembar observasi untuk siswa, peneliti dalam hal ini juga sebagai guru, maka perlu lembar observasi untuk bahan refleski, yang mana pada nantinya akan dijadikan sebagai bahan perbaikan dalam proses pembelajaran. Adapun lembar observasi untuk keaktifan terlampir.

Untuk pengisian lembar observasi guru ini menggunakan pedoman sebagai berikut :

a. Observasi terdiri dari 6 nomor, setiap nomor terdiri dari 3 indikator. b. Memberikan tanda cek list (v) pada kolom skor yang sudah tersedia

pada setaip indikatornya.

c. Kriteria skor adalah 4 : Sangat Baik, 3 : Baik, 2 : Tidak Baik, 1 : Sangat Tidak Baik.

d. menjumlahkan hasil skor masing – masing aspek pada setiap nomor ( nomor 1 – 6 ).

e. Total perolehan skor yang terdiri dari skor maksimal masing – masing nomor.


(34)

f. Rata – rata diperoleh dari TOTAL SKOR dibagi N INDIKATOR = 18.

g. Memberikan catatan selama pengamatan berlangsung.

Sedangkan rata – rata yang akan dijadikan tolak ukur menggunakan rumus berikut :

´

X=

skor

N Keterangan :

´

X : Mean/Rata – Rata

skor : Jml skor seluruhnya N : Jml Indikator

Dari hasil rata – rata yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan kriteria yang sudah ditentukan. Kriteria aktivitas guru dapat dilihat seperti tabel berikut :

Tabel 3.4

Kriteria Aktivitas Guru dalam PMR

No Rata – rata Keterangan

1 1,00 – 1,99 Kurang

2 2,00 – 2,99 Cukup

3 3,00 – 3,99 Baik

4 4,00 Sangat baik.

Kriteria indikator pencapaian peneliti yaitu guru dapat melakukan kegiatan proses pembelajaran dengan kriteria keaktifan “Baik” dengan nilai rata – rata 3,00 – 3,99 yang akan berpengaruh juga pada hasil pembelajaran.


(35)

b) Lembar Angket

Sesuai apa yang telah dijelaskan diatas, bahwa untuk menilai dan mengetahi sejauh mana minat siswa terhadap pembelajaran matematika realistik, maka instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah angket. Angket ini bersisi sejumlah pernyataan dan pertanyaan yang bernilai positif dan negatif . lembar angket siswa terlampir.

Pilihan jawaban yang terdapat pada angket yang diisi oleh siswa pada setiap akhir pertemuan kedua setiap siklusnya, terdiri dari Sangat Tidak Setuju ( STS), Tidak Setuju (TS), Ragu-ragu (R), Setuju (S), Sangat Setuju ( SS ). Pedoman dalam penilaian skor angket sebagai berikut :

1. Untuk pertanyaan yang bernilai positif

STS Skor 1, TS Skor 2, R Skor 3, S Skor 4, S Skor 5 2. Untuk pertanyaan yang bernilai negatif

STS Skor 5, TS Skor 4, R Skor 3, S Skor 2, S Skor 1

Setelah data terkumpul, kemudian langka-langkah analisis data yaitu : 1. Menghitung skor maksimal setiap siswa dan menghitung rata – rata

perolehan nilainya. Rumus yang digunakan adalah :

´

X=

skor

N Keterangan :

´

X : Mean/Rata – Rata

skor : Jml skor seluruhnya N : Jml Indikator

2. Mentabulasikan hasil setiap siswa pada tabel rekapitulasi dan distribusi frekuensi dan prosentase perolehan rata–rata minat siswa. 3. Menghitung nilai rata – rata dan prosentase keseluruahan siswa.

Rumus yang digunakan untuk rata – rata adalah sebagai berikut : 4.

´

X=

X´ 1


(36)

Keterangan : ´

X : Mean/Rata – Rata

X´ 1 : Jml rata-rata seluruh siswa

N : Jml Siswa

Rumus prosentase minat siswa keseluruhan adalah sebagai berikut : ´

X=

X´ 1

skor maksimal(5,00)x100

5. Dari tabel rekapitulasi dan distribusi frekuensi dapat dilihat jumlah dan prosentase siswa yang mempunyai minat terhadap PMR sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, seperti yang terlihat dalam tabel dibawah.

Tabel 3.5 Kriteria Minat Siswa

No Nilai

Rata - Rata % Keterangan

1 1.00 - 1.99. < 20% - 39% Sangat Rendah

2 2.00 - 2.99 40% - 59% Rendah

3 3.00 - 3.99 60% - 79% Cukup

4 4.00 - 4.99 80% - 99 % Tinggi

5 5.00 100% Sangat Tinggi

Berdasarkan analisis dari lembar angket tersebut, maka indikator yang ingin dicapai peneliti yaitu, nilai rata – rata secara keseluruhan mencapai 4.00 – 4.99 atau sekitar 61 % - 100 % dan dapat dikategorikan “Tinggi“, dengan frekuensi pencapaian minat setiap siswa kategori “sangat tinggi” > (lebih besar sama dengan ) 6 siswa atau > (lebih besar sama dengan) 50 %.

c) Tes


(37)

pembelaran matematika realistik. Isi instrumen telah di konsultasikan pada teman sejawat yang lebih senior, serta isinya telah sesuai dengan kisi-kisi dan materi yang diajarkan.

Insturmen tes berupa soal uraian yang terdiri dari 10 soal. Dimana setiap soal mendapatkan skor 2 jika jawaban benar dan sempurna. Sedangkan jawaban yang salah mendapatkan skor 1, dan apabila tidak dijawab mendapatkan skor 0. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.6

Kriteria Penskoran Tes Individu

Kriteria jawaban Skor

Benar dan sempurna 2

Benar tapi tidak sempurna/tidak

lengkap 1,5

Salah 1

Tidak dijawab 0

Adapaun penilaian secara keseluruhan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dengan menggunakan instrumen tes ini, menggunakan rumus sebagai berikut :

NA=

skor

2 x10 Keterangan :

NA : Nilai akhir

∑skor : Jumlah nilai setiap nomor.

Indikator pencapaian yang diharapkan oleh peneliti adalah apabila nilai akhir setiap siswa > 75, maka siswa tersebut dinyatakan “Tuntas”, sebaliknya jika nilai akhir siswa < 75, maka siswa tersebut dinyatakan “Belum Tuntas”.


(38)

Setelah nilai siswa terkumpul, langkah selanjutnya adalah mentabulasikan dan merekapitulasi nilai perolehan siswa tersebut pada tabel rekapitulasi dan distribusi frekuensi. Jika pada rata – rata rekapitulasi nilai secara klasikal mendapatkan nilai > 75, maka pembelajaran secara keseluruhan dapat dinyatakan tuntas. Sebaliknya jika nilai rata-rata < 75 maka pembelajaran belum tuntas dan dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya. Lembar instrumen tes terlampir.

Tabel 3.9 Kriteria Ketuntasan Nilai Post Tes Keterangan

< 54 Belum Tuntas 55 - 64 Belum Tuntas 65 - 74 Belum Tuntas 75 - 84 Tuntas


(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setiap Siklus

1. Siklus I

Sesuai dengan rencana penelitian yang sudah ada, maka siklus I dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :

1.1 Perencanaan

Pada tahapan perencanaan ini peneliti sebelumnya mengkaji dokumen hasil belajar siswa sebelum siklus I dilaksanakan, yaitu didasarkan pada perolehan nilai ulangan harian pada materi pokok yang bersangkutan. Kemudian peneliti menentukan SK dan KD sesuai dengan KTSP, dalam hal ini kompetnsi dasar yang digunakan adalah : menghitung keliling, luas persegi dan persegi panjang, serta penggunaanya dalam pemecahan masalah.

Adapun kompetensi dasar yang digunakan adalah menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling, luas persegi dan persegi panjang dengan indikator menghitung luas persegi dan persegi panjang. Setelah menentukan SK, KD, dan Indikator maka guru metapkan alokasi waktu untuk siklus I tersebut. Alokasi waktu yang digunakan selama siklus I yaitu 2 kali pertemuan setiap pertemuan 3 x 35 menit ( 3 jam pelajaran). Artinya setiap rencana pembelajaran disampaikan 1 kali pertemuan.

Semua SK, KD, Indikator, dan alokasi waktu yang diperlukan sudah siap, maka guru menyusun rencana pembelajaran beserta perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran termasuk juga menyiapkan instrumen pengumpul data. 1.2 Tindakan

Pada tahapan tindakan ini, guru mengimplementasikan semua rencana yang telah disusun pada proses pembelajaran. pada proses


(40)

pembelajaran ini guru menggunakan metode pembelajaran realistik. Tahapan tindakan ini terbagi dalam :

1.2.1 Tatap muka

a) Pertemuan I ( 3 x 35 menit )

 Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, dalam kegiatan ini kelas dibagi dalam 3 kelompok setiap kelompok terdiri dari 3 siswa yang diplih secara acak.

 Guru mempersiapkan media belajar yang akan digunakan.

 Secara klasikal guru menjelaskan materi pokok yang akan diajarkan, dalam hal ini materi yang akan disampaikan adalah menghitung luas persegi dan persegi panjang.

 Guru memberikan gambaran atau penjelasan sesuai dengan kehidupan nyata (real) siswa sehari-hari yang berkaitan dengan luas persegi dan persegi panjang.

 Guru menjelasakan kepada siswa, bahwa keramik yang ada pada dinding kelas yang sudah ditandai sebelumnya tersusun membentuk sebuah bangun persegi dan persegi panjang

 Guru mengajak siswa untuk menghitung keramik yang berbentuk persegi dan persegi panjang yang terdapat pada dinding kelas. Setiap kelompok diberikan tempat sendiri – sendiri.

 Siswa diminta untuk mengukur luas persegi tersebut apabila satu keramik merupakan satu satuan luas.

 Guru memberikan kesempatan kepada kelompok untuk berdiskusi bagaimana cara menghitung luas persegi berdasarkan kegiatan tersebut.


(41)

 Guru memberikan kesempatan kepada kelompk untuk menyampaikan jawaban yang sudah didiskusikan bersama.

 Guru memberikan tanggapan atas jawaban setiap kelompok, kemudian menjelaskan untuk bagaimana cara menemukan luas persegi dan persegi panjang dengan sebelumnya memberikan pertanyaan. “Bagaimana seandainya kita akan menghitung luas apangan bola jika tidak terdapat keramik sebagai satu satuan luas tersebut ? “, kemudian guru menyampikan rumus menghitung Luas persegi dan persegi panjang. b) Pertemuan II ( 3 x 35 menit )

Mengacu pada pertemuan I, pada perteman II materi selanjutnya adalah menentukan rumus dan menghitung keliling bangun persegi dan persegi panjang. Langkah kegiatan ini antara lain :

 Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok seperti pada pertemuan I.

 Guru mengulang kembali tentang materi yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya.

 Guru menjelaskan tentang keliling sebuah bangun persegi dan persegi panjang, yaitu keliling didapatkan dari panjang semua sisi yang ada dalam bangun tersebut.

 Siswa diajak untuk menghitung keramik yang ada dalam diding kelas yang sudah diberi tanda sebagai bangun persegi dan persegi panjang. Jika satu keramik adalah satu satuan luas, maka siswa diminta untuk menghitung keramik yang telah diberi tanda untuk dihitung bagian sisinya saja.


(42)

 Siswa secara berkelompok diberi kesempatan untuk berdiskusi menentukan rumus keliling bangun persegi dan persegi panjang.

 Secara bergiliran siswa diberikan kesempatan untuk menjawab hasil dari diskusi kelompok tersebut.

 Guru memberikan alternatif jawaban dan menjelaskan rumus keliling bangun persegi dan persegi panjang, seperti halnya dengan langkah pada pertemuan I.

1.2.2 Observasi

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran mulai dari pertemuan I hingga pertemuan II oleh teman sejawat sebagai observator. Hasil pengamatan ini digunakan untuk menilai keakftifan siswa dan aktivitas guru selama proses pembelajaran. hasil dari observasi ini dituangkan dalam lembar observasi.

1.2.3 Evaluasi

Setelah pembelajaran selesai pada pertemuan I guru membagikan soal kelompok dan pada pertemuan II guru memberikan lembar kerjas siswa secara individu. Dengan hasil tes ini diharapkan kemampuan dan hasil belajar siswa dapat mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 75.

Setelah pembelajaran selesai semua siswa diberikan angket minat siswa, untuk mengetahui sejauh mana minat siswa terhadap pembelajaran matematika realistik ini.


(43)

Gambar 4.1.

Pembelajaran Siklus I berlangsung

1.3 Observasi

Dari hasil pengamatan teman sejawat atau observator dan hasil tes yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

a) Aktivitas Guru setelah siklus I dilaksanakan.

- Guru belum sepenuhnya aktif dalam proses pembelajaran. hal ini nampak pada saat penyampaian materi guru belum begitu jelas, sehingga siswa masih banyak yang bingung.

- Guru belum terlihat banyak interaksi dengan siswa, nampak pada saat siswa sedang berdiskusi guru tidak membimbing siswa dan hanya mengamati siswa dari kejauhan.

- Pembagian kelompok dan tempat kerja siswa belum optimal, terlihat pada kegiatan siklus I siswa masih cenderung bersama– sama.

- Dari hasil observasi guru, dapat disimpulkan bahwa Aktivitas Guru ditinjau dari berbagai aspek masih berkisar pada nilai 2,72 atau dapat dikategorikan masih “Cukup” atau hanya 68% guru aktif.


(44)

- Siswa belum banyak memperhatikan guru, nampak pada saat guru menjelaskan banyak siswa yang masih bercanda dan berbicara dengan temannya.

- Siswa belum aktif dalam kelompok, nampak sebagian besar siswa yang aktif masih berkisar 2 – 3 anak.

- Siswa masih malu saat bertemu dengan teman- temannya, nampak pada saat dikelompokan siswa tidak segera menuju kelompok yang ditentukan.

- Tanggung jawab, kedisiplinan, serta kerjasama siswa masih kurang, walaupun ada yang beberapa siswa yang sungguh – sungguh mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

- Hasil observasi, menunjukan bahwa rata – rata keaktifan siswa masih berkisar pada angka 2,20 (55%) dan dikategorikan keaktifan siswa “Cukup”. Namun demikian kriteria yang ingin dicapai peneliti yaitu jika keaktifan siswa dapat mencapai rata – rata 4.00 (Tinggi )

c) Hasil Tes

- Nilai tes akhir pada pertemuan II yang sudah mencakup seluruh materi yang diajarkan mulai pertemuan I, ternyata masih belum optimal. Nampak pada perolehan nilai hasil belajar seperti berikut :


(45)

Tabel 4.1

Perolehan Nilai Pada Siklus I N

O NAMA SISWA SIKLUS I % KETERANGAN

1 PEB 70 70% BELUM TUNTAS

2 BAG 55 55% BELUM TUNTAS

3 DON 75 75% TUNTAS

4 EVI 80 80% TUNTAS

5 INT 75 75% TUNTAS

6 NIA 70 70% BELUM TUNTAS

7 PUT 75 75% TUNTAS

8 SIT 75 75% TUNTAS

9 WUL 80 80% TUNTAS

10 ANW 70 70% BELUM TUNTAS

11 AGU 60 60% BELUM TUNTAS

12 WAH 60 60% BELUM TUNTAS

NILAI RATA-RATA 70, 42 70 % BELUM TUNTAS

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Siklus I

No Nilai Frekuensi %

1 < 54 0 0%

2 55 - 64 3 25%

3 65 - 74 3 25%

4 75 - 84 6 50%

5 > 85 0 0%

Jumlah 12 100%

Dari data kedua tabel tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa sebagian besar siswa masih dibawah KKM yaitu sejumlah 6 anak atau 50 % “ Belum Tuntas”, dangkan 6 anak sudah mencapai KKM sebesar 50 %. Sedangkan nilai rata – rata kelas 70,42 atau sebesar 70 %. Indikator


(46)

pencapaian yang peneliti harapkan jika ketuntasan belajar siswa bisa mencapai 10 anak atau lebih (+ 76 – 100 % ). Namun demikian sudah ada kemajuan bila dibandingkan dengan kondisi awal sebelum metode PMR dilaksanakan.

Grafik 4.1

Perolehan Nilai Tes Individu Siklus I

3; 25.00%

3; 25.00% 6; 50.00%

< 54 55 - 64 65 - 74 75 - 84 > 85 d) Minat belajar siswa

Dari angket yang telah dikumpulkan dan terisi oleh siswa didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 4.3

Skor Minat Siswa Terhadap PMR Siklus I

NO NAMA SISWA MINATSKOR RATA – RATAMINAT

1 PEB 33 3.30

2 BAG 29 2.90

3 DON 47 4.70

4 EVI 50 5.00

NO

NAMA SISWA MINATSKOR RATA – RATA MINAT


(47)

7 PUT 39 3.90

8 SIT 43 4.30

9 WUL 38 3.80

10 ANW 36 3.60

11 AGU 29 2.90

12 WAH 19 1.90

RATA – RATA 37.08 3.71

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Minat Siswa Siklus I

No Minat Jml %

1 Sangat Rendah 1 8%

2 Rendah 2 17%

3 Cukup 5 42%

4 Tinggi 3 25%

5 Sangat Tinggi 1 8%

Jumlah 12 100%

Dari kedua tabel diatas minat siswa cenderung “Cukup” dengan nilai rata – rata dari skor minat secara keseluruhan 37,08 dengan rata – rata 3,71 dengan prosentase 74 %. Artinya hanya 4 siswa atau sebanyak 33 % yang mempunyai minat “Tinggi” terhadap PMR, dan sisanya 8 siswa atau 67 % belum mempunyai minat yang diharapkan. Oleh karena itu sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan minat siswa peneliti belum mendapatkan nilai yang optimal ditinjau dari minat siswa.

Grafik. 4.2


(48)

1; 8.33%

2; 16.67%

5; 41.67% 3; 25.00%

1; 8.33%

1.4 Refleksi

Dari hasil pembelajaran siklus I dapat disimpulkan bahwa minat dan hasil belajar siswa belum optimal, walapun sudah menggunakan metode PMR. Hasil yang didapatkan hanya berkisar pada kategori cukup, dan tinggi saja. Oleh karena itu sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal dan tujuan dari peneliti maka pada siklus I akan diperbaiki pada siklus selanjutnya.

Untuk keaktifan siswa, pada siklus I diperoleh nilai 2,20 dengan kategori siswa aktif masih “cukup”. Namum jika dilihat dari Aktivitas Guru sendiri, guru belum optimal dalam mengajarnya, sehingga hasil yang didapatkan berdasarkan data minat dan hasil belajar siswa masih banyak yang belum tuntas.

Hasil yang belum optimal pada siklus I, disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu guru belum maksimal dalam mengajar, siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran akan tetapi tidak terfokus pada pelajaran, minat belajar siswa belum tinggi atau siswa masih nampak tidak bersungguh – sungguh sehingga hasil tes belum maksimal dan pembelajaran belum Tuntas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada


(49)

Tabel. 4.5

Perolahan Skor Instrumen Siklus I

Kriteria Hasil Yang dicapai Keterangan

Aktivitas Guru 68% Cukup

Keaktifan Siswa 55% Cukup

Minat Siswa 74% Cukup

Hasil Belajar 70% Belum Tuntas

2. Siklus II

2.1 Perencanaan

Mengacu pada siklus I, siklus II ini dilaksanakan dengan 2 x pertemuan dengan masing – masing pertemuan 3 x 35 menit. Pada tahap perencanaan ini, kegiatan yang dilakukan meliputi perbaikan rencana pembelajaran, perbaikan metode pembelajaran PMR kemudian merefleksi hasil dari siklus I.

Materi yang digunakan masih sama dengan siklus I, yaitu menemukan dan menghitung luas bangun persegi dan persgi panjang sesuai dengan SK dan KD yang tertera pada silabus. Pada siklus II juga disusun kembali instrumen data yang meliputi lembar observasi, angket dan lembar tes akan diguakan. Instrumen yang digunakan tidak jauh berbeda dengan siklus I, hanya lembar tes yang digunakan dirubah soalnya tetapi tidak melenceng dari kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya.

2.2 Tindakan

Sama halnya dengan siklus I, tindakan pembelajaran dilaksanakan selama 2 x pertemuan proses pembelajaran yang terdiri dari tahapan tatap muka, observasi dan evaluasi. Adapaun langkah-langkahnya sebagai berikut :

2.2.1 Tatap Muka

a) Pertemuan I ( 3 x 35 menit )

 Kegiatan Awal


(50)

2. Guru mengisi daftar hadir siswa.

3. Guru membagi dan membimbing kelompok, sesuai dengan kehendak siswa dalam pemilihan kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3 siswa. 4. Guru menyiapkan media belajar.

5. Guru menyampaikan apersepsi tentang materi yang akan diajarkan, sehingga siswa dapat termotivasi. “ Apakah anak-anak sudah bisa mengukur luas lapangan sepak bola sekolah ?, jika belum nanti kita akan menghitung bersama – sama, tapi sebelumnya kita akan mengukur dulu berapa luas ruangan kelas ini.”

 Kegiatan Inti

1. Menjelaskan kembali materi yang akan diajarkan, sesuai dengan materi pada pertemuan I siklus I. 2. Guru membagi tempat kerja siswa, yaitu pada

dinding keramik kelas.

3. Guru memberikan penjelasan kepada siswa, pada dinding keramik sekolah sudah ada 3 bagian yang masing – masing bagian terdapat 2 bentuk bagun datar yang sudah ditandai dengan tali. Sehingga membentuk 1 bangun persegi dan 1 bangun persegi panjang.

4. Guru membimbing untuk menghitung jumlah keramik pada bagian yang berbentuk bangun persegi dan persegi panjang. Dijelaskan bahwa luas bangun persegi dan persegi panjang tersebut didasarkan pada jumlah keramik yang ada jika satu buah keramik merupakan 1 satuan luas. 5. Siswa secara kelompok diberikan kesempatan


(51)

mendiskusikan dengan kelompoknya bagaimana cara mencari luas kedua bangun tersebut.

6. Guru secara aktif berkeliling untuk melihat dan membantu serta mengamati keaktifan siswa dalam bekerja kelompok.

7. Guru meminta semua kelompok untuk menyampaikan jawabannya dan menempelkan hasil pekerjaannya di depan kelas.

8. Guru menanggapi hasil pekerjaan siswa, dan memberikan alternatif jawaban yang sesuai dan mudah untuk mencari rumus luas bangun persegi dan persegi panjang.

 Kegiatan Akhir

1. Guru memberikan soal kelompok untuk dikerjakan secara bersama – sama.

2. Guru dan siswa membahasa bersama – sama hasil dari pekerjaan kelompok tersebut.

3. Guru memberikan penguatan materi dan motivasi pada siswa

4. Guru menutup pelajaran. b) Pertemuan II

 Kegiatan awal

1. Guru membuka pelajaran, dan memimpin doa. 2. Guru mengisi daftar hadir siswa.

3. Guru membagi dan membimbing kelompok, sesuai dengan kehendak siswa dalam pemilihan kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3 siswa. 4. Guru menyiapkan media belajar.

5. Guru menyampaikan apersepsi tentang materi yang akan diajarkan, sehingga siswa dapat termotivasi. “ anak-anak, kalau pada pertemuan


(52)

kemarin kita mengukur luas bangun persegi dan persegi panjang, sekarang kita akan mengukur keliling dari dua bangun tersebut”.

 Kegiatan inti

1. Menjelaskan kembali materi yang akan diajarkan, sesuai dengan materi pada pertemuan II siklus I. 2. Guru membagi tempat kerja siswa, yaitu pada

dinding keramik kelas.

3. Guru memberikan penjelasan kepada siswa, pada dinding keramik sekolah sudah ada 4 bagian yang masing – masing bagian terdapat 2 bentuk bagun datar yang sudah ditandai dengan tali. Sehingga membentuk 1 bangun persegi dan 1 bangun persegi panjang.

4. Guru membimbing untuk menghitung jumlah keramik pada bagian sisi atau pinggir yang berbentuk bangun persegi dan persegi panjang. Dijelaskan bahwa keliling bangun persegi dan persegi panjang tersebut didasarkan pada jumlah keramik pada bagian sisinya, jika satu buah keramik merupakan 1 satuan luas.

5. Siswa secara kelompok diberikan kesempatan untuk menghitung, kemudian diminta untuk mendiskusikan dengan kelompoknya bagaimana cara mencari keliling kedua bangun tersebut. 6. Guru secara aktif berkeliling untuk melihat dan

membantu serta mengamati keaktifan siswa dalam bekerja kelompok.

7. Guru meminta semua kelompok untuk menyampaikan jawabannya dan menempelkan


(53)

8. Guru menanggapi hasil pekerjaan siswa, dan memberikan alternatif jawaban yang sesuai dan mudah untuk mencari rumus keliling bangun persegi dan persegi panjang.

 Kegiatan akhir

1. Guru memberikan soal individu untuk dikerjakan. 2. Guru memberikan angket kepada siswa.

3. Guru memberikan penguatan materi dan motivasi pada siswa

4. Guru menutup pelajaran. Gambar 4.2

Kegiatan siswa pada siklus II

Beberapa kelompok sedang menghitung keramik. Gambar 4.3


(54)

Beberapa kelompok sedang mengerajakan tugas 2.2.2 Observasi

Mangacu pada siklus I, setiap pertemuan pada siklus II diamati oleh teman sejawat sebagai observator. Hasil pengamatan ini untuk melihat aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, kemudian akan dicatat pada lembar observasi.

2.2.3 Evaluasi

Evaluasi pada pertemuan II ini diberikan sejumlah pertanyaan untuk dikerjakan secara individu tidak lagi diberikan secara kelompok, kemudian akan dibagikan angket untuk melihat minat siswa terhadap PMR. Hasil dari eavluasi berupa tes individu ini untuk mengukur hasil belajar siswa apakah sudah tuntas atau belum tuntas.

2.3 Observasi

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan bersama peneliti dan teman sejawat maka hasil tersebut diuraikan sebagai berikut :


(55)

Pada siklus II ini, guru terlihat aktif dalam berinteraksi dengan siswa terlihat guru antusias membimbing siswa dalam bekerja kelompok. Komunikasi dengan siswa juga terlihat, nampak pada saat murid bertanya pada guru, guru menanggapi dengan menjawab pertanyaan secara jelas.

Begitu pula pada saat pembagian kelompok, guru memberikan kebebasan kepada siswa dalam memilih anggota kelompoknya, sehingga guru tidak terkesan dominan. Pada saat menjelaskan guru nampak dengan baik dan jelas, sehingga siswa antusias dan banyak yang mendengarkan dan memperhatikan petunjuk guru. Guru juga memberikan penghargaan kepada kelompok yang dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Sehingga observator dalam hal ini adalah teman sejawat mencatat pada lembar observasi dan memberikan skor 3,97 dengan kategori “ Baik “ atau sebesar 97 % guru aktif dalam proses pembelajaran.

b) Keaktifan siswa dalam pembelajaran

Pada kegiatan siklus II ini setalah pertemuan I dan II, siswa bersikap sopan, antusias dan displin dan tanggung jawab. Terlihat pada saat guru menjelaskan siswa tidak gaduh dan bicara sendiri, siswa dengan kemauannya berusaha untuk berkomptisi dengan siswa lainnya nampak pada saat mengerjakan tugas kelompok maupun indvidu lebih cepat selesai.

Begitu juga dengan keberanian siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru, siswa aktif dan saling berkomunikasi. Terdapat juga siswa yang menyatakan dan menyampaiakn pengalaman sendiri pada saat dirumah bahwa siswa pernah mengukur luas lantai rumah didasarkan pada pengalamannya di sekolah. Siswa tidak nampak malu dan canggung saat berkumpul dengan temannya satu kelompok, hal


(56)

ini dikarenakan guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih temannya sendiri dalam kelompok mereka. Siswa juga merasa kecewa pada saat jam pelajaran habis, karena mereka merasa dengan PMR ini mereka dapat bermain, belajar dan menyelesaikan permasalahan dengan baik, walaupun masih ada beberapa siswa yang masih terkesan malas.

Dari penilaian teman sejawat setelah dilakukan observasi maka didapatkan skor rata – rata 3,50 atau sebesar 88 %, dengan kategori “Tinggi” sesuai dengan kriteria keaktifan siswa. c) Hasil belajar siswa

Setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil tes individu siswa berupa lembar kerja siswa yang dibagikan pada akhir pertemuan II pada siklus II maka didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 4.6

Perolehan Nilai Tes Individu Siklus II

NO NAMASISWA NILAI POSTTES % KETERANGAN

1 PEB 80 80% TUNTAS

2 BAG 55 55% BELUM TUNTAS

3 DON 95 95% TUNTAS

4 EVI 100 100% TUNTAS

5 INT 85 85% TUNTAS

6 NIA 95 95% TUNTAS

7 PUT 100 100% TUNTAS

8 SIT 80 80% TUNTAS

9 WUL 100 100% TUNTAS

10 ANW 95 95% TUNTAS

11 AGU 95 95% TUNTAS

12 WAH 65 65% BELUM TUNTAS

RATA - RATA 87.08 87% TUNTAS

Tabel 4.7


(57)

< 54 0 0%

55 - 64 1 8%

65 - 74 1 8%

75 - 84 2 17%

> 85 8 67%

Jml 12 100%

Dari kedua tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa perolehan nilai tes individu pada siklus II ini, jika dikumulatifkan mendapatkan nilai rata – rata sebesar 87,08 atau sebesar 87 %, artinya sebagian besar siswa mendapatkan nilai diatas KKM yang ditetapkan. Sehingga siswa yang tuntas sebanyak 10 anak dengan prosentase 84 %. Dengan demikian secara umum pembelajaran dapat dikatakan “Tuntas”

Grafik. 4.3

Perolehan Nilai Tes Individu Siklus II 1; 8.33%

1; 8.33%

2; 16.67% 8;

66.67%

< 54 55 - 64 65 - 74 75 - 84 > 85

d) Minat belajar siswa

Dari persebaran angket yang diberikan kepada seluruh siswa maka didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 4.8

Perolehan Skor Minat Siswa Siklus II

NO NAMA SKOR RATA - RATA

1 PEB 47 4.70

2 BAG 29 2.90


(58)

4 EVI 50 5.00

5 INT 50 5.00

6 NIA 50 5.00

7 PUT 50 5.00

8 SIT 49 4.90

9 WUL 50 5.00

10 ANW 50 5.00

11 AGU 40 4.00

12 WAH 37 3.70

RATA - RATA 46 4.60

Tabel. 4.9

Distribusi Frekuensi Minat Siswa Siklus II

No Minat F %

1 Sangat Rendah 0 0%

2 Rendah 1 8%

3 Cukup 1 8%

4 Tinggi 2 17%

5 Sangat Tinggi 8 67%

Jumlah 12 100 %

Dari tabel yang tersaji diatas maka dapat dilihat bahwa pada siklus II ini minat belajar siswa secara keseluruhan mendapatkan nilai rata-rata 4,60 atau sebesar 92%. Artinya, pada siklus II ini siswa yang mempunyai minat Sangat Tinggi sejumlah 8 anak (68%), 2 anak (17 %) mempunyai minat tinggi, sedangkan sisanya sebanyak 2 anak atau sebesar 16 % masih belum mempnyai minat yang optimal.

Grafik.4.4


(59)

1; 8.33% 1; 8.33%

2; 16.67% 8; 66.67%

Sangat Rendah Rendah Cukup

Tinggi Sangat Tinggi

2.4 Refleksi

Berdasarkan pada penelitian yang dilaksankan pada siklus II ini dapat dijelaskan bahwa, aktivitas guru dalam mengajar dan membimbing siswa sudah terlihat, hal ini terbukti dengan aktivitas guru dalam berinteraksi dengan siswa dan cara menjelaskan materi yang disampaikan.

Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran juga sudah mengalami kemajuan dibandingkan dengan siklus sebelumnya, terlihat pada saat proses pembelajaran berlangsung, minat dan keaktifan siswa, serta kegiatan kelompok terlihat lebih “hidup”dibandingkan dengan siklus sebelumnya walaupun ada beberapa siswa yang belum optimal, hal ini dikarenakan memang dari diri siswa perlu ada bimbingan khusus.

Dua faktor yang disebutkan diatas mempunyai hubungan yang erat terhadap minat dan hasil belajar siswa kelas III pada pembelajaran matematika realistik ini. Keberhasilan guru dan siswa pada pembelajaran siklus II pada setiap pertemuan (pertemuan I dan II), mempunyai dampak peningkatan minat dan hasil belajar siswa.


(1)

Lampiran 35

CONTOH HASIL ANGKET SISWA SIKLUS I I


(2)

(3)

Lampiran 36


(4)

Lampiran 37

BIODATA PENULIS

1 Nama MOHAMAD RIDWAN

2 NIP 19840219 201001 1 010

3 NUPTK ---(Proses/belum keluar)

4 Jabatan Guru Kelas III

5 Pangkat, Gol/ruang Pengatur Muda. TK.I, II/b 6 Tempat & tanggal lahir Magetan, 19 Pebruari 1984 7 Jenis Kelamin Laki – Laki

8 Agama Islam

9 Mapel yang diajar Guru Kelas 10 Masa Kerja Guru 3 Tahun

11 Judul Karya Ilmiah Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013

12 Pendidikan Terakhir D2 PGSD Tahun 2008


(5)

13 Fakultas / Jurusan FIKIP / PGSD 14 Status Perkawinan Kawin

15 Sekolah :

a. Nama sekolah SDN Batok 01

b. Jalan Kambatan

c. Kelurahan/Desa Batok d. Kecamatan Gemarang e. Kabupaten Madiun f. Propinsi Jawa Timur

g. Telp

-16 Alamat Rumah :

a. Jalan Jl. Margobawera III/3 b. Kelurahan Mojorejo

c. Kecamatan Taman

d. Kota Madiun

17 Kegiatan Kompetensi Guru yang Pernah diikuti

a. KKG Guru Kelas

b. Workshop Pengembangan Model Pembelajaran Tematik SD tingkat Kabupaten.

c. Diklat Pendidikan Budaya, Budi Pakarti dan Karakter Bangsa Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun.

d. Seminar Nasional Peningkatan Profesionalitas Guru Melalaui PTK.

e. Workshop Karya Tulis Ilmiah Kecamatan Gemarang.

f. Penulisan karya ilmiah ARTIKEL dan OPINI pada majalah Media Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur.

1. PERMAINAN TRADISIONAL DAKON di KELAS TEMATIK (2012) 2. MASIH PERLUKAN PENDIDIKAN

KEPRAMUKAAN DIADAKAN

(2012).

3. MENDISKRIPSIKAN

KENAMPAKAN PERMUKAAN

BUMI DARI TANAH LIAT (2012)

4. MENINGKATKAN MUTU

PENDIDIKAN DENGAN EDS, (2013).

5. PERAN PENDIDIKAN DALAM MENGEMBANGKAN 4 PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA (2013) 6. PERAN BAHASA DAERAH DAN

BAHASA INDONESIA


(6)

BAHASA ASING (2013)

7. SUDAH SAATNYA KEMBALI PADA

PANCASILA SEUTUHNYA

(OPINI;2012)

8. SISWA BOLOS SEKOLAH SUDAH BIASA, GURU BOLOS MENGAJAR LUAR BIASA (OPINI;2012)

9. MENGGUNAKAN MEDIA TTS UNTUK PEMBELAJARN IPS DI SD (ARTIKEL.2013)

Mengetahui, Kepala SDN Batok 01

MARWAN, S.Pd. SD NIP. 19631026 198703 1 005

Peserta

MOHAMAD RIDWAN NIP. 19840219 201001 1 010