Peningkatan minat belajar dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu melalui penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II.

(1)

PENINGKATAN MINAT BELAJAR

DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V

SD PANGUDI LUHUR SEDAYU MELALUI PENERAPAN

MODEL KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Dwi Yati Lestari

091134063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013


(2)

i

PENINGKATAN MINAT BELAJAR

DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V

SD PANGUDI LUHUR SEDAYU MELALUI PENERAPAN

MODEL KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Dwi Yati Lestari

091134063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi

nyatakanlah dalam segala hal keinginan mu kepada Allah

dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”

(Filipi 4:6)

Dengan penuh rasa syukur skripsi ini kupersembahkan untuk:

 Yesus Kristus dan Bunda Maria, yang selalu memberkati dan memberikan waktu untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

 Kedua orang tuaku, Bapak Yoseph Aloysius Sukarjo dan Ibu Florentina Sutilah, yang selalu memberikan cinta tanpa syarat kepadaku.

 Kakakku Yuni Murniati, yang selalu mendukung kuliahku.

 Andri Winarko, yang selalu menjadi sahabat dan kekasih yang baik.

 Sahabat-sahabatku yang begitu berarti dalam setiap episode kehidupanku.


(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Juli 2013 Penulis


(7)

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Dwi Yati Lestari NIM : 091134063

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD PANGUDI LUHUR SEDAYU MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk penggalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 17 Juli 2013 Yang menyatakan,


(8)

vii ABSTRAK

Dwi Yati Lestari. 2013. Peningkatan Minat Belajar dan Prestasi Belajar IPSSiswa Kelas V SD Pangudi Luhur SedayuMelalui Penerapan Model Kooperatif Teknik Jigsaw II. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimana upaya penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II pada mata pelajaran IPS supaya dapat meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu? (2) apakah penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkanminat belajar IPS siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu? (3) apakah penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkanprestasi belajar IPS siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu?

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada model siklus yang dikemukan oleh Kemmis dan Taggart. Dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: planning (rencana), action (tindakan), observation (observasi), dan reflection (refleksi). Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu, Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 20 siswa. Metode pengumpulan data meliputi lembar pengamatan, lembar kuesioner, dan tes. Data selanjutnya diolah berdasarkan teknik analisis data yang ditetapkan secara deskritif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II pada mata pelajaran IPS dalam upaya meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) pemberian materi secara keseluruhan. b) pembentukan kelompok asal yang terdiri dari 5 ahli. c) pemberian tugas terhadap tiap-tiap ahli. d) diskusi membahas tugas dalam kelompok ahli. e) ahli melaporkan hasil diskusi pada kelompok asal. f) kelompok asal mempresentasikan dalam pleno. g) evaluasi individual. h) pemberian penghargaan (reward). (2) penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkanminat belajar IPS siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu. Hal ini nampak pada kondisi awal skor rata-rata minat belajar sebesar 61 (kategori sedang). Pada siklus I skor rata-rata minat belajar sebesar 73 (kategori tinggi). Pada siklus II skor rata-rata minat belajar sebesar 89 (kategori sangat tinggi). (3) penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkanprestasi belajar IPS siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu. Hal ini nampak pada kondisi awal rata-rata ulangan siswa sebesar 63 dan sebanyak 36% siswa sudah mencapai KKM (75). Pada siklus I rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 79 dan sebanyak 75% siswa sudah mencapai KKM. Pada siklus II rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 89 dan sebanyak 100% siswa sudah mencapai KKM.


(9)

viii ABSTRACT

Dwi Yati Lestari. 2013. Improving Learning Interest And Learning Achivement In Ips Course For Five Graders In SD Pangudi Luhur Sedayu Through Implementing Cooperative Model Of Jigsaw II Technique. Teacher Education Program Elementary School, Department of Education, Faculty of Teacher Training and Education, University of Sanata Dharma.

This study is purposed to discover (1) how can the attempt of implementing cooperative model of Jigsaw II technique in the IPS course improve the learning interest and learning achievement of the fifth grade students in SD Pangudi Luhur Sedayu? (2) can the implementation of cooperative model of Jigsaw II technique improve the learning interest in IPS course for fifth grade students in SD Pangudi Luhur Sedayu? (3) can the implementation of cooperative model of Jigsaw II technique improve the learning achievement in IPS course for fifth grade students in SD Pangudi Luhur Sedayu?

This study was Action Research which directed to loop model proposed by Kemmis and Taggart. One loop consists of four steps, i.e. planning, action, observation, and reflection. The participants of this study were the fifth grade students of SD Pangudi Luhur Sedayu, year 2012/2013 consisting of 20 students. The data collection method included observation, questionnaire, and test. The data was analyzed using data analysis technique which was determined to qualitative and quantitative descriptive method.

The result of the study showed that: (1) the implementing cooperative model of jigsaw II technique in IPS course to improve learning interest and learning achievement for fifth grade students in SD Pangudi Luhur Sedayu was conducted through the following steps: a) material providing completely b) making group origin which was consisted by 5 experts c) assignments providing for each experts d) the students were discussing the assignment in the expert group e) the expert reported the discussion result in the origin group f) the origin group presented in the plenary g) individual evaluation h) reward providing. (2) the implementation of cooperative model of Jigsaw II technique can improve learning interest in IPS course for fifth grade students in SD Pangudi Luhur Sedayu. It appears in the initial condition of learning interest, its average score was 61 (moderate category). In loop I the average score of learning interest was 73 (good category). In loop II the average score of learning interest was 89 (very good category). (3) the implementation cooperative model of Jigsaw II technique can improve the learning achievement in IPS course for students of fifth grade in SD Pangudi Luhur Sedayu. It was obviously seen in the

initial condition in which the students’ exam average score was 63 meaning that 36% of the students have completed the KKM (75). In loop I the average score of students’

learning achievement was 79 meaning that 75% of the students have completed the

KKM. In loop II the average score of students’ learning achievement was 89 meaning

that 100% of the students have completed the KKM.

Keywords: learning interest, learning achievement, cooperative model of Jigsaw II technique


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas cinta kasih dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD PANGUDI LUHUR SEDAYU MELALUI

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II”

Adapun maksud penulisan skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat

yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(PGSD) di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan pihak lain, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., Kepala Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Bapak Drs. YB. Adimassana, M.A., Dosen Pembimbing I yang senantiasa

sabar dalam memberikan bimbingan.

4. Ibu Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., Dosen Pembimbing II yang

senantiasa memberikan arahan.


(11)

x

6. Bapak Drs. Petrus Silam, Kepala Sekolah SD Pangudi Luhur Sedayu yang

telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian.

7. Ibu Maria Korpriati, S.Pd.SD, Guru kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu yang

telah memberikan bantuan untuk melakukan penelitian.

8. Keluarga tercinta atas dukungan doa dan perhatiannya.

9. Teman-teman PGSD USD angkatan 2009 atas semangat, dukungan, dan

kebersamaannya selama berproses dalam kegiatan perkuliahan.

10. Semua pihak yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi Universitas

Sanata Dharma.

Yogyakarta, 17 Juli 2013

Penulis


(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Pemecahan Masalah ... 5

1.5 Batasan Pengertian ... 6

1.6 Tujuan Penelitian ... 7

1.7 Manfaat Hasil Penelitian ... 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1Kajian Teori... 9

2.1.1 Belajar ... 9

2.1.1.1Pengertian Belajar ... 9

2.1.1.2Ciri-ciri Belajar ... 10

2.1.1.3Prinsip-prinsip Belajar ... 11

2.1.2 Minat Belajar ... 14


(13)

xii

2.1.2.2Ciri-ciri Minat Belajar ... 15

2.1.2.3Fakor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar ... 18

2.1.3 Prestasi Belajar ... 19

2.1.3.1Pengertian Prestasi Belajar ... 19

2.1.3.2Fakor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar .... 20

2.1.4 Hakikat IPS ... 22

2.1.4.1Pengertian IPS ... 22

2.1.4.2Tujuan Pendidikan IPS di SD ... 23

2.1.4.3Ruang Lingkup Materi IPS SD ... 24

2.1.5 Model Kooperatif ... 27

2.1.5.1Pengertian Kooperatif ... 27

2.1.5.2Unsur-unsur Model Kooperatif ... 30

2.1.5.3Macam-macam Model Kooperatif ... 32

2.1.5.4Manfaat Penggunaan Model Kooperatif ... 33

2.1.6 Model Kooperatif Teknik Jigsaw II ... 34

2.1.6.1 Pengertian Model Kooperatif Teknik Jigsaw II ... 34

2.1.6.2 Perbedaan Model Kooperatif Teknik Jigsaw ... 36

2.1.6.3 Langkah-langkah Model kooperatif Teknik Jigsaw II 40 2.1.6.4 Penghargaan (reward) Kelompok ... 43

2.1.6.5 Penerapan Model Kooperatif eknik Jigsaw II pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 45

2.2Penelitian Sebelumnya ... 46

2.3Kerangka Berfikir ... 52

2.4Hipotesis Tindakan ... 52

BAB III. METODE PENELITIAN ... 54

3.1Jenis Penelitian ... 53

3.2Setting Penelitian ... 58

3.2.1 Tempat Penelitian ... 58

3.2.2 Subjek Penelitian ... 58

3.2.3 Objek Penelitian ... 58


(14)

xiii

3.3Rencana Tindakan ... 59

3.3.1 Persiapan ... 59

3.3.2 Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 60

3.3.2.1Siklus I ... 61

3.3.2.2Siklus II ... 67

3.4Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 73

3.4.1 Peubah (Variabel) Penelitian ... 73

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ... 74

3.4.2.1 Pengumpulan Data Minat Belajar ... 74

3.4.2.2 Pengumpulan Data Prestasi Belajar ... 76

3.4.3 Instrumen Penelitian ... 77

3.4.3.1 Instrumen Minat Belajar ... 77

3.4.3.2 Instrumen Prestasi Belajar ... 80

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 84

3.4.4.1 Validitas Instrumen Penelitian ... 84

3.4.4.2 Validitas Perangkat Pembelajaran ... 91

3.4.4.3 Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 93

3.5Teknik Analisis Data ... 95

3.5.1 Analisis Data Minat Belajar ... 95

3.5.1.1 Pengamatan Minat ... 97

3.5.1.2 Kuesioner Minat ... 97

3.5.1.3 Skor Akhir Minat ... 98

3.5.2 Analisis Data Prestasi Belajar ... 98

3.5.2.1 Aspek Kognitif ... 99

3.5.2.2 Aspek Afektif ... 99

3.5.2.3 Aspek Psikomotorik ... 100

3.5.2.4 Skor Akhir Prestasi ... 101

3.6Kriteria Keberhasilan ... 102

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 104

4.1 Hasil Penelitian ... 104


(15)

xiv

4.1.1.1 Minat Belajar ... 106

4.1.1.2 Prestasi Belajar ... 106

4.1.2 Siklus I ... 108

4.1.2.1 Perencanaan ... 108

4.1.2.2 Pelaksanaan ... 108

4.1.2.3 Pengamatan ... 117

4.1.2.4 Refleksi ... 124

4.1.3 Siklus II ... 129

4.1.2.1 Perencanaan ... 129

4.1.2.2 Pelaksanaan ... 130

4.1.2.3 Pengamatan ... 138

4.1.2.4 Refleksi ... 145

4.2Pembahasan ... 148

4.2.1 Minat Belajar ... 149

4.2.2 Prestasi Belajar ... 152

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 158

5.1 Kesimpulan ... 158

5.2 Saran ... 159


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Standar Kompetensi (SK) berdasarkan kurikulum tahun 2006 ... 25

Tabel 2. Poin Berdasarkan Tingkat Kuis ... 44

Tabel 3. Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok ... 44

Tabel 4 Jadwal Penelitian ... 59

Tabel 5. Pengumpulan Data dan Instrumennya ... 73

Tabel 6. Kisi-kisi Panduan Pengamatan Minat Belajar ... 78

Tabel 7. Kisi-kisi Lembar Kuesioner Minat Belajar ... 79

Tabel 8. Pengukuran Skala Likert ... 80

Tabel 9. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda Siklus I (Sebelum dilakukan validasi) ... 81

Tabel 10. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda Siklus II (Sebelum dilakukan validasi) 81 Tabel 11. Kategori Tingkat Kesukaran Soal ... 83

Tabel 12. Indikator Aspek Afektif ... 83

Tabel 13. Indikator Aspek Psikomotorik ... 84

Tabel 14. Perhitungan Validitas Soal Siklus I ... 87

Tabel 15. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 88

Tabel 16. Perhitungan Validitas Soal Siklus II ... 89

Tabel 17. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 90

Tabel 18. Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 91

Tabel 19. Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 92

Tabel 20. Koefisien Reliabilitas ... 94

Tabel 21. Perhitungan PAP II ... 96

Tabel 22. Kategori Tingkat Minat Siswa ... 96

Tabel 23. Kriteria Keberhasilan Minat Belajar Siswa ... 102

Tabel 24. Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar Siswa ... 103

Tabel 25. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 104

Tabel 26. Kondisi Awal Minat Belajar Siswa ... 106

Tabel 27. Data Nilai Ulangan IPS Siswa Kelas V Tahun Pelajaran 2011/2012 107 Tabel 28. Minat Belajar Siswa Siklus I ... 122


(17)

xvi

Tabel 30. Perbandingan Hasil Siklus I dengan Kondisi Awal dan Target

Keberhasilan Siklus I ... 127 Tabel 31. Minat Belajar Siswa Siklus II ... 143 Tabel 32. Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 144 Tabel 33. Perbandingan Hasil Siklus II dengan Hasil Siklus I dan Target

Keberhasilan Siklus II …..………. 147 Tabel 34. Rata-rata Minat Belajar Siswa ……….…. 149 Tabel 35. Hasil Rekap Nilai Ulangan Siswa Kelas V ……….. 152


(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Literatur Map Penelitian-penelitian Sebelumnya ... 51

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan ... 56

Gambar 3. Peningkatan Minat Belajar ... 150

Gambar 4. Peningkatan Prestasi Belajar ... 153


(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran ... 166

Lampiran 2. RPP Siklus I ... 170

RPP Siklus II ... 184

Lampiran 3. Modul Pembelajaran Siklus I ... 198

Modul Pembelajaran Siklus II ... 204

Lampiran 4. LKS Siklus I Pertemuan 1 ... 210

LKS Siklus I Pertemuan 2 ... 217

LKS Siklus II Pertemuan 1 ... 227

LKS Siklus II Pertemuan 2 ... 233

Lampiran 5. Soal Evaluasi Siklus I ... 239

Soal Evaluasi Siklus II ... 243

Lampiran 6. Kunci Jawaban Soal Evaluasi ... 247

Lampiran 7. Tabel Uji Validitas Soal Siklus I ... 248

Tabel Uji Validitas Soal Siklus II ... 250

Lampiran 8. Tabel Uji Reliabilitas Soal Siklus I ... 252

Lampiran 9. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Soal Siklus I ... 254

Lampiran 10. Tabel Uji Reliabilitas Soal Siklus II ... 256

Lampiran 11. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Soal Siklus II ... 258

Lampiran 12. Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran (IK) ... 260

Lampiran 13. Penilaian Minat Belajar ... 261

Lampiran 14. Penilaian Prestasi Belajar ... 263

Lampiran 15. Hasil Isian Pengamatan Minat Belajar Kondisi Awal ... 268

Hasil Isian Pengamatan Minat Belajar Siklus I Pertemuan 1 ... 269

Hasil Isian Pengamatan Minat Belajar Siklus I Pertemuan 2 ... 270

Hasil Isian Pengamatan Minat Belajar Siklus II Pertemuan 1 .... 271

Hasil Isian Pengamatan Minat Belajar Siklus II Pertemuan 2 .... 272

Lampiran 16. Skor Hasil Pengamatan Minat Belajar Siswa ... 273

Lampiran 17. Hasil Isian Kuesioner Minat Belajar Siswa Kondisi Awal ... 274


(20)

xix

Hasil Isian Kuesioner Minat Belajar Siswa Siklus II ... 276

Lampiran 18. Skor Hasil Kuesioner Minat Belajar Siswa ... 277

Lampiran 19. Nilai Ulangan Siswa kelas V Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 278

Lampiran 20. Hasil Penilaian Prestasi Belajar Siklus I ... 279

Hasil Penilaian Prestasi Belajar Siklus II ... 286

Lampiran 21. Instrumen Validasi Desain Pembelajaran ... 293

Lampiran 22. Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran ... 298

Lampiran 23. Hasil Kuesioner Minat Belajar ... 303

Lampiran 24. Hasil Kerja Kelompok ... 304

Lampiran 25. Hasil Evaluasi Siswa Siklus I ... 307

Hasil Evaluasi Siswa Siklus II ... 309

Lampiran 26. Daftar Hadir Refleksi Siklus I ... 311

Daftar Hadir Refleksi Siklus II ... 312

Lampiran 27. Penilaian untuk Penghargaan (Reward) Tim ... 313

Lampiran 28. Lembar Rangkuman Penghargaan (Reward) Tim ... 314

Lampiran 29. Sertifikat Penghargaan (Reward) Tim ... 315

Lampiran 30. Dokumentasi Siklus I Pertemuan 1 ... 316

Dokumentasi Siklus I Pertemuan 2 ... 317

Dokumentasi Siklus II Pertemuan 1 ... 318

Dokumentasi Siklus II Pertemuan 2 ... 319

Lampiran 31.Surat Ijin Penelitian ... 320


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini, peneliti menguraikan latar belakang masalah, batasan masalah,

rumusan masalah, pemecahan masalah, batasan pengertian, tujuan penelitian, dan

manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran pokok

yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). Hal ini tertulis dalam pasal 37 UU Sisdiknas

bahwa mata pelajaran IPS merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum

pendidikan dasar dan menengah (Sapriya, 2009:79). Solihatin dan Raharjo (2008:15)

menjelaskan bahwa tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi

bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan

bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berkaitan dengan adanya

tujuan pendidikan IPS tersebut, Kosasih dalam Solihatin dan Raharjo (2008:15)

mengungkapkan bahwa kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan

menggunakan berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran senantiasa terus

ditingkatkan, agar pembelajaran pendidikan IPS benar-benar mampu mengkondisikan

upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa.

Pada pengamatan langsung di kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu yang


(22)

dengan materi menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia, siswa-siswi memiliki minat belajar yang rendah.

Pengamatan dilakukan dengan mengisi lembar pengamatan minat belajar dengan

hasil sebagai berikut 59% siswa terlihat senang terhadap mata pelajaran IPS, 56%

siswa terlihat memiliki perhatian dalam belajar IPS, 54% siswa terlihat memiliki

kemauan dalam mengembangkan penguasaan terhadap materi IPS, dan 49% terlihat

memiliki keterlibatan dalam belajar IPS.

Peneliti juga melakukan wawancara pada Jumat 18 Januari 2013 dengan Ibu

Maria Korpriati, S.Pd.SD selaku wali kelas sekaligus guru yang mengajar mata

pelajaran IPS kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu. Melalui wawancara terbuka,

peneliti ingin mendapatkan informasi mengenai keadaan siswa kelas V dan

bagaimana usaha-usaha yang telah dilakukan guru pada saat kegiatan pembelajaran

IPS. Guru menjelaskan bahwa pada awal semester, banyak siswa kelas V yang

kurang aktif. Hal tersebut sangat berbeda dengan keadaan siswa kelas V tahun ajaran

sebelumnya. Selama pertengahan semester ini, sudah ada peningkatan walaupun

belum semuanya aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Ibu guru kelas V yang

akrab dipanggil Ibu Atik ini juga mengungkapkan bahwa materi IPS pada semester

dua ini termasuk sulit, karena berkaitan dengan pelajaran Sejarah dan siswa

beranggapan bahwa materinya penuh dengan hafalan semua. Berkaitan dengan usaha

yang dilakukan, selama ini guru mengajar materi IPS dengan membuat keadaan kelas

menjadi tidak tegang. Masalah yang dikeluhkan guru berkaitan dengan cara


(23)

berdasarkan pengalaman mengajar tahun-tahun sebelumnya yaitu pada materi yang

berkaitan dengan tokoh-tokoh kemerdekaan Indonesia sangat lamban untuk

dipelajari. Hal ini terlihat dari nilai ulangan IPS pada tahun ajaran 2011/2012 dengan

materu yang sama yaitu, dari 28 siswa terdapat 18 (64%) nilai siswa yang masih

dibawah KKM.

Berdasarkan hasil pengamatan dan didukung wawacara dengan guru kelas V,

peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran

IPS di SD Pangudi Luhur Sedayu. Penerapan model pembelajaran inovatif ini

diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Dengan adanya minat belajar

siswa dalam proses pembelajaran, maka akan berpengaruh terhadap prestasi belajar

siswa. Sugiyanto (2009:3) mengungkapkan bahwa ada banyak model atau strategi

pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil

belajar siswa. Diantaranya adalah model pembelajaran Kontekstual, model

pembelajaran Kooperatif, model pembelajaran Quantum, model pembelajaran

Terpadu, dan model pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). Dari beberapa model

pembelajaran tersebut, model pembelajaran kooperatif atau yang sering disebut

Cooperative Learning memiliki makna adanya kerja sama di dalam pembelajaran.

Namun tidak hanya kerja sama yang tidak terstruktur, melainkan adanya struktur

kerja sama yang teratur dalam kelompok. Hal ini dikemukakan oleh Lie dalam

Sugiyanto (2009:56) bahwa pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar

belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran Cooperative Learning


(24)

Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni

mempelajari materi pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas).

Menurut Slavin dalam Rismiati dan Susento (2007:228), ada lima macam

pembelajaran kooperatif yaitu, Student Teams Achievement Division (STAD), Teams

Games Tournament (TGT), Learning Together, Group Investigation, dan Jigsaw.Mengetahui keadaan siswa kelas V tidak semuanya memiliki minat belajar

yang baik, maka peneliti memilih teknik Jigsaw dan secara khusus memilih teknik

Jigsaw tipeII. Peneliti memilih teknik ini, sebab Jigsaw memiliki ciri kerja sama

dalam kelompok untuk mencapai satu tujuan dimana setiap individu memiliki peran

masing-masing. Pemilihan siswa didasarkan atas kemampuan kognitif yang

berbeda-beda sehingga siswa yang berkemampuan rendah dan yang kurang aktif akan dipicu

untuk terlibat aktif. Apalagi Jigsaw II langkah-langkahnya lebih kompleks dari

Jigsaw I. Melalui pembelajaran ini siswa akan saling melakukan kerja sama. Hal

tersebut dikemukan oleh Rusman (2011:217) bahwa siswa-siswi akan bekerja sama

untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: (a) belajar dan menjadi ahli dalam

subtopik bagiannya; (b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya

kepada anggota kelompoknya semula.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti tertarik

untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: “Peningkatan Minat Belajar dan Prestasi Belajar IPS Siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu


(25)

1.2 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini berfokus pada peningkatan minat belajar dan prestasi

belajar pada mata pelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw

II, yaitu pada Kompetensi Dasar (KD) 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam

mempertahankan kemerdekaan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1.3.1 Bagaimana upaya peningkatan minat belajar dan prestasi belajar IPS siswa

kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu semester genap tahun pelajaran 2012/2013

melalui penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II?

1.3.2 Apakah penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dapat

meningkatkanminat belajar IPS siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu

semester genap tahun pelajaran 2012/2013?

1.3.3 Apakah penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dapat

meningkatkanprestasi belajar IPS siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu

semester genap tahun pelajaran 2012/2013?

1.4 Pemecahan Masalah

Upaya peningkatan minat belajar dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD

Pangudi Luhur Sedayu semester genap tahun pelajaran 2012/2013 pada kompetensi


(26)

dilaksanakan melalui penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II yang memuat

langkah-langkah sebagai berikut:

a) pemberian materi secara keseluruhan.

b) pembentukan kelompok asal yang terdiri dari 5 ahli.

c) pemberian tugas terhadap tiap-tiap ahli.

d) diskusi membahas tugas dalam kelompok ahli.

e) ahli melaporkan hasil diskusi pada kelompok asal.

f) kelompok asal mempresentasikan dalam pleno.

g) evaluasi individual.

h) pemberian penghargaan (reward).

1.5 Batasan Pengertian

1.5.1 Pembelajaran kooperatifadalah suatu model pembelajaran yang melibatkan

siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk

mencapai tujuan belajar.

1.5.2 Pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II adalah suatu teknik mengajar yang

melibatkan siswa untuk saling bekerja sama dalam suatu kelompok. Dalam

proses bekerja sama terdapat tiga kali diskusi yaitu diskusi kelompok asal,

diskusi kelompok ahli, dan kembali lagi pada kelompok asal, yang ketiganya

ditekankan pada tanggung jawab setiap anggota kelompok terhadap

penguasaan materi.

1.5.3 Minat belajar adalah kecenderungan yang berlangsung lama terhadap suatu


(27)

perasaan tertarik, senang untuk memperoleh pengetahuan secara kognitif, afektif,

dan psikomotorik tanpa ada yang menyuruh.

1.5.4 Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar siswa atas

pelaksanaannya mengikuti kegiatan belajar, mencakup aspek kognitif, afektif,

dan psikomotorik.

1.6 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, tujuan penelitiannya

adalah:

1.6.1 Untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan minat belajar dan prestasi

belajar IPS siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu semester genap tahun

pelajaran 2012/2013 melalui penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II.

1.6.2 Untuk mengetahui apakah penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dapat

meningkatkanminat belajar IPS siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu

semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

1.6.3 Untuk mengetahui apakah penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dapat

meningkatkanprestasi belajar IPS siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu

semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

1.7 Manfaat Hasil Penelitian

Ada beberapa manfaat yang diharapkan setelah menyelesaikan penelitian ini


(28)

1.7.1 Bagi guru

Dapat menjadi salah satu alternatif dalam menentukan model pembelajaran

untuk mengajarkan mata pelajaran IPS.

1.7.2 Bagi sekolah

Dapat memberikan masukan kepala sekolah tentang penggunaan dan

penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II sebagai salah satu upaya untuk

meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar siswa.

1.7.3 Bagi peneliti lain

Dapat dimanfaatkan sebagai pembanding atau sebagai referensi untuk


(29)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab II ini, peneliti menguraikan kajian teori, penelitian terdahulu, dan

kerangka berpikir. Dalam kajian teori akan dijelaskan variabel-variabel yang sesuai

dengan rumusan masalah, yaitu penjelasan mengenai belajar, minat belajar, prestasi

belajar, hakikat IPS, model kooperatif, dan model kooperatif teknik Jigsaw II.

Penelitian terdahulu berisi pengalaman penelitian yang pernah ada, sedangkan dalam

kerangka berpikir akan diuraikan jawaban sementara dari rumusan masalah

penelitian.

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Belajar

2.1.1.1Pengertian Belajar

Menurut Darsono (2000:64) belajar adalah suatu tingkah laku atau kegiatan

dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik,

maupun sikap. Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Sependapat dengan Slameto, Djayadisastra (1989:8) mengungkapkan

bahwa belajar merupakan suatu perubahan, baik sikap maupun tingkah laku kearah

yang baik, kuantitatif dan kualitatif yang fungsinya lebih tinggi dari semula.


(30)

process of acquiring knowledge, yang diartikan belajar adalah proses mendapatkan

pengetahuan. Dalam hal belajar, Hilgard dalam Mulyati (2005:2) memberikan

penjelasan lebih banyak, antara lain: “By learning we mean the shaping of individual

behavior through the training that contact with the physical environment and that life among a species own kind provide”. Ungkapan Hilgrad ini dapat diartikan bahwa belajar merupakan pembentukan tingkah laku individual melalui kontak dengan

lingkungan. Berdasarkan beberapa pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan

bahwa pengertian belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan

pengalaman baik secara kognitif, afektif, atau psikomotorik dalam wujud perubahan

tingkah laku melalui interaksi individu dengan lingkungannya.

2.1.1.2Ciri-ciri Belajar

Pada dasarnya belajar merupakan berubahnya tingkah laku seseorang menjadi

lebih baik, perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Perubahan tingkah laku yang

terjadi merupakan hasil dari pengalaman yang dilakukannya. Seperti yang dikemukan

oleh Djamarah (2002:15) bahwa ciri-ciri seseorang belajar ialah mengacu adanya

perubahan. Perubahan yang terjadi secara sadar, bersifat fungsional, bersifat positif,

tidak bersifat sementara, bertujuan atau terarah, serta mencakup seluruh aspek

tingkah laku.

Paul Suparto dalam Sardiman (2010:38) menjelaskan bahwa beberapa ciri

dalam belajar ialah mencari makna, makna yang diciptakan siswa dari apa yang

mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna adalah proses yang terus


(31)

pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Selain hal-hal

mengenai konstruksi makna tersebut, dijelaskan bahwa belajar bukanlah hasil

perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri. Proses yang dilalui seseorang itulah

yang dinamakan belajar, sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek

belajar dengan dunia fisik dari lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung

pada apa yang telah diketahui si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi

proses interaksi dengan bahan yang telah dipelajari.

Berdasarkan pemaparan ciri-ciri belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa

pada dasarkan keduanya menjelaskan ciri-ciri belajar yang sama yaitu mengacu pada

adanya perubahan pada individu. Seseorang yang belajar berarti ia mengembangkan

pemikiran dengan membuat pengertian yang baru (perubahan), sebab yang

ditekankan dalam proses belajar bukanlah hasil dari perkembangannya, melainkan

perkembangan yang terjadi itu sendiri. Untuk itu dalam proses mengajar, belajar

bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa tetapi

merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa merekonstruksi sendiri

pengetahuannya dan menggunakan pengetahuannya tersebut untuk diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

2.1.1.3Prinsip-prinsip Belajar

Untuk melengkapi pengertian dan ciri-ciri belajar, perlu dikemukakan

prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar. Menurut Slameto (2010:27) seorang guru atau

calon guru perlu mengetahui prinsip-prinsip belajar yang harus dilaksanakan dalam


(32)

prinsip belajar yang perlu diketahui dibedakan berdasarkan prasyarat yang

diperlukan, sesuai hakikat belajar, sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari, dan

syarat keberhasilan belajar.

Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar, siswa harus diusahakan

partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan

instruksional. Interaksi siswa dengan lingkungannya sangat diperlukan dalam proses

belajar, sebab dengan adanya interaksi dapat menimbulkan reinforcement dan

motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Untuk itu, dalam

proses belajar dibutuhkan lingkungan yang menantang di mana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

Belajar merupakan proses konkritnya maka harus tahap demi tahap menurut

perkembangannya, sebab belajar merupakan proses kontinguitas (hubungan antara

pengertian yang satu dengan pengertian yang lain), organisasi, adaptasi, eksplorasi,

dan discovery sehingga mendapatkan pengetahuan yang diharapkan. Hal tersebut

akan sesuai dengan hakikat belajar.

Berdasarkan kesesuaian materi atau bahan yang harus dipelajari. Belajar

bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang

sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya. Dengan begitu, dalam

proses belajar dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan

instruksional yang harus dicapai. Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga


(33)

berkali-kali (repetisi) agar pengertian ketrampilan/sikap dapat mendalam pada siswa.

Hal ini merupakan syarat keberhasilan dalam belajar.

Sejalan dengan pemaparan Slameto, Suprijono (2009:4) mengemukakan

prinsip-prinsip belajar sebagai berikut: Pertama, prinsip belajar adalah perubahan

perilaku. Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong

kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapaikan. Belajar adalah proses sistematik yang

dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari

berbagai komponen belajar. Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalamannya.

Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya.

Dari paparan yang dikemukakan di atas, pada dasarnya mengungkapkan

pengertian prinsip-prinsip belajar yang sama. Prinsip-prinsip seseorang dalam belajar

diantaranya adalah belajar sebagai suatu pengalaman yang terjadi di dalam diri

individu yang diaktifkan oleh individu itu sendiri, belajar sebagai penemuan diri

sendiri, belajar sebagai konsekuensi dari pengalaman, belajar sebagai proses kerja

sama dan kolaborasi, belajar sebagai proses perubahan, belajar sebagai proses

organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery, belajar sebagai proses kontinguitas

(hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga

mendapatkan pengetahuan yang diharapkan. Prinsip-prinsip belajar tersebut diatas

dapat membantu siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan tujuan agar

siswa mampu mengatur waktu, membuat jadwal dan konsentrasi dalam mengikuti


(34)

2.1.2 Minat Belajar

2.1.2.1 Pengertian Minat Belajar

Kata minat dalam bahasa Inggris disebut interest yang berarti menarik atau

tertarik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:450)arti minat adalah

keinginan yang kuat, gairah; kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.

Menurut Tidjan (1976:71) minat adalah gejala psikologis yang menunjukan

pemusatan perhatian terhadap suatu obyek sebab ada perasaan senang.

Senada dengan pengertian minat menurut Tidjan, Slameto (2010:180)

mengungkapkan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada

suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Sedangkan menurut Taufani

(2008:39) minat merupakan suatu kecenderungan yang menyebabkan seseorang

berusaha untuk mencari atau mencoba aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu.

Minat bukan bawaan dari lahir, melainkan dapat dipengaruhi oleh bakat. Minat

diciptakan atau dibina agar tumbuh dan terasa sehingga menjadi kebiasaan. Dari

beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian minat adalah gejala

psikologis yang menunjukan pemusatan perhatian, ketertarikan atau keinginan yang

kuat pada suatu hal atau aktivitas yang menyebabkan seseorang berusaha untuk

mencari atau mencoba aktivitas tertentu tanpa ada yang menyuruh.

Minat sangat erat hubungannya dengan belajar, belajar tanpa minat akan

terasa menjemukan. Hal ini diungkapkan oleh Slameto (1995:57) bahwa minat besar


(35)

sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena

tidak ada daya tarik baginya

Dari beberapa uraian pengertian belajar dan pengertian minat di atas, dapat

disimpulkan bahwa minat belajar merupakan psikologis yang menunjukan pemusatan

perhatian, ketertarikan atau keinginan yang kuat pada suatu hal atau aktivitas untuk

memperoleh pengetahuan dan pengalaman baik secara kognitif, afektif, atau

psikomotorik tanpa ada yang menyuruh. Seseorang yang memiliki minat belajar

tinggi terhadap mata pelajaran tertentu akan cenderung memberikan perhatian yang

lebih besar terhadap subyek tersebut.

2.1.2.2 Ciri-ciri Minat Belajar

Menurut Slameto (2010:57) siswa yang berminat memiliki kecenderungan

untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati

seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda

dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama)

dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti

dengan perasaan senang dan dari situ akan diperoleh suatu kebanggaan atau kepuasan

pada sesuatu yang diminati tersebut. Adanya suatu kebanggaan dimanifestasikan

melalui partisipasi pada suatu aktivitas dan kegiatan.

Ciri-ciri tersebut di atas memiliki arti bahwa pada dasarnya siswa yang

berminat dalam belajar memiliki perhatian, rasa suka dan senang melalui partisipasi


(36)

Sependapat dengan Slameto, Winkel (2004:212) mengungkapkan bahwa

ciri-ciri minat adalah cenderung merasa tertarik dan senang pada materi atau topik yang

sedang dipelajarinya. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena

apabila siswa tidak berminat terhadap bahan pelajaran yang dipelajari maka akan

berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hal demikian diungkapkan oleh Syah

(2008:151) bahwa pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi memungkinkan

siswa untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang dinginkan.

Membangkitkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah

membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk

dipelajari dengan diri sendiri sebagai individu. Seperti yang dikatakan Slameto

(2010:180) bahwa proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan

atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan

memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar

merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang dianggap penting, dan bila siswa

melihat bahwa hasil dari pengalaman belajar akan membawa kemajuan pada dirinya,

ia akan lebih berminat untuk mempelajarinya. Dari pemaparan di atas, dapat

disimpulkan bahwa pada dasarnya ciri-ciri minat belajar adalah terdiri dari: adanya

perasaan senang, adanya perhatian, dan adanya keterlibatan diri dalam mempelajari

suatu hal. Ciri-ciri minat belajar tersebut dapat juga dijadikan sebagai indikator minat

belajar, sebab ciri-ciri minat dari pemaparan di atas sama halnya dengan indikator


(37)

a) Ekspresi perasaan senang, yang meliputi: 1) dimana siswa mampu mengikuti pelajaran dengan antusias; 2) disaat guru memberikan tugas kepada siswa, siswa tidak mengeluh; 3) siswa datang tepat waktu sebelum pelajaran dimulai atau dilaksanakan; 4) siswa secara mandiri menyiapkan peralatan pelajaran, contohnya buku; 5) dan siswa siap mengikuti pelajaran dengan duduk dengan tenang untuk belajar.

b) Perhatian dalam mengikuti pelajaran, yang meliputi: 1) siswa mampu aktif untuk bertanya dan aktif menjawab pertanyaan di saat pelajaran berlangsung; 2) siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama; 3) siswa tidak melamun di dalam kelas; 4) dan siswa tidak mengobrol atau mengganggu teman lain ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.

c) Ketertarikan siswa pada materi, yang meliputi: 1) siswa giat membaca buku pelajaran; 2) siswa membaca materi pelajaran sebelum diajarkan oleh guru; 3) siswa membuat catatan pelajaran; 4) siswa berusaha dan serius menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

d) Ketertarikan siswa pada metode guru, yang meliputi: 1) siswa menanyakan kesulitan yang dialami; 2) siswa menunjukkan sikap yang antusias dan memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang diajarkan guru.

e) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran, yang meliputi: 1) siswa aktif menyampaikan pendapat saat diskusi; 2) siswa bersedia membantu teman lain yang mengalami kesulitan; 3) siswa mampu bekerja sama dengan kelompok; 4) siswa berani mengerjakan tugas; 5) dan siswa mengajukan diri untuk menjawab pertanyaan secara spontan dari guru.

Berdasarkan pemaparan Isnandar tersebut, dapat disimpulkan bahwa indikator minat

belajar terdiri dari: ekspresi perasaan senang, perhatian dalam mengikuti pelajaran,

ketertarikan siswa pada materi dan metode guru, dan keterlibatan siswa dalam

pembelajaran.

Berkaitan pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan kembali bahwa indikator

minat belajar terdiri dari: adanya perasaan senang, adanya perhatian, adanya

kemauan untuk mengembangkan, dan adanya keterlibatan diri. Peneliti mengambil

empat indikaor ini dengan alasan bahwa pemaparan mengenai ciri-ciri minat belajar


(38)

kemauan untuk mengembangkan, merupakan penyimpulan atas indikator minat

belajar yang dipaparkan oleh Isnandar mengenai ketertarikan siswa pada materi dan

ketertarikan siswa pada metode guru. Hal tersebut karena penjabaran dari ketertarikan

siswa pada poin c dan poin d mengarah pada kemauan siswa untuk mengembangkan

suatu hal.

2.1.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Menurut Taufani (2008:38), ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat yaitu:

a) Faktor dorongan dalam, yaitu dorongan dari individu itu sendiri, sehingga timbul minat untuk melakukan aktivitas atau tindakan tertentu untuk memenuhinya. Misalnya, dorongan untuk belajar dan menimbulkan minat untuk belajar.

b) Faktor motivasi sosial, yaitu faktor untuk melakukan suatu aktivitas agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungannya. Minat ini merupakan semacam kompromi pihak individu dengan lingkungan sosialnya. Misalnya, minat pada studi karena ingin mendapatkan penghargaan dari orangtuanya.

c) Faktor emosional, yakni minat erat hubungannya dengan emosi karena faktor emosional selalu menyertai seseorang dalam berhubungan dengan objek minatnya. Kesuksesan seseorang pada suatu aktivitas disebabkan karena aktivitas tersebut menimbulkan perasaan suka atau puas, sedangkan kegagalan akan menimbulkan perasaan tidak senang dan mengurangi minat seseorang terhadap kegiatan yang bersangkutan.

Sependapat dengan beberapa hal yang mendasari timbulnya minat menurut Taufani,

Sulistyowati (2001:17) mengungkapkan bahwa:

Lingkungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap minat belajar. Keluarga dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap aktivitas belajar apabila keadaan keluarga harmonis, adanya perhatian orangtua, antara kakak dan adik selalu rukun, kondisi ekonomi berkecukupan. Orang tua dapat memberikan semangat agar anak menjadi optimis dan merasa ada perlindungan dan perhatian dari orangtua, sehingga anak mendapat kemudahan dalam belajar dan berambisi untuk meraih kesuksesan dalam belajar.


(39)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi minat belajar seseorang ialah adanya faktor dorongan dari dalam,

faktor emosional dan faktor motivasi sosial yakni lingkungan keluarga. Lingkungan

keluarga memiliki pengaruh yang besar, sebab lingkungan keluarga merupakan

lingkungan tempat seseorang tumbuh dan berkembang menuju kedewasaan. Dalam

keluarga seseorang untuk pertama kalinya belajar dan membentuk kepribadian

dirinya. Keluarga yang harmonis dapat membimbing pendidikan anaknya sehingga

dapat menumbuhkan minat belajar yang optimal. Bagaimana pembekalan minat

belajar dari lingkungan keluarga memiliki pengaruh terhadap lingkungan sosial yaitu

lingkungan sekolah, sebab lingkungan sekolah menjadi tempat kegiatan pembelajaran

yang formal.

2.1.3 Prestasi Belajar

2.1.3.1 Pengertian Prestasi Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:895) prestasi berarti hasil yang

telah dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan). Bloom dalam Suprijono

(2009:6) menjelaskan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif,

dan psikomotorik. Sependapat dengan Bloom, Darsono (2000:110) menguraikan

prestasi belajar siswa merupakan perubahan-perubahan yang berhubungan dengan

pengetahuan/kognitif, keterampilan/psikomotor, dan nilai sikap/afektif sebagai akibat

interaksi aktif dengan lingkungan. Sardiman (2010:46) mengatakan bahwa prestasi

belajar adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai


(40)

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan

hasil yang telah dicapai mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik

sebagai akibat interaksi aktif dari berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari

dalam maupun dari luar individu dalam belajar.

2.1.3.2Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Suryabrata (2002:233) mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar yaitu:

1) Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal) terdiri dari faktor non sosial dan faktor sosial. Yang termasuk dalam faktor non sosial seperti udara, suhu, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai belajar. Sedangkan yang termasuk dalam faktor sosial seperti faktor manusia.

2) Faktor yang berasal dari dalam diri (internal) terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis. Yang termasuk faktor fisiologis seperti jasmani. Sedangkan yang termasuk faktor psikologis seperti perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berpikir, dan motif, minat.

Sependapat dengan Suryabrata, Sukmadinata (2003:162) memaparkan

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor-faktor-faktor tersebut diklasifikasikan

menjadi dua faktor yaitu faktor dari dalam individu dan faktor lingkungan. Faktor

dari dalam individu dibedakan menjadi aspek jasmani, aspek rohaniah, kondisi

intelektual, dan kondisi sosial. Aspek jasmani mencakup kondisi dan kesehatan

jasmani; aspek rohaniah menyangkut kondisi psikis, kemampuan intelektual, sosial,

psikomotorik serta kondisi afektif dan kognitif dari individu; kondisi intelektual

menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-bakat, baik bakat sekolah maupun bakat

pekerjaan; serta kondisi sosial menyangkut hubungan siswa dengan orang lain, baik


(41)

faktor lingkungan terdiri dari keluarga meliputi keadaan rumah dan ruang tempat

belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada, suasana dalam rumah apakah tenang

atau banyak kegaduhan, juga suasana lingkungan disekitar rumah; sekolah meliputi

lingkungan sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar,

dan media belajar; masyarakat dimana warganya memiliki latar belakang pendidikan

yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di

dalamnya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat dan

perkembangan belajar generasi muda.

Dari beberapa pendapat di atas, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

yaitu faktor dari dalam (internal) siswa itu sendiri dan faktor yang berasal dari

pengaruh luar siswa (eksternal). Sehubungan dengan hal tersebut, supaya siswa dapat

memperoleh prestasi belajar yang seoptimal mungkin, maka siswa perlu

meningkatkan kecerdasan yang ada dalam dirinya. Demikian halnya dengan faktor

yang ada di luar diri siswa, bahwa faktor ini dapat mendorong atau bahkan dapat

menghambat siswa dalam proses belajar. Lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat memberi dukungan siswa di dalam belajar. Di antara ketiga lingkungan

tersebut, lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang terpenting yang berfungsi

sebagai lingkungan kedua yang sangat mendukung dalam mendidik anak atau siswa,


(42)

2.1.4 Hakikat IPS

2.1.4.1Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan istilah yang awalnya lahir di

Amerika Serikat dengan terminologi social studies yang lebih diorientasikan untuk

memaknai ilmu-ilmu dosial yang disederhanakan untuk kepentingan pendidikan.

Menurut Djahiri dan Ma’mun (1978:2) mendeskripsikan bahwa IPS merupakan ilmu

pengetahuan yang memadukan konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan

ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik

untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Sedangkan Somantri

(Sapriya, 2009:11) mengemukakan bahwa pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin

ilmu-ilmu sosial humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan

disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat pendidikan

IPS baik untuk pendidikan dasar dan menengah maupun untuk pendidikan tinggi

sama-sama merupakan seleksi dari ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan

disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk mencapai tujuan pendidikan, baik

tujuan instruksional, kurikuler, institusional, maupun nasional. Perbedaanya, dalam

pendidikan dasar dan menengah lebih disederhanakan dan lebih banyak menekankan

aspek psikologis sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, sedangkan untuk


(43)

2.1.4.2Tujuan Pendidikan IPS di SD

Dimasa yang akan datang, siswa baik sebagai individu maupun sebagai

anggota masyarakat dan warganegara akan menghadapi tantangan yang berat seiring

dengan adanya perubahan zaman. Kehidupan masyarakat global selalu bergerak dan

berubah dengan cepat seiring dengan perkembangan kemajuan teknologi dan

pengetahuan, khususnya dalam bidang teknologi informasi. Berkaitan dengan kondisi

tersebut, mata pelajaran IPS seyogyanya dirancang untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial

masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis. Menurut Solihatin

dan Raharjo (2008:15) mengungkapkan bahwa tujuan dari pendidikan IPS adalah

untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya,

serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi.

Pada jenjang SD, pendidikan IPS dimulai dengan hal-hal yang sangat

mendasar dari ilmu-ilmu sosial, yakni pengenalan konsep-konsep yang berkaitan

dengan masyarakat dan lingkungan dimana siswa mampu berkomunikasi, bekerja

sama, berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan

global. Hal ini sesuai dengan apa yang tertulis dalam kurikulum tingkat SD di

Indonesia tahun 2006 yang mengemukakan tujuan mata pelajaran IPS SD sebagai


(44)

“(1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; serta (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat

lokal, nasional, dan global”

Tujuan pendidikan IPS SD yang diuraikan di atas memperlihatkan tujuan yang

komprehensif yang ingin dicapai siswa setelah menyelesaikan suatu mata pelajaran

IPS. Tujuan-tujuan tersebut mencakup tujuan untuk aspek kognitif, yakni siswa

mampu mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya, memiliki kemampuan dasar berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Sementara

untuk aspek afektif, siswa mampu memiliki komitmen dan kesadaran terhadap

nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. Sedangkan untuk aspek psikomotorik, siswa diharapkan

mampu memiliki kemampuan dalam berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.

2.1.4.3Ruang Lingkup Materi IPS SD

Pada kurikulum pendidikan IPS SD di Indonesia, materi mata pelajaran IPS

mencakup materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Secara lengkap ruang

lingkup materi pelajaran IPS SD di Indonesia berdasarkan kurikulum tahun 2006 dan


(45)

Tabel 1. Standar Kompetensi (SK) berdasarkan kurikulum tahun 2006 Sekolah Dasar Mata pelajaran IPS

Kelas/ Semester

Ruang Lingkup

Materi Standar Kompetensi (SK)

I 1

 Manusia, tempat dan lingkungan  Waktu, keberlanjutan, dan perubahan

 Sistem sosial dan budaya

 Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

Memahami identitas diri dan keluarga, serta sikap saling menghormati dalam kemajemukan keluarga 2 Mendeskripsikan lingkungan rumah

II

1 Memahami perisiwa penting dalam keluarga secara kronologis

2 Memahami kedudukan dan peran anggota dalam keluarga dan lingkungan tetangga

III 1

Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama di sekitar rumah dan sekolah

2 Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang

IV 1

Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten kota dan provinsi

2

Mengenal sumberdaya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

V 1

Menghargai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional, pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia

2

Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia

VI 1

Memahami perkembangan wilayah Indonesia, kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara di Asia Tenggara, serta benua-benua

2

- Memahami gejala alam yang terjadi di

Indonesia dan sekitarnya

- Memahami peranan bangsa Indonesia di era

globalisasi

Pemaparan yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan bahwa ruang

lingkup dan keluasan isi mata pelajaran IPS SD terdiri dari empat kajian utama yang


(46)

sejarah, sosiologi, dan ekonomiyang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi

bahan kajian utama. Bahan kajin utama tersebut meliputi kajian tentang (1) manusia,

tempat dan lingkungan; (2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan; serta (4) sistem

sosial dan budaya. Keempat ruang lingkup kajian ini diberikan kepada siswa SD

sejak kelas satu sampai kelas enam. Perbedaan materi untuk setiap jenjang kelas

dimulai dari materi yang sempit kemudian meluas secara bertahap, artinya didasarkan

dari lingkungan terdekat siswa sampai yang terjauh, yakni dari lingkungan diri siswa,

keluarga, sekolah, tetangga, masyarakat, kabupaten/kota/provinsi dan Indonesia serta

berlanjut pada era global.

Pada kelas satu SD, materi IPS lebih menekankan pada identitas diri siswa

sendiri dan keluarganya serta mendekripsikan lingkungan rumah. Pada kelas dua

masih pada lingkungan keluarga, namun juga telah mulai mempelajari lingkup

kedudukan dan peran anggota keluarga dalam lingkungan tetangga terdekat. Kelas

tiga sudah mulai memberikan pemahaman kepda siswa tentang pentingnya

melaksanakan kerjasama di sekitar sekolah dan di rumah seta memahami jenis

pekerjaan dan penggunaan uang. Kelas empat lingkup materi IPS telah mengkaji

sumber daya (sejarah, alam, suku bangsa, kondisi sosial-budaya) yang ada di

lingkungan kabupaten/kota/provinsi dimana siswa tinggal. Sementara untuk kelas lim

kajian materinya lebih dominan pada kajian yang bersifat nasional. Sedangkan pada

kelas enam materi IPS telah mulai mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan peranan


(47)

2.1.5 Model Kooperatif

2.1.5.1Pengertian Kooperatif

Glaserfeld, Bettencourt, dan Matthews dalam Siregar dan Hartini (2010:39)

mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan hasil

konstruksi (bentukan) orang itu sendiri. Hal tersebut sejalan dengan Suyono dan

Hariyanto (2011:106) bahwa konstruktivisme melandasi pendapatnya “Pengetahuan bukanlah sesuatu yang given dari alam karena hasil kontak dengan manusia dengan

alam, tetapi pengetahuan merupakan hasil konstruksi (bentukan) aktif manusia itu

sendiri”. Dari kedua uraian tersebut di atas, jika konteksnya adalah siswa maka pengetahuan yang dimiliki oleh siswa merupakan hasil pembentukan aktif siswa itu

sendiri.

Dalam membentuk pengetahuan tentu saja siswa harus memiliki sikap yang

aktif seperti yang diungkapkan oleh Siregar dan Hartini (2010:41) sebagai berikut:

“Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan

memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari, tetapi yang paling menentukan terwujudnya gejala besar adalah niat belajar siswa itu sendiri, sementara peranan guru dalam belajar konstruktivistik berperan membantu

agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar”.

Selain sikap aktif, ada beberapa kemampuan lain yang diperlukan dalam proses

pengkonstruksi pengetahuan. Hal ini diungkapkan Von Glaserfeld dalam Siregar dan

Hartini (2010:40) yaitu adanya kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali

pengalaman, kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan mengenai

persamaan dan perbedaan tentang sesuatu hal, dan kemampuan untuk lebih menyukai


(48)

Mel Siberman dalam Suyono dan Hariyanto (2010:117) menuliskan puisinya

terkait learning by teaching sebagai berikut.

“Apa yang saya dengar, saya lupa

Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit

Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham

Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan

Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai”.

Hal menarik dari puisi tersebut di atas bahwa dengan mengajarkan pada orang lain

tentu saja seseorang dikatakan telah menguasai. Seorang siswa dikatakan dapat

menguasai materi pembelajaran dengan baik apabila didukung oleh situasi

lingkungan belajar yang baik pula. Seperti yang dijelaskan oleh Driver dan Bell

dalam Suyono dan Haryanto (2011:106) berkaitan dengan karakteristik pembelajaran

konstruktivisme, pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan melainkan

melibatkan pengaturan situasi lingkungan belajar dan harus mempertimbangkan

seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa. Dalam hal ini siswa tidak dipandang

sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan, sebab pengetahuan bukan datang dari

luar melainkan dikonstruksi secara personal melalui kurikulum yang merupakan

seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.

Berdasarkan pemaparan di atas, konstruktivisme merupakan teori belajar yang

sesuai untuk membangun pemahaman pada diri siswa melalui pengalaman yang

diperolehnya. Pengalaman siswa berdiskusi kemudian menyampaikan kepada teman


(49)

membangun pemahaman atau pengetahuan yang lebih. Dengan demikian, teori

konstruktivisme ini mendasari model kooperatif teknik Jigsaw II.

Menurut Slavin (2005:4) model kooperatif merujuk pada berbagai

macam-macam pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.

Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling

berdiskusi, dan berargumentasi. Hal ini dilakukan untuk mengasah pengetahuan yang

mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

Sependapat dengan Slavin, Sanjaya (2010:242) menyatakan bahwa model kooperatif

merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau

tim kecil yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang

kemampuan akademik, jenis kelamim, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Lie

(2003:12) juga mengemukakan bahwa model kooperatif merupakan sistem

pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama

dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Model kooperatif

merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil

yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya,

setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk

memahami materi pelajaran.

Dari penjelasan di atas, pada dasarnya model kooperatif tidak hanya sekedar

belajar berkelompok tetapi dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok yang


(50)

(2011:55) bahwa belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja

kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang

bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan

hubungan yang bersifat interdepensi efektif di antar anggota kelompok.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model kooperatif merupakan

sebuah model pembelajaran yang memiliki tujuan untuk mengaktifkan seluruh siswa

dengan membuat kelompok kecil dan melibatkan peran siswa terkait dengan

kelebihan serta kekurangan yang dimiliki oleh setiap anggota kelompok, sehingga

siswa dalam kelompok dapat saling melengkapi untuk mencapai suatu keberhasilan

kelompok yaitu pemahaman pembelajaran dari setiap anggota kelompok. Dalam

proses ini, sikap atau perilaku aktif dan positif setiap siswa sangat mempengaruhi

keberhasilan dari kerjasama kelompok tersebut. Model kooperatif dirancang dengan

memberikan kesempatan kepada siswa serta bersama-sama untuk membangun

pengetahuannya sendiri. Peran guru tidak lagi mendominasi kegiatan pembelajaran,

guru lebih banyak menjadi fasilitator dan mediator dari proses itu sendiri.

2.1.5.2Unsur-unsur Model Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson dalam Sugiyanto (2010:58)

mengemukakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative

learning. Dalam upaya untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model

pembelajaran gotong-royong harus diterapkan yaitu adanya saling ketergantungan

positif artinya bahwa keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap


(51)

bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik; ada tatap muka, maksudnya

bahwa setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi; adanya komunikasi antar anggota artinya agar para pembelajar dibekali

dengan berbagai keterampilan berkomunikasi; diperlukannya evaluasi proses

kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka

agar selanjutnya dapat bekerja sama lebih efektif. Sedangkan menurut Rusman

(2011:208) unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif meliputi siswa berbagi

kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama

proses belajarnya. Semua anggota di dalam kelompok memiliki tujuan yang sama,

untuk itu siswa haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan

bersama dan bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti

milik mereka sendiri. Di dalam kelompok, siswa memiliki tugas dan tanggung jawab

yang sama di antara anggota kelompoknya dan siswa diminta

mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok

kooperatif. Setelah proses selesai, siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan

hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

Dari paparan mengenai unsur-unsur model kooperatif di atas, dapat

disimpulkan bahwa menyelesaikan tugas dalam kelompok harus dimaknai dengan

rasa bergotong-royong. Antara satu anggota dengan anggota lainnya harus saling

memiliki ketergantungan yang positif serta beranggapan bahwa mereka sehidup

sepenanggungan bersama. Dalam hal ini, siswa diharapkan memiliki rasa tanggung


(52)

2.1.5.3 Macam-macam Model Kooperatif

Menurut Slavin dalam Rismiati dan Susento (2007:228), ada lima teknik

pembelajaran kooperatif di antaranya:

a. Student Teams Achievement Division (STAD)

Dalam teknik ini, siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang yang terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setelah semua kelompok sudah selesai mengerjakan soal, guru memberikan kunci jawaban dan meminta siswa untuk memeriksa hasil pekerjaan. Kemudian guru mengadakan kuis.

b. Teams Games Tournament (TGT)

Teknik ini hampir sama dengan STAD. Yang membedakan adalah dalam teknik TGT ini tidak ada kuis, tetapi hasil belajar akan dievaluasi dengan menggunakan permainan akademik seperti cepat tepat. Skor team secara keseluruhan akan ditentukan oleh prestasi kelompok.

c. Learning Together

Dalam teknik ini guru menjelaskan materi pembelajaran. Setelah itu siswa dibagi dalam kelompok heterogen yang terdiri dari empat sampai enam orang untuk mengerjakan lembar kerja. Guru menilai hasil kerja keompok. Kemudian siswa mengerjakan kuis secara individual yang mana kuis tersebut akan dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individu.

d. Group Investigation

Dalam teknik ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran, kemudian menjelaskannya kepada seluruh siswa di kelas. Diharapkan untuk menerima tanggung jawab besar untuk menentukan apa yang dipelajari, mengorganisasikan kelompok mereka sendiri tentang bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikannya kepada seluruh siswa di kelas.

e. Jigsaw

Dalam teknik ini, tiap kelompok terdiri dari lima atau enam orang. Setiap anggota kelompok diminta untuk mempelajari satu bagian materi pelajaran kemudian menjelaskannya kepada anggota kelompok yang lain, kemudian guru mengadakan kuis.

Sedangkan Trianto (2010:67) juga menguraikan beberapa variasi dalam model

cooperative learning yaitu STAD, Jigsaw, Investigasi Kelompok (Teams Games Tournaments atau TGT), dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair


(53)

Share(TPS), dan Numbered Head Together (NHT). Dari variasi teknik pembelajaran

yang dikembangkan dari model kooperatif menurut Slavin dan Trianto di atas, terlihat

dengan jelas bahwa ada kesamaan teknik belajar yang dikembangkan oleh keduanya

yaitu Teams Games Tournament (TGT), Student Teams Achievement Division

(STAD), Jigsaw.

2.1.5.4 Manfaat Penggunaan Model Kooperatif

Menurut Sugiyanto (2009:43) ada banyak nilai dari pembelajaran model

kooperatif. Melalui pembelajaran kooperatif dapat memudahkan siswa melakukan

penyesuaian sosial yang meliputi meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial:

memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi,

perilaku sosial, dan pandangan-pandangan; memungkinkan terbentuk dan

berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen; menghilangkan sifat mementingkan

diri sendiri atau egois; membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa

dewasa; berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan

saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan; meningkatkan rasa saling

percaya kepada sesama manusia; meningkatkan kemampuan memandang masalah

dan situasi dari berbagai perspektif; meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang

lain yang dirasakan lebih baik; serta meningkatkan kegemaran berteman tanpa

memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas

sosial, agama, dan orientasi tugas.

Menurut Karli dan Yuliariatiningsih (2002:72), kelebihan dari pembelajaran


(54)

pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasana pembelajaran yang bersifat

terbuka dan demokratis; dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang

telah dimiliki oleh siswa; dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai,

dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di

masyarakat; siswa tidak hanya sebagai objek belajar melainkan juga sebagai subjek

belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya; siswa dilatih

untuk bekerja sama, karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga tuntutan

untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya;

serta memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami

pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya lebih

bermakna bagi dirinya.

Dari penjelasan mengenai nilai dan kelebihan dari penggunaan model

kooperatif yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemaparan dari keduanya

memiliki kemiripan yang dapat dituliskan ke dalam manfaat menggunakan model

kooperatif. Manfaat yang bisa didapatkan dari penggunaan model kooperatif tertuju

pada siswa. Pada dasarnya, siswa akan aktif dalam bekerja sama untuk menyelesaikan

suatu tugas.

2.1.6 Model Kooperatif Teknik Jigsaw II

2.1.6.1 Pengertian Model Kooperatif Teknik Jigsaw II

Teknik mengajar Jigsaw II dikembangkan oleh Elliot Aronson dan

kawan dari Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh Slavin dan


(55)

IIyang dikembangkan oleh Slavin, bahwa dalam pembelajaran setiap siswa akan

memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep sebelum siswa belajar

spesialisasinya untuk menjadi expert. Hal tersebut digunakan agar siswa memperoleh

gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan.

Menurut Lie dalam Rusman (2011:218), pembelajaran model kooperatif

teknik Jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar

dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen

dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara

mandiri. Dari pendapat Lie tersebut, Rusman (2011:218) menambahkan penjelasan

bahwa dalam pembelajaran teknik Jigsaw, siswa memiliki banyak kesempatan untuk

mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat

meningkatkan keterampilan dalam berkomunikasi. Setiap anggota kelompok

bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompok dan ketuntasan bagian materi

yang dipelajari sehingga mampu menyampaikan informasinya kepada kelompok

lain. Peran guru dalam kegiatan ini ialah sebagai pembimbing. Seperti yang

diungkapkan oleh Suprijono (2009:89) bahwa model kooperatif teknik Jigsaw II

diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan

topik yang dipelajari pada papan tulis, white board, penayangan power point dan

sebagainya.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa model kooperatif

teknik Jigsaw II merupakan cara belajar dengan membentuk kelompok kecil yang


(1)

SIKLUS II PERTEMUAN 1

Guru membagikan modul pembelajaran untuk siswa

Siswa mengerjakan semua soal LKS dalam kelompok asal

Siswa berpindah tempat membentuk kelompok baru (kelompok ahli)

Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok

Siswa kembali dalam kelompok asal untuk melakukan diskusi

dalam kelompok ahli Siswa dalam kelompok ahli sedang


(2)

SIKLUS II PERTEMUAN 2

Siswa bersama guru

melakukan tanya jawabelakukan tanya jawab

Siswa mengerjakan semua soal LKS dalam kelompok asal

Siswa berpindah tempat membentuk kelompok baru (kelompok ahli)

Siswa mengerjakan soal evaluasi

Guru memberikan penghargaan kepada kelompokdalam kelompok ahli

Siswa melakukan diskusi dalam kelompok ahli


(3)

SURAT IJIN PENELITIAN Lampiran 31


(4)

(5)

vii ABSTRAK

Dwi Yati Lestari. 2013. Peningkatan Minat Belajar dan Prestasi Belajar IPSSiswa Kelas V SD Pangudi Luhur SedayuMelalui Penerapan Model Kooperatif Teknik Jigsaw II. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimana upaya penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II pada mata pelajaran IPS supaya dapat meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu? (2) apakah penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkanminat belajar IPS siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu? (3) apakah penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkanprestasi belajar IPS siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu?

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada model siklus yang dikemukan oleh Kemmis dan Taggart. Dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: planning (rencana), action (tindakan), observation (observasi), dan reflection (refleksi). Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu, Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 20 siswa. Metode pengumpulan data meliputi lembar pengamatan, lembar kuesioner, dan tes. Data selanjutnya diolah berdasarkan teknik analisis data yang ditetapkan secara deskritif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II pada mata pelajaran IPS dalam upaya meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) pemberian materi secara keseluruhan. b) pembentukan kelompok asal yang terdiri dari 5 ahli. c) pemberian tugas terhadap tiap-tiap ahli. d) diskusi membahas tugas dalam kelompok ahli. e) ahli melaporkan hasil diskusi pada kelompok asal. f) kelompok asal mempresentasikan dalam pleno. g) evaluasi individual. h) pemberian penghargaan (reward). (2) penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkanminat belajar IPS siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu. Hal ini nampak pada kondisi awal skor rata-rata minat belajar sebesar 61 (kategori sedang). Pada siklus I skor rata-rata minat belajar sebesar 73 (kategori tinggi). Pada siklus II skor rata-rata minat belajar sebesar 89 (kategori sangat tinggi). (3) penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkanprestasi belajar IPS siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu. Hal ini nampak pada kondisi awal rata-rata ulangan siswa sebesar 63 dan sebanyak 36% siswa sudah mencapai KKM (75). Pada siklus I rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 79 dan sebanyak 75% siswa sudah mencapai KKM. Pada siklus II rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 89 dan sebanyak 100% siswa sudah mencapai KKM.


(6)

viii ABSTRACT

Dwi Yati Lestari. 2013. Improving Learning Interest And Learning Achivement In Ips Course For Five Graders In SD Pangudi Luhur Sedayu Through Implementing Cooperative Model Of Jigsaw II Technique. Teacher Education Program Elementary School, Department of Education, Faculty of Teacher Training and Education, University of Sanata Dharma.

This study is purposed to discover (1) how can the attempt of implementing cooperative model of Jigsaw II technique in the IPS course improve the learning interest and learning achievement of the fifth grade students in SD Pangudi Luhur Sedayu? (2) can the implementation of cooperative model of Jigsaw II technique improve the learning interest in IPS course for fifth grade students in SD Pangudi Luhur Sedayu? (3) can the implementation of cooperative model of Jigsaw II technique improve the learning achievement in IPS course for fifth grade students in SD Pangudi Luhur Sedayu?

This study was Action Research which directed to loop model proposed by Kemmis and Taggart. One loop consists of four steps, i.e. planning, action, observation, and reflection. The participants of this study were the fifth grade students of SD Pangudi Luhur Sedayu, year 2012/2013 consisting of 20 students. The data collection method included observation, questionnaire, and test. The data was analyzed using data analysis technique which was determined to qualitative and quantitative descriptive method.

The result of the study showed that: (1) the implementing cooperative model of jigsaw II technique in IPS course to improve learning interest and learning achievement for fifth grade students in SD Pangudi Luhur Sedayu was conducted through the following steps: a) material providing completely b) making group origin which was consisted by 5 experts c) assignments providing for each experts d) the students were discussing the assignment in the expert group e) the expert reported the discussion result in the origin group f) the origin group presented in the plenary g) individual evaluation h) reward providing. (2) the implementation of cooperative model of Jigsaw II technique can improve learning interest in IPS course for fifth grade students in SD Pangudi Luhur Sedayu. It appears in the initial condition of learning interest, its average score was 61 (moderate category). In loop I the average score of learning interest was 73 (good category). In loop II the average score of learning interest was 89 (very good category). (3) the implementation cooperative model of Jigsaw II technique can improve the learning achievement in IPS course for students of fifth grade in SD Pangudi Luhur Sedayu. It was obviously seen in the initial condition in which the students’ exam average score was 63 meaning that 36% of the students have completed the KKM (75). In loop I the average score of students’ learning achievement was 79 meaning that 75% of the students have completed the KKM. In loop II the average score of students’ learning achievement was 89 meaning that 100% of the students have completed the KKM.

Keywords: learning interest, learning achievement, cooperative model of Jigsaw II technique