PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA SMA/MA BERBASISANDROID DENGAN MOBILE LEARNING PADA MATERI KONFIGURASI ELEKTRON DAN TABEL PERIODIK UNSUR.

(1)

1

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA SMA/MA BERBASISANDROID DENGAN MOBILE LEARNING PADA MATERI

KONFIGURASI ELEKTRON DAN TABEL PERIODIK UNSUR

Rony Irawan & I Made Sukarna

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia FMIPA UNY ( made_sukarna@uny.ac.id)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan, mengetahui kelayakan dan mengetahui penilaian kualitas tanggapan guru terhadap mobile learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA berbasis android pada materi konfigurasi elektron dan tabel preiodik unsur.

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian prosedural. Prosedur penelitian pengembangan mobile learning mengikuti langkah -langkah yang dikemukakan Brog & Gall yang terdiri dari, Analyze (analisis) Design (Desain) Development (Pengembangan) Implementation (Implementasi). Subjek dalam penelitian ini adalah mobile learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA pada materi tabel periodik unsur. Objek dalam penelitian ini adalah kualitas mobile learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA pada materi tabel periodik unsur ditinjau dari penilaian aspek materi dan soal, kebahasaan, keterlaksanaan, tampilan audio visual, dan rekayasa perangkat lunak. Instrumen penilaian dari penelitian ini terdiri dari lembar masukan untuk dosen pembimbing, ahli materi, ahli media dan peer reviewer serta angket berupa daftar isian untuk reviewer.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui tahap-tahap pengembangan mobile learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA berbasis android pada materi konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur yaitu pertama pembuatan software mobile learning mengunakan program Adobe Flash Proffessional CS6. Mobile learning layak digunakan sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA berbasis android pada materi konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur. Semua aspek penilaian, yaitu aspek materi dan soal, kebahasaan, keterlaksanaan, tampilan audio visual, rekayasa perangkat lunak berdasarkan penilaian darireviewer temasuk dalam kategori Sangat Baik, sedangkan kualitas mobile learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA pada materi konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur berdasarkan penilaian reviewer memperoleh skor rata-rata = 109,2 ( > 105,1), sehingga termasuk dalam kategori sangat baik (SB) dengan persentase keidealan 87,36%.


(2)

2 ABSTRACT

This research aims to develop, to know the worthiness, and the quality of assessment and responses of android- based mobile learning as chemistry learning media for high school students in electron configuration and element periodic table.

The model used in this study was procedural research model. It used the steps which were stated by Brog and Gall that consists of Analyze, Design, Development, and Implementation. The subject of this study was android- based mobile learning as chemistry learning media for high school students in electron configuration and element periodic table. The object of this study was the quality assessment and responses of android- based mobile learning as chemistry learning media for high school students in electron configuration and element periodic table where it was assessed from some points of view: materials and questions aspects, language, performance, and software. The instruments were advice sheets for the supervisor, the matter expert, IT expert, peer reviewer and a check list by using Likert scale for the reviewer and the students.

Based on the research result, the steps in making android- based mobile learning as chemistry learning media for high school students in electron configuration and element periodic table were making mobile learning software in Adobe Flash Professional CS6 program. Then there was the initial supervision from the supervisor, matter expert, IT expert, and peer reviewer. This media was worthy. All aspects were very good. The quality had average score of X = 109.2 (X> 105.1), so it is in very good category, in ideal percentage 87.36%.


(3)

3

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (pendidik), komponen penerima pesan (peserta didik), dan komponen pesan itu sendiri biasanya berupa materi pelajaran. Kadang–kadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan yang di sampaikan pendidik tidak dapat di terima oleh peserta didik dengan optimal, tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh peserta didik dan lebih parah lagi peserta didik sebagai penerima pesan salah menangkap isi pesan yang disampaikan. Menghindari semua itu, maka pendidik dapat menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media sumber belajar (1).

Perkembangan teknologi saat ini telah menciptakan terobosan baru dalam pengembangan dunia pendidikan. Dunia pendidikan bertanggung jawab untuk menyiapkan generasi muda yang memiliki pengetahuan sekaligus keterampilan yang tinggi. Generasi muda diharapkan tidak hanya memanfaatkan perkembangan alat kemajuan IPTEK untuk hal yang kurang bermanfaat, tetapi dapat memanfaatkan bagi peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) di Indonesia, misalnya dengan

menggunakannya untuk media pembelajaran. Generasi muda merupakan SDM yang tinggi yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia saat ini. Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan diperlukan perubahan dan pengembangan metode kegiatan belajar mengajar yang dahulu masih bersifat konvensional, kearah yang lebih modern dan efektif sehingga diharapkan proses kegiatan belajar mengajar lebih optimal. Penerapan pengembangan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemajuan teknologi saat ini yaitu memanfaatkan perangkat bergerak (smartphone) dalam proses kegiatan belajar mengajar atau lebih dikenal dengan Mobile-Learning yang merupakan generasi penerus e-learning.

Pemanfaatan teknologi mobile phone selama ini tidak hanya terfokus sebagai sarana komunikasi, ataupun hiburan, tetapi sudah dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Salah satu media berbasis mobile learning yang bisa digunakan oleh guru dalam pembelajaran dan belum banyak dikembangkan adalah aplikasi mobile learning. Mobile learning merupakan aplikasi berbentuk permainan yang berisi materi pelajaran dan dibangun sesuai dengan tingkat pendidikan dan juga disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dan dijalankan pada perangkat mobile learning (2).


(4)

4

Pembelajaran dengan menggunakan mobile learning membuat pembelajaran siswa menjadi menarik dan menyenangkan. Proses belajar akan efektif apabila siswa berada dalam kondisi senang dan bahagia (3). Begitu juga sebaliknya, siswa akan merasa takut, cemas, was-was, merasa tidak nyaman yang dapat mengakibatkan hasil kurang optimal apabila proses belajar siswa terlalu dipaksakan (4). Sejalan dengan hal itu, aplikasi mobile game sebagai media pembelajaran dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sesuai dengan desain pembelajaran yang ada, untuk menciptakan suasana belajar yang baru, efektif, dan menyenangkan demi memudahkan tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran.

Terobosan untuk pengembangan mobile learning menjadi lebih mudah dengan hadirnya berbagai macam ponsel pintar atau smartphone. Smartphone merupakan barang yang tidak asing lagi bagi kalangan siswa. Kebanyakan siswa SMA/MA sudah setiap hari memakai smartphone. Smartphone yang beredar di pasaran ada yang sangat populer yaitu IOS phone, Blackberry phone, Symbian phone, dan Android phone. Smartphone yang menjadi tren masa kini dan perkembangannya sangat pesat adalah Android phone, sehingga pengembangan mobile learning dalam Android phone ini sangat menjanjikan.

Penggunaan media mobile learning sangat membantu dalam penyampaian materi pelajaran. Materi kimia yang diajarkan di SMA/MA sangat banyak dan alokasi waktu yang diberikan dalam proses pembelajaran di sekolah sangat terbatas. Keterbatasan alokasi waktu ini menyebabkan guru terkadang hanya mengutamakan penyelesaian materi pelajaran dan kurang memberi kesempatan siswa untuk berlatih soal. Kurangnya siswa dalam berlatih soal dapat mengakibatkan penguasaan terhadap materi dan konsep kimia juga kurang optimal.

Perangkat mobile yang digunakan dalam mobile learning antara lain PDA, handphone/smarthphone, laptop, dan tablet PC. Karakteristik perangkat mobile ini memiliki tingkat fleksibilitas dan portabilitas yang tinggi sehingga memungkinkan siswa dapat mengakses materi, arahan dan informasi yang berkaitan dengan pembelajaran kapanpun dan dimanapun.

Penggunaan handphone dalam bidang pendidikan di Indonesia, khususnya untuk pembelajaran peserta didik secara mandiri masih sangat sedikit digunakan, padahal setiap hari peserta didik tidak lepas dari handphone. Pengembangan media pembelajaran kimia mobile learning berbasis android mampu menjadi salah satu alternatif media pembelajaran mandiri yang lebih menarik, lebih praktis, lebih hemat dan dapat


(5)

5

digunakan oleh pengguna/peserta didik belajar kimia dimana pun dan kapan pun.

Salah satu pertimbangan dalam mengembangkan handphone menjadi media pembelajaran m-learning adalah basis sistem operasi yang digunakan. Sistem operasi merupakan penghubung antara aplikasi dengan hardware sehingga pengguna dapat menjalankan fungsi-fungsi tertentu. Sistem operasi pada handphone yang digunakan oleh siswa di SMA berbasis android, selebihnya adalah Java dan Black Berry. Android merupakan sistem operasi perangkat mobile yang lebih unggul dibanding Simbian dan Windows Mobile. Sistem operasi Android yang mendukung pengembangan aplikasinya dan daya dukung hardware pada perangkat keras yang menggunakan sistem operasi Android diharapkan menghasilkan media pembelajaran m-learning yang representatif. Media yang dihasilkan tidak hanya monoton dengan teks saja, tetapi juga memuat unsur-unsur multimedia audio/visual bahkan animasi yang memudahkan siswa dalam memahami materi (5).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan dua kelas, yaitu kelas pertama berbantuan media audio visual dan kelas berbantuan LKS cetak. Dalam penelitian ini digunakan pretest dan posttest. Desain eksperimen penelitian ini, yaitu Static Pretest Posttest Group

Design. Berikut diagram pelaksanaan penelitian :

Gambar 1. Pelaksanaan Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi data dari lembar masukan dari dosen pembimbing, ahli materi, ahli media dan peer reviewer serta angket berupa daftar isian (check list) dengan skala Likert untuk reviewer. Data hasil evaluasi ini berupa penilaian mobile learning dari aspek materi dan soal, kebahasaan, keterlaksanaan, tampilan audio visual, dan rekyasa perangkat lunak.

Data hasil penilaian dari Reviewer yang meliputi aspek materi dan soal, kebahasaan, keterlaksanaan, tampilan audio viasual,dan rekyasa perangkat lunak. Skor maksimal dari masing-masing indikator pada

Tinjauan Revisi I Produk Awal Dosen Pembimbing Ahli Materi Ahli Media Peer Reviewer Penilaian Reviewer (5 guru kimia SMA) Analisis Data Produk Akhir Revisi II


(6)

6

setiap aspek yang dinilai dalam angket penilaian adalah 5, sedangkan skor minimal adalah 1 untuk indikator pada setiap aspek. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Penggunaan mobile learning sebagai media pembelajaran ini dapat membantu paserta didik dalam mempelajari materi kimia secara mudah. Pengembangan mobile learning ini ditujukan untuk dapat dioperasikan pada smartphone dengan sistem operasi Android. Peneliti memilih smartphone berbasis android karena sistem operasi ini menjadi kacenderungan baru dalam teknologi mobile phone dan sampai sekarang masih diminati masyarakat di Indonesia bahkan di dunia.

Pada tahap pembuatan mobile learning ini menggunakan software adobe flash professional CS6. Pengembangan menggunakan software ini menggunakan bahasa pemrograman android untuk membuat suatu aplikasi. Software ini sangat populer dikalangan pengembang aplikasi yang berbasis android, sehingga pembuatan dengan aplikasi ini dapat menghasilkan produk yang baik dan dapat meminimalkan terjadinya error/bug pada aplikasi yang dibuat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian aspek Materi dan Soal diperoleh skor rata-rata yaitu 26,2 dengan persentasekeidealan adalah 87,33% sehingga untuk aspek Materi dan Soal termasuk dalam kategori Sangat Baik (SB).

Data penilaian yang diperoleh dari reviewer diubah menjadi nilai kualitatif untuk mengetahui kualitas Mobile Learning Berbasis Android sesuai dengan kriteria

kategori penilaian yang dijabarkan dalam tabel berikut ini (6) :

Tabel 6. Kriteria Penilaian Ideal Rentang Skor Kategori 1 > + 1,8SBi Sangat baik (SB) 2 + 0,6SBi< ≤ + 1,8

SBi

Baik (B)

3 - 0,6SBi< ≤ + 0,6 SBi

Cukup (C)

4 - 1,8 SBi< ≤ - 0,6 SBi

Kurang (K) 5 - 1,8 SBi Sangat

kurang (SK) Dengan keterangan:

i : Mean (rata-rata) ideal

SBi = Standar Deviasi (simpangan baku) ideal

Skor tertinggi ideal = ∑ butir kriteria x skor

tertinggi

Skor terendah ideal = ∑ butir kriteria x skor

terendah

Menghitung persentase keidealan dengan menggunakan rumus:

Persentase keidealan =

Perhitungan penilaian Kualitas Mobile Learning Berbasis Android diperoleh skor rata-rata yaitu 109,2 dengan nilai tertinggi yaitu 125 dipersentasekan mencapai 87,36% sehingga kualitas Mobile Learning Berbasis Android termasuk dalam kategori Sangat Baik (SB).

i = ½ (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)


(7)

7

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Diketahui tahap-tahap pengembangan mobile learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA berbasis android pada materi konfigurasi elektron dan tabel periodik unsure yaitu pertama pembuatan software mobile learning mengunakan program Adobe Flash Proffessional CS6, kemudian peninjauan produk awal oleh dosen pembimbing, ahli materi, ahli Media dan peer reviewer untuk memperoleh masukan dan saran, setelah itu revisi produk awal setelah ditinjau dosen pembimbing, ahli materi, ahli IT dan peer reviewer. 2. Diketahui bahwa mobile learning layak

digunakan sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA berbasis android pada materi konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur. Semua aspek penilaian, yaitu aspek materi dan soal, kebahasaan, keterlaksanaan, tampilan audio visual,rekayasa perangkat lunak berdasarkan penilaian dari reviewer temasuk dalam kategori Sangat Baik. 3. Diketahui hasil penilaian kualitas mobile

learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA berbasis android pada materi konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur yaitu 87, 36%.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sanjaya Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group).

2. I Made Agus Wirawan. (2011). Pengembangan Desain Pembelajaran Mobile Learning Management System Pada Materi Pengenalan Komponen

Jaringan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Undiksa.5(3).hlm. 312-324

3. Mohamed Ally. (2009). Mobile Learning: Transforming The Delivery Of Education And Training. Canada: AU Press.

4. Eko Susanto. (2009). 60 Games untuk Mengajar. Yogyakarta: Lukita.

5. Gandhewar, Nisarg dan Rahila Sheikh. 2010.Google Android: An Emerging Software Platform For Mobile Devices. International Journal on Computer Science and Engineering (IJCSE) 0975-3397

6. Eko Putro Widoyoko. (2011). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


(8)

(9)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA SMA/MA DENGAN MOBILE LEARNING BERBASIS ANDORID

PADA MATERI KONFIGURASI ELEKTRON DAN SISTEM PERIODIK UNSUR

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Kimia

Disusun Oleh : RONY IRAWAN

08303241020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(10)

ii

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “Pengembangan Media Membelajaran Kimia SMA/MA dengan Mobile Learning berbasis Andorid pada Materi Konfigurasi Elektron dan Sistem Periodik Unsur yang disusun oleh Rony Irawan, NIM 08303241020 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.


(11)

iii   

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Kimia SMA/MA dengan Mobile Learning Berbasis Andorid pada Materi Konfigurasi Elektron dan Tabel Periodik Unsur yang disusun oleh Rony Irawan, NIM 08303241020 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 17 Juni 2015 dan dinyatakan lulus.


(12)

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama lengkap : Rony Irawan

NIM : 08303241020

Program Studi : Pendidikan Kimia Fakultas : MIPA

Judul Penelitian : Pengembangan Media Pembelajaran Kimia SMA/MA dengan Mobile Learning Berbasis Andorid pada Konfigurasi Elektron dan Tabel Periodik Unsur

Menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau di tulis orang lain atau telah digunakan sebagai persyaratan penyelesaian studi di perguruan tinggi lain, kecuali pada bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan. Apabila terbukti pernyataan ini tidak benar , sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, Juni 2015 Yang menyatakan,

Rony Irawan NIM 08303241020


(13)

v MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”

(QS.Al-Insyirah : 5-6)

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”

(QS. Al-Mujaadilah : 11)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ”


(14)

vi

PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdulillah, atas rahmat dan ridlo Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan.

Karya Kecil ini saya Persembahkanuntuk :

Allah SWT yang selalumemberikan keshatan dan kekuatan.

Ayahku Embang dan Ibuku Isnawati yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayang. Terimakasih atas semua yang telah ayah ibu berikan selama ini,

semoga semua harapan ayah ibu kepada anakmu ini dapat terwujud. Aamiin. Thanks to :

Bapak I Made yang telah membimbingku dengan sabar dan segenap curahan hati, tak ada ucapan lain selain banyak ucapan terima kasih, sehingga skripsi

ini dapat diselesaikan. Semoga tetap sehat selalu, terima kasih atas bimbinganya selama ini, yang memberikan banyak masukan, wawasan, canda

tawa, haru, sedih, dan banyak kenangan indah lainnya yang tidak bisa ku lupakan.

Yoyok, Yogo, Hanip terimakasih bantuan dan kerjasamanya selama di kampus.

Keluarga besarPendidikan Kimia Reguler 2008, Keluarga besar Haska, Keluarga besar BEM FMIPA 2011, Keluarga besar KST, Keluarga besar Masjid

Nurul Ashri, Keluarga besar Kamus, dan Keluarga besar Naganuri Sape Yogyakarta terimakasih atas dukungan dan semangatnya tetap kompak


(15)

vii

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA SMA/MA DENGAN MOBILE LEARNING BERBASIS ANDORID

PADA MATERI KONFIGURASI ELEKTRON DAN SISTEM PERIODIK UNSUR

Oleh : RONY IRAWAN

08303241020

Pembimbing :I Made Sukarna, M.Si ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan, mengetahui kelayakan dan mengetahui penilaian kualitas tanggapan guru terhadap mobile learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA berbasis android pada materi konfigurasi elektron dan tabel preiodik unsur.

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian prosedural. Prosedur penelitian pengembangan mobile learning mengikuti langkah -langkah yang dikemukakan Brog & Gall yang terdiri dari, Analyze (analisis) Design (Desain) Development (Pengembangan) Implementation (Implementasi). Subjek dalam penelitian ini adalah mobile learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA pada materi tabel periodic unsur. Objek dalam penelitian ini adalah kualitas mobile learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA pada materi tabel periodik unsur ditinjau dari penilaian aspek materi dan soal, kebahasaan, keterlaksanaan, tampilan audio visual, dan rekayasa perangkat lunak. Instrumen penilaian dari penelitian ini terdiri dari lembar masukan untuk dosen pembimbing, ahli materi, ahli media dan peer reviewer serta angket berupa daftar isian untuk reviewer.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui tahap-tahap pengembangan mobile learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA berbasis android pada materi konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur yaitu pertama pembuatan software mobile learning mengunakan program Adobe Flash Proffessional CS6. Mobile learning layak digunakan sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA berbasis android pada materi konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur. Semua aspek penilaian, yaitu aspek materi dan soal, kebahasaan, keterlaksanaan, tampilan audio visual, rekayasa perangkat lunak berdasarkan penilaian darireviewer temasuk dalam kategori Sangat Baik, sedangkan kualitas mobile learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA pada materi konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur berdasarkan penilaian reviewer memperoleh skor rata-rata = 109,2 ( > 105,1), sehingga termasuk dalam kategori sangat baik (SB) dengan persentase keidealan 87,36%.


(16)

viii

The Development of Chemistry Learning Media for Senior High School by using Android- based Mobile Learning in Electron Configuration and

Periodic Table By : Rony Irawan 08303241020

Main Supervisor :I Made Sukarna ABSTRACT

This research aims to develop, to know the worthiness, and the quality of assessment and responses of android- based mobile learning as chemistry learning media for high school students in electron configuration and element periodic table.

The model used in this study was procedural research model. It used the steps which were stated by Brog and Gall that consists of Analyze, Design, Development, and Implementation. The subject of this study was android- based mobile learning as chemistry learning media for high school students in electron configuration and element periodic table. The object of this study was the quality assessment and responses of android- based mobile learning as chemistry learning media for high school students in electron configuration and element periodic table where it was assessed from some points of view: materials and questions aspects, language, performance, and software. The instruments were advice sheets for the supervisor, the matter expert, IT expert, peer reviewer and a check list by using Likert scale for the reviewer and the students.

Based on the research result, the steps in making android- based mobile learning as chemistry learning media for high school students in electron configuration and element periodic table were making mobile learning software in Adobe Flash Professional CS6 program. Then there was the initial supervision from the supervisor, matter expert, IT expert, and peer reviewer. This media was worthy. All aspects were very good. The quality had average score of X = 109.2 ( X> 105.1), so it is in very good category, in ideal percentage 87.36%.


(17)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran Kimia SMA/MA denga Mobile Learning Berbasisi Android pada Materi Konfigurasi Elektron dan Tabel Periodik Unsur”

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :

Bapak Dr. Hartono selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta 1. Bapak Dr. Hari Sutrisno selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

2. Ibu Rr. Lis Permana Sari, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia dan selaku dosen pembimbing pendamping yang telah membimbing, memberikan semangat, dan pengalaman berharga selama proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak I Made Sukarna, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu mengarahkan, membimbing, dan memberikan dorongan sampai skripsi ini dapat diwujudkan.

4. Bapak/Ibu dosen FMIPA UNY atas segala ilmu pengetahuan, nasihat, saram dan pengalaman yang telah diberikan kepada saya.

5. Ibu Anifah Adhina Nuriha, S.Pd ( SMA Sibi Bina Anak Sholeh Yogyakarta), Bapak Irwanto, S.Pd(SMA GAMA Yogyakarta), Bapak Febri Trifanto, S.T (MA Sunan Pandanaran), Bapak Supri Madyo Purwanto S.Pd(MAN III Yogyakarta)dan bapak Faizal Akhmad Adi Masbukin S.Pd(SMA Al Azhar 9 Yogyakarta)selaku reviewer yang telah memberikan masukan dan penilaian terhadap mobile learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA. 6. Nurul Faeni Dewi, Minarti, dan Febri Kurniawan sebagai peer reviewer yang

telah memberikan koreksi, masukan, dan saran terhadap mobile learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA.

7. Ibu, Ayah dan keluarga tercinta terimakasih atas semua dukungannya. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik, masukan, dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.


(18)

x

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dari semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini. Aamiin aamiin ya Robbal „alamin. Barakallahu laka.

Yogyakarta, Juni 2015

Rony Irawan NIM. 08303241020


(19)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN... ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 8

G. Manfaat Penelitian ... 9

H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Kajian Teori ... 12

1. Pembelajaran Kimia ... 12

2. Belajar Mandiri ... 14

3. Media Pembelajaran ... 17

4. Fungsi dan manfaat media pembelajaran ... 21


(20)

xii

B. Tinjauan Ilmu Kimia ... 25

1. Ilmu Kimia ... 25

2. Materi Kimia SMA/MA Kelas XI konfigurasi elektron ... 26

3. Materi Kimia SMA/MA Kelas XI konfigurasi elektron ... 28

4. Mobile Learning ... 33

5. Android ... 40

C. Penelitian yang Relevan ... 45

D. Kerangka Berpikir ... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

A. Model Pengembangan ... 47

B. Prosedur Pengembangan ... 47

C. Peninjauan dan Penilaian Produk ... 51

1. Desain Tinjauan dan Penilaian Produk ... 51

2. Subjek dan Objek Penilaian ... 52

3. Jenis Data ... 53

D. TeknikPengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 53

E. Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Hasil Penelitian ... 58

1. Hasil Pengembangan Produk ... 58

2. Penilaian Produk ... 60

3. Penilaian oleh reviewer ... 64

B. Analisis Data dan Pembahasan ... 65

1. Data Proses Pengembangan ... 66

2. Data Kualitas Produk Oleh Reviewer ... 67

C. Revisi Produk ... 79

D. Kajian Produk Akhir ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(21)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Elektron Valensi AtomUnsur Blok s ... 30

Tabel 2. Elektron Valensi Atom Unsur Blok p ... 30

Tabel 3. Elektron Valensi Atom Unsur blok d ... 31

Tabel 4. Elektron Valensi Atom Unsur Blok f ... 33

Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Penentuan Kriteria Kualitas mobile learning untuk reviewer... 54

Tabel 6. Kriteria Penilaian Ideal... 56

Tabel 7. Data Penilaian oleh ReviewerPenilaian Kualitas Mobile Learning Berbasis Android secara keseluruhan ... 62

Tabel 8. Data Hasil Penilaian Kualitas Aspek Materi dan Soal pada Mobile Learning Berbasis Android Berdasarkan Penilaian Reviewer... 63

Tabel 9. Data Keseluruhan Hasil Penilaian Produk oleh Penilaian ... 64

Tabel 10. Hasil Akhir Penilaian KualitasMobile Learning pada Tiap Aspek ... 65

Tabel 11. Data Skor Penilaian Kualitas mobile learningoleh Reviewer ... 67

Tabel 12. Kualitas setiap aspek mobile learningberdasarkan penilaian reviewer ... 69

Tabel 13. Kualitas mobile learning untuk aspek materi dan soal berdasarkan penilaian reviewer ... 71

Tabel 14. Kualitas mobile learninguntuk aspek kebahasaanberdasarkan penilaian reviewer ... 73

Tabel 15. Kualitas mobile learning untuk aspek keterlaksanaan berdasarkan penilaian reviewer ... 75

Tabel 16. Kualitas mobile learning untuk aspek Tampilan Audio Visual berdasarkan penilaian reviewer ... 77

Tabel 17. Kualitas mobile learning untuk aspek rekayasa perangkat lunakberdasarkan penilaian reviewer ... 82


(22)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Diagram tingkat energi ... 26 Gambar 2. skema pembelajaran m- learning ... 35 Gambar 3a. Skema Langkah Kerja Penelitian (bagian 1) ... 50 Gambar 3b. Skema Langkah Kerja Penelitian (bagian 2) ... 51 Gambar 4. Skema Desain Peninjauan dan Penilaian Produk ... 52 Gambar 5. Printscreen Navigasi Halaman Utama... ... 60 Gambar 6. Diagram Hasil Penilaian Kualitas Media Pembelajaran Kimia

SMA/MA dengan Mobile Learning Berbasis Android Pada Materi Konfigurasi Elektron dan Tabel Periodik Unsur berdasarkan Reviewer ... 63


(23)

xv

DAFTARLAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Instrumen Penilaian Kualitas Mobile learning untuk Guru Kimia

SMA/MA ... 94 Lampiran 2. Rancangan Materi dan Soal yang di muat dalam mobile ... 107 Lampiran 3. Daftar Ahli Materi, Ahli IT, dan Peer Reviewer, serta

Reviewer ... 142 Lampiran 4. Tabulasi Data Penilaian Reviewer terhadap Media Pembelajaran

Kimia SMA/MA dengan Mobile Learning Berbasis Android Pada Materi Konfigurasi Elektron dan Tabel Periodik ... 143 Lampiran 5. Perhitungan Kualitas Media Pembelajaran Kimia SMA/MA dengan

Mobile Learning Berbasis Android Pada Materi Konfigurasi Elektron dan Tabel Periodik Unsur berdasarkan Data Penilaian reviewer ... 144 Lampiran 6. Perhitungan Kualitas Tiap Aspek Mobile Learning Berbasis

AndroidBerdasarkan Penilaian Reviewer ... 147 Lampiran 7. Surat Pernyataan Ahli Materi, Ahli IT, dan Reviewer ... 152 Lampiran 8. Masukan Ahli Materi ... 162 Lampiran 9. Masukan Ahli IT... 164 Lampiran 10. Masukan Peer Reviewer ... 166 Lampiran 11. Lembar Penilaian Reviewer ... 170 Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian ... 193 Lampiran 13. Printscreen Produk Mobile Learning ... 194


(24)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (pendidik), komponen penerima pesan (peserta didik), dan komponen pesan itu sendiri biasanya berupa materi pelajaran. Kadang–kadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan yang di sampaikan pendidik tidak dapat di terima oleh peserta didik dengan optimal, tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh peserta didik dan lebih parah lagi peserta didik sebagai penerima pesan salah menangkap isi pesan yang disampaikan. Menghindari semua itu, maka pendidik dapat menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media sumber belajar (Sanjaya Wina, 2007: 160).

Perkembangan teknologi saat ini telah menciptakan terobosan baru dalam pengembangan dunia pendidikan. Dunia pendidikan bertanggung jawab untuk menyiapkan generasi muda yang memiliki pengetahuan sekaligus keterampilan yang tinggi. Generasi muda diharapkan tidak hanya memanfaatkan perkembangan alat kemajuan IPTEK untuk hal yang kurang bermanfaat, tetapi dapat memanfaatkan bagi peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) di Indonesia, misalnya dengan menggunakannya untuk media pembelajaran. Generasi muda merupakan SDM yang tinggi yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia saat ini. Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan diperlukan perubahan dan


(25)

2

pengembangan metode kegiatan belajar mengajar yang dahulu masih bersifat konvensional, kearah yang lebih modern dan efektif sehingga diharapkan proses kegiatan belajar mengajar lebih optimal. Penerapan pengembangan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemajuan teknologi saat ini yaitu memanfaatkan perangkat bergerak (smartphone) dalam proses kegiatan belajar mengajar atau lebih dikenal dengan Mobile-Learning yang merupakan generasi penerus e-learnig.

Menurut I Made Agus Wirawan (2011: 316), pemanfaatan teknologi mobile phone selama ini tidak hanya terfokus sebagai sarana komunikasi, ataupun hiburan, tetapi sudah dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Salah satu media berbasis mobile learning yang bisa digunakan oleh guru dalam pembelajaran dan belum banyak dikembangkan adalah aplikasi mobile learning. Mobile learning merupakan aplikasi berbentuk permainan yang berisi materi pelajaran dan dibangun sesuai dengan tingkat pendidikan dan juga disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dan dijalankan pada perangkat mobile learning

Menurut Micelle Pieri dalam Muhamed Ally (2009:193), pembelajaran dengan menggunakan mobile learning membuat pembelajaran siswa menjadi menarik dan menyenangkan. Proses belajar akan efektif apabila siswa berada dalam kondisi senang dan bahagia. Begitu juga sebaliknya, siswa akan merasa takut, cemas, was-was, merasa tidak nyaman yang dapat mengakibatkan hasil kurang optimal apabila proses belajar siswa terlalu dipaksakan (Eko Susanto, 2009: 19-20). Sejalan dengan hal itu, aplikasi mobile game sebagai media pembelajaran dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sesuai dengan desain


(26)

3

pembelajaran yang ada, untuk menciptakan suasana belajar yang baru, efektif, dan menyenangkan demi memudahkan tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran.

Terobosan untuk pengembangan mobile learning menjadi lebih mudah dengan hadirnya berbagai macam ponsel pintar atau smartphone. Smartphone merupakan barang yang tidak asing lagi bagi kalangan siswa. Kebanyakan siswa SMA/MA sudah setiap hari memakai smartphone. Smartphone yang beredar di pasaran ada yang sangat populer yaitu IOS phone, Blackberry phone, Symbian phone, dan Android phone. Smartphone yang menjadi tren masa kini dan perkembangannya sangat pesat adalah Android phone, sehingga pengembangan mobile learning dalam Android phone ini sangat menjanjikan.

Penggunaan media mobile learning sangat membantu dalam penyampaian materi pelajaran. Materi kimia yang diajarkan di SMA/MA sangat banyak dan alokasi waktu yang diberikan dalam proses pembelajaran di sekolah sangat terbatas. Keterbatasan alokasi waktu ini menyebabkan guru terkadang hanya mengutamakan penyelesaian materi pelajaran dan kurang memberi kesempatan siswa untuk berlatih soal. Kurangnya siswa dalam berlatih soal dapat mengakibatkan penguasaan terhadap materi dan konsep kimia juga kurang optimal.

Perangkat mobile yang digunakan dalam mobile learning antara lain PDA, handphone/smarthphone, laptop, dan tablet PC. Karakteristik perangkat mobile ini memiliki tingkat fleksibilitas dan portabilitas yang tinggi sehingga memungkinkan siswa dapat mengakses materi, arahan dan informasi yang berkaitan dengan pembelajaran kapanpun dan dimanapun. Hal ini akan meningkatkan perhatian


(27)

4

siswa pada materi pembelajaran (Yuniati, 2011 : 94). Lebih lanjut Yuniati ( 2011 : 97) mengungkapkan bahwa, mobile learning mampu menjadikan handphone yang awalnya hanya digunakan untuk sms, telpon, atau internet menjadi alat belajar lengkap yang berisi materi pelajaran yang terdiri materi, soal, dan try out dilengkapi berbagai fitur seperti search, jumpto dan back.

Penggunaan handphone dalam bidang pendidikan di Indonesia, khususnya untuk pembelajaran peserta didik secara mandiri masih sangat sedikit digunakan, padahal setiap hari peserta didik tidak lepas dari handphone. Pengembangan media pembelajaran kimia mobile learning berbasis android mampu menjadi salah satu alternatif media pembelajaran mandiri yang lebih menarik, lebih praktis, lebih hemat dan dapat digunakan oleh pengguna/peserta didik belajar kimia dimana pun dan kapan pun.

Salah satu pertimbangan dalam mengembangkan handphone menjadi media pembelajaran m-learning adalah basis sistem operasi yang digunakan. Sistem operasi merupakan penghubung antara aplikasi dengan hardware sehingga pengguna dapat menjalankan fungsi-fungsi tertentu. Sistem operasi pada handphone yang digunakan oleh siswa di SMA berbasis android, selebihnya adalah Java dan Black Berry. Android merupakan salah satu sistem operasi handphone yang bersifat open source. Menurut Ardiansyah (2011: 6), open source memungkinkan sources code (kode sumber) pada Android dapat dibaca oleh pengembang untuk mengkostumisasi berbagai fitur aplikasi sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Android merupakan sitem operasi yang banyak digunakan pada telepon pintar (smartphone) dan tablet PC.


(28)

5

Dibandingkan dengan handphone yang menggunakan sistem operasi Java, dan Black Berry, handphone dengan sistem operasi android memiliki kelebihan dari segi software dan hardware. Gandhewar (2010: 17) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa Android merupakan sistem operasi perangkat mobile yang lebih unggul dibanding Simbian dan Windows Mobile. Sistem operasi Android yang mendukung pengembangan aplikasinya dan daya dukung hardware pada perangkat keras yang menggunakan sistem operasi Android diharapkan menghasilkan media pembelajaran m-learning yang representatif. Media yang dihasilkan tidak hanya monoton dengan teks saja, tetapi juga memuat unsur-unsur multimedia audio/visual bahkan animasi yang memudahkan siswa dalam memahami materi.

Konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur merupakan materi kimia kelas XI SMA/MA semeseter 1. Materi ini banyak yang berupa konsep sehingga untuk lebih memahami materi ini siswa saharusnya banyak berlatih soal. Sejalan dengan hal ini, penggunaan mobile learning sangat sesuai untuk siswa dalam berlatih soal.

Beberapa materi dalam ilmu kimia banyak yang berupa konsep. Siswa tidak bisa mempelajari secara langsung dengan kasat mata sehingga, dibutuhkan peran media agar siswa lebih mudah dalam mempelajari materi tersebut. Materi Konfigurasi electron dan tabel periodik unsur banyak yang berupa konsep sehingga untuk lebih memahami materi ini siswa seharusnya banyak berlatih soal. Materi ini membutuhkan pemahaman yang kuat sehingga, dibutuhkan media pembelajaran yang representatif dan bisa diulang-ulang kapanpun dan dimanapun


(29)

6

siswa membutuhkanya. Pengembangan media m-learning diharapkan bisa memfasilitasi kebutuhan siswa untuk mempelajari materi tersebut setiap saat tanpa ada batasan waktu dan tempat

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan maka dapat diidentifikasikan masalah, yaitu :

1. Pembelajaran secara konvensional cenderung membosankan.

2. Materi kimia SMA/MA yang sangat banyak dan alokasi waktu mengajar guru yang terbatas.

3. Aplikasi android belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai media pembelajaran.

4. Materi konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur masih dianggap sulit bagi sebagian besar siswa

C. Pembatasan Masalah

1. Tahap-tahap pengembangan mobile learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA berbasis android pada materi konfigurasi elektron dan tabel preiodik unsur?

2. Kelayakan dari mobile learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA berbasis android pada materi konfigurasi elektron dan tabel preiodik unsur?


(30)

7

3. Penilaian kualitas dan tanggapan guru terhadap mobile learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA berbasis android pada materi konfigurasi elektron dan tabel preiodik unsur?

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

4. Bagaimana tahap-tahap pengembangan mobile learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA berbasis android pada materi konfigurasi elektron dan tabel preiodik unsur?

5. Bagaimana kelayakan dari mobile learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA berbasis android pada materi konfigurasi elektron dan tabel preiodik unsur?

6. Bagaimana penilaian kualitas dan tanggapan guru terhadap mobile learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA berbasis android pada materi konfigurasi elektron dan tabel preiodik unsur?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengembangkan mobile learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA berbasis android pada materi konfigurasi elektron dan tabel preiodik unsur.


(31)

8

2. Mengetahui kelayakan dari mobile learning media pembelajaran kimia SMA/MA berbasis android pada materi konfigurasi elektron dan tabel preiodik unsur.

3. Mengetahui penilaian kualitas dan tanggapan guru terhadap mobile learning sebagai media pembelajaran kimia SMA/MA berbasis android pada materi konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian pengembangan ini berupa media pembelajaran kimia SMA/MA berbasis android pada materi konfigurasi elektron dan tabel preiodik unsur yang meliputi:

1. Bahasa yang digunakan dalam mobile learning yaitu bahasa Indonesia.

2. Media pembelajaran kimia SMA/MA berbasis android berisi beberapa navigasi yaitu kompetensi, menu, tentang dan keluar. Menu utama terdiri dari materi yang disampaikan dan di dalamnya terdapat sub menu, yaitu materi, petunjuk, contoh soal, soal dan skor.

3. Materi dalam media pembelajaran kimia berbasis android disusun sesuai dengan materi struktur atom.

4. Soal dalam media pembelajaran berbasis android keluar secara acak. 5. Media yang dikembangkan dijalankan secara perorangan.

6. Program yang digunakan untuk membuat media pembelajaran kimia adalah program Adobe Flash Proffessional CS 6.0..


(32)

9

7. Program media pembelajaran kimia ini dapat dioperasikan minimal menggunakan perangkat mobile learning dengan sistem operasi Android 2.3.

G. ManfaatPenelitian

Penilitian pengembangan ini mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan suatu media alternatif dalam pembelajaran kimia

2. Meningkatkan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kemajuan dan informasi secara optimal

3. Mempermudah siswa untuk mempelajari materi konfigurasi elektron dan tabel preiodik unsur kapan dan dimanapun.

4. Menambah pemanfaatan mobile learning sebagai media pembelajaran siswa 5. Mengenalkan kepada guru SMA dan sekolah tentang manfaat integrasi

teknologi berbasis IT ke dalam pembelajaran guna meningkatkan pemahaman dan penguasaan siswa terhadap mata pelajaran kimia.

6. Bagi siswa, pembelajaran kimia berbasis android dapat dijadikan sebagai media pembelajaran interaktif , untuk berlatih soal, dan diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah belajar seperti kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran, siswa merasa jenuh, dan terkesan monoton dalam proses pembelajaran serta sebagai media untuk belajar mandiri.

7. Bagi guru kimia SMA pembelajaran kimia berbasis android dapat digunakan sebagai alternatif media untuk mengajar, sehingga pembelajaran menjadi lebih variatif. Selain itu, juga untuk memberikan latihan soal di luar alokasi waktu pelajaran yang sedikit.


(33)

10 H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Asumsi pengembangan produk dalam penelitian ini adalah:

1. Adanya pembelajaran kimia berbasis android maka siswa akan tertarik dan termotivasi untuk mempelajari kimia.

2. Media mobile learning bisa di install pada semua handphone android

3. Semua siswa dan guru yang memiliki handphone android bias menggunakan media pembelajaran mobile learning.

4. Guru sebagai reviewer memiliki pemahaman yang sama tentang ilmu kimia dan media pembelajaran.

5. Siswa memiliki pemahaman yang sama tentang ilmu kimia dan media pembelajaran.

6. Media pembelajaran mobile learning dapat menjadi salah satu sumber belajar mandiri bagi siswa.

Keterbatasan pengembangan mobile learning adalah: 1. Tidak semua siswa dan guru memiliki handphone android.

2. Media hanya memuat materi konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur. 3. Media tidak bisa di install pada handphone selain handphone android

I. Definisi Istilah

Beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini adalah: 1. Mobile learning

Mobile learnng adalah perangkat elektronik yang dapat digunakan untuk membuat dan menerima panggilan melalui gelombang radio yang dapat


(34)

11

digunakan dalam area geografis yang luas. Penelitian pengembangan ini membatasi pada mobile phone berbasis operasi sistem Android.

2. Media pembelajaran berbasis mobile learning

Media pembelajaran berbasis mobile phone adalah media pembelajaran interaktif, dibuat dengan beberapa program software aplikasi, berisi materi pelajaran, diakses/dioperasikan melalui bantuan mobile phone Android, dan digunakan untuk menunjang dan membantu proses pembelajaran.

3. Kelayakan media pembelajaran

Mobile learning ini layak digunakan sebagai media pembelajaran apabila memenuhi kriteria minimal Baik (B). Kelayakan media pembelajaran dalam bentuk mobile game ini dapat ditinjau dari aspek materi dan soal; aspek kebahasaan; aspek keterlaksanaan; aspek tampilan audio dan visual; dan aspek rekayasa perangkat lunak.

4. Ahli Materi

Ahli materiadalah dosen kimia yang memiliki pengetahuan tentang kimia khususnya pada materi konfigurasi elektron dan tabel preiodik unsur.

5. Ahli Media

Ahli Media adalah dosen yang memiliki pengetahuan tentang teknologi informasi dan media pembelajaran yang baik dan menarik.

6. Peer Reviewer

Peer Reviewer yaitu teman sejawat yang melaksanakan pengembangan serta memahami mobile learning sebagai media pembelajaran yang baik dan menarik.


(35)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Kimia

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi dalam interaksi pembelajaran, baik faktor internal yang datang dari dalam individu maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi siswa (E. Mulyasa, 2008: 100 ).

Pembelajaran kimia tidak lepas dari pengertian pembelajaran dan pengertian ilmu kimia itu sendiri. Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak bisa dipisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) dan kimia sebagai proses yaitu kerja ilmiah (E. Mulyasa, 2006: 132-133).


(36)

13

Pembelajaran kimia menekankan pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Permendiknas No. 22 tahun 2006). Pembelajaran kimia dapat terlaksana dengan baik dengan adanya interaksi pembelajaran yang menarik antara guru dan siswa. Keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya, strategi belajar mengajar, metode dan pendekatan pembelajaran, serta sumber belajar yang digunakan baik dalam bentuk buku, modul, lembar kerja, media, dan lain-lain. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu keterbatasan guru dalam menyampaikan informasi maupun keterbatasan jam pelajaran di kelas. Media berfungsi sebagai sumber informasi materi pembelajaran maupun sumber soal-soal latihan. Kualitas pembelajaran juga dipengaruhi oleh perbedaan individu siswa, baik perbedaan gaya belajar, perbedaan kemampuan, perbedaan kecepatan belajar, latar belakang, dan sebagainya.

Pengertian pembelajaran kimia konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur tidak terlepas dari pengertian pembelajaran kimia secara umum. Pembelajaran kimia konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur menekankan pemberian pengalaman belajar secara langsung terhadap objek konkrit yang berhubungan dengan materi konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur. Pembelajaran kimia konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur lebih mengarah kepada penanaman konsep kimia kepada siswa. Namun, keterbatasan waktu guru dalam mengajar mengakibatkan guru hanya berorientasi kepada penyelesaian materi dan kurang memberikan latihan soal (pengalaman langsung) kepada siswa.


(37)

14

Kurangnya siswa dalam berlatih soal mengakibatkan siswa akan kurang memahami materi yang disampaikan gurunya. Oleh karena itu, guru dapat menggunakan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan waktunya dalam mengajar.

2. Belajar mandiri a. Belajar

Terdapat beberapa pendapat tentang definisi belajar, diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Belajar menurut Kemendikbud (1989: 13) adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang di sebabkan oleh pengalaman.

2) Menurut Slamet (2003: 02) “Belajar adalah suatu proses yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, ssebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”

3) Witherington mengemukakan “belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”1

Dari ketiga pengertian di atas jadi belajar adalah suatu proses untuk memperoleh perubahan yang terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. b. Manfaat Belajar


(38)

15

1) Dapat memberi pengalaman belajar langsung dan kongkrit kepada peserta didik.

2) Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi ataupun dilihat secara langsung dan kongkrit.

3) Dapat menambah dan memperluas cakrawala kajian yang ada di kelas. 4) Dapat memeberikan informasi yang akurat dan jelas.

5) Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan baik dalam lingkungan mikr maupun makro

6) Dapat menambah motivasi yang positif, apabila diatur, direncanakan pemanfaatannya secara tepat.

7) Dapat merangsang untuk berpikir, bersikap, dan berkembang lebih lanjut.

Menurut Haris Mudjiman (2007: 7) belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar dan cara pencapaiannya, baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara belajar, sumber belajar, maupun evaluasi hasil belajar dilakukan oleh siswa sendiri.

Niat atau motif dalam belajar mandiri merupakan hal yang lebih penting dalam belajar mandiri dibandingkan kenampakan fisik kegiatan belajar. Misalnya siswa melakukan kegiatan belajar sendiri dan tampak sungguh-sungguh dalam mencari data dari berbagai sumber, belum tentu perbuatannya itu didorong oleh


(39)

16

keinginannya sendiri untuk menguasai suatu kompetensi. Mungkin sebenarnya ia tidak tertarik dengan hal itu dan melakukannya hanya karena diperintah oleh orang lain, misalnya gurunya. Bila ini yang terjadi, dapat diperkirakan kualitas kegiatan belajarnya tidak akan sebaik bila dibandingkan dengan kegiatan belajar yang didorong oleh motif untuk menguasai suatu kompetensi (Haris Mudjiman, 2007: 8).

Secara sederhana konsep belajar mandiri terdiri dari (Haris Mudjiman, 2007: 9-14):

1) Kepemilikan kompetensi tertentu sebagai tujuan belajar.

Tujuan belajar mandiri adalah mencari kompetensi baru, baik berbentuk pengetahuan atau keterampilan untuk mengatasi sesuatu masalah. Untuk mendapatkan kompetensi baru itu, secara aktif siswa mencari informasi dari berbagai sumber dan mengolahnya berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki. 2) Belajar aktif sebagai strategi belajar untuk mencapai tujuan.

Guna mencapai tujuan belajar mandiri, yaitu sesuatu atau serangkaian kompetensi, salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan adalah strategi belajar aktif. Belajar aktif merupakan bentuk kegiatan belajar alamiah yang dapat menimbulkan kegembiraan, membentuk suasana belajar tanpa tekanan, dan memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan belajar yang ditetapkan. Kegiatan belajar aktif pada dasarnya merupakan kegiatan belajar yang bercirikan keaktifan siswa untuk mendapatkan sesuatu atau serangkaian kompetensi yang secara


(40)

17

akumulatif menjadi kompetensi lebih besar yang hendak dicapai melalui kegiatan belajar mandiri.

3) Keberadaan motivasi belajar sebagai prasyarat berlangsungnya kegiatan belajar.

Untuk melakukan belajar aktif, motivasi belajar merupakan prasyarat yang harus dikembangkan terlebih dahulu. Tanpa motivasi belajar yuang cukup kuat untuk menguasai sesuatau kompetensi, strategi belajar aktif tidak mungkin dijalankan. Namun sebaliknya, keberhasilan belajar aktif diperkirakan akan dapat menumbuhkan motivasi belajar.

4) Paradigma/ teori belajar konstruktivisme sebagai landasan konsep.

Pengggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk mendapatkan keterampilan atau pengetahuan baru adalah prinsip belajar menurut teori konstruktivisme. Teori belajar konstruktivisme merupakan dasar yang melandasi belajar mandiri. Hal ini karena, kelancaran kegiatan belajar mandiri sangat ditentukan oleh sejauh mana siswa telah memiliki pengetahuan yang relevan sebagai modal awal untuk menciptakan pengetahuan baru atas rangsangan dari informasi baru yang diperolehnya dalam proses pembelajaran. Informasi ini dapat diperoleh dari guru, orang lain atau dari sumber atau media belajar yang lain.

3. Media Pembelajaran

Pembelajaran secara umum berarti suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku sisiwa berubah kearah yang lebih


(41)

18

baik. Proses pembelajaran terdiri dari proses belajar dan mengajar. Proses belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan di sekolah. Pembelajaran merupakan kegiatan menyampaikan pesan berupa pengetahuan, keterampilan, dan penanaman dari sikap – skap tertentu dari guru pada peserta didik (Suyitinah, 2004 : 11).

Pembelajaran tidak terlepas dari dua komponen pembelajaran yang saling berkaitan yaitu proses belajar dan proses mengajar. Menurut Syaiful Sagala (2010 : 61), pembelajaran adalah membelajarkan sisiwa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar. Pengajaran merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi yang dilakukan antara guru ke siswa dan sebaliknya, dan siswa ke siswa. Dalam proses pembelajaran peranan guru bukan semata – mata memberikan informasi, juga mengarahkan dan memberikan fasilitas belajar.

Dari beberapa definisi tentang pembelajaran yang telah di kemukan oleh beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembeljaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan pembelajaran dengan maksud untuk memudahkan proses belajar.

Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal (sugihartono dkk, 2007: 80-81). Konsep pembelajaran dibagi dalam tiga pengertian :


(42)

19

1) Pembelajaran dalam pengertian kuantitatif merupakan penularan pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik. Pendidik dituntut untuk menguasai pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyampaikan kepada peserta didik dengan sebaik – baiknya.

2) Pembelajaran dalam pengertian institusional berarti penataan segala kemampuan mengajar sehingga dapat berjalan efisien. Pendidik dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai tehnik mengajar untuk bermacam

– macam peserta didik yang memiliki berbagai perbedaan individual.

3) Pembelajaran dalam pengertian kualitatif berarti upaya pendidik untuk memudahkan kegiatan belajar peserta didik. Peran pendidik dalam pembelajaran tidak sekedar memberikan pengetahuan kepada peserta didik, tetapi juga melibatkan peserta didik dalam aktivasi belajar yang efektif dan efisien.

Sebelum mengkaji tentang pembelajaran kimia, perlu diketahui hakikat dari ilmu kimia terlebih dahulu. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala – gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah), oleh sebab itu pembelajaran


(43)

20

kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk (Sukardjo dan Lis Permana Sari, 2007-2).

Menurut Permendiknas No.22 tahun 2006 mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siwa memiliki kemampun sebagai berikut.

1) Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. 2) Memupuk sikap ilmiah yang jujur, objektif, terbuka, ulet ,kritis, dan dapat

bekerjasama dengan orang lain.

3) Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode imiah dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.

4) Meningkatkan kesadaran tantang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.

5) Memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

6) Salah satu fungsi utama dalam pembelajaran kimia adalah memeberikan pengalaman yang merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar. Pembelajaran kimia yang baik adalah pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Pengalaman belajar dapat


(44)

21

diberikan melalui aktivitas pembelajaran yang melibatkan sejumlah media pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran kimia dapat dilaksanakan dalam bentuk pendidik sebagai fasilitator dan siswa belajar mandiri. Bentuk pembelajaran seperti ini biasa disebut sebagai belajar mandiri (independent learning). Dalam belajar mandiri siswa menggunakan bahan belajar yang didesain secara khusus. Materi pembelajaran dipelajari tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik. Jenis materi pembelajaran tersebut dapat berupa salah satu atau kombinasi program media, bahan cetak, film, kaset audio, slide, komputer dan lain sebagainya. Dalam bentuk kegiatan pembelajaran ini peranan pendidik sebagai tutor dalam mengontrol kemajuan siswa dan membantu siswa dalam memecahkan masalah harus dilakukan secara intensif dan individual.

4. Fungsi dan manfaat media pembelajaran

Fungsi media pembelajaran dalam proses belajar peserta didik adalah 1) Membantu guru dalam:

a) Mempermudah, menyerdehanakan, dan mempercepat keberlangsungan proses belajar mengajar.

b) Penyajian informasi atau keterampilan secara utuh dan lengkap

c) Merancang lingkup infoormasi dan keterampilan secara sistematis sesuai dengan tingkat kemampuan dan alokasi waktu.


(45)

22

2) Membantu peserta didik dalam mengaktifkan fungsi psikologi dalam dirinya antara lain:

a) Pemusatan perhatian, mempertahankan perhatian

b) Memelihara keseimbangan mental (otak) dan fisik (indera)

c) Mendorong belajar mandiri (mempercepat kontruksi/ rekontruksi kognitifnya)

Berfungsinya suatu media pembelajaran dalam sebuah proses atau kegiatan berarti media itu memiliki manfaat. Sejauh mana manfaat suatu media bergantung sejauh mana media itu telah berfungsi.

5. Penelitian pengembangan

Penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010: 297). Penelitian pengembangan biasanya disebut pengembangan berbasis penelitian (research based development) merupakan jenis penelitian yang sedang meningkat penggunaannya dalam pemecahan masalah praktis dalam dunia penelitian, terutama penelitian pendidikan dan pembelajaran.

Prosedur penelitian pengembangan terdiri atas dua tahap yaitu (a) mengembangkan produk model, dan (b) menguji kualitas dan atau efektivitas produk yang dihasilkan.

Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang berorientasi untuk mengembangkan produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan penelitian pengembangan tidak


(46)

23

dimaksudkan untuk menguji teori, tetapi untuk menghasilkan atau mengembangkan produk dan menguji kualitasnya (Nana Syaodih Sukmadinata, 2008 : 196).

Mengacu pada percobaan yang telah dilakukan pada Far West Laboratory, secara lengkap menurut Brog dan Gall (1989) dalam Nana Syaodih Sukmadinata (2008: 201-202), ada sepuluh langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengemebangan, yaitu sebagai berikut.

1) Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting). Pengukuran kebutuhan, studi literature, penelitian dalam skala kecil, dan pertimbangan – pertimbangan dari segi nilai.

2) Perencanaan (planning) yaitu menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan – kemampuan yang di perlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah – langkah penelitian, dan kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.

3) Pengembangan draft produk (develop preliminary from of product). Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran, dan instrument evaluasi.

4) Uji coba lapangan awal (preliminary field testing). Uji coba di lapangan pada 1 sampai 3 sekolah dengan 6 sampai 12 subjek uji coba ( pendidik). Selama ini uji coba dilaksanakan pengamatan, wawancara, dan pengedaran angket. 5) Merevisi hasil uji coba ( main product revesion)


(47)

24

6) Uji coba lapangan (main field testing). Melakukan uji coba yang lebih luas 5 sampai dengan 15 sekolah dengan 30 sampai dengan 100 orang uji coba. Data kuantitatif penampilan pendidik sebelum dan sesudah menggunakan model yang dicobakan di kumpulkan. Hasisl – hasil pengumpulan data dievaluasi dan kalau mungkin dibandingkan dengan kelompok pembanding.

7) Penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan (operasional product revision).

8) Uji pelaksanaan lapangan (operasional fielt testing). Dilaksanakan pada 10 sampai dengan 30 sekolah melibatkan 40 sampai 200 subjek. Penguji dilakukan melalui angket, wawancara, observasi, dan analisis hasilnya.

9) Penyempurnaan produk akhir (final product revesion). Penyempurnaan didasarkan masukan dari uji pelaksanaan lapangan.

10) Desiminasi dan implementasi (dissemination and implementation). Melaporkan hasilnya dalam pertemuan professional dan dalam jurnal, bekerjasama dengan penerbit untuk penerbitan, serta memonitor penyebaran untuk pengontrolan kualitas.

Dari kesepuluh langkah penelitian pengembangan ini apabila diikuti dengan benar, data meghasilkan sebuah produk pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan, yang siap dioperasikan atau digunakan di sekolah-sekolah.


(48)

25 B. Tinjauan Ilmu Kimia

1. Ilmu Kimia

Kimia merupakan ilmu yang termasuk dalam rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik yang sama dengan IPA. Karakterisitik tersebut adalah dari segi objeknya, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan induktif namun pada perkembangannya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori deduktif. Menurut (Tresna Wijaya 1998: 33-34), pembelajaran kimia harus memperhatikan hal-hal berikut ini:

a. Materi pembelajaran memperhatikan perkembangan ilmu kimia.

b. Memberikan pengertian yang baik dan mendalam tentang bidang kimia c. Memeberikan wawasan mengenai cara berfikir ilmiah

d. Memberikan pengalaman kerja kimia nyata dan merangsang siswa berlatih berpikir secara kritis dan ilmiah melalui kerja praktik di laboraturium.

e. Menyadarkan siswa kegunaan ilmu kimia dalam industri dan kehidupan sehari-hari.

Pengajaran kimia tidak hanya merupakan penamaan fakta kepada peserta didik, tetapi juga merupakan suatu usaha untuk mendidik peserta didik agar mengambil manfaat dari cara-cara kerja ilmuwan. Tujuan pengajaran kimia adalah memperoleh pamahaman yang tahan lama perihal beberapa fakta, kemampuan mengenal, dan memecahkan masalah, mempunyai keterampilan dalam


(49)

26

penggunaan laboraturium, serta memunyai sikap ilmiah yang dapat ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Materi kimia SMA/MA kelas XI Konfigurasi Elektron

Elektron tersusun dalam atom mengikuti tiga aturan, yaitu asas aufbau, asas larangan pauli, kaidah hund.

a. Asas Aufbau

Aufbau berprinsip bahwa pengisisan elektron pada orbital dimulai dari tingkat energy terendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Orbita s mempunyai tingkat energy terendah, dan berturut-turut makin tinggi untuk orbital p, d, dan f. pengisian elektron pada orbital atau sub kulit akan lebih jelas dengan menggunakan diagram pada gambar 1

Gambar 1. Diagram tingkat energi

b. Asas larangan pauli

Pauli mengemukakan hipotesisnya yang menyatakan bahwa dalam satu atom tidak mungkin dua elektron mempunyai keempat bilangan kuantum sama. Misal, 2 elektron akan menempati subkulit 1s. Tiga bilangan kuantum pertama


(50)

27

akan mempunyai nilai yang sama (n = 1, l = 0, m = 0). Untuk itu bilangan kuantum yang terakhir, yaitu bilangan kuantum spin(s) harus mempunyai nilai berbeda +1/2 dan -1/2.

Dengan kata lain, setiap orbital maksimal hanya dapat terisi 2 elektron dengan arah spin berlawanan. Sebagai contoh, pengisian elektron pada orbital 1s digambarkan sebagai berikut:

Mengapa pada satu orbital hanya dapat ditempati maksimal oleh dua elektron? Karena jika ada elektron ketiga, maka elektron tersebut pasti akan mempunyai spin yang sama dengan salah satu elektron yang terdahulu dan itu akan melanggar asas larangan Pauli dengan demikian tidak dibenarkan. Jumlah elektron maksimal untuk tiap subkulit sama dengan dua kali dari jumlah orbitalnya.

c. Kaidah Hund

Frederick Hund, 1927 (dikenal Hund) mengatakan bahwa pengisian elektron pada orbital yang setingkat (energinya sama) dalam satu orbital adalah satu per satu dengan arah spin yang sama sebelum berpasangan. Asas ini dikemukakan berdasarkan penalaran bahwa energi tolak-menolak antara dua elektron akan minimum jika jarak antara elektron berjauhan. Untuk lebih memahaminya, perhatikan gambaran pengisian elektron pada orbital p.


(51)

28 Contoh pengisian yang salah

Untuk penulisan konfigurasi elektron yang mempunyai jumlah elektron besar dapat dilakukan penyederhanaan. Penyederhanaan dilakukan dengan menuliskan simbol dari unsur gas mulia yang mempunyai nomor atom di bawahnya, diikuti dengan penulisan kekurangan jumlah elektron setelah gas mulia tersebut.

3. Materi kimia SMA/MA kelas XI Tabel Periodik Unsur

Table periodik yang digunakan saat ini adalah table periodik modern atau dikenal dengan nama tabel periodik bentuk panjang. Pada tabel periodik ini lajur –

lajur horizontal yang disebut periode. Disusun berdasarkan kenaikan nomor atom, sedangkan lajur vertikal disebut yang disebut golongan. (Sri Rahayu Ningsih dkk, 2007: 17-20)

a. Pengelompokan unsur – unsur

Tabel periodik unsur – unsur terdiri dari dua golongan besar, yaitu golongan utama (golongan A) dan golongan transisi (golongan B). Penggolongan


(52)

29

unsur ini didasarkan atas konfigurasi elektron atom–atom. Dari konfigurasi elektron atom – atomnya, unsur juga dapat di kelompokkan ke dalam blok yaitu blok s, blok p, blok d, dan blok f.

Unsur – unsur blok s dan blok p masuk dalam golongan utama (golongan A), sedangkan Unsur – unsur blok d dan blok f masuk dalam golongan transisi (golongan B)

b. Penentuan golongan dan periode 1) Golongan utama (golongan A)

Unsur yang termasuk golongan utama adalah unsur – unsur yang elektron terakhir terdapat sub kulit s atau sub kulit p. unsur golongan utama termasuk ke dalam unsur blok s dan blok p. pada golongan utama, elektron valensi adalah jumlah elekron pada kulit terluar.

a) Unsur – unsur blok s

Unsur – unsur yang tersusun dari atom dengan konfigurasi elektron terakhirnya berada pada sub kulit s, termasuk unsur – unsur bloks.

Contoh:

11Na: 1s2 1s2 2p6 3s1

Unsur Na terletak pada Golongan IA, periode 3, blok s Atau [Ne] 3s1 56Ba: 1s2 1s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p6 4d10 5s2 5p6 6s2 unsur Ba terletak pada golongan IIA, periode 6, bloks Atau [Xe] 6s2


(53)

30

Tabel 1. Elektron Valensi AtomUnsur Blok s Golongan Elektron Valensi

IA

IIA

ns1

ns2

b) Unsur – unsur blok p

Unsur – unsur yang tersusun dari atom dengan konfigurasi elektron terakhirnya berada pada sub kulit sdan sub kulit p, termasuk unsur – unsur blok p. Contoh:

13Al: 1s2 1s2 2p6 3s2 3p1

Unsur Al terletak pada golongan IIIA, periode 3, blok p Tabel 2. Elektron Valensi Atom Unsur Blok p

Golongan Elektron valensi

IIIA

IVA

VA

VIA

VIIA

VIIIA

ns2 np1

ns2 np2

ns2 np3

ns2 np4

ns2 np5


(54)

31 2) Golongan transisi ( golongan B)

Unsur – unsur yang termasuk golongan transisi adalah unusr – unsur yang elektron terakhirnya terdapat pada sub kulit d dan sub kulit f. unsur golongan transisi termasuk ke dalam unsur blok d dan blok f.

a) Unsur – unsur blok d

Untuk unsur blok d, elektron valensinya adalah elektron pada kulit terluar dan elektron pada sub kulit d dari kulit kedua terluar.

Table 3. Elektron Valensi Atom Unsur blok d

Golongan Elektron Valensi IIIA

IVA

VA

VIA

VIIA

VIIIA

IB

IIB

(n-1) d1 ns2 (n-1) d2 ns2 (n-1) d3 ns2 (n-1) d5 ns1 (n-1) d5 ns2 (n-1) d6 ns2 (n-1)d7ns2 (n-1) d8ns2 (n-1) d10 ns1 (n-1) d10 ns2


(55)

32 b) Unsur – unsur blok f

Atom unsur blok f mempunyai elektron valensi sub kulit s pada kulit terluar dan elektron pada sub kulit f dari kulit ketiga terluar. Blok f terdiri dari dua golongan yaitu golongan lantanida dan golongan aktinida.

1) Unsur – unsur lantanida

Unsur – unsur lantanida adalah unsur yang mempunyai sifat mirip dengan unsur lanthanum (La), sehingga dimasukkan ke dalam satu golongan. Unsur – unsur lantanida termasuk periode 6, sama dengan lantanum. Elektron terakhir dari atom unsur lantanida menmpati sub kulit 4f. Jumlah elektron di subkulit 4f mulai dari 1 sampai dengan 14, sehingga golongan lantanida terdiri dari 14 unsur.

Contoh:

60Nd: [Xe] 6s2 4f4 67Ho: [Xe] 6s2 4f4

Unsur golongan Nd dan Ho terletak pada golongan lantanida, periode 6, blok d 2) Unsur – unsur aktinida

Unsur – unsur aktinida termasuk golongan IIIB periode 7 sama dengan aktinum. Elektron terakhir dari atom unsur aktinida menempati sub kulit 5f. Jumlah di sub kulit 5f mulai dari 1 sampai dengan 14 sehingga golongan aktinida terdiri dari 14 unsur.


(56)

33 95Am: [Rn] 7s2 5f7

102No: [Rn] 7s2 5f14

Unsur golongan Am dan No terletak pada golongan aktinida, periode 7, blok f

Table 4. Elektron Valensi Atom Unsur Blok f Golongan Elektron valensi

Lantanida

Aktinida

6s2 4f1-14

7s2 5f1-14

4. Mobile Learning

a. Pengertian Mobile Learning

Mobile learning didefinisikan oleh Clark Quinn dalam tulisan (Triarso, Agus: 2010) adalah media pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Pada konsep pembelajaran tersebut mobile learning membawa manfaat ketersedian materi ajar yang dapat di akses setiap saat dan visualisasi materi yang menarik. Istilah m-learning atau mobile learning merujuk pada penggunaan perangkat genggam seperti android, tablet, smartphone, handphone, laptop dan perangkat teknologi informasi yang banyak digunakan dalam belajar mengajar, dalam hal ini difokuskan pada perangkat handphone.

Perkembangan terbaru dalam teknologi handphone semakin memungkinkan untuk mendukung mobile learning dan memanfaatkan situasi belajar spontan. Menurut Goh, mobile learning menawarkan kesempatan baru


(57)

34

untuk mengintegrasikan belajar spontan dalam skenario pembelajaran yang lebih formal. (Goh, 2009) (Ahmadi dkk, 2010:30).

Ally (2004: 1), mendefinisikan bahwa mobile learning adalah penyampaian materi pembelajran elektronik menggunakan peralatan komputasi mobile. Akses dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Kedua definisi diatas menekankan pada penggunaan peralatan komputasi mobile untuk mengakses materi pelajaran. Penggunaan peralatan mobile memungkinkan siswa bisa mengakses materi kapan saja dan dimana saja.

Menurut Nugraha (2010: 10), peralatan mobile device yang digunakan antara lain adalah handphone, PDA maupun smartphone. Meskipun demikian, secara umum peralatan mobile yang digunakan bisa berupa apa saja yang berukuran kecil, mudah di bawa dari satu tempat ketempat lain, dan bisa digunakan untuk mengakses materi pelajaran baik dari memori internal device maupun melalui akses jaringan internet.

Wijaya (2006: 2), menjelaskan bahwa tidak semua materi mengajar cocok disampaikan dengan konsep mobile learning. Materi yang tidak cocok

antara lain materi yang bersifat “hands on”, keterampilan sebagai mana dokter

gigi, seni music khususnya mencipta lagu, interview skills, team work, seperti marketing maupun materi yang membutuhkan pengungkapan ekspresi seperti tarian.

Mobile learning merupakan kelanjutan dari pembelajaran elektronik atau lebih dikenal dengan e – learning yang merupakan bagian dari D-learning


(58)

35

(distance learning– pembelajaran jarak jauh) (Georgiev: 2004: 1). Hal ini sejalan dengan UU Sistem Pendidikan Nasional BAB 1 pasal 1 poin 15 yang menyatakan: Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain.

Gambar 2. skema pembelajaran m- learning (Georgiev dkk: 2004)

Pembelajaran jarak jauh dimaksudkan untuk mengatasi jarak dan waktu antara guru dengan siswa, sehingga proses pembelajaran tetap berjalan meskipun guru dan siswa tidak berada pada waktu dan tempat yang sama. Media yang digunakan dalam pembelajaran jarak jauh bisa berupa modul, buku, dan media mengajar lain. Namun pembelajaran jarak jauh lebih identik dengan penggunaan media elekronik sehingga dikenal dengan istilah elektronik learning atau e-learning .

Pada pembelajaran e-learning kebebasan untuk belajar tanpa harus terikat waktu dan tempat menjadi faktor penting yang sering ditekankan. Namun Holzinger (2005: 1), menjelaskan bahwa di dalam e-learning tradisional kebutuhan minimum pada sebuah PC yang terhubung dengan jaringan internet. Dengan demikian memiliki konsekuensi independensi waktu dan tempat tidak


(59)

36

sepenuhnya terpenuhi karena siswa harus berada di depan komputer atau TV yang berada ditempat tertentu.

Untuk mengatasi keterbatasan pada e-learning dikembangkan model pembelajaran baru dengan memanfaatkan peralatan elektronik mobile (mobile device). Penggunaan mobil device memunculkan istilah baru dalam dunia pendidikan yaitu mobile learning atau lebih dikenal dengan istilah m-learning. Menurut Wood (2005) dalam Riyanto (2006: 387), istilah mobile learning ( m-learning) mengacu pada penggunaan perangkat IT genggam (handphone), laptop, dan tablet PC, dalam pengajaran dan pembelajaran.

Peralatan yang digunakan pada m-learning menggunakan perangkat mobile yang sangat fleksibel untuk dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Pada mobile learning akses data menggunakan jaringan wireless dengan kecepatan yang di batasi oleh teknologi jaringan wireless yang diantaranya adalah GPRS, 3G, wifi. Model pembelajaran m- learning adalah bentuk interaksi antara guru dan siswa yang bersifat informal.

b. Implementasi Mobile Learning

Penggunaan teknologi komunikasi dan informasi bergerak (mobile device) seperti PDA atau Handphone memungkinkan pembelajaran jarak jauh mobile learning bisa berlangsung fleksibel dan dinamis terhadap ruang dan waktu. Penggunaan mobil device juga memberi kesempatan lebih banyak antara guru dan siswa untuk dapat berkolaborasi dan berinteraksi secara informal (Riyanto, 2006: 2).


(60)

37

Menurut Zulkifli (2011: 15), terdapat tiga model implementasi mobile learning dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas, yaitu sebagai suplemen (tambahan) yang sifatnya pilihan (opsional), pelengkap (komplemen), dan pengganti (subtitusi).

1) Tambahan (suplemen)

Mobile learning menjadi suplemen atau tambahan jika penggunaan m-learning terpisah dari proses pembelajaran yang berlangsung. Siswa tidak ada keharusan untuk menggunakan m-learning. Meskipun bersifat opsional, siswa yang menggunakan m-learning tentu memiliki tambahan wawasan dan pengalaman belajar.

2) Pelengkap (komplemen)

Mobile learning berfungsi sebagai pelengkap pembelajaran di kelas jika learning deprogram untuk melengkapi pembelajaran di kelas. Materi m-learning digunakan sebagai penguat (reinforsmen) atau pengulang (remedial) bagi siswa.

3) Pengganti(subtitusi)

Mobile learning berfungsi sebagai pengganti jika m-learning sepenuhnya digunakan umenggantikan proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran sperti ini bertujuan memberi keleluasaan pada siswa untuk mengatur jadwal pembelajaran dengan kegiatan siswa lainnya. Pembelajaran seperti ini lebih efektif digunakan pada jenjang pendidikan tinggi seperti yang telah diterapkan pada beberapa perguruan tinggi di negara maju.


(61)

38

Wijaya (2006: 3), menjelaskan bahwa kesiapan untuk mengimplementasikan mobile learning di dalam pendidikan sangat bergantung pada semua stakeholder yang terkait. Kesiapan dapat di pahami sebagai kemampuan untuk menyelenggarakan dan berpartisipasi dalam mobile learning. Adapun stakeholder yang terkait antara lain guru, siswa, sekolah sebagai pihak penyelenggara dan pemerintah sebagai penyedia infrastruktur.

Mobile learning memiliki teknologi konektifitas yang lebih fleksibel antara lain Wifi, GSM/CDMA, dan GPRS. Satu peralatan mobile bisa menggunakan lebih dari satu macam teknologi komunikasi memiliki karakteristik yang berbeda. Pemilihan teknologi komunikasi yang digunakan mempengaruhi jangkauan dan kecepatan akses dari peralatan mbile yang digunakan.

Mobile learning memungkinkan komunikasi antara guru dan siswa bisa berlangsung secara synchronous atau asynchronous. Komunikasi asynchronous berlangsung jika antara guru dan siswaberada pada saat yang bersamaan. Contoh yang paling umum dari komunikasi synchronous ini adalah komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa yang berada pada saat yang berbeda. Pada saat tertentu guru mengunggah materi dan dan disaat yang lain siswa mengunduh materi untuk dipelajari. Sistem m-learning dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajran atau layanan informasi administrasi. Contoh pemanfaatan sistem mobile learning dalam pembelajaran antara lain materi, soal – soal tes, dll. Pemanfaatan sistem mobile learning untuk layanan informasi administrasi contohnya adalah laporan nilai akademis siswa, pengumuman sekolah dll.


(1)

PetunjukPenggunaan Media


(2)

196 Evaluasi


(3)

Soal


(4)

198

Soal


(5)

Feedback JawabanBenar


(6)

200

TampilanMateri