PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013.

(1)

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP

STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

OLEH: RENDY PERDANA

1003455

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015


(2)

STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Oleh Rendy Perdana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Rendy Perdana 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang – undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

(4)

ABSTRAK Oleh Rendy Perdana NIM. 1003455

Pembimbing : Toni Heryana S.Pd.,M.M

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh Struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan aset, dan non debt tax shield terhadap struktur modal pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2011 sampai 2013. Sampel ditentukan berdasarkan metode purposive sampling, sebanyak 18 perusahaan. Data diperoleh dari www.idx.co.id. Dalam menganalisis data, penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dan analisis koefisien determinasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur aktiva, pertumbuhan penjualan dan non debt tax shield berpengaruh negatif terhadap struktur modal, sedangkan pertumbuhan aset berpengaruh positif terhadap struktur modal.

Kata kunci : Struktur modal, struktur aktiva, petumbuhan penjualan, pertumbuhan aset, non debt tax shield.


(5)

Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

By Rendy Perdana

ID. 1003455

Supervisor: Toni Heryana S.Pd.,M.M

This study aims to empirically examine the effect of asset structure, sales growth, asset growth, and non- debt tax shield on the capital structure on a mining company listed on the Indonesia Stock Exchange .

Population of this research is a mining company listed on the stock exchange Indonesia in 2011 until 2013. The sample is determined by purposive sampling method , a total of 18 companies . Data obtained from www.idx.co.id. In analyzing the data , this study uses multiple regression analysis and coefficient of determination .

Results of this study indicate that the structure of assets , sales growth and non- debt tax shield negatively affect the capital structure , while the asset growth has positive effect on the capital structure .

Keyword : Capital Structure, Asset Structure, Sales Growth, Aset Growth, Non debt Tax Shield


(6)

iii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...12

1.3.1 Maksud Penelitian ...12

1.3.2 TujuanPenelitian ...12

1.4 Kegunaan Penelitian ...12

1.4.1 Kegunaan Praktis...13

1.4.2 Kegunaan Teoritis ...13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS.14 2.1 Kajian Pustaka ...14

2.1.1 Pengertian Modal ...14


(7)

iv Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.1.3 Modal Asing... ...18

2.1.4 Struktur Modal ...25

2.1.5 Teori Struktur Modal ...26

a. Trade off theory ………......27

b. Pecking Order Theory ………......29

2.1.6 Struktur Aktiva ………...30

2.1.7 pertumbuhan penjualan ...32

2.1.8 Pertumbuhan Aset ...33

2.1.9 Non debt tax Shield ...34

2.2 Penelitian Terdahulu ...35

2.3 Kerangka Pemikiran ...41

2.4 Hipotesis ...50

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN...51

3.1 Objek Penelitian ...51

3.2 Metode Penelitian ...51

3.2.1 Desain Penelitian ...52

3.2.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel ...52

3.2.2.1 Definisi Variabel ...52

3.2.2.2 Operasionalisasi Variabel ...55

3.2.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...56

3.2.3.1 Populasi Penelitian ...56

3.2.3.2 Sampel Penelitian ...56


(8)

v

3.2.5 Teknik Analisis Data ...59

3.2.5.1 Uji Asumsi Klasik ...59

3.2.5.1.1 Uji Normalitas ...59

3.2.5.1.2 Uji Multikolinieritas ...59

3.2.5.1.3 Uji Heteroskedasitas ...60

3.2.5.1.4 Uji Autokorelasi ...61

3.2.5.2 Rancangan Pengujian Hipotesis ...61

3.2.5.3 Pengujian Hipotesis ...63

3.2.5.4 Menghitung Koefisien Determinasi ...64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...66

4.1 Hasil Penelitian...66

4.1.1 Tinjauan Umum Subjek Penelitian...66

4.1.2 Analisis Deskriptif Data Variabel Penelitian...79

4.1.2.1 Struktur Modal...79

4.1.2.2 Struktur Aktiva...82

4.1.2.3 Pertumnuhan Penjualan...83

4.1.2.4 Pertumbuhan Aset...84

4.1.2.5 Non debt tax shield...85

4.1.3 Uji Asumsi Klasik...87

4.1.3.1 Uji Normalitas Data...87

4.1.3.2 Uji Multikolinearitas...88

4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas...89


(9)

vi Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.1.4 Hasil Pengujian Hipotesis...91

4.1.5 Koefisien Determinasi...94

4.2 Pembahasan...95

4.2.1 Pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal...95

4.2.2 Pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal...97

4.2.3 Pengaruh pertumbuhan aset terhadap struktur modal...99

4.2.4 Pengaruh Non debt tax shield terhadap struktur modal...100

BAB V SIMPULAN DAN SARAN...103

5.1 Kesimpulan...103

5.2 Saran...104 Lampiran


(10)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rata – rata sturktur modal perusahaan pertambangan yang terdaftar di

BEI……….4

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ...38

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ...55

Tabel 3.2 Jumlah pengamatan perusahaan pertambangan...57

Tabel 3.3 Daftar Sampel Penelitian ...57

Tabel 3.4 Kriteria Nilai Durbin-Watson (DW) Statistic ...61

Tabel 4.1 Struktur modal (DER) Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2013...80

Tabel 4.2 Struktur Aktiva Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2013...82

Tabel 4.3 Pertumbuhan Penjualan (PP) Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2013...83

Tabel 4.4 Pertumbuhan Aset (PA) Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2013...85

Tabel 4.5 Non Debt Tax Shield (NDT) Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2013...86

Tabel 4.6 Uji Normalitas...87

Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolienaritas...88

Tabel 4.8 Uji Heteroskedastisitas...90

Tabel 4.9 Uji Durbin Watson (DW)...91


(11)

viii Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pengembangan perusahaan dalam upaya untuk mengatasi persaingan yang semakin tajam seperti sekarang ini akan selalu dilakukan baik oleh perusahaan besar maupun perusahaan kecil tak terkecuali persaingan industri pertambangan di Indonesia yang semakin ketat dan mengalami perkembangan yang cukup pesat, hal ini dapat terlihat dari jumlah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari periode ke periodenya semakin bertambah, sehingga prospeknya akan menguntungkan di masa kini maupun di masa yang akan datang. Persaingan indusri pertambangan menuntut perusahaan untuk dapat lebih berkompetitif agar tidak terjebak dalam kemerosotan persaingan tersebut. Dalam meningkatkan keunggulan daya saing perusahaan tentunya diperlukan biaya dalam jumlah yang besar. Hal ini bergantung pada ketersediaan dana yang cukup. Dalam hal pendanaan, berhasil atau tidaknya perusahaan mengambil keputusan yang tepat dapat dilihat dari tingkat efektivitas pengalokasian dana yang dimilikinya dalam menjalankan operasional perusahaan.

Keputusan pendanaan diperlukan juga untuk menganalisis sumber– sumber dana yang optimal, baik dari sumber internal maupun eksternal. Penggunaan dana internal berasal dari laba ditahan (retained earning) yang dimiliki perusahaan, sedangkan dana eksternal berasal dari penggunaan hutang dan penerbitan saham. Kesalahan dalam pengambilan keputusan pendanaan akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi, yang selanjutnya berakibat pada rendahnya profitabilitas perusahaan.


(13)

2

Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sehingga keputusan pendanaan perlu untuk dianalisis lebih lanjut mengenai seberapa besar manfaat, resiko, dan biaya yang mungkin akan terjadi kemudian.

Dalam perkembangannya, perusahaan lebih mengutamakan kebutuhan dananya dengan mengutamakan pemenuhan dengan sumber dari dalam perusahaan. Tetapi seiring kebutuhan perusahaan yang semakin banyak, perusahaan harus menjalankan aktivitasnya dengan bantuan dana dari luar, baik berupa hutang (debt financing) atau dengan mengeluarkan saham baru (external equity financing). Kalau kebutuhan dana hanya di penuhi dengan hutang saja, maka ketergantungan dengan pihak luar akan semakin besar dan resiko finansialnya semakin besar pula. Sebaliknya bila kebutuhan dana di penuhi dengan saham saja, biaya akan sangat mahal. Perbandingan hutang dan modal sendiri dalam struktur financial perusahaan di sebut struktur modal (Husnan, 1998). Dalam menentukan sumber dana mana yang akan di pilih, perusahaan harus memperhitungkan dengan matang agar di peroleh kombinasi struktur modal yang optimal. Perusahaan yang mempunyai struktur modal yang optimal, sesuai dengan target dan karakter perusahaan, akan menghasilkan tingkat pengembalian yang optimal pula.

Permasalahan mengenai pendanaan tidak terhenti pada darimana modal atau dana itu diperoleh, tetapi berlanjut pada bagaimana komposisi modal atau struktur modal perusahaan setelah penambahan tersebut. Komposisi tersebut perlu dipertimbangkan dalam rangka meminimalisasi resiko yang mungkin dapat terjadi dan harus ditanggung sebagai akibat dari keputusan yang diambil. Komposisi/struktur modal yang optimal dapat menekan biaya modal (cost of


(14)

capital) yang pada akhirnya dapat me/nigkatkan tingkat pengembalian ekonomis dan nilai perusahaan.

Keputusan struktur modal yang ditentukan oleh setiap perusahan tidak hanya berpengaruh terhadap aktivitas operasional perusahaan saja, tetapi juga akan berpengaruh terhadap resiko yang harus ditanggung oleh perusahaan itu sendiri. Seperti halnya yang terjadi pada salah satu perusahaan industri pertambangan yakni BUMI resources yang memiliki utang yang sangat besar bila dibandingkan dengan modal sendiri dan memiliki dampak buruk terhadap struktur finansialnya dan berujung pada menurunnya nilai perusahaan.

Pemeringkat utang yang diberikan oleh Lembaga Pemeringkat Internasional Standard and Poor's (S&P) kepada BUMI mengalami penurunan, dari peringkat SD menjadi D. Peringkat itu diberikan oleh S&P pada 10 November 2014.Penurunan peringkat utang dilakukan oleh S&P berdasarkan asumsi, BUMI sebagai penjamin tidak melakukan pembayaran bunga dalam waktu tenggang 30 hari sebagaimana diatur dalam perjanjian obligasi. Dengan adanya kejadian itu, jika tidak bisa menuntaskan restrukturisasi utang dan penurunan peringkat. Saham perseroan saat ini berada di posisi Rp78 per lembar. Adapun saham perseroan hari ini melemah Rp3 atau setara 3,7 persen. Sebelumnya saham BUMI dibuka di posisi Rp81 dan sempat menyentuh level tertingginya di level Rp82 per saham utang BUMI yang akan dan sudah jatuh tempo berjumlah total sekitar USD2,161 miliar, di mana profil utang perseroan tersebut tercatat per 30 September 2014 (tidak diaudit). Rincian fasilitas dan nama kreditur yang mendekati jatuh tempo di antaranya Country Forest Limited 2009 yang dibagi dua, yakni fasilitas commitment B sebesar USD337 juta dan jatuh tempo pada 18 September 2014. Kemudian fasilitas commitment C sebesar USD700 juta yang jatuh tempo pada 18 September 2015. Status pembayaran keduanya sedang dalam proses restrukturisasi.

(Sumber:ekonomi.metrotvnews.com)

Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat pengembalian-penambahan hutang, hutang dapat memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan (Weston dan Brigham, 2005 : 150). Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara


(15)

4

Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan nilai perusahaan. Untuk itu,dalam penetapan struktur modal suatu perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai variabel yang mempengaruhinya.

Berikut diabawah ini adalah rata rata struktur modal pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2011 – 2013. Adapun dalam penelitian ini struktru modal diukur dengan menggunakan rasio Leverage yakni Debt to Equity Ratio (DER). DER dapat menunjukkan tingkat resiko suatu perusahaan dimana semakin tinggi rasio DER, maka perusahaan semakin tinggi resikonya karena pendanaan dari unsur hutang lebih besar daripada modal sendiri (equity) mengingat dalam perhitungan hutang dibagi dengan modal sendirinya, artinya jika hutang perusahaan lebih tinggi dari modal sendirinya berarti rasio DER diatas 1, sehingga penggunaan dana yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan lebih banyak menggunakan dari unsur hutang. Menurut Sofyan Syafri (2010:303). “Rasio ini Menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang – utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik”

Tabel 1.1

Rata - rata Struktur Modal Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI

Tahun

Struktur Modal Rata rata

Struktur Modal Tertinggi

Struktur Modal Terendah

2011 3.50 10.85 0.30

2012 1.48 10.33 0.12

2013 2.06 11.96 0.11


(16)

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa apabila nilai struktur modal melebihi 1 maka penggunaan utang lebih besar dibandingkan modal sendiri sedangkan apabila nilai struktur modal dibawah 1 berarti penggunaan modal sendiri (ekuitas) lebih besar dibandingkan dengan penggunaan utang dalam pendanaannya. Data diatas pun menunjukkan perubahan struktur modal yang tidak konstan selama periode 2011 - 2013, artinya terjadi kondisi struktur modal naik dan turun (fluktuatif). Kemudian sebagian kecil perusahaan memilki nilai struktur modal yang cukup besar bila dibandingkan rata – rata perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI, sebagain kecil lainnya memiliki nilai struktur modal yang cukup rendah. Artinya dari data diatas dapat dikatakan bahwa terjadi perbedaan struktur modal yang cukup besar antara satu perusahaan pertambangan yang satu dengan yang lainnya dan adanya perubahan struktur modal dari waktu ke waktu maka diduga ada berbagai factor yang mempengaruhi kebijakan manajemen mengenai struktur modal. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai faktor faktor yang mempengaruhi struktur modal.

Dengan mengetahui apa dan bagaimana faktor-faktor yang paling mempengaruhi struktur modal pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia, dapat membantu khususnya pihak manajemen perusahaan yang ada dalam perusahaan tersebut dalam menentukan bagaimana seharusnya pemenuhan kebutuhan dana untuk mencapai struktur modal yang optimal harus dilakukan dan juga para investor di pasar modal pada umumnya. Dengan demikian tujuan pihak manajemen perusahaan untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (pemilik) dapat tecapai.


(17)

6

Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Brigham dan Houston (2001 : 39-41) menyatakan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, pajak, Beberapa faktor yang dinyatakan brigham bersumber dari informasi akuntansi yang tersedia. Informasi ini diberikan dalam bentuk laporan keuangan. Hal ini kemudian yang menjadi landasan penyusun untuk melakukan penelitian mengenai faktor yang mempengarhi struktur modal dengan menggunakan rasio rasio pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, dan fleksibilitas keuangan. keuangan yang diterbitkan perusahaan dengan laporan keuangannya, dengan anggapan bahwa laporan keuangan lebih menggambarkan kondisi perusahaan. Pada penelitian ini pun rasio rasio keuangan yang digunakan dilandasi atas pernyataan Brigham dan Houston mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi struktur modal, faktor faktor tersebut adalah struktur aktiva, pertumbuhan, dan pajak.

Struktur aktiva merupakan perbandingan antara aktiva tetap dengan total aktiva. Perusahaan pertambangan dan perusahaan jasa pada umumnya memiliki struktur aktiva yang berbeda. Perusahaan pertambangan cenderung memiliki aktiva tetap yang tinggi daripada perusahaan jasa karena dalam struktur aktivanya banyak yang berupa mesin-mesin, tanah dan bangunan. Berbeda dengan perusahaan yang bergerak dibidang jasa seperti perbankan, akan cenderung memiliki aktiva lancar yang lebih tinggi daripada aktiva tetap karena produknya berupa kas, surat surat berharga dan deposito yang mengharuskan adanya pencairan dana yang cepat. Karakteristik struktur aktiva perusahaan pertambangan yang mana memiliki aktiva tetap yang cenderung lebih


(18)

besar daripada perusahaan jasa menjadi bahan pertimbangan manajemen perusahaan mengenai penentuan struktur modal. Menurut penelitian Glenn, Herlina dan Rini (2011), dan Werner (2011) menemukan bukti empiris bahwa struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal. Sementara penelitian I Putu & I Made (2014) dan Ali kesuma (2009), menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh negatif terhadap struktur modal.

Faktor Pertumbuhan pada penelatian ini diukur dengan pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan asset. Pertumbuhan penjualan merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan mendapatkan dana untuk kelangsungan hidup dan berkembang selain dari utang dan modal sendiri juga dari penjualan produk perusahaan baik berupa barang atau jasa. Manajemen perusahaan berusaha untuk dapat meningkatkan penjualan produknya karena pertumbuhan penjualan yang tinggi atau stabil saling berkaitan dengan keuntungan perusahaan. Tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi atau stabil dapat berdampak positif terhadap keuntungan perusahaan sehingga menjadi pertimbangan manajemen perusahaan dalam menentukan struktur modal. (Taruna, Topowijono, Devi : 2014). Penelitian mengenai faktor pertumbuhan penjualan dan pengaruhnya mengenai penentuan struktur modal memiliki hasil yang tidak konsisten. Seperti penelitian I Putu & I Made (2014) dan Glenn, Herlina dan Rini (2011) menemukan bukti empiris bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Sedangkan penelitian Ali kesuma (2009) menemukan bahwa Pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif terhadap struktur modal.


(19)

8

Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain pertumbuhan penjualan, faktor pertumbuhan asset digunakan juga dalam menentukan struktur modal. menurut Menurut Prabansari dan Hadri (2005) dalam Kartini dan Arianto (2008) Pertumbuhan aset adalah perubahan (peningkatan atau penurunan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan aset dihitung sebagai persentase perubahan aset pada tahun tertentu terhadap tahun sebelumnya. Bagi perusahaan, kesempatan untuk bertumbuh atau melakukan investasi akan meningkatkan kebutuhan akan dana. Peningkatan akan kebutuhan dana tentunya tidak hanya dipenuhi oleh laba ditahan melainkan melibatkan pendanaan dari luar baik menerbitkan saham baru maupun menambah utang. Oleh karena itu pertumbuhan asset dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi manajemen dalam menentukan struktur modal. Menurut penelitian Glenn, Herlina dan Rini (2011) dan Kartini dan Arianto (2008) menemukan bukti empiris bahwa pertumbuhan asset berpengaruh positif terhadap struktur modal. Sedangkan penelitian Lanang, Edy, dan Nyoman ( 2014) menumukan bukti empiris bahwa pertumbuhan asset berpengaruh negative terhadap struktur modal. .

Faktor Pajak dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio non debt tax shield. Dalam struktur modal, non debt tax shield (NDTS) merupakan substitusi interest expense yang akan berkurang saat menghitung pajak perusahaan. Keuntungan pajak yang berupa biaya depresiasi/penyusutan yang dapat dikurangkan dalam menentukan penghasilan kena pajak disebut juga dengan Non-debt Tax Shield (Tirsono, 2008). Menurut De Angelo et. al (1980) menyatakan bahwa potongan pajak (tax deduction) yang berupa depresiasi dan investment tax credit dapat digunakan untuk mengurangi pajak selain bunga hutang. Jadi, dalam melakukan efesiensi penghitungan pajak selain


(20)

dengan membebankan biaya bunga hutang, perusahaan dapat memanfaatkan keuntungan/perlindungan pajak melalui fasilitas perpajakan yang diberikan oleh pemerintah atau disebut dengan non debt tax shield. Dengan semakin besarnya penghematan pajak yang didapat dari Non debt tax shield maka semakin besar pula laba setelah pajak yang dapat digunakan untuk pendanaan perusahaan. Maka dari itu Non debt tax shield dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi manajemen dalam menentukan struktur modal. Kemudian menurut penelitian Farah & Aditya (2010) dan Werner (2011) menemukan bahwa NDTS berpengaruh positif terhadap struktur modal, sedangkan penelitian De angelo (1980) Jemmi, Werner dan Murhadi (2012) dan Ramlal (2009) menemukan bahwa NDTS memiliki pengaruh negative terhadap struktur modal.

Penelitian ini mengambil studi kasus pada perusahaan – perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011 -2013, dikarenakan perusahaan – perusahaan tersebut telah mengumumkan laporan keuangan secara terbuka. Sehingga dapat diketahui komposisi struktur modal serta variabel apa saja yang mempengaruhi keputusan penggunaan hutang pada struktur modal perusahaan – perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Sektor Pertambangan juga merupakan salah satu sektor perekonomian yang diharapkan dapat menopang pembangunan ekonomi indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertambangan merupakan penyedia sumber daya energi yang sangat diperlukan dalam pertumbuhan perekonomian. Selain itu Industri pertambangan memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan industri lainnya, perbedaan tersebut antara lain perusahaan pertambangan melakukan kegiatan eksplorasi dimana kegiatan eksplorasi ini memiliki tingkat resiko yang tinggi mengenai tidak adanya


(21)

10

Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jaminan bahwa kegiatan tersebut akan berakhir dengan penemuan cadangan bahan galian. Dan perbedaan selanjutnya dalah produk perusahaan pertambangan adalah bahan galian yang bersifat deplesi dan tidak dapat diperbaharui (non-renewable). Dari perbedaan ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan perusahaan pertambangan mulai dari tahap eksplorasi sampai pada tahap pengolahannya dibutuhkan biaya yang sangat tinggi, padat modal, dan memiliki resiko yang tinggi.

Tahun yang diamati dalam penelitian ini adalah dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Berdasarkan hasil “survey mining indonesia 2013” yang diluncurkan oleh lembaga survei pricewaterhousecoopers (PwC) Indonesia menunjukkan bahwa para pelaku industri pertambangan masih memandang positif potensi dalam berinvestasi di sektor mineral dan batubara di indonesia. Meskipun hasil survei menunjukkan bahwa pada tahun 2011 dan 2012 merupakan tahun perubahan peruntungan di industri pertambangan di indonesia. Perbaikan kinerja keuangan dalam bisnis tambang di 2011 berbalik menjadi memburuk di 2012, akibat ketidakpastian ekonomi dan penurunan harga komoditas. Meski demikian pada tahun 2013 pelaku industri pertambangan masih memandang positif potensi investasi di sektor ini, dengan adanya ketertarikan untuk penemuan cadangan berbagai jenis mineral dan bahan tambang lainnya. Survei PwC juga menunjukkan, para investor tetap menetapkan indonesia, dalam rangking yang tinggi dalam hal prospek mineral. Dari sisi kinerja, meski dihadapkan pada situasi global yang sulit dan ketidakpastian kebijakan, industri pertambangan indonesia masih mampu mencatatkan kontribusi rata rata sebesar 11% terhadap PDB di tahun 2011, 2012 dan 2013. (www.greatmartabe.com)


(22)

Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, ternyata masih belum menunjukkan hasil yang konsisten dimana variable variable yang akan diteliti menjukkan pengaruh terhadap struktur modal masih menunjukkan hasil yang berbeda bahkan bertentangan antara hasil penelitian yang satu dengan yang lainnya. Hal inilah yang akan diangkat menjadi research gap dalam penelitian ini. Variable tersebut meliputi struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan aset dan non debt tax shield terhadap struktur modal Untuk itu, yang menjadi judul penelitian ini ialah “Pengaruh Struktur Aktiva, Pertumbuhan Penjualan, Pertumbuhan Aset dan Non Debt Tax Shield terhadap Struktur Modal Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 –2013”

1.2Rumusan Masalah

Permasalahan yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah didapatnya struktur modal pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI yang menunjukkan nilai yang rata rata diatas satu. Masalah lain dalam penelitian ini adalah ditemukannya kesenjangan hasil penelitian antara Struktur Aktiva, Pertumbuhan penjualan, dan pertumbuhan aset dan Non debt tax shield terhadap struktur modal terhadap struktur modal dari penelitian terdahulu. Beberapa rumusan masalah yang akan diajukan dalam rumusan masalah ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal ?

2. Bagaimana pengaruh Pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal? 3. Bagaimana pengaruh pertumbuhan aset terhadap struktur modal ?


(23)

12

Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Bagaimana pengaruh Non debt tax shield terhadap struktur modal ?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 MaksudPenelitan

Maksud dari penulisan ini adalah mempelajari, menganalisa, dan menyimpulkan apakah Struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, dan pertumbuhan asset berpengaruh terhadap Struktur modal

1.3.2 TujuanPenelitian

Secara terperinci tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal Perusahaan

2. Untuk mengetahui Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal Perusahaan

3. Untuk Mengetahui Pengaruh Pertumbuhan Aset terhadap Struktur Modal Perusahaan

4. Untuk Mengetahui pengaruh Non debt tax shield terhadap struktur modal perusahaan

1.4KegunaanPenelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, sebagai berikut :


(24)

1. Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dalam menganalisa kebijakan struktur modal perusahaan di masa yang akan datang terkait dengan histori struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan aset, dan non debt tax shield.

2. Perusahaan, Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dalam menentukan struktur modal perusahaan yang optimal di masa yang akan datang terkait dengan histori struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan aset, dan non debt tax shield.

1.4.2 Kegunaan Teoritis

Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi pengembangan teori – teori atau ilmu pengetahuan, terutama di bidang akuntansi keuangan


(25)

14 Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Modal

Menurut Munawir (2007 : 19), modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan yang terdapat pada sisi kanan neraca perusahaan yaitu pada pos modal saham atau laba ditahan. Prof. Polak (dalam Riyanto, 1995 : 18 ) menyebutkan bahwa “modal ialah sebagai kekuasaan untuk menggunakan barang – barang modal, terdapat di neraca sebelah kredit”. Barang – Barang modal itu sendiri yaitu barang – barang yang ada dalam perusahaan yang belum digunakan, jadi yang terdapat di sebelah debit. Sedangkan Prof. Baker ( dalam Riyanto, 1995 : 18) mengartikan modal adalah “baik yang berupa barang barang kongkret yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat di neraca sebelah debit, maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang barang itu yang tercatat disebelah kredit.”

Jadi modal dapat terlihat di dalam neraca sebuah perusahaan. Modal yang tercatat di sebelah debit termasuk ke dalam modal konkret, yaitu modal yang menunjukkan bentuk modal tersebut yang disebut juga modal aktif, sedangkan modal yang tercatat di sebelah kredit termasuk modal abstrak, yaitu modal yang menunjukkan darimana modal tersebut berasal, yang disebut juga modal pasif.

“Modal pasif itu dapat dibedakan antara modal sendiri dan modal asing, atau modal badan usaha dan modal kreditut/utang.” (Riyanto, 1995:21).


(26)

2.1.2 Modal Sendiri

Riyanto (2001 : 240 ) menyebutkan bahwa “modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan yang tertanam di dalam perusahaan dalam waktu yang tidak tentu lamanya.” Modal Sendiri dapat berasal dari sumber intern yang bentuknya adalah keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan, juga berasal dari sumber ekstern yaitu pemilik perusahaan dalam bentuk saham biasa dan saham preferen.

Modal sendiri yang bersifat permanen akan tetap tertanam dalam perusahaan dan dapat diperhitungkan pada setiap saat untuk memelihara kelangsungan hidup dan melindungi perusahaan dari resiko kebangkrutan. “Modal sendiri merupakan sumber dana perusahaan yang paling tepat diinvestasikan pada aktiva tetap yang bersifat permanen dan pada investasi yang menghadapi risiko kerugian yang relative besar.” (Harnanto, 1991: 303). Modal yang berasal dari pemilik perusahaan berbagai macam bentuknya menurut bentuk hukum dari masing – masing perusahaan. Komponen dari modal sendiri tersebut terdiri dari :

1) Laba Ditahan

Keuntungan yang Diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan. Keuntungan yang sudah memiliki tujuan akan masuk ke dalam cadangan perusahaan, sedangkan apabila keuntungan yang belum memiliki tujuan akan menjadi keuntungan yang ditahan (retained earning). Adanya keuntungan akan memperbesar retained earning yang berarti akan memperbesar modal sendiri. Sebaliknya, adanya kerugian maka akan


(27)

16

Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memperkecil retained earning yang berarti memperkecil modal sendiri, dan adanya saldo kerugian akan memperkecil modal sendiri.

Modal Sendiri merupakan komponen yang tetap akan berada di dalam struktur pendanaan perusahaan. Komponen dari modal sendiri merupakan modal yang dipertaruhkan oleh perusahaan. Modal sendiri tidak memiliki jaminan harus membayar dalam kurun waktu tertentu, oleh karena itu perusahaan yang memiliki modal sendiri lebih besar daripada modal asing merupakan perusahaan yang siap untuk menghadapi tantangan bisnis tanpa terlalu memperhitungkan risiko membayar modal asing yang tertanam di perusahaan.

2) Modal Saham

Saham adalah tanda bukti penyertaan dalam suatu perusahaan. “Saham menunjukkan bukti kepemilikan yang diterbitkan oleh perusahaan.” (Husnan, 2000:276). Bagi perusahaan yang bersangkutan, yang diterima dari hasil penjualan sahamnya akan tetap tertanam dalam perusahaan tersebut selama hidupnya, meskipun pemegang saham itu sendiri bukan merupakan penanaman yang permanen, karena setiap waktu pemegang saham dapat menjual sahamnya. Modal saham tersebut terdiri dari saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock).

Sartono (2008:330) menyatakan bahwa pemegang saham biasa merupakan pemilik perusahaan yang sebenarnya. Pendapatan yang diterima oleh pemegang saham biasa merupakan kelebihan pendapatan atas biaya – biaya atau laba setelah dikurangi pajak dan deviden atas saham preferen. Pada pemegang saham biasa, deviden akan dibagikan pada akhir tahun pembukuan


(28)

dan hanya apabila perusahaan mendapatkan keuntungan, namun apabila perusahaaan mengalami kerugian, maka pemegang saham tidak mendapatkan deviden. Fungsi dari saham biasa di dalam perusahaan menurut Riyanto (2001:241) antara lain :

a. Sebagai alat untuk membelanjai perusahaan dan terutama sebagai alat untuk memenuhi kebetuhan akan modal permanen

b. Sebagai alat untuk menentukan pembagian laba.

c. Sebagai alat untuk mengadakan fungsi atau kombinasi perusahaan – perusahaan

d. Sebagai alat untuk menguasai perusahaan.

Secara teoritis, hak – hak pemegang saham biasa dalam Sartono (2008:331) adalah :

a. Hak suara dalam rapat umum pemegang saham. Dengan hak tersebut, pemegang saham memiliki hak untuk memilih direksi untuk mengendalikan perusahaan.

b. Hak memperoleh pembayaran dividen per lembar saham yang dimiliki. c. Hak untuk membeli tambahan saham baru yang dikeluarkan perusahaan

secara proporsional.

d. Ha katas aktiva setelah pembayaran hak yang lebih senior dalam likuidasi.

Sedangkan saham preferen merupakan sumber modal jangka panjang perusahaan yang posisinya berada diantara utang jangka panjang dengan saham biasa. Saham preferen sebenarnya merupakan kombinasi antara bentuk utang dengan modal sendiri (Husnan, 2000:280). Pemegang saham preferen berhak atas dividen yang tetap besarnya, berapapun keuntungan perusahaan. dalam peristiwa likuidasi, pemegang saham preferen memiliki hak setelah kreditor namun sebelum pemegang saham biasa.

Saham preferen memberikan pendapatan yang relative konstan, di samping itu biaya modal saham preferen cenderung lebih tinggi dari biaya utang,


(29)

18

Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

karena risiko yang dihadapi pemegang saham preferen lebih besar dari risiko pemegang obligasi.

Saham preferen memiliki ciri tertentu, diantaranya 1). saham preferen selalu dijual dengan harga pari. 2). Saham preferen memberikan hak suara kepada pemegang saham preferen untuk memilih manajer perusahaan jika pada waktu tertentu perusahaan tidak membagikan dividen. Dengan demikian manajer terpaksa untuk berusaha selalu membayar dividen kepada pemegang saham preferen. (Sartono, 2008:330).

Terdapat dua Jenis saham preferen, yaitu saham preferen yang komulatif dan tidak komulatif. Sartono (2008 : 329) menyebutkan bahwa “saham preferen yang komulatif selalu diperhitungkan kewajiban membayar deviden sebelum membayar dividen kepada pemegang saham biasa.” Dengan demikian pemegang saham preferen komulatif apabila tidak menerima dividen selama beberapa waktu karena besarnya laba tidak memungkinkan atau karena ada kerugian, maka pemegang saham ini dapat menuntut dividen – deviden yang tidak dibayarkan pada waktu yang telah lampau dikemudian hari.

2.1.3 Modal Asing

Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja dalam perusahaan, dan bagi perusahaan modal tersebut merupakan utang yang pada saatnya harus dibayarkan kembali ( Riyanto, 1995:227). Pada dasarnya modal asing/utang dalam perusahaan dibagi menjadi


(30)

dua bagian, yaitu utang jangka pendek (kurang dari satu tahun) dan utang jangka panjang ( lebih dari setahun).

Utang jangka pendek dapat diklasifikasikan serupa dengan aktiva lancar. Beberapa utang jangka pendek seperti utang dagang dan biaya pegawai serta biaya operasional lainnya akan membentuk sebagian modal kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal perusahaan. Sedangkan utang berbunga jangka panjang yang digunakan untuk membiayai modal kerja dan tidak jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan termasuk kedalam utang jangka panjang. Standar akuntansi keuangan menetapkan bahwa utang yang akan jatuh tempo pada siklus akuntansi periode berikutnya diharapkan dapat dibiayai kembali atau diperpanjang kembali sehingga tidak diharapkan adanya penggunaan modal kerja lancer. Utang seperti itu merupakan pembiayaan jangka panjang yang tergolong ke dalam utang jangka panjang.

Namun dalam pembelanjaan, utang dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

1) Utang jangka pendek/ short term debt

Utang jangka Pendek merupakan modal asing yang jangka waktunya paling lama satu tahun yang sebagian besar terdiri dari kredit perdagangan, yaitu kredit yang diperlukan untuk dapat menyelanggarakan usahanya. Husnan (2000 : 228 – 231) mengelempokkan utang jangka pendek tersebut ke dalam empat bagian, yaitu :

a. Kredit rekening Koran, adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan dengan batas plafond tertentu dengan pengembalian oleh perusahaan tidak dilakukan sekaligus melainkan sesuai dengan kebutahannya, dan bunga yang dibayar hanya untuk jumlah yang


(31)

20

Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diambil saja, meskipun sebenarnya perusahaan meminjamnya lebih dari jumlah tersebut

b. Kredit dari penjualan, merupakan kredit perniagaan (trade-credit) dan kredit ini terjadi apabila penjualan produk dilakukan secara kredit. c. Kedit dari pembeli, adalah kredit yang diberikan oleh perusahaan

mengeluarkan “surat pengakuan utang” yang berisikan kesanggupan untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak tertentu ( surat promes/ Notes Payable), dan setelah ditandatangani surat tersebut dapat dijual atau diuangkan kepada Bank.

2) Utang Jangka Menengah/ Intermediate term debt

Utang jangka menengah adalah utang yang jangka waktu umumnya adalah lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun. Kebutuhan untuk berbelanja dengan jenis kredit ini dirasakan apabila di satu pihak kebutuhan pembelanjaan tidak dipenuhi dengan kredit jangka pendek, namun sulit untuk dipenuhi oleh utang jangka panjang.

Utang jangka menengah terdiri dari term loan dan leasing, “Term Loan, yaitu kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun.” (Husnan, 2000 : 232). Pada umumnya term loan dibayar kembali dengan angsuran tetap selama suatu periode tertentu, misalkan pembayaran angsuran dilakukan setiap bulan, setiap kuartal, atau setiap tahun. Term loan ini biasanya diberikan oleh Bank Dagang, Perusahaan asuransi, supliers atau manufactures menurut Sartono (2008:301) dilihat dari biaya modalnya, term loan memiliki biaya lebih rendah daripada modal saham ataupun obligasi, maka harus mebayar emisi, pendaftaran, dan biaya lain yang berakaitan dengan pengeluaran saham dan obligasi. Dengan demikian keperluan dana yang tidak terlalu besar tidak perlu menggunakan saham dan obligasi, karena biayanya terlalu mahal dibandin utang jangka pendek, term loan lebih baik karena tidak segera jatuh tempo dan peminjam memberikan jaminan pembayaran secara periodic yang mencakup


(32)

bunga dan pokok pinjaman. Besarnya tingkat bunga term loan ditentukan oleh beberapa factor, seperti bunga umum, besar kecilnya pinjaman, jatuh tempo, jumlah utang yang telah dimiliki sebelumnya, dan factor lainnya. (Sartono, 2008:302)

Jenis Pembiayaan jangka menengah lainnya yaitu leasing. Apabila perusahaan tidak ingin memiliki aktiva tetapi hanya menginginkan service dari aktiva tersebut. Perusahaan dapat memperoleh hak guna atas suatu aktiva tersebut tanpa disertai dengan hak milik dengan cara mengadakan kontrak leasing untuk aktiva tersebut. Oleh karena itu, leasing dapat diartikan sebagai suatu alat atau cara untuk mendapatkan services dari suatu aktiva tetap yang pada dasarnya adalah sama halnya dengan menjual obligasi untuk mendapatkan services dan hak milik atas aktiva tersebut, namun perbedaannya ialah pada leasing tidak disertai hak milik.

Menurut Sartono (2008 : 304), leasing adalah suatu kontrak antara pemilik aktiva yang disebut lessor dan pihak lain yang memanfaatkan aktiva tersebut yang disebut lesee untuk jangka waktu tertentu.

Husnan (2000:235) menyatkan bahwa ada tiga bentuk utama leasing. Yaitu : sale and leaseback, operating leases, dan financial atau capital leases. Maksud dari bentuk yang pertama yaitu sale and leaseback adalah pemilik aktiva berupa tanah, bangunan, dan peralatan pabrik menjual aktivanya kepada perusahaan lain sekaligus menyewa kembali aktiva yang telah dijualnya tersebut. Pembeli dari aktiva itu dapat berupa sebuah bank, perusahaan asuransi, perusahaan leasing, pegadaian, atau investor individu. Biasanya aktiva tersebut dijual dengan nilai pasar. Manfaat dari sale and leaseback ini adalah bahwa


(33)

22

Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penjual atau lesee menerima pembayaran segera sebagai tambahan dana yang dapat diinvestasikan ke investasi lain, dan bersamaan dengan itu lesee masih menggunakan aktiva yang dijualnya selama jangka waktu perjanjian leasing (Sartono, 2008:304)

Pada jenis leasing yang kedua yaitu operating leases, atau sering disebut juga dengan services leases, pihak lessor menyediakan pendanaan sekaligus biaya perawatan yang keseluruhunnya tercakup dalam pembayaran leasing. Ciri utama dari bentuk ini adalah bahwa harga perolehan aktiva sebagai objek leasing tidak diamortisasikan secara petuh, dengan kata lain pembayaran yang diisyaratkan tidak cukup untuk menutup keseluruhan harga perolehan dan biaya perawatan aktiva. Namun demikian, jangka waktu operating leases ini biasanya lebih pendek daripada usia ekonomis yang diharapkan, sehingga lessor berharap dapat menyewakan kembali kepada pihak lain atau menjual aktiva tersebut untuk menutup harga perolehan, biaya perawatan dan tingkat keuntungan yang disyaratkan. Menurut Sartono (2008 : 305) kartakteristik operating leases adalah sering dicantumkannya klausal pembatalan yang memberikan hak kepada lease untuk membatalkan leasing dan mengembalikan aktiva sebelum periode leasing berakhir.

Jenis leasing yang terakhir financial leases. Menurut Riyanto (1995:236) financial leases ialah bentuk leasing yang tidak memberikan maintenance services, tidak dapat dibatalkan, dan harus penuh diangsur. Pada jenis leasing ini, lessor menerima pembayaran sewa dari lesee yang meliputi harga penuh dari leased equipment tersebut plus harga bunga yang diinginkan. Lessor dalam hal ini biasanya adalah perusahaan – perusahaan asuransi atau bank dagang.


(34)

3) Utang jangka panjang/ long term debt

Utang jangka panjang adalah utang atau modal asing yang jangka waktunya panjang, yaitu lebih dari 10 tahun. Menurut Sartono (2008 : 324) utang jangka panjang adalah satu bentuk perjanjian antara peminjam dan kreditur dimana kreditur bersedia memberikan pinjaman sejumlah tertentu dan peminjam bersedia untuk membayar secara periodic yang mencakup bunga dan pokok pinjaman.

Utang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi yang besar. Riyanto (1995: 238)

Menurut riyanto (1995: 238) Utang jangka panjang terbagi menjadi dua bagian, yaitu pinjaman obligasi (bonds-payable ) pinjaman hipotik (mortage), sedangkan menurut Husnan (2000 : 282) Utang jangka panjang terdiri dari atas obligasi, kredit investasi, dan hipotek.

Bentuk pertama yaitu obligasi, adlah surat tanda utang yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam jumlah tertentu dan akan jatuh tempo pada waktu tertentu serta memberikan pendapatan sejumlah bunga tertentu. (Sartono, 2008 ; 324). Sedangkan menurut Husnan( 2000: 282) Obligasi merupakan surat tanda utang dan umumnya tidak dijamin dengan aktiva tertentu.

Terdapat dua jenis obligasi atau bond, yaitu (a) mortgage bond dan (b) debenture bond. Mortgage bond adalah utang jangka panjang yang dijamin oleh sekelompok asset (Sartono, 2008 : 324). Dengan demikian, apabila seandainya


(35)

24

Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

debitur tidak dapat membayar kembali utang dan bunganya, maka kreditur dapat memaksa perusahaan untuk menjual asset yang dijadikan jaminan.

Jenis obligasi kedua adalah debenture bond, yaitu utang jangka panjang tanpa jaminan. Jenis obligasi ini hamper mirip dengan utang jangka panjang yang diperoleh melalui bank maupun perusahaan asuransi. Namun yang membedakan adalah bunga debenture biasanya lebih tinggi daripada bunga mortgage bond karena risiko yang ditanggung debenture bond lebih tinggi daripada risiko yang dihadapi pemegang mortgage bond.

Bentuk utang jangka panjang yang kedua yaitu kredit investasi. Jenis pendanaan ini disediakan oleh perbankan, dan masih banyak dimanfaatkan oleh kalangan pengusaha. Utang yang diperoleh melalui bank atau perusahaan asuransi yang memiliki tiga karakteristik yaitu cepat, fleksibel. Dan biaya rendah yang disebabkan karena pinjaman tersebut dinegosasikan langsung antara peminjam dengan kreditur. Biaya administrasi menjadi semakin kecil, dan tidak diperlukan adanya persetujuan dengan pengawas pasar modal sepertinya halnya perusahaan mengeluarkan obligasi. Sedangkan mengenai tingkat bunga yang disetujui dapat berupa bunga tetap atau variable. Jika digunakan tingkat bunga tetep, maka biasanya ditentukan setinggi tingkat bunga obligasi yang memiliki jatuh tempo yang sama dan resiko yang sama. Jika tingkat bunga ditentukan bersifat variable, maka kreditut dapat menentukan sebesar persentase tertentu di atas tingkat bunga surat berharga yang dikeluarkan oleh pemerintah atau obligasi pemerintah (Sartono, 2008:324)


(36)

Bentuk utang jangka panjang yang terakhir adalah hipotik. Pinjaman hipotik merupakan “bentuk utang jangka panjang dengan agunan aktiva tidak bergerak (tanah, bangunan).” (Husnan, 2000: 287).

Dalam perjanjian kredit pada hipotik, disebutkan secara jelas aktiva apa yang dipergunakan sebagai agunan. Dalam peristiwa likuidasi. Kreditur akan dibayar terlebih dahulu dari hasil penjualan aktiva tetap yang dipergunakan sebagai agunan. Apabila hasil penjualan aktiva yang digunakan tersebut belum cukup, maka sisanya menjadi kreditur umum, sama halnya dengan pemilik obligasi.

2.1.4 Struktur Modal

Struktur modal adalah merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa (Sartono 2008:225). Menurut Weston dan Brigham (2005:150), struktur modal yang ditargetkan adalah bauran atau perpaduan dari utang, saham preferen, saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya. Struktur modal yang optimal adalah gabungan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan. Struktur modal adalah hasil atau akibat dari keputusan pendanaan (Financing Decision) yang intinya memilih apakah menggunakan utang atau ekuitas untuk mendanai operasi perusahaan.

Perbandingan antara total hutang terhadap ekuitas yang biasa diukur melalui rasio debt to equity ratio (DER). DER dapat menunjukkan tingkat resiko suatu perusahaan dimana semakin tinggi rasio DER, maka perusahaan semakin tinggi resikonya karena pendanaan dari unsur hutang lebih besar daripada modal


(37)

26

Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sendiri (equity) mengingat dalam perhitungan hutang dibagi dengan modal sendirinya, artinya jika hutang perusahaan lebih tinggi dari modal sendirinya berarti rasio DER diatas 1, sehingga penggunaan dana yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan lebih banyak menggunakan dari unsur hutang. Dalam kondisi DER diatas 1 perusahaan harus menanggung biaya modal yang besar, resiko yang ditanggung perusahaan juga meningkat apabila investasi yang dijalankan perusahaan tidak menghasilkan tingkat pengembalian yang optimal. Oleh karena itu investor cenderung lebih tertartik pada tingkat DER tertentu yang besarnya kurang dari 1 karena jika lebih besar dari 1 menunjukkan resiko perusahaan semakin meningkat. Menurut Sofyan Syafri (2010:303). “Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik menutupi utang – utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik”

Rumusan untuk menghitung DER dapat digunakan sebagai berikut (Kasmir, 2010:158)

2.1.5 Teori Struktur Modal

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, kalau keputusan investasi dan kebijakan dividen dipegang konstan. Jika perubahan struktur modal tidak merubah nilai perusahaan berarti tidak ada struktur modal yang terbaik. Semua struktur modal adalah baik. Tetapi dengan mengubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka


(38)

akan diperoleh struktur modal terbaik yaitu struktur modal yang memaksimumkan nilai perusahaan. Beberapa teori struktur modal diantaranya adalah :

a. Trade off theory

Keputusan mengenai struktur modal tentunya mempertimbangkan berbagai faktor seperti pajak perusahaan, pajak perorangan, dan biaya kebangkrutan. Keseluruhan pertimbangan tersebut masuk dalam teori trade – off atau yang dinamakan juga balancing theories. “Esensi dari balancing theoris adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul akibat penggunaan utang.” (Husnan, 2004: 275). Apabila manfaat masih lebih besar, maka utang akan ditambah, namun apabila pengorbanan karena menggunakan utang sudah lebih besar, maka penggunaan utang tidak boleh ditambah.

Menurut Agus Sartono (2008 : 225), teori ini menyebutkan bahwa struktur modal yang optimal dapat dicapai dengan menyeimbangkan keuntungan perlindungan pajak dengan beban biaya sebagai akibat penggunaan hutang yang semakin besar. Dengan kata lain struktur modal yang optimal diperoleh pada saat terjadinya keseimbangan antara tax shields dengan financial distress dan agency cost of leverage. Sehingga terdapat trade off biaya dan manfaat atas penggunaan hutang. Semakin besar proporsi hutang akan semakin besar perlindungan pajak yang diperoleh tetapi semakin besar pula biaya kebangkrutan yang mungkin timbul.

Titik Optimal ini terjadi karena adanya pajak, sebagai faktor yang mendorong perusahaan meningkatkan hutangnya. Tingkat keuntungan dan pajak suatu perusahaan mempunyai hubungan positif, sehingga perusahaan tersebut memiliki motivasi untuk mengurangi pajak perusahaan. Dalam hal ini hutang


(39)

28

Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bertindak sebgai tax shields, karena dapat mengurangi pajak yang harus dibayarkan perusahaan dalam bentuk pembayaran bunga kepada pihak yang memberikan hutang. Ada bentuk tax shields lain yang dapat membuat arus kas tetap menjadi arus kas internal perusahaan dalam bentuk pengurangan laba, yaitu biaya depresiasi dan amortisasi. Biaya – Biaya ini tidak membutuhkan perusahaan untuk mengeluarkan dananya. Melainkan oerusahaan hanya melakukan perhitungan akuntansi untuk mengakui adanya biaya yang telah dikeluarkan atas investasi masa lalu.

Meyulinda dan Yusfarita (2010), mengatakan dari model ini dapat dinyatakan bahwa perusahaan yang tidak menggunakan pinjaman sama sekali dan perusahaan yang menggunakan pembiayaan investasinya dengan pinjaman seluruhnya adalah buruk. Hal ini berarti pengambilan keputusan dalam struktur modal hendaknya bersifat moderat dalam mempertimbangkan penggunaan dana maupun modal sendiri dan mempertimbangkan kedua instrument pembiayaan. Trade off Model memang tidak dapat digunakan untuk menentukan modal yang optimal secara akurat dari suatu perusahaan. Tetapi melalui model ini memberikan tiga masukan penting yaitu (Lukas, 2008 : 249):

1. Perusahaan dengan risiko usaha yang lebih rendah dapat meminjam lebih besar tanpa harus terbebani oleh expected cost of financial distress sehingga diperoleh keuntungan pajak karena penggunaan hutang lebih besar.

2. Perusahaan dengan tangible assets dan marketable assets seharusnya dapat menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan yang memiliki nilai tertutama dari intangible assets seperti paten dan goodwill. Hal ini disebabkan karena intangible assets lebih mudah kehilangan nilai apabila terjadi financial distress dibanding standard assets dan tangible assets.


(40)

3. Perusahaan di negara dengan pajak tinggi seharusnya memuat hutang yang lebih tinggi dalam struktur modal daripada perusahaan yang membayar pajak pada tingkat yang lebih rendah karena bunga yang dibayar diakui pemerintah sehingga mengurangi pajak penghasilan.

b. Pecking Order Theory

Myers dan Majluf (1984) dan Myers (1984) dalam Husnan ( 2004: 275) merumuskan teori struktur modal yang disebut pecking order theory yang selanjutnya disebut POT.’ Teori ini menjelaskan menganai alasan penentuan sumber dana yang paling disukai berdasarkan atas informasi asimetrik, yang menunjukkan bahwa manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak (tentang prospek, risiko, dan nilai perusahaan) daripada pemodal public. Tentu saja manajemen memiliki informasi yang lebih banyak daripada pemodal public. Tentu saja manajemen memiliki informasi yang lebih banyak daripada pemodal public karena manajemenlah yang bertugas mengambil keputusan keuangan dan menyusun berbagai rencana perusahaan.

Dengan adanya informasi asimetrik, perusahaan lebih suka menggunakan pendanaan internal adaripda eksternal. Penggunaan dana internal tidak mengharuskan perusahaan mengungkapkan informasi baru kepada pemodal yang dapat menurunkan harga saham.

Braeley dan Myers dalam Husnan ( 2004 : 278) menyebutkan bahwa secara ringkas, POT tersebut menyatakan:

1. Perusahaan lebih menyukai pendanaan internal

2. Perusahaan akan berusaha menyesuaikan rasio pembagian deviden dengan kesmpatan investasi yang dihadapi, dan berupaya untuk tidak melakukan perubahan pembayaran deviden yang telalu besar.


(41)

30

Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Pembayaran deviden yang cenderung konstan dan fluktuasi laba yang diperoleh mengakibatkan dana internal kadang – kadang berlebih ataupun kurang untuk investasi

4. Apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman dulu. Penerbitan sekuritas akan dimulai dari penerbitan obligasi, kemudian obligasi yang dpat dikonversikan menjadi modal sendiri, baru akhirnya menerbitkan saham baru.

2.1.6 Struktur Aktiva

Menurut Riyanto (2001:22) Strukur aktiva ialah “Perimbangan atau perbandingan baik dalam arti absolut maupun dalam arti relative antara aktiva lancar dengan aktiva tetap.

Aktiva yang harus disediakan untuk beroperasinya perusahaan adalah golongan aktiva tetap. Perusahaan – perusahaan industri diasumsikan akan memperoleh hasil yang lebih besar dari aktiva tetap dibandingkan dengan aktiva lancar, sehingga dapat dikatakan bahwa aktiva tetap menggambarkan aktiva yang benar – benar dapat memberikan hasil kepada perusahaan. Oleh karena itu besarnya aktiva tetap yang dapat dilihat dari perbandingannya antara aktiva tetap dengan total aktiva mengambarkan seberapa besar perusahaan industri memiliki aktiva tetap dalam operasional perusahaan.

Kebanyakan teori struktur modal menyatakan bahwa jenis aktiva yang dimiliki oleh suatu jenis perusahaan mempengaruhi pemilihan struktur modal. Riyanto (2001 : 298) menyatakan bahwa

Perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed assets), akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing sifatnya adalah pelengkap.

Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya struktur finansial konservatif yang horizontal yang menyatkan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling


(42)

sedikit dapat menutupi jumlah aktiva tetap yang sifatnya permanen, dan perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan mengutamakan kebutuhan dananya dengan utang jangka pendek.

Seperti yang telah disebutkan oleh Riyanto, Harnanto (1991 : 303) menyebutkan pula bahwa :

Modal Sendiri merupakan sumber dana perusahaan yang paling tepat diinvestasikan pada aktiva tetap – yang bersifat permanen dan pada investasi – investasi yang mengahdapi resiko kerugian/kegagalan yang relative besar. Karena suatu kerugian/kegagalan investasi tersebut dengan alas an apapun, tidak akan membahayakan kontinuitas atau kelangsungan hidup perusahaan.

Berbeda halnya dengan Brigham dan Gapenski (1996 : 190) menyatakan bahwa secara umum perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan. Teori ini juga konsisten dengan Lukas (2008 : 247 ) yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan sebagi agunan hutang cenderung menggunakan hutang yang relatif besar. Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang, maka perusahaan tersebut akan menggunakan pembiayaan hutang hitpotik jangka panjang, dengan harapan aktiva tersebut dapat digunakan untuk menutup hutangnya. Sebaliknya, perusahaan yang sebagian besar aktiva yang dimilikinya berupa piutang dan persediaan barang nilainya sangat tergantung pada kelanggengan tingkat profitabilitas (penjualan) masingmasing perusahaan, sebaiknya dibiayai dengan pembiayaan hutang jangka pendek (Weston dan Copeland, 2008). Dari pemaparan tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Variabel Struktur Aktiva Menurut Brigham dan Houston (2001 : 39) diukur dengan Menggunakan Rumus


(43)

32

Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.1.7 Pertumbuhan Penjualan

Menurut Ali Kesuma (2009), pertumbuhan penjualan (growth of sales) adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Menurut Brigham dan Houston, (2001 : 39) perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beben tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan penjualan merupakan tingkat stabilitas jumlah penjualan yang dilakukan oleh perusahaan untuk setiap periode tahun buku. Pertumbuhan penjualan merupakan signal pada kreditur untuk memberikan kredit atau bagi bank sebagai kreditor untuk menambah kredit.

Pertumbuhan penjualan adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Bagi perusahaan yang mempunyai pertumbuhan penjualan yang tinggi maka kecenderungan penggunaan utang sebagai sumber dana eksternal lebih besar dibandingkan perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan penjualan yang rendah. Hal ini sejalan dengan teori trade off yang menjelaskan apabila manfaat yang diperoleh perusahaan dalam menggunakan hutang lebih besar daripada pengorbanannya, maka sebaiknya perusahaan melakukan pendanaan secara eksternal. Semakin besarnya pertumbuhan penjualan merupakan sebuah keuntungan bagi perusahaan karena dengan demikian dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya dan


(44)

memudahkan manajemen dalam mendapatkan hutang karena adanya keyakinan investor akan kinerja perusahaan tersebut (Winahyuningsih, dkk. 2009). Jadi bila semakin tinggi pertumbuhan penjualan maka semakin mudah perusahaan dalam memperoleh utang. Pertumbuhan penjuaelan menurut (Weston dan Copeland 2008) dinilai dari presentase perubahan dalam total penjualan, variabel ini diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

2.1.8 Pertumbuhan Aset

Menurut Brigham (2001 : 40), perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan bergantung pada dana dari luar perusahaan dikarenakan dana dari dalam perusahaan tidak mencukupi untuk mendukung tingkat pertumbuhan yang tinggi. Dengan demikian perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan lebih banyak menggunakan utang sebagai sumber pendanaannya daripada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah. Pertumbuhan aset menurut Menurut Prabansari dan Hadri (2005) dalam Kartini dan Arianto (2008) Pertumbuhan aset adalah perubahan (peningkatan atau penurunan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan aset dihitung sebagai persentase perubahan aset pada tahun tertentu terhadap tahun sebelumnya. Bagi perusahaan, kesempatan untuk bertumbuh atau melakukan investasi akan meningkatkan kebutuhan akan dana. Ini berarti, disamping dana internal ynag tersedia diperlukan juga tambahan dana yang berasal dari luar persahaan termasuk utang (Hendri Setyawan dan Sutapa, 2006).


(45)

34

Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.1.9 Non Debt Tax Shield

Dalam struktru modal, Non debt tax shield merupakan sunstitusi interst expense yang akan berkurang saat menghitung pajak perusahaan. Keuntungan pajak yang berupa biaya depresiasi/penyusutan yang dapat dikurangkan dalam menentukan penghasilan kena pajak disebut juga dengan Non-debt Tax Shield (Tirsono, 2008). Menurut De Angelo et. al (1980) menyatakan bahwa potongan pajak (tax deduction) yang berupa depresiasi dan investment tax credit dapat digunakan untuk mengurangi pajak selain bunga hutang. Jadi, dalam melakukan efesiensi penghitungan pajak selain dengan membebankan biaya bunga hutang, perusahaan dapat memanfaatkan keuntungan/perlindungan pajak melalui fasilitas perpajakan yang diberikan oleh pemerintah atau disebut dengan non debt tax shield.

Penyusutan merupakan salah satu biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak, maka besarnya penyusutan mempengaruhi pajak yang harus dibayar. Semakin tinggi penyusutan maka pajak yang dibayar pun akan semakin kecil. Dalam biaya depresiasi juga mencerminkan tingkat jumlah tangible asset yang dimiliki oleh perusahaan, tangible asset tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai asset kolateral untuk jaminan hutang pada waktu mengajukan hutang. Karena perusahaan mempunyai asset kolateral yang tinggi maka perusahaan tersebut akan dengan mudah mendapatkan hutang baru sehingga ada kecenderungan untuk menambah hutang lagi (Tirsono, 2008).

Tax Shield effect dengan indicator Non debt tax shield menunjukkan besarnya biaya non kas yang menyebabkan penghematan pajak yang bukan


(46)

berasal dari penggunaan hutang dan dapat digunakan sebagai modal untuk mengurangi hutang (De angelo dan Masulis, 1980). Penghematan pajak selain dari pembayaran bunga akibat penggunaan hutang juga berasal dari adanya depresiasi dan amortisasi. Semakin besar depresiasi dan amortisasi akan menyebabkan semakin besar penghematan pajak penghasilan dan semakin besar cash flow perusahaan. Dengan demikian, suatu perusahaan yang memiliki non deb ttax shield yang tinggi cenderung akan menggunakan tingkat hutang yang rendah dan berarti variabel non debt tax shield berpengaruh negative terhadap tingkat penggunaan hutang dalam struktur modal.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang faktor- faktor yang mempengaruhi kebijakan utang sudah dilakukan beberapa peneliti dengan hasil yang berbeda – beda. Penelitian tersebut antara lain :

1. I Putu Andre Sucita Wijaya dan I Made Karya Utama (2014) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh profitabilitas, struktur aset, dan pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal serta harga saham. Sampel penelitian ini adalah 30 perusahaan properti dan real estate yang terdaftar dibursa efek indonesia periode tahun 2010 hingga 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas dan struktur aset berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap struktur modal.

2. Kartini dan Tulus Arianto (2008) melakukan penelitian dengan judul Struktur kepemilikan, profitabilitas, pertumbuhan aktiva dan ukuran perusahaan


(47)

36

Rendy Perdana, 2015

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERTUMBUHAN ASET DAN NON DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur sampel penelitian ini adalah 38 perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2002 hingga 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktr kepemilikan, pertumbuhan aktiva dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Sedangkan profitabilitas berpengaruh negative terhadap struktur modal.

3. Glenn Indrajaya, Herlina, Rini Setiadi (2011) melakukan penelitian dengan judul pengaruh struktur aktiva, ukuran perusahaan, tingkat pertmbuhan, profitabilitas, dan resiko bisnis terhadap struktur modal : Studi Empiris pada perusahaan sektor pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2004 – 2007. Sampel penelitian adalah perusahaan sektor pertambangan yang listing di bursa efek Indonesia periode 2004 – 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur aktiva, ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan, tingkat pertumbuhan dan resiko bisnis memiliki pengaruh negative terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas berpengaruh negative terhadap struktur modal.

4. Ali kesuma (2009) melakukan penelitian dengan judul analisis faktor yang mempengaruhi struktur modal serta pengaruhnya terhadap harga saham perusahaan Reasl Estate yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian adalah Perusahaan Reasl Estate yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2003 – 2008. Hasil penelitian menunjukkan perumbuhan penjualan, profitabilitas memilki pengaruh yang berlawanan arah (negative) terhadap stuktur modal, sedangkan rasio utang mempunyai pengaruh yang signifikan dan searah dengan struktur modal.


(48)

5. Werner Ria Murhadi (2011) melakukan penelitian dengan judul Determinan Struktur Modal : Studi di Asia Tenggara. Sampel penelitian ini adalah perusahaan – perusahaan yang bergerak pada sektor pertambangan di negara – negara ASEAN. Hasil penelitian menunjukkan profitabilitas dan pertumbuhan memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap utang, sedangkan ukuran perusahaan, asset tangibility dan penghematan pajak yang bukan bersumber dari utang (NDTS) memiliki hubungan positif yang tidak signifikan.

6. Jemmi Halim Liem, Werner R. Murhadi, Bertha Silvia Sutejo (2012) melakukan penelitian dengan judul Faktor – faktor yang mempengaruhi struktur modal pada industri Consumer Goods yang terdaftar di BEI perode 2007 – 2011. Dengan sampel berupa badan usaha industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 – 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas dan non debt tax shield berpengaruh negative signifikan terhadap struktur modal sedangkan struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap stuktur modal, kemudian variable ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal dan variable growth berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal

Ringkasan Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan dalam penelitian ini dilihat pada tabel 2.1 berikut :


(1)

2013

No Emiten pertumbuhan penjualan

Penjualan t penjualan t-1 selisih persentase 1 ATPK 409.411.286 181.494.610 227.916.676 1,2558 2 GEMS 4.427.626.221.656 3.958.897.172.445 468.729.049.211 0,1184 3 PKPK 202.625.598 294.488.422 (91.862.824) -0,3119 4 PTBA 11.209.219 11.594.057 (384.838) -0,0332 5 ELSA 4.111.973 4.777.083 (665.110) -0,1392 6 ANTM 11.298.321.506 10.449.885.512 848.435.994 0,0812 7 TINS 5.852.453 7.363.168 (1.510.715) -0,2052 8 SMRU 9.297.472.200 42.162.803.343 (32.865.331.143) -0,7795 9 CTTH 240.794.596.763 161.783.288.701 79.011.308.062 0,4884 10 MITI 139.985.891.541 150.825.364.700 (10.839.473.159) -0,0719 11 ADRO 3.285.142 3.722.489 (437.347) -0,1175 12 BRAU 1.424.854 1.531.063 (106.209) -0,0694 13 BUMI 3.547.424.427 3.775.518.192 (228.093.765) -0,0604 14 DEWA 222.028.647 334.997.337 (112.968.690) -0,3372 15 ITMG 2.178.763 2.438.941 (260.178) -0,1067 16 PTRO 360.096 385.492 (25.396) -0,0659 17 MEDC 888.947.406 904.382.608 (15.435.202) -0,0171 18 INCO 921.638 967.327 (45.689) -0,0472


(2)

Perhitungan Pertumbuhan Aset

2011

2012

No Emiten pertumbuhan Aset No Emiten pertumbuhan Aset

Aset t Aset t-1 selisih persentase Aset t Aset t-1 selisih persentase

1 ATPK 111.660.087 172.324.894 (60.664.807) -0,3520 1 ATPK 150.829.602 111.660.086 39.169.516 0,3508 2 GEMS 3.320.301.908.407 1.117.269.982.457 2.203.031.925.950 1,9718 2 GEMS 3.440.326.009.433 3.320.301.908.407 120.024.101.026 0,0361 3 PKPK 454.074.144 467.804.659 (13.730.515) -0,0294 3 PKPK 396.379.847 454.074.144 (57.694.297) -0,1271 4 PTBA 11.510.262 8.722.699 2.787.563 0,3196 4 PTBA 12.728.981 11.510.262 1.218.719 0,1059 5 ELSA 4.389.950 3.695.249 694.701 0,1880 5 ELSA 4.294.557 4.389.950 (95.393) -0,0217 6 ANTM 15.201.235.077 12.218.859.770 2.982.375.307 0,2441 6 ANTM 19.708.540.946 15.201.235.077 4.507.305.869 0,2965 7 TINS 6.569.807 5.881.108 688.699 0,1171 7 TINS 6.130.320 6.569.807 (439.487) -0,0669 8 SMRU 385.026.021.483 193.605.875.335 191.420.146.148 0,9887 8 SMRU 307.548.209.577 385.026.021.483 (77.477.811.906) -0,2012 9 CTTH 218.251.524.639 199.626.395.928 18.625.128.711 0,0933 9 CTTH 261.438.526.210 218.251.524.639 43.187.001.571 0,1979 10 MITI 117.966.795.513 114.924.725.156 3.042.070.357 0,0265 10 MITI 148.540.732.335 131.669.680.263 16.871.052.072 0,1281 11 ADRO 5.658.961 4.470.119 1.188.842 0,2660 11 ADRO 6.692.256 5.658.961 1.033.295 0,1826 12 BRAU 2.059.239 1.828.688 230.551 0,1261 12 BRAU 2.148.128 2.001.775 146.353 0,0731 13 BUMI 7.368.121.749 7.047.454.013 320.667.736 0,0455 13 BUMI 7.354.327.207 7.465.325.738 (110.998.531) -0,0149 14 DEWA 406.125.904 462.511.533 (56.385.629) -0,1219 14 DEWA 439.475.800 406.125.904 33.349.896 0,0821 15 ITMG 1.578.474 1.089.706 488.768 0,4485 15 ITMG 1.491.224 1.578.474 (87.250) -0,0553

16 PTRO 377.298 222.512 154.786 0,6956 16 PTRO 529.742 377.298 152.444 0,4040

17 MEDC 2.587.397.459 2.278.068.237 309.329.222 0,1358 17 MEDC 2.655.840.704 2.587.397.459 68.443.245 0,0265 18 INCO 2.421.362 2.190.235 231.127 0,1055 18 INCO 2.333.080 2.421.362 (88.282) -0,0365


(3)

2013

No Emiten pertumbuhan Aset

Aset t Aset t-1 selisih persentase 1 ATPK 1.489.339.945 150.829.602 1.338.510.343 8,8743 2 GEMS 4.022.393.567.309 3.440.326.009.433 582.067.557.876 0,1692 3 PKPK 361.548.802 396.379.847 (34.831.045) -0,0879 4 PTBA 11.677.155 12.728.981 (1.051.826) -0,0826 5 ELSA 4.370.964 4.294.557 76.407 0,0178 6 ANTM 21.835.117.391 19.708.540.946 2.126.576.445 0,1079 7 TINS 7.883.294 6.130.320 1.752.974 0,2860 8 SMRU 244.996.744.367 307.548.209.577 (62.551.465.210) -0,2034 9 CTTH 326.960.068.946 261.438.526.210 65.521.542.736 0,2506 10 MITI 156.993.369.479 148.540.732.335 8.452.637.144 0,0569 11 ADRO 6.733.787 6.692.256 41.531 0,0062 12 BRAU 2.001.022 2.148.128 (147.106) -0,0685 13 BUMI 7.003.908.115 7.354.327.207 (350.419.092) -0,0476 14 DEWA 365.758.029 439.475.800 (73.717.771) -0,1677 15 ITMG 1.392.140 1.491.224 (99.084) -0,0664 16 PTRO 509.242 529.742 (20.500) -0,0387 17 MEDC 2.531.679.470 2.655.840.704 (124.161.234) -0,0468 18 INCO 2.281.119 2.333.080 (51.961) -0,0223


(4)

2011 2012 2013

NO NAMA NDT NDT NO NAMA NDT NDT NO NAMA NDT NDT

B.Penyusutan total aset B. Penyusutan total aset B. Penyusutan total aset

1 ATPK 8.802.580 111.660.087 0,0788 1 ATPK 13.031.091 150.829.602 0,0864 1 ATPK 12.073.218 1.489.339.945 0,0081 2 GEMS 55.574.112.356 3.320.301.908.407 0,0167 2 GEMS 22.475.735.121 3.440.326.009.433 0,0065 2 GEMS 38.260.222.999 4.022.393.567.309 0,0095

3 PKPK 42.645.991.954 471.838.283.186 0,0904 3 PKPK 33.424.770 396.379.847 0,0843 3 PKPK 22.899.625 361.548.802 0,0633 4 PTBA 59.575 11.507.104 0,0052 4 PTBA 98.749 12.728.981 0,0078 4 PTBA 158.159 11.677.155 0,0135 5 ELSA 277.592 4.389.950 0,0632 5 ELSA 293.784 4.294.557 0,0684 5 ELSA 274.395 4.370.964 0,0628

6 ANTM 821.817.757 15.201.235.077 0,0541 6 ANTM 931.919.661 19.708.540.946 0,0473 6 ANTM 802.455.150 21.835.117.391 0,0368 7 TINS 307.453 6.569.807 0,0468 7 TINS 435.072 6.130.320 0,0710 7 TINS 323.311 7.883.294 0,0410

8 SMRU 19.871.517.646 385.026.021.483 0,0516 8 SMRU 23.578.280.869 307.548.209.577 0,0767 8 SMRU 22.326.761.237 244.996.744.367 0,0911 9 CTTH 21.232.881.621 218.251.524.639 0,0973 9 CTTH 21.898.243.226 261.438.526.210 0,0838 9 CTTH 22.481.660.747 326.960.068.946 0,0688 10 MITI 5.508.846.640 117.966.795.513 0,0467 10 MITI 6.916.332.724 148.540.732.335 0,0466 10 MITI 7.650.252.386 156.993.369.479 0,0487 11 ADRO 207.400 5.658.961 0,0366 11 ADRO 259.195 6.692.256 0,0387 11 ADRO 288.091 6.733.787 0,0428 12 BRAU 6.298 2.001.775 0,0031 12 BRAU 13.161 2.148.128 0,0061 12 BRAU 23.317 2.001.022 0,0117 13 BUMI 142.968.549 7.465.325.738 0,0192 13 BUMI 251.867.032 7.354.327.207 0,0342 13 BUMI 229.219.152 7.003.908.115 0,0327 14 DEWA 50.478.422 406.125.904 0,1243 14 DEWA 28.205.498 439.475.800 0,0642 14 DEWA 38.311.640 365.758.029 0,1047 15 ITMG 61.439 1.578.474 0,0389 15 ITMG 75.270 1.491.224 0,0505 15 ITMG 67.142 1.392.140 0,0482


(5)

Perhi

tunga

n

Non

Debt

Tax Shield

16 PTRO 37.965 377.298 0,1006 16 PTRO 53.976 529.742 0,1019 16 PTRO 62.386 509.242 0,1225

17 MEDC 98.950.932 2.587.397.459 0,0382 17 MEDC 22.991.948 2.655.840.704 0,0087 17 MEDC 31.203.126 2.531.679.470 0,0123 18 INCO 94.324 2.421.362 0,0390 18 INCO 102.286 2.333.080 0,0438 18 INCO 110.748 2.281.119 0,0485


(6)

Perhitungan Struktur Modal (DER)

2011 2012 2013

NO NAMA Struktur

Modal NO NAMA

Struktur

Modal NO NAMA

Struktur Modal

utang ekuitas utang ekuitas utang ekuitas

1 ATPK 73.017.225 38.642.862 1,8895 1 ATPK 107.005.545 43.824.058 2,4417 1 ATPK 73.017.225 38.642.862 1,8895

2 GEMS 480.032.031.563 2.840.269.876.844 0,1690 2 GEMS 538.865.215.532 3.440.326.009.433 0,1566 2 GEMS 1.053.418.020.786 2.968.975.546.523 0,3548 3 PKPK 53.284.481 183.792.040 0,2899 3 PKPK 20.313.215 174.722.337 0,1163 3 PKPK 186.390.421 175.158.380 1,0641

4 PTBA 3.348.092 8.162.170 0,4102 4 PTBA 4.223.812 8.505.169 0,4966 4 PTBA 4.125.586 7.551.569 0,5463 5 ELSA 2.485.125 1.904.825 1,3046 5 ELSA 2.252.312 2.042.245 1,1029 5 ELSA 2.085.850 2.285.114 0,9128 6 ANTM 4.429.191.527 10.772.043.550 0,4112 6 ANTM 6.876.224.890 12.832.316.056 0,5359 6 ANTM 9.071.629.859 12.793.461.918 0,7091

7 TINS 1.972.012 4.597.795 0,4289 7 TINS 1.572.120 4.558.200 0,3449 7 TINS 2.991.184 4.892.110 0,6114 8 SMRU 47.547.942.057 337.478.079.426 0,1409 8 SMRU 35.785.502.863 271.762.706.714 0,1317 8 SMRU 18.782.900.580 226.213.843.787 0,0830 9 CTTH 142.259.039.794 75.992.484.845 1,8720 9 CTTH 182.686.741.400 78.751.784.810 2,3198 9 CTTH 247.724.204.360 79.235.864.586 3,1264

10 MITI 55.160.486.003 62.806.309.510 0,8783 10 MITI 53.730.999.117 94.809.733.218 0,5667 10 MITI 45.429.682.728 111.563.686.751 0,4072 11 ADRO 3.216.738 2.442.223 1,3171 11 ADRO 3.697.202 2.995.054 1,2344 11 ADRO 3.538.784 3.195.003 1,1076 12 BRAU 1.533.238 468.537 3,2724 12 BRAU 1.905.856 242.272 7,8666 12 BRAU 1.920.871 80.151 23,9657 13 BUMI 6.340.844.034 7.465.325.738 0,8494 13 BUMI 6.962.177.504 7.354.327.207 0,9467 13 BUMI 7.306.867.650 7.003.908.115 1,0433 14 DEWA 92.355.692 313.770.212 0,2943 14 DEWA 165.903.424 273.572.376 0,6064 14 DEWA 143.650.091 222.107.938 0,6468 15 ITMG 497.670 1.080.804 0,4605 15 ITMG 488.807 1.491.224 0,3278 15 ITMG 428.285 1.392.140 0,3076

16 PTRO 218.066 159.232 1,3695 16 PTRO 342.452 187.290 1,8285 16 PTRO 311.666 197.576 1,5774

17 MEDC 1.732.050.492 855.346.967 2,0250 17 MEDC 1.812.616.519 843.224.185 2,1496 17 MEDC 1.634.923.055 896.758.415 1,8231 18 INCO 652.193 1.769.169 0,3686 18 INCO 611.646 1.721.434 0,3553 18 INCO 566.853 1.714.266 0,3307


Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan dan Struktur Aset Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

1 50 100

Pengaruh faktor ukuran, pertumbuhan, risiko keuangan, struktur aktiva dan non debt tax shield perusahaan terhadap struktur modal pada Bursa Efek Enam Negara ASEAN

3 49 124

PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, RESIKO BISNIS, STRUKTUR AKTIVA DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2013

0 3 23

Pengaruh Debt Tax Shield dan Non Debt Tax Shield terhadap Struktur Modal.

0 2 19

Pengaruh Debt Tax Shield dan Non-Debt Tax Shield terhadap Struktur Modal.

4 11 17

Pengaruh Current Tax dan Non Debt Tax Shield terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012.

2 5 22

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PENJUALAN, DAN NON-DEBT TAX SHIELD TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 22

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN PENJUALAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011.

0 0 14

Pengaruh faktor ukuran, pertumbuhan, risiko keuangan, struktur aktiva dan non debt tax shield perusahaan terhadap struktur modal pada Bursa Efek Enam Negara ASEAN

0 0 41

Pengaruh faktor ukuran, pertumbuhan, risiko keuangan, struktur aktiva dan non debt tax shield perusahaan terhadap struktur modal pada Bursa Efek Enam Negara ASEAN

0 0 15