Pengaruh Kepemimpinan Dan Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Waruna Nusa Sentana

(1)

PT. WARUNA NUSA SENTANA

TESIS

Oleh

RONNY EDWARD 127045007

M A G I S T E R I L M U K O M U N I K A S I

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PT. WARUNA NUSA SENTANA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Ilmu Komunikasi dalam Program Magister Ilmu

Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Oleh

RONNY EDWARD 127045007

M A G I S T E R I L M U K O M U N I K A S I FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KARYAWAN PADA PT. WARUNA NUSA SENTANA Nama Mahasiswa : Ronny Edward

Nomor Pokok : 127045007 Program Studi : Ilmu Komunikasi

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

(Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS) (Dra. Fatma Wardi, MA) NIP. 195808101986011001 NIP. 196208281987012001

Ketua Program Studi, Dekan,

(Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA, Ph.D) (Prof. Dr. Badaruddin, M.Si) NIP. 196704051990032002 NIP. 196805251992031002


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA, Ph.D Anggota : 1. Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS

2. Dra. Fatma Wardy Lubis, MA 3. Drs. Safrin, M.Si


(5)

JUDUL TESIS

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN IKLIM KOMUNIKASI

ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. WARUNA NUSA SENTANA

Dengan ini penulis menyatakan bahwa:

1. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara benar merupakan hasil karya peneliti sendiri. 2. Tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar

akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di Universitas Sumatera Utara maupun di perguruan tinggi lain.

3. Tesis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian penulis sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Komisi Pembimbing dan masukan Tim Penguji.

4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian – bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Agustus 2014 Penulis,


(6)

KARYAWAN PADA PT. WARUNA NUSA SENTANA

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Pengaruh Kepemimpinan dan Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Waruna Nusa Sentana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan dan iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Waruna Nusa Sentana. Teori – teori yang digunakan adalah komunikasi organisasi, jaringan komunikasi, fungsi komunikasi dalam organisasi, kepemimpinan, iklim komunikasi organisasi dan kinerja. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan analisis statistik regresi linier berganda. Analisa data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 20.0 for windows. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 250 orang dan penentuan sampel menggunakan rumus slovin sehingga diperoleh jumlah responden sebanyak 71 orang karyawan PT. Waruna Nusa Sentana. Hasil uji statistik dengan menggunakan analisis data regresi linier berganda menghasilkan persamaan Y=7,329+0,415X1+0,239X2 membuktikan bahwa

hipotesa yang diterima adalah Ha yaitu kepemimpinan dan iklim komunikasi

organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Waruna Nusa Sentana. Adapun pengaruh kepemimpinan dan iklim komunikasi terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 46,7% dan sisanya sebesar 53,3% dipengaruhi oleh faktor lainnya. Hal tersebut berarti jika kepemimpinan dan iklim komunikasi organisasi PT. Waruna Nusa Sentana mengalami kenaikan maka akan berdampak pada peningkatan kinerja karyawan


(7)

EMPLOYEE AT PT. WARUNA NUSA SENTANA

ABSTRACT

This research entitled the Influence of Leadership and Communication Climate of Organization to the Performance of Employee at PT. Waruna Nusa Sentana. The objective of this research is to study and analyze the influence of leadership and communication climate of organization to the performance of employee at PT. Waruna Nusa Sentana. The applied theories is organization communication, communication network, communication function in organization, leadership, communication climate organization and performance. The method of research is quantitative method by multi linier regression statistic analysis. The data was analyzed using statistical data processing software SPSS 20 for windows. The population in this research is 250 respondent and sampling by Slovin formula to obtain the sampel for 71 employee of PT. Waruna Nusa Sentana. The result of statistical test using multi linier regression data analysis is an equation Y=7,329+0,415X1+0,239X2 indicates that accepted hypothesis is Ha i.e the leadership and communication climate of organization has a positive and significant influence to the performance of employee of PT. Waruna Nusa Sentana. The influence of leadership and communication climate of organization to the performance of employee is 46,7% and its remain for 53,3% is influence by other factors. It means that if leadership and communication climate of organization of PT. Waruna Nusa Sentana is increase, the performance of employee also increases.


(8)

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah – Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), SpA(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA, Ph.D, selaku Ketua Penguji dan Ketua Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.

5. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, MA, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.

6. Bapak Drs. Safrin, M.Si selaku Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.

7. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si selaku Sekretaris Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan

8. Seluruh Dosen Magister Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan motivasi dalam setiap perkuliahan. 9. Kepada rekan-rekan PT. Waruna Nusa Sentana yang telah membantu

dalam menyelesaikan penyusunan dan pengadaan data – data yang dibutuhkan penulis dalam penulisan tesis ini

10.Semua pihak yang telah berpartisipasi membantu penulis dalam menjalani pendidikan maupun dalam penyusunan tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.

Medan, Agustus 2014 Penulis

Ronny Edward


(9)

LEMBAR PENGESAHAN TESIS ... ii

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ... iii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Komunikasi Organisasi ... 10

2.2.1. Definisi Komunikasi Organisasi ... 10

2.2.2. Jaringan Komunikasi Dalam Organisasi ... 14

2.2.3. Fungsi Komunikasi Organisasi ... 19

2.2.4. Hambatan Dalam Komunikasi Organisasi ... 22

2.2.5. Teori Komunikasi Organisasi ... 25

2.3. Kepemimpinan ... 28

2.3.1. Pengertian Kepemimpinan... 28

2.3.2. Pengertian Pemimpin ... 30

2.3.3. Fungsi, Tanggung Jawab dan Karakteristik Pemimpin ... 31

2.3.4. Gaya Kepemimpinan ... 37

2.3.5. Teori Kepemimpinan ... 40

2.4. Iklim Komunikasi Organisasi ... 41

2.4.1. Pengertian Iklim Komunikasi Organisasi ... 41

2.4.2. Faktor yang Mempengaruhi Iklim Komunikasi Organisasi ... 43

2.5. Kinerja ... 46

2.5.1. Pengertian Kinerja ... 46

2.5.2. Penilaian Kinerja ... 47

2.5.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja ... 48

2.6. Kerangka Berpikir ... 49

2.7. Hipotesis ... 53

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 54

3.2. Jenis Penelitian ... 54

3.3. Metode Pengkuran ... 54

3.3.1. Definisi Operasional Variabel ... 54


(10)

3.4.2. Sampel ... 56

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 57

3.6. Jenis dan Sumber Data ... 58

3.7. Validitas dan Reliabilitas ... 59

3.7.1. Validitas ... 59

3.7.2. Reliabilitas ... 60

3.8. Metode Analisis Data ... 60

3.9. Pengujian Asumsi Klasik ... 61

3.9.1. Uji Normalitas ... 61

3.9.2. Uji Multikolinieritas ... 62

3.9.3. Uji Heteroskedastisitas ... 62

3.10. Pengujian Hipotesis ... 63

BAB IV. TEMUAN PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum PT. Waruna Nusa Sentana ... 66

4.1.1.Sejarah Singkat PT. Waruna Nusa Sentana ... 66

4.1.2.Visi, Misi dan Nilai PT. Waruna Nusa Sentana ... 67

4.1.3.Struktur Organisasi PT. Waruna Nusa Sentana ... 68

4.2. Hasil Penelitian ... 72

4.2.1.Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 72

4.2.1.1. Uji Validitas ... 73

4.2.1.2. Uji Reliabilitas ... 76

4.2.2.Karakteristik Responden ... 76

4.2.3.Penjelasan Responden atas Variabel Penelitian ... 78

4.2.3.1. Penjelasan Responden atas Variabel Kepemimpinan ... 78

4.2.3.2. Penjelasan Responden atas Variabel Iklim Komunikasi Organisasi ... 81

4.2.3.3. Penjelasan Responden atas Variabel Kinerja Karyawan ... 85

4.2.4. Pengujian Asumsi Klasik ... 87

4.2.4.1. Uji Normalitas ... 88

4.2.4.2. Uji Multikolinieritas ... 89

4.2.4.3. Uji Heteroskedastisitas ... 90

4.2.5. Pengujian Hipotesis ... 92

4.2.5.1. Pengujian Hipotesis 1 ... 93

4.2.5.2. Pengujian Hipotesis 2 ... 95

4.2.5.3. Pengujian Hipotesis 3 ... 97

BAB V PEMBAHASAN ... 100

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Simpulan ... 107

6.2. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110 LAMPIRAN


(11)

Tabel Hal

3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 55

3.2 Instrumen Skala Likert ... 56

4.1 Hasil Uji Validitas Variabel Kepemimpinan ... 73

4.2 Hasil Uji Validitas Variabel Iklim Komunikasi Organisasi ... 74

4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Karyawan ... 75

4.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrument Variabel ... 76

4.5 Jenis Kelamin Responden ... 77

4.6 Tingkat Pendidikan Responden ... 77

4.7 Usia Responden ... 78

4.8 Penjelasan Responden Atas Variabel Kepemimpinan ... 79

4.9 Penjelasan Responden Atas Variabel Iklim Komunikasi Organisasi. 82 4.10 Penjelasan Responden Atas Variabel Kinerja Karyawan ... 85

4.11 Hasil Uji Kolmogorov – Smirnov ... 89

4.12 Hasil Uji Multikolinieritas ... 90

4.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 92

4.14 Hasil Uji Regresi Kepemimpinan dan Kinerja Karyawan ... 93

4.15 Nilai Koefisien Determinasi ... 94

4.16 Hasil Uji Regresi Iklim Komunikasi Organisasi dan Kinerja Karyawan ... 95

4.17 Nilai Koefisien Determinasi ... 96

4.18 Hasil Uji Regresi Kepemimpinan, Iklim Komunikasi Organisasi dan Kinerja Karyawan ... 97

4.19 Nilai Koefisien Determinasi ... 98


(12)

Gambar Hal

2.1 Kerangka Berpikir ... 52

4.1 Struktur Organisasi PT. Waruna Nusa Sentana ... 68

4.2 Grafik P-Plot ... 88


(13)

KARYAWAN PADA PT. WARUNA NUSA SENTANA

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Pengaruh Kepemimpinan dan Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Waruna Nusa Sentana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan dan iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Waruna Nusa Sentana. Teori – teori yang digunakan adalah komunikasi organisasi, jaringan komunikasi, fungsi komunikasi dalam organisasi, kepemimpinan, iklim komunikasi organisasi dan kinerja. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan analisis statistik regresi linier berganda. Analisa data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 20.0 for windows. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 250 orang dan penentuan sampel menggunakan rumus slovin sehingga diperoleh jumlah responden sebanyak 71 orang karyawan PT. Waruna Nusa Sentana. Hasil uji statistik dengan menggunakan analisis data regresi linier berganda menghasilkan persamaan Y=7,329+0,415X1+0,239X2 membuktikan bahwa

hipotesa yang diterima adalah Ha yaitu kepemimpinan dan iklim komunikasi

organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Waruna Nusa Sentana. Adapun pengaruh kepemimpinan dan iklim komunikasi terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 46,7% dan sisanya sebesar 53,3% dipengaruhi oleh faktor lainnya. Hal tersebut berarti jika kepemimpinan dan iklim komunikasi organisasi PT. Waruna Nusa Sentana mengalami kenaikan maka akan berdampak pada peningkatan kinerja karyawan


(14)

EMPLOYEE AT PT. WARUNA NUSA SENTANA

ABSTRACT

This research entitled the Influence of Leadership and Communication Climate of Organization to the Performance of Employee at PT. Waruna Nusa Sentana. The objective of this research is to study and analyze the influence of leadership and communication climate of organization to the performance of employee at PT. Waruna Nusa Sentana. The applied theories is organization communication, communication network, communication function in organization, leadership, communication climate organization and performance. The method of research is quantitative method by multi linier regression statistic analysis. The data was analyzed using statistical data processing software SPSS 20 for windows. The population in this research is 250 respondent and sampling by Slovin formula to obtain the sampel for 71 employee of PT. Waruna Nusa Sentana. The result of statistical test using multi linier regression data analysis is an equation Y=7,329+0,415X1+0,239X2 indicates that accepted hypothesis is Ha i.e the leadership and communication climate of organization has a positive and significant influence to the performance of employee of PT. Waruna Nusa Sentana. The influence of leadership and communication climate of organization to the performance of employee is 46,7% and its remain for 53,3% is influence by other factors. It means that if leadership and communication climate of organization of PT. Waruna Nusa Sentana is increase, the performance of employee also increases.


(15)

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat berdampak pada tingginya tingkat persaingan, memberi kesadaran kepada semua pihak bahwa perubahan diberbagai bidang termasuk lingkungan bisnis dan organisasi sedang berlangsung dengan begitu pesat. Perubahan yang terjadi saat ini, merupakan dampak baik secara langsung maupun tidak langsung dari globalisasi yang dialami semua negara di dunia tidak terkecuali negara Indonesia.

Era globalisasi yang sarat akan persaingan bisnis yang kompetitif ini, menuntut organisasi bisnis untuk terus menerus beradaptasi mengikuti arus perubahan yang sangat cepat dan massif. Derasnya arus perubahan membawa konsekuensi logis bagi organisasi untuk selalu mengantisipasi dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Untuk menghadapi persaingan bisnis yang semakin dinamis, dan cenderung sulit diprediksi pada era global saat ini membutuhkan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang cakap, terampil, berkeahlian, tanggap terhadap perubahan serta memiliki kinerja yang tinggi. Dalam suatu organisasi kinerja perorangan (individual perfomance) sangat menentukan kinerja organisasi (organization perfomance), organisasi dalam mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan tentunya melalui kegiatan-kegiatan yang digerakkan oleh orang atau sekelompok orang yang bekerja sama dan aktif berperan sebagai pelaku dalam menghasilkan kinerja organisasi yang baik.


(16)

Dengan kata lain, tujuan organisasi dapat tercapai disebabkan adanya upaya yang dilakukan oleh orang-orang yang berada di dalam organisasi tersebut.

Kinerja organisasi sangat ditentukan oleh unsur karyawannya, kinerja karyawan yang baik akan berdampak pada kinerja organisasi secara keseluruhan, yang pada akhirnya dapat terlihat dari pencapaian organisasi. Hal ini sejalan dengan definisi kinerja menurut Suntoro yaitu kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Tika, 2006:121).

Pemimpin sangat berperan dalam menentukan keberhasilan suatu organisasi. Kartono (2005:93) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Fungsi pemimpin adalah untuk memandu, menuntun, membimbing, memberikan dan membangun motivasi kerja, menjalin komunikasi yang baik dalam memberikan pengawasan yang efisien dan membawa bawahannya kepada sasaran yang ingin dituju dengan kriteria dan waktu yang telah ditetapkan (Kartono 2005: 64).

Kepemimpinan merupakan keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan yang memang diinginkan bersama (Susilo,1998:64). Kepemimpinan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan organisasi maupun berkelompok. Untuk mencapai tujuan bersama, manusia di dalam organisasi perlu membina kebersamaan dengan mengikuti pengendalian dari pemimpinnya. Dengan pengendalian tersebut, perbedaan keinginan, kehendak, kemauan, perasaan, kebutuhan dan lain-lain


(17)

dipertemukan untuk digerakkan kearah yang sama oleh seorang pemimpin untuk mencapai tujuan bersama.

Seorang pemimpin harus mampu menjadi motor penggerak bagi orang lain atau bawahan untuk dapat menjalankan setiap aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan oleh organisasi. Pemimpin organisasi dapat melakukan berbagai cara dalam kegiatan mempengaruhi orang lain atau bawahan agar melakukan tindakan-tindakan yang selalu terarah dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk dapat mempengaruhi orang lain atau bawahannya dalam rangka meningkatkan kinerja dan pencapaian tujuan organisasi pemimpin harus mampu berkomunikasi dengan baik sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh orang lain atau bawahannya.

Menurut Rival (2004:53) tugas dari pemimpin adalah: pertama, instruktif dimana pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang mengarahkan serta menentukan apa, bagaimana, bilamana dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kedua, konsultatif yaitu konsultasi dari pemimpin pada orang - orang yang dipimpin setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipatif yaitu pemimpin berusaha mengaktifkan orang – orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam pelaksanaannya. Keempat, delegasi yaitu pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan. Kelima, pengendalian yaitu pemimpin mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga tujuan bersama dapat tercapai dengan maksimal. Pemimpin bertanggung jawab atas maju dan berkembangnya suatu organisasi, bentuk tanggung jawab itu antara lain


(18)

melaksanakan fungsi managerial, membina bawahan, menciptakan iklim kerja yang baik dan harmonis serta menjadi wakil dalam membina hubungan dengan pihak luar (Sarmita, 2013:6-7).

Keberhasilan seorang pemimpin dalam mengarahkan bawahannya untuk menghasilkan kinerja tidak terlepas dari kondisi iklim komunikasi organisasi yang mendorong tercapainya kinerja tersebut. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat penting bagi suatu organisasi karena komunikasi merupakan alat utama bagi anggota organisasi untuk dapat berkerja sama, informasi dan ide – ide diantara para anggota organisasi dapat disampaikan secara timbal balik. Komunikasi merupakan bagian dari organisasi yang mempunyai tujuan untuk mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut agar dapat mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Dewi (2006:23) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut : pertama fungsi informatif, organisasi dapat dipandang suatu sistem pemrosesan informasi dimana seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Kedua fungsi regulatif, komunikasi berfungsi sebagai pengatur dan pengendali organisasi. Komunikasi dalam hal ini berupa peraturan, prosedur, perintah dan larangan. Ketiga fungsi persuasif, komunikasi berfungsi mengajak orang lain mengikuti atau menjalankan ide/gagasan atau tugas. Keempat fungsi

integratif, komunikasi berfungsi menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.

Iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi


(19)

tersebut mempercayai mereka dan memberikan mereka kebebasan untuk mengambil resiko; mendorong mereka dan memberi mereka tanggung jawab dalam mengerjakan tugas – tugas mereka; menyediakan informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi; mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh infomasi yang dapat dipercayai dan terus terang dari anggota organisasi; secara aktif memberi penyuluhan kepada para anggota organisasi sehingga mereka melihat bahwa keterlibatan mereka penting bagi keputusan dalam organisasi (Pace dan Faules, 2010: 154).

Iklim komunikasi organisasi adalah gabungan dari persepsi – persepsi suatu evaluasi makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respons karyawan terhadap karyawan lainnya, harapan – harapan, konflik – konflik antarpersona, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tesebut (Pace dan Faules, 2010:147). Iklim komunikasi yang positif seperti adanya saling percaya, tanggung jawab dalam mengerjakan tugas, memberikan informasi terbuka dan cukup, mendengarkan dengan penuh perhatian dan saling memberi bantuan (Pace dan Faules, 2010: 154), cenderung meningkatkan dan mendukung komitmen serta kinerja karyawan pada organisasi

PT. Wanuna Nusa Sentana berkedudukan di jalan Bagan Deli Lama, Belawan adalah perusahaan yang bergerak di bidang galangan kapal (shipyard) berdiri sejak tahun 1990 merupakan salah satu perusahaan galangan kapal yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Saat ini PT. Waruna Nusa Sentana memiliki 6 dry dock

(dok) dengan kapasitas mulai dari 1.000 sampai dengan 50.000 deadweight tonnage (DWT) yang menjadikan PT. Waruna Nusa Sentana sebagai salah satu


(20)

perusahaan galangan kapal terbesar di Indonesia. (Hasil wawancara dengan Manager Galangan PT. Waruna Nusa Sentana, Februari 2014).

Pengguna jasa galangan kapal PT. Waruna Nusa Sentana meliputi berbagai perusahaan nasional maupun internasional seperti PT. Pertamina, PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang, Wilmar Group, PT. Kaltim Prima Coal, PT. Semen Indonesia, Tbk, CNOOC, Shipload Maritime PTE LTD. Untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan akan jasa galangan kapal yang terus meningkat PT. Waruna Nusa Sentana saat ini sedang membangun dry dock yang ke-7 dengan kapasitas 120.000 DWT yang diperkirakan selesai pada akhir tahun 2016. (Hasil wawancara dengan Manager Galangan PT. Waruna Nusa Sentana, Februari 2014). PT. Waruna Nusa Sentana tumbuh dengan pesat sejak didirikan dari tahun 1990 sampai saat ini menjadi salah satu perusahaan galangan kapal terbesar di Indonesia, tidak terlepas dari kinerja sumber daya manusia yang ada didalamnya (Hasil wawancara dengan Manager Galangan PT. Waruna Nusa Sentana, Februari 2014). Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kinerja karyawan antara lain Jojor Onom (2011) meneliti bagaimana Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan, dimana hasil penelitian ini menunjukan bahwa iklim komunikasi organisasi berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja pegawai di kantor regional VI badan kepegawaian negara Medan. Rizky Putra (2011) meneliti bagaimana Pengaruh Kepemimpinan dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Cabang Petisah Medan, hasil dari penelitian ini menunjukkan kepemimpinan berpengaruh sangat


(21)

Cabang Petisah Medan. Hasil penelitan - penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kepemimpinan maupun iklim komunikasi organisasi merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kepemimpinan dan Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Waruna Nusa Sentana”.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana Pengaruh Kepemimpinan dan Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Waruna Nusa Sentana.

1.3.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tentang :

1) Bagaimana pola kepemimpinan yang terjadi di PT. Waruna Nusa Sentana 2) Bagaimana iklim komunikasi organisasi yang terjadi di PT. Waruna Nusa

Sentana

3) Apakah kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Waruna Nusa Sentana?

4) Apakah iklim komunikasi organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Waruna Nusa Sentana?

5) Apakah kepemimpinan dan iklim komunikasi organisasi secara serempak berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Waruna Nusa Sentana?


(22)

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Menambah studi kepustakaan pada Magister Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara

2) Bahan masukan dan informasi bagi pimpinan PT. Waruna Nusa Sentana, khususnya yang berkaitan dengan kepemimpinan dan iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja karyawan

3) Penambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam bidang komunikasi organisasi khususnya yang berkaitan dengan kepemimpinan, iklim komunikasi organisasi dan kinerja karyawan

4) Bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang menfokuskan studi penelitian pada masalah yang sama di masa yang akan datang


(23)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peneltian Terdahulu

Jojor Onom (2011) melakukan penelitian dengan judul : Iklim Komunikasi Organisasi dan Peningkatan Kinerja Pegawai sebuah Studi Korelasional tentang Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan. Responden dalam penelitian ini berjumlah 32 orang dan data dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi

person product moment. Hasil dari penelitian menunjukan terdapat pengaruh yang tinggi atau kuat antara iklim komunikasi organisasi terhadap peningkatan kinerja pegawai.

Jamaluddin (2011) melakukan penelitian dengan judul : Analisis Pengaruh Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Mopoli Raya Medan. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 43 orang dan data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepemimpinan dan Budaya Organisasi berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Mopoli Raya Medan, dengan tingkat pengaruh yang sangat signifikan.

Trisninawati (2008) melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Komunikasi, Iklim Organisasi dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Sumatera Selatan. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 80 orang dan data dianalisis dengan menggunakan analisis


(24)

1) Komunikasi, iklim organisasi dan kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai dinas pendidikan nasional provinsi Sumatera Selatan;

2) Komunikasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai dinas pendidikan nasional provinsi Sumatera Selatan;

3) Iklim organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai dinas pendidikan nasional provinsi Sumatera Selatan;

4) Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai dinas pendidikan nasional provinsi Sumatera Selatan.

2.2. Komunikasi Organisasi

Organisasi dibentuk melalui komunikasi ketika individu di dalamnya saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan individu dan tujuan bersama. Proses komunikasi yang terjadi dalam organisasi menghasilkan berbagai hal seperti hubungan kewenangan, terciptanya peran, adanya jaringan komunikasi dan iklim komunikasi dalam organisasi.

2.2.1. Definisi komunikasi organisasi

Dalam suatu organisasi sangat dibutuhkan adanya komunikasi yang mampu mengembangkan sikap anggota untuk merubah pola pikir dan pola perilakunya sehingga sejalan dengan apa yang menjadi tujuan dari organisasi tersebut. Organisasi menurut Robbins (2001:4) diartikan sebagai suatu unit (satuan) sosial yang dikoordinasikan dengan sadar, yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang berfungsi atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan bersama.


(25)

Pace dan Faules (2010:11) mengemukakan bahwa terdapat dua pendekatan dalam memahami organisasi yaitu pendekatan objektif dan pendekatan subjektif. Pandangan objektif memandang bahwa sebuah organisasi adalah sesuatu yang bersifat fisik dan konkret dan merupakan sebuah struktur dengan batas – batas yang pasti sedangkan pandangan subjektif memandang organisasi sebagai kegiatan yang dilakukan orang-orang, organisasi terdiri dari tindakan – tindakan, interaksi dan transaksi yang melibatkan orang – orang. Berdasarkan pandangan objektif, organisasi berarti struktur sedangkan berdasarkan pandangan subjektif, organisasi berarti proses.

Berikut merupakan beberapa persepsi mengenai komunikasi organisasi sebagai dasar untuk memahami apa yang dimaksud dengan komunikasi oganisasi

1) Persepsi Redding dan Saborn

Redding dan Saborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks, yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program

2) Persepsi Katz dan Kahn

Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu


(26)

organisasi. Menurut Katz dan Kahn organisasi adalah sebagai suatu sistem terbuka yang menerima energi dari lingkungannya dan mengubah energi ini menjadi produk dan servis dari sistem dan mengeluarkan produk atau servis ini kepada lingkungan.

3) Persepsi Zelko dan Dance

Zelko dan Dance mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatnya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya, seperti komunikasi dalam penjualan hasil produksi, pembuatan iklan, dan hubungan dengan masyarakat umum.

4) Persepsi Thayer

Thayer menggunakan pendekatan sistem secara umum dalam memandang komunikasi organisasi. Dia mengatakan komunikasi organisasi sebagai arus data yang akan melayani komunikasi organisasi dan proses interkomunikasi dalam beberapa cara. Dia memperkenalkan tiga sistem komunikasi dalam organisasi yaitu:

(1) Berkenan dengan kerja organisasi seperti data mengenai tugas-tugas atau beroperasinya organisasi;

(2) Berkenaan dengan pergaturan organisasi seperti perintah-perintah, aturan-aturan dan petunjuk-petunjuk;


(27)

(3) Berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi, yang termasuk bagian ini antara lain hubungan dengan personal dan masyarakat, pembuat iklan dan latihan

5) Persepsi Greenbaunm

Greenbaunm mengatakan bahwa bidang komunikasi organisasi termasuk arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Dia membedakan komunikasi internal dengan eksternal dan memandang peranan komunikasi terutama sekali sebagai koordinasi pribadi dan tujuan organisasi dan masalah menggiatkan aktivitas (Muhammad, 2009: 65-66).

Meskipun bermacam – macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi organisasi ini tapi dari semuanya itu ada beberapa hal yang umum yang dapat disimpulkan yaitu:

1) Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal

2) Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media 3) Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya,

hubungannya dan keterampilan/skillnya. (Muhammad, 2009:66)

Sendjaja (1994:186) mengemukakan secara sederhana bahwa komunikasi organisasi adalah komunikasi antar manusia (human communication) yang terjadi dalam konteks organisasi. Komunikasi organisasi merupakan suatu kompetensi awal bagi para anggota suatu organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya di tempat ia bekerja. Dimana dalam mengelola suatu organisasi dengan


(28)

komunikasi yang baik akan mempermudah jalannya suatu organisasi. Dengan kata lain kemampuan berkomunikasi secara naluriah dimiliki setiap individu dan merupakan aset yang sangat berharga bagi individu tersebut sebagai modal dalam melakukan aktifitas organisasi. Adapun Komunikasi organisasi menurut Wayne Pace dan Don F. Faules (2010:31) didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi.

Organisasi sebagai kerangka kerja (frame of work) dari suatu manajemen menunjukkan adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas antara pimpinan dan bawahan dalam suatu sistem manajemen modern. Ada yang diklasifikasikan sebagai pemimpin dan ada yang bertindak sebagai bawahan. (Ruslan, 2002:88)

Organisasi sebagai suatu sistem yang terdiri dari dua orang atau lebih, dengan kegiatan yang saling tergantung satu dengan yang lainnya. Komunikasi dalam organisasi merupakan suatu kebutuhan, dimana dengan komunikasi segala kemungkinan yang diusahakan untuk mewujudkan program kerja bagi suatu organisasi dapat dicapai sesuai dengan tujuan organisasi, komunikasi adalah salah satu aspek/bagian dalam organisasi.

2.2.2. Jaringan komunikasi dalam organisasi

Organisasi adalah komposisi sejumlah orang – orang yang menduduki posisi atau peranan tertentu. Diantara orang – orang ini saling terjadi pertukaran pesan. Pertukaran pesan itu melalui jalan tertentu yang dinamakan jaringan komunikasi (Muhammad, 2009:102).


(29)

Ada enam peranan jaringan komunikasi dalam organisasi yaitu:

1) Opinion Leader adalah pemimpin informal dalam organisasi. Mereka ini tidaklah selalu orang-orang yang mempunyai otoritas formal dalam organisasi tetapi mampu membimbing tingkah laku anggota organisasi dan mempengaruhi keputusan mereka.

2) Gate keepers adalah individu yang mengontrol arus informasi diantara anggota organisasi. Mereka berada di tengah suatu jaringan dan menyampaikan pesan dari satu orang kepada orang lain atau tidak memberikan informasi. Gate keepers dapat menolong anggota penting dari organisasi seperti pimpinan, menghindarkan informasi yang terlampau banyak dengan jalan hanya memberikan informasi yang penting – penting saja terhadap mereka. Dalam hal ini gate keepers mempunyai kekuasaan dalam memutuskan apakah suatu informasi penting atau tidak. Jika gate keepers memutuskan bahwa informasi tertentu tidak penting, kemudian seseorang harus mendapatkan informasi tersebut, maka mungkin informasi tersebut tidak diberikan. Nyatalah bahwa peranan gate keepers ini sangat penting dalam jaringan komunikasi.

3) Cosmopolites adalah individu yang menghubungkan organisasi dengan lingkungannya. Mereka ini mengumpulkan informasi dari sumber-sumber yang ada dalam lingkungan dan memberikan informasi mengenai organisasi kepada orang-orang tertentu pada lingkungannya.

4) Bridge adalah anggota kelompok dalam satu organisasi yang menghubungkan kelompok itu dengan anggota kelompok lainnya.


(30)

Individu ini membantu saling memberi informasi di antara kelompok-kelompok dan mengkoordinasi kelompok-kelompok.

5) Liaison adalah sama peranannya dengan bridge tetapi individu itu sendiri bukanlah anggota dari satu kelompok tetapi dia merupakan penghubung di antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Individu ini juga membantu dalam membagi informasi yang relevan di antara kelompok – kelompok dalam organisasi.

6) Isolate adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak minimal dengan orang lain dalam organisasi. Orang-orang ini menyembunyikan diri dalam organisasi atau diasingkan oleh teman-temannya. (Muhammad, 2009: 102-103)

Secara umum jaringan komunikasi dapat dibedakan atas dua bagian yaitu: jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal. Dengan kata lain hubungan yang terjadi dalam organisasi dapat terjadi secara formal dan informal.

Komunikasi formal adalah komunikasi yang terjadi diantara para anggota organisasi yang secara tegas telah direncanakan dan ditentukan dalam struktur organisasi formal. Komunikasi formal ini mencakup susunan tingkah laku organisasi, pembagian departemen atau tanggung jawab tertentu, posisi jabatan, dan distribusi pekerjaan. Ada tiga bentuk arus komunikasi dalam jaringan komunikasi formal yaitu:

1) Downward communication (komunikasi ke bawah)

Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari atas ke bawah. Komunikasi ke bawah biasanya diberikan oleh pimpinan kepada bawahan atau kepada para anggota organisasi dengan tujuan untuk


(31)

memberikan pengertian mengenai apa yang harus dikerjakan oleh para anggota sesuai dengan kedudukannya. Pesan-pesan tersebut dapat dijalankan melalui kegiatan: pengarahan, petunjuk, perintah, teguran, penghargaan, dan keterangan umum. Menurut Lewis (Dalam Muhammad, 2009:108), komunikasi ke bawah juga dimaksudkan untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan, dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Komunikasi ke bawah ini dapat diberikan secara lisan, tertulis, dengan gambar atau simbol-simbol, dalam bentuk surat edaran, pengumuman atau buku-buku pedoman karyawan/anggota. Komunikasi ke bawah dapat didefinisikan sebagai komunikasi yang berlangsung dari pimpinan kepada bawahan (Wursanto, 2005:162).

2) Upward communication (komunikasi ke atas)

Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawah ke atas, yakni pesan yang disampaikan oleh para anggota organisasi/ bawahan kepada pimpinan. Komunikasi ini dimaksudkan untuk memberikan masukkan, saran atau bahan-bahan yang diperlukan oleh pimpinan agar pimpinan dapat melaksanakan fungsi dengan sebaik-baiknya. Selain itu komunikasi ke atas ini juga menjadi saluran bagi para anggota/karyawan untuk menyampaikan pikiran, perasaan yang berkaitan dengan tugas-tugasnya. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan: pemberian laporan, pemberian saran/pendapat, baik secara lisan, tertulis atau dengan menggunakan simbol dan gambar. Komunikasi ke atas dapat didefinisikan sebagai


(32)

komunikasi yang berlangsung dari bawahan ke atasan (Wursanto, 2005:161).

3) Horizontal communication (komunikasi horizontal).

Komunikasi horizontal atau mendatar terjadi diantara orang-orang yang mempunyai kedudukan sederajat atau satu level. Pesan yang disampaikan biasanya berhubungan dengan tugas-tugas, tujuan kemanusiaan, saling memberi informasi, penyelesaian konflik, dan koordinasi. Koordinasi diperlukan untuk mencegah tendensi-tendensi, selain itu juga dimaksudkan untuk memelihara keharmonisan dalam organisasi. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara: rapat-rapat komite, interaksi informal, memo dan nota, dan lain-lain. Komunikasi horizontal dapat didefinisikan sebagai komunikasi antara pimpinan atau pejabat yang setingkat dalam suatu organisasi atau komunikasi antar satuan organsiasi yang setingkat dalam suatu organisasi (Wursanto, 2005:164).

Komunikasi Informal adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi tetapi tidak direncanakan dan tidak ditentukan dalam struktur organisasi (Wursanto, 2005:167). Komunikasi yang terjadi diantara para anggota organisasi atas dasar kehendak pribadi, tanpa memperhatikan posisi/kedudukan mereka dalam organisasi. Informasi dalam komunikasi informal mengalir ke atas, ke bawah, atau secara horizontal, dan ini terjadi jika komunikasi formal kurang memuaskan anggota akan informasi yang diperlukan.

Komunikasi informal disebut juga dengan grapevine (desas desus) cenderung berisi laporan rahasia mengenai orang, atau kejadian - kejadian di luar dari arus informasi yang mengalir secara resmi, namun walaupun informasinya bersifat


(33)

informal, grapevine ini bermanfaat bagi organisasi. Bagi pimpinan grapevine

dapat menjadi masukan tentang perasaan karyawannya, sedangkan bagi sesama karyawan komunikasi informal ini bisa menjadi saluran emosi mereka (Muhammad, 2009:124). Agar komunikasi berjalan efektif maka diperlukan jaringan komunikasi (network) baik yang bersifat formal maupun informal.

2.2.3. Fungsi komunikasi organisasi

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah organisasi. Komunikasi dibutuhkan setiap anggota organisasi untuk menjalankan dan menyelesaikan pekerjaan, tugas dan tanggung jawabnya.

Menurut Sendjaja Fungsi komunikasi dalam organisasi antara lain sebagai berikut :

1) Fungsi informatif

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.


(34)

2) Fungsi regulatif

Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu:

(1) Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.

(2) Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

3) Fungsi persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya

4) Fungsi integratif

Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan


(35)

baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu:

(1) Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi.

(2) Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi. (Dalam Bungin, 2008:274)

Sedangkan fungsi komunikasi dalam organisasi menurut Liliweri (2004) terbagi dua yaitu :

1) Fungsi umum

(1) To tell : maksudnya komunikasi itu berfungsi untuk

“menceritakan” informasi terkini mengenai sebagian atau

keseluruhan hal yang berkaitan dengan pekerjaan.

(2) To sell : maksudnya komunikasi itu berfungsi untuk “menjual”

gagasan, ide, pendapat, fakta, termasuk menjual sikap organisasi, sikap tentang sesuatu yang merupakan subjek layanan.

(3) To learn : maksudnya komunikasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan para karyawan


(36)

2) Fungsi khusus

(1) Membuat para karyawan melibatkan diri ke dalam isu-isu organisasi lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu

dibawah sebuah “komando”

(2) Membuat para karyawan menciptakan dan menangani “relasi”

antara sesama bagi peningkatan produk organisasi

(3) Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk menangani atau mengambil keputusan – keputusan dalam suasana yang

“ambigu dan tidak pasti” (Dalam Lubis, 2013:4).

2.2.4. Hambatan dalam komunikasi organisasi

Menurut Wursanto (2005:171-178) dalam bukunya dasar – dasar ilmu organisasi, hambatan komunikasi dalam organisasi dapat dibagi menjadi :

1) Hambatan yang bersifat teknis

Hambatan yang bersifat teknis adalah hambatan yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:

(1) Kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses komunikasi;

(2) Penguasaan teknis dan metode berkomunikasi yang tidak sesuai; (3) Kondisi fisik yang tidak memungkinkan terjadinya proses

komunikasi. 2) Hambatan semantik

Hambatan semantik adalah hambatan yang disebabkan kesalahan dalam menafsirkan, kesalahan dalam memberikan pengertian terhadap


(37)

bahasa (kata-kata, kalimat, kode-kode) yang dipergunakan dalam proses komunikasi.

3) Hambatan Perilaku

Hambatan perilaku disebut juga hambatan kemanusiaan, adalah hambatan yang disebabkan berbagai bentuk sikap atau perilaku, baik dari komunikator maupun komunikan. Hambatan perilaku tampak dalam berbagai bentuk seperti:

(1) Pandangan yang bersifat apriori;

(2) Prasangka yang didasarkan pada emosi; (3) Susanan otoriter;

(4) Ketidakmauan untuk berubah; (5) Sifat yang egosentris.

Robbins dalam Suharso (2013: 64-68) menunjukkan beberapa hambatan komunikasi dalam konteks organisasi, yaitu:

1) Penyaringan (filtering)

Penyaringan pada dasarnya adalah proses memanipulasi informasi sehingga informasi yang dikirimkan itu terksesan lebih menyenangkan. Dalam praktik organisasi ini terjadi biasanya pada proses pengiriman informasi dari bawahan kepada atasan (upward communication). Komunikasi ini tidak akan menguntungkan kedua belah pihak karena ada sebagian informasi yang disembunyikan sehingga tidak objektif lagi. Hal ini akan berpengaruh pada keputuasn yang akan diambil oleh atasan atau pimpinan puncak. Keputusan yang diambil berdasarkan pada informasi yang tidak utuh makan tidak akan menyelesaikan persoalan.


(38)

2) Persepsi selektif

Persepsi selektif ini pada dasarnya proses memilih informasi yang menguntungkan sesuai dengan kebutuhan, pengalaman, motivasi, latar belakang dan karakter dari komunikan.

3) Kelebihan Informasi

Kelebihan informasi pada dasarnya merupakan kondisi dimana informasi mengalir begitu cepat dan banyak melebihi kemampuan pengolahan seorang individu. Kelebihan informasi yang terjadi pada karyawan baik eksekutif maupun bawahan pada dasarnya akan menimbulkan dampak negatif. Mereka cenderung akan menyeleksi, mengabaikan atau melupakan informasi itu. Selain itu dampak yang mungkin timbul adalah situasi jenuh dan stres pada karyawan yang akhirnya mempengaruhi produktivitas kerja mereka menjadi menurun.

4) Defensif

Wujud dari tindakan defensif antara lain, mudah tersinggung, menyindir orang lain yang dianggap sebagai ancaman, ungkapan – ungkapan yang kasar, mengucilkan diri, sulit diajak berkomunikasi sehingga akhirnya komunikasi betul-betul tidak efektif. Dalam beberapa kasus, tidak jarang kondisi ini sampai pada tindakan yang paling fatal, yaitu tindakan fisik. 5) Bahasa

Dalam konteks organsiasi, biasanya karyawan berasal dari latar belakang yang beraneka ragam, baik dari segi pendidikan maupun suku, oleh karena itu memiliki pola berbicara yang berbeda. Perbedaan itu meliputi kata – kata yang digunakan, cara bercanda, cara mengungkapkan pikiran atau


(39)

perasaannya dan sebagainya. Dengan adanya departementalisasi atau pengelompokan kerja dalam praktik organisasi, maka akan menimbulkan terjadinya spesialisasi kerja. Spesialisasi kerja inilah yang kemudian memunculkan terjadinya penggunaan kata atau ungkapan khusus yang terutama hanya dimengerti oleh masing-masing kelompok kerja tersebut. Bagi organisasi – organisasi besar yang memiliki cabang di daerah atau bahkan negara yang berbeda tentu saja penggunaan bahasa yang khas ini akan lebih menyulitkan proses komunikasi.

6) Kegelisahan komunikasi

Kegelisahan komunikasi pada dasarnya ketegangan dan kecemasan yang tidak pada tempatnya dalam komunikasi lisan, tulisan dan keduanya. Bentuk kegelishan komunikasi ini bermacam – macam, antara lain, pucat, keluar keringat dingin, gagap, gemetar, tidak berani menatap lawan bicara, berjalan atau berdiri dengan sikap yang tidak meyakinkan.

2.2.5. Teori komunikasi organisasi

Teori komunikasi telah memberikan sumbangan yang besar terhadap pengertian mengenai organisasi. Pola – pola komunikasi berperan penting dalam memajukan studi mengenai organisasi yaitu dengan menunjukkan pentingnya pola

– pola komunikasi dalam pembangunan hubungan jaringan, stuktur kekuasaan dan iklim komunikasi organisasi.

Beberapa teori – teori dalam komunikasi yang berkaitan dengan organisasi yaitu:


(40)

1) Teori Birokrasi Weber

Max Weber adalah pemikir yang memberikan perhatian sangat besar pada bagaimana manusia bertindak secara rasional untuk mencapai tujuannya. Weber mendefinisikan organisasi sebagai “A System of purpose interpersonal activity

designed to coordinate individual task” (suatu sistem kegiatan interpersonal bertujuan yang dirancang untuk mengordinasikan tugas individu) (Morrisan,2013:391). Bagi Weber istilah birokrasi tidak dapat dipisahkan dengan istilah rasionalitas karena menggunakan pemikiran rasional dalam mengembangkan organisasi. Menurut Weber dalam Morissan (2013:393-397) Ada tiga faktor yang harus dimiliki organisasi untuk mewujudkan birokrasi rasional yaitu:

(1) Otoritas

Otoritas biasanya muncul bersama – sama dengan kekuasaan, pada organisasi otoritas haruslah sah atau legitimate yang berarti pemegang otoritas telah diberikan izin secara formal oleh organisasi. Ketika seseorang menjadi anggota suatu organisasi maka orang tersebut akan setuju untuk mengikuti segala aturan yang menjamin kewenangan atau kekuasaan yang dimiliki oleh orang – orang tertentu dalam organisasi. Menurut Weber, cara terbaik untuk mengelola kewenangan legal rasional adalah melalui hirarki, dengan kata lain atasan memiliki atasan lagi, dan atasan dengan kedudukan lebih tinggi memiliki atasan yang lebih tinggi lagi kedudukannya, begitu seterusnya.


(41)

(2) Spesialisasi

Spesialisasi berarti sejumlah individu dibagi menurut pembagian pekerjaan, dan mereka mengetahui pekerjaan mereka masing – masing dalam organisasi. Weber menyatakan bahwa spesialisasi adalah hal penting bagi birokrasi yang rasional, garis batas yang jelas dan tegas memisahkan satu fungsi bagian dengan bagian lainnya dalam organisasi harus dinyatakan dengan aturan dan prosedur yang jelas. (3) Peraturan

Aspek ketiga dari birokrasi adalah kebutuhan terhadap peraturan. Apa yang membuat koordinasi organsiasi dimungkinkan adalah, karena adanya pelaksanaan dari seperangkat aturan bersama yang mengatur perilaku setiap orang. Menurut Weber, aturan organisasi haruslah rasional yang berarti bahwa aturan dirancang untuk mencapai tujuan organisasi dan supaya organisasi dapat mengikuti segala hal yang terjadi maka setiap kegiatan operasional organisasi perlu dicatat agar dapat dievaluasi.

2) Teori Informasi Organisasi

Teori ini dikemukakan oleh Karl Weick, teori informasi organisasi memiliki kedudukan penting dalam ilmu komunikasi, karena menggunakan komunikasi sebagai dasar atau basis bagaimana mengatur atau mengorganisasi manusia dan memberikan pemikiran rasional dalam memahami bagaimana manusia berorganisasi (Morrisan, 2013:399).


(42)

Teori informasi organisasi menjelaskan bagaimana organisasi memahami informasi yang membinggungkan dan multitafsir. Terdapat beberapa asumsi yang mendasari teori ini yaitu:

(1) Organisasi berada dalam suatu lingkungan informasi;

(2) Informasi yang diterima suatu organisasi berbeda dalam hal tingkat kepastiannya;

(3) Organisasi berusaha untuk mengurangi ketidakpastian informasi.

2.3. Kepemimpinan

2.3.1 Pengertian kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi yang mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat, mengharmonisasi, serta mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing secara baik. Hal ini merupakan faktor manusiawi yang mengikat sebagai suatu kelompok bersama dan memotivasi mereka dalam pencapaian tujuan.

Menurut pendapat Toha (2003:1), Organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan. Seorang pemimpinlah yang bertanggungjawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan, merupakan suatu ungkapan yang mendudukan posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi yang terpenting dan akan selalu mempertanggungjawabkan kepemimpinannya.

Berikut ini merupakan beberapa definisi dari kepemimpinan menurut para ahli: 1) Kepemimpinan adalah kemampuan tiap pimpinan didalam mempengaruhi

dan menggerakkan bawahannya sedemikian rupa sehingga para bawahannya bekerja dengan gairah, bersedia bekerjasama dan mempunyai


(43)

disiplin tinggi, dimana para bawahan diikat dalam kelompok secara bersama-sama dan mendorong mereka ke suatu tujuan tertentu (Kerlinger, 2002:25).

2) Kepemimpinan adalah sifat, karakter, atau cara seseorang dalam upaya membina dan menggerakkan seseorang atau sekelompok orang agar mereka bersedia, berkomitmen dan setia untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab untuk mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya (Gorda, 2006:157).

3) Kepemimpinan itu adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi (Toha, 2003:5).

4) Kepemimpinan adalah suatu proses penggunaan pengaruh positif terhadap orang lain untuk melakukan usaha lebih banyak dalam sejumlah tugas atau mengubah perilakunya (Wexly dan Yulk, 2003:189).

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah sifat atau karakter, atau kegiatan atasan atau pimpinan untuk mempengaruhi perilaku sekelompok karyawan secara positif, membimbing dan mengarahkannya agar bekerja dengan lancar sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik.

Sebuah kepemimpinan bagaikan sebuah bangunan. Ia perlu memiliki fondasi yang kuat untuk dapat berdiri dengan tegak. Tidak jarang kekuatan sebuah bangunan jauh tertanam di dasar tanpa perlu terlihat, namun memiliki dampak yang signifikan bagi keseluruhan kekuatan bangunan. Menurut Suhartono (2011: 28-31) di dalam bukunya Simple Leadership DNA fondasi dari kepemimpinan adalah:


(44)

1) Attitude atau sikap sering disebut sebagai pilihan diri dalam mengambil tindakan berdasarkan pada nilai – nilai dan apa yang dianggap benar oleh diri sendiri;

2) Creativity atau kreativitas adalah bentuk kemampuan seorang pemimpin memimpin situasi yang ada. Satu tahapan lebih tinggi dari sekedar memimpin diri sendiri, ia harus mampu memimpin situasi, menggunakan nalar, pikiran, pengamalan dan ide-ide cemerlang untuk mencapai tujuan; 3) Commitment atau komitment yaitu sebuah bentuk kemampuan memimpin

orang lain yang didasari keinginan demi mencapai kebaikan bersama-sama dengan orang-orang di sekitarnya. Komitmen akan mengantar seorang pemimpin menjadi contoh atau role model bagi orang – orang disekitarnya.

2.3.2 Pengertian pemimpin

Pemimpin menetapkan arah dengan mengembangkan suatu visi terhadap masa depan kemudian pemimpin menyatukan orang dengan mengkomunikasikan visi ini dan mengilhami anggotanya untuk mengatasi rintangan. (Robin, 2003:40). Berikut ini merupakan pengertian dari pemimpin menurut para ahli :

1) Pemimpin adalah orang-orang yang menggerakkan orang-orang lain agar orang-orang dalam suatu organisasi yang telah direncanakan dan disusun terlebih dahulu dalam suasana moralitas yang tinggi, dengan penuh semangat dan kegairahan dapat menyelesaikan pekerjaannya masing-masing dengan hasil yang diharapkan (Kartono, 2005:33).

2) Pemimpin adalah orang yang membina dan menggerakkan seseorang atau kelompok orang lain agar mereka bersedia, komitmen dan setia


(45)

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di dalam mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Gorda (2006:157).

3) Pemimpin merupakan orang yang menerangkan prinsip dan teknik yang memastikan motivasi, disiplin, dan produktivitas jika bekerja sama dengan orang lain, tugas, dan situasi agar dapat mencapai sasaran perusahaan (Umar, 2005:31).

4) Pemimpin adalah orang yang membina dan menggerakkan seseorang atau sekelompok orang lain dengan prinsip dan teknik yang memastikan motivasi, disiplin dan produktivitas sehingga dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja agar tercapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. (Handoko, 2004 : 293)

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khusus dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tujuan.

2.3.3. Fungsi, tanggung jawab dan karakteristik pemimpin

Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang mampu melaksanakan kepemimpinan dengan efektif yaitu mampu mengelola dan mengatur organisasi secara efektif. Untuk itu seorang pemimpin harus dapat melaksanakan fungsinya kepemimpinan dengan baik.

Menurut Gorda (2004 : 154), fungsi kepemimpinan dalam hubungannya dengan peningkatan produktivitas organisasi yaitu :


(46)

1) Fungsi kepemimpinan sebagai inovator

Sebagai innovator, pemimpin mampu mengadakan berbagai inovasi-inovasi baik yang menyangkut pengembangan produk, sistem manajemen yang efektif dan efisien, maupun dibidang konseptual yang keseluruhannya dilaksanakan dalam upaya mempertahankan dan atau meningkatkan kinerja perusahaan.

2) Fungsi kepemimpinan sebagai komunikator

Sebagai komunikator, maka pimpinan harus mampu :

(1) menyampaikan maksud dan tujuan komunikasi yang dilakukan secara baik kepada seseorang dan atau sekelompok karyawan sehingga timbul pengertian di kalangan mereka.

(2) menyampaikan maksud dan tujuan komunikasi yang dilakukan secara baik kepada seseorang dan atau sekelompok karyawan sehingga timbul pengertian di kalangan mereka.

(3)memahami, mengerti dan mengambil intisari pembicaraan-pembicaraan orang lain.

3) Fungsi kepemimpinan sebagai motivator

Sebagai motivator, pemimpin merumuskan dan melaksanakan berbagai kebijaksanaan yang mengarah kepada upaya mendorong karyawan untuk melaksanakan sesuatu kegiatan tertentu sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya yang mampu memberikan sumbangan terhadap keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan.


(47)

4) Fungsi kepemimpinan sebagai kontroler

Sebagai kontroler (pengendali) pemimpin melaksanakan fungsi pengawasan terhadap berbagai aktivitas perusahaan agar terhindar dari penyimpangan baik terhadap pemakaian sumber daya maupun didalam pelaksanaan rencana dan atau program kerja perusahaan sehingga pencapaian tujuan menjadi efektif dan efisien.

Sedangkan menurut Siagian (2010:46) ada 5 (lima) fungsi kepemimpinan yaitu:

1) Pimpinan sebagai penentu arah

Seorang pemimpin harus dapat menentukan arah yang akan ditempuh suatu organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi. Pemimpin harus dapat mengambil keputusan yang tetap untuk organisasinya. Strategik, teknik, taktik, dan pengambilan keputusan serta kemampuan pimpinan dalam menentukan arah organisasi di masa yang akan datang (masa depan) merupakan hal yang teramat penting dalam kehidupan organisasional untuk pencapaian tujuan organisasi.

2) Pimpinan sebagai wakil dan juru bicara organisasi

Tidak ada organisasi yang akan mampu mencapai tujuannnya tanpa memelihara hubungan yang baik dengan berbagai pihak lain di luar organisasi yang bersangkutan sendiri. Oleh sebab itu seorang pemimpin harus mampu menjadi wakil dan juru bicara organisasi dalam menjalin hubungan baik dengan berbagai pihak baik dari dalam organisasi maupun luar organisasi.


(48)

3) Pimpinan sebagai komunikator yang efektif

Pemeliharaan hubungan baik ke luar maupun ke dalam organisasi dilakukan melalui proses komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Bahkan interaksi antara atasan dan bawahan, antara sesama pejabat pimpinan, dan antara sesama petugas pelaksana kegiatan operasional dimungkinkan terjadi dengan baik berkat komunikasi yang efektif. Demikian pentingnya komunikasi yang efektif itu dalam usaha peningkatan kemampuan memimpin seseorang sehingga dapat dikatakan bahwa penguasaan teknik-teknik komunikasi dengan baik merupakan kewajiaban bagi setiap pemimpin.

4) Pimpinan sebagai mediator

Pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator yang handal, khususnya dalam hubungan ke dalam organisasi, terutama dalam menangani situasi terjadinya konflik.

5) Pimpinan sebagai integrator

Di dalam suatu organisasi, tidak jarang terjadi adanya kotak-kotak atau kumpulan golongan tertentu, baik itu yang bersifat negatif maupun positif. Seorang pemimpin memiliki fungsi sebagai integrator maksudnya seorang pemimpin harus mampu bersikap efektif, rasional, objektif, dan netral dalam menghadapi keadaan tersebut diatas.

Pemimpin bertanggung jawab atas maju dan berkembangnya suatu organisasi, berikut ini adalah tanggung jawab dari seorang pemimpin :


(49)

1) Melaksanakan fungsi managerial, yaitu berupa kegiatan pokok meliputi pelaksanaan, penyusunan rencana, penyusunan organisasi, pengarahan organisasi, pengendalian penilaian dan pelaporan;

2) Mendorong bawahan untuk dapat bekerja dengan giat dan tekun;

3) Membina bawahan agar dapat bertanggung jawab tugas masing-masing secara baik;

4) Membina bawahan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien; 5) Menciptakan iklim kerja yang baik dan harmonis;

6) Menyusun fungsi managemen secara baik;

7) Menjadi penggerak yang baik dan menjadi sumber kreatifitas;

8) Menjadi wakil dalam membina hubungan dengan pihak luar (Sarmita, 2013: 6-7).

Sedangkan kriteria seorang pemimpin adalah sebagai berikut: 1) Mau menerima tanggung jawab

Apabila seseorang pemimpin menerima kewajiban untuk mencapai suatu tujuan, berarti ia bersedia untuk bertanggung jawab kepada pimpinannya atas apa-apa yang dilakukan bawahanya.

2) Memiliki kemampuan Perceptive.

Perceptive menunjukan Kemampuan untuk mengamati atau menemukan kenyataan dari suatu lingkungan. Setiap pimpinan haruslah mengenal tujuan organisasi sehingga bisa bekerja untuk membantu mencapai tujuan tersebut. Disini pemimpin memerlukan kemampuan untuk untuk


(50)

memahami bawahan, sehingga dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan mereka serta juga berbagai ambisi yang ada. Di samping itu pemimpin harus juga mempunyai persepsi introspektif ( menilai diri sendiri ) sehingga bisa mengetahui kekuatan, kelemahannya sendiri.

3) Memiliki kemampuan bersikap objektif

Objektivitas adalah kemampuan untuk melihat suatu peristiwa atau merupakan perluasan dari kemampuan perceptive. Apabila perceptivitas

menimbulkan kepekaan terhdap fakta, kejadian dan kenyatan-kenyatan yang lain. Objektivitas membantu pemimpin untuk meminimumkan faktor-faktor emosional dan pribadi yang mungkin mengaburkan realitas. 4) Memiliki kemampuan menyusun perioritas

Seorang pemimpin yang pandai adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk memiliki dan menentukan mana yang penting dan mana yang tidak. Kemampuan ini sangat diperlukan karena pada kenyataannya sering masalah-masalah yang harus dipecahkan bukan datang satu per satu tetapi seringkali masalah datang bersamaan dan berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

5) Memiliki kemampuan berkomunikasi

Kemampuan untuk memberikan dan menerima informasi merupakan keharusan bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah orang yang bekerja dengan menggunakan bantuan orang lain, karena itu pemberian perintah, penyampaian informasi kepada orang lain mutlak perlu dikuasai (Irawati, 2004: 6-7).


(51)

Menurut Arifin (2012:6) karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu :

1) Seorang yang belajar seumur hidup

Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar pendidikan formal seperti belajar melalui membaca, menulis, observasi dan mendengar.

2) Berorientasi pada pelayanan

Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang menjadikan pelayanan sebagai tujuan utama.

3) Membawa energi yang positif

Seorang pemimpin menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak tentukan.

2.3.4. Gaya kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para anggota organisasi atau bawahannya (Nawawi, 2003:115). Sedangkan menurut Tjiptono (2006:161) gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya.


(52)

1) Gaya kepemimpinan otoriter

Gaya kepemimpinan ini menghimpun sejumlah perilaku atau gaya kepemimpinan yang bersifat terpusat pada pemimpin sebagai satu – satunya penentu, penguasa dan pengendali anggota organisasi dan kegiatannya dalam usaha mencapai tujuan organisasi.

2) Gaya kepemimpinan demokratis

Gaya kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor pendukung terpenting dalam kepemimpinan yang dilakukan berdasarkan dan mengutamakan orientasi pada hubungan dengan anggota oganisasi. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal dan kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada individu pemimpin, akan tetapi justru terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.

3) Gaya kepemimpinan bebas (laissez faire)

Gaya kepemimpinan ini pada dasarnya berpandangan bahwa anggota organisasi mampu mandiri dalam membuat keputusan atau mampu mengurus dirinya masing – masing, dengan sedikit mungkin pengarahan atau pemberian petunjuk dalam merealisasikan tugas pokok masing – masing sebagai bagian dari tugas pokok organisasi.

Adapun ciri – ciri ketiga tipe kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Otoriter


(53)

(2) Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bagian dan kerjasama setiap anggota;

(3) Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat;

(4) Pemimpin cenderung menjadi “pribadi” dalam pujian dan

kecamannya terhadap kerja setiap anggota, mengambil jarak dari partisipasi kelompok.

2) Demokratis

(1) Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin;

(2) Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan;

(3) Senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya;

(4) Pemimpin adalah obyek atau “fact –minded” dalam pujian dan

kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa

3) Laizze faire

(1) Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi dari pemimpin;

(2) Kehadiran pemimpin diperlukan sebagai akibat dari adanya struktur dan hirarki organisasi;

(3) Kadang – kadang memberikan komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kegiatan (Arifin 2012:89-93).


(54)

2.3.5. Teori kepemimpinan

Teori kepemimpinan merupakan pengeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan konsep – konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsi serta etika profesi kepemimpinan (Kartono, 2005:47). Menurut Arifin (2012:27-29) terdapat beberapa teori kepemimpinan antara lain sebagai berikut:

1) Teori Sifat (Thrait Theory)

Teori ini berpandangan bahwa seseorang yang dilahirkan sebagai pemimpin karena memiliki sifat – sifat sebagai pemimpin. Asumsi pemikiran dalam teori ini bahwa keberhasilan seseorang pemimpin ditentukan kualitas sifat tertentu yang dimiliki atau melekat dalam diri seseorang. Teori ini tidak memungkiri bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi juga diperoleh melalui suatu proses pendidikan dan pengalaman.

2) Teori Perilaku (Behavior Theory)

Teori ini bertolak dari pemikiran bahwa kepemimpinan merupakan interaksi pemimpin dengan pengikut dan dalam interaksi tersebut pengikutlah yang menganalisis dan mempersepsikan apakah menerima atau menolah pengaruh dari pemimpinnya itu. Teori ini melahirkan dua orientasi perilaku pemimpin yaitu berioreintasi tugas (task orientation) dan berorientasi pada orang (people orientation).


(55)

3) Teori Situasional Kontingensi (Situational Kontigensi Theory)

Menurut Teori situasional kontingensi kepemimpinan berkembang sesuai situasi dan keperluan. Hanya pemimpin yang mengetahui situasi dan keperluan organisasilah yang dapat menjadi pemimpin yang efektif.

2.4. Iklim Komunikasi Organisasi

Komunikasi yang terjalin terus menerus dalam sebuah organisasi akan membentuk suatu iklim komunikasi organisasi. Iklim komunikasi organisasi memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku individu, keputusan – keputusan yang diambil oleh karyawan untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif, menawarkan gagasan – gagasan inovatif bagi penyempurnaan perusahaan dan operasinya.

2.4.1. Pengertian iklim komunikasi organisasi

Denis (1975) mengemukakan iklim komunikasi organisasi sebagai kualitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi (Muhammad, 2009:86). Adapun Pace dan Faules (2010:147) mengatakan bahwa iklim komunikasi organisasi merupakan gabungan dari persepsi – persepsi suatu evaluasi makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respons karyawan terhadap karyawan lainnya, harapan – harapan, konflik – konflik antarpersona, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tesebut.

Iklim komunikasi organisasi bukanlah sifat individu, tetapi sifat yang dibentuk, dimiliki bersama dan dipelihara oleh para anggota organisasi. Iklim


(56)

organisasi dan pengaruh unsur – unsur tersebut terhadap komunikasi. Pengaruh ini didefinisikan, disepakati, dikembangkan dan dikokohkan secara berkesinambungan melalui interaksi dengan anggota organisasi lainnya. Pengaruh ini menghasilkan pedoman bagian keputusan – keputusan dan tindakan – tindakan individu, dan mempengaruhi pesan – pesan mengenai organisasi (Pace dan Faules, 2010: 149).

Redding menyatakan bahwa iklim komunikasi lebih penting daripada keterampilan atau teknik – teknik komunikasi semata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif (Goldhaber, 1990:148). Redding juga berpendapat bahwa iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukkan kepada para karyawan bahwa organisasi mempercayai mereka, dan memberi mereka kebebasan dalam mengambil resiko; mendorong dan memberi mereka tanggung jawab dalam mengerjakan pekerjaan/tugas, menyediakan informasi yang terbuka dan memadai mengenai organisasi, mendengarkan dengan penuh perhatian serta mudah memperoleh informasi yang dapat dipercaya dari para karyawan, organisasi secara aktif memberikan penyuluhan kepada para karyawan sehingga karyawan melihat bahwa mereka keberadaan mereka penting dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam organisasi, dan menaruh perhatian pada tujuan - tujuan kinerja tinggi (Pace dan Faules, 2010:155).

Iklim komunikasi yang penuh rasa persaudaraan akan mendorong para anggota organisasi untuk berkomunikasi secara terbuka, rilexs dan ramah penuh rasa persaudaraan dengan anggota organisasi lainnya (Muhammad, 2009:85). Sedangkan iklim komunikasi yang negatif akan mengakibatkan keretakan


(57)

hubungan antara anggota organisasi, perselisihan yang terus berlarut – larut dan suasana organisasi yang tidak kondusif, wujud sikap mementingkan diri sendiri, produktivitas organisasi yang merosot, ketidakstabilan organisasi akibat dari retaknya hubungan. (Sanusi, 2012:47).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan iklim komunikasi organisasi mempunyai peran yang sangat penting untuk membentuk individu-individu yang jujur dan terbuka sehingga menghasilkan suasana yang mendukung di dalam organisasi karena iklim komunikasi organisasi mengkaitkan konteks organisasi dengan konsep – konsep perasaan dan harapan anggota organisasi dan membantu menjelaskan perilaku anggota organisasi.

2.4.2 Faktor yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi

Penelitian yang dilakukan Redding menunjukkan bahwa iklim komunikasi lebih luas dari persepsi karyawan terhadap kualitas hubungan dan komunikasi dalam organisasi. Redding mengemukakan lima dimensi penting dari iklim komunikasi yaitu:

1) “Supportiveness”, atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun dan menjaga persaan diri berharga dan penting;

2) Partisipasi membuat keputusan;

3) Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia; 4) Keterbukaan dan keterusterangan;


(58)

5) Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi (Muhammad, 2009:85).

Adapun tingkah laku komunikasi tertentu dari anggota organisasi mengarahkan kepada iklim supportiveness adalah sebagai berikut:

1) Deskripsi, setiap anggota organisasi memfokuskan pesan mereka kepada kejadian yang dapat di amati dari evaluasi secara subjektif atau emosional; 2) Orientasi masalah, setiap anggota organisasi memfokuskan komunikasi

mereka kepada pemecahan kesulitan mereka secara bersama;

3) Spontanitas, setiap anggota organisasi berkomunikasi dengan sopan dalam merespon terhadap situasi yang terjadi;

4) Empati, setiap anggota organisasi memperlihatkan perhatian dan pengertian terhadap anggota lainya;

5) Kesamaan, anggota organisasi memperlakukan anggota yang lain sebagai teman dan tidak menekankan kepada kedudukan dan kekuasaan;

6) Profesionalisme, setiap anggota organisasi bersifat fleksibel dan menyesuaikan diri pada situasi komunikasi yang berdeda-beda (Muhammad. 2009: 85-86).

Penelitian yang dilakukan Pace dan Peterson menunjukkan bahwa ada beberapa faktor besar yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi (Pace dan Faules, 2010:159-160). Faktor - faktor tersebut adalah :


(1)

3) Uji Validitas Instrumen Kinerja Karyawan

No Butir Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan

1 Bapak/Ibu telah mampu menangani beban pekerjaan sebagaimana yang telah ditugaskan

0.663** 0.233 Valid

2 Hasil kerja Bapak/Ibu sesuai dengan kualitas yang telah ditentukan

0.637** 0.233 Valid 3 Bapak/Ibu dapat mencapai kualitas

kerja yang maksimal dengan fasilitas kerja yang Bapak/ibu miliki

0.658** 0.233 Valid

4 Bapak/Ibu dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu

0.702** 0.233 Valid 5 Bapak/Ibu mampu membagi waktu

dari setiap pekerjaan

0.765** 0.233 Valid 6 Bagi Bapak/ibu kehadiran adalah hal

yang sangat penting

0.601** 0.233 Valid 7 Pekerjaan Bapak/ibu tidak ada yang

terbengkalai karena adanya kerjasama yang baik antar karyawan

0.668** 0.233 Valid

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed) Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Uji Reliabilitas

Tabel Uji Reliabilitas Instrumen Variabel

Variabel Cronbach’s Alpha Batas Reliabel Keterangan

Kepemimpinan 0.821 0.60 Reliabel

Iklim Komunikasi Organisasi 0.742 0.60 Reliabel


(2)

Lampian IV

Uji Normalitas, Multikolineritas, Heteroskedastisitas 1) Uji Normalitas

(1) Analisis Grafik

(2) Analisis kolmogorov-smirnov

Tabel Hasil Uji Kolmogorov – Smirnov (K-S)

Unstandardized Residual

N 71

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 2.38417671

Most Extreme

Differences

Absolute .078

Positive .078

Negative -.046

Kolmogorov-Smirnov Z .654

Asymp. Sig. (2-tailed) .785

a.Test distribution is normal b. Calculated from data


(3)

2) Uji multikolineritas

Tabel Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Kepemimpinan 0.767 1.304

Iklim Komunikasi Organisasi 0. 767 1. 304

a. Dependent Variable : Kinerja Karyawan

3) Uji heteroskedastisitas (1) Uji Glejser

Tabel Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.885 1.753 1.646 .104

Kepemimpinan -.074 .050 -.200 -1.466 .147

Iklim Komunikasi Organisasi .041 .056 .100 .736 .464

a. Dependent Variable: ABS_RES


(4)

Lampiran V

Pengujian Hipotesis 1

Analisis persamaan regresi sederhana

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 11.694 2.404 4.864 .000

Kepemimpinan .519 .075 .642 6.964 .000

a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Koefisien Determinasi (R2)

Tabel Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .642a .413 .404 2.522

a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan

Pengujian Hipotesis 2

Analisis persamaan regresi sederhana

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 13.460 2.994 4.495 .000

Iklim Komunikasi .462 .092 .515 4.990 .000


(5)

Koefisien Determinasi (R2)

Tabel Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .515a .265 .255 2.821

a. Predictors: (Constant), Iklim Komunikasi

Pengujian Hipotesis 3

Analisis persamaan regresi berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

B Std.Error Beta

1 (Constant) 7.329 2.837

Kepemimpinan .415 .082 .514

Iklim Komunikasi Organisasi .239 .091 .267

a. Dependent Variable : Kinerja Karyawan

Koefisien Determinasi (R2)

Tabel Koefisien Determinasi Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .684a .467 .452 2.419

a.Predictors : (Constant), Kepemimpinan, Iklim Komunikasi Organisasi

b. Dependent Variable : Kinerja Karyawan

Uji secara serempak (Uji F)

Tabel Hasil Uji F ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 349.282 2 174.641 29.846 .000a

Residual 397.901 68 5.851

Total 747.183 70

a.Predictors : (Constant), Kepemimpinan, Iklim Komunikasi Organisasi b. Dependent Variable : Kinerja Karyawan


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ronny Edward

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/01 Januari 1984

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Karya No. 188-A, Medan

Nama Ayah : Johannes Edward

Nama Ibu : Bernadette

Jumlah Saudara : Anak pertama dari empat bersaudara

PENDIDIKAN :

1. SD Swasta Santo Thomas 6 Medan Lulus Tahun 1995 2. SMP Swasta Putri Cahaya Medan Lulus Tahun 1998 3. SMU Swasta Santo Thomas 1 Medan Lulus Tahun 2001

4. Sarjana Komputer STMIK Mikroskil Medan Lulus Tahun 2005 5. Magister Hukum Universitas Sumatera Utara Lulus Tahun 2012