Ikhtisar KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT

126 maka proses pelembagaan yang terjadi cenderung berbasis komitmen institutionalization based on increasing commitments. Artinya, pelembagaan terbentuk oleh karena para pelaku yang terlibat dalam sistem pertanian padi sehat memiliki perasaan untuk menghargai kesepakatan-kesepakatan yang telah ditetapkan. Terkait dengan proses pelembagaan, kelembagaan-kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat yang telah berkembang selama 10 tahun telah mengalami proses dikenal, diakui, dan dihargai oleh komunitas petani setempat dan para pelaku yang terlibat. Akan tetapi pada tahap untuk ditaati dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak petani yang belum sepenuhnya menerapkan SOP budidaya padi sehat misalnya atau masuk menjadi anggota koperasi. Hal ini terkait dengan kendala kultur dimana para petani tidak mudah merubah kebiasaan berbudidaya padi sehingga sepenuhnya sesuai dengan SOP budidaya padi sehat. Selain itu, masih terdapat sebagian petani yang masih kurang memahami manfaat masuk menjadi anggota koperasi sehingga lebih memilih untuk mewakilkan keanggotaannya pada ketua kelompok taninya. Secara garis besar, kelembagaan- kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat belum mencapai tahap terinternalisasi mendarah daging hingga menjadi bagian hidup sehari-hari. Namun, kelembagaan-kelembagaan yang dibentuk berada dalam proses terus- menerus menjalankan mekanisme yakni tata kelakuan yang berpola sebagai akibat bekerjanya aturan yang dibangun.

6.6 Ikhtisar

Dalam sistem produksi beras SAE di Kampung Ciburuy ini dapat terindentifikasi beberapa bentuk kelembagaan. Beberapa bentuk kelembagaan tersebut adalah kelembagaan untuk pengaturan input, kelembagaan untuk pengaturan produksi, dan kelembagaan untuk pengaturan output. Kelembagaan untuk pengaturan input mencakup kelembagaan koperasi, kelembagaan penyediaan pupuk dan pestisida, kelembagaan untuk penyediaan kredit, kelembagaan penguasaan lahan, dan kelembagaan untuk penyebarluasan inovasi dan teknologi yang mencakup kelembagaan kelompok tani dan kelembagaan penyuluhan. Kelembagaan untuk pengaturan produksi mencakup kelembagaan 127 hubungan kerja dan kelembagaan panen. adapun kelembagaan untuk pengaturan output meliputi kelembagaan pasca panen dan kelembagaan distribusi. Bentuk-bentuk kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat yang sama denga kelembagaan pada sistem pertanian padi non-organik yaitu kelembagaan penguasaan lahan, kelembagaan hubungan kerja, dan kelembagaan panen. Perbedaan tampak dengan adanya mekanisme yang membentuk kelembagaan penyedia pupuk dan pestisida, kelembagaan Koperasi Kelompok Tani “Lisung Kiwari”, kelembagaan penyuluhan, kelembagaan pasca panen, dan kelembagaan distribusi beras SAE sebagai produk dari padi sehat. Ditinjau dari pilar yang melandasi kelembagaan-kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat, maka proses pelembagaan yang terjadi cenderung berbasis komitmen institutionalization based on increasing commitments. Secara garis besar, kelembagaan-kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat belum mencapai tahap terinternalisasi mendarah daging hingga menjadi bagian hidup sehari-hari. Namun, kelembagaan-kelembagaan yang dibentuk berada dalam proses terus-menerus menjalankan mekanisme yakni tata kelakuan yang berpola sebagai akibat bekerjanya aturan yang dibangun. 128 Tabel 23. Pilar-Pilar Kelembagaan yang Mendasari Bentuk-Bentuk Kelembagaan dalam Sistem Pertanian Padi Sehat di Kampung Ciburuy Bentuk Kelembagaan Pilar Penopang Kelembagaan untuk Pengaturan Input Kelembagaan Penguasaan Lahan Kelembagaan Penyediaan Pupuk dan Pestisida Kelembagaan Koperasi Kelompok Tani “Lisung Kiwari” Kelembagaan Kelompok Tani Kelembagaan Penyuluhan Hubungan antara pemilik lahan dengan petani penggarap Hubungan antara petani penggarap dengan petani peternak umumnya ternak kambingkelinci Hubungan antara pengurus koperasi dengan petani penggarap yang menjadi anggota koperasi Hubungan antara sesama petani Hubungan antara penyuluh dan petani penggarap Normative Normative Regulative-Normative Normative Regulative-Normative Analisis SPNO = SPO tetap SPNO SPO beda SPNO SPO beda SPNO SPO beda SPNO SPO beda Basis of Compliance dasar kepatuhan yang mengandung nilai-nilai Komitmen, kepercayaan Komitmen, kepercayaan ADART Koperasi yang ditentukan dalam akta pendirian koperasi nomor 51803BHKPTSKankop 2005 Komitmen, kepercayaan SKB Mendagri dan Mentan No.54 Tahun 1996301KptsLP 120496, dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi dan potensi lokal Basis of Order dasar kemunculan sebagaai sistem aturan Sistem gadai Sistem sewa Sistem maro Hak garap Sistem transaksi jual beli Sistem peminjaman dan pergiliran pemupukan Tata perundang-undangan perkoperasian, yang pelaksanaannya dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kelompok Kesepakatan antara anggota kelompok Program dan programa penyuluhan yang disesuaikan dengan aspirasi komunitas padi sawah di tingkat lokal Mechanism mekanisme atau Tata kelakuan yang berpola sebagai akibat bekerjanya aturan Pemilik lahan menguasakan lahan kepada petani penggarap. Hasil garapan ditentukan sesuai system penguasaan lahan yang ditetapkan Petani penggarap membeli pupuk kandang kepada petani peternak. Atau meminjam dan mengembalikan pada saat diperlukan untuk Pengurus bersama anggota koperasi menjalankan aktivitas koperasi bersama- sama dalam berbagai bidang usaha yang diselenggarakan oleh Antara individu petani yang satu dengan yang lain sepakat untuk berkelompok dan menjalankan aktivitas kelompok bersama- Penyuluh memberikan materi penyuluhan menurut kebutuhan petani dan kelompoknya. Para petani pun dapat 129 kedua pihak pemupukan. koperasi tersebut sama seperti saling bertukar informasi, pengetahuan, dan pengalaman berpartisipasi mengemukakan pendapat, pertanyaan, kritik dan saran kepada penyuluh terkait materi dan metode penyuluhan yang diberikan Logic logika Perlunya peran pemilik lahan dan penggarap laha untuk memperoleh keuntungan dari penggarapan lahan tersebut Pentingnya pupuk dan pestisida organik yang berasal dari kotoran hewan ternak Perlunya lembaga ekonomi di tingkat lokal yang memiliki bidang usaha sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat Perlunya kelompok tani untuk menjadi tempat saling bertukar informasi, pengalaman, dan pengetahuan, bersilaturahmi serta melaksanakan berbagai kegiatan penyuluhan Perlunya kegiatan penyuluhan untuk membantu petani agar mampu berpartisipasi dalam pengembangan kelembagaan lokal Indicators indicator Peraturan tidak tertulis yang berlaku bagi pemilik lahan dan penggarap lahan Peraturan tidak tertulis yang berlaku bagi petani penggarap dan petani peternak Adanya laporan tahunan koperasi dari pengurus untuk dipertanggungjawabkan kepada seluruh anggota koperasi Peraturan tidak tertulis terkait dengan penyelenggaraan kegiatan kelompok tani Peraturan tidak tertulis terkait kegiatan kelompok dengan kegiatan penyuluhan Affect dampak Kelembagaan terus berjalan oleh karena kedua pihak menjaga komitmen dan kepercayaan yang diberikan Kelembagaan terus berjalan oleh karena kedua pihak menjaga komitmen dan kepercayaan yang diberikan Koperasi kelompok tani Lisung Kiwari menjadi koperasi terbaik tingkat Kabupaten Tahun 2008 Kelembagaan terus berjalan oleh karena antara petani menjaga komitmen dan kepercayaan yang diberikan Hubungan antara penyuluh, petani dan ketua gapoktan tetap harmonis sehingga kegiatan penyuluhan berjalan lancar Basis of Legimacy basis legitimasi Hilangnya kepercayaan Hilangnya kepercayaan Dikeluarkan dari keanggotaan Tidak dilibatkan kembali dalam kegiatan kelompok Tidak dilibatkan dalam kegiatan kelompok yang berkaitan dengan penyuluhan Sumber : Data Primer, 2009 130 Lanjutan Tabel 23. Bentuk Kelembagaan Pilar Penopang Kelembagaan untuk Pengaturan Produksi Kelembagaan untuk Pengaturan Output Kelembagaan Hubungan Kerja Kelembagaan Panen Kelembagaan Pasca Panen Kelembagaan Distribusi Beras SAE Hubungan antara petani penggarap dengan buruh tani Hubungan antara petani penggarap dengan buruh tani dalam kegiatan panen Hubungan antara Kang HK dengan pekerja tetap Hubungan antara petani penggarap dengan koperasi dan lembaga pertanian sehat Normative Normative Normative Regulative-Normative Analisis SPNO =SPO tetap SPNO =SPO tetap SPNO SPO beda SPNO SPO beda Basis of Compliance dasar kepatuhan yang mengandung nilai-nilai Komitmen, kepercayaan Komitmen, kepercayaan Komitmen, kepercayaan Kesepakatan-kesepakatan kerjasama Basis of Order dasar kemunculan sebagai sistem aturan Sistem pembagian kerja Sistem upah Sistem pembagian kerja Sistem upah Sistem pembagian kerja Sistem upah Sistem pembelian dan penjualan beras SAE Mechanism mekanisme atau Tata kelakuan yang berpola sebagai akibat bekerjanya aturan Petani penggarap mempekerjakan buruh tani tetap atau buruh tani lepas dalam budidaya padi. Buruh tani memperoleh upah dari hasil pekerjaan yang telah dilakukannya tersebut Petani penggarap mempekerjakan buruh tani tetap atau buruh tani lepas dalam aktivitas panen. Buruh tani memperoleh upah dari hasil pekerjaan yang telah dilakukannya tersebut Kang Hk ketua koperasi mempekerjakan pekerja tetap dalam aktivitas pasca panen. para pekerja tetap memperoleh upah dari hasil pekerjaan yang telah dilakukannya tersebut Pihak-pihak yang terkait melakukan transaksi jual beli beras SAE sesuai kesepakatan-kesepakatan kerjasama yang telah disusun kedua pihak dan kedua pihak memperoleh keuntungan dari bersama dari proses transaksi tersebut Logic logika Perlunya sistem pembagian kerja dan sistem upah pada setiap bentuk aktivitas pertanian Perlunya sistem pembagian kerja dan sistem upah pada aktivitas panen Perlunya sistem pembagian kerja dan sistem upah pada setiap bentuk aktivitas pasca panen Perlu adanya jaminan pasar produk beras SAE sehingga para petani dapat terus memproduksi padi sehat 131 Indicators indicator Peraturan tidak tertulis terkait sistem pembagian kerja dan sistem upah yang berlaku Peraturan tidak tertulis terkait dengan tata laksana Peraturan tidak tertulis terkait dengan tata laksana pasca panen Adanya sertifikasi Affect dampak Kelembagaan terus berjalan oleh karena kedua pihak menjaga komitmen dan kepercayaan yang diberikan Kelembagaan terus berjalan oleh karena kedua pihak menjaga komitmen dan kepercayaan yang diberikan Kelembagaan terus berjalan oleh karena kedua pihak menjaga komitmen dan kepercayaan yang diberikan Kelembagaan distibusi terus berjalan sebagaimana kesepakatan- kesepakatan yang telah disusun oleh pihak-pihak terkait Basis of Legimacy basis legitimasi Pemutusan hubungan kerja Hilangnya kepercayaan Pemutusan hubungan kerja Pemutusan hubungan kerjasama Sumber : Data Primer, 2009 133

BAB VII KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PERTANIAN

PADI SEHAT MENUJU PERTANIAN BERKELANJUTAN 7.1 Keberlanjutan Kelembagaan dalam Konteks Lokal Keberlanjutan menurut penuturan petani setempat adalah kemampuan untuk terus-menerus memproduksi padi. Implikasi lebih lanjut adalah bahwa untuk dapat terus-menerus memproduksi padi maka harus mendapat dukungan dari para pelaku terkait dan tata aturan yang mengatur proses-proses tersebut. Kelembagaan-kelembagaan yang sudah terbentuk dalam sistem pertanian padi sehat berperan penting dalam menjamin keberlanjutan tersebut. Keberlanjutan kelembagaan yang dimaksud diindikasikan dengan adanya ketahanan sistem sosial masyarakat setempat. Terdapat dua elemen yang menjadi alat untuk mencapai kondisi tersebut yaitu adanya pengorganisasian sosial dan teknik sosial. Pengorganisasian sosial komunitas petani padi sehat di Kampung Ciburuy tampak dengan terbentuknya kelembagaan-kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat tersebut. Masing-masing pelaku dengan statusnya memainkan peranan sosial dengan mekanisme yang diatur oleh kontrak-kontrak sosial. Hak dan kewajiban sosial dijalankan seiring dengan mekanisme penguatan kepatuhan terhadap komitmen dalam kontrak-kontrak sosial yang dibangun. Sebagaimana petani penggarap dan pemilik lahan membangun sistem penguasaan dan pengelolaan lahan sehingga membentuk kelembagaan penguasaan lahan, juga sebagaimana petani penggarap dengan petani peternak kambing melakukan transaksi jual beli kotoran hewan ternak atau kesepakatan peminjaman kotoran hewan ternaknya untuk digunakan pupuk sehingga membentuk kelembagaan penyedia pupuk alami. Demikian juga dengan kelembagaan-kelembagaan lain yang dibentuk dengan adanya pola-pola hubungan antara pelaku, basis kepatuhan, dan mekanisme yang dijalankan sebagaimana yang telah diuraikan pada Tabel 23 di bab sebelumnya. Meskipun tingkatan norma yang diberlakukan berada pada norma cara dan kebiasaan, akan tetapi terdapat basis legitimasi yang mengatur pemberian sanksi kepada para pelaku yang melanggar komitmen-komitmen. Hal tersebut merupakan bentuk mekanisme untuk menjaga kepatuhan para pelaku