149 sehat, menurut penuturan petani, secara ekologi ditunjukkan dengan semakin
meningkatnya kadar bahan organik dalam tanah. Selain itu, populasi hewan tanah seperti cacing juga semakin meningkat sehingga semakin meningkatkan
kegemburan tanah. Bahan-bahan organik yang tersedia secara alami tersebut diupayakan oleh para petani melalui proses pengembalian jerami ke dalam tanah
dengan dibenamkan ke dalam tanah dan difermentasikan atau menjadikan lahan sawah sebagai lahan kolam sebelum ditanami untuk musim tanam berikutnya.
Faktor lain adalah dengan semakin intensifnya penggunaan pupuk alami berupa pupuk kandang yang difermentasikan sendiri oleh para petani serta penggunaan
pestisida nabati. Indikator lain yang utama adalah dihasilkannya produk beras SAE sehat, aman, dan enak yang bebas residu pestisida.
7.5 Menuju Pertanian Berkelanjutan dalam Perspektif Paradigma
Pembangunan Berpusat pada Rakyat Dari uraian kendala-kendala yang dihadapi dan pencapaian dimensi
pertanian berkelanjutan, maka dapat diketahui bahwa pertanian berkelanjutan belum sepenuhnya dapat diwujudkan melalui keberlanjutan kelembagaan dalam
sistem pertanian padi sehat di Kampung Ciburuy. Pengorganisasian sosial dan teknik sosial dalam pengembangan sistem pertanian padi sehat tersebut belum
dapat secara optimal memberikan keuntungan secara sosial social justice, keuntungan ekonomis economically valuabe, dan keuntungan ekologis
ecologically sound. Sehubungan dengan itu, diperlukan berbagai teknik sosial dalam pengembangan sistem pertanian padi sehat untuk meningkatkan pencapaian
pertanian berkelanjutan. Merujuk pada Scott 2008, lebih banyak diteliti secara empirik bahwa
suatu bentuk kelembagaan tidak hanya ditopang oleh satu pilar, tetapi terdapat kombinasi elemen yang bervariasi. Dalam sistem sosial yang stabil, hasil
penelitian menunjukkan bahwa suatu kelembagaan dapat mencapai ketahanan dan penguatan karena didasari oleh penerimaan yang diyakini dan tiada keraguan,
didukung secara normatif, dan diperkuat oleh kekuatan otoritas. Ketika pilar-pilar tersebut menyatu, kekuatan perpaduan ketiga pilar tersebut sangat baik sekali.
150 Pada beberapa situasi, bagaimanapun, satu atau beberapa pilar dapat
bekerja, secara maya untuk mendukung pembagian tugas sosial, dan pada berbagai situasi, pilar yang menopang tersebut diyakini menjadi yang utama tanpa
perlu dibuktikan. Sama pentingnya ketika pilar-pilar tersebut kemungkinan misaligned gagal berpadu, kemungkinan akan mendukung dan memotivasi
pilihan-pilihan dan tindakan-tindakan yang berbeda. Strang dan Sine dalam Scott 2008 menitikberatkan bahwa ketika dukungan kognitif, normatif, dan regulatif
tidak berpadu, ketiganya akan menyajikan sumber daya dimana para pelaku yang berbeda-beda dapat menggunakannya untuk tujuan yang berbeda-beda pula.
Situasi-situasi tersebut membuktikan bahwa antara kebingungan dan konflik, serta kondisi-kondisi yang tersedia dapat membuka peluang besar untuk memunculkan
perubahan pada kelembagaan. Untuk mewujudkan kondisi pertanian organik yang ideal, maka upaya-
upaya penguatan kelembagaan dan proses menciptakan ketahanan kelembagaan sistem pertanian organic harus dilakukan secara simultan. Hal ini dapat ditempuh
dengan mensinergikan pilar-pilar penopang kelembagaan baik dari sisi regulasi, normatif, maupun kultural-kognitif. Jadi, kondisi ideal yang diharapkan ke depan
adalah bahwa sistem pertanian organic menjadi sistem pertanian yang melekat menjadi budaya komunitas.
Sebagaimana halnya kelembagaan-kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat dibentuk untuk mendukung pencapaian pertanian berkelanjutan. Akan
tetapi, pada prosesnya sistem pertanian tersebut belum dapat menjadi budaya komunitas. Hal ini terkait dengan proses pelembagaan pada kelembagaan-
kelembagaan tersebut yang lebih didasarkan pada semakin menguatnya komitmen dan bukan dengan semakin menguatnya objektivitas komunitas pada sistem
pertanian padi sehat. Istilah komitmen itu sendiri dibangun atas dasar berbalikan resiprositas dan kepercayaan trust antara pihak-pihak yang terlibat. Penerapan
sistem pertanian padi sehat bukan merupakan obyektifikasi dari keyakinan- keyakinan para pelakunya, bukan merupakan muncul dari proses pemaknaan pada
interaksi yang berlangsung. Akan tetapi lebih menonjolkan makna yang signifikan yakni bahwa untuk melembaga adalah menyatukan nilai dengan penerapan teknis
dalam melakukan sesuatu seperti halnya penerapan sistem pertanian padi sehat itu
151 sendiri. Dalam prosesnya, melibatkan faktor penting yaitu adanya norma dan nilai
norms and values, terkait dengan struktur dan prosedur yang terbentuk structures and procedures, melibatkan para individu individuals, dan terdapat
actor-aktor yang berperan secara kolektif collective actors. Semua hal itu tampak dengan terbentuknya kelembagaan-kelembagaan dalam sistem pertanian
padi sehat yaitu kelembagaan untuk pengaturan input mencakup kelembagaan koperasi, kelembagaan penyediaan pupuk dan pestisida, kelembagaan untuk
penyediaan kredit, kelembagaan penguasaan lahan, dan kelembagaan untuk penyebarluasan inovasi dan teknologi yang mencakup kelembagaan kelompok
tani dan kelembagaan penyuluhan. Kelembagaan untuk pengaturan produksi mencakup kelembagaan hubungan kerja dan kelembagaan panen. adapun
kelembagaan untuk pengaturan output meliputi kelembagaan pasca panen dan kelembagaan distribusi.
Lebih lanjut, Korten 1984 memuncukan teori people-centered development
atau pembangunan berpihak pada rakyat sebagai paradigma pembangunan berkelanjutan. Paradigma pembangunan yang berpihak pada rakyat
tersebut digunakan sebagai pendekatan pembangunan pada sistem pertanian organic oleh karena bersesuaian dengan prinsip-prinsip pertanian organik
sebagaimana yang dikemukakan oleh International Federation of Organic Agriculture Movement
IFOAM 2008. Menurut Korten 1998, keberlanjutan menjadi salah satu prinsip dalam paradigma pembangunan tersebut. Keberlanjutan
yang dimaksud meliputi keberlanjutan untuk menyediakan produksi dengan melibatkan pengelolaan sumber daya lokal dan kontrol dari komunitas lokal
setempat. Lebih lanjut, Korten 1984 juga menguraikan bahwa people-centered development
ini berdasar pada prinsip desentralisasi, partisipasi, pemberdayaan, pelestarian, territorial, jejaring sosial, dan keswadayaan lokal. Dalam konteks
pengembangan sistem pertanian padi sehat di Kampung Ciburuy, terbangunnya jejaring kerjasama antar kelembagaan sebagaimana yang dirinci di atas dapat
menjadi langkah konkrit untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan dengan menerapkan prinsip-prinsip people-centered development.
Desentralisasi dalam konteks sistem pertanian organik merupakan proses pendelegasikan kekuasaan dan wewenang dari pemerintah pusat kepada
152 pemerintah dan komunitas lokal untuk memperoleh akses dan kontrol atas
pengelolaan sumber daya lokal sumber daya pertanian. Akan tetapi, pada pengembangan sistem pertanian padi sehat di Kampung Ciburuy, pemerintah
lokal kurang memainkan peranan. Akses dan kontrol atas pengelolaan sumber daya lokal lebih banyak diperankan oleh tokoh masyarakat di Kampung Ciburuy
yaitu Pak Haz. Hal ini dikarenakan sebagian besar aset produksi dikuasai oleh beliau. Selain itu, juga didukung dengan kepemimpinan beliau yang tampak
dominan. Perumusan kebijakan pengembangan sistem pertanian padi sehat lebih banyak dilakukan di tingkat lokal dengan adanya peran penyuluh setempat dan
Pak Haz selaku tokoh masyarakat. Dalam hal ini, prinsip desentralisasi sudah diterapkan. Terlebih dengan adanya pengambilan keputusan di tingkat komunitas
petani untuk bersedia atau tidak menerapkan sistem pertanian padi sehat, serta untuk bersedia atau tidak mengaplikasikan bantuan pupuk atau pestisida organik
yang disubsidi oleh pemerintah. Demikian pula dalam membangun kebijakan pengembangan koperasi, revitalisasi kelompok tani, perluasan jejaring kerjasama
distribusi beras SAE sudah diinisiasi di tingkat lokal. Adapun pemerintah lokal cukup berperan untuk memberi dukungan secara administratif.
Dalam sistem pertanian organik yang mengedepankan prinsip keadilan dan kepedulian, menempatkan partisipasi dan pemberdayaan petani sebagai proses
yang penting. Petani menjadi pihak yang memiliki peranan penting untuk mengambil keputusan, mengakses, dan mengontrol sumber daya pertanian di
wilayahnya. Petani adalah pihak yang paling mengetahui bagaimana mengelola agroekosistemnya, sehingga tidak selayaknya ditempatkan pada posisi sub-
ordinasi oleh pemerintah. Merujuk pada principal of fairness, pertanian organik harus menyajikan
keterlibatan setiap orang dengan kualitas kehidupan yang lebih baik, dan berkontribusi pada ketahanan pangan, dan mengurangi kemiskinan. Oleh karena
itu, pihak-pihak yang terlibat dalam sistem pertanian organik hendaknya menempatkan diri pada proses distribusi kekuasaan yang bersifat positive-sum.
Proses distribusi kekuasaan ini, mengkondisikan pemberian daya kuasa kepada pihak lain dapat meningkatkan daya sendiri. Apabila daya suatu unit sosial secara
keseluruhan meningkat, semua anggotanya dapat menikmati bersama-sama.
153 Dalam kasus ini, pemberian daya kepada petani secara tidak langsung juga akan
meningkatkan daya si pemberi, yaitu pemerintah juga tokoh masyarakat setempat. Prinsip pelestarian bersesuaian dengan principles of ecology dimana pertanian
organic didasarkan pada sistem dan siklus ekologi, input sebaiknya dikurangi dengan daur ulang, dan pengelolaan material dan energi yang efisien yang
ditujukan untuk memperbaiki kapasitas lingkungan dan melestarikan sumber daya. Pada prinsip teritorial, Korten 1984 menjelaskan bahwa produktivitas,
keseteraan, dan keberlanjutan bergantung pada ikatan-ikatan kuat antara orang- orang yang memanfaatkan lingkungannya dengan konsekuensi-konsekuensi yang
melekat dalam proses pengelolaannya. Implikasinya adalah terjadinya strong attachement of people to place
. Sistem ekonomi global akan mengakibatkan terjadinya kontrol yang
terpisah antara produksi, manusia dan lingkungan sehingga mengakibatkan ketidakstabilan dan kondisi-kondisi yang non-adaptif. Di masa yang akan datang,
Korten 1984 menekankan pentingnya the logic of local self-reliance atau logika kemandirian lokal keswadayaan lokal. Logika ini merupakan logika dari tempat,
manusia, dan lingkungan yang menjadi suatu kesatuan yang menciptakan keberlanjutan diri self-sustaining dari sistem ekologi manusia setempat.
Kemandirian lokal sebagai strategi pembangunan memprioritaskan pada penciptaan kondisi yang memungkinkan manusia pada wilayahnya menemukan
kebutuhan mereka dengan menggunakan sumber daya lokal dengan kontrol dari lokal setempat pula.
Peranan dari basis teritorial menempatkan posisi pemerintah lokal sebagai koordinator sentral perumusan kebijakan pembangunan di tingkat lokal. Dalam
hal ini, komunitas membangun jejaring sosial baik dengan pemerintah lokal dan unit-unit organisasi fungsional. Organisasi-organisasi yang terbentuk difungsikan
untuk berkontribusi dalam mewujudkan logika kemandirian lokal, baik dalam proses produksi, penyebaran informasi dan teknologi, pengelolaan komunikasi,
pengembangan sarana transportasi serta pengembangan dan pertukaran pengetahuan yang dapat diadopsi serta diaplikasikan oleh komunitas lokal.
Tujuan dari membangun kekuatan pada pembangunan berpihak pada rakyat ini untuk menyajikan yang terbaik melalui aksi untuk mempercepat
154 terciptanya hal-hal baru bagi komunitas setempat. Komunitas lebih memiliki
kebebasan untuk melakukan eksperimen dalam menciptakan ide-ide baru, teknik sosial, dan teknologi-teknologi yang menjadi elemen dasar dalam proses
membangun kekuatan tersebut. Tiga tugas kreatif ini mendefinisikan bagian penting dari agenda membangun kekuatan dalam people-centered development
ini. Dalam konteks pengembangan sistem pertanian padi sehat di Kampung
Ciburuy, beberapa teknik sosial dirumuskan untuk meningkatkan pencapaian pertanian berkelanjutan. Pada tahap implementasinya, faktor adanya jejaring
kerjasama antar kelembagaan menjadi sangat penting. Pada kelembagaan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari diharapkan dapat meningkatkan
sosialisasi mengenani manfaat koperasi kepada anggota kelompok tani di Kampung Ciburuy. Selain itu, juga para pengurus koperasi agar dapat menjadikan
usaha beras sebagai bagian dari unit usaha koperasi dengan melibatkan petani sebagai unit-unit bisnis penyokong usaha koperasi tersebut. Hal ini sangat penting
mengingat kedua hal tersebut dapat memperbesar volume penyertaan modal secara swadaya untuk digulirkan kembali. Pada kelembagaan kelompok tani,
teknik sosial yang diperlukan adalah upaya revitalisasi kelompok tani dan gapoktan Silih Asih melalui mengadakan pertemuan rutin yang lebih terencana
inter kelompok dan antar kelompok tani. Selain itu, juga harus dilakukan optimalisasi program manajer pengendali mutu dengan mengadakan pertemuan
rutin dan agenda yang lebih terencana. Untuk meningkatkan kemandirian dan keswadayaan komunitas petani padi di Kampung Ciburuy, perlu didorong untuk
bersedia mengumpulkan
dana swadaya
kelompok guna
mendukung penyelenggaraan pertemuan dan memberi dukungan insetif bagi para ketua
kelompok dalam menjalankan tugasnya sebagai manajer pengendali mutu. Pada kelembagaan penyuluhan, teknik sosial yang penting dilakukan adalh
menyelenggarakan kegiatan penyuluhan yang terus berkesinambungan dengan metode yang lebih menggali partisipasi komunitas petani dalam menerapkan
sistem pertanian padi sehat. Pada kelembagaan produksi, melalui peran dan fungsi kelembagaan penyuluhan dan kelompok tani maka perlu untuk meningkatkan
sosialisasi manfaat budidaya padi sehat sesuai SOP yang dirumuskan melalui
155 kegiatan kunjungan lapang inter kelompok atau antar kelompok tani. Di samping
itu, terus diupayakan untuk membudidayakan padi sehat sesuai dengan SOP yang telah dirumuskan guna menjamin kualitas dan kuantitas produksi padi yang
dihasilkan. Teknik sosial lain yang penting dilakukan adalah membangun kerjasama dengan instansi pemerintah atau lembaga penelitian untuk membantu
menuji kualitastingkat polusi tanah, air, dan udara. Adapun untuk mengantisipasi kendala pada kelembagaan pasca panen,
maka hendaknya para pelaku terkait harus meningkatkan pengawasan bersama pada proses pascapanen yang dilakukan oleh Koperasi Kelompok Tani Lisung
Kiwari dengan Lembaga Pertanian Sehat. Sedangkan pada kelembagaan distribusi, hal yang penting untuk dilakukan adalah agar 1 koperasi dapat
memberi harga jual yang lebih tinggi dari harga pasar kepada para petani yang sudah memenuhi SOP budidaya padi sehat. 2 Memperluas pemasaran beras SAE
di tingkat lokal dengan warung-warung di sekitar kampung dan desa Ciburuy 3 Memperluas sosialisasi penanaman lahan sawah dengan merujuk pada SOP.
budidaya padi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi beras SAE. 4 Koperasi agar dapat terus bermitra dengan instansi pemerintahan khususnya untuk
memperoleh bantuan permodalan; dan 5 Menjaga hubungan baik dengan lembaga mitra dengan menyelenggarakan pertemuan rutin.
Sistem pertanian padi sehat di Kampung Ciburuy pada prosesnya berada pada pergeseran dari sistem pertanian konvensional menuju pada sistem pertanian
organik. Terkait dengan hal itu, cara produksi, hubungan-hubungan sosial, dan tata aturan yang melekatinya terus diupayakan untuk memenuhi prinsip-prinsip
sistem pertanian organik. Hal ini ditujukan untuk mencapai pertanian berkelanjutan. Dari hasil analisis lebih lanjut, diketahui bahwa upaya mewujudkan
pertanian berkelanjutan masih menemui berbagai kendala pada setiap dimensinya. Faktor struktur, kultur, dan aksi bersama dari komunitas setempat berdampak
pada pencapaian keberhasilan pada setiap dimensi pertanian berkelanjutan baik dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dan dimensi sosial. Dari perspektif paradigma
pembangunan berpusat pada rakyat sebagaimana uraian di atas, maka proses pemberdayaan yang bersifat positive-sum perlu terus dikembangkan agar
156 partisipasi komunitas dalam menerapkan sistem pertanian padi sehat tersebut
semakin meningkat.
7.6 Ikhtisar