Ikhtisar GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
63 mempunyai uang dan mempunyai pekerjaan saja yang ikut bergabung. Informasi
inipun saya diperoleh dari seorang ibu yang bekerja di penapian beras. Beliau menjadi anggota dari kedua jenis arisan tersebut. Adapun pengumpul uang arisan
adalah seorang Ibu Haji yang nampak terpandang di kampung tersebut. Sudah sejak lama kelembagaan kredit barang berlangsung di kampung ini.
Warga yang memanfaatkan kelembagaan inipun sudah banyak baik ibu-ibu, bapak-bapak, maupun para pemuda. Semua jenis kebutuhan dapat dipesan kepada
Si Jangkung, demikian panggilan warga setempat kepada tukang kredit tersebut. Baik sandal, sepatu, baju, handuk, panci, piring, lemari, kursi, bahkan tempat
menjemur pakaian dapat dipesan dan dibayar secara kredit sebesar Rp 1000,- setiap harinya. Dengan cicilan rendah seperti itu, warga pun tertarik untuk terus
memesan barang padanya. Terlebih Si Jangkung pun tidak memaksa dan sering memberi kelonggaran dalam proses pembayaran kreditan. Apabila seseorang
sudah melunasi barang pesanannya, Si Jangkung tidak segan untuk menawari kembali agar tetap kredit barang padanya.
Terkait dengan dinamika penduduk di Kampung Ciburuy ini, Pak Haz mengemukakan bahwa mobilitas penduduk tidak terlalu tinggi sehingga kampung
inipun tidak berkembang secara signifikan. Salah satu indikator yang tampak adalah dengan pertambahan pemukiman penduduk yang dikarenakan bukan oleh
faktor pendatang melainkan karena pertambahan jumlah anggota keluarga penduduk asli setempat. Anggota keluarga yang sudah menikah kemudian
membangun tempat tinggal tetap di sekitar kampung tersebut. Pak Haz menambahkan bahwa di kampung ini tidak banyak pendatang khususnya orang
Jakarta atau penduduk yang berasal dari luar kampung karena daerah kampung ini kurang menarik dan kurang menguntungkan untuk dijadikan tempat bermukim
atau tempat investasi. Para pendatang pasti lebih memilih untuk bermukim di daerah Puncak yang hanya berjarak 15 sampai 20 km dari kampung ini.