78 sepanjang Kampung Ciburuy, hanya satu warung yang menjual beras SAE.
Namun, sistem pertanian padi sehat ini memberi jaminan kepada para petani setempat untuk memperoleh uang hasil penjualan secara cash dari Koperasi
Kelompok Tani “Lisung Kiwari”. Terkait dengan hal itu, perputaran uang di tingkat petani lebih cepat dan kondisi tersebut dipandang sangat membantu para
petani responden untuk pemutaran modal dalam menjalankan usahatani padi sehat ini. Selain itu, dengan adanya sistem upah yang berjalan sesuai aturan umum pun
turut menunjang kehidupan yang lebih baik khususnya bagi para buruh tani baik tetap maupun lepas.
Dalam konteks penerapan prinsip kepedulian the principle of care, adanya pencegahan dan tanggung jawab dalam pengembangan dan pilihan
teknologi pada sistem pertanian padi sehat sudah cukup tampak. Pilihan teknologi ramah lingkungan pemanfaatan pengetahuan lokal dalam pengendalian hama
penyakit tanaman padi, serta terbangunnya kebijakan-kebijakan di tingkat lokal seperti perumusan SOP budidaya padi sehat misalnya menjadi contoh yang
relevan. Selain itu, prinsip ini pun diterapkan dengan adanya pengambilan keputusan yang partisipatif bagi semua stakeholder terkait. Seperti halnya yang
sudah diterapkan melalui berjalannya program manager pengendali mutu di Kampung Ciburuy ini.
5.5 Aktivitas dan Pelaku dalam Sistem Pertanian Organik
Prosedur operasional standar budidaya padi sehat tersebut menjadi bagian dari aktivitas input material sebagaimana yang dikemukakan oleh Uphoff 1986.
Aktivitas input material yang diuraikan adalah spesifik lokal yang sesuai bagi para petani padi di Kampung Ciburuy. Namun aktivitas pertanian, bukan hanya
meliputi aktivitas input saja, tetapi juga mencakup aktivitas produksi, dan aktivitas output.
Pada Tabel 10, tampak perubahan aktivitas input, produksi, dan output dalam sistem pertanian padi sawah. Aktivitas dalam sistem pertanian padi sehat
belum sepenuhnya menerapkan sistem pertanian organik. Aktivitas pertanian yang dilakukan relatif sama, akan tetapi pelakunya berbeda. Pada umumnya, petani
79 hanya pelaku produksi dan bukan petani pemilik sehingga tidak memiliki
kekuasaan untuk pengambilan keputusan.
5.6 Ikhtisar
Kampung Ciburuy menjadi salah satu wilayah yang telah mengalami modernisasi pertanian. Hal ini tampak dengan adanya penerapan sejumlah input
luar dan teknologi mekanik dalam sistem produksi, penggunaan fasilitas modal dari luar keluarga, penggunaan tenaga kerja dengan sistem upah berupa uang serta
memudarnya tradisi-tradisi menjelang tanam dan panen. Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, memberikan dampak positif maupun negatif baik
terhadap aspek perekonomian, budaya, dan sistem sosial setempat. Demikian pula halnya dalam sistem pertanian khususnya sistem pertanian padi sawah.
Bermula dari munculnya dampak negatif dari sistem pertanian modern, maka berkembang pula isu pertanian organik yang menjadi salah satu alternatif
sistem pertanian yang ramah lingkungan dan menghasilkan produk pertanian yang sehat. Isu pertanian organik ini menjadi program nasional Departemen Pertanian
Republik Indonesia yang disosialisasikan sejak tahun 2001. Pada tahun yang bersamaan isu tersebut telah menjadi gagasan pengembangan pertanian organik di
Kampung Ciburuy yang dipelopori oleh Pak Haz selaku tokoh masyarakat setempat.
Perkembangan sistem pertanian organik di Kampung Ciburuy difokuskan pada sistem pertanian padi sehat. Pada prosesnya, sistem tersebut meliputi
aktivitas input, aktivitas produksi, dan aktivitas output yang melibatkan peranan berbagai pelaku baik di tingkat komunitas maupun di luar komunitas baik pada
level individu pemilik lahan, petani penggarap, buruh tani, tokoh masyarakat; level kelompok kelompok tani, konsumen beras SAE; level lembaga Lembaga
Pertanian Sehat LPS, Perusahaan dan agen distributor beras SAE; maupun level organisasi Koperasi Kelompok Tani “Lisung Kiwari”, pemerintah lokal
pemerintah desa, petugas penyuluh lapangan. Setiap aktivitas merujuk pada hubungan-hubungan sosial yang khas, yang disertai oleh tata kelakuan serta tata
aturan yang melekat didalamnya.
80 Tabel 10. Perubahan Aktivitas Pertanian dan Para Pelaku dalam Sistem Pertanian Padi Sawah di Kampung Ciburuy
Unsur pembeda Pertanian Tradisional
1970 Pertanian Non Organik
1970 – 2000 Pertanian Padi Sehat
2000 – sekarang Pertanian Organik
Prinsip Subsisten
Peningkatan produksi dan keuntungan melalui
intensifikasi lahan Bebas residu pestisida
Menjamin kesehatan, kelangsungan ekologi, kepedulian
dan keadilan I. Aktivitas Input
A. Input Material
1. Penyediaan pupuk dan pestisida alami
Petani menggunakan bibit dan benih lokal,
memanfaatkan input dari lingkungan sekitar
seperti menggunakan bahan-bahan dan musuh
alami Petani membeli input ke toko-
toko penjual sarana produksi pertanian yang pada
umumnya berada di luar komunitas setempat,
menggunakan input luar yang mengandung bahan-bahan
kimia
Untuk pengadaaan input dilakukan oleh petani penggarap
yang berhubungan dengan koperasi sebagai penyedia input.
Lebih lanjut, koperasi berhubungan dengan penyedia
input di luar komunitas Petani menggunakan bibit dan
benih lokal, memanfaatkan input dari lingkungan sekitar seperti
menggunakan bahan-bahan dan musuh alami
B. Input Modal
1. Kredit jangka pendek produksi, untuk tanaman
musiman Petani penggarap
memenuhi kebutuhan modal produksi dengan
memanfaatkan hubungan patron-klien dan modal
tenaga kerja keluarga Petani penggarap
menggunakan jasa pinjaman dari para tengkulakpengijon
Petani penggarap memanfaatkan jasa pinjaman modal koperasi,
atau dari perputaran modal petani sendiri dari usaha
pertanian dan non pertanian Petani penggarap memenuhi
kebutuhan modal produksi dari lembaga permodalan atau modal
sendiri, dengan meminimalisasi modal produksi.
C. Input Secara Umum
1. Akses tanah Petani menggarap lahan
miliknya atau lahan milik keluarga
Petani lapisan atas yang memiliki modal besar dan
mampu menguasai lahan serta teknologi. Hal ini
menyebabkan banyak petani gurem berlahan sempit dan
tidak memiliki modal yang Pemilik lahan dengan petani
penggarap yang diberi kuasa atas pengelolaan lahan dan petani
penggarap yang hanya menggarap lahan. Petani
umumnya menggarap lahan yang bukan miliknya dan dengan
Pemilik lahan dengan petani penggarap yang diberi kuasa atas
pengelolaan lahan sehingga pengambilan keputusan untuk
menerapkan pertanian organik lebih optimal.
81
menjadi buruh di lahannya sendiri oleh karena lahannya
dijual kepada petani lapisan atas.
luasan lahan yang sempit.
2. Teknologi : informasi tentang tanaman baru, praktik, atau
teknik, dikembangkan secara umum melalui penelitian dan
pengembangan melalui sistem penyuluhan, dapat menggunakan
sistem dari komunikasi atau pendidikan
Di peroleh secara turun- temurun dan menjadi
bagian dari tradisi masyarakat petani.
Teknologi dan informasi hanya diakses oleh penyuluh
dan disampaikan secara top down.
Pak Haz selaku tokoh masyarakat, Ketua Gapoktan
Silih Asih dan Pak Edd Penyuluh Pertanian Lapangan
sebagai representasi pemerintah memiliki akses yang lebih besar
terhadap teknologi dan informasi, petani penggarap, Koperasi
Kelompok Tani Lisung Kiwari, petani penggarap dari luar
komunitas, petani penggarap dari gapoktan lain, Lembaga
Pertanian Sehat, dan lembaga mitra terkait
Petani penggarap memanfaatkan pengetahuan lokal yang sudah
dimiliki, namun penyuluh bersama petani pun harus mendorong petani
agar mau dan mampu mengakses teknologi dan informasi.
3. Kebijakan : hubungan harga, subsidi-subsidi, dan lainnya.
Beras merupakan komoditi yang tidak
diperjualbelikan. Harga ditentukan oleh
pemerintah. Harga dasar untuk gabah masih
ditentukan oleh pemerintah. Harga beras di tingkat komunitas
masih ditentukan oleh harga pasar. Harga beras SAE sebelum
pengemasan ditentukan oleh Koperasi Kelompok Tani Lisung
Kiwari, dan harga beras SAE pengemasan ditentukan oleh
lembaga swadaya masyarakat. Harga jual beras SAE selanjutnya
ditentukan oleh agen distributor. Adapun mekanisme subsidi-
subsidi pupuk organik dan bantuan-bantuan saprodi lainnya
ditentukan oleh pemerintah. Harga ditentukan dengan
mekanisme fair trade perdagangan yang adil, dimana petani secara
transparan memiliki kesempatan untuk menentukan harga yang layak
bersama konsumen untuk produk organik yang diproduksinya.
82
D. Input Tidak Langsung
1. Pengelolaan sumber daya alam Komunitas petani
setempat Komunitas petani setempat
dan pihak terkait
Petani penggarap, Pak Haz selaku tokoh masyarakat, Ketua
Gapoktan Silih Asih, Pak Edd Penyuluh Pertanian Lapangan
sebagai representasi pemerintah, dan komunitas setempat
Komunitas petani setempat dan pihak terkait
2. Infrastruktur pedesaan : jalan, persediaan air, perumahan, dan
lainnya. Pemerintah lokal dengan
melibatkan partisipasi komunitas petani
Pemerintah lokal Pemerintah lokal
Pemerintah lokal dengan melibatkan partisipasi komunitas
petani
II. Aktivitas Produksi A. Tenaga Kerja
Untuk Padi Sehat Pengadaan Benih
Pembuatan persemaian PengolahanPersiapan lahan
Penanaman Pengaturan air
Pemeliharaan tanaman Pengendalian hama dan
penyakit tanaman Panen
Petani penggarap dan Tenaga kerja keluarga
Petani penggarap dan tenaga kerja upahan buruh tani
tetap dan buruh tani lepas. Semua kegiatan pengelolaan
ternak dilakukan oleh petani penggarap
Petani penggarap dan tenaga kerja upahan buruh tani tetap
dan buruh tani lepas. Semua kegiatan pengelolaan ternak
dilakukan oleh petani penggarap Petani penggarap dan tenaga kerja
upahan, namun lebih menuntut peranan petani penggarap untuk
secara intensif mengelola lahannya.
B. Manajemen
1. Dapat memahami dan menentukan input
2. Memobilisasi, koordinasi, supervisi, input tenaga kerja
3. Sejumlah penentu, macam- macam dan durasi dari produksi
4. Meyakinkan keseimbangan antara input dan output
Aktivitas pengambilan keputusan dilakukan oleh
petani penggarap Peran pengambilan keputusan
dilakukan oleh petani penggarap akan tetapi belum
terorganisasi dalam konteks komunitas.
Aktivitas pengambilan keputusan seperti untuk teknik budidaya
dilakukan oleh petani penggarap yang memiliki kuasa atas lahan,
namun lebih terorganisasi dengan adanya peran koperasi.
Aktivitas pengambilan keputusan dilakukan oleh petani penggarap
yang memiliki kuasa atas lahan dan atau petani pemilik lahan
83
III. Aktivitas Output
A. Penyimpanan setelah panen dan atau setelah prossesing atau
pengolahan Petani menyimpan hasil
panen di lumbung padi komunitas sebagai
cadangan Petani tidak memiliki
lumbung padi namun pemerintah melalui Bulog
menyediakan sarana penyimpanan padi untuk
menjamin ketersediaan pangan nasional
Untuk gabah yang tidak dijual, maka disimpan sendiri oleh petani
di rumah masing-masing. Untuk gabah yang dijual ke koperasi
maka disimpan di koperasi pertama-tama disimpan di lokasi
penjemuran gabah untuk selanjutnya diproses hingga
pengemasan Petani menyimpan hasil panen di
gudang milik sendiri atau disimpan di gudang milik komunitas
B. Pengolahan secara manual dan atau memakai mesin
Petani masih menggunakan cara yang
manual Sebagian besar kegiatan
pengolahan yang dilakukan petani menggunakan mesin
yang dimiliki oleh petani besar
Sebagian besar kegiatan pengolahan yang dilakukan
petani menggunakan mesin yang dikelola oleh koperasi
Petani lebih dominan menggunakan cara yang manual
C. Transportasi untuk prossesing, penyimpanan dan penjualan
Menggunakan sarana transportasi tradisional,
seperti pedati Menggunakan sarana
transportasi modern yang disediakan oleh petani yang
memiliki modal besar Menggunakan sarana
transportasi modern yang disediakan oleh koperasi
Menggunakan sarana transportasi modern
D. Pemasaran seluruhnya dijual dan atau eceran
Tidak bersifat komersial Bersifat komersial dan dijual
ke pasar bebas baik di dalam komunitas maupun di luar
komunitas Koperasi bersama dengan
Lembaga Pertanian Sehat, distributor langsung maupun
tidak langsung Bersifat komersial dengan dijual ke
konsumen langsung agar memperpendek rantai pemasaran
untuk meningkatan margin keuntungan petani
Sumber : Data Primer, 2009
84
P e t a n i P e n g g a r a p d a ri K e l o m p o k L a in d a l a m
s a t u a ta u L u a r K a m p u n g
K o p e r a s i K e lo m p o k T a n i
“ L is u n g K iw a ri ” B u r u h T a n i
T e ta p I n s t a n s i
P e m e r in t a h T e rk a i t
P e m i li k L a h a n T o k o h
M a s y a r a k a t P a k H a z
B a l a i P e n e li ti a n L in g k u n g a n
P e r ta n ia n L e m b a g a P e rt a n i a n
S e h a t P e tu g a s
P e n y u l u h L a p a n g a n P P L
S e la i n L e m b a g a P e r ta n ia n S e h a t
A g e n K o n s u m e n d i
L u a r K o m u n it a s
B u r u h T a n i L e p a s
P e n j e m u r a n G a b a h
P e ta n i P e n g g a ra p
P e n a p ia n B e ra s
P e n g e m a s a n B e ra s S A E
K o n s u m e n d i D a l a m K o m u n i ta s
K o n s u m e n d i L u a r
K o m u n i ta s
P e n g g i li n g a n B e ra s
P e t a n i P e te r n a k
BAB VI KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT