Komponen Keberhasilan Pendidikan Inklusi

32 pendidikan inklusi. Sebagai salah satu komponen keberhasilan, tersedianya sarana prasarana tidak serta merta mudah diperoleh dengan mudah, tetapi membutuhkan kerja keras pemerhati pendidikan untuk mengupayakan fasilitas pendukung yang mendorong peningkatan kualitas anak berkebutuhan khusus Mohammad Takdir Ilahi 2013: 188. Dapat disimpulkan bahwa sarana prasarana hendaknya disesuaikan dengan tuntutan kurikulum atau bahan ajar yang telah dikembangkan. Dalam dunia pendidikan, sarana prasarana berkaitan langsung dengan ruang kelas, perpustakaan, ruang bimbingan, ruang konseling BK, akses jalan, dan ruang multimedia. f. Evaluasi Pembelajaran Menurut Mohammad Takdir 2013: 187 evaluasi pembelajaran bagi peserta didik berarti kegiatan menilai proses dan hasil belajar, baik yang berupa kegiatan kurikuler, ko-kurikuler, maupun ekstrakulikuler. Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan dan prestasi belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan- tujuan yang telah ditetapkan. Proses evaluasi digunakan untuk menilai kepada objek yang dievaluasi sehingga manfaat atau nilai instrinsiknya dapat disampaikan kepada orang lain. 33 Menurut Arif S. Sadiman dalam Mohammad Takdir 2013: 187 ada dua macam evaluasi multimedia yang berkaitan dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus yaitu: 1 Evaluasi Formatif adalah proses mengumpulkan tentang evektifitas bahan-bahan pembelajaran termasuk media dalam pembelajaran. 2 Evaluasi Sumatif adalah menentukan apakah media yang dibuat dapat digunakan dalam situasi tertentu dan untuk menentukan apakah media tersebut benar-benar efektif atau tidak ketika digunakan. Peneliti berpendapat bahwa evaluasi sangat di perlukan dalam proses implementasi kebijakan pendidikan inklusi. Dengan adanya evaluasi akan diketahui apa saja yang perlu diperbaiki dan yang perlu dikembangkan. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusi bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan danatau Bakat Istimewa Pasal 7 dan Pasal 9 bahwa, satuan pendidikan penyelenggaraan pendidikan inklusi menggunakan kulikulum tingkat satuan pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai dengan bakat, dan minatnya. Begitu pula penilaiannya sebagaimana disebutkan dalam pasal Permendikinas tersebut: 1 Penilaian hasil belajar bagi peserta didik pendidikan inklusi mengacu pada jenis kurikulum tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan. 2 Peserta didik yang mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan standar nasional 34 pendidikan atau diatas standar pendidikan nasional wajib mengikuti Ujian Nasional. 3 Peserta didik yang memiliki kelainan dan mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum yang dikembangkan dibawah standar pendidikan mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan. 4 Peserta didik yang menyelesaikan dan lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan mendapatkan ijazah yang blankonya dikeluarkan oleh pemerintah. 5 Peserta didik yang memiliki kelainan yang menyelesaikan pendidikan berdasarkan kurikulum yang dikembangkan oleh satuan pendidikan dibawah standar nasional pendidikan mendapatkan Surat Tanda Tamat Belajar yang blankonya dikeluarkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan. 6 Peserta didik yang memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar dapat melanjutkan pendidikan pada tingkat atau jenjang yang lebih tinggi pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusi atau satuan pendidikan khusus. Dapat diambil kesimpulan bahwa sekolah inklusi wajib membuat dan memodifikasi kurikulum sesuai dengan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus. Khusus untuk siswa berkebutuhan khusus yang mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum standar nasional pendidikan diperbolehkan mengikuti ujian nasional dan mendapatkan surat tanda tamat belajar dan diperbolehkan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

6. Manfaat Pendidikan Inklusi

Dedy Kustawan 2012:13 pendidikan inklusi bermanfaat bagi peserta didik berkebutuhan khusus, peserta didik pada umumnya, pendidik dan tenaga kependidikan, orangtua, pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan sekolah. Dengan adanya pendidikan inklusi bermanfaat untuk semua elemen masyarakat dan semua pihak diharapkan memiliki sikap yang positif, ramah dan tidak mendiskriminasi. Karena 35 anak berkebutuhan khusus atau anak berkelainan adalah bagian dari masyarakat, maka masyarakat selalu berinteraksi atau bertemu dengan mereka. Masyarakat harus memahami dan mengerti dengan kondisi anak berkebutuhan khusus tanpa mengucilkan atau mendiskriminasi termasuk dalam proses pendidikan di sekola inklusi. 7. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar Inklusi a. Pengertian Sekolah Dasar Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1990 tentang pendidikan dasar disebutkan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan sembilan tahun, terdiri atas program pendidikan enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama. Pendidikan sekolah dasar adalah salah satu bentuk satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar enam tahun yang terdiri dari kelas satu, dua, tiga, empat, lima, dan enam. b. Jenis Sekolah Dasar Di Indonesia ada beberapa jenis sekolah dasar SD. Menurut Ibrahim Bafadal 2006: 3-5 jenis-jenis sekolah dasar sebagai berikut: 1 Sekolah Konvensional Sekolah Dasar jenis konvensional adalah sekolah dasar biasa seperti pada umumnya, yang menyelenggarakan pendidikan selama enam tahun, terdiri dari enam kelas, dengan menggunakan sistem guru kelas dan terdapat enam guru kelas 36 yang berada di masing-masing kelas. Selain guru kelas ada guru khusus yaitu guru pendidikan agama, pendidikan jasmani dan kesehatan, satu orang kepala sekolah, dan satu orang pesuruh atau juru kebun. Perbandingan guru dan siswa tiap kelas biasannya 40:1. 2 SD Percobaan Sekolah Dasar percobaan adalah sekolah jenis konvensional yang sistem penyelenggaraannya selama enam tahun sama dengan sekolah konvensional dari segi jumlah guru dan perbandingan guru dan muridnya. Hanya saja yang membedakan dengan sekolah konvensional adalah sekolah percobaan diberikan wewenang untuk melakukan percobaan- percobaan tertentu sesuai dengan namanya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dasar tersebut. Pada akhir tahun 1997 di Indonesia terdapat 20 SD negeri percobaan SDNP. 3 SD Inti Sekolah Dasar inti sama dengan Sekolah Dasar konvensional yang membedakan sekolah inti ini dengan sekolah jenis lainnya adalah sekolah ini ditunjuk sebagai pusat atau centerbagi pengembangan sekolah dasar lain di sekitarnya pada tingkat gugus. Dalam rangka memainkan perannya sebagai pusat pengembangan sekolah dasar di sekitarnya. Sekolah jenis 37 ini dilengkapi dengan satu ruang Kelompok Kerja Guru KKG, dan satu ruang perpustakaan sekolah, dan satu ruang serba guna. Dengan harapan dapat dimanfaatkan dan meningkatkan prestasi sekolah. 4 SD Kecil Sekolah kecil biasanya berada di daerah terpencil dengan sistem pembelajaran yang berbeda dengan sekolah dasar konvensional. Jumlah siswanya paling banyak 60 orang, kelas satu sampai kelas empat dengan dua orang guru kelas dan satu kepala sekolah. Proses belajar mengajar menggunakan modul, penggabungan kelas dan tutor sebaya. Semua ini di kondisikan dengan keadaan daerahnya. 5 SD Satu Guru Sekolah satu guru seperti sekolah kecil yaitu berada di daerah terpencil dengan sistem pembelajaran yang berbeda. Hanya saja pendidikan di sekolah dasar ini maksimal siswa 30 orang, kelas satu sampai kelas empat dengan satu orang guru kelas yang sekaligus merangkap sebagai kepala sekolah. Proses belajar mengajarnya sama dengan sekolah dasar kecil. 6 SD Pamong Sekolah dasar pamong adalah lembaga pendidikan yang diselenggarakan atau diadakan oleh masyarakat, orangtua, dan guru untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi anak putus 38 sekolah dasar atau anak lain dengan berbagai alasan putus sekolah seperti faktor ekonomi, sosial dan lain sebagainya. 7 SD Terpadu Sekolah Dasar terpadu adalah sekolah dasar yang dalam penyelenggaraannya bagi anak normal dan anak berkebutuhan khusus atau anak berkelainan secara bersama-sama dalam proses pembelajaran menggunakan kurkulum sekolah dasar konvensional yang sudah disesuaikan. Sekarang sekolah dasar terpadu sudah tergantikan dan berkembang menjadi sekolah inklusi. c. Komponen di Sekolah Dasar Komponen yang dimiliki sekolah dasar sangat bervariasi, beragam dan berbeda dengan sekolah dasar yang satu dengan yang lainnya. Komponen dalam sekolah dasar adalah input atau masukan yang secara garis besar menurut Ibrahim Bafadal 2006: 6 diklarifikasikan menjaadi lima jenis masukan yaitu: 1 Masukan Sumber Daya Manusia SDM Masukan SDM di sekolah dasar meliputi personel sekolah, misalnya kepala sekolah, guru, dan pesuruh atau juru kebun. Personel sekolah tersebut memiliki peran yang penting dalam proses kemjuan dan prestasi sekolah. 2 Masukan Material