Sarana dan Prasarana Visi dan Misi Sekolah
75
oleh pemerintah pusat yang dijadikan kebijakan pendidikan nasional. Kebijakan pendidikan inklusi menurut SJ selaku kepala sekolah SD PL
yaitu: “Kebijakan adalah keputusan berupa peraturan-peraturan yang
diambil untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan pendidikan inklusi adalah pendidikan untuk semua dimana dalam satu kelas
terdapat siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus untuk belajar. Jadi kebijakan pendidikan inklusi adalah sebuah peraturan
untuk menerima dan mendidik anak berkebutuhan khusus di
sekolah reguler.” SJ11052015. Sedangkan kebijakan pendidikan inklusi menurut L selaku kepala
sekolah SD PJ yaitu: “Kebijakan pendidikan inklusi adalah sebuah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah berupa undang-undang atau
payung hukum tentang sekolah inklusi. Dimana sekolah patuh dan menerapkannya dalam pembelajaran.” T09052015.
Pendidikan inklusi merupakan sebuah konsep pendidikan yang tidak membeda-bedakan latar belakang kehidupan anak karena
keterbatasan fisik atau mental yang dialaminya. Sekolah inklusi menerima anak berkebutuhan khusus kategori ringan dan yang masih
bisa ditangani oleh sekolah. Jika kategori berkebutuhan khusus berat maka lebih tepat di masukan ke sekolah luar biasa atau SLB agar dapat di
tangani intensif sesuai dengan kebutuhannya. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran di kelas inklusi dimana
siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus belajar dalam satu kelas bersama dan membaur. Terkadang siswa berkebutuhan khusus merasa
kesulitan dengan kemampuannya yang terbatas sehingga memerlukan
76
waktu serta perhatian tambahan khusus dalam proses belajar. Walaupun demikian siswa berkebutuhan khusus tidak merasa minder dan malu,
karena teman-temannya
yang normal
tidak begitu
mempermasalahkannya dan memahami kondisi temannya. Sebagaimana yang disampaikan oleh RA selaku guru kelas 1 di SD PJ: “Mereka tidak
membeda-bedakan, mereka bisa menerima seperti anak normal lainnya. Karena saya sering memberikan pengertian dan penjelasan
.” RA08052015.
Ditegaskan oleh SY selaku guru kelas 1 di SD PL sebagai berikut: “Perlakuan siswa normal terhadap siswa berkebutuhan khusus sangat
baik dan welcome. Mereka masih kecil tetapi sudah bisa menghargai satu sama lain. Karena saya selalu menanamkan jiwa kasih sayang kepada
siswa melalui pendekatan emosional.” SY08052015. Dalam satu kelas inklusif tidak dianjurkan melebihi dari tiga anak
berkebutuhan khusus. Agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara kondusif. Sebagaimana disampaikan oleh T kepala sekolah SD PJ:
“Karena pada prinsipnya sekolah inklsui hanya menerima siswa berkebutuhan khusus ringan yang masih bisa ditangani oleh guru di
sekolah. Sehingga tidak mengganggu proses belajar mengajar. Selain itu batas maksimal siswa berkebutuhan khusus di sekolah
inklusi dalam satu kelasnya tidak boleh lebih dari tiga. Karena
dikhawatirkanakan mengganggu siswa lainnya.” T01042015. Kebijakan pendidikan inklusi diimplementasikan ke sekolah yang
sudah memenuhi syarat. Dalam proses implementasi kebijakan pendidikan inklusi, setiap sekolah memiliki cara atau metode
77
sebagaimana yang disampaikan oleh L selaku guru pendamping khusus di SD PJ:
“Dalam penerapannya. Saya sebagai guru pendamping khusus mengikuti instruksi dan aturan dari dinas pendidikan. Seperti
membuat laporan rutin dan lain sebagainya. Selain itu saya bekerjasama dengan sekolah membuat program sekolah inklusi
seperti proses assesmen, pengembangan kurikulum, pembuatan program pembelajaran individu dan sosialisasi sekolah inklusi ke
masyarakat umum dan orangtua siswa.” L09052015. Sedangkan menurut RS selaku guru pendamping khusus dari SD
PL sebagai berikut: “Dalam pembelajarannya. Guru pendamping khusus bekerjasama dengan guru kelas dalam menyederhanakan indikator untuk
siswa berkebutuhan khusus agar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan,
di mana siswa dilakukan assesmen sebelumnya.”
RS11082015. Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan pengumpulan
dokumen. Kabupaten Sleman masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan Kabupaten lain di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam hal
pendidikan inklusi. Seperti halnya laporan triwulan sekolah inklusi yang kurang dihargai oleh UPT kecamatan, anggota DPRD kurang tanggap
dan bersikap kurang sopan ketika sekolah inklusi meminta anggaran untuk pengembangan sekolah inklusi dan lain sebagainya. Sebagaimana
di sampaikan oleh kepala sekolah T dari SD PJ sebagai berikut: “Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman kurang memperhatikan
sekolah inklusi. Contohnya seperti laporan triwulan sekolah inklusi yang tidak dibaca, sikap anggota DPRD yang kurang mengenakan
dan lain sebagainya. Ini menjadi salah satu faktor penyebab sekolah inklusi tertinggal jika dibandingkan dengan Kabupaten-Kabupaten
lain di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejak Daerah Istimewa
78
Yogyakarta mendeklarasikan menjadi Daerah Inklusi, baru ada perhatian sedikit dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman. Itu pun
baru sekedar seminar atau studi banding untuk guru dan kepala sekolah. Sedangkan bantuan lainnya belum. Padahal untuk
melaksanakan program sekolah inklusi membutuhkan bantuan dari segi materi maupun non materi agar program bisa berjalan dengan
maksimal. Karena jika hanya sekolah saja yang memenuhi semua kebutuhan, maka tidak akan tercukupi.
” T17032015.
Kepala sekolah SJ dari SD PL menambahkan: “Implementasi kebijakan pendidikan inklusi sekolah dasar di
Kabupaten Sleman dapat dibilang tertinggal jika dibandingkan dengan Kabupaten-kabupaten lain di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Salah satu faktor penyebabnya adalah tidak adanya bidang khusus Pendidikan Luar Biasa dan kurang perhatiannya Dinas Pendidikan
Kabupaten Sleman. Setelah Daerah Istimewa Yogyakarta mendeklarasikan sebagai Daerah inklusi pada tanggal 12 Desember
2014 di Gor Amongraga Yogyakarta, Dinas Pendidikan Kabupaten
Sleman mulai memperhatikan sekolah inklusi.” SJ17032015 Banyak sekali masukan kritik dan saran dari masyarakat terhadap
Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman. sehingga sekarang mulai diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Sleman. Seperti disediakannya
fasilitas studi banding untuk kepala sekolah inklusi,mulai diperbaiki sarana prasaran sekolah inklusi oleh pemerintah, adanya kunjungan oleh
Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman. Berbeda dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Daerah
Istimewa Yogyakarta yang cukup memperhatikan sekolah inklusi khususnya di Kabupeten Sleman. Banyak sekali kegiatan atau program
dari Bidang Pendidikan Luar Biasa Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta untuk sekolah inklusi seperti
beasiswa, O2SN Olimpiade Olahraga Siswa Nasional untuk ABK,