Analisis Data Stategi Sekolah Untuk Menangani Hambatan Dalam
154
negara. Kebijakan publik yang normal dan wajar adalah kebijakan yang dilakukan melalui proses-proses politik yang normal dan wajar pula dimana
masyarakat ikut terlibat. Seperti yang dituliskan oleh Arif Rohman dalam bukunya Politik Ideologi Pendidikan 2009: 95. Proses politik dalam
perumusan kebijakan sebagai berikut:
1 Akumulasi
Dalam tahap ini banyak sekali kritik masukan dan saran dari masyarakat, pendidik maupun orang tua siswa mengenai keadaan anak
berkebutuhan khusus dalam proses pendidikan di sekolah. Mereka ada yang berpendapat bahwa anak berkebutuhan khusus juga memiliki hak
untuk mengenyam pendidikan di sekolah reguler pada umumnya tanpa adanya diskriminasi sehingga anak berkebutuhan khusus merasa
terpinggirkan, perlu adanya kesamaan hak dalam menuntut ilmu, masyarakat menuntut pemerintah adil dalam masalah pendidikan.
Sehingga perlu adanya tindakan pemerintah pusat khususnya Dinas Pendidikan untuk menyelesaikan permasalahan atau keadaan ini.
2 Artikulasi
Tuntutan dan aspirasi masyarakat mulai mengkrucut mengenai kesamaan hak memperoleh pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus.
Dorongan untuk bisa mengatasi masalah ini menjadikan pemerintah khususnya Dinas Pendidikan merumuskan kebijakan yang dapat
menuntun satuan pendidikan menerapkan sekolah inklusi. Konsep pendidikan sekolah inklusi dimana siswa berkebutuhan khusus bisa
155
bersekolah di sekolah reguler dengan anak normal lainnya dengan syarat sekolah harus menyesuaikan kondisi lingkungan sekolah, sarana
prasarana layanan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus.
3 Akomodasi
Tuntutan akan solusi dari permasalahan hak memperoleh pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus di sekolah reguler begitu
gencar dan mendesak sehingga akhirnya SD N Plaosan 1 dan SD N Pojok menjadi sekolah inklusi setelah memenuhi persyaratan. Dan
didukung oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta dan Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman.
Perumusan program sekolah inklusi di SD N Plaosan dan SD N Pojok mulai dilaksanakan dan diimplementasikan. Setiap sekolah
memiliki cara dan metodenya masing-masing dalam mengembangkan sekolah inklusi tanpa menyalahi aturan yang ada dengan tujuan yang
sama. Dalam
perumusan kebijakan
pendidikan sekolah
inklusi menggunakan Teori Advokasi yang dikenalkan oleh Hudson Arif
Rohman, 2009: 127. Dimana dalam perumusannya lebih mendasarkan pada argumen, logis, dan bernilai. Pemerintah pusat yaitu Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga sangat perlu menyusun kebijakan pendidikan yang bersifat nasional demi kepentingan umum. Yaitu
kebijakan pendidikan inklusi, demi melindungi hak anak berkebutuhan
156
khusus untuk mengenyam pendidikan tanpa diskriminasi. Lembaga- lembaga dan organ-organ pendidikan yang menerapakan pendidikan
inklusi perlu dilindungi dan didukung secara moril dan materil. Selain itu pemerintah juga harus mampu menyeimbangkan kemajuan pendidikan
inklusi antar daerah sehingga dapat mengurangi ketimpangan. Dalam proses implementasi kebijakan sekolah inklusi khususnya di
SD N Plaosan 1 dan SD N Pojok. Peneliti menggunakan teori implementasi kebijakan Merilee S. Grindle dalam memberikan hasil
analisis. Teori Grindle ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho, 2008: 220. Isi
kebijakan mencangkup enam komponen yaitu: 1
Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan Kebijakan pendidikan sekolah inklusi di SD N Plaosan 1 dan
SD N Pojok dilatarbelakangi oleh tujuan pendidikan nasional bangsa Indonesia, dimana bangsa Indonesia menjunjung tinggi kesamaan
hak dalam mengenyam pendidikan bagi semua warga masyarakat tanpa terkecuali. Di lingkungan sekolah SD N Plaosan 1 dan SD N
Pojok Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman, banyak terdapat anak berkebutuhan khusus ringan usia sekolah, sehingga pendidikan
inklusilah yang kemudian menjadi ciri khas dari SD N Plaosan 1 dan SD N Pojok sampai sekarang ini.
2 Jenis manfaat yang akan dihasilkan
157
Dengan adanya sekolah inklusi SD N Plaosan 1 dan SD N Pojok diharapkan menjadi alternatif pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus kategori ringan di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah mengharapkan
lulusan khususnya anak berkebutuhan khusus bisa bangkit dan memiliki semangat baru untuk melanjutkan ke sekolah reguler atau
sekolah inklusi di jenjang pendidikan selanjutnya. Selain itu lulusan memiliki keterampilan dan karakter yang baik.
3 Derajad perubahan yang diinginkan
Siswa yang bersekolah di SD N Plaosan 1 dan SD N Pojok memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Perbedaan itulah yang
membuat siswa bangkit dan semangat dalam diri siswa dimana saling menghormati satu sama lain dengan kondisi yang berbeda
menjadi point utama. Sehingga misi sekolah tercapai yaitu melayani anak berkebutuhan khusus sesuai kemampuan sekolah dan anak
berkebutuhan khusus dapat mengikuti pembelajaran yang optimal sesuai dengan kebutuhannya.
4 Kedudukan pembuat kebijakan
Keterlibatan pihak sekolah maupun pihak luar sekolah yang memiliki kedudukan yang berbeda-beda tetapi memiliki tujuan yang
sama dalam rangka penentuan program-program sekolah inklusi merupakan salah satu bentuk kepedulian terhadap nasib anak