Islam atau tidak. Petue untuk meneliti, merencanakan, mengevaluasi dan mencari jalan pemecahan masalah yang dihadapi rakyat. Rayat menyalurkan aspirasi rakyat
serta merumuskannya dalam penyelesaian masalah dan program pembangunan sesuai dengan kepentingan rakyat Syukri, 2006:130-135.
2.4 Kajian Yang Relevan
Kajian tentang ideologi berikut ini dilakukan oleh Sinulingga 2008 dengan fokus kajian “Ideologi Erdemubayu Perkawinan Batak Karo: Kajian Semiotika
Sosial”. Kajian yang dilakukan oleh Sinulingga 2008 ada persamaan dengan kajian yang akan dilakukan oleh penulis yakni dari sudut pandang ideologi sebagai kerangka
analisis data. Relevansi lain adalah sama-sama mengkaji ideologi dalam konteks perkawinan Erdemubayu, dan sumber data yang sama dari suatu teks tertulis.
Perbedaannya adalah Sinulingga menggunakan teori Deskriptif, sedangkan penulis sendiri akan menggunakan teori LFS. Adapun hasil kajian sinulingga tersebut
dimana makna ideologi bersifat atau mengacu pada kekuatan power yang terletak pada kelompok partisipan atau kalimbubu. Kajian Sinulingga tersebut memberikan
kontribusi yang positif terhadap penelitian ini yakni dalam ikhwal penerapan ideologi sebagai kerangka berfikir analitis, serta dapat dijadikan sebagai data pembanding
dalam ikhwal ideologi adat perkawinan Batak Karo dan ideologi upacara melengkan dalam adat perkawinan masyarakat Gayo Takengon.
Selanjutnya yang berkaitan dengan kepustakaan mengenai adat upacara perkawinan diantaranya adalah Makna Antar Persona Dalam Teks Upacara
Perkawinan Pada Masyarakat Karo Tesis S2, 2007 oleh Herlina Sekolah
Universitas Sumatera Utara
Pascasarjana Linguistik USU. Kajian yang dilakukan oleh Herlina ada relevansinya dengan kajian yang dilakukan oleh penulis yakni dalam ikhwal upacara perkawinan
pada masyarakat Karo dengan upacara melengkan pada adat perkawinan masyarakat Gayo Takengon. Relevansi lainnya adalah tentang penggunaan kerangka teori yang
sama, yaitu teori Linguistik Fungsional Sistemik LFS yang dikembangkan oleh Halliday 1992 dan 2004. Adapun perbedaannya adalah Herlina dalam kajiannya
tidak menggunakan ideologi sebagai landasan analisis data., sedangkan penulis sendiri menggunakan ideologi sebagai kerangka analisis data. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Herlina dalam teks upacara perkawinan pada masyarakat Karo yang dikaitkan dengan makna antar persona cenderung direalisasikan dalam modus
deklaratif, introgatif, dan imperatif. Berikut ini juga berkenaan dengan kajian tentang adat perkawinan yang dikaji
oleh Sianipar 2001. Dalam kajiannya Sianipar ada relevansinya dengan penelitian yang di lakukan oleh penulis yaitu dari sudut pandang adat perkawinan masyarakat
Batak Toba dengan adat upacara melengkan perkawinan masyarakat Gayo Takengon. Relevansi lainnya adalah menggunakan teks tertulis sebagai sumber data. Adapun
perbedaannya adalah Sianipar tidak menggunakan ideologi sebagai kerangka atau landasan analisis data, sedangkan penulis menggunakan ideologi sebagai kerangka
analisis dalam kajian. Perbedaan lain ialah Sianipar menggunakan kerangka teori penelitian dalam perspektif sosiolinguistik, sedangkan penulis menggunakan
kerangka teori Linguistik Fungsional Sistemik LFS. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sianipar menunjukkan ada keterkaitan yang signifikan antara ragam-ragam
bahasa dengan peran penutur dalam acara adat perkawinan masyarakat Batak Toba di
Universitas Sumatera Utara
Medan. Peran penutur dalam arti hula-hula, boru dan dongan sabutuha. Kajian yang di lakukan Sianipar tentang adat perkawinan masyarakat Batak Toba di Medan dapat
dijadikan sebagai data pembanding dan konstribusi dalam ikhwal sistem adat perkawinan atau budaya yang berbeda.
2.5 Kerangka Teori