teks 33 menggambarkan makna antarpersona mengacu pada kesepakatan bersama secara sosial serta aturan dalam adat.
4.1.2.3.2 Modus Introgatif
Bentuk kalimat pertanyaan yang digunakan oleh pemelengkan dalam konteks sosial dalam teks upacara melengkan dapat diuraikan dalam teks berikut:
34 Enta kune gelah urum-urum kite muningetne….? L.II.178
“Jadi bagaimana sama-sama kita mengingatkannya”.
35 Gere ke ara mutungkur urum mutingki? L.II.53
“Tidakkah ada suatu halangan atau gangguan?”
Teks 34 dan 35 merupakan bentuk pertanyaan introgatif digunakan oleh penutur BG pemelengkan dalam posisi bertanya sebagai pemberi informasi dari pihak
calon pengantin laki-laki Aman Mayak sebagai penerima informasi. Dapat di interpretasi bahwa teks 34 secara semiotik sosial mengacu pada makna antarpersona
diekspresikan dalam konteks sosial urum-urum sama-sama, dan teks 35 adalah ungkapan yang bersifat introgatif dikodekan dengan ekspresi antarpersona mutungku
halangan dan mutingki gangguan. 4.1.2.3.3 Modus Imperatif
Bentuk kalimat perintah yang digunakan oleh pemelengkan dalam konteks sosial dalam teks upacara melengkan dapat diuraikan dalam teks berikut:
36 Tali si opat beluh tulu taring sara, I tunung edet, kati sah
kerje mengerje i jemen pudaha L.II.45
Universitas Sumatera Utara
“Tali yang empat sudah pergi tinggal satu, diikuti adat supaya syah dalam perkawinan begitu ungkapan pada jamanmasa dulu”
37 Ike mujurah enti munyintak, becerak enti sergak L.II.62
“Kalau sudah diberikan jangan diminta lagi, bertutur katalah dengan sopan”
38 Reje… gelah kusisun kire pora ike bedalil ku edette simale kin biakte ni
DHG 131 “Raja… biar saya bisikkan sedikit, kalau musyawarah harus
kembali ke adat”
Bentuk kalimat perintah 36, 37 dan 38 merupakan ungkapan yang bersifat perintah digunakan dalam teks upacara melengkan direalisasikan dalam
makna antarpersona untuk menginterpretasi makna antarpersona yang disampaikan oleh pemelengkan dari pihak laki-laki Aman Mayak sebagai pemberi informasi dan
pihak calon pengantin perempuan Inen Mayak calon pengantin sebagai penerima informasi dalam interaksi sosial.
4.1.2.3.4 Tawaran offer
Bentuk kalimat tawaran yang digunakan oleh pemelengkan dalam konteks sosial dalam teks upacara melengkan dapat diuraikan dalam teks berikut:
39 Kami titi tali alus sigere metus, kami tunung dene rinti si
lurus L.III.8 “Biar kami meniti tali yang tidak putus dan kami ikuti jalan
dirintis dengan lurus”
Universitas Sumatera Utara
40 Gelah mi bang urum-urum kite muningetne L.II.97
“Biarlah kami bersama-sama mengingatkannya”
Bentuk kalimat tawaran 39, dan 40 merupakan ungkapan yang bersifat menawarkan digunakan dalam teks upacara melengkan direalisasikan dalam makna
antarpersona untuk menginterpretasi makna antarpersona yang disampaikan oleh pemelengkan dari pihak laki-laki Aman Mayak sebagai pemberi informasi dan pihak
calon pengantin perempuan Inen Mayak calon pengantin sebagai penerima informasi dalam interaksi sosial.
Tabel 4.6: Makna Antarpersona Ideologi Sosial Dalam Teks Upacara
Melengkan
No Semantik Arti Protoaksi
Tata Bahasa Lexicogrammar Modus
Jumlah Klausa Persentase
1 2
3 4
Pernyataan Pertanyaan
Perintah Tawaran
Jumlah Deklaratif
Introgatif Imperatif
- 5 41
2 17 3 25
2 17 12 100
Tabel 4.6 menunjukkan dimana keempat protoaksi yang ditemukan sebagai aksi awal dari penutur bahasa Gayo dalam interaksi sosial dalam teks upacara
melengkan. Keempat protoaksi tersebut merupakan realisasi makna atau fungsi antarpersona ideologi pada tingkat semantik. Protoaksi tersebut direalisasikan oleh
Universitas Sumatera Utara
modus pada tingkat tata bahasa Lexicogrammar yang terdiri dari modus deklaratif 5 41 , modus introgatif 2 17, modus imperatif 3 25, dan tawaran 2 17.
4.1.3 Implikasi Ideologi Direalisasikan dalam Bahasa Gayo
Pada bagian ini dideskripsikan implikasi ideologi dalam bahasa Gayo sebagai jawaban dari rumusan masalah ketiga dalam penelitian ini. Yang dimaksud dengan
implikasi dalam penelitian ini adalah dampak outcome dari ketiga jenis ideologi agama, demoksasi, dan sosial yang terhadap dalam teks upacara melengkan
terhadap pemakaian bahasa Gayo. Dengan kata lain ketiga jenis ideologi tersebut berimplikasi terhadap penggunaan bahasa Gayo
4.1.3.1 Implikasi Makna Ideologi Agama
Pada umumnya masyarakat Gayo menganut Agama Islam, dan mejadikan bahasa Gayo sebagai alat perhubungan dalam setiap sendi kehidupan. Bahasa Gayo
yang di gunakan dalam teks upacara melengkan perkawinan selalu dikaitkan atau direalisasikan pada ajaran Agama Islam sebagai landasan vertikal terhadap Allah
SWT, serta selalu berselawat kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Hal ini berimplikasi positif terhadap masyarakat Gayo Takengon Aceh Tengah dimana dalam
teks upacara melengkan terdapat penggunaan bahasa Gayo yang selalu diikuti dengan rangkaian ungkapan Islami.
Implikasi unsur makna ideologi yang terkandung dalam teks upacara melengkan selalu mengacu pada modus pernyataan deklaratif yang bersifat religius
dimana pemelengkan menggunakan bahasa Gayo sebagai interaksi sosial. Sebagai contoh bahasa Gayo direalisasikan dalam teks upacara melengkan, yang mengacu
Universitas Sumatera Utara