Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi

Menurut teori pertumbuhan klasik yang dikemukakan oleh Adam Smith 1776 menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan penduduk. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan perluasan pasar akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian. Selanjutnya spesialisasi akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga meningkatkan upah dan keuntungan. Dengan demikian, proses pertumbuhan akan berlangsung sampai seluruh sumberdaya termanfaatkan. Namun teori dari Adam Smith ini kemudian ditentang oleh David Ricardo 1917, menurutnya perkembangan penduduk yang berjalan cepat pada akhirnya akan menurunkan kembali tingkat pertumbuhan ekonomi ke taraf yang rendah. Kemudian teori pertumbuhan ekonomi dikembangkan oleh Keynes, yang menyatakan bahwa untuk menjamin pertumbuhan yang stabil pemerintah perlu menerapkan kebijakan fiskal perpajakan dan belanja pemerintah, kebijakan moneter tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar, dan pengawasan langsung. Sedangkan menurut teori Schumpter, pertumbuhan ekonomi adalah proses peningkatan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi yang berjalan secara siklikal. Pembaruan-pembaruan yang dilakukan oleh para pengusaha berperan dalam peningkatan kegiatan ekonomi. Dalam proses siklikal tersebut, tingkat Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer keseimbangan yang baru akan selalu berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada tingkat keseimbangan sebelumnya. Menurut Rostow dalam Deliarnov 2005, proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan dalam lima tahap yaitu : 1 Tahap tradisional statis, yang dicirikan oleh keadaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang masih sangat rendah dan belum berpengaruh terhadap kehidupan. Selain itu perekonomian pun masih didominasi sektor pertanian perdesaan. Struktur sosial politik masih bersifat kaku. 2 Tahap transisi pra take- off yang dicirikan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang mulai berkembang, produktivitas yang meningkat dan industri yang makin berkembang. Tenaga kerja pun mulai beralih dari sektor pertanian ke sektor industri, pertumbuhan tinggi, kaum pedagang bermunculan, dan struktur sosial-politik yang makin membaik. 3 Tahap lepas landas, yang dicirikan oleh keadaan suatu hambatan- hambatan sosial politik yang umumnya dapat diatasi, tingkat kebudayaan dan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin maju, investasi dan pertumbuhan tetap tinggi, dan mulai terjadi ekspansi perdagangan ke luar negeri. 4 Tahap dewasa maturing stage , dicirikan oleh masyarakat yang makin dewasa, dapat menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi sepenuhnya. Terjadi perubahan komposisi angkatan kerja dimana jumlah tenaga skilled lebih banyak dari pada unskilled. Serikat dagang dan gerakan buruh semakin maju dan berperan, dan tingginya pendapatan per kapita. Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer 5 Tahap konsumsi massa mass consumption yang merupakan tahap akhir dimana masyarakat serba kecukupan, kehidupan dirasakan aman tentram, dan laju pertumbuhan penduduk semakin rendah. Teori pattern of development oleh Chenery 1975 dalam Tambunan 2001 mengidentifikasi bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat per kapita yang membawa perubahan dalam pola permintaan konsumen dari penekanan pada makanan dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya ke berbagai macam barang-barang manufaktur dan jasa, akumulasi kapital fisik dan sumberdaya manusia. Perkembangan kota-kota dan industri-industri di perkotaan bersamaan dengan proses migrasi penduduk dari perdesaan ke perkotaan, dan penurunan laju pertumbuhan penduduk dan family size yang semakin kecil. Struktur perekonomian suatu negara bergeser dari yang semula didominasi oleh sektor pertanian dan atau sektor pertambangan menuju ke sektor- sektor nonprimer, khususnya industri. Syarat utama bagi pembangunan ekonomi adalah bahwa proses pertumbuhannya harus bertumpu pada kemampuan perekonomian di dalam negeri. Hasrat untuk memperbaiki nasib dan prakarsa untuk menciptakan kemajuan material harus muncul dari warga masyarakatnya sendiri dan tidak dapat dipengaruhi atau diidentifikasi oleh daerah luar Jhingan, 2002.

2.2. Definisi Sektor Unggulan