Alat Penelitian Tata Cara Analisis Hasil

46 sampai saat injeksi karagenin, yang mampu menurunkan edema secara berarti.

i. Penentuan dosis jus buah belimbing

Dalam penelitian ini, jus buah belimbing dibuat dalam tiga peringkat dosis yaitu, 1,67; 3,34; 6,67 gkg BB. Hal ini didasarkan pada hasil penetapan konsentrasi terpekat jus yang masih dapat dihisap dan dikeluarkan dengan lancar oleh spuit injeksi peroral. Penetapan awal dimulai dengan konsentrasi 100, kemudian secara bertahap diturunkan hingga didapatkan konsentrasi optimal, yaitu 20 0,2 gmL. Selanjutnya dilakukan perhitungan dosis jus buah belimbing yang diuraikan sebagai berikut: D × BB = C × V Keterangan: D = dosis mgkg BB = berat badan g C = konsentrasi gml V = volume D = C × V BB D = 0,2 gmL × 1mL 30g D = 6,67 × 10 mgkg BB D = 6,67 gkg BB → Dosis III Peringkat dosis dalam penelitian: Dosis III : 6,67 gkg BB 47 Dosis II : × 6,67 gkg = 3,34 gkg BB Dosis I : × 3,34 gkg = 1,67 gkg BB

j. Uji efek antiinflamasi

Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah 30 ekor mencit yang dibagi secara acak menjadi 6 kelompok, sebagai berikut: Kelompok I : kontrol negatif karagenin 1 Kelompok II : kontrol negatif aquadest Kelompok III : kontrol positif diklofenak secara peroral dengan dosis 4,48 mgkg BB Kelompok IV : perlakuan jus belimbing dengan dosis 1,67 gkg BB Kelompok V : perlakuan jus belimbing dengan dosis 3,34 gkg BB Kelompok VI : perlakuan jus belimbing dengan dosis 6,67 gkg BB Setelah hewan uji dikelompokkan dan diberi perlakuan secara peroral, 15 menit kemudian diinjeksi dengan larutan karagenin 1 secara subplantar pada kaki kiri, sementara kaki kanan disuntik dengan spuit tanpa larutan karagenin. Tiga jam kemudian, masing-masing kaki mencit diukur diameter telapak kakinya dengan menggunakan jangka sorong.

k. Perhitungan daya antiinflamasi

Metode Langford dkk. 1972 yang telah dimodifikasi digunakan untuk mengetahui efek anti inflamasi, yang dihitung dalam persen efek anti inflamasi dengan rumus sebagai berikut : 48 daya Antiin lamasi = U − D U × 100 Keterangan : U = nilai rata-rata berat kelompok karagenin kaki kiri dikurangi rata-rata berat kaki normal kaki kanan D = nilai rata-rata berat kaki kelompok perlakuan kaki kiri dikurangi rata-rata berat kaki normal kaki kanan

l. Perhitungan potensi relatif antiinflamasi terhadap kontrol positif

Potensi relatif = daya antiin lamasi sediaan uji daya antiin lamasi diklofenak x 100

2. Penelitian efek analgesik a. Pengumpulan bahan penelitian

Bahan uji yang berupa buah belimbing yang diperoleh dari supermarket Superindo Belimbing Bali, dengan kriteria pemilihan sebagai berikut: 1 berwarna kuning kecoklatan; 2 berdiameter tengah ± 5,5 cm; 3 memiliki panjang ± 14 cm; dan 4 memiliki berat ± 250 gram. Bahan kimia yang digunakan, yaitu: CMC Na Dai-Ichi Seiyaku Co.,Ltd, etanol, aquadest, parasetamol Brataco Chemika dan asam asetat diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 49

b. Pembuatan asam asetat 1

Larutan asam asetat dibuat dengan cara pengenceran dari larutan asam asetat glasial 100 vv dengan volume pengambilan dihitung dengan menggunakan rumus: volume 1 x konsentrasi 1 = volume 2 x konsentrasi 2 Sebanyak 0,25 mL asam asetat glasial 100 diencerkan dengan aquadest hingga volume 25,00 mL menggunakan labu ukur 25 mL.

c. Pembuatan larutan CMC Na 1

Larutan CMC Na 1 dibuat dengan cara menimbang dengan seksama 1 gram serbuk CMC Na kemudian ditaburkan di atas permukaan air panas sedikit demi sedikit sehingga seluruhnya menutupi bagian atas permukaan air secara merata, lalu biarkan mengembang semalam. Pada hari berikutnya, larutan yang terbentuk diaduk kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan tambahkan aquadest hingga tanda batas 100 mL, kemudian gojog.

d. Pembuatan suspensi parasetamol 0,3 dalam CMC Na 1

Parasetamol yang akan digunakan sebagai kotrol positif dibuat dengan menimbang secara seksama sejumlah parasetamol dan disuspensikan dalam larutan CMC Na 1 sesuai dengan volume yang akan dibuat. 50

e. Seleksi hewan uji

Hewan uji yang digunakan adalah mencit putih betina galur Swiss, yang berumur 2-3 bulan, dengan berat badan 20-30 gram. Semua hewan uji sebelum diberi perlakuan, diadaptasikan terlebih dahulu selama satu minggu dengan kondisi yang sama, yaitu dipelihara dengan kondisi dan perlakuan yang sama meliputi kandang, pakan dan minum. Dan sebelum hari pengujian, hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama 18-24 jam dengan cara tidak diberi makan, tetapi tetap diberikan minum. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi variasi akibat adanya asupan makanan.

f. Penetapan dosis asam asetat

Penetapan dosis asetat dilakukan dengan tujuan untuk menentukan dosis yang menghasilkan jumlah geliat yang tidak terlalu sedikit sehingga sampel tidak dapat mengukur analgetik yang lemah, subyek uji masih dapat memberikan respon, namun juga tidak terlalu banyak sehingga memudahkan dalam pengamatan. Untuk penetapan ini digunakan empat dosis, yaitu 25; 50; 75; dan 100 mgkg BB.

g. Penetapan dosis parasetamol

Dalam penelitian ini, parasetamol digunakan sebagai kontrol positif. Dosis parasetamol dalam sekali pemberian, yaitu 325-600 mg Lacy, Amstrong, Goldman, Lance, 2006. Diasumsikan bahwa dosis 51 parasetamol yang lazim digunakan pada orang dewasa 50 kg adalah 0,5 gram. Kemudian dosis tersebut dikonversikan ke mencit 20 g, dengan perhitungan sebagai berikut: Dosis untuk manusia 70 kg Dosis = × 0,5 g = 0,7 g70 kg BB manusia Konversi dosis ke mencit 20 g Dosis = 0,7g × 0,0026 = 1,82 × 10 g20g BB mencit Maka dosis parasetamol yang digunakan adalah: × 1,82 × 10 g20g = 0,091 gkg BB = 91,00 mgkg BB. Kemudian dibuat 3 peringkat dosis untuk ditetapkan manakah yang paling efektif dalam menghambat rasa nyeri, yaitu 68,25; 91,00; 113,75 mgkg BB. Dari hasil penetapan diketahui bahwa dosis 91,00 mgkg BB secara signifikan dapat menghambat rasa nyeri dibandingkan 2 dosis lainnya sehingga dosis 91,00 mgkg BB yang kemudian dipakai dalam penelitian.

h. Penetapan rentang waktu pemberian rangsang geliat

Penetapan waktu pemberian rangsang nyeri diperlukan untuk mengetahui rentang waktu yang paling efektif antara waktu pemberian obat atau senyawa uji dengan waktu penyuntikan asam asetat secara intraperitoneal pada hewan uji. Rentang waktu yang diujikan adalah 5, 10, dan 15 menit. Sebanyak 9 ekor hewan uji, yang telah dipuasakan 18- 24 jam dibagi ke dalam 3 kelompok. Hewan uji diberikan parasetamol 91 52 mgkg secara peroral 5, 10, dan 15 menit sebelum dilakukan injeksi dengan asam asetat yang diperoleh dari penetapan sebelumnya, yaitu 25 mgkg BB.

i. Uji efek analgesik

Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah 25 ekor mencit yang dibagi menjadi 5 kelompok secara acak, sebagai berikut: Kelompok I : kontrol negatif aquadest 25 mgkg BB Kelompok II : kontrol positif suspensi parasetamol secara peroral dengan dosis 91 mgkg BB Kelompok III : perlakuan jus belimbing dengan dosis 1,67 gkg BB Kelompok IV : perlakuan jus belimbing dengan dosis 3,34 gkg BB Kelompok V : perlakuan jus belimbing dengan dosis 6,67 gkg BB Setelah hewan uji dikelompokkan dan diberi perlakuan secara peroral, 15 menit kemudian diinjeksi dengan larutan asam asetat 1 secara intraperitoneal. Segera setelah itu, diamati geliat yang muncul tiap 5 menit selama total waktu pengamatan 60 menit.

j. Perhitungan proteksi geliat

Besarnya penghambatan jumlah geliat dihitung dengan persamaan Handerson dan Forsaith yaitu : proteksi geliat = 100 − P K × 100 Keterangan : P = jumlah kumulatif geliat hewan uji setelah pemberian obat yang ditetapkan 53 K = jumlah kumulatif geliat hewan uji kontrol

k. Perhitungan perubahan penghambatan geliat terhadap kontrol positif

perubahan penghambatan rangsang = P − Kp Kp × 100 Keterangan : P = daya analgesik pada tiap kelompok perlakuan K = rata-rata daya analgesik pada kelompok kontrol positif

F. Tata Cara Analisis Hasil

Hasil olahan data yang berupa daya antiinflamasi dan daya analgesik selanjutnya akan diuji secara statistik untuk mengetahui apakah besar daya antiinflamasi dan antiinflamasi jus buah belimbing tersebut berbeda bermakna atau tidak jika dibandingkan dengan kontrol negatif dan kontrol positif. Langkah awal dalam analisis adalah dengan melakukan uji statistik non parametris dengan metode Kolmogorov-Smirnov dimana akan diketahui apakah data yang didapat terdistribusi normal atau tidak. Jika data terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan ANOVA dengan taraf kepercayaan 95. ANOVA digunakan karena dalam penelitian ini dikehendaki perbandingan rata-rata lebih dari dua kelompok, sehingga akan lebih efektif dibanding menggunakan uji T Student’s test. ANOVA adalah anonim dari analisis varian yang merupakan terjemahan dari analysis of variance. ANOVA merupakan metode analisis komparatif perbandingan lebih dari dua rata-rata. Tujuan dari uji ANOVA 54 satu arah adalah untuk membandingkan lebih dari dua rata-rata. Sedangkan gunanya untuk mengetahui apakah ada beda bermakna antar kelompok satu dengan lainnya. Dikatakan berbeda bermakna jika nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 p ≤ 0,05. Jika p 0,05 maka dikatakan berbeda tidak bermakna. Kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat letak perbedaan antar kelompok bermakna signifikan p ≤ 0,05. Apabila hasil ANOVA secara statistika berbeda tidak bermakna p 0,05, maka uji lanjutan tidak perlu dilakukan. 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman

Pada penelitian ini digunakan jus buah yang didapatkan dari buah belimbing yang dipotong melintang kemudian ditambahkan air dan di jus menggunakan blender merk Phillips. Buah belimbing yang akan digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu dideterminasi untuk memastikan bahwa yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah benar-benar buah belimbing Averrhoa carambola L.. Determinasi dilakukan oleh bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Berdasarkan hasil determinasi yang dilakukan, diketahui bahwa sampel yang digunakan dalam pembuatan jus buah belimbing adalah benar-benar bagian dari tumbuhan belimbing Averrhoa carambola L..

B. Penelitian Efek dan Daya Antiinflamasi 1. Uji Pendahuluan

Uji pendahuluan atau orientasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk memvalidasi metode. Sehingga nantinya hasil penelitian yang didapat mampu memberi gambaran yang sebenarnya tentang kemampuan sekaligus besar daya antiinflamasi dan atau daya analgesik pada jus buah belimbing JBB yang diujikan pada mencit putih betina. 56 a. Orientasi rentang waktu pengukuran edema setelah injeksi karagenin 1 secara subplantar Tujuan dari orientasi ini adalah untuk mengetahui waktu yang optimum untuk dilakukannya pengukuran edema setelah injeksi karagenin 1. Alasan pemilihan karagenin sebagai zat penginduksi edema, antara lain: karagenin merupakan salah satu iritan yang sering digunakan dalam prediksi efektivitas potensial terapeutik dari obat-obat antiinflamasi dan dalam penggunaannya tidak membutuhkan perlakuan khusus. Hasil orientasi waktu pengukuran edema pada kaki mencit setelah injeksi karagenin 1 subplantar dapat dilihat pada gambar 7. Gambar 7. Data edema yang terjadi pada kaki mencit pada rentang waktu tertentu setelah injeksi karagenin 1 subplantar : standard error 57 Data hasil orientasi tersebut kemudian dianalisis statistik nonparametrik dengan menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui distribusi data tersebut. Dari analisis Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa data orientasi waktu pengukuran edema setelah injeksi karagenin 1 memiliki distribusi normal. Selanjutnya dilakukan analisis statistik parametrik dengan menggunakan ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95. Dari hasil analisis variansi terdapat beda bermakna dengan nilai probabilitas 0,000 p ≤ 0,05 antar kelompok perlakuan yaitu beda rentang waktu pengukuran edema. Selanjutnya data diuji dengan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95 untuk mengetahui letak perbedaan antar kelompok perlakuan. Tabel I. Hasil analisis uji Scheffe antar kelompok rentang waktu pengukuran edema pada kaki mencit setelah injeksi karagenin 1 Keterangan: bb : berbeda bermakna p ≤ 0,05 btb : berbeda tidak bermakna p 0,05 pengukuran edema dilakukan dengan variansi jam ke 1, 2, 3, dan 4 setelah injeksi karagenin 1 subplantar Dari uji Scheffe tabel I dapat diketahui bahwa pengukuran edema yang dilakukan 3 jam setelah injeksi karagenin berbeda bermakna terhadap kelompok Kelompok perlakuan 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam 1 jam btb bb btb 2 jam btb bb btb 3 jam bb bb bb 4 jam btb btb bb 58 perlakuan 1, 2, dan 4 jam. Hal tersebut menunjukkan bahwa edema yang terjadi setelah rentang waktu 3 jam secara bermakna lebih besar dibandingkan dengan ketiga kelimpok perlakuan lainnya. Oleh karena itu, pada langkah penelitian selanjutnya akan digunakan rentang waktu pengukuran edema 3 jam setelah dilakukan injeksi karagenin 1. b. Orientasi dosis efektif kalium diklofenak Kalium diklofenak merupakan kontrol positif dalam penelitian ini, yang dayanya akan dibandingkan dengan jus buah belimbing yang efeknya sebagai antiinflamasi belum diketahui. Diklofenak dipilih sebagai kontrol positif untuk mewakili obat antiinflamasi non steroid AINS. Tujuan dari orientasi dosis efektif diklofenak adalah untuk menentukkan dosis diklofenak yang paling efektif sebagai antiinflamasi bagi mencit dalam penelitian ini. Gambar 8. Data hasil orientasi dosis efektif diklofenak : standard error 59 Data bobot edema kemudian dianalsis dengan ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95. Berdasarkan hasil analisis statistik, diketahui bahwa antar kelompok perlakuan berbeda bermakna, hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas 0,001 p ≤ 0,05. Sehingga analisis data dilanjutkan dengan uji Scheffe. Tabel II. Hasil analisis uji Scheffe antar kelompok dosis diklofenak Kelompok perlakuan 1 2 3 1 bb bb 2 bb bb 3 bb bb Keterangan: bb : berbeda bermakna p ≤ 0,05 Kelompok 1 : Dosis diklofenak 3,36 mgkg BB Kelompok 2 : Dosis diklofenak 4,48 mgkg BB Kelompok 3 : Dosis diklofenak 5,60 mgkg BB Dari hasil uji Scheffe pada tabel II dapat diketahui bahwa antar semua kelompok berbeda bermakna. Pada gambar 8, dapat dilihat bahwa pada dosis 4,48 mgkg BB, rata-rata edema yang terjadi pada kaki mencit, ukurannya paling kecil jika dibanding dengan rata-rata edema pada dosis 3,36 mgkg BB dan 5,6 mgkg BB. Berdasarkan kedua pernyataan tersebut, maka untuk langkah penelitian selanjutnya digunakan dosis diklofenak 4,48 mgkg BB sebagai dosis efektif untuk kontrol positif.