52
mgkg secara peroral 5, 10, dan 15 menit sebelum dilakukan injeksi dengan asam asetat yang diperoleh dari penetapan sebelumnya, yaitu 25
mgkg BB.
i. Uji efek analgesik
Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah 25 ekor mencit yang dibagi menjadi 5 kelompok secara acak, sebagai berikut:
Kelompok I : kontrol negatif aquadest 25 mgkg BB
Kelompok II : kontrol positif suspensi parasetamol secara peroral
dengan dosis 91 mgkg BB Kelompok III
: perlakuan jus belimbing dengan dosis 1,67 gkg BB Kelompok IV
: perlakuan jus belimbing dengan dosis 3,34 gkg BB Kelompok V
: perlakuan jus belimbing dengan dosis 6,67 gkg BB Setelah hewan uji dikelompokkan dan diberi perlakuan secara
peroral, 15 menit kemudian diinjeksi dengan larutan asam asetat 1 secara intraperitoneal. Segera setelah itu, diamati geliat yang muncul tiap
5 menit selama total waktu pengamatan 60 menit.
j. Perhitungan proteksi geliat
Besarnya penghambatan jumlah geliat dihitung dengan persamaan Handerson dan Forsaith yaitu :
proteksi geliat = 100 −
P K
× 100 Keterangan :
P = jumlah kumulatif geliat hewan uji setelah pemberian obat yang
ditetapkan
53
K = jumlah kumulatif geliat hewan uji kontrol
k. Perhitungan perubahan penghambatan geliat terhadap kontrol positif
perubahan penghambatan rangsang = P
− Kp Kp
× 100 Keterangan :
P = daya analgesik pada tiap kelompok perlakuan
K = rata-rata daya analgesik pada kelompok kontrol positif
F. Tata Cara Analisis Hasil
Hasil olahan data yang berupa daya antiinflamasi dan daya analgesik selanjutnya akan diuji secara statistik untuk mengetahui apakah
besar daya antiinflamasi dan antiinflamasi jus buah belimbing tersebut berbeda bermakna atau tidak jika dibandingkan dengan kontrol negatif dan
kontrol positif. Langkah awal dalam analisis adalah dengan melakukan uji statistik non parametris dengan metode Kolmogorov-Smirnov dimana akan
diketahui apakah data yang didapat terdistribusi normal atau tidak. Jika data terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan ANOVA
dengan taraf kepercayaan 95. ANOVA digunakan karena dalam penelitian ini dikehendaki perbandingan rata-rata lebih dari dua kelompok, sehingga
akan lebih efektif dibanding menggunakan uji T Student’s test. ANOVA adalah anonim dari analisis varian yang merupakan
terjemahan dari analysis of variance. ANOVA merupakan metode analisis komparatif perbandingan lebih dari dua rata-rata. Tujuan dari uji ANOVA
54
satu arah adalah untuk membandingkan lebih dari dua rata-rata. Sedangkan gunanya untuk mengetahui apakah ada beda bermakna antar kelompok satu
dengan lainnya. Dikatakan berbeda bermakna jika nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 p
≤ 0,05. Jika p 0,05 maka dikatakan berbeda tidak bermakna.
Kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat letak perbedaan antar kelompok bermakna signifikan p
≤ 0,05. Apabila hasil ANOVA secara statistika berbeda tidak bermakna p 0,05, maka uji
lanjutan tidak perlu dilakukan.
55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
Pada penelitian ini digunakan jus buah yang didapatkan dari buah belimbing yang dipotong melintang kemudian ditambahkan air dan di jus menggunakan blender
merk Phillips. Buah belimbing yang akan digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu dideterminasi untuk memastikan bahwa yang digunakan sebagai sampel
dalam penelitian ini adalah benar-benar buah belimbing Averrhoa carambola L.. Determinasi dilakukan oleh bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada. Berdasarkan hasil determinasi yang dilakukan, diketahui bahwa sampel yang
digunakan dalam pembuatan jus buah belimbing adalah benar-benar bagian dari tumbuhan belimbing Averrhoa carambola L..
B. Penelitian Efek dan Daya Antiinflamasi 1. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan atau orientasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk memvalidasi metode. Sehingga nantinya hasil penelitian yang didapat mampu
memberi gambaran yang sebenarnya tentang kemampuan sekaligus besar daya antiinflamasi dan atau daya analgesik pada jus buah belimbing JBB yang diujikan
pada mencit putih betina.
56
a. Orientasi rentang waktu pengukuran edema setelah injeksi karagenin 1 secara subplantar
Tujuan dari orientasi ini adalah untuk mengetahui waktu yang optimum untuk dilakukannya pengukuran edema setelah injeksi karagenin 1. Alasan
pemilihan karagenin sebagai zat penginduksi edema, antara lain: karagenin merupakan salah satu iritan yang sering digunakan dalam prediksi efektivitas
potensial terapeutik dari obat-obat antiinflamasi dan dalam penggunaannya tidak membutuhkan perlakuan khusus.
Hasil orientasi waktu pengukuran edema pada kaki mencit setelah injeksi karagenin 1 subplantar dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Data edema yang terjadi pada kaki mencit pada rentang waktu tertentu setelah injeksi karagenin 1 subplantar
: standard error
57
Data hasil orientasi tersebut kemudian dianalisis statistik nonparametrik dengan menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui distribusi
data tersebut. Dari analisis Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa data orientasi waktu pengukuran edema setelah injeksi karagenin 1 memiliki
distribusi normal. Selanjutnya dilakukan analisis statistik parametrik dengan menggunakan
ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95. Dari hasil analisis variansi terdapat beda bermakna dengan nilai probabilitas 0,000 p
≤ 0,05 antar kelompok perlakuan yaitu beda rentang waktu pengukuran edema. Selanjutnya data diuji
dengan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95 untuk mengetahui letak perbedaan antar kelompok perlakuan.
Tabel I. Hasil analisis uji Scheffe antar kelompok rentang waktu pengukuran edema pada kaki mencit setelah injeksi karagenin 1
Keterangan: bb
: berbeda bermakna p ≤ 0,05
btb : berbeda tidak bermakna p 0,05
pengukuran edema dilakukan dengan variansi jam ke 1, 2, 3, dan 4 setelah injeksi karagenin 1 subplantar
Dari uji Scheffe tabel I dapat diketahui bahwa pengukuran edema yang dilakukan 3 jam setelah injeksi karagenin berbeda bermakna terhadap kelompok
Kelompok perlakuan
1 jam 2 jam
3 jam 4 jam
1 jam btb
bb btb
2 jam btb
bb btb
3 jam bb
bb bb
4 jam btb
btb bb