Jenis dan Rancangan Penelitian Bahan Penelitian

43 Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; NaCl 0,9 Otsuka dan tablet Cataflam D50 Novartis Indonesia yang mengandung kalium diklofenak 50 mg.

b. Pembuatan larutan kaium diklofenak 0,2

Larutan diklofenak dibuat dengan cara menimbang dengan seksama bahan yang setara dengan 200 mg serbuk diklofenak kemudian dilarutkan dalam sedikit aquadest. Setelah itu, larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, ditambah aquadest hingga tanda batas 100 mL, kemudian digojog.

c. Pembuatan larutan karagenin 1

Larutan karagenin 1 dibuat dengan cara menimbang dengan seksama 0,10 gram serbuk karagenin kemudian dilarutkan dalam sedikit aquadest. Setelah itu, larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, ditambah aquadest hingga tanda batas 10 mL, kemudian digojog.

d. Seleksi hewan uji

Hewan uji yang digunakan adalah mencit putih betina galur Swiss, yang berumur 2-3 bulan, dengan berat badan 20-30 gram. Semua hewan uji sebelum diberi perlakuan, diadaptasikan terlebih dahulu selama satu minggu dengan kondisi yang sama, yaitu dipelihara dengan kondisi dan perlakuan yang sama meliputi kandang, pakan dan minum. Sehari sebelum pengujian, hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama 18-24 44 jam dengan cara tidak diberi makan, tetapi tetap diberikan minum. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi variasi akibat adanya asupan makanan.

e. Penetapan kriteria peradangan

Respon yang diamati pada uji efek antiinflamasi ini berupa besar peradangan. Kriteria peradangan perlu ditetapkan untuk mendapatkan keterulangan hasil. Peradangan pada kaki hewan uji diukur menggunakan jangka sorong Digital Caliper Mitutoyo 0-2 mm grad. 0,01 mm; dengan cara mengukur diameter peradangan pada telapak kaki hewan uji.

f. Penetapan rentang

waktu pengukuran edema setelah injeksi subplantar karagenin 1 Pada penetapan ini digunakan 12 ekor mencit betina, yang terbagi dalam 4 kelompok. Masing-masing mencit diinjeksi dengan karagenin 1 dengan dosis 25 mgkg BB pada kaki belakang sebelah kiri secara subplantar, sedangkan kaki belakang sebelah kanan hanya ditusuk menggunakan jarum injeksi sebagai pembanding. Kemudian mencit dikorbankan pada jam ke 1, 2, 3, dan 4 setelah injeksi karagenin 1. Berdasarkan hasil yang diperoleh akan dipilih rentang waktu yang menghasilkan edema maksimal.

g. Penetapan dosis efektif diklofenak

Dosis kalium diklofenak dipilih berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya Djunarko dan Donatus, 2003 yang 45 menggunakan natrium diklofenak. Menurut penelitian, dosis natrium diklofenak untuk tikus dengan berat badan 250 gram adalah 40 mgkgBB. Dosis natrium diklofenak untuk tikus dengan berat badan 200 gram adalah: 200 g × 40 mgkg BB 250 g = 32 mgkg BB Dari tikus dengan berat badan 200 gram kemudian dikonversikan ke mencit dengan berat badan 20 gram, perhitungannya sebagai berikut: 32 mgkg BB × 0,14 = 4,48 mgkg BB Dari hasil perhitungan tersebut kemudian dibuat variasi dosis dengan menurunkan dan menaikkan dosis sebesar satu seperempat kali dosis terhitung. Dosis yang digunakan sebagai dosis penetapan adalah 3,36; 4,48, dan 5,6 mgkg BB. Dari hasil penetapan diketahui bahwa dosis yang paling efektif untuk mengurangi peradangan adalah pada dosis 4,48 mgkg BB.

h. Penetapan waktu pemberian dosis efektif diklofenak

Dalam penetapan ini dilakukan digunakan 12 ekor yang terbagi dalam 4 kelompok. Kelompok I, II, III, dan IV secara berturut-turut diberikan injeksi p.o. diklofenak 15, 30, 45, dan 60 menit sebelum injeksi karagenin 1 secara subplantar. Tiga jam setelah injeksi karagenin, dilakukan pengukuran edema. Waktu efektif pemberian diklofenak merupakan rentang waktu antara sesaat setelah pemberian diklofenak 46 sampai saat injeksi karagenin, yang mampu menurunkan edema secara berarti.

i. Penentuan dosis jus buah belimbing

Dalam penelitian ini, jus buah belimbing dibuat dalam tiga peringkat dosis yaitu, 1,67; 3,34; 6,67 gkg BB. Hal ini didasarkan pada hasil penetapan konsentrasi terpekat jus yang masih dapat dihisap dan dikeluarkan dengan lancar oleh spuit injeksi peroral. Penetapan awal dimulai dengan konsentrasi 100, kemudian secara bertahap diturunkan hingga didapatkan konsentrasi optimal, yaitu 20 0,2 gmL. Selanjutnya dilakukan perhitungan dosis jus buah belimbing yang diuraikan sebagai berikut: D × BB = C × V Keterangan: D = dosis mgkg BB = berat badan g C = konsentrasi gml V = volume D = C × V BB D = 0,2 gmL × 1mL 30g D = 6,67 × 10 mgkg BB D = 6,67 gkg BB → Dosis III Peringkat dosis dalam penelitian: Dosis III : 6,67 gkg BB