54
2. presisi
Presisi adalah kedekatan masing-masing hasil analisis dari beberapa kali pengukuran sampel yang diambil dari campuran yang homogen di bawah kondisi
analisis yang sama. Presisi dinyatakan dalan koefisien variasi KV. Presisi yang ditentukan dalam penelitian ini merupakan keterulangannya repeatability.
Penetapan presisi menggunakan data penetapan kadar ampisilin dalam kapsul “X”. Hasil yang diperoleh tersaji dalam tabel XII berikut :
Tabel XII. Hasil penetapan nilai KV Bobot
penimbang- an sampel
mg Serapan senyawa hasil
reaksi antara ampisilin dengan
asetilaseton dan formalin pada
λ 398,0nm
Kadar ampisilin
dalam penimbangan
sampel mg
Kadar ampisilin
per kapsul mg
kadar ampisilin
dalam kapsul KV
0,561 115,500
572,04 114,41
0,572 118,125
585,04 117,01
132,9 0,568
117,125 580,09
116,02 1,13
0,552 113,500
562,56 112,51
0,560 115,375
571,85 114,37
132,8 0,562
115,750 573,71
114,74 1,05
0,546 112,125
556,16 111,23
0,538 110,250
546,86 109,37
132,7 0,546
112,125 556,16
111,23 0,97
x
= 132,8
x
=114,431
x x
=113,43
x
=1,05 =567,16
Metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar ampisilin menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin dikatakan baik bila nilai KV kurang
dari 2,7 Yuwono dan Indrayanto, 2005. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai KV adalah 1,05 . Hal ini berarti metode analisis yang
digunakan pada penelitian ini memiliki presisi yang baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
3. linearitas
Linearitas ditentukan dengan melihat nilai r hitung yang diperoleh dari penetapan kurva baku ampisilin. Hasil penetapan kurva baku ampisilin adalah
persamaan garis regresi linier y=1,0800x +0,0618 dengan nilai r = 0,9992. Nilai r hitung tersebut lebih besar dari nilai r tabel dengan df = 3 dan taraf kepercayaan 99
yaitu 0,959 Cann, 2003. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara konsentrasi ampisilin dengan serapan senyawa hasil reaksi ampisilin dengan
asetilaseton dan formalin. Hasil tersebut juga memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Selain itu, linearitas juga dapat ditentukan dengan melihat nilai Vx yang
diperoleh dengan mengolah data hasil penetapan kurva baku ampisilin. Perhitungannya dapat dilihat di lampiran 5. Suatu metode analisis dikatakan
memiliki linearitas yang baik bila nilai Vx ≤ 2 . Dari hasil perhitungan diperoleh
nilai Vx = 1,19 . Berdasarkan hasil penentuan nilai r hitung dan Vx
dapat disimpulkan bahwa metode spektrofotometri visibel menggunakan pereaksi
asetilaseton dan formalin memiliki linearitas yang baik untuk penetapan kadar ampisilin.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. metode spektrofotometri visibel menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin
memiliki akurasi, presisi, dan linearitas yang baik untuk penetapan kadar ampisilin.
2. metode spektrofotometri visibel menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin dapat diaplikasikan untuk penetapan kadar ampisilin dalam sediaan kapsul dan
kadar ampisilin yang diperoleh adalah 113,43 , sedangkan menurut Farmakope Indonesia IV 1995 kapsul ampisilin mengandung sejumlah ampisilin tidak
kurang dari 90,0 dan tidak lebih dari 120,0 dari jumlah yang tertera dalam etiket.
B. Saran
1. Perlu dilakukan optimasi suhu reaksi untuk menghasilkan reaksi yang optimum dan waktu reaksi yang cepat.
2. Perlu dilakukan aplikasi metode analisis yang digunakan pada penelitian ini untuk penetapan kadar ampisilin dalam bentuk sediaan yang lain seperti tablet
atau suspensi oral ampisilin. 3. Perlu dilakukan penetapan kadar ampisilin menggunakan metode analisis yang
lain seperti fluorometri.
56 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI