30
D. Alat-Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer ultraviolet–visibel Spectronic Genesys 5, MILTON ROY, pH meter Hanna
Instrument pH 209 , neraca analitik Precisa 125 A. SCS Swiss Quality, mikropipet
Gilson 1000 µl, penangas air, termometer, kertas saring, dan alat-alat gelas yang
lazim.
E. Tatacara Penelitian
1. Pembuatan larutan
a. Pembuatan larutan natrium asetat 0,2 M. Sebanyak 8,2 g natrium asetat ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam labu
ukur 500 ml kemudian dilarutkan dengan akuades sampai tanda. b. Pembuatan larutan asam asetat 0,2 M.
Sebanyak 11,8 ml asam asetat 96 dipipet, kemudian diencerkan dengan akuades sampai volume 1 liter.
c. Pembuatan larutan NaOH 2 M. Ditimbang seksama 4,0 g NaOH kemudian dilarutkan dalam akuades bebas
CO
2
sampai volume 50 ml. d. Pembuatan larutan HCl 2 M.
Dilarutkan 17 ml HCl pekat dalam 100 ml akuades. e. Pembuatan larutan pereaksi Patel et al., 1992.
Sebanyak 16,0 ml natrium asetat 0,2 M dan 34,0 ml asam asetat 0,2 M dicampur dengan 7,8 ml asetilaseton dan 15,0 ml formalin. Dipanaskan 5
31
menit di atas penangas air dengan suhu 80
o
C, didinginkan, pH diatur dengan penambahan larutan NaOH 2 M atau HCl 2 M sampai mencapai pH yang
diinginkan, kemudian diencerkan dengan akuades sampai 100 ml. f. Pembuatan larutan baku.
Ditimbang seksama 201,7 mg baku ampisilin, dilarutkan dengan akuades dan
diencerkan dalam labu ukur 100 ml. Konsentrasi yang diperoleh adalah
0,005M.
2. Optimasi penetapan kadar ampisilin
Oleh karena senyawa yang dianalisis pada penelitian ini berbeda dengan senyawa yang dianalisis dalam penelitian Patel et al. 1992 maka dilakukan
optimasi yang meliputi : a. Penetapan operating time.
Sebanyak 4 ml pereaksi pH 4 dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml,
ditambahkan 2,0 ml larutan baku ampisilin 0,005 M. Dipanaskan di dalam penangas air dengan suhu 35
o
C, diencerkan dengan akuades sampai tanda. Diukur serapannya pada panjang gelombang 400 nm sampai diperoleh serapan yang stabil pada rentang
waktu tertentu. Dilakukan penetapan blangko. Operating time adalah rentang waktu saat larutan menghasilkan serapan yang stabil.
b. Penetapan pH optimum. pH pereaksi dibuat bervariasi, yaitu pH 3, 4, 5, 6, dan 7 dengan
menambahkan larutan NaOH 2 M atau HCl 2 M. Untuk masing-masing nilai pH dipipet sebanyak 4 ml, dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml, ditambahkan 2,0 ml
32
larutan baku ampisilin 0,005 M, didiamkan selama operating time di dalam penangas air dengan suhu 35
o
C, diencerkan dengan akuades sampai tanda. Diukur serapan larutan pada panjang gelombang 400 nm. Dilakukan penetapan blangko. Nilai pH
optimum adalah pH pereaksi yang menghasilkan serapan paling besar. c. Penetapan volume pereaksi optimum.
Larutan pereaksi dengan pH optimum dipipet 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 ml, dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml. Pada masing-masing labu ukur tersebut
ditambahkan 2,0 ml larutan baku ampisilin 0,005 M, didiamkan selama operating time
di dalam penangas air dengan suhu 35
o
C, diencerkan dengan akuades sampai tanda. Diukur serapan larutan pada panjang gelombang 400 nm, Dilakukan
penetapan blangko. Volume pereaksi optimum adalah volume pereaksi yang menghasilkan serapan paling besar dan stabil.
d. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum. Sebanyak 1,0; 1,4; dan 1,8 ml larutan baku ampisilin 0,005 M dipipet dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml. Masing-masing labu ukur ditambah dengan pereaksi pada pH dan volume hasil optimasi. Didiamkan selama operating time di
dalam penangas air dengan suhu 35
o
C, diencerkan dengan akuades sampai tanda. Serapan dibaca pada panjang gelombang 300-500 nm. Dilakukan penetapan blangko.
Panjang gelombang serapan maksimum adalah panjang gelombang yang memberikan serapan maksimum.
33
3. Penetapan kurva baku