44
Tabel V. Hasil penetapan pH optimum reaksi antara ampisilin dengan asetilaseton dan formalin Serapan senyawa hasil reaksi antara ampisilin dengan asetilaseton dan
formalin pada λ 400 nm
pH pereaksi Replikasi I
Replikasi II Replikasi III
3 0,454
0,445 0,433
4 0,676
0,657 0,662
5 0,223
0,235 0,224
6 0,041
0,045 0,044
7 0,036
0,032 0,038
Serapan paling besar dari larutan kuning hasil reaksi antara ampisilin
dengan pereaksi terjadi pada pH 4. Hal tersebut menunjukkan bahwa reaksi ampisilin dengan pereaksi optimum pada pH 4. Untuk selanjutnya pereaksi dibuat menjadi pH
4.
C. Penetapan Volume Pereaksi
Optimum
Volume pereaksi optimum adalah volume pereaksi yang menghasilkan serapan yang paling besar dan stabil. Penetapan volume pereaksi optimum bertujuan
untuk menentukan volume pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan semua ampisilin dalam larutan sehingga pengukuran serapan larutan menggambarkan kadar
ampisilin sesungguhnya. Penetapan volume pereaksi optimum dilakukan dengan menambahkan pereaksi dengan pH optimum yaitu pH 4 pada volume yang bervariasi
ke dalam larutan ampisilin. Volume pereaksi yang ditambahkan adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 ml. Serapan larutan tersebut diukur pada panjang gelombang 400
nm. Hasil pengukuran disajikan pada tabel VI. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel VI. Hasil penetapan volume pereaksi optimum Serapan senyawa hasil reaksi antara ampisilin dengan asetilaseton dan
formalin pada λ 400 nm
Volume pereaksi Replikasi I
Replikasi II Replikasi III
1 0,399
0,383 0,395
2 0,601
0,579 0,587
3 0,661
0,657 0,656
4 0,683
0,698 0,688
5 0,755
0,763 0,757
6 0,781
0,779 0,783
7 0,859
0,853 0,857
8 0,868
0,859 0,860
9 0,868
0,863 0,861
10 0,871
0,859 0,865
Volume pereaksi mulai dari 7 ml sampai 10 ml menghasilkan serapan yang
stabil. Pada volume pereaksi tersebut semua ampisilin dalam larutan telah bereaksi dengan pereaksi. Selanjutnya volume pereaksi yang ditambahkan adalah 7 ml.
D. Penetapan Panjang Gelombang Serapan Maksimum λ
maks
Panjang gelombang serapan maksimum adalah panjang gelombang λ saat
suatu senyawa menghasilkan serapan yang paling besar. Penentuan λ
maks
pada penelitian ini diukur pada rentang
λ 300-500 nm. Pengukuran serapan dilakukan pada rentang
λ tersebut karena dalam literatur yang diacu pengukuran serapan senyawa berwarna kuning hasil reaksi antara sefaleksin dengan asetilaseton dan formalin
dilakukan pada λ 400 nm. Gugus pada sefaleksin yang berperan dalam pembentukan
senyawa kuning tersebut adalah gugus amin primer. Penetapan kadar ampisilin pada penelitian ini juga didasarkan pada reaksi antara gugus amin primer dari ampisilin
dengan hasil kondensasi asetilaseton dan formalin yang juga menghasilkan senyawa berwarna kuning. Dengan demikian, dapat diperkirakan
λ
maks
untuk reaksi ampisilin dengan asetilaseton dan formalin berada di sekitar 400 nm.
46
Penentuan λ
maks
dilakukan 3 kali dengan seri konsentrasi berbeda yaitu 0,081; 0,113; dan 0,145 mgml. Hal tersebut dilakukan dengan maksud untuk melihat
apakah pada konsentrasi ampisilin yang berbeda terjadi perubahan λ
maks
.
Konsentrasi ampisilin baku 0,081 mgml Konsentrasi ampisilin baku 0,113 mgml
Konsentrasi ampisilin baku 0,145 mgml
Gambar 9. Spektra hasil penetapan panjang gelombang serapan maksimum ampisilin pada konsentrasi 0,081; 0,113; dan 0,145 mgml yang direaksikan dengan asetilaseton dan formalin
Dari gambar 9 dapat dilihat bahwa ada 2 puncak serapan pada tiap spektrum. Puncak yang lebih tinggi muncul pada
λ 335,0 nm pada konsentrasi ampisilin baku 0,081 dan 0,113 mgml dan
λ 338,0 nm pada konsentrasi ampisilin baku 0,145 mgml, sedangkan puncak yang lebih pendek muncul pada
λ 398,0 nm pada semua seri konsentrasi ampisilin baku. Puncak serapan senyawa hasil reaksi
ampisilin dengan pereaksi adalah puncak serapan yang lebih pendek yaitu pada λ
47
398,0 nm. Dasar dari penentuan ini adalah hasil reaksi ampisilin dan pereaksi berupa larutan warna kuning. Larutan berwarna bila diukur serapannya akan menghasilkan
puncak serapan pada daerah λ sinar tampak. Puncak serapan yang lebih tinggi bukan
merupakan puncak serapan senyawa hasil reaksi ampisilin dengan perekasi karena puncak tersebut muncul pada
λ sinar UV. Kemungkinan puncak tersebut dihasilkan oleh kromofor dari gugus benzen pada ampisilin.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa λ
maks
senyawa hasil reaksi ampisilin dan pereaksi adalah 398,0 nm dan perbedaan konsentrasi ampisilin tidak menimbulkan
pergeseran λ
maks
. Penentuan λ
maks
merupakan syarat dalam analisis kuantitatif secara spektrofotometri karena pada
λ
maks
perubahan serapan untuk tiap satuan konsentrasi besar. Dengan kata lain pengukuran serapan pada
λ
maks
memberikan sensitivitas yang besar. Selain itu, daerah di sekitar
λ
maks
adalah datar. Hal tersebut mengurangi kesalahan pada pengukuran berulang Mulja dan Suharman, 1990. Untuk
pengukuran selanjutnya digunakan λ 398,0 nm sebagai λ
maks
.
E. Penetapan Kurva Baku Ampisilin