Kategori metode analisis Kesalahan dalam analisis

25 d. detection limit adalah konsentrasi analit terkecil yang dapat terdeteksi, tetapi tidak perlu kuantitatif, di bawah kondisi percobaan yang ditentukan. Pengukuran detection limit digambarkan sebagai rasio signal-to-noise dengan membandingkan hasil uji sampel dengan analit yang diketahui konsentrasinya dan blangko serta menetapkan konsentrasi terendah analit yang dapat terdeteksi untuk metode instrumental. Rasio signal-to-noise untuk detection limit adalah 2:1 atau 3:1. Selain itu, penentuan detection limit dapat juga didasarkan pada slope kurva baku dan standar deviasi simpangan baku Anonim, 2005. e. quantitation limit menyatakan jumlah terendah analit dalam sampel yang dapat ditentukan dengan akurasi dan presisi yang dapat diterima di bawah kondisi percobaan yang ditentukan. Rasio signal-to-noise untuk quantitation limit adalah 10:1. Penentuan quantitation limit dapat juga didasarkan pada slope kurva baku dan standar deviasi simpangan baku Anonim, 2005. f. linearitas dan range. Linearitas adalah kemampuan metode analisis untuk memberikan respon secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel pada rentang yang diberikan Anonim, 2005. Range adalah interval level analit terendah dan tertinggi yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan akurasi, presisi, dan linearitas yang dapat diterima Anonim, 2005.

2. Kategori metode analisis

Metode analisis dapat dibedakan menjadi 4 kategori Anonim, 2005 : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 a. kategori I, mencakup metode analisis untuk kuantifikasi komponen terbesar dalam obat atau bahan aktif termasuk bahan pengawet dari suatu sediaan. b. kategori II, mencakup metode analisis untuk penentuan impurities bahan obat dan degradasi produk sediaan farmasi, termasuk penentuan kuantitatif dan uji batas. c. kategori III, mencakup metode analisis yang digunakan untuk menentukan karakteristik sediaan farmasi seperti disolusi, pelepasan obat. d. kategori IV, mencakup uji identifikasi. Setiap kategori metode analisis memiliki persyaratan validasi yang berbeda- beda, seperti yang tercantum pada tabel III. Tabel III. Parameter validasi yang dipersyaratkan untuk validasi metode analisis Kategori II Parameter Kategori I Kualitatif Uji batas Kategori III Kategori IV Akurasi Ya Ya Tidak Presisi Ya Ya Tidak Ya Tidak Spesifisitas Ya Ya Ya Ya Detection Limit Tidak Tidak Ya Tidak Quantitation Limit Tidak Ya Tidak Tidak Linearitas Ya Ya Tidak Tidak Range Ya Ya Tidak Mungkin dibutuhkan, tergantung pada sifat tes yang spesifik. Anonim, 2005

3. Kesalahan dalam analisis

Kesalahan pada metode analisis kimia yaitu Mulja dan Suharman, 1995 : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 a. kesalahan sistematik merupakan hasil analisis yang menyimpang secara tetap dari nilai sebenarnya karena proses pelaksanaan prosedur analisis. Kesalahan sistematik ada 2 macam, yaitu: 1 kesalahan pada metode analisis, agak sulit dideteksi karena kesalahan metode analisis ini antara lain disebabkan sifat fisika kimia pereaksi yang dipakai tidak memadai. 2 kesalahan individual adalah kesalahan yang timbul karena kesalahan individu dalam pengamatan atau pembacaan instrumen yang dihadapi. Kesalahan ini dapat dicari sebabnya dan dapat dikendalikan dengan kalibrasi instrumen secara berkala, pemilihan metode dan prosedur standar dari badan resmi, pemakaian bahan kimia dengan derajat untuk analisis, dan peningkatan pengetahuan peneliti. b. kesalahan tidak sistematik adalah penyimpangan tidak tetap dari hasil penentuan kadar dengan instrumentasi yang disebabkan oleh fluktuasi instrumen yang dipakai. Meningkatnya kesalahan tidak sistematik disebabkan tiap bagian instrumen memberikan noise yang kecil yang kemudian ada kemungkinan menjadi semakin besar sebagai nilai noise kumulatif. Penyebab kesalahan ini tidak diketahui. Pemakaian instrumen dengan kualitas baik akan menekan nilai kesalahan ini.

F. Landasan Teori

Dokumen yang terkait

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING.

0 2 18

Validasi metode spektrofotometri visibel menggunakan pereaksi fenantrolina pada penetapan kadar hidrokuinon dalam krim simulasi.

2 12 75

Validasi metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar sefadroksil menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin.

3 23 103

Validasi metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar amoksisilin menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin.

3 24 78

Validasi Metode Penetapan Kadar Ampisilin Trihidrat Berdasarkan Hasil Hidrolisis Secara Spektrofotometri Ultraviolet (UV) - Ubaya Repository

0 0 1

Validasi metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar amoksisilin menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin - USD Repository

0 0 76

Validasi metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar ampisilin menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin - USD Repository

0 0 87

Validasi metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar sefadroksil menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin - USD Repository

0 0 101

PENETAPAN KADAR BESI DALAM SUSU CAIR UNTUK IBU HAMIL SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL DENGAN PEREAKSI 1, 10-FENANTROLIN

0 0 86

VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL MENGGUNAKAN PEREAKSI o-FENANTROLINA PADA PENETAPAN KADAR HIDROKUINON DALAM KRIM SIMULASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 73