BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Diare pada Balita
Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam sehari. Diare dapat menyebabkan anak
tidak mempunyai nafsu makan sehingga kekurangan jumlah makanan dan minuman yang masuk ke tubuhnya, yang dapat berakibat balita mengalami gizi kurang.
Serangan diare berulang atau diare akut yang berat pada anak mengakibatkan gizi kurang dan mengarah ke KEP merupakan risiko kematian. Anak yang menderita
diare mengalami kekurangan cairan serta gangguan keseimbangan zat gizi dan elektrolit. Zat gizi tidak dicerna dan diserap usus serta hilang larut begitu saja
bersama tinja Rimawati, 2005 Berdasarkan hasil penelitian mengenai kejadian diare pada balita di wilayah
kerja puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur tahun 2013 yang dilakukan pada 100 balita dengan menanyakan ada tidaknya balita mengalami diare pada satu
bulan terakhir, ditemukan sebesar 19,0 balita menderita diare dalam satu bulan terakhir ini. Balita yang mengalami diare sebesar 10,5 terjadi pada kelompok umur
0-6 bulan, 26,3 terjadi pada kelompok umur 7-11 bulan, 47,4 terjadi pada kelompok umur 12-24 bulan, dan sebesar 15,8 terjadi pada kelompok umur 25-59
bulan. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa balita yang paling banyak menderita diare berumur 12- 24 bulan, hal ini disebakan karena balita pada umur 12-
Universitas Sumatera Utara
24 bulan sangat rentan terhadap serangan berbagai macam penyakit khusunya penyakit diare. Faktor penyebabnya adalah akibat rendahnya daya tahan tubuh anak
sehingga rentan untuk terkena penyakit infeksi seperti diare, balita menjadi rentan karena pada umumnya sudah tidak lagi diberi ASI oleh ibunya. Tidak hanya itu saja,
pada umur 12-24 bulan balita mulai aktif bermain karena sudah dapat berjalan sendiri serta suka memasukkan benda apapun yang dijumpainya kedalam mulut tanpa
memperhatikan kebersihannya. Dimana, mayoritas ibu tidak mencuci tangan anak terlebih dahulu ketika mereka akan makan sehingga akan mengakibatkan anak
mudah mengalami penyakit infeksi terutama pada saluran pencernaan. Balita umur 12-24 bulan merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, hal ini
dikarenakan balita berada dalam masa transisi perubahan pola makan yaitu dari makanan bayi kepada makanan orang dewasa makanan keluarga. Pada usia ini
balita sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga porsi dan frekuensi makan anak yang diberikan ibu tidak sesuai dengan kebutuhan yang akan menyebabkan
mereka juga mengalami rawan gizi. Selanjutnya, kelompok umur 7-11 merupakan kelompok umur kedua terbanyak yang mengalami diare, hal ini dikarenakan oleh
masih banyaknya bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif serta belum tepatnya waktu pemberian kolostrum pada anak sehingga daya tahan tubuh anak menjadi berkurang.
Disamping itu, masih dijumpai pemberian MP-ASI yang tidak sesuai jenis, jumlah, dan frekuensinya yang akan membuat anak rentan mengalami gangguan saluran cerna
termasuk diare, serta dalam memberikan MP-ASI ibu sering sekali kurang memperhatikan kebersihan alat-alat makan anak. Dimana, masih banyak ibu yang
Universitas Sumatera Utara
tidak menggunakan air yang mengalir langsung dari kran ketika mencuci peralatan makan keluarga khususnya peralatan makan anak sehingga dapat menyebabkan
kontaminasi bakteri, virus, dan parasit termasuk didalamnya yang dapat menyebabkan diare. Kelompok umur terbanyak ketiga yang mengalami diare adalah
24-59 bulan, hal ini dikarenakan balita diusia ini sudah tidak lagi diberi ASI. Balita juga banyak yang tidak memperoleh ASI eksklusif dan tidak memperoleh ASI selama
2 tahun penuh sehingga daya tahan tubuhnya menjadi berkurang. Sejalan dengan penelitian Rasmi 2002 yang menunjukkan bahwa pemberian ASI dapat melindungi
bayi dari infeksi usus, sehingga dapat mengurangi risiko terkena diare. Disamping itu, balita usia 24-59 bulan telah aktif bermain di lingkungan luar dan makan sendiri,
mereka sering sekali tidak mencuci tangan terlebih dahulu ketika akan makan setelah bermain di luar ruangan maupun setelah BAB. Kebiasaan tidak mencuci tangan inilah
yang menyebabkan balita terkontaminasi bakteri, virus, maupun parasit yang dapat menimbulkan diare. Pada usia 24-59 bulan balita pada umumnya telah
mengembangkan kebiasaan menyukai jenis makanan tertentu terutama makanan jajanan yang rendah energi dan rendah zat gizi sehingga mereka rawan untuk
mengalami gizi kurang, apalagi ibu pada umumnya kurang memperhatikan jenis snack yang dimakan anak dan tidak menyediakan snack sehat yang dibuat sendiri
oleh ibu kepada anak. Kelompok umur 0-6 bulan merupakan kelompok umur yang paling sedikit mengalami diare, hal ini dikarenakan pada umur ini balita umumnya
memperoleh ASI dari ibunya dimana sebahagian besar anak diberikan kolostrum dan ASI eksklusif yaitu hanya memberikan ASI saja sampai usia 6 bulan sehingga pada
Universitas Sumatera Utara
usia ini daya tahan tubuh anak cukup baik. Menurut Suraji, 2003 ASI yang diberikan sesegera mungkin setelah bayi lahir berperan penting dalam menjaga
kesehatan dan mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Berdasarkan hasil penelitian mengenai kejadian diare pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur tahun 2013 diperoleh hasil bahwa pola makan, status gizi, higiene dan sanitasi makanan berpengaruh terhadap
kejadian diare pada balita. Hasil penelitian ini sejalan dengan kerangka teori faktor penyebab kurang energi protein UNICEF 1999, bahwa status gizi berpengaruh
secara langsung terhadap terjadinya penyakit infeksi, pola asuh balita dalam hal ini termasuk pola makan balita yang tidak adekuat menyebabkan asupan gizi pada balita
tidak adekuat sehingga pada akhirnya menyebabkan status gizi kurang pada balita. Status gizi kurang menyebabkan daya tahan tubuh balita menurun sehingga mudah
mengalami penyakit infeksi seperti diare. Begitu pula halnya dengan sanitasi dan higiene lingkungan yang tidak sehat termasuk didalammya higiene dan sanitasi
makanan dapat menyebabkan timbulnya penyakit infeksi seperti diare akibat terjadinya kontaminasi bakteri, virus, dan parasit. Berdasarkan hasil analisis regresi
logistik berganda diperoleh bahwa status gizi merupakan faktor yang paling dominan dalam memengaruhi kejadian diare yaitu sebesar 9,455 artinya balita yang status
gizinya kurang berisiko 9 kali lebih besar untuk menderita diare dibanding dengan balita yang status gizinya normal.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Pengaruh Status Gizi balita terhadap Kejadian Diare